• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH IKLIM KOMUNIKASI TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA UNIT SAHIVA USU ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH IKLIM KOMUNIKASI TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA UNIT SAHIVA USU ABSTRAK"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH IKLIM KOMUNIKASI TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA UNIT SAHIVA USU

(Studi Korelasional Pengaruh Iklim Komunikasi Terhadap Efektivitas Kerja Unit Sahiva Universitas Sumatera Utara)

Dzikra Maula Octoriansyah 090904083

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Pengaruh Iklim Komunikasi terhadap Efektivitas Keja Unit Sahiva Universitas Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini untuk melihat apakah ada pengaruh iklim komunikasi terhadap efektivitas kerja pada Unit Sahiva USU. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan teori yang mendukung seperti teori komunikasi organisasi, komunikasi kelompok, komunikasi antar pribadi, dan teori hubungan manusia. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 35 orang, sehingga diambil total sampling karena total populasi kurang dari 100 orang. Indikator iklim komunikasi yang digunakan terdiri dari komunikasi keatas, keterbukaan dan keterusterangan, keputusan partisipatif, tingkat kepercayaan, tujuan kinerja. Indikator efektivitas kerja terdiri dari kuantitas kerja, kualitas kerja, pemanfaatan waktu, karakteristik organisasi, karakteristik lingkungan, karakteristik pekerja dan karakteristik kebijaksanaan. uji hipotesis menggunakan Pearson Product moment dengan hasil 0,407 yang membuat hipotesis yang diterima yaitu Ha, yaitu “terdapat pengaruh antara iklim komunikasi terhadap efektivitas kerja Unit Sahiva USU”. Hal tersebut menunjukkan iklim komunikasi yang terjalin antara pengurus dengan relawan berjalan sedang.

Kata kunci : Komunikasi organisasi, Iklim komunikasi, Unit Sahiva, Efektivitas kerja.

Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Melalui komunikasi setiap orang dapat saling berhubungan satu dengan yang lainnya dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam rumah tangga, tempat pekerjaan maupun dimana saja manusia tersebut berada, sehingga dalam kenyataannya tidak ada manusia yang tidak terlibat komunikasi.

Unit Sahiva USU berdiri pada tanggal 7 oktober 1998 yang dimana pencetus awalnya merupakan gagasan dari badan Perserikatan Bangsa- bangsa (PBB) yang bernama United Nations Develepment Program (UNDP) untuk membuat sebuah pusat informasi mengenai virus HIV dan AIDS di provinsi Sumatera Utara. Niat tersebut disambut oleh dr. Linda T. Maas MPH yang mengusulkan pembentukan pusat informasi tersebut di institusi pendidikan yaitu Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses pembentukan Unit Sahiva USU, dr. Linda juga dibantu oleh Gita Kencana Dalimunthe, S.KM, MPH dan juga Filia Dina Anggaraeni, S.Sos, M.Pd yang membuat mereka bertiga dikenal sebagai 3 orang pendiri Sahiva USU.Pada awalnya Sahiva merupakan kependekan dari Sadar HIV AIDS namun seiring perkembangan zaman nama tersebut berubah menjadi Sadar Hidup Ini Vital Adanya karena Sahiva tidak hanya terfokus pada HIV dan AIDS namun

(2)

melebar ke pencegahan Napza/ Narkoba dan kesehatan reproduksi serta belakangan ini juga mengarah pada kegiatan Pertolongan pertama pada kecelakaan (p3k) dan siaga bencana. Kegiatan Sahiva pun banyak berkembang seiring munculnya divisi baru dalam organisasi, yang membuat para relawan memiliki banyak ilmu dan kesempatan belajar disiplin ilmu yang bervariasi juga. Kegiatan sosial kemanusiaan menjadi tujaun Sahiva berdiri dengan HIV dan AIDS tetap menjadi porsi utama di dalamnya.

Selama hampir 15 tahun berdiri, Unit Sahiva USU tidak memiliki Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) organisasi yang dijadikan peraturan dasar dalam segala aspek keorganisasian. Hal ini menjadi menarik sebab yang dijadikan landasan dasar Sahiva dalam mengambil keputusan mutlak dari hasil rapat dan diskusi antar relawan namun tetap dapat menjaga budaya organisasi yang telah ada sejak dulu. Konflik yang terjadi antar relawan dalam menyikapi sebuah masalah akibat tiadanya peraturan dasar tidak membuat Sahiva bubar. Budaya organisasi yang ada langsung ditanamkan sejak relawan baru memasuki lingkungan organisasi sehingga jalannya organisasi tetap baik walaupun tanpa AD/ART.

