• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Di sebelah utara : Wilayah kabupaten Cianjur dan Bogor, meliputi hutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1. Di sebelah utara : Wilayah kabupaten Cianjur dan Bogor, meliputi hutan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

A. Letak dan Sejarah Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terletak antara Kabupaten Sukabumi, Bogor dan Cianjur. Luasnya adalah 15.196 hektar yang terdiri

dan

kawasan cagar alam Cimungkat 56 hektar, kawa san cagar alarn Cibodas 1040 hektar, kawasan hutan lindung lereng Gunung Gede dan Pangrango 14.000 hektar dan Taman Wisata Situ Gunung 100 hektar. Secara geografis, taman Taman Nasional Gede Pangrango terletak diantara 106'5 1 '- 107'02' bujur timur dan 6'45'- 6'5 1 ' lintang selatan. Adapun batas-batas Taman Nasional Gunung Gede Pangrango adalah sebagai berikut :

1. Di sebelah utara : Wilayah kabupaten Cianjur dan Bogor, meliputi hutan produksi yang dikelola leh Perum Perhutani, perkebunan teh dan tanah milik masyarakat

2. Di sebelah barat : Wilayah kabupaten Sukabumi dan Bogor, meliputi kawasan hutan produksi yang dikelola oleh Perum Perhutani, perkebunan teh dan tanah milik masyarakat

3. Di sebelah selatan : Wilayah kabupaten Sukabumi dan Bogor, meliputi kawasan hutan produksi yang dikelola oleh Perum Perhutani, perkebunan teh dan tanah milik masyarakat

4. Di sebelah timur : Wilayah kabupaten Cianjur, meliputi kawasan hutan produksi yang dikelola oleh Penun Perhutani dan tanah milik masyarakat.

Taman Nasional ini disebut sebagai T m a n Nasional Gunung Gede Pangrango karena pada Tarnan Nasional ini terdapat dua buah gunung berapi yaitu gunung berapi Pangrango dengan ketinggian 3019 meter dari permukaan laut dan gunung berapi Gede dengan ketinggian 2985 meter dari permukaan laut. Tinggi permukaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango bervariasi antara 700 meter

dan

(2)

permukaan laut sampai dengan ketinggan 3019 meter dari permukaan laut. Tipe hutan pada Taman Nasional ini adalah hutan hujan pegunungan tropika, berada pada ketinggian antara 700 sampai dengan 2400 meter dan permukaan laut, didominasi oleh tumbuhan rasamala, saninten serta jamuju. Ada tiga zonasi pada Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, dimana pa& setiap zonasi spesies makhluk hidupnya juga khas. Ketiga zonasi tersebut adalah sebagai berikut

1. Sub Montana : Pada zonasi ini, kaya akan vegetasi tumbuhan. Vegetasi tumbuhannya terdiri dari dua lapis, pohon-pohonnya besar, bentuk daun tumbuhan adalah lebar, pertumbuhannya cepat, kompetisi di antara spesies tinggi, didominasi oleh pohon oak. Lingkungannya hangat serta lembab, tanahnya subur, ketinggiannya berkisar antara 1200 sampai dengan 1500 meter dari permukaan laut.

2. Montana : Pada zonasi ini, tumbuhannya berukuran sedang, bentuk daunnya sedang dan pertumbuhannya lambat, lingkungannya dingn dan berkabut, ketinggiannya berkisar antara 1500 sampai dengan 2400 meter

dan

permukaan laut.

3. Sub Alpin : Pada zonasi ini, terdiri dan dua lapis yaitu pohon dan bunga, daunnya kecil, tumbuhan tumbuh sangat lambat dan pohonnya pendek. Lingkungannya dingin dan berkabut, tetapi sinar matahari sangat keras, tanah tidak terlalu kaya akan mineral. Ketinggiannya berkisar antara 2400 sampai dengan 3019 meter dari permukaan laut.

