• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Profil Kemenhub

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Buku Profil Kemenhub"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL

(2)

Proil Kementerian Perhubungan ... 4

Visi Kementerian Perhubungan ... 6

Misi Kementerian Perhubungan ... 7

Struktur Organisasi Kementerian Perhubungan ... 11

Tujuan ... 12

Sasaran dan Prioritas Pembangunan ... 12

Kebjakan Umum Transportasi ... 16

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 ... 17

Alokasi Anggaran ... 21

Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) di Sektor Transportasi ... 22

Kinerja Transportasi ... 25

• Transportasi Darat ... 25

• Transportasi Perkeretaapian ... 34

• Transportasi Laut ... 44

• Transportasi Udara ... 58

Hukum dan Regulasi ... 72

Kerjasama Luar Negeri ... 74

Sumber Daya Manusia ... 78

Penelitian dan Pengembangan ... 84

Program Keselamatan dan Keamanan Transportasi... 88

Integritas Pelayanan Publik Kementerian Perhubungan ... 99

(3)
(4)

P

embangunan transportasi mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap pembangunan perekonomian nasional, mengingat kegiatan di bidang transportasi berperan penting dalam distribusi barang dan jasa ke seluruh pelosok tanah air dan antar negara. Transportasi merupakan salah satu komponen strategis dalam pemerataan pertumbuhan ekonomi, aliran pergerakan manusia dan barang, aliran informasi (Flow Of Information) dan aliran inansial (Flow Of Finance) yang perlu dikelola secara cepat dan akurat untuk memenuhi tuntutan ketepatan waktu. Transportasi juga merupakan alat kemakmuran, pembangunan politik, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Peran transportasi sebagai ‘jembatan’ yang memfasilitasi seluruh kegiatan perekonomian dan logistik nasional, memberikan nilai tambah secara sosial ekonomi (Increased Social Economic Values). Pertumbuhan sektor transportasi akan mencerminkan pertumbuhan ekonomi secara langsung sehingga transportasi mempunyai peranan yang penting dan strategis, baik secara makro maupun mikro.

Secara umum pembangunan transportasi telah dapat meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat, serta menjangkau ke semua ibu kota propinsi/kabupaten/kota dan wilayah perbatasan/ terpencil, walaupun kebutuhan kapasitas dan kualitas pelayanan yang dapat disediakan belum sepenuhnya dapat dipenuhi. Kontribusi sektor transportasi dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) cenderung meningkat dengan kisaran 3,7% - 3,9% dalam 5 tahun terakhir, diperkirakan konstribusi sektor transportasi ini akan terus meningkat hingga mencapai 4,4% ditahun 2014. Sementara pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2011 berada pada kisaran 6,3% - 6,5%, sehingga untuk mencapai target, sektor transportasi perlu tumbuh sebesar 9%, dan terus meningkat mencapai 10,5% di tahun 2014.

(5)
(6)

VISI KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

Visi Kementerian Perhubungan adalah “Terwujudnya pelayanan transportasi yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah.”

Pelayanan transportasi yang handal, diindikasikan oleh penyelenggaraan transportasi yang aman (security), selamat (safety), nyaman (comfortable), tepat waktu (punctuality), terpelihara, mencukupi kebutuhan, menjangkau seluruh pelosok tanah air serta mampu mendukung pembangunan nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pelayanan transportasi yang berdaya saing diindikasikan oleh penyelenggaraan transportasi yang eisien, dengan harga terjangkau (affordability) oleh semua lapisan masyarakat, ramah lingkungan, berkelanjutan, dilayani oleh SDM yang profesional, mandiri dan produktif.

(7)

MISI KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

Untuk mencapai visi tersebut, dirumuskan misi sebagai berikut:

1. Meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi dalam upaya peningkatan pelayanan jasa transportasi

(8)

2. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan jasa transportasi untuk mendukung pengembangan konektivitas antar wilayah

Kebutuhan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan jasa transportasi yang perlu mendapatkan perhatian adalah aksesibilitas di kawasan pedesaan, kawasan pedalaman, kawasan tertinggal termasuk kawasan perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar yang masih menjadi tanggungjawab pemerintah.

3. Meningkatkan kinerja pelayanan jasa transportasi

Dalam kondisi keuangan negara yang terimbas krisis keuangan dunia tentunya sangat berpengaruh terhadap kinerja pelayanan jasa transportasi karena masih terdapat beberapa operator yang memiliki keterbatasan kemampuan melakukan perawatan dan peremajaan armada, demikian pula pemerintah secara bertahap dengan dana yang terbatas melakukan rehabilitasi dan pembangunan infrastruktur, sedangkan belum seluruh masyarakat pengguna jasa memiliki daya beli yang memadai. Untuk mendukung keberhasilan pembangunan nasional, perlu diupayakan peningkatan kinerja pelayanan jasa transportasi menuju kepada kondisi yang dapat memberikan pelayanan optimal bagi masyarakat, sejalan dengan pemulihan pasca krisis keuangan global, melalui rehabilitasi dan perawatan sarana dan prasarana transportasi.

4. Melanjutkan konsolidasi melalui restrukturisasi dan reformasi di bidang peraturan, kelembagaan, sumber daya manusia (SDM), dan penegakan hukum secara konsisten

Sesuai dengan prinsip good governance melalui penerbitan 4 (empat) paket undang-undang di sektor transportasi telah dilaksanakan restrukturisasi dan reformasi dalam penyelenggaraan tran sportasi dengan pemisahan yang jelas antara peran pemerintah, swasta dan masyarakat. Restrukturisasi di bidang kelembagaan, menempatkan posisi Kementerian Perhubungan sebagai regulator dan melimpahkan sebagian kewenangan di bidang perhubungan kepada daerah dalam bentuk dekonsentrasi, desentralisasi dan tugas pembantuan. Reformasi di bidang regulasi (regulatory reform) diarahkan kepada penghilangan restriksi yang memungkinkan swasta berperan secara penuh dalam penyelenggaraan jasa transportasi.

(9)
(10)

5. Mewujudkan pengembangan teknologi transportasi yang ramah lingkungan untuk mengantisipasi perubahan iklim

(11)

STRUKTUR ORGANISASI

PUSAT KAJIAN KEMITRAAN DAN PELAYANAN JASA

TRANSPORTASI

1. Bidang Lingkungan Perhubungan; 2. Bidang Teknologi dan Energi Perhubungan; 3. Bidang Regulasi dan Keselamatan Perhubungan; 4. Bidang Multimoda dan Kesisteman Perhubungan; 5. Bidang Ekonomi dan Kemitraan Perhubungan;

MENTERI PERHUBUNGAN

(12)

TUJUAN

Mewujudkan penyelenggaraan transportasi yang efektif dan efisien yang didukung SDM transportasi yang berkompeten guna mendukung perwujudan Indonesia yang lebih sejahtera, sejalan dengan perwujudan Indonesia yang aman dan damai serta adil dan demokratis.

Penyelenggaraan kegiatan transportasi yang efektif berkaitan dengan keter se-diaan aksesibilitas optimalisasi ka pa sitas, maksimalisasi kualitas serta keterjangkauan dalam pelayanan, sedang kan penyelenggaraan transportasi yang efisien berkaitan dengan kemampuan pengembangan dan penerapan teknologi transportasi serta peningkatan kualitas SDM transportasi yang berdampak kepada maksimalisasi dayaguna dan minimasi biaya yang menjadi beban masyarakat.

SASARAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN

Sasaran pembangunan transportasi nasional tahun 2010-2014 adalah :

(13)

2. Meningkatnya aksesibilitas masyarakat t e rh a d a p pe l a y a na n s a ra na d a n prasarana transportasi guna mendorong pengembangan konektivitas antar wilayah; 3. Meningkatnya kapasitas sarana dan

prasarana transportasi untuk mengurangi backlog dan bottleneckkapasitas infratruktur transportasi;

4. Peningkatan kualitas SDM dan melanjutkan restrukturisasi kelembagaan dan reformasi regulasi;

(14)

Berdasarkan sasaran pembangunan Kementerian Perhubungan, skenario pagu anggaran setiap program pembangunan Kementerian Perhubungan disusun berdasarkan 8 (delapan) prioritas sebagai berikut :

a. Terselenggaranya dukungan sektor transportasi untuk kelancaran distribusi bahan pokok kebutuhan masyarakat dan komoditas strategis lainnya dalam upaya pemulihan perekonomian nasional dari dampak resesi global;

b. Terwujudnya keselamatan transportasi sebagai implementasi dari program Roadmap to Zero Accident.