Namun selama ini belum pernah diteliti bagaimana iklim komunikasi yang berkembang padaUnit Sahiva USU, apakah berjalan dengan baik atau tidak. Demikian juga belum pernah diteliti bagaimana tingkat efektivitas kerja para relawan Unit Sahiva USU serta bagaimana keterkaitan antara iklim komunikasi dengan efektivitas relawan tersebut. Karena itu penulis merasa tertarik untuk meneliti masalah ini dengan judul “Iklim komunikasi terhadap Efektivitas kerja Unit Sahiva Universitas Sumatera Utara“.

Uraian Teoritis Kerangka Teori

Kedudukan teori dalam penelitian kuantitatif amat penting, sesuai dengan sifat penelitian kuantitatif yang umumnya bersifat deduktif, yaitu berawal dari suatu teori yang kemudian teori tersebut diuji pada unit-unit analisis yang bersifat khusus yang kemudian diambil suatu kesimpulan (Kholil, 2006: 27).

Komunikasi Organisasi

Komunikasi Organisasi menurut Wayne adalah suatu pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu dan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan (Umar, 2002: 8-9).

Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya (Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya

(3)

dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.

Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi atau biasanya juga disebut komunikasi interpersonal merupakan suatu proses sosial dimana orang orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. De Vito (1997) mengatakan bahwa Komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan dari seseorang (Komunikator) dan diterima oleh orang lain (Komunikan) dengan efek dan umpan balik (balasan dari komunikan) yang langsung didapatkan oleh didapatkan. Berdasarkan interaksinya, komunikasi antar pribadi memiliki defenisi yang mengungkapkan bahwa komunikasi antar pribadi dilakukan dengan cara tatap muka, seperti halnya yang diungkapkan oleh Rogers & Tan (Dalam Liliweri, 1997 : 12) komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antar sua orang atau lebih.

Iklim Komunikasi

Wayne Pace mendefinisikan iklim komunikasi “ The communication climate is a composite of human behaviors, perceptions of events, responses of employees to one another, expectations, interpersonal conflicts, and opportunities for growth in organization” (Pace, 1983: 124). Yang berarti iklim komunikasi adalah gabungan dari perilaku manusia, persepsi terhadap peristiwa, tanggapan dari satu individu terhadap individu lainnya, harapan, konflik interpersonal, dan peluang untuk berkembang dalam organisasi. Iklim komunikasi merupakan hal yang perlu menjadi perhatian seorang pimpinan (tataran manajemen) organisasi karena faktor tersebut banyak sedikitnya ikut mempengaruhi kepada tingkah laku yang pada pengertian kali ini berupa mahasiswa. Untuk dapat menciptakan iklim komunikasi yang baik perlu memahami hal tersebut serta keadaan mahasiswa. Penelitian yang dilakukan Redding menunjukan bahwa iklim komunikasi lebih luas dari persepsi karyawan terhadap kualitas hubungan dan komunikasi dalam organisasi serta tingkat pengaruh dan keterlibatan

Efektivitas Kerja

Efektivitas kerja merupakan suatu masalah yang kompleks. Pentingnya efektivitas kerja dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi merupakan kunci dari kesuksesan suatu organisasi. Menurut para ahli pengertian efektivitas kerja adalah sebagai berikut:

1. Efektivitas kerja adalah tingkat sejauh mana suatu organisasi yang merupakan sistem sosial dengan segala sumber daya dan sarana tertentu yang tersedia memenuhi tujuan-tujuannya tanpa pemborosan dan menghindai ketegangan yang tidak perlu diantara anggota-anggotanya (Etzioni dalam Tangkilisan,2005:139).

2. Efektivitas kerja adalah keseimbangan atau pendekatan optimal pada pencapaian tujuan, kemampuan, dan pemanfaatan tenaga manusia. Jadi

(4)

konsep tingkat efektivitas menunjukkan pada tingkat seberapa jauh organisasi melaksanakan kegiatan atau fungi-fungsi sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan menggunakan secara optimal alat-alat dan sumber-sumber yang ada (Argris dalam Tangkilisan, 2005:139). 3. Efektivitas kerja adalah sejauh mana organisasi mencapai berbagai sasaran (jangka pendek) dan tujuan (jangka panjang) yang telah ditetapkan, dimana penetapan sasaran-sasaran dan tujuajn-tujuan itu mencerminkan konstituen strategis, kepentingan subjektif penilai, dan tahap pertumbuhan organisasi (Kusdi, 2009:94).

