SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI KENAIKAN BBM TERHADAP PENJUALAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL
PERUMNAS SIMALINGKAR MEDAN
Oleh :
LAURA MEILITA MELIALA
NIM. 080501030
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul “ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI
KENAIKAN BBM TERHADAP PENJUALAN PEDAGANG PASAR
TRADISIONAL PERUMNAS SIMALINGKAR MEDAN” adalah benar hasil
karya saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan
beban akademik pada program S1 Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan kecurangan dan plagiat dalam skripsi
ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Juli 2015
Yang membuat pernyataan
Laura Meilita Meliala
KATA PENGANTAR
Segala puji, syukur dan hormat kepada Allah Bapa yang di Surga, karena
atas kasih, berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Skripsi ini berjudul “Analisis Pengaruh Fluktuasi Kenaikan BBM
Terhadap Penjualan Pedagang Pasar Tradisional Perumnas Simalingkar”.
Penulisan Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam meraih gelar
Sarjana Ekonomi pada program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumetara Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak
memperoleh doa, dukungan, saran, dan bimbingan dari berbagai pihak.
Teristimewa untuk kedua orang tua penulis yang sangat penulis hormati & kasihi,
Drs. Bebas Sembiring M,Si dan Idawati Bangun yang tidak pernah lelah
memberikan kasih sayang, doa, nasehat, materi serta semangat yang tulus hingga
saat ini, serta adik-adik saya yang terkasih, Tanti Pehulisa Meliala, Edu Murosa
Fernando Meliala dan Refdi Oktora Meliala.
Pada kesempatan ini dengan rasa hormat, penulis juga ingin mengucapkan
terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, M.Ec, Ak selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D dan Bapak Paidi Hidayat, SE,
M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec dan Bapak Drs. Syahrir Hakim
Nasution M,Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Ekonomi
Pembangunan
4. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M,Si selaku Dosen Pembimbing penulis
yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran,
dan pengarahan kepada penulis dalam proses penyusunan dan
penyelesaian skripsi ini
5. Saudara, keluarga besar, saudara-saudara seiman sepelayanan dan
teman-teman seperjuangan di Departemen Ekonomi Pembangunan
penulis yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang selalu
memberikan doa, semangat serta kasih sayang yang tulus selama ini.
Terima kasih atas segala bantuannya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima
segala saran dan kritik untuk penulisan selanjutnya. Akhir kata, penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembacanya.
Medan, Juli 2015
Yang membuat pernyataan
Laura Meilita Meliala
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI KENAIKAN BBM TERHADAP PENJUALAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL PERUMNAS
SIMALINGKAR MEDAN
Bahan Bakar Minyak mengalami fluktuasi harga dari tahun ke tahun yang tentunya memberi dampak terhadap perekonomian masyarakat termasuk pedagang tradisional. Pasar tradisional merupakan pasar yang dikelola dengan manajemen tradisional yang cenderung menjual barang-barang lokal.
Metode penelitian ini merupakan penelitian survei dengan pendekatan
cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh fluktuasi harga BBM
terhadap tingkat penjualan pedagang di pasar tradisioanal Perumnas Simalingkar Medan dengan jumlah sampel 30 orang. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisis data menggunakan uji regresi linier sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fluktuasi harga BBM memberi pengaruh signifikan secara negatif terhadap penjualan pedagang tradisional Perumnas Simalingkar Medan. Hal ini terjadi karena kenaikan harga BBM selalui disertai dengan kenaikan harga-harga kebutuhan yang lain sehingga dampak kenaikan harga BBM pasti akan sangat dirasakan oleh masyarakat luas, khusunya masyarakat kecil. Besarnya pengaruh fluktuasi harga BBM terhadap penjualan pedagang tradisional adalah sebesar 64,15%. Fluktuasi harga BBM mempengaruhi keputusan orang untuk membeli sehingga mengurangitingkat penerimaan pedagang.
