• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN KEUANGAN

DIREKTORAT JENDERAL

PERBENDAHARAAN

K

K

A

A

J

J

I

I

A

A

N

N

F

F

I

I

S

S

K

K

A

A

L

L

R

R

E

E

G

G

I

I

O

O

N

N

A

A

L

L

T

T

r

r

i

i

w

w

u

u

l

l

a

a

n

n

I

I

2

2

0

0

1

1

9

9

Penyusun:

Penanggung Jawab: Dedi Sopandi I Ketua Tim: Made Cana I Editor:

Pahlevie I Desain Grafis: Sugiarsana, Dedy Indrapramana I Anggota:

Darusalam, Wardana, Metriyani, Sidikarya, Darmawan

(2)

Daftar Isi i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GRAFIK ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR BOKS ... v

I. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL ... 1

A. Produk Domestik Regional Bruto ... 1

B. Inflasi ... 2

C. Indikator Kesejahteraan ... 3

II. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN ... 6

A. Pendapatan Negara... 6

1. Penerimaan Perpajakan ... 6

a. Pajak Penghasilan (PPh) ... 7

b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ... 7

c. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) ... 8

d. Penerimaan Pabean dan Cukai ... 8

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak ... 8

a. Pendapatan Jasa Pelayanan Rumah Sakit (424111) ... 9

b. Pendapatan Jasa Pelayanan Pendidikan (424112)... 9

3. Pendapatan Hibah ... 9

B. Belanja Negara ... 9

1. Belanja Pemerintah Pusat ... 9

2. Transfer ke Daerah dan Dana Desa ... 9

3. Pengelolaan BLU ... 10

4. Manajemen Investasi Pusat ... 11

C. Prognosis Realisasi APBN ... 11

III. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD ... 12

A. Pendapatan Daerah... 13

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 13

a. Penerimaan Pajak Daerah ... 13

b. Penerimaan Retribusi Daerah ... 13

c. Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan ... 14

d. Penerimaan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah ... 14

2. Pendapatan Transfer ... 14

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah ... 15

B. Belanja Daerah ... 15

1. Belanja Pegawai, Belanja Barang, dan Belanja Modal ... 15

2. Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi Urusan ... 16

C. Prognosis Realisasi APBD Sampai Dengan Akhir Tahun 2018 ... 16

IV. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD) ... 18

A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian ... 18

B. Pendapatan Konsolidasian ... 18

1. Analisis Proporsi dan Perbandingan ... 18

2. Analisis Perubahan ... 19

3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kenaikan Realisasi Pendapatan Konsolidasian ... 19

C. Belanja Konsolidasian ... 20

1. Analisis Proporsi dan Perbandingan ... 20

2. Analisis Perubahan ... 20

(3)

Daftar Isi ii

D. Analisis Kontribusi Pemerintah Dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 21

1. Kontribusi Belanja Pemerintah terhadap PDRB ... 22

2. Kontribusi Investasi Pemerintah terhadap PDRB ... 22

V. BERITA/ISU FISKAL REGIONAL TERPILIH ... 23

Pertanian Bali Harus Dibangun dari Hulu ke Hilir ... 23

(4)

Daftar Grafik iii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB Triwulanan Provinsi Bali Menurut Pengeluaran (y o y) ... 1

Grafik 1.2. Tingkat Inflasi Bulanan Provinsi Bali dan Nasional Tahun 2019 ... 2

Grafik 1.3. Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Bali Menurut Klasifikasi Daerah ... 3

Grafik 2.1. Realisasi Penerimaan Pajak Per Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Bali ... 7

Grafik 2.2. Realisasi Penerimaan PPh Per Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Bali ... 7

Grafik 2.3. Realisasi Penerimaan PPN Per Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Bali ... 7

Grafik 2.4. Realisasi Penerimaan PPnBM Per Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Bali ... 8

Grafik 2.5. Realisasi Penerimaan Pabean dan Cukai Per Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Bali ... 8

Grafik 2.6. Realisasi PNBP Per Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Bali ... 8

Grafik 2.7. Realisasi Pendapatan Jasa Pelayanan Rumah Sakit Per Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Bali ... 9

Grafik 2.8. Realisasi Pendapatan Jasa Pelayanan Pendidikan Per Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Bali ... 9

Grafik 2.9. Tren Realisasi Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal dan Belanja Bantuan Sosial Lingkup Provinsi Bali ... 9

Grafik 2.10. Tren Realisasi Dana Transfer dan Dana Desa Lingkup Provinsi ... 10

Grafik 2.11. Profil Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) Lingkup Provinsi Bali ... 10

Grafik 2.12. Profil Aset Badan Layanan Umum (BLU) Lingkup Provinsi Bali ... 10

Grafik 3.1. Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Bali ... 13

Grafik 3.2. Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Bali ... 13

Grafik 3.3. Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Bali ... 13

Grafik 3.3. Realisasi Hasil Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Bali ... 14

Grafik 3.4. Realisasi Penerimaan Lain-lain PAD yang Sah Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Bali ... 14

Grafik 3.5. Pendapatan Transfer Per Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Bali ... 14

Grafik 3.6. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Per Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Bali ... 15

Grafik 3.7. Pagu dan Realisasi Belanja Pegawai, Belanja Barang, dan Belanja Modal Lingkup Provinsi Bali ... 15

Grafik 3.8. Pagu dan Realisasi Belanja Berdasarkan Urusan (Lima Urusan Tertinggi) Lingkup Provinsi Bali ... 16

Grafik 4.1. Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian Lingkup Provinsi Bali ... 18

Grafik 4.2. Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah Terhadap Penerimaan Konsolidasian Provinsi Bali ... 19

Grafik 4.3. Perubahan Pendapatan Pemerintah Konsolidasian ... 19

Grafik 4.4. Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Daerah Terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian pada Provinsi Bali ... 20

(5)

Daftar Tabel iv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Pagu dan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Bali ... 6

Tabel 2.2. Data Debitur dan Perjanjian Pinjaman ... .. 11

Tabel 2.3. Perkiraan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Bali ... 11

Tabel 3.1. Pagu dan Realisasi APBD Lingkup Provinsi Bali ... 12

Tabel 3.2. Perkiraan Realisasi APBD Lingkup Provinsi Bali ... 17

Tabel 4.1. Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Bali... 18

Tabel 4.2. Laporan Realisasi Pendapatan Konsolidasian Pempus dan Pemda di Wilayah Provinsi Bali ... 20

Tabel 4.3. Rasio Realisasi Belanja dan Transfer Konsolidasian Pempus dan Pemda di Wilayah Provinsi Bali ... 21

Tabel 4.4. Laporan Operasional Pemerintah Tingkat Wilayah Provinsi Bali ... 21

Tabel 4.5. Kontribusi Belanja Pemerintah terhadap PDRB ... 22

(6)

Daftar Boks v

DAFTAR BOKS

(7)
(8)

Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional 1

I. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL A. Produk Domestik Regional Bruto

Perekonomian Bali Triwulan I Tahun 2019 diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencapai Rp60,36 triliun (ADHB) dan sebesar Rp39,08 triliun (ADHK). Apabila dilihat secara spasial tahun 2017 PDRB Bali ditambah Nusa Tenggara memberikan kontribusi relatif rendah sebesar 3,02% dari PDB Nasional.

Perekonomian Bali Triwulan I Tahun 2019 tumbuh 5,94%, lebih lambat dibanding Triwulan I Tahun 2018 (5,58%), tetapi masih diatas pertumbuhan nasional (Triwulan I 2018 – Triwulan I 2019). Pertumbuhan tertinggi tercatat pada lapangan usaha kategori industri pengolahan, dan kategori administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib dengan besaran yang sama yakni sebesar 9,74%.

PDRB Bali menurut lapangan usaha (ADHB) pada triwulan I tahun 2019 (YoY) didominasi oleh 3 (tiga) lapangan usaha utama yaitu penyediaan akomodasi dan makan minum (23,28%), pertanian, kehutanan dan perikanan (13,35%) serta transportasi dan pergudangan (9,64%). Sumber pertumbuhan tercatat hampir pada seluruh lapangan usaha, tertinggi pada lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 1,02%, diikuti oleh konstruksi sebesar 0,88%, kemudian perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 0,70% serta industri pengolahan 0,62%.

