BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan cukup vital dalam semua aktifitas ekonomi. Kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah akan berdampak terhadap masyarakat baik dampak positif maupun negatif. Begitupun dengan kebijakan kenaikan harga BBM per 22 Juni 2013, yakni harga premium yang sebelumnya Rp4.500,- naik menjadi Rp6.500,- dan solar menjadi Rp5.500,- (harga sebelumnya Rp4.500,-). Hal ini terjadi karena Indonesia masih mengimpor minyak mentah dari dunia, sehingga kenaikan harga minyak dunia memicu kenaikan harga BBM. Karena pemerintah memberikan subsidi yang besar pada masyarakat terhadap bahan bakar minyak, pemerintah mengambil kebijakan dengan mengurangi subsidi tersebut dan menaikan harga bahan bakar minyak.
362.903 unit motor terjual,sedangkan pesaing lain yaitu Yamaha dengan penjualan 238.200 unit motor terjual, Suzuki 27.500 unit motor terjual, Kawasaki 15.203 unit motor terjual,dan TVS 2.102 unit motor terjual (aisi.or.id,2013).
Jalan Ciateul sejak dahulu dikenal sebagai sentra motor bekas (mokas), ada puluhan showroom berjejer, baik yang berupa bangunan atau sengaja mereka yang berjualan di pinggir jalan. Disini pembaca dapat membeli motor bekas ataupun menjual motor pembaca. Banyaknya konsumen yang membeli motor di daerah ini ditunjang pula dengan daerah sekitar Ciateul yang menjadi primadona bagi pembaca yang ingin membeli aksesoris atau onderdil kendaraan. Di Jalan Pungkur dekat Ciateul ini berjejer bengkel dan juga penjual kebutuhan aksesoris dan onderdil motor juga mobil. Untuk kawasan ini, aksesoris dan onderdilnya baru (informasi-bandung.com,2013). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti tentang “Dampak Kenaikan Harga BBM Terhadap Penjualan Motor Bekas Merk Honda di Jalan Ciateul Bandung”.
B. Rumusan Masalah
Penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah kenaikan BBM mempengaruhi penjualan motor bekas merk Honda di Jalan Ciateul Bandung?
3. Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya penjualan motor bekas merk Honda?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Penulis ingin mengetahui pengaruh kenaikkan BBM terhadap penjualan motor bekas di Jalan Ciateul Bandung.
2. Penulis ingin mengetahui besar penjualan motor bekas sesudah kenaikan BBM.
3. Penulis ingin mengetahui Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya penjualan motor bekas.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Untuk Pedagang:
a. Penulis ingin menyumbangkan hasil analisis yang dapat dibuat rekomendasi untuk diambil kebijaksanaan untuk lebih meningkatkan penjualan dan strategi apa yang dilakukan.
2. Untuk Penulis:
a. Penulis mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman dalam melakukan penelitian.
3. Untuk Pembaca:
a. Pembaca dapat mengetahui dampak kenaikan BBM terhadap penjualan motor bekas.
b. Pembaca dapat mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi besar kecilnya penjualan motor bekas.
c. Memberikan masukan bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian lanjutan.
E. Hipotesis
Penulis menggunakan hipotesis kerja/alternative (Ha) : Kenaikan harga suatu barang berpengaruh negatif terhadap permintaan suatu barang tertentu.
F. Metodologi Penelitian
Jenis penelitian dari karya tulis ini adalah deskriptif dan eksplanatori, dimana penulis ingin menggambarkan penjualan sesudah kenaikan BBM dari pedagang motor bekas merk Honda di Jalan Ciateul Bandung dan ingin menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi penjualan motor bekas merk Honda.
Wawancara yang dilakukan meliputi faktor – faktor yang mempengaruhi penjualan motor bekas, besar penjualan motor bekas di Jalan Ciateul Bandung.
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data secara kualitatif karena data yang dikumpulkan berupa wawancara.
