• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

No. 63/08/Th. XVII, 5 Agustus 2014

P

ERTUMBUHAN

E

KONOMI

I

NDONESIA

T

RIWULAN

II-2014

EKONOMI

INDONESIA

TRIWULAN

II-2014

TUMBUH

5,12

PERSEN

; Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga

berlaku pada triwulan II-2014 mencapai Rp2.480,8 triliun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan 2000 mencapai Rp724,1 triliun.

; Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada

triwulan II-2014 dibanding triwulan I-2014 mencapai 2,47 persen (q-to-q) dan apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2013 mengalami pertumbuhan 5,12 persen (y-on-y). Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia semester I-2014 dibandingkan dengan semester I-2013 tumbuh 5,17 persen (c-to-c).

; Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi triwulan II-2014 dibandingkan triwulan II-2013 (y-on-y) didorong oleh

hampir semua sektor. Pertumbuhan tertinggi dicapai Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang tumbuh sebesar 9,53 persen. Sementara bila dibandingkan dengan triwulan I-2014 (q-to-q), pertumbuhan tertinggi dicapai Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 4,17 persen.

; Pertumbuhan semester I-2014 dibanding semester I-2013 (c-to-c) didukung oleh semua sector, kecuali Sektor

Pertambangan dan Penggalian yang mengalami penurunan sebesar 0,21 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 9,87 persen.

; Struktur PDB triwulan II-2014 didominasi oleh Sektor Industri Pengolahan, Sektor Pertanian, Peternakan,

Kehutanan dan Perikanan dan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran masing-masing memberikan kontribusi sebesar 23,75 persen, 14,84 persen, dan 14,61 persen.

; Pertumbuhan PDB pada triwulan II-2014 dibandingkan dengan triwulan I-2014 (q-to-q) sebesar 2,47 persen

ditopang oleh Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang tumbuh sebesar 1,50 persen; sementara Pengeluaran Konsumsi Pemerintah meningkat 25,39 persen; Pembentukan Modal Tetap Bruto 4,61 persen; Ekspor Barang dan Jasa 2,14 persen; dan Impor Barang dan Jasa 5,32 persen.

; Dibandingkan dengan triwulan II-2013 (y-on-y), ekonomi tumbuh 5,12 persen didukung Komponen

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang tumbuh 5,59 persen; Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto yang tumbuh 4,53 persen. Sedangkan komponen pengeluaran PDB yang lain mengalami kontraksi pertumbuhan. Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah tumbuh minus 0,71 persen, dan Komponen Ekspor Barang dan Jasa minus 1,04 persen.

; Pertumbuhan ekonomi semester I-2014 terhadap semester I-2013 (c-to-c) sebesar 5,17 persen didukung

Komponen Konsumsi Rumah Tangga yang tumbuh 5,60 persen, Komponen Konsumsi Pemerintah tumbuh 1,15 persen, Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto tumbuh 4,83 persen serta Komponen Komponen Impor sebagai pengurang tumbuh minus 2,98 persen. Namun di sisi lain, Komponen Ekspor tumbuh minus 0,74 persen.

; Struktur PDB menurut Pengeluaran triwulan II-2014 didominasi oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi

Rumah Tangga sebesar 55,79 persen. Selain itu, Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah dan Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto memberikan kontribusi masing-masing sebesar 8,02 persen dan 31,50 persen. Sedangkan peranan Komponen Ekspor dan Impor masing-masing sebesar 23,19 persen dan 25,78 persen.

; Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan II-2014 masih didominasi oleh kelompok

(2)

A. PDB menurut Lapangan Usaha Triwulan II-2014

1. Besaran PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 Triwulan II-2014

Pada triwulan II-2014 PDB Indonesia atas dasar harga berlaku mencapai Rp2.480,8 triliun, meningkat dibanding triwulan I-2014 sebesar Rp2.404,0 triliun. Demikian pula PDB atas dasar harga konstan 2000, meningkat dari Rp706,7 triliun pada triwulan I-2014 menjadi 724,1 triliun pada triwulan II-2014.