PDRB Bali menurut pengeluaran (ADHB) pada triwulan I tahun 2019 (YoY) meningkat, pertumbuhan tertinggi tercatat pada Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit (PK-LNPRT) sebesar 23,09%, diikuti Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) sebesar 20,84%, dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 8,79%. Tingginya pertumbuhan PK-LNPRT di antaranya pelaksanaan Karya Agung Panca Wali Krama di Pura Besakih dan persiapan Pemilihan Umum (Pemilu) serentak. Karya Agung Panca Wali Krama merupakan perayaan keagamaan yang cukup besar yang dirayakan dalam kurun waktu 10 tahun sekali, demikian pula halnya dengan Pemilu serentak yang diadakan setiap 5 tahun sekali. Kegiatan Pemilu serentak memicu pertumbuhan aktivitas partai politik yang merupakan salah satu jenis LNPRT. Meskipun puncak Pemilu berlangsung pada tanggal 17 April 2019, namun berbagai persiapan telah dilaksanakan sebelumnya seperti kegiatan rapat partai politik dan serangkaian kampanye mencakup

(9)

Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional 2 pemasangan iklan, spanduk/baliho atau media kampanye lain. Adanya berbagai perayaan hari raya keagamaan yang tercatat pada triwulan ini seperti Hari Raya Kuningan, Imlek, dan Nyepi diduga memicu tumbuhnya konsumsi rumah tangga.

B. Inflasi

Tingkat inflasi tahun ke tahun (YoY) untuk kota sample di Bali yakni Denpasar dan Singaraja menunjukkan trend positif dan secara umum berada pada tingkat yang lebih rendah dari target nasional yang diasumsikan oleh pemerintah sebesar 3,5 persen (±1), pada triwulan I-2019.

Meningkatnya inflasi di Kota Denpasar pada Bulan Januari (m to m) ditunjukkan oleh naiknya indeks pada semua kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau; kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan, kelompok bahan makanan; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga; kelompok sandang; serta kelompok kesehatan.

Pada Bulan Februari (m to m) ditunjukkan oleh naiknya indeks pada lima kelompok pengeluaran, yaitu : kelompok kesehatan; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau; kelompok sandang; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar; serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga. Dua kelompok yang mengalami penurunan indeks yaitu kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan serta kelompok bahan makanan.

Pada Bulan Maret (m to m) ditunjukkan oleh naiknya indeks pada empat kelompok pengeluaran, yaitu : kelompok bahan makanan; kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan; kelompok kesehatan; serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau; Sementara itu, tiga kelompok lainnya tercatat mengalami penurunan indeks yaitu kelompok sandang; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar; serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga.

Meningkatnya inflasi di Kota Singaraja pada Bulan Januari (m to m) ditunjukkan naiknya indeks pada lima kelompok pengeluaran yaitu kelompok bahan makanan; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar; kelompok sandang; kelompok kesehatan serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Sedangkan kelompok yang

(10)

Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional 3 tercatat mengalami penurunan indeks adalah kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga.

Pada Bulan Februari (m to m) ditunjukkan naiknya indeks pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau; kelompok kesehatan; kelompok sandang serta kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar. Sedangkan penurunan indeks ditunjukkan oleh kelompok bahan makanan; kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga.

Pada Bulan Maret (m to m) ditunjukkan oleh naiknya indeks pada empat kelompok pengeluaran yaitu kelompok bahan makanan; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau; kelompok sandang serta kelompok kesehatan. Sedangkan kelompok yang tercatat mengalami penurunan indeks adalah kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga.

C. Indikator Kesejahteraan

Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Bali tercatat pada kisaran 168,34 ribu orang (3,91 persen), turun sebesar 3,42 ribu orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2018 yang pada kisaran 171,76 ribu orang (4,01 persen). Selama periode Maret 2018 - September 2018, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan tercatat mengalami kenaikan dari 3,32 persen pada Maret 2018 menjadi 3,36 persen pada September 2018. Sementara itu, persentase penduduk miskin di daerah perdesaan tercatat mengalami penurunan dari 5,38 persen pada Maret 2018 menjadi 5,08 persen pada September 2018.

Garis Kemiskinan digunakan sebagai suatu batas untuk mengelompokkan penduduk menjadi miskin atau tidak miskin. Penduduk miskin didefinisikan sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah (atau lebih kecil dari) Garis Kemiskinan.

Selama periode Maret 2018 - September 2018, Garis Kemiskinan di Bali tercatat naik sebesar 1,53 persen yaitu dari Rp 382.598,- per kapita per bulan pada Maret 2018 menjadi Rp 388.451,- per kapita per bulan pada September 2018.

(11)

Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional 4 Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri atas Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditas makanan lebih besar dibandingkan komoditas bukan makanan.

Komoditas makanan yang memberikan kontribusi terbesar pada Garis Kemiskinan September 2018 baik di perkotaan maupun di perdesaan pada umumnya sama. Adapun komoditi makanan yang berperan dalam pembentukan Garis Kemiskinan di perkotaan antara lain: beras, rokok kretek filter, daging ayam ras, telur ayam ras, kue basah, bawang merah, tempe, tahu, roti, serta kopi bubuk dan kopi instan (sachet). Sedangkan komoditi makanan yang berperan dalam pembentukan Garis Kemiskinan di perdesaan antara lain: beras, kue basah, rokok kretek filter, bawang merah, roti, telur ayam ras, daging ayam ras, kopi bubuk dan kopi instan (sachet), gula pasir dan cabe rawit. Pada komoditi bukan makanan, komoditi yang berperan dalam pembentukan Garis Kemiskinan di perkotaan antara lain: perumahan, bensin, upacara agama atau adat lainnya, listrik dan pendidikan. Adapun komoditi bukan makanan yang berperan dalam pembentukan Garis Kemiskinan di perdesaan antara lain: perumahan, bensin, upacara agama atau adat lainnya, kayu bakar dan listrik.

Dibandingkan Februari 2019, penduduk Bali paling banyak bekerja pada sektor pariwisata dengan status pekerjaan sebagai buruh/karyawan/pegawai. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Bali pada Bulan Februari 2019 sebesar 1,19% mengalami peningkatan (0,33 poin) jika dibandingkan dengan Bulan Februari 2018 sebesar 0,86%, dan lebih rendah (-0,18 poin) dibandingkan kondisi Bulan Agustus 2018 sebesar 1,37%. Penduduk Bali yang bekerja pada lapangan pekerjaan Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebanyak 543.107 orang (21,64%). Jumlah penduduk yang bekerja di lapangan pekerjaan ini mengalami kenaikan sebesar 15,62% bila dibandingkan dengan Februari 2018 yang tercatat sebanyak 469.721 orang. Penyebab kenaikan ini adalah program baru dari gubernur baru dilantik di bulan September 2018. Gubernur Wayan Koster membeberkan berbagai terobosan di bidang pertanian. Pertama, pemerintah pembuatan regulasi yang mewajibkan pihak hotel dan restoran di Bali menggunakan produk buah lokal. Tahun 2019 diperkirakan ada sekitar 5-6 juta wisatawan mancanegara, ditambah 7-8 juta wisatawan domestik yang berkunjung ke Bali. Ini potensi pasar yang sangat besar bagi hasil pertanian. Kedua, pemerintah akan melakukan berbagai program peningkatan mutu hasil pertanian dan buah lokal, agar mempunyai standar kualitas yang bersaing. Tujuannya agar lebih diminati oleh para wisatawan termasuk masyarakat Bali sendiri. Ketiga, pemerintah akan membuat badan

(12)

Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional 5 usaha yang dikelola pemerintah Provinsi Bali. Badan usaha ini memiliki tugas utama membeli produk hasil pertanian dari kabupaten/ kota se - Bali dengan harga di atas 20 persen dari harga pasar. Inilah pola Satu Jalur di bidang pertanian, dari pemerintah kabupaten dan provinsi hingga pusat bersinergi. Keempat, khusus bidang pertanian, akan dibangun pabrik penggilingan padi di tiap kabupaten di Bali. Petani akan diberikan subsidi untuk menggiling gabah mereka, sehingga biaya produksinya akan menjadi murah, dan dibeli dengan harga tinggi oleh pemerintah. Dengan begitu, secara perlahan kesejahteraan petani di Bali akan meningkat dan yang tak kalah penting, pertanian Bali akan tetap lestari. Inilah salah satu cara untuk meningkatkan harkat dan martabat petani serta pertanian di Bali, sehingga profesi petani tidak lagi dipandang sebelah mata oleh generasi muda kita.