Sampai saat ini, para ahli belum mencapai kata s e p h t tentang siapa sebenarnya ilmuwan pertarna yang menjelajahi kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Gubernur Jendeml M e s yang melakukan penjelajahan pada kawasan tersebut pada tahun 18 1 1, dianggap sebagai ilmuwan pertarna yang menjelajahi kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Padahal data historis yang ada menunjukkan bahwa biolog Swedia bernama Carl Pehr Thumberg telah melakukan penelitian di kawasan Tamm Nasional Gunung Gede Pangrango pada tahun 1777.

(3)
(4)

Selain Gubernur Jenderal Rafles dan Carl Pehr Thumberg, ilmuwan lain yang juga pernah melakukan penelitian di kawasan Taman Nasional Gede Pangrango adalah Reindardt (penemu kebun raya Bogor) pada tahun 1 8 19, Kuhl dan van Haselt pada bulan Agustus 182 1, Thomas Junghun (botaniwan Jerman) pada bulan April tahun 1 839, Alfied R Walace pada tahun 1 86 1 serta CGGJ van Steenis botaniawan Belanda yang menulis buku terkenal berjudul "The Mountain Flora of Java" setelah mengunjung kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Pemerintah menyadari bahwa kawasan disekitar Gunung Gede dan Pangrango mempunyai fungsi utama sebagai penyangga ekosistem bagi kawasan disekitarnya, serta mempunyai fungsi tambahan sebagai sarana pendidikan dan rekreasi, maka pada tanggal 6 Maret 1980, kawasan disekitar gunung Gede dan Pangrango ditetapkan sebagai taman nasional dengan nama Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

B.

Lingkungan Fisik Taman Nasional Gunung Gede Pangrango B.1. Tipe Tanah

Berdasarkan peta tanah tinjau Provinsi Jawa Barat skala 1 : 250.000 dari lembaga Penelitian Tanah Bogor tahun 1966, jenis tanah di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terdiri dari :

1. Jenis regosol dan litosol pada lereng pegunungan yang lebih tinggi dan berasal clan lava dan batuan hasil kegatan gunung berarpi. Jenis tanah ini tergolong sangat peka terhadap erosi.

2. Jenis tanah asosiasi andosol dan regosol pada lereng-lereng pegunungan yang lebih rendah, tergolong agak peka sampai peka terhadap erosi. Jenis tanah ini telah mengalami pelapukan lanjut.

3. Jenis tanah latosol coklat pada lereng-lereng paling bawah, jenis tanah ini mengandung liat dan pada lapisan subsoilnya gembur, mudah ditembus air serta lapisan bawahnya telah melapuk. Jenis tanah ini sangat subur dan

(5)

merupakan jenis tanah yang paling dominan serta tergolong agak peka terhadap erosi.

B.2. Tipe Iklim

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan daerah beriklim tropis dengan curah hujan berkisar antara 3000-4000 mrnltahun. Musim hujan te rjadi pada bulan Oktober- Mei dengan curah hujan bulanan rata-rata 200 mm, sedangkan pada bulan Desember-Maret, curah hujan rata-rata dapat mencapai 400 mm. Musim kemarau terjadi pada bulan Juni-September, dengan curah hujan rata-rata 100 mm. Berdaswan klasifikasi iklim yang dibuat oleh Schmidt dan Ferguson, tipe iklim di kawasan ini termasuk ke dalam tipe A dengan nilai Q berkisar antara 5% sampai 9%.

Temperatur di Cibodas berkisar antara 18 sampai 10 "C pada siang hari clan pada malam hari dapat berkisar antara 0 sampai 5 "C. Kelembaban udara relatif sepanjang tahun berkisar antara 80% sampai dengan 90%. Secara umum, angin yslng bertiup di kawasan ini merupakan angin muson yang berubah arah menurut musim. Pada bulan Desember sampai Maret, angin bertiup dari arah barat daya dengan kecepatan yang cukup tinggi dan sering kali mengakibatkan kerusakan hutan. Sedangkan pada musim kemarau, angin bertiup dari arah timur laut dengan kecepatan yang agak rendah.

B.3. Bentuk Topografi

Keadaan topogrdi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango bervariasi dari landai sampai bergunung, dimana keadaan topografi secara umumnya adalah kawasan bukit dan gunung dengan sedikit daerah landa~ karena berada pada ketinggian antara 700 meter sampai 3019 meter dari permukaan laut. Baik di Gunung Gede maupun Gunung Pangrango terdapat banyak jurang dengan kedalaman mencapai 70 meter.