G. Sistematika Penelitian
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Bahan Bakar Minyak
B. Harga
Harga adalah satuan nilai yang diberikan pada suatu komoditi sebagai informasi dari produsen/pemilik komoditi. Dalam teori ekonomi disebutkan bahwa harga suatu barang atau jasa yang pasarnya kompetitif, maka tinggi rendahnya harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran pasar.
Permintaan selalu berhubungan dengan pembeli, sedangkan penawaran berhubungan dengan penjual. Apabila antara penjual dan pembeli berinteraksi, maka terjadilah kegiatan jual beli. Pada saat terjadi kegiatan jual beli di pasar, antara penjual dan pembeli akan melakukan tawar-menawar untuk mencapai kesepakatan harga. Pembeli selalu menginginkan harga yang murah, agar dengan uang yang dimilikinya dapat memperoleh barang yang banyak. Sebaliknya, penjual menginginkan harga tinggi, dengan harapan ia dapat memperoleh keuntungan yang banyak. Perbedaan itulah yang dapat menimbulkan tawar-menawar harga. Harga yang telah disepakati oleh kedua belah pihak disebut harga pasar. Pada harga tersebut jumlah barang yang ditawarkan sama dengan jumlah barang yang diminta. Dengan demikian harga pasar disebut juga harga keseimbangan (ekuilibrium).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses terbentuknya harga pasar jika terdapat hal-hal berikut ini.
a. Antara penjual dan pembeli terjadi tawar-menawar.
b. Adanya kesepakatan harga ketika jumlah barang yang diminta sama dengan jumlah barang yang ditawarkan.
Harga yang terbentuk untuk suatu komoditas merupakan hasil interaksi antara penjual dan pembeli. Harga yang terjadi sangat dipengaruhi oleh kuantitas barang yang ditransaksikan. Dari sisi pembeli (demand, D) semakin banyak barang yang ingin dibeli akan meningkatkan harga, sementara dari sisi penjual (supply, S) semakin banyak barang yang akan dijual akan menurunkan harga.
C. Elastisitas Permintaan
Elastisitas adalah derajat kepekaan kuantitas yang diminta atau
ditawarkan terhadap salah satu faktor yang mempengaruhi fungsi
permintaan atau penawaran (Arsyad, 1991:47).
Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit barang yang dibeli sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya (cateris paribus).
Elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang itu sendiri disebut
elastisitas harga (price elasticity of demand). Sedangkan elastisitas yang
pendapatan (income elasticity) (Rahardja dkk, 2004:55).
D. Jenis – Jenis Elastisitas
1. Elastisitas Harga (Price Elasticity of Demand)
Elastisitas harga (Ep) adalah persentase perubahan kuantitas yang
diminta yang disebabkan oleh perubahan harga barang tersebut sebesar
1 (satu) persen.
Atau
Angka elastisitas harga (Eh) a. Permintaan Elastis (Ed > 1)
Permintaan dikatakan elastis apabila persentase perubahan jumlah barang
yang diminta lebih besar dari persentase perubahan harganya.
Gambar 2.1
b. Permintaan In-Elastis (Ed < 1)
Permintaan in-elastis ini dapat terjadi apabila persentase permintaan lebih
kecil dari persentase perubahan harga.
Gambar 2.2
Permintaan Inelastis
c. Permintaan Elastisitas Kesatuan (Unitary Elasticity) (Ed = 1)
Permintaan elastisitas kesatuan terjadi apabila persentase perubahan
permintaan sama dengan persentase perubahan harga.
Gambar 2.3
Permintaan Elastis Kesatuan d. Permintaan Elastis Sempurna (Ed = ~)
Permintaan elastis sempurna terjadi apabila pada harga jumlah barang yang
diminta tidak terbatas atau dengan kata lain pada harga berapa pun, banyaknya
Gambar 2.4
Permintaan Elastis Sempurna e. Permintaan In-Elastis Sempurna (Ed = 0)
Pada keadaan ini orang/ konsumen tidak akan merubah permintaannya pada
tingkat harga berapa pun.
