• Tidak ada hasil yang ditemukan

II - 162 pembangunan antarwilayah di Aceh perlu ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan dan potensi

Dalam dokumen Buku Laporan Pendahuluan Rencana Induk P (Halaman 183-188)

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

II - 162 pembangunan antarwilayah di Aceh perlu ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan dan potensi

wilayah. Pengembangan jaringan jalan di seluruh wilayah Aceh dan pembangunan highway untuk peningkatan pelayanan publik perlu dipercepat.

12. Pertahanan dan Keamanan Nasional

Aceh sebagai wilayah garda terdepan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memerlukan perhatian yang sangat khusus. Transportasi sebagai sarana mempertinggi integritas bangsa, akan menciptakan dan meningkatkan standar kehidupan masyarakat secara menyeluruh, mempertinggi ketahanan Nasional bangsa Indonesia (Hankamnas) dan dan menciptakan pembangunan nasional.

II.4.6.3 Arah Pengembangan Jaringan Transportasi

Dalam menyusun pengembangan jaringan transportasi, baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang perlu mempertimbangkan beberapa faktor antara lain:

 Jaringan transportasi yang ada saat ini

 Tata ruang jangka menengah dan jangka panjang

 Hirarki kota

 Pola produksi dan konsumsi

 Penggunaan prinsip-prinsip dasar (hirarkis, geografis, ekonomis dan mendukung pengembangan wilayah)

Sistem jaringan transportasi dimasa yang akan datang diharapkan mampu mendukung pengembangan tata ruang nasional sehingga akan tercapai keterpaduan pengembangan sektor transportasi dengan sektor ekonomi lainnya dan/dengan pembangunan daerah.

Dalam rangka pengembangan jaringan transportasiwilayahAceh perlu disusun pola yang memuat indikasi tatanan jaringan transportasi di seluruh wilayah kabupaten yang akan diwujudkan dalam jangka panjang, yang merupakan bagian dari Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh. Salah satu kriteria yang digunakan dalam menyusun rancangan pengembangan wilayah jangka menengah dan panjang adalah kriteria pencapaian dan tingkat kemudahan jasa distribusi serta jasa pelayanan Pusat Satuan Wilayah Pembangunan Utama (Pusat Jenjang Utama), Pusat Jenjang Kesatu dan Pusat Jenjang Kedua. Distribusi barang memerlukan jaringan dengan hirarki fungsional sesuai dengan simpul-simpul pelayanan yang berwujud kota. Oleh karena itu kota merupakan factor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan hirarki simpul pada penyusunan jaringan transportasi di masa mendatang.

Dalam pengembangan sistem transportasi di wilayah Aceh, akan dikelompokkan ke dalam beberapa zona kerja (Otoritas Transportasi) berdasarkan letak geografis dan rencana pengembangan kawasan strategis Aceh, dengan pengelolaan sebagai berikut:

a) Zona Pusat, terdiri atas Kota Sabang, Kab. Aceh Besar, Kabupaten Pidie serta Kota Banda Aceh;

b) Zona Utara - Timur, terdiri atas Kab. Pidie Jaya, Kab. Bireun, Kota Lhoksumawe, Kab. Aceh Tengah, Kab. Bener Meriah, Kab. Aceh Timur, Kota Langsa serta Kab. Aceh Tamiang;

II - 163 d) Zona Tenggara-Selatan, terdiri atas Kab. Aceh Selatan, Kab. Aceh Barat Daya, Kab. Simerlue,

Kab. Gayo Lues, Kab. Aceh Tenggara, Kota Subullussalam serta Kab. Singkil. Gambar 58 Zona Pengembangan Sistem Transportasi Aceh

II.4.6.3.1 Transportasi Darat

II.4.6.3.1.1 Jaringan Prasarana Transportasi Darat

Dari hasil tinjauan rencana tata ruang wilayah dan arah rencana pengembangan pada wilayahAceh maka rencana pengembangan jaringan jalan yang sesuai dengan kebutuhan pergerakan yang ada di provinsi ini harus disesuaikan dengan karakterisitik pergerakan yang ada di Aceh.