Peraturan Gubernur Bali Nomor 99 Tahun 2018 Tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan dan Industri Lokal Bali. Petani lokal Bali akan memiliki kepastian harga dan keuntungan dalam menjual hasil panennya. Melalui Pergub ini, produk pertanian lokal akan dibeli pihak hotel, restoran dan catering dengan harga minimal 20 % dari biaya produksi sehingga sudah pasti menguntungkan para petani. Diharapkan pemberlakuan Pergub ini bertujuan untuk lebih menyatukan sektor pertanian dengan pariwisata di Bali sehingga mampu memberikan dampak positif langsung bagi perekonomian kalangan petani. Dengan berjalan beriringan, pariwisata bisa turut serta mengangkat ekonomi para petani lokal. Pasar dari wisatawan yang demikian besar datang ke Bali selama ini belum diberdayakan sehingga belum mampu menyentuh langsung para petani lokal yang di sisi lain, seringkali menghadapi anjloknya harga pada saat musim panen dan akhirnya harus menerima produknya terbuang busuk karena tidak laku terjual. Selanjutnya pengembangan pariwisata berkelanjutan dengan green tourism/ penggunaan material yang renewable (natural dan ramah lingkungan), pengembangan wisata pedesaan/wisata budaya, dan membangun kawasan wisata terpadu: koneksitas antar Kabupaten/Kota se-Bali, pengembangan SDM Pariwisata. Program pada bidang pariwisata yang sudah dirancang, di antaranya mengembangkan destinasi wisata baru sesuai potensi Kabupaten/Kota seperti: wisata agro, wisata spiritual, wisata alam/kebun raya, wisata pantai, dan wisata minat khusus seperti wisata dengan minat khusus tersebut seperti health tourism, sport tourism, spiritual tourism, desa wisata selain pariwisata meetings incentives conventions and exhibitions (MICE) yang memang selama ini sudah sangat dikenal.

(13)
(14)

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN 6

II. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN

Target Pendapatan tahun 2019 tercatat sebesar Rp13.630,84 miliar, naik sebesar 9,70% dari pagu tahun 2018 disebabkan naiknya target penerimaan pajak yang dilatarbelakangi upaya optimalisasi bidang perpajakan dengan target yang realistis berdasarkan basis data terkini. Sedangkan anggaran Belanja tercatat sebesar Rp22.096,85 miliar, naik sebesar 1,16% yang didominasi oleh kenaikan pagu Belanja Modal sebesar Rp483,02 miliar atau 26,15% dari pagu Tahun 2018.

Tabel Pagu dan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Bali

s.d. Akhir Triwulan I Tahun 2018 dan Tahun 2019(dalam miliar rupiah)

Uraian Tahun 2018 Tahun 2019

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

A. PENDAPATAN NEGARA 12.425,06 2.493,44 13.630,84 2.966,74

I. Penerimaan Dalam Negeri 12.425,06 2.493,44 13.630,84 2.966,74

1. Penerimaan Pajak 11.256,36 2.018,05 12.474,67 2.633,02

2. PNBP 1.168,70 475,40 1.156,17 333,72

II. Hibah 0 0 0 0

B. BELANJA NEGARA 21.843,71 4.509,64 22.096,85 5.184,07

I. Belanja Pemerintah Pusat 10.452,34 1.420,97 10.251,71 1.761,17

1. Belanja Pegawai 4.209,57 798,70 3.941,27 853,55

2. Belanja Barang 4.384,18 535,88 3.964,70 579,35

3. Belanja Modal 1.846,80 84,74 2.329,82 327,37

4. Belanja Bantuan Sosial 11,79 1,65 15,92 0,90

5. Belanja Lain-lain - - - -

II. Transfer Ke Daerah Dan Dana Desa 11.391,37 3.088,67 11.845,14 3.422,90

1. Transfer ke Daerah 10.861,16 2.857,00 11.214,95 3.259,88 a. Dana Perimbangan 10.415,66 2.739,75 10.771,38 3.038,10 1) Dana Alokasi Umum 7.092,13 2.348,19 7.400,03 2.464,19 2) Dana Bagi Hasil 590,07 111,90 519,36 97,07 3) DAK Fisik 629,11 - 679,83 - 4) DAK Nonfisik 2.104,35 279,67 2.172,16 476,84 b. Dana Insentif Daerah 445,50 117,25 443,58 221,79 c. Dana Keistimewaan DIY - - - - d. Dana Transfer Lainnya - - - -

2. Dana Desa 530,21 231,67 630,19 163,01

C. SURPLUS DEFISIT (9.418,65) (2.016,19) (8.466,01) (2.217,33) Sumber: SPAN; Simtrada DJPK; Kanwil DJP Bali; Kanwil DJBC Bali, NTB, NTT (data diolah)

Perkembangan Realisasi APBN di wilayah Provinsi Bali sampai dengan Triwulan I tahun 2019 mencapai 21,76% untuk Pendapatan, dan 23,46% untuk Belanja.Dari sisi Pendapatan, realisasi sampai dengan 31 Maret 2019 mengalami peningkatan sebesar 18,98% dari periode sebelumnya. Sedangkan untuk Belanja meningkat sebesar 14,96%.

A. Pendapatan Negara 1. Penerimaan Perpajakan

Realisasi penerimaan perpajakan per 31 Maret 2019 sebesar Rp2.633,02 miliar didominasi oleh Pajak Penghasilan (PPh) sebesar Rp1.726,13 miliar diikuti oleh Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar Rp679,25 miliar.

(15)

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN 7 Realisasi penerimaan perpajakan tertinggi terjadi pada bulan Maret 2019 yakni sebesar Rp841,10 miliar. Dalam tiga bulan pertama di tahun 2019, penerimaan perpajakan tertinggi disumbangkan oleh Kota Denpasar yang tercatat mencapai Rp995,68 miliar.

a) Pajak Penghasilan (PPh)

Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) sampai dengan 31 Maret 2019 di wilayah Provinsi Bali sebesar Rp1.726,13 miliar, meningkat sebesar Rp334,16 miliar atau sekitar 23,99% dari periode yang sama di tahun 2018, disebabkan oleh pajak yang berasal

dari karyawan hotel dan restoran di daerah wisata (Denpasar, Badung dan Gianyar) dan tingkat kepatuhan WP PPh Badan yang semakin baik terutama pada batas waktu SPT Tahunan pada bulan Maret 2019. Daerah yang tercatat dengan realisasi PPh tertinggi adalah Kota Denpasar diikuti oleh Kabupaten Badung.

b) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sampai dengan 31 Maret 2019 sebesar Rp679,25 miliar, meningkat sebesar Rp135,79 miliar, sekitar 24,99% dari periode yang sama pada tahun 2018. Peningkatan ini salah satunya didorong oleh upaya peningkatan kepatuhan Wajib Pajak (WP) Pengusaha Kena Pajak (PKP). Daerah dengan realisasi PPN tertinggi tercatat pada Kota Denpasar yakni sebesar Rp277,96 miliar atau sekitar 40,92% dari total penerimaan PPN di Bali.

(16)

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN 8

c) Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) Penerimaan PPnBM sampai dengan

31 Maret 2019 di wilayah Provinsi Bali mengalami tren pertumbuhan yang fluktuatif. Realisasi PPnBM tercatat sebesar Rp741,64 juta atau telah mencapai 31,35% dari target yang ditetapkan. Kabupaten Badung

tercatat sebagai daerah dengan realisasi PPnBM tertinggi yakni sebesar Rp360,37 juta atau sekitar 48,59% dari total penerimaan PPnBM di Bali.

d) Penerimaan Pabean dan Cukai

Penerimaan Pabean dan Cukai sampai dengan 31 Maret 2019 sebesar Rp197,60 miliar, atau sekitar 24,43% dari target yang ditetapkan. Penerimaan terdiri dari realisasi Pabean sebesar Rp30,97 miliar dan Cukai sebesar Rp166,63 miliar. Sampai dengan triwulan I 2019, penerimaan cukai cenderung mengalami peningkatan yang disebabkan oleh peningkatan permintaan konsumen atas minuman mengandung etil alkohol (MMEA). 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak

Realisasi PNBP sampai dengan 31 Maret 2019 tercatat sebesar Rp333,72 miliar mengalami penurunan sebesar 29,80% dari periode sebelumnya. Jenis PNBP dengan realisasi tertinggi adalah Pendapatan BLU sebesar Rp178,31 miliar. Pendapatan BLU dengan

realisasi tertinggi adalah Pendapatan Jasa Pelayanan Rumah Sakit (424111) dan Pendapatan Jasa Pelayanan Pendidikan (424112). Kota Denpasar tercatat sebagai daerah dengan penerimaan PNBP tertinggi.