Gambar 2.5
Permintaan In-Elastis Sempurna 2. Elastisitas Silang (Cross Elasticity)
Elastisitas silang (Ec) adalah persentase perubahan jumlah barang
yang diminta, sebagai akibat adanya perubahan harga barang lain (yang
memiliki hubungan baik saling melengkapi ataupun saling menggantikan)
Nilai Ec mencerminkan hubungan antara barang X dengan Y. Bila
Ec > 0, X merupakan substitusi Y. Kenaikan harga Y menyebabkan harga relatif X lebih murah, sehingga permintaan terhadap X meningkat. Jika nilai Ec < 0 menunjukkan hubungan X dan Y adalah komplementer. X
hanya bisa digunakan bersama-sama Y. Kenaikan harga Y menyebabkan permintaan terhadap Y menurun, yang menyebabkan permintaan terhadap
X ikut menurun.
3. Elastisitas Pendapatan (Income Elasticity)
Elastisitas pendapatan adalah persentase perubahan jumlah barang
yang diminta sebagai akibat adanya perubahan pendapatan (income) riil
Umumnya nilai Ei positif, karena kenaikan pendapatan (nyata) akan
meningkatkan permintaan. Makin besar nilai Ei, elastisitas pendapatannya
makin besar. Barang dengan Ei > 0 merupakan barang normal. Bila nilai Ei
antara 0 sampai 1, barang tersebut merupakan kebutuhan pokok. Barang
dengan nilai Ei > 1 merupakan barang mewah. Ada barang dengan Ei < 0.
Permintaan terhadap barang tersebut justru menurun pada saat pendapatan
nyata meningkat. Barang ini disebut barang inferior
E. Pengertian Penjualan
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari pengertian penjualan itu sendiri adalah sebagai berikut:
Pengertian penjualan menurut Henry Simamora dalam buku “Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis” menyatakan bahwa:
“Penjualan adalah pendapatan lazim dalam perusahaan dan merupakan jumlah kotor yang dibebankan kepada pelanggan atas barang dan jasa”.
(Simamora, 2000;24) Pengertian penjualan menurut Chairul Marom dalam buku “Sistem Akuntansi Perusahaan Dagang” menyatakan bahwa :
“Penjualan artinya penjualan barang dagangan sebagai usaha pokok perusahaan yang biasanya dilakukan secara teratur”.
(Marom, 2002:28) Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penjualan adalah persetujuan kedua belah pihak antara penjual dan pembeli, dimana penjual menawarkan suatu produk dengan harapan pembeli dapat menyerahkan sejumlah uang sebagai alat ukur produk tersebut sebesar harga jual yang telah disepakati.
F. Dokumen-Dokumen Penjualan
Dokumen-dokumen penjualan menurut La Midjan dalam bukunya yang berjudul “Sistem Informasi Akuntansi 1” antara lain sebagai berikut:
“1. Order Penjualan Barang (Sales Order) 2. Nota Penjualan Barang
4. Faktur Penjualan (Invoice)
5. Surat pengiriman Barang (Shipping Slip) 6. Jurnal Penjualan (Sales Journal)”.
(Midjan, 2001:183) Menurut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Order Penjualan Barang (Sales Order)
Merupakan penghubung antara beragam fungsi yang diperlukan untuk memproses langganan dengan menyiapkan peranan penjualan.
2. Nota Penjualan Barang
Merupakan catatan atau bukti atas transaksi penjualan barang yang telah dilakukan oleh pihak perusahaan dan sebagai dokumen bagi pelanggan. 3. Perintah Penyerahan Barang (Delivery Order)
Merupakan suatu bukti dalam pengiriman barang untuk diserahkan kepada pelanggan setelah adanya pencocokan rangkap slip.