(15)

d. Pembangunan dan rehabilitasi sarana dan prasarana transportasi terutama untuk kegiatan yang tidak dapat diselesaikan dalam 1 (satu) tahun anggaran; pengurangan backlog sarana dan prasarana perkeretaapian; dan penambahan kapasitas terkait dengan peningkatan jasa transportasi;

e. Penyediaan dana pendamping pinjaman dan hibah luar negeri sesuai dengan kebjakan pemerintah dalam mengupayakan pinjaman secara bilateral;

f. Pembangunan di daerah pasca bencana dalam rangka normalisasi dan pemulihan fungsi infrastruktur transportasi; g. Pembangunan kawasan terbatas / pulau-pulau terluar dalam

rangka mempertahankan kedaulatan NKRI;

(16)

KEBIJAKAN UMUM TRANSPORTASI

Kebjakan Umum Kementerian Perhubungan dalam pembangunan dan penyelenggaraan transportasi (2010-2014) meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Mendukung pergerakan kelancaran mobilitas penumpang dan distribusi barang/jasa untuk mendorong pengembangan konektivitas antar wilayah dan meningkatkan daya saing produk nasional;

2. Mewujudkan ketahanan nasional dan wawasan nusantara guna memantapkan penalaran keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI);

3. Meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi guna memberikan pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa transportasi; 4. Memberikan ruang seluas-luasnya kepada

daerah ber dasarkan kewenangannya dan memberikan kemudahan kepada pemerintah daerah dalam penyelenggaraan angkutan massal; 5. Mendorong partisipasi pe ran serta swasta dengan

mem-perhitungkan tingkat pelayanan agar tetap terjaga eisiensi, pemerataan kepentingan daya beli masyarakat lainnya serta kepentingan operator terkait dengan jaminan kelangsungan usaha;

6. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Transportasi guna mewujudkan penyelenggaraan transportasi yang handal, eisien dan efektif;

(17)

R

epublik Indonesia dengan kekayaan sumber daya alam, jumlah penduduk yang besar dan produktif serta akses yang strategis ke jaringan mobilitas global, mendukung Indonesia mewujudkan bangsa dengan kekuatan yang diperhitungkan dalam tata pergaulan antar bangsa. Hal ini pula yang mengharuskan Indonesia mempersiapkan diri lebih baik lagi untuk mempercepat terwujudnya suatu negara maju dengan hasil pembangunan dan kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat.

Diperlukan langkah-langkah yang lebih cerdas dan fokus dengan tolok ukur dan pola manajemen yang jelas. Pengembangan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang dilakukan dengan pendekatan terobosan (breaktrough) dan bukan “Business as Usual” dimaksudkan untuk mendorong terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi, berimbang, berkeadilan dan berkelanjutan.

MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN

PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA

(18)

Melalui Masterplan dengan dua kata kunci, percepatan dan perluasan, Indonesia diharapkan mampu mempercepat pengembangan berbagai program pembangunan yang ada, terutama dalam mendorong peningkatan nilai tambah sektor-sektor unggulan ekonomi, pembangunan infrastruktur dan energi, serta pembangunan SDM dan Iptek. Percepatan pembangunan diharapkan akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia kedepannya. Selain percepatan, Pemerintah juga mendorong perluasan pembangunan

ekonomi Indonesia agar efek positif dari pembangunan ekonomi Indonesia dapat dirasakan tidak saja disemua daerah di Indonesia tetapi juga oleh seluruh komponen masyarakat di Seluruh Wilayah Nusantara.

(19)

Indonesia dengan pasar dunia. Konektivitas Nasional merupakan pengintegrasian 4 (empat) elemen kebjakan nasional yang terdiri dari Sistem Logistik Nasional (Sislognas), Sistem Transportasi Nasional (Sistranas), Pengembangan Wilayah (RPJMN/RTRWN), Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK/ICT) guna mewujudkan konektivitas nasional yang efektif, eisien dan terpadu.

Perwujudan penguatan konektivitas nasional mempertimbangkan keterhubungan Indonesia dengan

(20)
(21)

ALOKASI ANGGARAN

A

lokasi dana untuk sektor transportasi, baik untuk pembangunan, pengembangan, peningkatan maupun pemeliharaan dan penelitian mencerminkan penting dan tingginya sektor ini didalam mendukung pertumbuhan perekonomian nasional. Hal tersebut menunjukkan bahwa Pemerintah menaruh perhatian besar terhadap sektor transportasi dengan senantiasa meningkatnya anggaran yang dialokasikan.

Anggaran Kementerian Perhubungan Tahun 2010 sebesar Rp. 17,619 Triliun terdiri dari Rupiah Murni sebesar Rp. 15.873 Triliun, PNBP (Non BLU sebesar Rp. 353.538 miliar, BLU sebesar Rp. 112.315 Miliar) dan Pinjaman Luar Negeri sebesar Rp. 1,845 triliun. Alokasi anggaran tersebut sudah termasuk anggaran APBN-P sebesar Rp. 1,746 Triliun.

Anggaran Kementerian Perhubungan Tahun 2011 sebesar Rp. 23,279 Triliun yang terdiri dari Rupiah Murni sebesar Rp. 21,579 Triliun dan Pinjaman Luar Negeri sebesar Rp. 1,699 Triliun, sampai dengan saat ini telah direalisasikan untuk Rupiah Murni sebesar Rp. 11,396 Triliun atau 52,81 % dan isik 60,27% , sedangkan untuk pinjaman Luar Negeri telah direalisasikan sebesar Rp. 398,077 Miliar atau 23,43 %.

Rp 25,000

Rupiah

Rp 17,619

Rp 21,579

Rp 1,845 Rp 1,699

Rp 20,000

Rp 15,000

Rp 10,000

Rp 5,000

Tahun 2010 Tahun 2011

Rp 0

Rupiah Murni (RM) (dlm jutaan rupiah)

Pinjaman Luar Negeri (dlm jutaan rupiah)

ALOKASI ANGGARAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2010 dan TAHUN 2011

Tahun Anggaran Rupiah Murni (RM) (dlm jutaan rupiah)

Pinjaman Luar Negeri (dlm jutaan rupiah)

Tahun 2010 Rp17,619 Rp1,845

(22)

D

alam menyikapi keterbatasan kemampuan keuangan negara dalam penyediaan sarana/prasarana transportasi dan mengantisipasi kebutuhan jasa transportasi yang makin beragam dan meningkat setiap tahunnya mendorong pemerintah melakukan upaya peningkatan investasi di sektor transportasi dengan melibatkan peran aktif swasta dalam kerangka kerjasama pemerintah swasta (KPS).

KERJASAMA PEMERINTAH

DAN SWASTA (KPS)

(23)

Secara umum dalam peraturan perundang-undangan sektor transportasi telah menggambarkan kebjakan untuk mereposisi peran dan fungsi pemerintah dari operator menjadi regulator, lebih membuka peran serta swasta dan pemerintah daerah, penerapan kebjakan formula tarif dan subsidi yang lebih mendorong investasi swasta dan BUMN/

(24)

Rencana PRoyek (kPS) StatuS

- Perluasan Pelabuhan Tanjung Priok, Kalibaru, DKI Jakarta Siap Ditawarkan

- Terminal Pelabuhan Wisata Tanah Ampo, Karangasem, Bali Siap Ditawarkan

- Pembangunan Bandara Banten Selatan Siap Ditawarkan

- Pembangunan Bandara Samarinda Baru Proyek Potensial

- Pengembangan Terminal Kargo Pekanbaru Proyek Potensial

- Pengembangan Terminal Terpadu Mulimoda Karya Jaya, Palembang Proyek Potensial

- Perkeretaapian Rantau Prapat-Duri-Duma-Tl. Kuantan-Muaro Proyek Potensial

- Terminal Terpadu Gedebage, Bandung Proyek Potensial

- Perkeretaapian dan Terminal Batubara Muara Tuhup-Kalipapak-Balikpapan Proyek Potensial

- Pengembangan Terminal Curah Pelabuhan Kuala Enok, Riau Proyek Potensial

- Pengembangan Pelabuhan Tj. Priok, Cilamaya, Karawang, Jabar Proyek Potensial

- Pengembangan Pelabuhan Pelaihari, Kalimantan Selatan Proyek Potensial

- Pengembangan Pelabuhan Internasional Maloy Proyek Potensial

- Bandara Internasional Kertajai Proyek Potensial

- Pengembangan Bandara Dewandaru, Karimun Jawa, Jawa Tengah Proyek Potensial

- Bandara Internasional Kulonprogo Internaional, DIY Proyek Potensial

- Pembangunan Bandara Singkawang, Kalimantan Barat Proyek Potensial

- Pembangunan Bandara Bali Baru, Bali Proyek Potensial

(25)

KINERJA

TRANSPORTASI

1. Transportasi Darat

Pembangunan transportasi darat diprioritaskan pada program pemeliharaan, rehabilitasi, peningkatan dan pembangunan transportasi darat yang diwujudkan melalui pembangunan simpul transportasi jalan, peningkatan prasarana/sarana angkutan jalan dan pelayanan keperintisan angkutan jalan.

Posisi bus AKAP pada tahun 2010 sebanyak 20.802 unit bus dengan 866 perusahaan otobus mengalami peningkatan hingga pada semester I tahun 2011 (Juni 2011), terdapat 21.119 unit bus dengan 874 perusahaan otobus. Sedangkan posisi bus pariwisata pada tahun 2010 sebanyak 11.933 unit bus dengan 959 perusahaan otobus, mengalami peningkatan hingga Juni 2011 sebanyak 14.333 unit bus dengan 1.082 perusahaan otobus. Adapun jumlah terminal sebanyak 559 terminal dengan rincian Terminal Tipe A sejumlah 116 unit, Terminal Tipe B sejumlah 247 unit dan Terminal Tipe C sebanyak 196 unit.

(26)
(27)
(28)

Pola pengembangan jaringan pelayanan angkutan penyeberangan mengacu pada rencana pengembangan wilayah sebagaimana diamanatkan dalam UU No.26 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang djelaskan lebih rinci dalam PP No.26 Tahun 2008, dimana konsep pengembangan transportasi penyeberangan adalah melayani seluruh wilayah Indonesia dalam konsep sabuk. Selanjutnya pola pengembangan jaringan pelayanan penyeberangan utama mengacu pada konsepsi sabuk dengan pola pengembangan sabuk tersebut terdiri dari sabuk utara, sabuk tengah dan sabuk selatan serta penghubung sabuk.