ABSTRACT
Fuel prices have fluctuated yearly which of course have an impact on the economy of society, including traditional merchants. The traditional market is a market managed by traditional management to sell local products.
This research method is a survey using a cross sectional approach intended to determine the effect of fuel price fluctuation on the level of sales of traditional merchants of Simalingkar Housing Area involving 30 samples. The data were collected by using questionnaires and the collected data were then analyzed by a simple linear regression.
The result of this research shows is the fluctuations of fuel prices have negative effect on the sale of traditional merchants of Simalingkar Housing Area of Medan. It is due to the increase in fuel prices usually accompanied by that of other needs so that the impact of increased fuel prices will surely underwent by the society particularly particular the community. The magnitude of the effect on the traditonal merchant sales reached to 64,1%.
The fluctuations of fuel prices affect the decision of anyone to purchase, there by reducing the rate of revenue of merchants.
DAFTAR ISI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Tradisional ... 7
2.1.1 Pengertian Pasar Tradisional ... 7
2.1.2 Karakteristik Pasar Tradisional ... 10
2.1.3 Komponen Pasar Tradisional ... 13
2.1.4 Fasilitas Pasar Tradisional ... 15
2.1.4.1 Fasilitas Fisik Pasar Tradisional ... 15
2.1.4.2 Fasilitas Non Fisik Pasar... 16
2.2 Penjualan ... 16
2.2.1 Pengertian ... 16
2.2.2 Jenis dan Bentuk Penjualan ... 18
2.2.3 Fungsi dan Tujuan Penjualan ... 19
2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Penjualan ... 20
2.3 Fluktuasi Harga Bahan Bakar Minyak ... 21
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 30
3.3 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 30
3.3.1 Defenisi Operasional ... 30
3.3.2 Teknik Pemberian Skor ... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 40
4.3 Deskripsi Variabel Penelitian ... 47
4.3.1 Fluktuasi Harga BBM ... 47
4.3.2 Penjualan Pedagang Tradisional ... 51
4.4 Analisis Data ... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 63
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 63
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Karakteristik Pasar ... 12
3.1 Definisi Operasionalisasi Variabel ... 31
3.2 Hasil Uji Validitas ... 35
3.3 Hasil Uji Reliabilitas ... 37
4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ... 44
4.2 Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45
4.3 Berdasarkan Pendidikan ... 46
4.4 Berdasarkan Lama Berdagang ... 47
4.5 Responden Tentang Fluktuasi Harga BBM ... 48
4.6 Kategori Persepsi Responden ... 51
4.7 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden ... 53
4.8 Kategori Penjualan Pedagang Tradisional ... 56
4.9 Hasil Uji Normalitas ... 57
4.10 Hasil Uji –T Secara Parsial ... 58
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 29
4.1 Grafik Umur Responden ... 45
4.2 Grafik Lingkar Jenis Kelamin Responden ... 45
4.3 Grafik Lingkar Pendidikan Responden ... 46
4.4 Grafik Lama Berdagang Responden ... 47
4.5 Grafik Fluktuasi Harga BBM ... 52
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Kuesioner Analisis Pengaruh Fluktuasi BBM ... 69 Lampiran 2 Tabulasi Data Penelitian ... 71
Lampiran 3 Hasil Pengolahan Data ... 72
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI KENAIKAN BBM TERHADAP PENJUALAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL PERUMNAS
SIMALINGKAR MEDAN
Bahan Bakar Minyak mengalami fluktuasi harga dari tahun ke tahun yang tentunya memberi dampak terhadap perekonomian masyarakat termasuk pedagang tradisional. Pasar tradisional merupakan pasar yang dikelola dengan manajemen tradisional yang cenderung menjual barang-barang lokal.