(17)

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN 9

a) Pendapatan Jasa Pelayanan Rumah Sakit (424111)

Sampai dengan 31 Maret 2019, total realisasi Pendapatan Pelayanan Rumah Sakit sebesar Rp146,13 miliar, seluruhnya berasal dari Kota Denpasar yakni BLU RSUP Sanglah Denpasar dan Rumkit Bhayangkara Denpasar. b) Pendapatan Jasa Pelayanan Pendidikan (424112)

Total realisasi Pendapatan Jasa Pelayanan Pendidikan sebesar Rp30,87 miliar bersumber dari Kota Denpasar (BLU Universitas Udayana dan Balai Diklat Transportasi Darat Bali) sebesar Rp1,31 miliar dan Kabupaten Buleleng (BLU Universitas Ganesha) sebesar Rp29,56 miliar.

3. Pendapatan Hibah

Sampai dengan 31 Maret 2019 tidak terdapat realisasi Pendapatan Hibah di wilayah Provinsi Bali.

B. Belanja Negara

1. Belanja Pemerintah Pusat

Total realisasi Belanja Pemerintah Pusat sampai dengan 31 Maret 2019 sebesar Rp1.761,17 miliar, atau 17,18% dari pagu tahun 2019 sebesar Rp10.251,71 miliar. Belanja Pegawai adalah belanja dengan persentase realisasi tertinggi yakni 21,66% atau Rp853,55 miliar, sedangkan terendah

adalah pada Belanja Bantuan Sosial yakni 5,68% atau Rp0,90 miliar. Di sisi lain, realisasi Belanja Modal tercatat sebesar 327,37 miliar atau 14,05% dari pagu. Hal ini menjadi salah satu indikasi bahwa belanja yang bersifat konsumtif lebih tinggi dibandingkan belanja produktif.

2. Transfer ke Daerah dan Dana Desa

Capaian realisasi dana transfer dan dana desa tercatat sebesar Rp3.259,88 miliar atau 29,07% dari total pagu. Realisasi Dana Desa mencapai 25,87% atau Rp163,01 miliar

(18)

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN 10 sedangkan DAK Fisik belum mengalami realisasi. Pelaksanaan reviu APIP sebagai persyaran penyaluran DAK Fisik tahun 2019 diduga sebagai salah satu penyebab belum terealisasinya DAK Fisik sampai dengan akhir Maret 2019. Namun demikian, secara umum penyaluran Dana Transfer dan Dana Desa telah sesuai dengan target dan ketentuan yang diatur dalam peraturan terkait. 3. Pengelolaan Badan Layanan Umum (BLU)

Terdapat lima Badan Layanan Umum di wilayah Provinsi Bali dengan Universitas Udayana tercatat sebagai BLU dengan pagu belanja terbesar yakni Rp802,01 miliar meningkat sebesar 15,47% dari periode sebelumnya, sedangkan Rumkit Bhayangkara Denpasar merupakan BLU dengan pagu belanja terkecil yakni Rp30,53 miliar naik sebesar 8,03%. Sampai dengan Maret 2019, seluruh BLU di Bali mencapai realisasi belanja rata-rata sebesar 15,18%. Rumkit Bharangkara

Denpasar tercatat sebagai BLU dengan persentase realisasi belanja tertinggi yakni sebesar 23,78% sedangkan terendah adalah Universitas Udayana yakni baru sekitar 7,73%. Di sisi pendapatan, RSUP Sanglah Denpasar tercatat sebagai BLU dengan realisasi

pendapatan tertinggi yakni sebesar 140,92 miliar, namun demikian angka tersebut mengalami penurunan sekitar 4,05% dari periode triwulan I 2018. Aset pada masing-masing BLU per 31 Maret 2019 tercatat meningkat dibandingkan periode yang sama tahun 2018, bahkan RSUP Sanglah tercatat mengalami peningkatan yang signifikan yakni mencapai 140% akibat pelaksanaan penilaian kembali (revaluasi) aset oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.

(19)

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN 11

4. Manajemen Investasi Pusat

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Bali menatausahakan penerusan pinjaman atas 2 debitur, yaitu Pemerintah Kabupaten Tabanan dan Pemerintah Kabupaten Karangasem. Berikut ini adalah rincian data debitur dan perjanjian pinjaman posisi per 31 Maret 2019:

No Nama Debitur No. Perjanjian Loan ID Hak Tagih Status

1 Pemkab Tabanan SLA-1116/DP3/1999 2135601 117.052.941,16 Active Loan 2 Pemkab Karangasem SLA-1134/DP3/2000 2135701 261.745.834,68 Active Loan

Sumber: Aplikasi SLIM

Pemda Karangasem dan Tabanan sampai dengan posisi rekonsiliasi outstanding tanggal 16 Januari 2019 memiliki angsuran pinjaman yang lancar dengan setoran tepat waktu dan berdasarkan Rekapitulasi Penagihan dan Monitoring Pembayaran Pinjaman Periode Semester II 2018, Pemda Karangasem dan Tabanan telah melakukan setoran sebelum jatuh tempo pembayaran. Hal ini menunjukan sampai saat ini kedua pemda bersangkutan memiliki kapasitas keuangan yang memadai untuk melunasi pinjaman sampai dengan jatuh tempo.

C. Prognosis Realisasi APBN

Untuk menentukan prognosis realisasi APBN di Provinsi Bali, yang menjadi pertimbangan: pertama, asumsi makro ekonomi sesuai RKP 2019 bahwa sasaran pembangunan untuk wilayah pulau Bali adalah: laju pertumbuhan ekonomi sebesar 4,75%, tingkat kemiskinan sebesar 7,90%, tingkat pengangguran terbuka sebesar 5,47%, dengan indeks pembangunan manusia sebesar 71,98. Kedua, kebijakan fiskal terkait optimalisasi penerimaan negara dengan tetap menjaga iklim investasi, target penerimaan negara yang lebih realistis, dan tren capaian pendapatan pada beberapa periode tahun sebelumnya.Dengan menggunakan analisis forecasting metode regresi linier maka diperkirakan capaian realisasi pendapatan negara sampai dengan Triwulan IV Tahun 2019 sekitar 92,41%. Untuk belanja negara dengan kebijakan efisiensi belanja, peningkatan belanja produktif, tren realisasi belanja dari periode sebelumnya, serta realisasi belanja sampai dengan 31 Maret 2019, diperkirakan realisasi belanja negara sampai akhir tahun 2019 mencapai93,68%.

Tabel Perkiraan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Bali s.d. Triwulan IV Tahun 2019 Uraian

Pagu (Miliar Rupiah)

Realisasi s.d. Triwulan I Perkiraan Realisasi

s.d. Triwulan IV Rp. (Miliar) % Realisasi Thd Pagu Rp. (Miliar) % Perkiraan Realisasi Thp Pagu Pendapatan Negara 13.630,84 4.693,50 34,43% 12.596,79 92,41% Belanja Negara 22.096,85 5.184,07 23,46% 20.699,25 93,68% Surplus/Defisit (8.466,01) (490,56) 5,79% (8.102,46) 95,71%

(20)
(21)

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD 12

III. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD

APBD diarahkan untuk mengentaskan kemiskinan, menekan pengangguran, dan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, dana APBD digunakan untuk pembangunan tata kelola pemerintahan yang baik yang dapat meningkatkan efektivitas serta sinergi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Tabel Realisasi APBD Lingkup Provinsi Bali

s.d. Triwulan I Tahun 2018 dan Tahun 2019 (dalam miliar rupiah)

Uraian Tahun 2018 Tahun 2019

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

PENDAPATAN DAERAH 25.421,22 4.937,27 28.070,18 4.321,51

PAD 11.969,08 1.961,76 13.797,67 1.529,31 Pajak Daerah 9.556,25 1.615,51 11.240,69 1.246,21 Retribusi Daerah 412,34 83,63 528,00 73,42 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

Yang Dipisahkan

498,11 1,73 440,51 0,04

Lain-Lain PAD yang Sah 1.502,38 260,89 1.588,46 209,63

Dana Perimbangan 10.432,20 2.676,69 10.770,02 2.466,46

Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak dan SDA

588,99 109,42 518,01 54,81

Dana Alokasi Umum 7.092,13 2.161,25 7.400,03 2.186,87 Dana Alokasi Khusus 2.751,08 269,73 2.851,99 224,78