4. Faktur Penjualan (Invoice)
Adalah dokumen yang menunjukan jumlah yang berhak ditagih kepada pelanggan yang menunjukan informasi kuantitas, harga dan jumlah tagihannya.
5. Surat Pengiriman Barang (Shipping Slip) 6. Jurnal Penjualan (Sales Journal)
G. Tujuan Penjualan
Dalam suatu perusahaan kegiatan penjualan adalah kegiatan yang penting, karena dengan adanya kegiatan penjualan tersebut maka akan terbentuk laba yang dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaan.
Tujuan umum penjualan yang dimiliki oleh perusahaan menurut Basu Swastha dalam bukunya “Manajemen Penjualan”, yaitu:
“1. Mencapai volume penjualan tertentu. 2. Mendapat laba tertentu.
3. Menunjang pertumbuhan perusahaan”.
(Swastha, 2005:404) Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan umum perusahaan dalam kegiatan penjualan adalah untuk mencapai volume penjualan, mendapat laba yang maksimal dengan modal sekecil-kecilnya, dan menunjang pertumbuhan suatu perusahaan.
H. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penjualan
Aktivitas penjualan banyak dipengaruhi oleh faktor tertentu yang dapat meningkatkan aktivitas perusahaan, oleh karena itu manajer penjualan perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan menurut Basu Swastha dalam buku “Manajemen Penjualan” antara lain sebagai berikut:
“1. Kondisi dan Kemampuan Penjual 2. Kondisi Pasar
3. Modal
4. Kondisi Organisasi Perusahaan
Menurut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kondisi dan Kemampuan Penjual
Kondisi dan kemampuan terdiri dari pemahaman atas beberapa masalah penting yang berkaitan dengan produk yang dijual, jumlah dan sifat dari tenaga penjual adalah:
a. Jenis dan karakteristik barang atau jasa yang ditawarkan b. Harga produk atau jasa
c. Syarat penjualan, seperti: pembayaran, pengiriman 2. Kondisi Pasar
Pasar sebagai kelompok penbelian atau pihak yang menjadi sasaran dalam penjualan dan dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualannya.
3. Modal
Modal atau dana sangat diperlukan dalam rangka untuk mengangkut barang dagangan ditempatkan atau untuk membesar usahanya.
4. Kondisi Organisasi Perusahaan
Pada perusahan yang besar, biasanya masalah penjual ini ditangani oleh bagian tersendiri, yaitu bagian penjualan yang dipegang oleh orang-orang yang ahli dibidang penjualan.
5. Faktor-faktor lain
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan penjualan, yaitu: kondisi dan kemampuan penjualan, kondisi pasar, modal, kondisi organisasi perusahaan, dan faktor-faktor lain. Menurut pengertian diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Persiapan Sebelum Penjualan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mempersiapkan tenaga penjual dengan memberikan pengertian tentang barang yang dijualnya, pasar yang di tuju, dan teknik-teknik penjualan yang harus dilakukan. 2. Penentuan Lokasi Pembeli Potensial
Dari lokasi ini dapatlah dibuat sebuah daftar tentang orang-orang atau perusahaan yang secara logis merupakan pembeli potensial dari produk yang ditawarkan.
3. Pendekatan Pendahuluan
pembeli, kesukaan, dan sebagainya. Semua kegiatan ini dilakukan sebagai pendekatan pendahuluan terhadap pasarnya.