Metode penelitian ini merupakan penelitian survei dengan pendekatan
cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh fluktuasi harga BBM
terhadap tingkat penjualan pedagang di pasar tradisioanal Perumnas Simalingkar Medan dengan jumlah sampel 30 orang. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisis data menggunakan uji regresi linier sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fluktuasi harga BBM memberi pengaruh signifikan secara negatif terhadap penjualan pedagang tradisional Perumnas Simalingkar Medan. Hal ini terjadi karena kenaikan harga BBM selalui disertai dengan kenaikan harga-harga kebutuhan yang lain sehingga dampak kenaikan harga BBM pasti akan sangat dirasakan oleh masyarakat luas, khusunya masyarakat kecil. Besarnya pengaruh fluktuasi harga BBM terhadap penjualan pedagang tradisional adalah sebesar 64,15%. Fluktuasi harga BBM mempengaruhi keputusan orang untuk membeli sehingga mengurangitingkat penerimaan pedagang.
ABSTRACT
Fuel prices have fluctuated yearly which of course have an impact on the economy of society, including traditional merchants. The traditional market is a market managed by traditional management to sell local products.
This research method is a survey using a cross sectional approach intended to determine the effect of fuel price fluctuation on the level of sales of traditional merchants of Simalingkar Housing Area involving 30 samples. The data were collected by using questionnaires and the collected data were then analyzed by a simple linear regression.
The result of this research shows is the fluctuations of fuel prices have negative effect on the sale of traditional merchants of Simalingkar Housing Area of Medan. It is due to the increase in fuel prices usually accompanied by that of other needs so that the impact of increased fuel prices will surely underwent by the society particularly particular the community. The magnitude of the effect on the traditonal merchant sales reached to 64,1%.
The fluctuations of fuel prices affect the decision of anyone to purchase, there by reducing the rate of revenue of merchants.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bahan Bakar Minyak (BBM) mengalami fluktuasi harga dari tahun ke
tahun. Pada era pemerintahan Soeharto, harga BBM mengalami 3 kali kenaikan
yakni Rp 150,-per liter tahun 1980, Rp 550/liter tahun 1991 dan terakhir menjadi
Rp 700 per liter tahun 1993. Pada era pemerintahan Gusdur, harga BBM
khususnya premium juga mengalami fluktuasi yakni Rp 1.200 tahun 1998 menjadi
Rp 1.150/liter tahun 2000. Pada era pemerintahan Megawati, harga BBM
khususnya premium mengalami 3 kali kenaikan yakni Rp 1.450/liter tahun 2001
menjadi Rp 1.550/liter tahun 2002 dan Rp 1.810/liter tahun 2003. Pada era
pemerintahan SBY, harga BBM khususnya premium mengalami fluktuasi yakni
Rp 2.400/liter per 1 Maret 2005 kemudian naik menjadi Rp 4.500/liter per 1
Oktober 2005, kembali naik menjadi Rp 6.000/liter per 24 Mei 2008, kemudian
turun menjadi Rp 5.500/liter per Desember 2008, kembali turun menjadi Rp
5.000/liter juga pada Desember 2008. Harga BBM kembali turun menjadi Rp.
4.500/liter per Januari 2009 tetapi melonjak tinggi menjadi Rp 6.500/liter pada
tahun 2013. Pada masa pemerintahan Jokowi, BBM mengalami fluktuasi yakni
naik Rp.8.500/liter per November 2014 dan kembali turun Rp 6.600/liter per
Januari 2015.
Fluktuasi harga BBM tersebut tentunya memberi dampak terhadap
pedagang tradisional tentu saja merupakan kelompok yang paling merasakan
beban berat akibat kenaikan bahan bakar minyak. Meningkatnya biaya
pemenuhan kebutuhan hidup yang tidak diimbangi dengan peningkatan
pendapatan atau kemampuan daya beli menyebabkan masyarakat semakin
terpuruk dalam kondisi yang miskin dan menjerat. Kerentanan terhadap gejolak
ekonomi dan rendahnya kemampuan daya beli masyarakat merupakan
permasalahan yang sudah terjadi sejak lama di Indonesia dan semakin
berlarut-larut dengan adanya fluktuasi harga BBM.