Lain-lain pendapatan daerah yang sah 3.019,94 298,81 3.502,49 325,74

Pendapatan Hibah 364,34 10,83 508,50 16,95 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan

Pemerintah Daerah Lainnya

1.109,20 - 1.182,40 -

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 882,32 255,10 1.073,76 292,49 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau

Pemerintah Daerah Lainnya

569,76 - 737,83 16,20

Sumbangan Pihak Ketiga - 19,52 - 0,11

BELANJA DAERAH 27.793,15 2.958,90 30.001,21 2.817,98

Belanja Tidak Langsung 15.946,43 2.247,90 16.783,19 1.820,25

Belanja Pegawai 8.671,34 1.402,01 9.067,09 1.264,49 Belanja Bunga 16,95 2,21 23,08 2,01

Belanja Subsidi 19,53 - 21,44 -

Belanja Hibah 2.308,43 273,26 2.256,10 156,81 Belanja Bantuan Sosial 289,64 12,17 300,26 6,98 Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi

Kabupaten Kota dan Pemerintah Desa

1.959,65 110,74 2.205,47 55,36

Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi Kabupaten Kota dan Pemerintahan Desa

2.618,74 447,51 2.862,97 334,53

Belanja Tidak Terduga 62,15 - 46,79 0,05

Belanja Langsung 11.846,72 711,01 13.218,01 997,73

Belanja Pegawai 444,80 43,34 491,05 44,83 Belanja Barang 6.880,45 616,93 7.846,02 736,22 Belanja Modal 4.521,47 50,73 4.880,95 216,68

(22)

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD 13

A. Pendapatan Daerah

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

PAD Pemda Lingkup Provinsi Bali sampai dengan Triwulan I Tahun 2019 mencapai Rp1.529,31 miliar, bersumber dari pendapatan pajak, pendapatan retribusi, pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

a) Penerimaan Pajak Daerah

Pajak Daerah Pemerintah Daerah Lingkup Provinsi Bali digunakan untuk membiayai rumah tangga daerahnya sesuai amanat Undang-undang No.28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah. Penerimaan Pajak Pemda Lingkup Provinsi Bali sampai dengan Triwulan I Tahun 2019 mencapai Rp1.246,21 miliar. Pendapatan pajak daerah tertinggi sampai dengan Triwulan I Tahun 2019 diperoleh Pemda Kabupaten Badung mencapai Rp612,55 miliar, setengahnya bersumber dari Pajak Hotel yaitu sebesar Rp378,55 miliar.

b) Penerimaan Retribusi Daerah

Penerimaan retribusi Pemda Lingkup Provinsi Bali sampai dengan Triwulan I Tahun 2019 mencapai Rp73,42 miliar. Penerimaan retribusi daerah tertinggi sampai dengan Triwulan I Tahun 2019 diperoleh Pemda Kabupaten Badung mencapai Rp20,30 miliar bersumber dari sektor pariwisata, sebagian besar dari Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga sebesar Rp13,22 miliar.

(23)

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD 14

c) Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

Penerimaan hasil kekayaan daerah yang dipisahkan Pemda Lingkup Provinsi Bali sampai dengan Triwulan I Tahun 2019 mencapai Rp42,50 juta. Sampai dengan Triwulan I Tahun 2019, hanya kabupaten Klungkung yang memperoleh realisasi pendapatan hasil kekayaan daerah yang dipisahkan sebesar Rp42,50 juta, yang seluruhnya bersumber dari bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta.

d) Penerimaan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

Penerimaan hasil kekayaan daerah yang dipisahkan Pemda Lingkup Provinsi Bali sampai dengan Triwulan I Tahun 2019 mencapai Rp209,63 miliar. Penerimaan retribusi daerah tertinggi sampai dengan Triwulan I Tahun 2019 diperoleh Pemda Kabupaten Buleleng mencapai Rp41,89 miliar bersumber dari Pendapatan Jasa Layanan Umum BLUD sebesar Rp29,33 miliar.

2. Dana Perimbangan

Dana Perimbangan Pemerintah Daerah Pemda Lingkup Provinsi Bali sampai dengan Triwulan I

Tahun 2019 mencapai

Rp2.466,46 miliar, bersumber dari Dana Bagi Hasil Pajak/Dana Bagi Hasil Bukan Pajak/SDA, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus. Penerimaan

(24)

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD 15 Dana Bagi Hasil Pajak/Dana Bagi Hasil Bukan Pajak/SDA tertinggi sampai dengan Triwulan I Tahun 2019 diperoleh Pemda Kota Denpasar mencapai Rp16,77 miliar yang sebagian besar bersumber dari Dana Bagi Hasil Pajak Penghasilan. Penerimaan Dana Alokasi Umum tertinggi sampai dengan Triwulan I Tahun 2019 diperoleh Pemda Kabupaten Tabanan mencapai Rp278,63 miliar. Penerimaan Dana Alokasi Khusus tertinggi sampai dengan Triwulan I Tahun 2019 diperoleh Pemda Kabupaten Tabanan mencapai Rp45,22 miliar yang sebagian besar bersumber dari Dana Alokasi Khusus Non Fisik Tunjangan Profesi Guru sebesar Rp34,89 miliar.

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Komponen Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah terdiri dari Pendapatan Hibah, Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya dan Sumbangan Pihak Ketiga. Sampai dengan Triwulan I Tahun 2018 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Se-Provinsi Bali mencapai Rp325,74 miliar. Penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah tertinggi sampai dengan Triwulan I Tahun 2019 diperoleh Pemda Kabupaten Tabanan mencapai Rp111,68 miliar.

B. Belanja Daerah

1. Belanja Pegawai, Belanja Barang, dan Belanja Modal

Sampai dengan Triwulan I Tahun

2019 Belanja Pegawai

merupakan belanja dengan nominal realisasi paling tinggi, yaitu sebesar Rp1.264,49 miliar atau sekitar 13,95% dari pagu anggarannya.

Rasio belanja pegawai terhadap total belanja daerah mencapai 46,46%, sedangkan belanja

(25)

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD 16 modal dengan realisasi paling rendah yaitu sekitar Rp216,68 miliar memiliki rasio hanya sebesar 7,69%. Ini menandakan bahwa di Provinsi Bali pada periode Triwulan I Tahun 2019, belanja yang bersifat konsumtif lebih tinggi dibandingkan belanja produktif. 2. Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi Urusan

Secara keseluruhan pemerintah daerah lingkup Provinsi Bali telah mengalokasikan anggaran bidang pendidikan sebesar 21,53% dari belanja daerahnya, anggaran ini telah sesuai dengan amanat UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP No 48/2008 tentang Pendanaan Fungsi Pendidikan. Sedangkan untuk bidang kesehatan telah dialokasikan anggaran sebesar 14,92%, anggaran ini juga telah sesuai amanat Pasal 171 ayat (2) UU No 36/2009 tentang Kesehatan yang mewajibkan alokasi anggaran kesehatan minimal 10% dari total anggaran di luar gaji.

Realisasi belanja daerah berdasarkan klasifikasi urusan sampai dengan Triwulan I Tahun 2019 dengan nominal tertinggi adalah belanja urusan Keuangan yakni sekitar Rp644,18 miliar, sedangkan belanja urusan Komunikasi dan Informatika merupakan belanja dengan persentase realisasi tertinggi jika dibandingkan dengan pagu anggarannya yakni sebesar 23,11%.

C. Prognosis Realisasi APBD Sampai Dengan Akhir Tahun 2018

Pada APBD 2019, anggaran pendapatan daerah sebesar Rp28.070,18 miliar bersumber dari pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah, mengalami kenaikan sebesar Rp2.648,96 miliar (10,42%) dibandingkan dengan pendapatan daerah tahun 2018 sebesar Rp25.421,22 miliar. Realisasi pendapatan daerah sampai dengan Triwulan I Tahun 2019 sebesar Rp4.321,51 miliar, mengalami penurunan sebesar -Rp615,76 miliar (-12,47%) lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi pendapatan daerah periode yang sama di Tahun 2018 yaitu sebesar Rp4.937,27 miliar. Penurunan pendapatan daerah terutama didorong oleh penurunan realisasi pendapatan dari komponen PAD dan dana perimbangan, komponen PAD juga mengalami penurunan dikarenakan berbagai isu seiring dengan kebijakan pemerintah daerah untuk meningkatkan sumber pendapatan yang bersumber

(26)

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD 17 dari Pajak Hotel dan Restauran. Berdasarkan target pendapatan daerah, realisasi pendapatan Triwulan I, dan juga ditambah dengan pengaruh pelaksanaan kegiatan IMF-WB Annual Meetings 2018 yang sudah selesai. Penyebab lainnya karena ada objek pajak baik itu hotel dan restoran ada beberapa yang tutup,dan tingkat okupansi rendah. Adanya gangguan keamanan seperti isu bom oleh kelompok terorisme, dan isu penyebaran penyakit rabies dan Japanese encephalitis turut mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Bali, serta soal mafia Tiongkok yang menjalankan bisnis murah travel tiongkok di Bali.