Teori Hubungan Manusia

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah human relations theory (Teori Hubungan Manusia) yang bersumber dari Mayo (Dalam Kholil, 2006:24). Mayo menekankan kepada betapa pentingnya aspek hubungan manusia dalam lembaga atau organisasi. Menurut Mayo, manusia pada prinsipnya senantiasa patuh, senang diajari, tidak suka mengkritik dan memerlukan pimpinan. Manusia mempunyai hasrat untuk bersatu dan keinginan agar hidup mereka lebih bermakna. Mayo menolak pemikiran ahli tradisional yang memandang bahwa motif utama seseorang untuk bekerja adalah untuk memperoleh ganjaran yang bersifat finansial semata.

Mayo menolak pemikiran ahli tradisional yang mengatakan bahwa motif utama seorang pegawai adalah untuk memperoleh ganjaran keuangan semata-mata. Tetapi Mayo berpendapat bahwasanya manusia juga ingin bekerjasama, bersaing dengan rekan sejawat dan ingin hidup secara berkelompok. Kepentingan ekonomi tidak selamanya menjadi motif yang utama, itu hanyalah motif sampingan. Sikap yang demikian bukan hanya di kalangan bawah, tetapi juga di kalangan pimpinan. Karena itu perlu diwujudkan saling pengertian dan kerja sama di antara mereka.

Kerangka Konsep

Jika kita menginformasikan sesuatu mengenai objek tertentu, maka diperlukan suatu standar yang umum atas objek tersebut. Untuk hal ini digunakan konsep. Konsep merupakan sejumlah ciri yang berkaitan dengan suatu objek. Konsep diciptakan dengan menggolongkan dan mengelompokan objek-objek tertentu yang mempunyai ciri yang sama (Umar, 2002: 56). Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Variabel Penelitian Variabel Bebas (X) Sumber : Peneliti METODOLOGI PENELITIAN Variabel X Iklim Komunikasi Variabel Y Efektivitas Kerja

(5)

Metode Penelitian

Metode merupakan kegiatan ilmiah dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu objek dan subjek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah keabsahannya (Ruslan, 2003:24). Adapun pengertian penelitian adalah suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis untuk mencapai tujuan tujuan tertentu, pengumpulan dan analisis data dilakukan secara ilmiah baik kualitatif maupun kuantitatif (Sukmadinata, 2005:5)

Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang bersifat rasional atau cara yang masuk akal, empiris ataupun orang lain selain peneliti dapat mengamati dan mengetahui cara yang digunakan dan sistematis ataupun menggunakan langkah yang bersifat logis yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data, dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2012: 3)Fraenkel dan Wallen (2008:329) menyebutkan penelitian korelasi ke dalam penelitian deskripsi karena penelitian tersebut merupakan usaha menggambarkan kondisi yang sudah terjadi. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menggambarkan kondisi sekarang dalam konteks kuantitatif yang direfleksikan dalam variabel. (http://bintangkecilungu.wordpress.com)

3 Uji Hipotesis

Sumber: Peneliti

Uraian:

1. Uji hipotesis dihitung dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson product momment, hasil yang diperoleh adalah ,407. Angka tersebut adalah koefisien korelasi. Angka tersebut menunjukan hubungan yang kuat di antara variabel X dan variabel Y karena terletak antara 0,40 – 0,599 pada skala Guilford. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa terdapat hubungan yang sedang antara Iklim Komunikasi dan Efektivitas Kerja

2. Korelasi antara Iklim Komunikasi dan Efektivitas Kerjaa diperoleh dengan angka 0,407. Menunjukan bahwa korelasi positif, yang berarti semakin baik Iklim Komunikasi maka semakin baik pula Efektivitas Kerja.