Fluktuasi harga BBM tentunya sangat mempengaruhi tingkat penjualan
para pedagang khususnya di pasar tradisional yang merupakan sektor perdagangan
dengan ciri khas tersendiri yaitu adanya pola interaksi antara penjual dan pembeli
saat tawar menawar barang dagangan sehingga mempengaruhi pendapatan
pedagang mikro (Barsamian, David, dan Liem Siok Lan, 2008).
Keberadaan pasar tradisional ini sangat membantu, tidak hanya bagi
pemerintah daerah ataupun pusat tetapi juga para masyarakat yang
menggantungkan hidupnya dalam kegiatan berdagang, karena didalam pasar
tradisional terdapat banyak aktor yang memiliki arti penting dan berusaha untuk
mensejahterakan kehidupannya baik itu pedagang, pembeli, pekerja panggul dan
sebagainya. Mereka semua adalah aktor yang berperan penting dalam
mempertahankan eksistensi pasar tradisional di Indonesia.
Pasar tradisional merupakan pasar yang dikelola dengan manajemen
tradisional yang cenderung menjual barang barang lokal. Secara kuantitas, pasar
dengan modal yang dimiliki pemilik atau permintaan dari konsumen. Dari segi
harga, pasar tradisional tidak memiliki label harga yang pasti karena harga
disesuaikan dengan besarnya keuntungan yang diinginkan oleh setiap pemilik
usaha sendiri-sendiri. Selain itu, harga pasar selalu berubah-ubah, sehingga bila
menggunakan label harga lebih repot karena harus mengganti-ganti label harga
sesuai dengan perubahan harga yang ada dipasar (Ikram, 2002).
Dalam pasar tradisional terdapat banyak interaksi yang tidak ditemukan
dalam pasar modern, dimana para pedagang pasar tradisional tidak membeli suatu
barang dagangan yang akan mereka jajakan di tokonya dalam jumlah yang besar
dari agen, hal ini disebabkan karena keterbatasan modal yang mereka miliki tidak
mencukupi untuk membeli barang-barang dalam jumlah yang besar kemudian
juga mereka tidak memiliki fasilitas yang lengkap untuk menyimpan barang
dagangan terlalu banyak karena pedagang tidak memiliki lemari pendingin untuk
menyegarkan barang dagangannya seperti yang terlihat pada pasar modern.
Dampak fluktuasi harga BBM yang paling dirasakan oleh para pedagang
adalah terjadinya fluktuasi permintaan akibat naik turunnya harga-harga produk.
Dampak fluktuasi harga adalah terjadinya fluktuasi permintaan (demand) dan
penawaran (supply). Permintaan adalah keinginan yang disertai dengan kesediaan
serta kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan Sementara
penawaran adalah banyaknya jumlah barang dan jasa yang ditawarkan oleh
produsen pada tingkat harga dan waktu tertentu (Rosyidi, 2009:291).
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Kotler (2005:58) bahwa
ditawarkan mengalami kenaikan. Begitu juga dengan penawaran, akan berkurang
akibat permintaan dari masyarakat menurun. Harga barang-barang dan jasa-jasa
menjadi melonjak akibat dari naiknya biaya produksi dari barang dan jasa. Ini
adalah imbas dari kenaikan harga BBM. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan
dimana jika harga suatu barang naik, maka jumlah barang yang diminta akan
turun, dan sebaliknya jika harga barang turun, jumlah barang yang diminta akan
bertambah.
Akan tetapi, fluktuasi harga BBM yang baru saja terjadi dalam masa
Pemerintahan Jokowi tentu saja memberi dampak bagi penjualan pedagang
tradisional. Ironisnya, meningkatnya harga BBM secara otomatis diikuti oleh
peningkatan harga-harga produk di pasar tradisional sehingga cenderung
mengurangi penjualan pedagang. Tetapi, penurunan harga BBM belum tentu
diikuti oleh penurunan harga-harga produk yang dipasarkan para pedagang
meskipun pemerintah sudah meminta agar penurunan harga BBM diikuti dengan
penurunan harga-harga produk lainnya.