(29)

Lintas penyeberangan Sabuk Tengah merupakan lintas-lintas yang berfungsi menghubungkan jalur tengah wilayah Indonesia seperti: lintas penyeberangan dari Palembang/Tanjung Apiapi-Muntok, Sadai- Tanjung Ru,

Manggar-Ketapang, Batulicin-Garongkong/Barru, Balikpapan-Taipa, Bajoe-Kolaka, Luwuk-Salakan, Boniton-Banggai-Bobong/Taliabu-Mangole-Sanana-Teluk Bara-Namlea-Ambon, Hunimua-Waipirit, Wahai-Fakfak. Lintas

penyeberangan Sabuk Selatan merupakan lintas-lintas yang berfungsi menghubungkan jalur selatan wilayah Indonesia seperti: Balohan/Sabang-Ulee Lheue/Banda Aceh, Bakauheni-Merak,

Ketapang-Gilimanuk, Padangbai-Lembar, Kayangan-Pototano, Sape-Labuhan Bajo, Sape-Waikelo, Waingapu-Sabu-Kupang, Teluk Gurita-Kisar,

(30)

Lintas penyeberangan sabuk utara, tengah, dan selatan dihubungkan dengan lintas penyeberangan penghubung sabuk, antara lain meliputi: Kendal-Kumai, Lamongan-Bahaur, Marapokot-Daruba. Lintas penyeberangan sabuk utara, tengah, dan selatan mencakup pula lintas penyeberangan antarnegara, antara lain, meliputi Belawan-Penang, Dumai-Malaka, Batam-Singapura, Nunukan-Tawao (Sabah), dan Tahuna-Davao.

(31)
(32)

Pada tahun 1989 ditetapkan 44 lintas penyeberangan melalui Keputusan Menteri Perhubungan KM No. 64 Tahun 1989, sampai saat ini telah menjadi sebanyak 155 lintas penyeberangan, ditambah dengan 43 lintas penyeberangan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah (Gubernur atau Bupati/Walikota) setelah era otonomi daerah. Sehingga jumlah total lintas penyeberangan yang telah ditetapkan adalah sebanyak 198 lintas penyeberangan. Berdasarkan jenis pengoperasian, lintas penyeberangan dapat dibedakan dalam 2 lintas, yaitu : lintasan komersil dan perintis yang disubsidi pemerintah.

(33)
(34)

2. Transportasi Perkeretaapian

Prioritas pembangunan transportasi perkeretaapian meliputi program revitalisasi dan modernisasi sarana dan prasarana perkeretaapian untuk meningkatkan pelayanan bagi pengguna jasa kereta api, meningkatkan keamanan, keselamatan serta mengurangi backlog prasarana. Kemudian dari aspek operasional juga dilakukan pemisahan sistem operasi kereta api perkotaan / komuter dengan kereta api antar kota (jarak jauh).

Secara lebih spesifik pembangunan prasarana perkeretaapian sepanjang tahun 2010 hingga tahun 2011 dilakukan melalui pembangunan jalur ganda (secara bertahap) guna meningkatkan kapasitas lintas, rehabilitasi prasarana perkeretaapian melalui peningkatan dan penggantian rel, penggantian bantalan kayu dengan bantalan beton, peningkatan dan perbaikan jembatan serta peningkatan persinyalan, pelistrikan dan telekomunikasi.

(35)

● Pembangunan Jalur Ganda Cirebon-Kroya Segmen-II lintas Prupuk-Purwokerto antara Patuguran-Purwokerto telah beroperasi pada tahun 2009 dan antara Prupuk-Patuguran sudah terpasang rel ganda dan diharapkan pada akhir tahun 2011 sudah dapat dioperasikan, sehingga segmen II lintas Prupuk-Purwokerto pada akhir Desember 2011 sudah dapat dioperasikan jalur ganda; sedangkan segmen I antara Cirebon-Prupuk saat ini sedang dilaksanakan pekerjaan tubuh baan antara Ketanggungan-Prupuk;

(36)

● Pembangunan jalur ganda lintas Serpong-Parung Panjang-Maja sepanjang 32 Km, pada saat ini sudah terpasang rel ganda antara Serpong-Parung Panjang sepanjang 11,75 Km dan ditargetkan akhir Desember 2011 sudah dapat dioperasikan;

● Pembangunan jalur ganda lintas Duri-Tangerang, saat ini sedang dilaksanakan pekerjaan pembangunan tubuh baan antara Bojong Indah-Duri dan antara Kalideres-Bojong Indah;

● Pada April tahun 2009 Ditjen Per-keretaapiaan Kemenhub telah mengaktifkan kembali Stasiun Tanjung Priok untuk melayani lintas Tanjung Priok-Bekasi dan untuk KA jarak Jauh Tanjung Priok-Surabaya. Kemudian dilanjutkan dengan program menghidupkan kembali jalur KA lintas Jakarta Kota-Tanjung Priok sepanjang 9 Km;

● Pelaksanaan reaktivasi jalur KA lintas Cianjur-Sukabumi sepanjang 40 Km telah dilaksanakan sejak tahun 2009 dan saat ini dalam tahap penyelesaian pekerjaan;

(37)

Pasar Minggu, Pasar Senen, Cicayur) untuk menambah daya listrik aliran atas sebesar 22.000 KW selain itu juga dilakukan rehabilitasi 7 Gardu Listrik Aliran Atas untuk kehandalan Gardu LAA guna mendukung dan memaksimalkan operasional KA komuter

Jabodetabek;

● Penggantian Bantalan Kayu/Besi pada rel R25/R33/R38 menjadi Bantalan Beton R54 pada lintas Surabaya-Panarukan sepanjang 20,69 Km’sp, lintas Kalisat-Banyuwangi sepanjang 11,06 Km’sp, lintas

Bangil-Kertosono sepanjang 32 Km’sp, gudang 208 pelabuhan Tanjung Priok sepanjang 0,35 Km’sp dan lintas Semarang-Alastuwa sepanjang 3 Km’sp;

● Peningkatan jalan KA di lintas Solo-Yogyakarta, lintas Yogyakarta-Sukabumi dan lintas Purwosari-Wonogiri termasuk peningkatan emplasemen di stasiun Solo dan Yogyakarta sepanjang 63,296 Km’sp serta sekitar 1,6 Km’sp di wilayah Jabodetabek;

(38)

Kemudian pada regional Sumatera sepanjang tahun 2010 hingga tahun 2011 telah dilaksanakan pembangunan dan rehabilitasi prasarana perkeretaapian, diantaranya :

● Pembangunan rel pada wilayah Aceh sepanjang 4,159 Km’sp, juga rehabilitasi rel sepanjang 23,640 Km’sp pada wilayah Sumatera Barat dan pembangunan tubuh baan sepanjang 7,875 Km’sp pada wilayah Aceh dan Lampung;

● Pekerjaan Pembangunan tubuh baan pada lintas Bandar Tinggi-Kuala Tanjung sepanjang 3 Km’sp;

● Penggantian Bantalan Kayu/Besi menjadi Bantalan Beton pada wilayah Sumatera utara (25 Km) dan wilayah Sumatera selatan sepanjang 2,814 Km’sp;

● Peningkatan dan perkuatan tubuh baan melalui pemasangan bronjong dan ballast proteksi pada lintas Tarahan-Tanjung Enim sepanjang 0,95 Km’sp dan lintas Kr.Mane-Geukeuh sepanjang 11,75 Km’sp;

● Perbaikan 7 unit jembatan yang tersebar di wilayah Sumut, Sumbar, Sumsel dan Lampung;

(39)
(40)

Dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa transportasi kereta api, khususnya pengguna jasa kereta api kelas ekonomi, Pemerintah dalam hal ini Ditjen Perkeretaapian Kemenhub telah melaksanakan pengadaan Sarana Perkeretaapian (KRDI, K3 AC, KRL AC), untuk dioperasikan PT KAI (Persero) baik di Pulau Jawa maupun di Pulau Sumatera, antara lain :

● KRDI “ SEMINUNG” untuk melayani lintas Tanjung Karang – Lampung (80 Km), dioperasikan sejak 13 Januari 2010;

● KRDI “SRI LELAWANGSA” untuk melayani lintas Medan – Binjai (45 Km), dioperasikan sejak 16 Februari 2010;

● Kereta Ekonomi AC “BOGOWONTO” untuk melayani lintas Pasar Senen – Kutoarjo (453 Km), dioperasikan sejak 3 September 2010;

(41)

● Rail Bus ”BATARA KRISNA” untuk melayani lintas Solo – Wonogiri, dioperasikan sejak 26 Juli 2011;

● Kereta Ekonomi AC ”GAJAH WONG” melayani lintas Pasar Senen – Lempuyangan, dioperasikan tanggal 24 Agustus 2011;

● Pengoperasian 2 train set KRL AC KFW untuk melayani KA komuter Jabodetabek, pada 24 Agustus 2011;

● KRDI AC ”CEPU EXPRESS” untuk melayani lintas Surabaya – Lamongan –Bojonegoro – Cepu, dioperasikan sejak 25 Agustus 2011.