4. Melakukan Penjualan
Penjualan dilakukan bermula dari suatu usaha untuk memikat perhatian calon pembeli, kemudian diusahakan untuk menarik daya tarik mereka. Dan akhirnya penjual melakukan penjualan produknya kepada pembeli. 5. Pelayanan Sesudah Penjualan
Dalam tahap akhir ini penjual harus berusaha mengatasi berbagai macam keluhan atau tanggapan yang kurang baik dari pembeli. Pelayanan penjualan ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan kepada pembeli bahwa keputusan yang diambilnya tepat dan barang yang dibelinya betul-betul bermanfaat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dari karya tulis ini adalah deskriptif dan eksplanatori, dimana penulis ingin menggambarkan penjualan sesudah kenaikan BBM dari pedagang motor bekas merk Honda di Jalan Ciateul Bandung dan ingin menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi penjualan motor bekas merk Honda.
B. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipilih sesuai dengan data yang diperlukan, penulis memilih teknik studi lapangan dalam bentuk wawancara karena penulis dapat mengetahui lebih leluasa tentang pendapat narasumber dan mampu mendapatkan jawaban yang berkualitas.
Wawancara yang dilakukan meliputi faktor – faktor yang mempengaruhi penjualan motor bekas, besar penjualan motor bekas di Jalan Ciateul Bandung
C. Teknik Analisis Data
D. Unit Analisis Data
Unit Analisis yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian adalah pedagang motor bekas di Jalan Ciateul Bandung.
E. Populasi dan Sampel
Populasi yang menjadi bahan penelitian penulis yaitu seluruh pedagang motor bekas di Bandung.
Sampel yang diambil penulis adalah pedagang motor bekas di Jalan Ciateul Bandung. Penulis mengambil sample pedagang motor bekas di Jalan Ciateul Bandung karena Jalan Ciateul Bandung sudah menjadi ciri khas dalam hal penjualan motor bekas baik yang berupa pedagang yang di pinggiran jalan maupun yang berupa showroom.
F. Waktu dan Tempat Penelitian
BAB IV ANALISIS DATA
A. Deskripsi Kawasan Ciateul Sebagai Sentra Penjualan Motor Bekas Jalan Ciateul atau yang disebut Jalan Inggit Garnasih, sejak dahulu sudah dikenal sebagai pusat penjualan motor bekas. Di Jalan Ciateul terdapat puluhan showroom motor bekas yang berjejer di sekitar Jalan Ciateul, ada yang berupa bangunan ataupun mereka yang sengaja berjualan di pinggiran jalan.
Banyak ragam motor yang ditawarkan oleh showroom motor bekas maupun pedagang motor bekas di Jalan Ciateul, baik merk Honda, Yamaha, Suzuki, dan Kawasaki. Tidak hanya merk saja, tetapi banyak juga jenis - jenis motor, seperti motor bebek, trail, matic, dan lain – lain. Kondisi motor yang dijual di showroom juga relatif bagus karena biasanya motor yang mau dijual sudah diperbaiki terlebih dahulu oleh para penjual.
B. Pengolahan Data
Pengolahan data dibagi menjadi dua cara, yaitu: cara statistik dan non statistik. Penulis menggunakan cara non statistik, karena penulis mengumpulkan data menggunakan teknik wawancara sehingga cara ini memudahkan penulis untuk mengolah data.
1. Narasumber
Penulis mengambil narasumber yaitu, showroom di sepanjang Jalan Ciateul Bandung yang berjumlah 10 showroom motor bekas.
2. Hasil Wawancara
2.1 Penjualan motor bekas merk Honda sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM
Hasil wawancara penulis tentang penjualan motor bekas merk Honda sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM yaitu sebagai berikut :
1. Showroom 1 dalam penjualan motor bekas merk Honda mengalami penurunan jumlah penjualan motor bekas merk Honda sebesar 15 unit motor dengan penjualan sebelum kenaikan BBM sebesar 35 unit motor dan penjualan sesudah kenaikan BBM sebesar 20 unit motor.
kenaikan BBM sebesar 227 unit motor dan penjualan sesudah kenaikan BBM sebesar 175 unit motor.