Tabel 4.37 1 .407* .015 35 35 .407* 1 .015 35 35 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Iklim Efektivitas Iklim Efektivitas

(6)

3. Signifikansi atau nilai penerimaan hasil korelasi Pearson product momment dapat diuji dengan menyusun hipotesis sebagai berikut :

Ha : Terdapat pengaruh atara Iklim Komunikasi terhadap efektivitas kerja

Unit Sahiva Universitas Sumatera Utara

Ho : Tidak terdapat pengaruh atara Iklim Komunikasi terhadap efektivitas

kerja Unit Sahiva Universitas Sumatera Utara

Dari tabel diatas, diketahui bahwa r = 0,407 dan p = 0,01. Dengan demikian, maka pengaruh variabel X dengan Y secara statistik dapat dikatakan sedang. Dimana Ha diterima dan Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang cukup baik antara Iklim Komunikasi dan Kepuasan Mahasiswa. Sedangkan untuk peramalan indeks korelasi yang menentukan besarnya pengaruh variabel X (Iklim Komunikasi) terhadap variabel Y (Efektivitas kerja), digunakan rumus :

KD = ( 𝑟𝑥𝑦 )2 x 100% KD = ( 0,407 )2

x 100% KD = 0,165 x 100% KD = 16,5 %

Maka dapat disimpulkan bahwa kekuatan pengaruh variabel X terhadap variabel Y dalam penelitian ini adalah sebesar 16,5 % dan terdapat 83,5 % faktor-faktor lain yang tidak diukur pada penelitian ini.

4.4 Pembahasan

Komunikasi organisasi sangatlah penting untuk dapat diketahui dan dijalani. Setiap individu pasti memiliki organisasi yang menurut mereka sesuai dengan minat dan bakat serta dianggap mampu untuk menaikkan level kemampuan diri mereka. Untuk dapat meningkatkan kemampuan diri, pastinya terlebih dahulu mereka wajib dapat beradaptasi dengan baik dengan lingkungan yang ada dalam organisasi. Selain beradaptasi dengan budaya organisasi yang ada, tiap individu pasti akan memiliki interaksi yang intens dengan kelompok kelompok maupun individu lain yang ada dalam organisasi. Oleh karena itu komunikasi organisasi tidak dapat dipisahkan dengan komunikasi kelompok dan juga komunikasi antar pribadi.

Komunikasi organisasi sangat erat dengan kedekatan yang lebih mendalam dengan para anggota kelompok yang lainnya. Sehingga sering kali dalam interaksi sehari hari para anggota kelompok banyak menggunakan sisi emosional mendalam seperti dalam sebuah keluarga. Dari komunikasi yang terbangun sangat erat tersebut diharapkan adanya sebuah kerjasama dan komunikasi yang baik juga dalam mewujudkan tujuan organisasi.

Dalam penelitian ini, terlihat bahwa iklim komunikasi yang terbangun antar relawan Unit Sahiva Universitas Sumatera Utara tergolong sangat baik. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap efektivitas kerja para relawan dalam menjalankan kegiatannya. Adapun indikator yang dipakai dalam mengukur iklim komunikasi adalah : keterbukann dan keterusterangan berkomunikasi, tingkat kepercayaan, tujuan kinerja, keputusan partisipatif, komuniaksi keatas

(7)

Keterbukaan dan keterusterangan yang ada di Unit Sahiva USU berjalan baik dimana Secara umum proses komunikasi yang ada di Sahiva USU berjalan dengan sangat lancar. Hampir tidak ada jarak antar pengurus dan relawan maupun sesama relawan. Organisasi ini sangat bertumpu teradap nilai kekeluargaan yang terbangun sejak lama, terbukti sudah 15 tahun berdiri dan tetap mampu menjalankan organanisasi walaupun tanpa adanya AD/ART organisasi. Semua peraturan yang ada dijalankan dengan diskusi santai untuk mencari poin persetujuan antar relawan. Hampir tidak ada peneliti menemukan keformalan dalam menjalankan organisasi. Maka tidak mengherankan jika keterbukaan dan tingkat kepercayaan disini sangat tinggi.

Nilai kekeluargaan yang sangat baik memang sangat terasa di Sahiva. Sebagian besar relawan bahkan mengatakan bahwa Sahiva merupakan rumah kedua bagi mereka. Setiap relawan dilibatkan dalam pembuatan keputusan untuk merumuskan kegiatan yang akan dilakukan. Iklim komuniaksi yang terjaga tentu akan menjadi ujung tombak dalam efektivitas kerja dan keberlangsungan organisasi ini ke depannya. Iklim komunikasi yang baik juga mampu memunculkan dan merangsang ide ide cemerlang dari para relawan yang berguna bagi peningkatan kualitas diri.