(42)
(43)
(44)

3. Transportasi Laut

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, transportasi laut mendapat peran yang sangat penting, baik dalam upaya menyatukan beribu-ribu pulau yang tersebar di kawasan nusantara maupun dalam menghubungkan Indonesia dengan negara-negara lain di dunia. Arah kebjakan transportasi laut pada dasarnya dikelompokan dalam empat subsistem, yaitu angkutan laut, kepelabuhanan, keselamatan & keamanan pelayaran dan perlindungan lingkungan maritim.

Pembinaan dan pengembangan transportasi laut terus digalakkan sampai mencapai tingkat pelayanan yang optimal bagi masyarakat pengguna jasanya. Melalui transportasi laut, telah terbentuk jaringan pelayanan yang luas, baik di dalam negeri maupun ke luar negeri.

(45)
(46)

Keberadaan pelayaran perintis bertujuan untuk mendorong pengembangan daerah terpencil dan terisolir sekaligus peningkatan dan pemerataaan pembangunan dan hasil-hasilnya. Disamping dalam rangka mewujudkan stabilitas nasional yang mantap dan dinamis dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(47)

Selain itu dalam upaya mendorong kebangkitan kembali industri pelayaran nasional, Pemerintah telah mengeluarkan Inpres nomor 5 Tahun 2005 tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran. melalui penerapan ”azas cabotage”.

(48)
(49)

Sedangkan dalam upaya peningkatan kelancaran pelaksanaan ekspor / impor sedang disusun cetak biru (blueprint) Sistem Inaportnet dalam rangka mendukung penerapan National Single Window di Indonesia.

(50)

Sehingga akan mampu meningkatkan kinerja penanganan atas kegiatan perdagangan dan lalulintas barang. Terutama dalam mendorong percepatan proses Port Clearance. Dengan demikian memungkinkan pengiriman dokumen melalui satu gateway-portal yang dapat diakses dari lokasi atau entitas mereka yang terkoneksi dalam sistem inaportnet ini.

Telah dilaksanakan sosialisasi Sispro Pelayanan Kapal dan Barang untuk sistem Inaportnet di pelabuhan. Monitoring

dan evaluasi sistem inaportnet di pelabuhan yang dibangun dan dikembangkan sistem inaportnet serta yang akan dikembangkan ke pelabuhan lainnya. Pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Untuk tahap pertama di pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Emas dan Tanjung Perak.

(51)

Saat ini, Indonesia mencalonkan diri kembali menjadi Anggota Dewan IMO kategori “C” dalam sidang Assembly IMO ke-27.

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang eksistensinya telah diakui berdasarkan ketentuan Konvensi Hukum Laut, 1982 (United Nations Convention on the Law of the Sea, 1982), pengakuan eksistensi sebagai negara maritim terbesar dalam berbagai forum internasional sangat

diperlukan, termasuk dalam forum Sidang Council dan Sidang Assembly.

(52)

Terdapat beberapa manfaat dari keanggotaan IMO, disamping terkait langsung dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan juga terkait dengan instansi-instansi lain di Indonesia, antara lain :

1. Pengakuan dunia internasional terhadap Indonesia sebagai negara maritim yang besar. Pengakuan ini sangat berdampak pada segi politik dan citra Indonesia di percaturan politik dunia international;

2. Menghindarkan penurunan devisa negara;

3. Peraturan perundang-undangan di bidang kemaritiman di Indonesaia akan semakin maju karena sudah meratifikasi beberapa konvensi internasional;

4. Terdapat jaminan ganti rugi akibat pencemaran laut oleh kapal, terutama kapal-kapal tanker bila terjadi kecelakaan;

5. Dapat mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi di bidang kemaritiman;

6. Menjalin kerjasama teknis, baik di tingkat regional maupun internasional;

(53)

Beberapa manfaat lainnya adalah :

• Bantuan teknis di bidang penanggulangan pencemaran minyak, penerapan International Safety Management (ISM) Code, penerapan STCW 1995, penerapan ISPS Code dan lain-lain;

• Penetapan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) sebagai suatu keharusan bagi negara kepulauan (Archipelagic State) untuk memberi akses kepada kapal-kapal asing di wilayah perairannya, sebagaimana ditetapkan dalam “United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982 yang telah diratiikasi

dengan Undang-Undang No. 17 Tahun 1985.

Kementerian Perhubungan juga telah dapat memenuhi salah satu ketentuan dalam aturan SOLAS (Safety of Life at Sea) Tahun 1974 Bab V yang mewajibkan setiap member state IMO untuk mengharuskan kapal pelayaran Internasional dan wilayahnya dilengkapi dengan peralatan Long Range Identiication of Ship Tracking yaitu peralatan deteksi posisi kapal yang diberlakukan secara penuh pada tanggal 1 Oktober 2011.

(54)

Pada tahun 2011 jumlah pelabuhan diseluruh Indonesia sebanyak 2.393 pelabuhan, dengan rincian sebagai berikut :

• Pelabuhan milik PT. Pelabuhan Indonesia sebanyak 111 pelabuhan;

• Pelabuhan milik Pemerintah sebanyak 921 pelabuhan, bertambah 38 pelabuhan baru dibandingkan tahun 2010 sebanyak 883 pelabuhan;

• Pelabuhan Khusus sebanyak 502 pelabuhan, bertambah 30 pelabuhan baru dibandingkan tahun 2010 sebanyak 472 pelabuhan;

(55)

Berkaitan dengan pembinaan dalam rangka pembangunan dan pengembangan pelabuhan yang berwawasan lingkungan (ecoport). Saat ini telah dilaksanakan di 5 (lima) lokasi yaitu

pelabuhan Tarempa, Ampenan, Waingapu, Labuhan Bajo dan Nunukan.

Pada tahun 2011 posisi awal November 2011 telah dilaksanakan kegiatan Pengerukan Alur / Kolam di 17 pelabuhan dengan volume pengerukan sebanyak 8,69 juta meter

(56)

Keberadaan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran di pulau terdepan bagi wilayah N e g a r a K e s a t u a n Republik Indonesia yang luas selain untuk k e s e l a m a t a n d a n keamanan pelayaran juga sebagai bukti eksistensi kedaulatan N e g a r a K e s a t u a n Republik Indonesia. Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) yang disediakan juga harus sesuai dengan ketentuan International Association of Marine Aids to Navigation and Light House Authorites (IALA). Oleh karena itu penyelenggaraan SBNP yang terdiri dari Perencanaan, Pengadaan, Pengoperasian, Pemeliharaan dan Pengawasan diprioritaskan untuk mencapai kecukupuan dan keandalan SBNP.

Pembangunan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran dilaksanakan berdasarkan skala prioritas yakni :

a. Melanjutkan kegiatan-kegiatan yang belum selesai/ tertunda;

b. Rehabilitasi Sarana dan Prasarana Kenavigasian;

c. Pembangunan/pengembangan Sarana dan Prasarana Kenavigasian sesuai dengan kebutuhan teknis;

(57)

Jumlah SBNP yang beroperasi pada posisi saat ini sebanyak 3.253 dengan rincian milik Ditjen Perhubungan Laut sebanyak 2.069 unit yang terdiri dari 277 Menara Suar, 1.263 Rambu Suar, 355 Pelampung Suar, 125 Rambu Tanda Siang dan Anak Pelampung sebanyak 49 unit. Sementara milik Non Direktorat Jenderal Perhubungan Laut sebanyak 1.184 unit, yang terdiri dari 631 Rambu Suar, 462 Pelampung Suar, 72 Rambu Tanda Siang dan 19 unit Anak Pelampung.

Dalam upaya meningkatkan tingkat keandalan SBNP pada TA 2011 dibangun 8 Menara Suar, 180 Rambu Suar. Rehabilitasi SBNP sebanyak 72, Diklat SBNP (Dasar / Terampil) 3 orang dan Diklat Surveyor Hidrograi 2 orang. Ais AtoN 80. Survey, Investigasi dan Desain (SID) SBNP tetap 10 lokasi, Survei alur dan perlintasan 10 lokasi dan pembangunan Radar Beacon (Racon) 30. Dilaksanakan pula pembangunan Vessel Trafic Service (VTS) Selat Malaka. Pembangunan kapal Kenavigasian sebanyak 2 unit dan rehabilitasi 10 kapal kenavigasian. Penambahan 30 unit SROP Global Maritime Distress Safety System (GMDSS), jadi total SROP GMDSS menjadi 66 unit.

(58)

4. Transportasi Udara

(59)

Berdasarkan KM 11 Tahun 2010 tentang Tatanan Kebandar Udaraan Nasional, Indonesia memiliki Bandar Udara umum sejumlah 233 bandar udara yang terdiri dari 29 bandar udara internasional dan 204 bandar udara domestik. Dari 233 bandar udara tersebut, sejumlah 208 bandar udara dioperasikan oleh Pemerintah dan 25 bandar udara dikelola oleh PT. (Persero) Angkasa Pura I dan II.