Tabel 1

PDB Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 (triliun rupiah)

Lapangan Usaha Harga Berlaku Harga Konstan 2000

Triw I-2014 Triw II-2014 Triw I-2014 Triw II-2014

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 360,8 368,3 88,6 91,0

2. Pertambangan dan Penggalian 269,5 266,6 48,3 48,0

3. Industri Pengolahan 566,5 589,1 178,7 183,5

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 20,6 20,9 5,5 5,5

5. Konstruksi 233,0 245,6 45,8 47,7

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 346,8 362,4 125,5 130,7

7. Pengangkutan dan Komunikasi 173,7 181,3 77,0 78,9

8. Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 185,2 189,4 70,7 71,7

9. Jasa-jasa 247,9 257,2 66,6 67,1

PDB 2 404,0 2 480,8 706,7 724,1

PDB Tanpa Migas 2 220,4 2 299,0 673,9 691,5

Sektor Industri Pengolahan mempunyai nilai tambah terbesar pada triwulan II-2014 yaitu Rp589,1 triliun, diikuti oleh Sektor Pertanian sebesar Rp368,3 triliun; disusul Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran sebesar Rp362,4 triliun; Sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar Rp266,6 triliun; Sektor Jasa-jasa sebesar Rp257,2 triliun; Sektor Konstruksi Rp245,6 triliun; Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan sebesar Rp189,4 triliun; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar Rp181,3 triliun; dan terakhir Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih sebesar Rp20,9 triliun.

Pada perhitungan atas dasar harga konstan 2000 Sektor Industri Pengolahan dengan nilai sebesar Rp183,5 triliun juga memberikan nilai tambah terbesar, diikuti oleh Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Rp130,7 triliun; Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan Rp91,0 triliun; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Rp78,9 triliun; Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan Rp71,7

(3)

2. Pertumbuhan PDB menurut Lapangan Usaha Triwulan II-2014

Kinerja perekonomian Indonesia yang digambarkan oleh perkembangan PDB atas dasar harga konstan 2000, pada triwulan II-2014 meningkat sebesar 2,47 persen bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q-to-q). Peningkatan ini terjadi pada semua sektor ekonomi, kecuali Sektor Pertambangan dan Penggalian yang mengalami penurunan sebesar 0,52 persen. Hal ini disebabkan oleh penurunan Subsektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Subsektor Pertambangan Bukan Migas masing-masing sebesar 0,47 persen dan 2,24 persen.

Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan pada triwulan II-2014 tumbuh 2,69 persen (q-to-q), setelah pada triwulan I-2014 meningkat cukup tajam sebesar 22,61 persen. Pertumbuhan triwulan II-2014 didorong oleh Subsektor Tanaman Perkebunan yang bersifat musiman yaitu tumbuh 51,68 persen, kemudian Subsektor Kehutanan tumbuh 19,56 persen; Subsektor Perikanan tumbuh 4,46 persen; dan Subsektor Peternakan dan Hasil-hasilnya tumbuh 1,82 persen, sementara Subsektor Tanaman Bahan Makanan mengalami penurunan sebesar 10,09 persen.

Sektor Industri Pengolahan tumbuh 2,70 persen (q-to-q), bersumber dari kenaikan Subsektor Industri Bukan Migas yang tumbuh sebesar 2,88 persen. Selanjutnya Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih tumbuh 0,52 persen; Sektor Konstruksi 4,16 persen; Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 4,17 persen; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 2,49 persen; dan Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 1,32 persen; serta Sektor Jasa-jasa 0,73 persen.

PDB Indonesia pada triwulan II-2014 bila dibandingkan dengan triwulan II-2013 mencerminkan perubahan tanpa dipengaruhi faktor musim (y-on-y) meningkat sebesar 5,12 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 9,53 persen diikuti oleh Sektor Konstruksi 6,59 persen; Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 6,18 persen; Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih 5,77 persen; Sektor Jasa-jasa 5,68 persen; Sektor Industri Pengolahan 5,04 persen; Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 4,53 persen; dan Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan meningkat sebesar 3,39 persen, sementara Sektor Pertambangan dan Penggalian turun sebesar 0,15 persen.

Sektor Industri Pengolahan memberikan sumbangan terbesar terhadap total pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2014 (y-on-y) dengan kontribusi sebesar 1,28 persen disusul oleh Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 1,00 persen; Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 0,82 persen; Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 0,61 persen; Sektor Jasa-jasa 0,52 persen; Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan serta Sektor Konstruksi masing-masing memberikan kontribusi sebesar 0,43 persen; dan Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih sebesar 0,04 persen.