Satu hal yang perlu diperhatikan dengan besarnya nilai kekeluargaan yang tercipta di dalam Unit Sahiva adalah terciptanya zona nyaman yang dapat memunculkan efek negatif karena bisa merubah lingkungan menjadi statis. Hal ini tercermin dari cukup banyaknya responden yang mengeluhkan mulai jarangnya diskusi diadakan. Tentu akan menjadi sebuah saran yang sangat membangun untuk perbaikan.

Iklim Komunikasi yang baik tentu diharapkan akan membuat efektivitas kerja yang efektif dan efisen. Dari penelitian ini didapat bahwa efektivitas kerja yang ada di unit Sahiva USU cukup baik. Indikator yang digunakan untuk mengukurnya adalah berupa kuantias kerja, kualitas kerja, pemanfaatan waktu,karakteristik organisasi, karakteristik lingkungan, karakeristik relawan dan karakteristik kebijaksanaan.

Efektivitas kerja yang baik dapt terlihat dari banyaknya Sahiva USU melakukan kegiatan. Disini terlihat bahwa mereka menghasilkan sesuatu berupa kegiatan yang mereka lakukan. Mereka membuktikan bahwa organisasi bukan hanya tempat berkumpul tanpa ada tujuan yang jelas. Banyaknya kegiatan yang dilakukan tidak lansung membuat mereka tertekan dan banyak responden yang menyatakan mereka sama sekali tidak terbebani dengan banyaknya kegiatan yang dilaksankan. Mereka tidak menganggap hal tersebut sebagai beban justru sebagai bentuk tanggung jawab dan pengamalan tri dharma perguruan tinggi. Iklim komunikasi yang baik telah mampu membuat segala bentuk proses dilewati dengan menyenangkan.

Tanggung jawab yang melekat pada diri tiap relawan ternyata telah membuat waktu yang banyak tersita untuk organisasi dan kuliah tidak membuat mereka keberatan. Tentu perkuliahan menjadi prioritas utama sambil menempah diri di luar perkuliahan. Walaupun memang beberapa responden menyatakan sedikit keberatan akan padatnya jadwal mereka sehari hari. Organisasi yang baik juga harus mampu melakukan advokasi yang baik terhadap lingkunga sekitar

(8)

mereka dengan kegiatan kegiatan yang mereka lakukan sehingga lingkungan menjadi tahu apa yang sebenarnya mereka kerjakan dan tentunya agar menjadi dukungan agar kegiatan ke depannya bisa bedampak lebih luas lagi.

Kemudian dengan seringnya para relawan menghabiskan waktu bersama untuk membuat kegiatan maka mereka mengetahui sedalam apa kemampuan dari rekan mereka sesama relawan, dan tanggapan mereka ternya cukup baik dimana mereka menganngap bahwa rekan mereka sesama relawan merupakan pribadi yang berkompeten. Dan dari persepsi itulah mereka mengetahui siapa siapa saja diantara mereka yang berhak untuk menjadi pemimpin mereka. Kerjasama yang baik antara pengurus dan relawan akan menghasilkan efektivitas kerja yang baik pula, jadi pemilihan pemimpin merupakan jalan yang tepat demi terus terciptanya iklim komuniaksi yang baik antar relawan. Pada akhirnya semua elemen di dalamnya akan menjadi sebuah rantai yang tidak terpisahkan dan saling mempengaruhi. Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa iklim komunikasi yang baik sangat mempengaruhi efektivitas kerja yang ada di Unit Sahiva Universitas Sumatera Utara.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dipaparkan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Iklim komunikasi yang terjalin antara pengurus dan relawan maupun antar relawan berjalan baik dan terbuka. Hal ini ditandai dengan bagusnya semua hal indikator dalam variabel iklim komunikasi. Indikator iklim komunikasi terdiri dari keterbukaan dan keterusterangan, tingkat kepercayaan, tujuan kinerja, keputusan partisipatif dan komunikasi keatas. Komunikasi yang dibangun di dalam mampu menciptakan kenyamanan tersendiri sehingga membuat iklim komunikasinya baik. Seperti informasi yang diberikan kepada anggota dianggap jujur oleh para anggota yang membuat tingkat kepercayaan di dalam organisasi berjalan baik.