Sesuai dengan Peraturan Presiden No.32 tahun 2011 tentang Program Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia bahwa pembangunan transportasi udara Indonesia dikelompokkan dalam 5

(60)

Koridor Sumatera

1. Perluasan gedung terminal penumpang Bandar Udara SM. Badaruddin II Palembang 2. Pengembangan sisi darat/private sector dan

sisi udara/public sector di Bandar Udara Kualanamu

3. Pengembangan terminal di Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II dan pekerjaan tanah persiapan pengembangan landas pacu, dan konstruksi apron

4. Pengembangan terminal di Bandar Udara Sultan Thaha dan pelebaran landas pacu

5. Pengembangan terminal di Bandar Udara Raja Fisabilillah dan pemantapan shoulder

Koridor Jawa

1. Pengembangan Terminal dan Peningkatan Kekuatan Konstruksi Runway di Bandar Udara Husein Sastranegara

2. Pembangunan Bandar Udara Kertajati 3. Pengembangan terminal T2

dan fasilitas penunjang di Bandar Udara Juanda – Surabaya

(61)

Koridor Kalimantan

1. Percepatan pembangunan Bandar Udara Samarinda Baru

2. Pengembangan terminal dan fasilitas penunjang Bandar Udara Balikpapan

Koridor Papua – Maluku

Pengembangan terminal dan rehabilitasi Bandar Udara Morotai (Overlay landas pacu dan land clearing terminal)

serta pemasangan AFL

Koridor Bali – NTT – NTB

1. Pengembangan terminal penumpang internasional Bandar Udara Ngurah Rai

2. Pembangunan Bandar Udara Internasional Lombok

3. Pembangunan sisi udara Bandar Udara Surabaya II/Bandar Udara Mbay

Kegiatan Pembangunan, Rehabilitasi

dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara

1. Pembangunan Bandar Udara Medan Baru Kualanamu 2. Percepatan pembangunan Bandar Udara Baru di 24

(62)

a. Bandar Udara Muara Bungo – Jambi

b. Bandar Udara Muara Teweh Baru – Kalimantan Tengah

c. Bandar Udara Morowali – Sulawesi Tengah d. Bandar Udara Tojo Una Una – Sulawesi Tengah e. Bandar Udara Bone – Sulawesi Selatan

f. Bandar Udara Saumlaki Baru – Maluku g. Bandar Udara Tual Baru (Ibra) – Maluku h. Bandar Udara Surabaya II (Mbay)

i. Bandar Udara Miangas – Sulawesi Utara j. Bandar Udara Tebelian – Kalimantan Barat k. Bandar Udara Moa – Maluku

l. Bandar Udara Werur – Papua Barat

m. Bandar Udara Kuffar – Seram Bagian Timur n. Bandar Udara Namniwel – Maluku

o. Bandar Udara Waisai Raja Ampat – Papua Barat p. Bandar Udara Enggano – Bengkulu

q. Bandar Udara Sumarorong Tahap II – Mamasa r. Bandar Udara Sinak Baru – Papua

(63)

u. Bandar Udara Purukcahu – Kalimantan Barat v. Banda Udara Pekonserai – Lampung Barat w. Bandar Udara Bawean – Jawa Timur

x. Bandar Udara Buntu Kunik – Sulawesi Selatan

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara juga telah melakukan pengembangan dan rehabilitasi bandar udara di daerah perbatasan dan rawan bencana yaitu :

(64)

- Lanjutan pembangunan prasarana bandar udara keamanan dan navigasi penerbangan di Bandar Udara Maimun Saleh-Sabang, Pangsuma Putussibau, Nunukan, Bokondini, Tanah Merah-Merauke, Marerena-Sarmi, Mopah-Merauke, Kisarm Haliwen-Atambua, Lekunik-Rote, Tardamu-Sabu dan Mali Alor, Miangas Serta meningkatkan kemampuan daya dukung landasan sehingga dapat didarati

pesawat yang lebih besar

(65)
(66)

Untuk penerapan kebijakan ASEAN Open Sky pada tahun 2015, Indonesia saat ini telah mempersiapkan 5 (lima) bandar udara internasional yaitu Bandar Udara Soekarno Hatta-Tangerang; Bandar Udara Kualanamu-Medan; Bandar Udara Juanda, Surabaya; Bandar Udara Ngurah Rai, Denpasar dan Bandar Udara Hasanuddin, Makasar untuk melayani penerbangan-penerbangan regional melalui persetujuan bilateral. Sampai dengan posisi saat ini, rute penerbangan komersial dalam negeri sebanyak 222 rute, yang menghubungkan 107 kota dalam negeri. Untuk rute penerbangan luar negeri yang dilayani oleh badan usaha angkutan udara nasional

sebanyak 47 rute, menghubungkan 12 kota di dalam negeri dan 20 kota di luar negeri, sedangkan rute luar negeri yang dilayani perusahaan penerbangan asing sebanyak 96 rute, menghubungkan 16 kota dalam negeri dan 39 kota luar negeri.

(67)

Sampai dengan tahun 2011 tersedia 132 rute angkutan udara perintis di 13 propinsi sebagai pendorong pertumbuhan dan pengembangan wilayah dalam rangka pemerataan pembangunan dan mewujudkan stabilitas pertahanan dan keamanan negara.

Dalam mendukung kegiatan angkutan udara perintis di Indonesia, terdapat 7 (tujuh) Perusahaan angkutan udara niaga yang melayani rute angkutan udara perintis yakni PT. Merpati Nusantara yang menjangkau wilayah Maluku, Papua Barat dan Papua; PT. Aviastar Mandiri yang menjangkau wilayah Kalimantan Tengah; PT. Sabang Merauke Raya

(68)

Dalam mengimplementasikan standar keamanan dan keselamatan penerbangan, Indonesia telah memformulasikan program keamanan dan keselamatan penerbangan melalui National Civil Aviation Security Program dan State Safety Program dengan menerapkan Safety Management System (SMS) sebagai program keselamatan penerbangan dan Security Management System (SeMs) sebagai sebuah program

keamanan penerbangan kepada seluruh stakeholders.

Safety Oversight dilakukan dalam berbagai kegiatan berupa Safety Audits setiap 2 (dua) tahun sekali kepada seluruh operator penerbangan dalam rangka perpanjangan AOC; Flight Operations Surveillance setiap 1 (satu) bulan sekali; Maintenance Surveillance setiap 1 (satu) bulan sekali, Ramp Inspections setiap 1 (satu) bulan sekali dan Annual Inspections untuk Sertiikat Kelaikan Udara setiap 1 (satu) tahun sekali

untuk seluruh pesawat udara.

Indonesia memiliki kontribusi penting terhadap peningkatan keselamatan dan keamanan penerbangan melalui kerjasama dengan ICAO yang dituangkan dalam bentuk perjanjian Management Services Agreement

(MSA) Annex 1 enhancement of safety overside capability of DGCA – Project INS/07/802, Annex 2

(69)

1. Kantor Otoritas Bandar Udara kelas Utama Wilayah I Soekarno Hatta yang mengawasi DKI, Banten, Jabar, Lampung dan Kalimantan Barat;

2. Kantor Otoritas Bandar Udara Kelas I Wilayah II Polonia Medan yang mengawasi N.A.D, Sumatera Utara, Riau dan Kepulauan Riau;

3. Kantor Otoritas Bandar Udara Kelas I Wilayah III Djuanda Surabaya yang mengawasi Jatim, Jateng, DI Yogyakarta, Kalimantan Selatan; 4. Kantor Otoritas Bandar Udara Kelas I Wilayah IV

Ngurah Rai Denpasar yang mengawasi Bali, NTB dan NTT;

5. Kantor Otoritas Bandar Udara Kelas I Wilayah V Hasanuddin Makassar yang mengawasi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara dan Sulawesi Barat;

6. Kantor Otoritas Bandar Udara Kelas II Wilayah VI Minangkabau Padang yang mengawasi Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Sumatera Barat dan Jambi; 7. Kantor Otoritas Bandar Udara Kelas II Wilayah VII

Sepinggan Balikpapan yang mengawasi Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah;

8. Kantor Otoritas Bandar Udara Kelas II Wilayah VIII Sam Ratulangi Manado yang mengawasi Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku Utara dan Maluku;

9. Kantor Otoritas Bandar Udara Kelas II Wilayah IX Rendani Manokwari yang mengawasi Papua Barat, Biak dan Nabire; 10. Kantor Otoritas Bandar Udara Kelas II Wilayah X Mopah

(70)
(71)

Pertumbuhan industri penerbangan yang sangat cepat dan berkelanjutan, memerlukan personil penerbangan yang andal dan kompetitif. Saat ini, industri penerbangan nasional telah didukung oleh sejumlah besar personil penerbangan yang terdiri dari 7.835 penerbang, 1.062 petugas Air Trafic Controller, dan 6.374 teknisi pesawat udara. Disamping itu, pertumbuhan industri penerbangan di Indonesia juga didukung oleh sejumlah perusahaan maskapai penerbangan nasional dan armada pesawat udara yang mampu mengakomodir tingginya tuntutan atas kebutuhan penerbangan di Indonesia.

Saat ini, terdapat 20 (dua puluh) maskapai penerbangan di bawah AOC 121 serta 34 (tiga puluh empat) operator di bawah AOC 135 dengan jumlah pesawat udara di bawah AOC 121 sebanyak 1144 pesawat, AOC 135 sebanyak 237 pesawat serta di bawah AOC 137 sebanyak 1 pesawat, OC 91 sebanyak 10 pesawat, Pilot

(72)

REFORMASI di bidang regulasi (regulatory reform) diarahkan kepada restrukturisasi dalam penyelenggaraan transportasi dengan pemisahan yang jelas antara peran pemerintah, swasta dan masyarakat. Restrukturisasi di bidang kelembagaan, menempatkan posisi Kementerian Perhubungan sebagai regulator dan melimpahkan sebagian kewenangan di bidang perhubungan kepada daerah dalam bentuk dekonsentrasi, desentralisasi dan tugas pembantuan.