3. Showroom 3 dalam penjualan motor bekas merk Honda mengalami penurunan jumlah penjualan motor bekas merk Honda sebesar 10 unit motor dengan penjualan sebelum kenaikan BBM sebesar 25 unit motor dan penjualan sesudah kenaikan BBM sebesar 15 unit motor.
4. Showroom 4 dalam penjualan motor bekas merk Honda mengalami penurunan jumlah penjualan motor bekas merk Honda sebesar 5 unit motor dengan penjualan sebelum kenaikan BBM sebesar 15 unit motor dan penjualan sesudah kenaikan BBM sebesar 10 unit motor.
5. Showroom 5 dalam penjualan motor bekas merk Honda mengalami penurunan jumlah penjualan motor bekas merk Honda sebesar 5 unit motor dengan penjualan sebelum kenaikan BBM sebesar 20 unit motor dan penjualan sesudah kenaikan BBM sebesar 15 unit motor.
2.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi naik turunnya penjualan motor bekas merk Honda
Hasil wawancara penulis tentang faktor – faktor yang mempengaruhi naik turunnya penjualan motor bekas merk Honda yaitu sebagai berikut :
1. Showroom 1 menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi naik turunnya penjualan motor bekas merk Honda yaitu hari raya tertentu seperti lebaran yang walau kenaikan penjualan motor bekasnya hanya bersifat sesaat.
2. Showroom 2 menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi naik turunnya penjualan motor bekas merk Honda yaitu hari raya tertentu seperti lebaran yang walau kenaikan penjualan motor bekasnya hanya bersifat sesaat, kenaikan kelas siswa – siswi, suku bunga bank yang naik sejak September dari 28% menjadi 31% yang akan mempengaruhi harga DP motor bekas, dan bunga cicilan leasing yang naik dari 20% menjadi 25% yang mempengaruhi harga cicilan motor bekas.
3. Showroom 3 menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi naik turunnya penjualan motor bekas merk Honda yaitu hari raya tertentu seperti lebaran yang walau kenaikan penjualan motor bekasnya hanya bersifat sesaat.
cicilan leasing yang naik / turun yang akan mempengaruhi harga cicilan motor bekas.
5. Showroom 1 menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi naik turunnya penjualan motor bekas merk Honda yaitu peralihan orang – orang dari yang memakai mobil ke motor untuk menghemat pemakaian BBM.
Berdasarkan hasil wawancara diatas, penulis menyimpulkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi naik / turunnya penjualan motor yaitu hari raya tertentu seperti lebaran, kenaikan kelas siswa dengan perolehan 3 jawaban dari 5 narasumber. Faktor lain yang mempengaruhi juga yaitu bunga cicilan leasing dan juga suku bunga Bank Indonesia, dan peralihan orang – orang dari yang menggunakan mobil ke motor untuk menhemat pemakaian BBM.
2.3 Target penjualan motor bekas merk Honda sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM
Hasil wawancara penulis tentang target penjualan motor bekas merk Honda sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM yaitu sebagai berikut :
2. Showroom 2 menyimpulkan bahwa tidak ada kenaikan target penjualan motor bekas merk Honda sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM.
3. Showroom 3 menyimpulkan bahwa tidak ada kenaikan target penjualan motor bekas merk Honda sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM.
4. Showroom 4 menyimpulkan bahwa terjadi penurunan target penjualan motor bekas merk Honda dari 60 unit motor per bulan menjadi 40 unit motor per bulan.
2.4 Harga motor bekas merk Honda sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM
Hasil wawancara penulis tentang harga motor bekas merk Honda sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM yaitu sebagai berikut :
1. Showroom 1 menyimpulkan bahwa tidak ada penurunan maupun kenaikan harga motor bekas merk Honda sebelum maupun sesudah kenaikan harga BBM.
2. Showroom 2 menyimpulkan bahwa tidak ada penurunan maupun kenaikan harga motor bekas merk Honda sebelum maupun sesudah kenaikan harga BBM.