Anggaran belanja daerah Tahun 2019 sebesar Rp30.001,21 miliar mengalami peningkatan Rp2.280,06 miliar (7,94%) dari anggaran belanja Tahun 2018 yakni sebesar Rp27.793,15 miliar. Meskipun realisasi belanja Triwulan I 2019 masih sekitar 9,39%, mengingat bahwa Tahun anggaran 2019 merupakan tahun awal terakhir implementasi RPJMD Provinsi Bali tahun 2018-2023, anggaran yang disusun telah berorientasi pada program baru dan gubernur baru dengan tetap berpegang pada prinsip efektivitas dan efisiensi, serta memberikan manfaat nyata bagi kesejahteraan masyarakat.

Tabel Perkiraan Realisasi APBD Lingkup Provinsi Bali Sampai Dengan TW IV Tahun 2019

Uraian

Pagu (Miliar Rupiah)

Realisasi s.d. Triwulan I Perkiraan Realisasi s.d. Triwulan IV

Rp. (Miliar) % Realisasi Terhadap Pagu Rp. (Miliar) % Perkiraan Realisasi Terhadap Pagu Pendapatan Daerah 28.070,18 4.321,51 15,40% 21.462,46 95,74% Belanja dan Transfer Daerah 30.001,21 2.817,98 9,39% 24.023,89 86,44% Surplus/Defisit -1.931,03 1.503,53 -77,86% -391,42 20,27%

Keterangan: *) Hanya untuk periode pelaporan sampai dengan Triwulan I **) Persentase realiasi terhadap pagu Tahun 2018

(27)
(28)

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian 18

IV. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)

A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian

Tabel Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian

Tingkat Wilayah Provinsi Bali s.d. Triwulan I Tahun 2019 (dalam miliar rupiah)

Uraian 2019 2018 Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan Konsolidasi

Pendapatan Negara 4.693,50 1.562,56 6.256,07 37,10% 4.562,99

Pendapatan Perpajakan 4.359,78 1.246,21 5.605,99 54,12% 3.637,48 Pendapatan Bukan Pajak 333,72 283,10 616,82 -23,54% 806,68 Hibah - 17,06 17,06 -18,57% 20,95 Transfer - 3.439,09* 16,19 -83,46% 97,88 Belanja Negara 1.761,17 2.868,37 4.629,54 8,48% 4.267,55 Belanja Pemerintah 1.761,17 2.478,48 4.239,65 11,19% 3.812,98 Transfer 3.422,90* 389,89 389,89 -14,23% 454,57 Surplus/(Defisit) 2.932,33 (1.305,81) 1.626,53 450,54% 295,44 Pembiayaan - 880,32 880,32 20,31% 731,68 Penerimaan Pembiayaan Daerah - 897,53 897,53 20,60% 744,22 Pengeluaran Pembiayaan Daerah - 17,21 17,21 37,24% 12,54 SILPA/(SIKPA) 2.932,33 (425,49) 2.506,85 144,07% 1.027,12

Sumber: LKPK Kanwil DJPB Provinsi Bali Triwulan I 2019 (diolah) * Catatan :

Seluruh Pengeluaran Transfer pemerintah pusat sampai dengan Triwulan I 2019 sebesar Rp3.422,90 miliar dieliminasi dengan Penerimaan Transfer Pemerintah Daerah

Pendapatan Konsolidasian mengalami kenaikan sebesar Rp1.693,08 miliar atau sekitar 37,10% dari periode sebelumnya. Kenaikan ini didominasi oleh pendapatan perpajakan yang mengalami peningkatan sebesar Rp.1.968,51 miliar atau 54,12%. Untuk Belanja Konsolidasian mengalami kenaikan sebesar Rp361,99 miliar atau 8,48% dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini didorong oleh peningkatan belanja pemerintah yang naik sebesar 11,19% dari periode sebelumnya.

B. PENDAPATAN KONSOLIDASIAN 1. Analisis Proporsi dan Perbandingan

Pendapatan konsolidasian sampai dengan Triwulan I tahun 2019 didominasi oleh Pendapatan Pajak sebesar Rp5.605,99 miliar dan PNBP sebesar Rp616,82 miliar. Pendapatan perpajakan mengalami peningkatan disebabkan

adanya pertumbuhan ekonomi

khususnya di bidang pariwisata. Selain itu terdapat pula perbaikan upaya pemungutan pajak daerah dan retribusi, dan jika dilihat dari porsinya tercatat mengalami peningkatan yakni dari 79,72% menjadi 89,61%. Pendapatan Bukan Pajak dilihat dari porsinya, mengalami penurunan dari 17,68% menjadi 9,86%. Penurunan pendapatan bukan pajak secara umum disebabkan oleh turunnya penerimaan pendapatan badan layanan umum.

(29)

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian 19 Oleh sebab itu, perlu dilakukan optimalisasi upaya peningkatan layanan Satker BLU antara lain: pengembangan sistem teknologi berbasis online (SIMDOS, SIMPEG, SIMDIR, SILUNA, dan billing system), peningkatan sarana dan prasarana fasilitas medik (ruang dan peralatan khusus jantung, tranplantasi ginjal dan terapi oksigen hiperbarik). Pendapatan Konsolidasian Provinsi Bali sampai dengan triwulan I 2019 didominasi oleh pendapatan Pemerintah Pusat, dimana pendapatan Pemerintah Pusat tercatat sebesar Rp4,69 triliun memberi kontribusi sebesar 75,02% sedangkan pendapatan Pemerintah Daerah tercatat sebesar Rp1,56 triliun memberi kontribusi sebesar 24,98%. Pada Grafik Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah tercatat bahwa pendapatan perpajakan dan pendapatan bukan pajak yang merupakan kontributor tertinggi pada pendapatan pendapatan konsolidasian didominasi oleh Pemerintah Pusat.

2. Analisis Perubahan

Pendapatan Konsolidasian sampai dengan Triwulan I 2019 tercatat sebesar Rp6.256,07 miliar, meningkat sebesar Rp1.693,08 miliar (37,10%) dibanding periode Triwulan I 2018 yang dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan perpajakan. Pendapatan Perpajakan secara nominal tercatat mengalami peningkatan yakni sebesar Rp1.968,51 miliar (54,12%).

Kenaikan ini terjadi seiring naiknya pertumbuhan ekononi dan optimalisasi penerimaan negara di bidang perpajakan. Hanya pendapatan perpajakan yang mengalami peningkatan, sedangkan tiga jenis pendapatan lainnya (pendapatan bukan pajak, hibah, dan transfer) tercatat mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya.

3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kenaikan Realisasi Pendapatan Konsolidasian

Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh terhadap naiknya realisasi pendapatan. Pertumbuhan ekonomi di Bali triwulan I 2019 naik sebesar 9,99% dan pendapatan pemerintah naik 40,02% dari triwulan I 2018. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan

(30)

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian 20 pertumbuhan ekonomi memberikan dampak positif terhadap kenaikan pendapatan konsolidasian pemerintah.