Pencapaian kinerja Kementerian Perhubungan tidak hanya pada pembangunan sarana dan prasarana transportasi, namun juga pada aspek hukum dan regulasi. Adapun arah kebijakan regulasi transportasi diupayakan sebagai tindak lanjut terbitnya empat Undang-Undang Transportasi yaitu :

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian serta 2 (dua) peraturan pelaksananya yang telah ditetapkan, yaitu:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian; b. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009

Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Kereta Api.

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran. Sebagai pelaksana telah disiapkan 7 (tujuh) Peraturan Pemerintah (PP) yaitu:

HUKUM DAN REGULASI

a. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang tentang Kepelabuhanan;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan;

(73)

e. RPP tentang Penjagaan Laut dan Pantai (Sea and Coast Guard) telah disampaikan kepada Presiden untuk ditetapkan.

f. RPP tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal. Posisi dalam proses harmonisasi di Kementerian Hukum dan HAM.

g. RPP tentang Kesejahteraan Awak Kapal Dan Kesehatan Penumpang. Posisi dalam proses harmonisasi di Kementerian Hukum dan HAM.

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. Sebagai peraturan pelaksananya telah disiapkan 1 (satu) Rancangan Peraturan Pemerintah yaitu RPP tentang Pembangunan Dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara. Yang saat ini telah disampaikan kepada Presiden untuk ditetapkan.

4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Sebagai pelaksana telah disiapkan 12 (dua belas) Peraturan Pemerintah (PP) yaitu :

a. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak, serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2011 tentang Forum LLAJ;

c. RPP Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindakan Pelanggaran LLAJ;

d. RPP Kendaraan, yang saat ini dalam proses harmonisasi di Kementerian Hukum dan HAM;

e. RPP Angkutan Jalan, yang saat ini dalam Persiapan untuk pembahasan antar Kementerian;

f. RPP Jaringan LLAJ, yang saat ini dalam Persiapan untuk pembahasan antar Kementerian;

g. RPP Diklat Mengemudi, yang saat ini dalam Persiapan untuk pembahasan antar Kementerian; h. RPP Sistem Informasi dan Komunikasi LLAJ, yang

saat ini dalam Persiapan untuk pembahasan antar Kementerian;

i. RPP Keamanan dan Keselamatan LLAJ, yang saat ini dalam pembahasan antara instansi Pembina LLAJ; j. RPP Dampak Lingkungan LLAJ, yang saat ini dalam

pembahasan antara instansi Pembina LLAJ;

k. RPP Pengembangan Industri dan Teknologi Sarana dan Prasarana LLAJ, yang saat ini dalam pembahasan antara instansi Pembina LLAJ;

l. RPP Pembinaan dan Penyelenggaraan LLAJ, menunggu keputusan Kementerian Hukum dan HAM dan Sekretariat Negara mengenai perlu atau tidaknya pengaturan RPP ini.

5. Selain peraturan pemerintah yang telah ditetapkan di atas telah ditetapkan pula Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Multimoda.

(74)
(75)

1. Kerjasama Regional di bidang Transportasi yang telah dilakukan selama tahun 2011 antara lain :

a. 4th IMT-GT (Indonesia Malaysia Thailand) Post Summit

Planning Meeting dilaksanakan pada tanggal 20-21 Januari 2011 di Hotel Imperial Boat Beach Resort; b. 31st ASEAN Senior Transport Meeting (STOM)

dilaksanakan pada tanggal 24-26 Mei 2011 di Siem Reap, Kamboja;

c. 21st ASEAN Transport Facilitation Working Group

(TFWG) dilaksanakan pada tanggal 25-29 April 2011 di Panglao Island, Bohol, Filipina;

d. 22nd Transport Facilitation Working Group (TFWG)

telah diselenggarakan di Manila Filipina, pada tanggal 20-22 September 2011;

e. 9th ASEAN-Jepang Senior Transport Oficial Meeting

(STOM) Leader Conference ke 9 dilaksanakan pada tanggal 13-15 Juni 2011 di Takamatsu, Jepang; f. 34th APEC Transportation Working Group (TPT-WG)

dilaksanakan pada tanggal 12-16 Juni 2011 di Brisbane, Australia;

g. The 8th BIMP EAGA Transport, Infrastructure, and ICT

Development (TIICTD) Cluster Meeting dilaksanakan pada tanggal 21-23 Juni 2011 di Puerto Princesa, Filipina;

h. 2nd ASEAN-ROK dilaksanakan pada tanggal 11-12

Agustus 2011 di Seoul, Republik Korea;

i. IMT-GT 2011 Post Summit Planning Meeting

dilaksanakan pada tanggal 20-21 Januari 2011 di Koh Samui, Surat Thani Province, Thailand;

j. BIMP-EAGA 2011 Strategic Planning Meeting

dilaksanakan pada tanggal 12-14 Januari 2011 di kota Kinabalu, Sabah, Malaysia;

k. APEC Joint Transportation and Energy Ministerial Conference (TEMC) dan The 7th APEC Ministerial

Meeting (TMM) dilaksanakan di San Francisco, Amerika Serikat pada 13-14 September 2011;

l. The 5th ASEAN-Japan Experts Group Meeting

on Information Platform for Transport Statistics

dilaksanakan pada tanggal 15-16 Maret 2011 di Bangkok Thailand;

m. The 2nd Experts Group Meeting on ASEAN-Japan Action

Plan on Environment Improvement in the Transport Sector dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 2011 di Hanoi, Vietnam;

n. 2nd ASEM Transports Ministers Meeting (ASEM-TMM)

dilaksanakan pada tanggal 24-26 Oktober 2011 di Chengdu, China;

o. The 21st ASEAN Maritime Transport Working Group

Meeting dilaksanakan pada tanggal 5-7 Oktober 2011 di Penang, Malaysia;

p. 32nd ASEAN Senior Transport Officials Meeting

dilaksanakan pada tanggal 12-13 Desember 2011 di Phnom Penh, Kamboja;

q. 17th ASEAN Transport Ministers Meeting dilaksanakan

pada tanggal 15-16 Desember 2011 di Phnom Penh, Kamboja;

r. The BIMP-EAGA Air Linkages and Sea Linkages Working Group Special Meeting and Special BIMP-EAGA TIICTD Meeting dilaksanakan pada tanggal 19-23 September 2011 di kota Kinabalu, Sabah, Malaysia. 2. Kerjasama Bilateral di bidang Transportasi yang telah

dilakukan selama tahun 2011 antara lain :

a. Penandatanganan Revisi Air Services Agreement RI-India oleh Menteri Perhubungan di New Delhi, India pada tanggal 25 Januari 2011.

b. Penandatanganan Exchange of Letter RI-China mengenai

(76)

Karena Bencana Alam Tsunami oleh Wakil Menteri Perhubungan di Jakarta pada tanggal 20 Pebruari 2011. c. Penandatanganan MOU RI-Timor Leste di bidang Kerjasama Diklat Transportasi oleh Menteri Perhubungan kedua negara di Jakarta pada tanggal 22 Maret 2011. d. Penandatanganan Air Service Agreement RI-Rusia

oleh Wakil Menteri Perhubungan di Moskow, Rusia pada tanggal 25 Maret 2011.

e. Penandatanganan MOU antara Ditjen Perhubungan Udara dan BPSDM Perhubungan dengan JAA TO, Belanda mengenai Kerjasama Dibidang Pelatihan Penerbangan di Jakarta pada tanggal 4 Mei 2011. f. Perundingan Putaran ke-2 Indonesia-EFTA Economic

Comprehensive Partnership Agreement (IE-CEPA) di Jenewa, Swiss tanggal 6-8 Juni 2011.

g. Penandatanganan MOU Hubungan Udara RI-Australia oleh Direktur Angkutan Udara, Ditjen Perhubungan Udara di Jakarta pada tanggal 22 Juni 2011.

h. Penandatanganan Horizontal Agreement on Certain Aspects of Air Service RI-Uni Eropa oleh Menteri Perhubungan di Brussel, Belgia tanggal 29 Juni 2011. i. Penandatanganan MOU RI-Perancis mengenai

Kerjasama Peningkatan Air Link di Wilayah Timur Indonesia oleh Wakil Menteri Perhubungan di Jakarta pada tangal 1 Juli 2011.

j. Penandatanganan MOU RI-Perancis mengenai

Bandung Urban Railway Transport Development, Electrification Padalarang -Cicalengka Line di Jakarta pada tanggal 1 Juli 2011.

k. Pertemuan ke-9 Indonesia Transport Safety Assistance Package (ITSAP) Project Review Group Meeting di Melbourne, Australia tanggal 12-13 Juli 2011. l. Pertemuan Kedua Sidang Komisi Bersama (SKB)

RI-Brunei Darussalam di Bali pada tanggal 17-18 Juli 201.

m. Pertemuan Ke-2 Tingkat Wakil Menteri Transportasi Indonesia-Jepang di Tokyo-Jepang tanggal 28-29 Juli 2011. n. Penandatanganan Arrangement RI-Amerika Serikat

mengenai Ketentuan-Ketentuan tentang Keberadaan dan Pemakaian Pesawat Udara Negara C-12 Amerika Serikat di Indonesia oleh Menteri Perhubungan di Jakarta pada tanggal 3 Agustus 2011.

o. Penandatanganan MOU antara BPSDM Perhubungan dengan STC-Group Holding BV Belanda mengenai Kerjasama di bidang Sistem Pendidikan dan Pelatihan Perhubungan oleh Kepala BPSDM Perhubungan di Jakarta pada tanggal 11 Agustus 2011.

p. Penandatanganan MOU Kementerian Perhubungan dengan GIZ Jerman mengenai Kerjasama TRANSfer - Menuju Teknologi dan Kegiatan Transportasi yang Ramah Lingkungan oleh Kapus PKKPJT di Jakarta pada tanggal 12 Oktober 2011.

q. Perundingan Putaran ke-3 Indonesia-EFTA Economic Comprehensive Partnership Agreement (IE-CEPA) di Bali tanggal 2011 8-11 Nopember 2011.