3. Showroom 3 menyimpulkan bahwa tidak ada penurunan maupun kenaikan harga motor bekas merk Honda sebelum maupun sesudah kenaikan harga BBM.
4. Showroom 4 menyimpulkan bahwa tidak ada penurunan maupun kenaikan harga motor bekas merk Honda sebelum maupun sesudah kenaikan harga BBM.
5. Showroom 5 menyimpulkan bahwa tidak ada penurunan maupun kenaikan harga motor bekas merk Honda sebelum maupun sesudah kenaikan harga BBM.
sesudah maupun sebelum kenaikan harga BBM dengan 5 narasumber yang menjawab.
2.5 Strategi yang digunakan untuk meningkatkan penjualan motor bekas merk Honda
Hasil wawancara penulis tentang strategi yang digunakan untuk meningkatkan penjualan motor bekas merk Honda yaitu sebagai berikut:
1. Showroom 1 menyimpulkan bahwa untuk meningkatkan penjualan motor bekas merk Honda yaitu dengan cara mopping dan juga memasukan iklan di koran – koran.
2. Showroom 2 menyimpulkan bahwa untuk meningkatkan penjualan motor bekas merk Honda yaitu dengan juga memasukan iklan di koran – koran dan juga promosi atau memberikan hadiah – hadiah menarik bagi yang membeli motor di showroom 2.
3. Showroom 3 menyimpulkan bahwa untuk meningkatkan penjualan motor bekas merk Honda yaitu dengan memasukan iklan di koran – koran dan juga sering mengadakan pameran motor bekas.
4. Showroom 4 menyimpulkan bahwa untuk meningkatkan penjualan motor bekas merk Honda yaitu dengan memasukan iklan di koran – koran, dan juga memberikan promo atau hadiah – hadiah menarik bagi yang membeli motor bekas di showroom 4.
koran, dan juga memberikan promo atau hadiah – hadiah menarik bagi yang membeli motor bekas di showroom 5.
Berdasarkan hasil wawancara diatas, penulis menyimpulkan bahwa strategi terbaik yaitu dengan memasukan iklan untuk motor bekas yang mereka jual ke koran – koran. Ada juga yang memberikan hadiah – hadiah menarik atau promo untuk mendatangkan minat dari konsumen, mopping, dan juga sering mengadakan pameran motor bekas.
C. Analisis Data
Tabel 4.1 : Penjualan Motor Bekas Merk Honda Rata-Rata Perbulan
Sumber : Hasil Penelitian 2013
Tabel 4.2 : Faktor – Faktor yang mempengaruhi naik turunnya penjualan motor bekas
Showroom Faktor yang mempengaruhi
Showroom 1
Hari raya tertentu (lebaran) Showroom 2 Hari raya tertentu(lebaran,
kenaikan kelas siswa), Suku bunga Bank Indonesia, Cicilan bunga leasing
Showroom 3 Hari raya tertentu(lebaran)
Showroom 4 Cicilan bunga leasing
Showroom 5 Peralihan mobil ke motor
Sumber : Hasil Penelitian 2013
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan penelitan ini, penulis menyimpulkan bahwa, kenaikan harga BBM bepengaruh negatif tingkat penjualan motor bekas merk Honda di Jalan Ciateul Bandung yang menimbulkan penurunan penjualan motor bekas merk Honda sebesar 27,01% dari penjualan biasanya.
Hal ini disebabkan oleh kenaikan harga BBM dan juga faktor lain. Faktor lain tersebut yaitu meningkatnya suku bunga Bank Indonesia yang mempengaruhi harga DP motor bekas merk Honda dan juga naiknya bunga leasing sehingga bunga cicilan motor pun menjadi naik.
B. Saran
Dari penelitian ini penulis ingin menyarankan kepada pemilik showroom, untuk sering – sering mengadakan suatu promosi atau hadiah – hadiah menarik untuk konsumen yang membeli motor bekas di showroom tersebut.