Tabel Realisasi Pendapatan Konsolidaian Pempus dan Pemda di Wilayah Provinsi Bali Triwulan I Tahun 2018 dan 2019

Uraian Triwulan I 2018 (Rupiah) Triwulan I 2019 (Rupiah) Kenaikan Penerimaan Perpajakan 3.637,48 5.605,99 54,12% PNBP 806,68 616,82 -23,54% Total 4.444,16 6.222,81 40,02% PDRB/Pert. Ekonomi 55.604,88 60.355,11 8,54%

Sumber: LKPK Kanwil DJPB Provinsi Bali Triwulan I Tahun 2019, BPS (data diolah)

C. BELANJA KONSOLIDASIAN

1. Analisis Proporsi dan Perbandingan

Porsi terbesar Belanja Konsolidasian tercatat pada Belanja Pegawai sebesar Rp2.135,22 miliar, diikuti oleh Belanja Barang sebesar Rp1.382,64 miliar. Hal ini mengindikasikan belanja operasional masih mendominasi di wilayah Provinsi Bali. Untuk dapat menekan belanja pegawai, pemerintah daerah perlu melakukan rasionalisasi jumlah pegawai dengan melakukan analisis beban kerja. 2. Analisis Perubahan

Belanja dan Transfer Pemerintah Konsolidasian triwulan I 2019 secara agregat mengalami kenaikan sebesar Rp361,95 miliar (8,48%). Dilihat dari nominal dan persentase kenaikannya, belanja modal tercatat mengalami

Tax Ratio Konsolidasian Mengalami Peningkatan

Sampai dengan periode triwulan I 2019, tax ratio konsolidasian mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama di tahun 2018. Pendapatan perpajakan konsolidasian sampai dengan triwulan I 2019 mampu tumbuh 54,12%. Tax ratio konsolidasian mengalami peningkatan yakni dari 6,54% pada triwulan I 2018 menjadi 9,29% pada triwulan I 2019. Peningkatan tax ratio ini dikarenakan pertumbuhan pendapatan pajak lebih tinggi dari PDRB yang sebesar 8,54%.

Tabel Pendapatan Perpajakan Konsolidasian terhadap PDRB

Uraian Triwulan I 2018 Triwulan I 2019

Pendapatan Perpajakan Rp3.637,48M Rp5.605,99M PDRB Rp55.604,88M Rp60.355,11M

Tax Ratio 6,54% 9,29%

(31)

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian 21 kenaikan paling tinggi yakni sebesar Rp409,32 miliar atau sekitar 302,17%. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah terhadap pembangunan infrastruktur dan investasi jangka panjang dalam bentuk belanja modal telah mulai dilaksanakan pada periode awal tahun 2019.

3. Analisis Dampak Kebijakan Fiskal Kepada Indikator Ekonomi Regional Tabel Rasio Realisasi Belanja dan Transfer Konsolidasian Pempus dan Pemda

di Wilayah Provinsi Bali s.d Triwulan I Tahun 2018 dan 2019

Uraian Triwulan I 2018 Triwulan I 2019

Belanja Rp3.812,99M Rp4.239,04M

Transfer Rp454,00M Rp389,89M

Belanja dan Transfer Rp4.266,99M Rp4.628,94M PDRB/Pert. Ekonomi Rp55.604,88M Rp60.355,11M Rasio Belanja & Transfer thd

PDRB 7,674% 7,670%

Sumber: LKPK Kanwil DJPB Provinsi Bali Triwulan I Tahun 2019, BPS(diolah)

Rasio belanja dan transfer pemerintah terhadap PDRB Provinsi Bali sampai dengan triwulan I 2019 tercatat sebesar 7,670%, mengalami sedikit penurunan dari periode sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan fiskal dalam APBN/APBD (meskipun belum signifikan) telah mampu meningkatkan efisiensi belanja pemerintah dalam memberi kontribusi dan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Bali.

D. Analisis Kontribusi Pemerintah Dalam Produk Domestik Regional Bruto

Sampai dengan akhir triwulan I 2019, Provinsi Bali tercatat mengalami surplus LO sebesar Rp3.072,16 miliar. Hal ini menandakan bahwa pendapatan yang diterima di Bali mampu membiayai seluruh belanja/beban yang ada. Berikut adalah ringkasan Laporan Operasional sebagai salah satu komponen Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah Provinsi Bali s.d. triwulan I tahun 2019:

Kegiatan Operasional

Pendapatan Operasional 10.615.337.025.209

Perpajakan 3.750.405.078.837

PNBP 4.031.516.985.252

Transfer 2.816.359.062.292

Lain-lain Pendapatan yang Sah 17.055.898.828

Beban Operasional 7.551.373.244.645

Beban Pegawai 2.200.125.057.958

Beban Persediaan 53.723.688.016

Beban Barang dan Jasa 887.757.317.789 Beban Pemeliharaan 319.201.091.251 Beban Perjalanan Dinas 112.704.715.889

Beban Barang dan Jasa BLU -

Beban Barang untuk diserahkan kepada Masyarakat 4.867.325.005

Beban Subsidi -

Beban Hibah 164.937.089.055

Beban Bantuan Sosial 9.448.854.000

Beban Lain-lain -

Beban Penyusutan dan Amortisasi - Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih -

(32)

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian 22 Beban Transfer 3.796.594.354.084

Beban Bunga 2.013.751.598

Surplus/(Defisit) Dari Kegiatan Operasional 3.063.963.780.565

Kegiatan Non Operasional

Pendapatan Pelepasan Aset Non Lancar 1.479.296.426 Beban Pelepasan Aset Non Lancar -

Surplus/(Defisit) Dari Kegiatan Non Operasional 1.479.296.426

Kegiatan Non Operasional Lainnya

Pendapatan Kegiatan Non Operasional Lainnya 6.719.660.841 Beban Kegiatan Non Operasional Lainnya -

Surplus/(Defisit) Dari Kegiatan Non Operasional Lainnya 6.719.660.841

Pos Luar Biasa

Pendapatan Luar Biasa -

Beban Luar Biasa -

Surplus/(Defisit) Dari Pos Luar Biasa -

Surplus/(Defisit) LO 3.072.162.737.832 Sumber: LKPK Kanwil DJPB Provinsi Bali Triwulan I Tahun 2019 (diolah)

1. Kontribusi Belanja Konsumsi Pemerintah terhadap PDRB

Uraian TW I 2018 TW II 2019

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Rp4.116,89 miliar Rp4.865,89 miliar PDRB Rp55.604,88 miliar Rp60.355,11 miliar Kontribusi Belanja Pemerintah terhadap PDRB 7,40% 8,06%

Sumber : BPS Prov. Bali (diolah)

Kontribusi belanja konsumsi pemerintah dalam PDRB triwulan I 2019 tercatat sebesar 8,06% (meningkat 66 basis poin dari triwulan I 2018), menunjukkan bahwa belanja konsumsi pemerintah menjadi stimulus fiskal dan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Bali meskipun dengan porsi yang tidak terlalu besar.

2. Kontribusi Investasi Pemerintah terhadap PDRB

Uraian TW I 2018 TW I 2019

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Rp16.756,79 miliar Rp18.501,62 miliar PDRB Rp55.604,88 miliar Rp60.355,11 miliar Kontribusi Investasi Pemerintah terhadap PDRB 30,16% 30,65%

Sumber : BPS Prov. Bali (diolah)

Kontribusi investasi pemerintah dalam PDRB triwulan I 2019 tercatat sebesar 30,65% (meningkat 49 basis poin dari triwulan I 2018), menunjukkan bahwa investasi pemerintah, khususnya belanja modal dari proyek infrastruktur menjadi stimulus fiskal yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Bali. Kontribusi investasi pemerintah yang lebih tinggi dari kontribusi belanja (pengeluaran konsumsi) pemerintah terhadap PDRB menunjukkan bahwa kondisi perekonomian di wilayah Provinsi Bali relatif baik.

(33)
(34)

Berita/Isu Fiskal Regional Terpilih 23

V. BERITA/ISU FISKAL REGIONAL TERPILIH

Pertanian Bali Harus Dibangun dari Hulu ke Hilir

Pernyataan Gubernur Bali I Wayan Koster yakni Bali akan fokus membangun sektor pertanian dari hulu hingga ke hilir. Alasannya Bali punya potensi besar dan pasar yang besar untuk itu. Potensi pasar tersebut terkait dengan kenyataan Bali sebagai daerah wisata dengan target 7-8 juta wisman dan 9-10 wisatawan domestik/nusantara. Sejak dulu produk pertanian Bali sudah terkenal. Gubernur menyebut sejumlah komoditas lawas unggulan Bali yang memang sudah dikenal mulai dari salak Bali, jeruk, manggis, sapi, babi, ayam, hingga arak. Semua ada kata-kata Bali. Bali sudah cukup punya merk yang dikenal baik tingkat nasional maupun internasional.

Hanya saja, Gubernur menilai penanganannya yang kurang serius. Hal ini dipastikan setelah menjabat sebagai orang nomor satu di Pemprov Bali. Dari program APBD Bali, terlihat kurang serius. Di hulu, ada sedikit usaha (keseriusan), tetapi di hilir betul-betul tidak fokus. Tidak ada komitmen untuk menyelesaikan di hilir. Gubernur mencontohkan, bagaimana sejumlah komoditi produk pertanian seperti jeruk harganya jeblok pada musim panen. Hal itu karena penanganan di hilir yang parah, tidak serius.