(6)

B.4.

Bentuk Geologi

Gunung Gede dan Gunung Pangrango merupakan bagian dari alur gunung berapi yang membujur dm Sumatera, Jawa sampai Nusa Tenggara. Rangkaian gunung ini terbentuk sebagai akibat dari pergerakan lapisan kulit burni secara terus- menerus selama periode aktivitas geologi yang tidak stabil, yaitu pada periode quartener. Secara urnum, lapisan batuan yang terdapat di daerah ini merupakan batuan vulkanik seperti andesit, tuff, basal, lava breksi, breksi mekanik dan piroklasik. Lapisan dasar dari batun ini terdiri dari batuan non vulkanik yang lebih tua.

B.5. Sistem Hidrologi

Sungai-sungai yang terdapat di &lam kawasn Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, secara umum membentuk pola radial. Berdasarkan data yang tersedia, terdapat 50 sungai dan anak sungai yang berhulu di kawasan ini. Hal ini menyebabkan kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ditetapkan sebagai kawasan konservasi yaitu dalam rangka menjaga keseimbangan ekosistem khususnya sebagai penyangga sistem kehidupan yaitu dalam menyedialcan air permukaan maupun air bawah tanah. Laju aliran dari sungai-sungai yang ada, sepanjang tahun relatif stabil.

Di daerah Gunung Gede, terdapat dua buah lubang yang merupakan penampung air pada saat hujan lebat. Air yang terkumpul, kemudian membentuk aliran kecil di bawah permukaan melalui lapisan pasir yang berporositas tinggi dan selanjutnya mengalir ke dasar kawah yang kemudian muncul sebagai aliran air panas dengan suhu

+

75 "C di lereng utara Gunung Gede pada ketianggian 21 50 meter dari permukaan laut. Adapun beberapa sungai penting yang berhulu di Taman Nasional Gede Pangrango antara lain:

1. Sungai Cimandiri yang mengalir ke arah selatan dan bermuara di Pelabuhan Ratu.

(7)

2. Sungai Cisarua dan Cinagara yang mengalir ke arah barat daya yang merupakan sumber utama sungai Ciliwung dan Kali Angke yang bermuara di laut jawa.

3. Sungai Cikundur dan Cianjur Leutik yang mengalir ke arah timur dan bermuara di sungai Citarum.

C. Spesies Tumbuhan dan Hewan pada Taman Nasional Gede Pangrango C.1. Spesies Tumbuhan

Spesies tumbuhan yang ada pada kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango jumlah dan jenisnya bervariasi sesuai dengan zonasi yang ada. Adapun species tumbuhan yang paling sering dijumpai adalah Walen (Ficus ribes), Pasang (Lithocarpus pseudomollucus), Kondang (Ficus variegata), Pandan (Padamus percolun), Hunyurbuut (Kadsura scandens), Beleketebe (Sloanea sigzin), Rotan

badak (Plecotomia elongata), Rotan (Iluemnorops rubra), Saninten ((~'ue.s~unopsis argentea), Rasamala (Altingia exelsa), Rododendrom (Rhododendrom javanicum), Kitando (Agalmyla parasitica), Ekor kuda (Equisentum debile), Palem (Pinanga coronata), Congkok (Curculgo capitulata), Puspa (Schima wallichii), Kileho (Sauraja pendula), Kecubung (Brugmansia suaveolensis), Kondang kecil (Ficus sinuata), Pandan sabuk (Pandanus furcatus), Riung anak (Caestanopsis javanica), Pasang batu (Litthocarpus elegans), Pisang hutan (Musa acuminata), Jelantang (Dendricinide stimulans), Paku (Selaginela opaca), Janitri (Elaeocarpus sphaericus), Panggang cucuk (Trevesia sundoica), Konyal (Pasflora tuberosa), Jarnuju (Dacrycarpus imbricatus), Kiputri (Podocarpus neriifolius), Beludu (Eupatorium sordidum), Kembang berdoa (Asplenium nidus), Walekadep (Mussaenda fiwdosa), Pacar tere (Impatiens platypetala), Boros (Manglietia glauca), Kiterong (Fragraca Blumeia), Tebu (Saccharum oficinarum), Rawa gayonggong (Phragmites cummunis), Pandan pemanjat (Freysinetia insignis), Honje warak (Nicolaia solaris), Jahe (Amomum coccineum), Belekatoa (Zingiber inflexum), Tongtak (Zingiber

(8)

ordoriferum), Gandasoli (Hedychiurn roxburghii), Lumut merah (Sphagnum gedeanum).