Sebagian besar pergerakan tentunya dilakukan dengan menggunakan moda darat, beberapa pasangan lintasan daratan ke pulau dilayani oleh angkutan penyeberangan. Khusus untuk angkutan barang, sebagian kecil pergerakan dilakukan dengan menggunakan angkutan laut dan udara. Oleh karena itu jaringan jalan harus memberikan aksesibilitas terhadap jaringan prasarana laut, penyeberangan dan udara. Jaringan jalan nasional harus mendukung prasarana laut, penyeberangan dan udara pada hirarki nasional. Selain itu jaringan jalan provinsi harus menghubungkan beberapa simpul pelabuhan dan udara yang penting bagi provinsi. Hingga tercapai keterpaduan antarmoda transportasi.Pola jaringan prasarana jalan regional yang

dikembangkan adalah:

 Jaringan arteri primer yang berperan melayani dan menghubungkan kota antar PKN, PKN dengan PKW dan antar kota-kota yang melayani kawasan skala besar;

II - 164

 Jaringan kolektor primer berperan menghubungkan PKW dengan PKL dan/atau

kawasan-kawasan skala kecil dan/atau pintu keluar kedua dan ketiga;

 Jaringan lokal primer berperan menghubungkan PKL dengan PKL dan/atau kawasan-kawasan skala kecil dan/atau pintu keluar kedua dan ketiga.

Karakteristik pergerakan tentunya tidak lepas pula dari keadaan sosial, politik dan ekonomi yang ada di provinsi ini. Dan telah diketahui bahwa kondisi sosial dan ekonomi provinsi ini termasuk pada provinsi yang berkembang dengan cukup pesat, sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu tujuan peningkatan sistem jaringan jalan yang ada adalah untuk menjangkau daerah yang belum baik tingkat aksesnya di setiap daerahnya sehingga tidak terjadi ketimpangan sosial dan ekonomi antardaerah.

Pemekaran wilayah juga merupakan salah satu hal yang amat berpengaruh pada pengembangan jaringan jalan yang ada karena status jalan akan berpengaruh pada kewajiban setiap unsur pemerintahan, baik itu pemerintah pusat melalui Departemen Pekerjaan Umum, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota, untuk melakukan pemeliharaan, pengelolaan dan peningkatan prasarana jalan tersebut sesuai dengan fungsinya. Dan diperlukan penataan kembali terhadap status dan fungsi jalan.

Adapun berbagai arah pengembangan prasarana jalan wilayah Aceh, seperti:

1. Pengembangan dan pemantapan jaringan jalan lintas untuk mendorong perekonomian nasional:

 Banda Aceh - Lhokseumawe - Batas Sumut

 Banda Aceh–Meulaboh-Batas Sumut

 Seulimun–Takangon-Batas Sumut

2. Pengembangan dan pemantapan jaringan jalan arteri primer lainnya:

 Lingkar Kota Banda Aceh

 Banda Aceh- Pelabuhan Krueng Raya

 Banda Aceh - PelabuhanUlee Lheue

 Lambaro-Blang Bintang (Bandara SIM)

 Simpang Lambaro – Sibreh

 Ulee Kareng –Bandara SIM

 Banda Aceh (Simpang Tiga) - Mata Ie

 Simpang Ajun Jeumpet – Lhoknga

 Sp. Kr. Geukueh-Pelabuhan Kr. Geukueh

 Langsa – Pelabuhan Kuala Langsa

 Bireuen – Takengon

 Krueng Mane - Bukit Rata

 Jantho – Keumala

 Teuku Umar Sabang

 Diponegoro Sabang

 Am Ibrahim Sabang

 Perdagangan Sabang

II - 165

 Cunda Lhokseumawe

 Batas Kota Banda Aceh - Ketapang Dua - Lamteumen Banda Aceh

 Lambaro - Batas Kota Banda Aceh jalan Elak Banda Aceh

 Tgk. Daud Beureueh

 T. Nyak Arief

 Soekarno Hatta

 Elak II Banda Aceh

 Keliling P. Weh Sabang

 Am. Ibrahim Sigli

 Iskandar Muda Sigli

 Sinabang – Sibigo

 Lasikin - Inor – Nasreheu

 Nasreheu – Sibigo

(Semua Jalan Arteri Primer yang dijelaskan di atas mempunyai status sebagai jalan nasional, kecuali ruas Ulee Kareng – Balang Bintang yang merupakan jalan provinsi)