(4)

Tabel 2

Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha (persen)

Lapangan Usaha Triw I-2014 Terhadap Triw IV-2013 Triw II-2014 Terhadap Triw I-2014 Triw I-2014 Terhadap Triw I-2013 Triw II-2014 Terhadap Triw II-2013 Semester I-2014 Terhadap Semester I-2013 Sumber Pertumbuhan Triw II-2014 (y-on-y) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan,

dan Perikanan 22,61 2,69 3,22 3,39 3,31 0,43 2. Pertambangan dan Penggalian -3,44 -0,52 -0,26 -0,15 -0,21 -0,01 3. Industri Pengolahan -2,31 2,70 5,13 5,04 5,09 1,28 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih -1,52 0,52 6,31 5,77 6,04 0,04 5. Konstruksi -5,21 4,16 6,54 6,59 6,57 0,43 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran -2,80 4,17 4,79 4,53 4,66 0,82 7. Pengangkutan dan Komunikasi 1,10 2,49 10,21 9,53 9,87 1,00 8. Keuangan, Real Estat, dan Jasa

Perusahaan 2,19 1,32 6,16 6,18 6,17 0,61 9. Jasa-jasa 0,33 0,73 5,71 5,68 5,69 0,52

PDB 0,97 2,47 5,22 5,12 5,17 5,12

PDB Tanpa Migas 1,13 2,61 5,58 5,47 5,53 -

PDB Indonesia semester I-2014 dibandingkan dengan semester I-2013 menunjukkan kenaikan sebesar 5,17 persen, yang terjadi pada semua sektor kecuali Sektor Pertambangan dan penggalian turun sebesar 0,21 persen. Pertumbuhan PDB semester II-2014 didorong oleh pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 9,87 persen; Sektor Konstruksi 6,57 persen; Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 6,17 persen; Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih 6,04 persen; Sektor Jasa-jasa 5,69 persen; Sektor Industri Pengolahan 5,09 persen; Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 4,66 persen; dan Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 3,31 persen.

3. Struktur PDB menurut Lapangan Usaha Triwulan II Tahun 2013-2014

Pada triwulan II-2014 lebih dari separuh PDB atas dasar harga berlaku berasal dari tiga sektor terbesar yaitu Sektor Industri Pengolahan, Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan, dan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran. Masing-masing sektor ini memberikan kontribusi sebesar 23,75 persen, 14,84 persen dan 14,61 persen terhadap PDB.

Beberapa sektor yang mengalami peningkatan peranan pada triwulan II-2014 dibandingkan dengan triwulan II-2013 adalah Sektor Industri Pengolahan dari 23,74 persen menjadi 23,75 persen; Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih dari 0,77 persen menjadi 0,84 persen; Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran dari 14,41 persen menjadi 14,61 persen; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi dari 6,85 persen menjadi 7,31

(5)

Tabel 3

Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Berlaku Triwulan I dan II Tahun 2013–2014 (persen)

Lapangan Usaha 2013 2014

Triw I Triw II Triw I Triw II

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 15,13 15,05 15,01 14,84

2. Pertambangan dan Penggalian 11,52 10,79 11,21 10,75

3. Industri Pengolahan 23,67 23,74 23,57 23,75

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,79 0,77 0,86 0,84

5. Konstruksi 9,90 10,04 9,69 9,90

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 14,17 14,41 14,43 14,61

7. Pengangkutan dan Komunikasi 6,79 6,85 7,22 7,31

8. Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 7,57 7,51 7,70 7,63

9. Jasa-jasa 10,46 10,84 10,31 10,37

PDB 100,00 100,00 100,00 100,00

PDB Tanpa Migas 92,39 92,88 92,36 92,67

B. PDB menurut Pengeluaran Triwulan II-2014

1. Besaran PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 Triwulan II-2014

PDB menurut sudut pandang yang lain, yaitu pengeluaran, menggambarkan sisi penggunaan akhir dari komoditas yang dihasilkan dalam perekonomian. Dari total PDB menurut harga berlaku pada triwulan II-2014 yang mencapai Rp2.480,8 triliun, Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga merupakan komponen yang paling dominan (Rp1.384,1 triliun). Berikutnya secara berturut-turut adalah Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (Rp781,4 triliun), Komponen Impor (Rp639,5 triliun), Komponen Ekspor (Rp575,3 triliun), Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (Rp199,0 triliun) dan Komponen Perubahan Inventori (Rp89,3 triliun).

Secara nilai riil, yaitu dinilai atas dasar harga konstan 2000, besaran PDB triwulan II-2014 tercatat Rp724,1 triliun. Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga juga berada pada posisi komponen terbesar yaitu mencapai Rp396,1 triliun. Namun berbeda dengan PDB atas dasar harga berlaku, pada PDB atas dasar harga konstan 2000 ini, posisi kedua terbesar ditempati oleh Komponen Ekspor (Rp319,5 triliun). Kemudian beturut-turut adalah Komponen Impor (Rp247,6 triliun), Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (Rp178,3 triliun), Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (Rp50,4 triliun) dan Komponen Perubahan Inventori (Rp24,0 triliun).