Ruang persaingan pedagang pasar tradisional juga sangat terbatas. Jika
selama ini pasat tradisional dianggap unggul dalam memberikan harga relatif
lebih rendah untuk banyak komoditas, dengan fasilitas berbelanja yang lebih baik,
kini keunggulan tersebut mulai terkikis. Oleh karena itu, pemberdayaan pedagang
kecil ini dapat dilakukan dengan memperbaiki akses mereka dan membantu
mengefisienkan rantai pemasaran untuk mendapatkan barang dagangannya
Demikian juga halnya dengan pedagang tradisional di pasar tradisional
Perumnas Simalingkar Medan yang setiap harinya menyediakan bahan bahan
pokok (sembako) untuk kebutuhan hidup sehari-hari, mulai dari beras, minyak,
ikan, sayuran, buah, pakaian, dan lain sebagainya baik bagi penduduk yang
bertempat tinggal di Perumnas Simalingkar maupun dari masyarakat sekitarnya.
Salah satu faktor yang menyebabkan banyaknya masyarakat berminat untuk
berbelanja di pasar tradisional ini adalah karena jaraknya yang relatif dekat dan
harga jual barang-barang relatif murah dibandingkan toko toko kelontong yang
ada disekitarnya.
Hasil pra-penelitian yang dilakukan terhadap para pedagang di pasar
tradisional Perumnas Simalingkar menggambarkan bahwa sebagian harga
sembako (sembilan bahan pokok) mengalami lonjakan imbas kenaikan BBM.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
analisis pengaruh fluktuasi BBM terhadap pendapatan pedagang tradisional di
pasar tradisional Perumnas Simalingkar Medan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, masalah penelitian dirumuskan
sebagai berikut :
1). Bagaimana tanggapan pedagang di pasar tradisional Perumnas Simalingkar
Medan terhadap fluktuasi harga BBM?
2). Bagaimana pengaruh fluktuasi harga BBM terhadap tingkat penjualan
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh fluktuasi harga
BBM terhadap tingkat penjualan pedagang di pasar tradisional Perumnas
Simalingkar Medan
1.4. Manfaat Penelitian
1). Bagi institusi pendidikan
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber referensi tambahan bagi
perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya
tentang analisis pengaruh kenaikan BBM terhadap tingkat penjualan
pedagang tradisional di pasar tradisional Perumnas Simalingkar Medan
2). Bagi peneliti
Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan tentang
dampak kenaikan BBM terhadap tingkat penjualan pedagang tradisional di
pasar tradisional Perumnas Simalingkar Medan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pasar Tradisional
2.1.1. Pengertian Pasar Tradisional
Pasar secara umum diartikan sebagai tempat bertemunya pembeli dan
penjual untuk melakukan transaksi jual beli barang atau jasa. Menurut ilmu
ekonomi,pasar berkaitan dengan kegiatannya bukan tempatnya. Ciri khas sebuah
pasar adalah adanya kegiatan transaksi atau jual beli. Para konsumen datang ke
pasar untuk berbelanja dengan membawa uang untuk membayar harganya (Kotler,
2005).
Menurut Winardi (2005) pasar adalah tempat di mana pembeli dan penjual
barang tertentu berhubungan satu sama lain dan di mana terjadi hubungan tukar
menukar, daerah perniagaan., pasar adalah sekelompok pernbeli tertentu, pasar
adalah pembeli serta penjual barang tertentu dan pasar adalah suatu daerah di
mana secara ideal harga-harga pada waktu tertentu adalah sama untuk semua
pembeli dan penjual. Dengan kata lain, pasar merupakan suatu tempat bagi
manusia dalam mencari keperluan sehari-harinya.
Belshaw dalam Suprapto ( 2004) menyatakan bahwa pasar adalah tempat
yang mempunyai unsur-unsur sosial, ekonomis, kebudayaan, politis dan
lain-laina, tempat pembeli dan penjual (atau penukar tipe lain) saling bertemu untuk
perdagangan dapat dibedakan tempat perbelanjaan tradisional terdiri dari pasar
tradisional, toko-toko, warung, dan lain-lainnya.