3. Pengembangan dan pemantapan jaringan jalan kolektor primer:

 Simpang Peut Jeuram - Genting Gerbang

 Singkil - Lipat Kajang

 Sinabang - Bandara Lasikin

 Peureulak-Lokop-Blangkejeren

 Beureunuen-Keumala

 Meulaboh-Tutut-Geumpang

 Jamtho-Lamno

 Takengon–Bintang-Kebayakan

 Krueng Geukeuh-Sp. Kebanyakan

 Krueng Geukeuh-Sp. Lawe Deski

 Trangon – Tongra – Babah Rot

 Singkil - Lipat Kajang

 Lingkar Babah Rot – Manggeng

 Singkohor – Longkip – Subulussalam

 Kembang Tanjong – Pulo Pueb – Lueng Putu

 Geumpang – Pameu – Genting Gerbang – Takengon

 Pekan Pidie - Jabal Gafur - Teupin Raya

 Sigli - Kembang Tanjung - Teupin Raya

 Jalan Perdagangan (Sigli)

 Jalan Samudera

 Jalan Cut Meutia (Sigli)

 Jalan Perintis (Sigli)

 Jalan Elak (Sigli)

 Jalan Lingkar Darussalam

 Simpang Lawe Deski - Muara Situlen – Gelombang

II - 166

 Keliling Pulau Breuh

 Jalan Lingkar Kota Bireuen

 Jalan Lingkar Kota Idi

 Jalan Lingkar Kota Langsa

 Jalan Cot Girek – Samarkilang

 Jalan Elak Tamiang

 Jalan Trumon - Buluh Seuma – Singkil

 Tapak Tuan – Kotacane

 Langsa - Blangkejeren

(Semua jalan lokal primer di atas adalah berstatus sebagai jalan provinsi. Selain jalan lokal primer di atas, dalam RTRW Kabupaten/Kota masih mungkin ditetapkan jalan lokal primer sesuai dengan kebutuhan dan kebijakan kabupaten/kota yang bersangkutan)

4. Pengembangan dan pemantapan jaringan jalan lokal primer:

 Blang Bintang-Krueng Raya

 Kr. Raya–Laweung-Tibang

 Ulee Lheue-Sp. Rima

 Jantho-Alue Glong

 Sp. Teritit–Samarkilang-Peunaron

 Geudong-Makam Malikussaleh-Macang

 Lhok Sukon-Cot Girek

 Bintang-Simpang Kraft

 Isaq–Jagongjeget-Glelungi

 Blangkejeren-Babah Rot

 Kuala Tuha-Lamie

 G. Kapur–Trumon-Pulau raya

 Subulussalam–Rundeng-Kr. Luas

 Jalan Lingkar Lembah Sabil – Blang Pidie

 Simpang Krueng Raya - Darussalam - Tungkop (Batas Aceh Besar)

 Simpang Pangwa - Meureudu - Babah Jurong

 Simpang Pangwa - Meureudu - Babah Jurong

 Trieng Gadeng – Ulim – Jangka Buya – Simpang Samalanga

 Meureudu – Geumpang

 Simpang Turu - Lutung – Geumpang

 Simpang Alue Dua - Simpang Langsa Lama

5. Pengembangan dan pemantapan jaringan jalan bebas hambatan (freeway/highgrade highway):

 Banda Aceh - Lhokseumawe - Batas Sumut (Lintas Timur)

 Banda Aceh - Takengon - Batas Sumut (Lintas Tengah)

Sedangkan dalam pengembangan prasarana angkutan penumpang dan angkutan barang meliputi:

II - 167

Dalam dokumen Buku Laporan Pendahuluan Rencana Induk P (Halaman 183-188)