2. Efektivitas kerja yang ada di dalam Unit Sahiva USU berjalan dengan baik. Indikator efektivitas kerja terdiri dari kuantitas kerja, kualitas kerja, pemanfaatan waktu, karakteristk organisasi, karakteristik organisasi, karakteristik lingkungan, karakteristik pekerja/relawan dan karakteristik kebijaksanaan. Dapat dilihat dari banyaknya kegiatan dan faktor pendukung lain sehingga kegiatan yang dilakukan diharapkan bermanfaat bagi siapa saja tidak terkecuali bagi diri mereka masing masing. Kemudian dari salah satu indikator yaitu karakteristik lingkungan, dimana para relawan menyatakan lingkungan yang ada di sekitar Sahiva USU dianggapp mendukung kegiatan yang mereka lakukan. Hal ini dikarenakan kegiatan yang dilakukan selama ini dirasa bermanfaat dan positif.

3. Terdapat hubungan yang sedang antara iklim komunikasi terhadap efektivitas kerja Unit Sahiva Universitas Sumatera Utara. Uji hipotesis dengan ,407 jika dimasukkan dalam skala Guilford angaka tersebut berada pada skala 0,40 – 0,599. Angka ini menunjukkan hubungan yang sedang

(9)

antara variabel x dan variabel y. Dan melihat hasil tesebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh antara iklim komunikasi dan efektivitas kerja sebesar 16,5 %.

Saran

1. Saran dari responden penelitian, bahwa diskusi yang merupakan awal dari masuknya wawasan dan pemahaman yang baik agar lebih ditingkatkan lagi.

2. Saran dalam kaitan akademis, agar penelitian ini agar menjadi referensi dan wawasan yang baru bagi peneliti yang akan melakukan penelitian. Kemudian agar peneliti dapat membuat penelitian yang lebih beragam dari sisi judul dan tempat penelitian.

3. Saran dalam kaitan praktis, agar seluruh elemen yang ada dalam sebuah organisasi, memperhatikan komunikasi yang baik antar anggota maupun dengan atasan agar apa yang menjadi tujaun dan kenyamanan dalam organisasi dapat tercapai dengan baik.

DAFTAR REFERENSI

Arifin, Anwar. (1984). Strategi Komunikasi: Suatu pengantar ringkas. Bandung: Armico

De Vito, A. Joseph. (1997). Komunikasi Antar Manusia, Edisi Kelima. Jakarta: Professional Books

Fraenkel, J.R dan Wellen, N.E. (2008). How to Design and Evaluate research in Education. New York: McGraw-Hill.

Kholil, Syukur(Ed). (2006). Metodologi Penelitian. Bandung: Ciptapustaka Media.

Kusdi. 2009. Teori organisasi dan Administrasi. Salemba Humanika: Jakarta Liliweri. (2004). Wacana Komunikasi Organisasi. Bandung: Mandar Maju,. Pace, Wayne. (1983). Organizational Communication Foundation For Human

Resource Development: USA: Prentice-Hall,Inc. Profil Warung Sahiva. (2004). Ttp: tp

Sugiyono. (2011). Statistika untuk penelitian. Bandung : Alfabeta

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2005) Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.

Tangkilisan, Hessel Nogi. 2005. Manajemen Publik, Gramedia Widiasarana

Indonesia: Jakarta.

Umar, Husein. (2002). Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Wiryanto, (2005). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sumber lain:

Gambar

Tabel 4.37      1 .407 * .015 35 35 .407 * 1 .015 35 35Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kebijakan Pemerintahan Jokowi- JK dalam Rencana Strategis kementerian pertanian masih terdapat beberapa poin strategi yang tidak sesuai

Description : to understand basic financial management and its instrument (฀) basisc financial management and overview (2) Analysis of financial statement (3) Time value of money (4)

Bentuk sepatu high heels yang telah dijelaskan secara Qualisign pada bagian di atas mempunyai kualitas berdasarkan pengalaman secara empiris tentang sepatu sebelah kiri yang

Faktor lain yang dapat mempengaruhi keputusan investasi seorang investor,. yaitu faktor demografi (jenis kelamin, dan

Dengan diterimanya prinsip Wawasan Nusantara dalam Konperensi Hukum Laut Internasional III maka timbul suatu problema bagi bangsa Indonesia sehubungan dengan kapal-kapal

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter siswa melalui kegiatan keagamaan di MTs Negeri Wonosegoro Kab. Fokus masalah yang

Setragi Ustad Damanhuri menyampikan materi lagu-lagu Tilawah secara bertahap karena yang di hadapi kelas usia SD sampai dengan SMP dengan menyampaikan materi lagu satu