3. Kerjasama Multilateral di bidang Transportasi yang telah dilakukan selama tahun 2011 antara lain :

a. Sidang Komite United Nations Economic and Social Commision for Asia and Paciic (UNESCAP) ke 67 di Bangkok, Thailand, tanggal 19-22 Mei 2011;

b. The Second Meeting Of The Working Group On Trans-Asia Railway Network di Busan, Korea Selatan, tanggal 14-15 Juni 2011;

c. Asian Pacific Space Cooperations Organization

(APSCO) dilaksanakan di Beijing, China, tanggal 5-9 September 2011;

(77)
(78)

SEKTOR transportasi terkait erat dengan sumber daya manusia yang mendukungnya. Untuk itu Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Perhubungan memiliki sasaran mewujudkan SDM yang kompeten secara merata di semua wilayah Indonesia pada tahun 2014. BPSDM Perhubungan saat ini berupaya untuk memenuhi kebutuhan tenaga ahli di sektor transportasi, serta meningkatkan kapasitas pendidikan di semua lembaga pendidikan agar unggul secara nasional dan berstandar internasional.

Isu keselamatan dan keamanan dalam bertransportasi erat dikaitkan dengan kualitas SDM. Meningkatkan kualitas keselamatan, keamanan, dan kenyamanan dalam bertransportasi menjadi tekad Kementerian Perhubungan. Terkait dengan Kementerian Perhubungan mewujudkan “Road Map to Zero Accident”, BPSDM Perhubungan ikut serta menjadikan perhatian utama pendidikan transportasi yang berorientasi zero accident dalam berbagai program pendidikan dan pelatihan guna mempersiapkan SDM sesuai standar kompetensi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas-tugas perhubungan.

(79)
(80)

Berbagai sekolah tinggi, politeknik, akademi, serta balai pendidikan dan pelatihan transportasi tersebar dari Aceh hingga Papua. Hingga saat ini sudah berdiri 19 Unit Pelaksana Teknis, yaitu Sekolah Tinggi

(81)

Pelayaran (PIP) di Semarang, Makassar, Akademi Teknik Keselamatan Penerbangan (ATKP) di Medan, Surabaya, Makassar, Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Darat (BP2TD) di Palembang, Tegal,

(82)

Tingginya kebutuhan sumber daya manusia dibidang penerbangan dan pelayaran juga menjadi fokus Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan, Kementerian Perhubungan. Saat ini sekolah penerbangan di tanah air baru mampu memasok pilot sebanyak 320 orang per tahun, sedangkan untuk pelaut, pemerintah baru dapat menyuplai 1500 pelaut setiap tahunnya. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan, Kementerian Perhubungan terus mengupayakan meningkatkan sumber daya manusia di bidang penerbangan guna memenuhi kebutuhan pilot sepanjang tahun 2011-2015 yang mencapai 4000 orang atau 800 orang pertahunnya dan kebutuhan teknisi pesawat udara yang mencapai 7500 orang untuk dua tahun kedepan. Upaya peningkatan sumber daya manusia di bidang pelayaran juga terus dilakukan guna memenuhi kebutuhan pelaut nasional dalam lima tahun ke depan yang mencapai 43.806 orang, yang terdiri dari 18.774 pelaut kelas perwira dan 25.032 pelaut kelas dasar. Dari data diatas menunjukkan bahwa, masih terbuka kesempatan yang luas bagi putra putri terbaik bangsa untuk dapat menjadi sumber daya manusia yang berkompeten, handal, terampil dan ahli dibidang transportasi.

Dalam menyediakan dan mengembangkan SDM bidang transportasi, serta memberikan kesempatan yang sama keseluruh anak bangsa agar dapat menikmati pendidikan yang berkualitas, BPSDM Perhubungan dalam perjalanannya sedang menambah 9 sekolah transportasi. Saat ini dari sembilan sekolah sebagian yang sudah dibangun adalah di Sorong dan Aceh sejak 2007 lalu. Untuk di Sumatera Barat, Sulawesi Utara, dan NTB saat ini masuk pada tahapan studi dan desain.

(83)
(84)

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

BADAN Penelitian dan Pengembangan Perhubungan telah melakukan kegiatan pokok penelitian dan pengembangan yang sifatnya lintas sektoral, manajemen transportasi multimoda, transportasi darat, per keretaapian, laut dan udara. Pada kurun waktu 2010 – 2011 te lah dilakukan ke-giatan penelitian ber dasarkan 7 pilar sistranas yang terdiri dari: Studi besar sebanyak 103 studi, Studi sedang sebanyak 27 studi, dan Studi kecil sebanyak 345 studi .

Badan Penelitian dan Pengembangan telah menyusun cetak biru Transportasi Antarmoda/Intermoda untuk mengidentifikasi berbagai masalah yang menyebabkan terjadinya ketidaklancaran arus barang dan mobilitas orang pada simpul transportasi yang strategis dan kota metropolitan serta daerah tertinggal.

Badan Penelitian dan Pengembangan saat ini sedang melakukan Tinjau Ulang Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS). Penyempurnaan perwujudan Sistranas dilakukan dalam

upaya peningkatan pelayanan transportasi baik keandalan maupun kelaikan sarana dan prasarana trans portasi, serta pe-ningkatan keter pa duan antar in tar moda trans por tasi, disesuai-kan dengan per kem bangan eko no mi, tingkat ke majuan tek-nologi, kebjakan tata ruang dan lingkungan. Tinjau ulang dititikberatkan pada konsep pengembangan dan keterpaduan jaringan transportasi nasional sampai tahun 2030.

Dalam rangka Transfer of Knowledge bagi para peneliti maka telah di lakukan kegiatan Rountable Discussion. Selama kurun waktu 2010 – 2011 kegiatan Roundtable Discussion telah dilaksanakan sebanyak 40 kali. Kegiatan Rountable discussion di laksanakan dengan menghadirkan para pakar dan praktisi bidang transportasi baik dari institusi pemerintah seperti departemen teknis, BUMN, perguruan tinggi negeri maupun swasta yang profesional di bidangnya. Kegiatan Rountable discussion dilaksanakan secara reguler setiap minggu dengan mengangkat isu atau tema aktual dalam sistem transportasi nasional. Secara umum hal – hal yang didiskusikan pada Roundtable Discussion meliputi aspek yang terkait dengan masing-masing moda transportasi yaitu pelayanan, angkutan, keselamatan, sarana/prasarana, lingkungan dan energi, tarif serta angkutan antarmoda/multimoda.

Dalam upaya memotivasi Peneliti untuk menjadi peneliti profesional yang produktif dalam menghasilkan karya tulis ilmiah yang berkualitas sejalan dengan salah satu target yang ingin dicapai dalam program JUMLAH SDM FUNGSIONAL PENELITI

Jenjang Peneliti 2008 2009 2010 2011

Peneliti Pertama 25 31 33 41

Peneliti muda 28 30 28 28

Peneliti Madya 29 28 33 41

Peneliti Utama 5 5 6 6

(85)
(86)

Reformasi Birokrasi yaitu meningkatnya profesionalisme sumber daya manusia (SDM) Aparatur maka diselenggarakan kegiatan Temu Karya Peneliti yang merupakan ajang untuk mengembangkan kreativitas para peneliti dan saling tukar menukar informasi serta sebagai forum peneliti untuk latihan mengembangkan kepercayaan diri, dan mempublikasikan karya tulis ilmiahnya. Selain kegiatan temu karya, publikasi karya tulis ilmiah dilakukan melalui Jurnal Nasional maupun seminar, workshop dan forum ilmiah lainnya.

(87)

Untuk mengetahui pergerakan penumpang, barang dan kendaraan pada periode waktu tertentu secara serentak diseluruh kabupaten di Indonesia, serta mendapatkan data dan informasi yang dapat menunjukkan situasi karakteristik transportasi saat ini seperti pergerakan penumpang dan barang berikut maksud/tujuan perjalanan yang dilakukan penumpang, berat dan banyaknya muatan tiap komoditi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan menyelenggarakan survei Asal Tujuan Transportasi Nasional 2011.

Survei Asal Tujuan Transportasi Nasional 2011 yang dilakukan pada moda jalan, penyeberangan & sungai, kereta api, moda laut dan udara ini sangat bermanfaat sebagai masukan bagi pemerintah sebagai database sistem transportasi nasional untuk merencanakan pembangunan sistem transportasi, khususnya pergerakan antar kabupaten, propinsi, dan nasional, baik yang menyangkut pengembangan infrastruktur jalan, maupun sarana transportasi dan kebjakan lainnya yang terkait.

(88)

Dalam rangka meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi, Pemerintah mengupayakan penyediaan fasilitas keselamatan dan keamanan yang memadai, peningkatan kualitas SDM transportasi, pembenahan regulasi di bidang keselamatan/ keamanan maupun sosialisasi kepada para pemangku kepentingan.