(6)

Tabel 4

PDB Menurut Pengeluaran

Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 (triliun rupiah)

Jenis Pengeluaran Harga Berlaku Harga Konstan

Triw I-2014 Triw II-2014 Triw I-2014 Triw II-2014

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 1 354,7 1 384,1 390,3 396,1 2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 162,4 199,0 40,2 50,4 3. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 739,6 781,4 170,4 178,3 4. Perubahan Inventori 95,6 89,3 25,8 24,0 Diskrepansi Statistik 82,3 91,2 2,3 3,4 5. Ekspor Barang dan Jasa 570,2 575,3 312,8 319,5

6. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 600,8 639,5 235,1 247,6

PDB 2 404,0 2 480,8 706,7 724,1

2. Pertumbuhan PDB menurut Pengeluaran Triwulan II-2014

Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q-to-q), PDB triwulan II-2014 tumbuh sebesar 2,47 persen. Pencapaian pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian pertumbuhan q-to-q pada triwulan I-2014 yang hanya mencapai 0,97 persen. Peningkatan terjadi di semua komponen kecuali Komponen Perubahan Inventori yang tumbuh minus 6,86 persen.

Secara q-to-q, komponen yang mengalami pertumbuhan paling signifikan adalah Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah yang tumbuh 25,39 persen dikarenakan akselerasi penyerapan anggaran yang biasanya terjadi pada triwulan kedua. Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto sebagai representasi dari aktivitas investasi tumbuh sebesar 4,61 persen. Pertumbuhan ini jauh lebih baik dibandingkan pertumbuhan Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto triwulan I-2014 yang tercatat minus 5,60 persen.

Sementara itu, jika PDB menurut pengeluaran pada triwulan 2014 dibandingkan dengan triwulan II-2013, tercatat angka pertumbuhan y-on-y sebesar 5,12 persen. Tingkat pertumbuhan ini lebih rendah jika dibandingkan dengan capaian pertumbuhan y-on-y triwulan sebelumnya (5,22 persen) maupun capaian pertumbuhan y-on-y triwulan yang sama tahun sebelumnya (5,76 persen). Penyebabnya adalah Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, Komponen Perubahan Inventori dan Komponen Ekspor yang tumbuh negatif secara berturut-turut minus 0,71 persen, minus 8,93 persen dan minus 1,04 persen.

Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebagai komponen terbesar PDB menurut pengeluaran membukukan pertumbuhan yang sedikit lebih rendah daripada pertumbuhan y-on-y pada triwulan sebelumnya yaitu 5,59 persen dibandingkan dengan triwulan I-2014 yang tumbuh 5,61 persen (y-on-y). Namun demikian, jika dibandingkan dengan pencapaian pertumbuhan y-on-y pada triwulan II-2013 yang hanya mencapai 5,15 persen, pertumbuhan Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga triwulan

(7)

Selanjutnya diikuti oleh komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto yang tumbuh 4,83 persen. Pembentukan Modal Tetap Bruto pada semester I tahun 2014 ini tumbuh lebih rendah dibandingkan pencapaian pertumbuhan pada semester I tahun lalu yang tercatat 4,98 persen.

Tabel 5

Laju Pertumbuhan PDB Menurut Pengeluaran (persen)

Jenis Pengeluaran Triw I-2014 Terhadap Triw IV-2013 Triw II-2014 Terhadap Triw I-2014 Triw I-2014 Terhadap Triw I-2013 Triw II-2014 Terhadap Triw II-2013 Semester I-2014 Terhadap Semester I-2013 Sumber Pertumbuhan Triw II-2014 (y-on-y) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 0,70 1,50 5,61 5,59 5,60 3,04 2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah -44,17 25,39 3,58 -0,71 1,15 -0,05 3. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) -5,60 4,61 5,14 4,53 4,83 1,12

4. Perubahan Inventori - - - -

Diskrepansi Statistik - - - -

5. Ekspor Barang dan Jasa -11,13 2,14 -0,44 -1,04 -0,74 -0,49

6. Dikurangi Impor Barang dan Jasa -12,99 5,32 -0,73 -5,02 -2,98 -1,90

PDB 0,97 2,47 5,22 5,12 5,17 5,12

3. Struktur PDB menurut Pengeluaran Triwulan II Tahun 2014

Secara struktur yang dinilai atas dasar harga berlaku, PDB Indonesia menurut pengeluaran tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Aktivitas permintaan akhir masih didominasi oleh Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang mencakup lebih dari separuh PDB Indonesia. Komponen lainnya yang memiliki peranan kuat terhadap PDB secara berturut-turut adalah Pembentukan Modal Tetap Bruto, Impor, Ekspor, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, dan Perubahan Inventori.