C.2. Spesies Hewan

Seperti halnya juga spesies turnbuhan, spesies hewan yang ada pada k a w m Taman Nasional Gunung Gede Pangrango juga jumlah dan jenisnya sangat bervariasi sesuai dengan zonasi yang ada, meliputi primata, reptilia, aves, amphibi dan mamaiia. Pola makan hewan-hewan tersebut, juga bervariasi yaitu ada yang insektivor, karnivor dan herbivor. Adapun beberapa jenis hewan tersebut adalah Owa jawa (Hylobates moloch), Lutung (Trachypithecus auratus), Surili (Presbytis comata), Monyet (Macaca fasicularis), Burung bututut (Megalaima corvina), Elang ular (Spilornis cheela), Elang hitarn (Icnaetus malayensis), Maninting (Enicornus lescheaulti), Kumbang jamur (Ephiscapa glabra), Ular dengan ggi yang tidak berbahaya (Calamaria linnaei), Phtyon berjala (Phyton reticulatus), Katak bertanduk (Megophrys monticola), Bunglon (Conochepalus camaelensis), Sigung (A@das

javanica), Muncak (Muntiacus muntjak), Tikus pohon (Tupaia glis), Tikus babi (Hylomis suillus), Elang jawa (Spizaetus bartelsi), Cacing tanah biru (Metaphire longa), Saeram sandara batu (Dicrurus paradiseus), Saeram sandara paser (Dicruncr remifer), Tiung batu kecil (kfvophonus glaucinus), Sepah gunung (Pericrolotus miniatus), Sepah hutan (Pericrolotus flamenus), Kadal berjambul (Calotes cystalatus), Kancil (Tragulus javanicus), Burung puyuh (Arborophylia javanica), Burung tiung (A@ophomeus glaucinus), Burung madu (Aetophyga eximia), Babi liar eurasia (Sus scrota), babi liar jawa (Sus verrocosus), Blacan (Felis bengalensis), Macan tutul (Pantera pardus), Anjing liar (Cuon alpinus), Berang-berang berkuku kecil ( A o w cinerea), Trenggiling (Manis javanica).

Referensi

Dokumen terkait

ini dapat dilihat dalam pengujian inovasi berdasarkan responden dengan kategori jenis bank yang memiliki nilai sig. Terdapat perbedaan persepsi

Tujuan dari penulisan laporan akhir ini adalah sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Diploma III di Jurusan Manajemen Informatika Politeknik

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Menganalisis dan menjelaskan pengaturan hukum pemberian persetujuan pemegang saham perusahaan penanaman modal asing secara

Membangun interaksi dengan mereka, mendekatkan diri, dan dengan mengobrol atau membagi banyak hal, dan di sanalah kami sisipkan promosi, jadi cara kami berpromosi lewat

Radiasi yang berasal dari sumber yang bergerak secara relativistik akan menga- lami beaming yang searah dengan vektor kecepatan sumber menurut pengamat diam. Efek beaming

Sistem Pendukung keputusan rotasi posisi duduk siswa dalam kelas ini dapat memberikan penilaian pendukung keputusan rotasi posisi duduk siswa dalam kelas dengan

Sejumlah forum seperti ra pat komisi penyuluhan Aceh, me- nurut Azanuddin, harus menjadi wadah bagi semua pihak terkait untuk dapat memberikan saran dan masukan kepada Pemerintah

Hal ini dapat terjadi karena apabila PDN meningkat berarti peningkatan aktiva valas yang diberikan dengan persentase yang lebih besar dari peningkatan pasiva valas,