Menurut Peraturan Presiden RI No. 112 tahun 2007, pasar adalah area
tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut
sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat
perdagangan maupun sebutan lainnya. Pasar tradisional adalah pasar yang
dibangun dan dikelola oleh Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik
Negara dan/atau Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta
berupa tempat usaha yang berbentuk toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki/
dikelola oleh pedagang kecil, menengah, koperasi dengan usaha skala kecil,
modal kecil dan melalui proses jual beli barang dagangan dengan tawar menawar.
Pasar tradisional adalah pasar umum yang menjual barang-barang
kebutuhan sehari-hari dan secara resmi diakui oleh pemerintah. Pasar tradisonal
adalah pasar yang kegiatan para penjual dan pembelinya dilakukan secara
langsung dalam bentuk eceran dalam waktu sementara atau tetap dengan tingkat
pelayanan terbatas (Indrakh, 2007)
Pasar tradisional adalah satu bentuk pasar nyata dimana barang yang
diperjualbelikan bisa dipegang oleh pembeli, dan memungkinkan terjadinya tawar
menawar secara langsung antara penjual dan pembeli. Barang yang diperjual
belikan di pasar tradisional biasanya adalah barang-barang kebutuhan sehari-hari.
Pasar tradisional menyediakan barang/komoditas yang beraneka macam/jenis
seperti beras, sayur, ikan, daging, dan lain sebagainya serta tidak spesifik.
dapat dikategorikan sebagai pasar lokal, karena hanya menjangkau daerah tertentu
yang luas cakupannya adalah sempit
Pasar tradisional merupakan pasar yang paling sederhana karena tidak
terdapat peraturan yang ketat selain aturan antar pedagang saja. Hal inilah yang
memudahkan masuk keluarnya para penjual ke dalam pasar tradisional. Aturan
pasar tradisional tersebut sangat memungkinkan pedagang yang berbeda untuk
menjual komoditas yang sama, misalnya sayur, ikan ataupun bahan-bahan dapur,
karenanya pasar tradisional dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk pasar
persaingan sempurna. Kelonggaran hukum dan peraturan pasar tradisional
tersebut dapat memberi dampak tersendiri, baik itu negatif maupun positif bagi
penjual maupun pembeli. Salah satunya adalah mudahnya akses penjual untuk
masuk dalam pasar disamping harga relatif lebih murah (Moersid, 2003)
Menurut Kotler dan Keller (2007:12), pasar tradisional adalah tempat
secara fisik di mana para penjual dan pembeli berkumpul untuk membeli dan
menjual barang. Secara fisik, pasar tradisional terdiri dari kios-kios atau gerai,
los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar.
Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa
ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan
lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya.
Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak
2.1.2. Karakteristik Pasar Tradisional
Pasar tradisional dicirikan oleh organisasi pasar yang sederhana, tingkat
efisiensi dan spesialisasi yang rendah, volume barang relative kecil, bentuk
bangunan yang apa adanya, terkesan sempit, kotor, berlakunya sistem harga
luncur, dan interaksi berlangsung secara real Ciri-ciri tersebut menunjukkan
bahwa pasar tradisional masih cenderung kearah kegiatan ekonomi yang
subsistensi (Moersid, 2003:3).
Menurut Peraturan Menteri No.20 tahun 2012 tentang pengembangan
pasar tradisional, yang menjadi ciri-ciri pasar tradisional adalah sebagai berikut:
1). Pasar tradisional dimiliki, dibangun dan atau dikelola oleh pemerintah daerah.
2). Adanya sistem tawar menawar antara penjual dan pembeli.
Tawar menawar ini adalah salah satu budaya yang terbentuk di dalam pasar.
Hal ini yang dapat menjalin hubungan sosial antara pedagang dan pembeli
yang lebih dekat.