Dibandingkan dengan struktur PDB menurut Pengeluaran pada triwulan I-2014, peranan Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga menurun meskipun tidak signifikan yaitu yang semula 56,35 persen pada triwulan I-2014 menjadi 55,79 persen pada triwulan II-2014. Ini merupakan hal yang wajar karena fluktuasi peranan Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sangat dipengaruhi oleh event yang sedang berlangsung secara nasional pada triwulan tersebut. Sementara itu, Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah memiliki pola yg relatif konsisten yaitu secara struktur terjadi kontraksi pada triwulan I kemudian terjadi ekspansi pada triwulan II. Hal itu terkait dengan pola yang berlangsung dalam sistem penganggaran pemerintah.

Peranan Komponen Impor pada triwulan II-2014 tercatat 25,78 persen sementara peranan Komponen Ekspor tercatat lebih kecil yaitu 23,19 persen. Peranan komponen Impor yang lebih besar daripada Komponen Ekspor ini merupakan kelanjutan dari switching antara posisi Ekspor dan Impor pada struktur PDB menurut Pengeluaran yang terjadi pada triwulan II-2012, dimana sebelumnya peranan Komponen Ekspor selalu lebih besar daripada Komponen Impor.

(8)

Tabel 6

Struktur PDB Menurut Pengeluaran

Atas Dasar Harga Berlaku Triwulan I dan II Tahun 2013–2014 (persen)

JenisPengeluaran 2013 2014

Triw I Triw II Triw I Triw II

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 55,75 55,46 56,35 55,79

2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 6,84 8,64 6,76 8,02

3. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 31,24 31,89 30,77 31,50

4. Perubahan Inventori 3,41 4,07 3,97 3,60

Diskrepansi Statistik 3,83 2,55 3,42 3,68

5. Ekspor Barang dan Jasa 23,42 23,12 23,72 23,19

6. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 24,49 25,73 24,99 25,78

PDB 100,00 100,00 100,00 100,00

C. Profil Spasial Ekonomi Indonesia menurut Kelompok Provinsi Triwulan II-2014

Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan II-2014 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 58,70 persen, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 23,74 persen, Pulau Kalimantan 8,31 persen, Pulau Sulawesi 4,84 persen, dan sisanya 4,41 persen di pulau-pulau lainnya.

Di Pulau Jawa, provinsi-provinsi yang memberikan sumbangan terbesar terhadap perekonomian nasional adalah DKI Jakarta (16,76 persen), Jawa Timur (15,17 persen), Jawa Barat (14,34 persen), dan Jawa Tengah (8,36 persen). Sedangkan di Pulau Sumatera, tiga provinsi penyumbang PDRB terbesar adalah Riau (6,79 persen), Sumatera Utara (5,25 persen), dan Sumatera Selatan (3,05 persen). Provinsi penyumbang terbesar di Pulau Kalimantan adalah Kalimantan Timur sebesar 5,28 persen, sedangkan provinsi penyumbang terbesar di Pulau Sulawesi adalah Sulawesi Selatan sebesar 2,48 persen.

Tabel 7

Peranan Wilayah/Pulau dalam Pembentukan PDB Nasional (persen)

Wilayah/Pulau 2012 2013 Triw I 2014 Triw II

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Sumatera 23,74 23,81 23,88 23,74

2. Jawa 57,65 57,99 58,52 58,70

3. Bali dan Nusa Tenggara 2,51 2,53 2,48 2,50

4. Kalimantan 9,30 8,67 8,45 8,31

Referensi

Dokumen terkait

Tanggung-jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility ) berhubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan dimana suatu perusahaan dalam melaksanakan

Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu: tahap pertama dengan meren- dam larva ikan cupang berumur empat hari ke dalam larutan tepung testis sapi dengan dosis berbeda, dan tahap

syndrome di atas, menunjukkan bahwa penggunaan metode glenn doman efektif untuk meningkatkan pemahaman lambang bilangan anak down syndrome. Ini terlihat

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kekuatan tarik dan impak yang optimal serta mengetahui kemampuan serap bunyi dan koefisien serap bunyi dari

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Adakah perbedaan yang signifikan kemampuan penalaran

Jika unit kerja tidak melakukan backup CMS dan basis data minimal satu kali dalam satu tahun, maka web unit kerja tersebut tidak akan diikutsertakan dalam lomba web

Tersedianya data dan informasi jumlah gabah yang digiling dan stok gabah dan beras di penggilingan untuk bahan analisis.. AKP

Memanfaatkan perkembangan aplikasi smartphone berbasis android dan arduino, maka dapat dibuat sebuah alat pengendali seperti saklar elektronik yang membantu masyarakat