Untuk itu Gubernur Koster memastikan, APBD 2020 Pemprov akan fokus untuk membangun sektor pertanian dari hulu ke hilir. Mulai dari penyediaan lahan, petani, hingga melibatkan tenaga ahli/riset di perguruan tinggi serta teknologi. Tidak saja untuk peningkatan budidaya dan produktivitas, namun juga untuk membentuk produk yang punya taste yang khas, sehingga menjadi produk unggulan. Contoh, produk pertanian jenis sayur asparagus yang dibudidayakan di Desa Plaga, Kecamatan Petang Badung, yang produknya laku ekspor ke Filipina. Bali ada tenaga ahli untuk itu, namun orang lain yang memakai, sedangkan Bali yang tidak memanfaatkannya.

Gubernur juga menyorot ‘kemewahan’ Bali dengan kunjungan wisatawan yang begitu banyak setiap tahun ,namun tak berdaya untuk memberdayakan petani. Apa artinya? Itu berarti pertanian dan pariwisata jalan sendiri-sendiri. Mestinya itu harus dipertemukan, antara produsen (pertanian) dan pariwisata sebagai konsumen. Itulah salah satu yang mendasari keluarnya Pergub 99/2018, tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan dan Industri Lokal Bali. Maka Gubernur akan mewajibkan hotel untuk memasukkan memanfaatkan produk buah lokal, jika memang sedang musim.

(35)

Berita/Isu Fiskal Regional Terpilih 24 Harapan Gubernur, jika antara pertanian dan pariwisata ketemu, tidak ada cerita lagi produk pertanian anjlok. Dalam konteks pembangunan pertanian dari hulu ke hilir itu, Gubernur Koster menyatakan perlunya pembangunan industri pengolahan untuk pembangunan pertanian, untuk meningkatkan daya saing pertanian

Sumber: NUSABALI 22 Mar 2019 15:18:39

Kontribusi Wisatawan untuk Pelestarian Lingkungan Alam dan Budaya Bali

Pada hari Rabu 19 Desember 2018, Gubernur Bali Wayan Koster menyampaikan Rancangan Perda tentang Kontribusi Wisatawan untuk Pelestarian Lingkungan Alam dan Budaya Bali dalam rapat paripurna DPRD provinsi Bali, di Ruang Sidang Utama Gedung DPRD Provinsi Bali. Pengenaan kontribusi wisatawan ini memiliki tujuan diantaranya untuk melestarikan alam dan lingkungan, melestarikan adat, tradisi, seni dan budaya, serta kearifan lokal. Di samping itu, melalui ranperda tersebut diharapkan untuk memberdayakan desa adat, membangun sarana prasarana seni dan budaya serta meningkatkan kualitas pelayanan dan penyelenggaraan kepariwisataan Bali. Pengenaan kontribusi itu akan dikenakan bagi wisatawan mancanegara dan nusantara yang berkunjung ke Bali dan hal ini akan diatur pula dalam Peraturan Gubernur Bali. Wisatawan mancanegara akan dikenakan 10 dolar AS per orang dan wisatawan nusantara Rp25.000 setiap orang dan dikenakan hanya satu kali dalam sekali kunjungan ke Bali. Tata kelola pengenaan dan pengelolaanya akan diatur dalam pergub.

Sumber: Antaranews Bali Rabu, 19 Desember 2018 18:49 WIB

Pada hari Senin 14 Januari 2019, Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan pengenaan biaya atau pungutan kontribusi wisatawan untuk pelestarian lingkungan alam dan budaya Bali nantinya akan disatukan dengan harga tiket pesawat ke Pulau Dewata. Pemda Bali akan bekerja sama dengan maskapai dan mereka juga setuju. Wacana yang disampaikan Koster tersebut terkait dengan pengajuan Rancangan Peraturan Daerah tentang Kontribusi Wisatawan untuk Pelestarian Lingkungan Alam dan Budaya Bali yang sudah mulai dibahas di DPRD Bali, yang diawali dengan Pandangan Umum Fraksi-Fraksi. Menurut Koster, sebagai tahap awal, besaran kontribusi wisatawan yang akan dibebankan pada tiket pesawat ke Bali sebesar 10 dolar AS untuk setiap wisatawan. Pungutan tersebut akan dikenakan kepada wisatawan mancanegara yang masuk Bali lewat Bandara Internasional Ngurah Rai, sedangkan bagi wisman yang masuk lewat

(36)

Berita/Isu Fiskal Regional Terpilih 25 jalur darat mau pun laut, untuk sementara tidak dikenakan pungutan tersebut. Di negara lain, kontribusi diberlakukan juga hanya untuk wisatawan mancanegara. Sedangkan bagi wisatawan domestik yang ke Bali tidak dipungut kontribusi tersebut, karena menurut Gubernur Koster, mereka datang ke Bali tidak hanya untuk berlibur, tetapi tidak sedikit untuk urusan pekerjaan. Gubernur Koster sudah mendiskusikan hal tersebut dengan sejumlah menteri dan berbagai pihak, serta secara umum mereka sepakat dengan pengaturan tersebut. Nantinya hasil pemungutan kontribusi wisatawan tersebut akan masuk menjadi pendapatan asli daerah pemprov setempat. Gubernur pun tidak khawatir pengenaan biaya tambahan tersebut akan berdampak mengurangi kunjungan wisman. Karena wisatawan senang, apalagi ini untuk penguatan budaya Bali.

(37)

GEDUNG KEUANGAN NEGARA I

Jl. Dr. Kusuma Atmaja Renon Denpasar 80235 Telp. (0361) 235051 ; Fax : (0361) 222844 Email : kanwildjpbbali@kemenkeu.go.id

(38)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PROVINSI BALI

GEDUNG KEUANGAN NEGARA I

JL. DR. KUSUMAATMADJA NITI MANDALA RENON DENPASAR 80235 TELEPON (0361) 235051, 225292, FAKSIMILE (0361) 222844 SITUS : www.kanwilbali.diPbn.kemenkeu.oo.id Em ail: bidanaDPa2bali@amail.com

NOTA DINAS

NOMOR: N D -3^4 /WPB.22/2019

Yth. : Direktur Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktur Pelaksanaan Anggaran Dari : Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Bali

Hal : Penyampaian Kajian Fiskal Regional Triwulan I Tahun 2019 Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Bali

Tanggal : 14 Mei 2019

Sehubungan dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: SE- 61/PB/2017 Tanggal 4 Agustus 2017 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Kajian Fiskal Regional, bersama ini disampaikan Kajian Fiskal Regional Triwulan I Tahun 2019 Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Bali.

Demikian disampaikan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. /

Gambar

Tabel Pagu dan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Bali
Tabel Perkiraan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Bali s.d. Triwulan IV Tahun 2019  Uraian
Tabel Perkiraan Realisasi APBD Lingkup Provinsi Bali Sampai Dengan TW IV Tahun 2019
Tabel Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat kesulitan untuk menyerang enkripsi RSA bergantung pada sulitnya pencarian faktor bilangan prima yang digunakan untuk enkripsi ini RSA menggunakan dua buah bilangan

mampu membuat kebijakan atas hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan pendampingan hukum kepada individu dan/atau Lemsaneg dimana kebijakan tersebut dapat memberikan

(2) Beberapa faktor yang mempengaruhi penanganan kasus keterlibatan Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam pemilihan umum, yaitu: a) Kurang Alat Bukti. b) Tidak adanya

=ila dilihat berdasarkan hasil pengamatan, maka diketahui koloni  bakteri = memiliki kemampuan menghidrolisis amilum dengan sedang, sedangkan koloni bakteri A sama sekali

Upami Anjeun keur nransperkeun musik, video, gambar atawa payil media sejenna ka alat Anjeun, leuwih sae pikeun make aplikasi Media Go™ dina komputer Anjeun.. Media Go™ ngarobah

Melakukan pembayaran melalui Uang Persediaan atas persetujuan Pejabat Yang Melakukan Tindakan yang Mengakibatkan Pengeluaran Anggaran Belanja Satker untuk Belanja Barang,

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia dalam konsep Bani Adam, adalah sebuah usaha pemersatu (persatuan dan kesatuan) tidak ada perbedaan sesamanya, yang