Kementerian Perhubungan dalam rangka menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya ketertiban dan keselamatan transportasi, melakukan berbagai kegiatan sosialisasi baik langsung maupun tidak langsung antara lain melalui sosialisasi below the line yang pada tahun 2011 dilaksanakan di beberapa daerah seperti Lampung, Palu, Kupang dan Bali. Kegiatan sosialisasi juga dilakukan melalui Iklan Layanan Masyarakat di media cetak, media elektronik dan media luar ruang (billboard). Sosialisasi ini dimaksudkan sebagai upaya pembentukan kesadaran masyarakat akan ketertiban, keselamatan dan

PROGRAM KESELAMATAN

DAN KEAMANAN

(89)

keamanan dalam bertransportasi. Melalui sosialisasi, masyarakat diharapkan dapat mengambil peran dalam melakukan edukasi kepada masyarakat itu sendiri terkait ketertiban dan keselamatan transportasi.

Program keselamatan juga dilakukan secara bertahap pada masing-masing sub sektor transportasi dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Direktorat Jenderal Perhubungan Darat dengan strategi dan program aksi antara lain:

− Pemerintah menetapkan Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan dan pencanangan Dekade Aksi Keselamatan Jalan 2011-2020 sebagai jawaban atas ajakan majelis Umum PBB melalui resolusi nomor A/ RES/64/255 tanggal 2 Maret 2010 untuk memerangi jumlah korban kecelakaan lalu lintas yang sudah dianggap epidemi global

− Pengadaan Peralatan UPK, Pembangunan Sistem Informasi Keselamatan, Penyuluhan Informasi Keselamatan, Pengadaan Peralatan Sosialisasi, Implementasi Lajur Khusus Sepeda Motor, Peningkatan Kualitas Mental dan Pengemudi Angkutan Umum; − Peningkatan Kapasitas Analisis Data Kecelakaan

Anggota Unit Pengkajian Keselamatan (UPK); − Peningkatan Kapasitas Audit Keselamatan Jalan; − Peningkatan Kapasitas Audit Keselamatan Alur

Pelayaran ASDP;

(90)

− Pelatihan Pengemudi AKAP/AKDP, Taksi Bandar Udara, Angdes/Angkot dan B3;

− Pemilihan Awak Kendaraan Umum Teladan (AKUT); − Pengadaan Helm Anak;

− Sosialisasi Keselamatan melalui Radio, Media Cetak dan Elektronik;

− Pembuatan Film Animasi Edukasi keselamatan transportasi darat.

− Di bidang sumber daya LLAJ dilaksanakan kegiatan-kegiatan :

a. Pendidikan untuk Penguji Kendaraan Bermotor b. Pendidikan dan penyegaran bagi Penyidik Pegawai

Negeri Sipil (PPNS) bidang LLAJ

(91)

a. Pengadaan dan Pemasangan Rambu, RPPJ, Marka Jalan, dan Lampu Penerangan Jalan berbasis tenaga surya,

b. Pemasangan dan alat Pengujian Kendaraan Bermotor,

c. Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas pada lokasi-lokasi tertentu.

(92)

Direktorat Jenderal Perkeretaapian dengan strategi dan program aksi antara lain:

1. Peningkatan Keselamatan Perkeretaapian melalui beberapa kegiatan seperti pemantauan batas kecepatan di 9 DAOP dan 3 Divre, Pengadaan alat bantu pengawasan pelanggaran taspat,

Pengadaan alat bantu pemeriksaan keselamatan dan penelitian kecelakaan serta pengadaan pintu perlintasan kereta api; 2. Peningkatan kemam puan dan kualifikasi keahlian SDM Per kereta apian melalui pelatihan teknis ins pektur perkeretaapian, monitoring dan sertiikasi SDM perkeretaapian (regu-lator & operator), penyiapan pemberian akreditasi lembaga diklat SDM perkeretaapian dan pelatihan teknis penguji dan auditor perkeretaapian, sampai dengan tahun 2011 telah dilakukan sertiikasi terhadap 62 tenaga penguji prasarana, 32 penguji sarana, 31 inspektur prasarana dan 17 inspektur sarana; 3. Pelaksanaan sertiikasi 9.850 SDM Perkeretaapian

(93)

4. Peningkatan kelaikan sarana perkeretaapian melalui pengu jian sertifikasi sarana per-keretaapian (245 sertifikasi Uji Pertama diwilayah Jawa-Sumatera dan 47 sertiikasi Uji Berkala diwilayah Jawa-Su matera sampai dengan November 2011), pengawasan kelaikan sarana perkeretaapian dan monitoring pe laksanaan Peraturan Menteri dibidang sarana;

(94)

6. Peningkatan kelaikan prasarana perkeretaapian melalui sejumlah pengujian pertama dan berkala terhadap prasarana kereta api, diantaranya pengujian pertama jalur dan bangunan stasiun kereta api di Nanggroe Aceh Darussalam pada lintas Kr. Geukeuh-Kr.Mane sepanjang 11,35 km, pengujian pertama jalur KA shortcut Surabaya Gubeng-Pasar Turi sepanjang 925 m dan pengujian berkala jalur dan bangunan Kereta Api antara stasiun Purwosari hingga stasiun Wonogiri sepanjang 37 km; 7. Peningkatan pengamanan pada pintu perlintasan

melalui penggantian pintu perlintasan otomatis maupun melalui pembangunan under/upper pass sebagai bentuk nyata pengurangan perlintasan sebidang yang rawan; 8. Pelaksanaan sosialisasi penertiban penumpang kereta

api yang naik di kabin masinis, atap kereta, gerbong, lokomotif dan sambungan kereta serta tempat yang bukan pada peruntukannya.

(95)

Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dengan strategi dan program aksi antara lain:

− Pemenuhan kecukupan dan keandalan sarana dan prasarana sesuai standar internasional;

− Pengerukan alur pelayaran/kolam; − Melakukan audit terhadap kapal; − Audit Lembaga Diklat Kepelautan; − Uji Petik Bidang Kelaiklautan Kapal;

− Peningkatan keterampilan personil KPLP dalam penerapan ISPS Code;

− Peningkatan Keterampilan PSCO;

− Pelatihan Penanggulangan Pencemaran akibat tumpahan minyak di laut (MARPOLEX);

(96)

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dengan strategi dan program aksi antara lain:

− Proaktif terhadap pencegahan kecelakaan penerbangan melalui progam evaluasi kinerja bandar udara maupun operator penerbangan;

− Peningkatan kehandalan peralatan navigasi penerbangan melalui peremajaan sistem pengaturan lalu lintas udara terutama yang melayani ruang udara di wilayah barat Indonesia (Jakarta Automation Air Trafic System) atau JAATS;

− Peningkatan pemanfaatan sistem pengaturan lalu lintas udara di wilayah timur Indonesia Makassar Air Trafic (MATSC);

− Wilayah udara yang tidak terjangkau oleh radar diberikan layanan penginderaan dengan Automatic Dependent Surveillance Broadcast (ADS-B) untuk upper level. Peremajaan fasilitas navigasi penerbangan yang beroperasi lebih dari 15 tahun;

− Pemasangan fasilitas bantu navigasi penerbangan di Luwuk, Poso, Oksibil dan Kotabaru;

(97)

− Melakukan audit investigasi terhadap pesawat yang beroperasi dengan pemberian sanksi kepada operator yang tidak melaksanakan ketentuan :

(a) Cockpit enroute inspection (b) Cabin enroute inspection (c) Station facilities inspection (d) Training program inspection

(Catatan : dilakukan setiap saat secara random) − melakukan kerjasama melalui realisasi program sebagai

berikut :

1. ITSAP CASA Australia

Pelatihan bagi 72 Inspektur Kelaikkan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara;

Accident & Investigation Training, Training of SMS for Airlines, AMO dan Training Organization; Safety Promotion, Program Pemeliharaan

Pesawat Tua, Human Factor in Fasting Workshop 2. ICAO Enhancement of Safety Oversight Capability

of DGCA (4 ICAO Experts)

Flight Operation and Cabin Safety Inspector Training for new Hired Inspectors;

• Maintenance En-Route Inspection Training and OJT; • Maintenance Surveillance Supervision;

• Dangerous Good Training;

• Beyond Risk Management Training;

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran interaksional menekankan pada proses yang bersifat dialogis. pada dasarnya manusia mempunyai

“Penerapan metode read, repeat dan distribute dalam meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotorik siswa pada mata pelajaran Fiqih yang saya lakukan adalah menyuruh siswa

Alhamdulillahhirrobbil’alamin segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT atas nikmat, karunia, taufik serta hidayahNya sehingga penulis dapat

Corey menyatakan bahwa penafsiran ini sebaiknya dimulai pada hal-hal yang bersifat tidak penting (surface) dan pada saatnya konseli telah siap untuk membicarakan hal yang lebih

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan dengan Peraturan Bupati tentang Pedoman Pemberian izin belajar,

Bila kita menganggap suatu kasus yang lebih realistis di mana konsumen hanya mempunyai sejumlah uang yang tertentu yang tidak cukup untuk membeli barang

Kata penghubung yang tepat untuk melengkapi bagian yang rumpang pada paragraf tersebut adalah .... karena,

individu-individu yang memiliki moral kuat akan jauh lebih kecil kemungkinannya untuk mengambil keputusan yang tak-etis, namun jika mereka