3). Tempat usaha beragam dan menyatu dalam lokasi yang sama.
Meskipun semua berada pada lokasi yang sama, barang dagangan setiap
penjual menjual barang yang berbeda-beda. Selain itu juga terdapat
pengelompokan dagangan sesuai dengan jenis dagangannya seperti kelompok
pedagang ikan, sayur, buah, bumbu, dan daging
4). Sebagian besar barang dan jasa yang ditawarkan berbahan lokal.
Barang dagangan yang dijual di pasar tradisional ini adalah hasil bumi yang
diambil dari hasil bumi dari daerah lain yang berada tidak jauh dari daerah
tersebut namun tidak sampai mengimpor hingga keluar pulau atau negara
Beberapa potensi dan ciri pasar tradisional antara lain adalah:
1). Kemampuan pasar tradisional dalam menyerap komoditi lokal dari kawasan
sekitarnya.
2). Berfungsi sebagai supplier untuk berbagai input pertanian, perumahan, serta
kebutuhan pokok masyarakat secara luas.
3). Pasar tradisional memiliki segmentasi pasar tersendiri, yang membedakannya
dari pasar modern.
4). Para pedagang yang beroperasi di pasar umumnya kaum wanita sehingga
sangat bermanfaat bagi peningkatan kesempatan berusaha untuk kaum wanita,
dalam arti wanita umumnya memiliki keunggulan dibandingkan dengan pria
dalam melayani konsumen.
5). Potensi pasar akan semakin penting karena market turn over yang cukup cepat
dengan sistem pembayaran tunai (Moersid, 2003:6).
Kekuatan pasar tradisional dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya
harganya yang lebih murah dan bisa ditawar, dekat dengan permukiman, dan
memberikan banyak pilihan produk yang segar. Kelebihan lainnya adalah
pengalaman berbelanja yang luar biasa, dimana kita bisa melihat dan memegang
secara langsung produk yang umumnya masih sangat segar. Akan tetapi dengan
adanya hal tersebut bukan berarti pasar tradisional bukan tanpa kelemahan.
Kelemahan itu antara lain adalah kesan bahwa pasar terlihat becek, kotor,
bau dan terlalu padat lalu lintas pembelinya. Ditambah lagi ancaman bahwa
keadaan sosial masyarakat yang berubah, di mana wanita di perkotaan umumnya
berkarir sehingga hampir tidak memiliki waktu untuk berbelanja ke pasar
tradisional (Moersid, 2003).
Selain kelemahan-kelemahan di atas, faktor desain dan tampilan pasar,
atmosfir, tata ruang, tata letak, keragaman dan kualitas barang, promosi
pengeluaran, jam operasional pasar yang terbatas, serta optimalisasi pemanfaatan
ruang jual merupakan kelemahan terbesar pasar tradisional dalam menghadapi
persaingan dengan pasar modern (Moersid, 2003)
Moesri (2003) karakteristik pasar tradisional dan pasar modern dapat
ditinjau dari beberapa aspek, yaitu dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 2.1. Karakteristik Pasar Tradisional dan Pasar Modern
No Karakteristik Pasar Tradisional Pasar Modern
1 Pengelolaan Dikelola oleh pemerintah kota (Dinas/PD.Pasar)
Terdiri dari unit-unit usaha kecil yang dimiliki
2 Organisasi Ada koperasi pedagang pasar Ada manajemen pengelolaan yang jelas
Gang antar kios terlalu sempit Fasilitas parkir tidak memadai
rumah tangga sehari-hari - Umumnya barang yang dijual lebih segar dan bervariasi - Harga relative lebih murah, dapat ditawar - Penataan barang seadanya
pasar tradisional, tapi barang tahan lama lebih menonjol - Mutu penjual dan pembeli -Terjadi proses tawar-menawar
Interaksi antara penjual dan pembeli terbatas - Transaksi bersifat ekonomis dan efisien 6 Waktu kegiatan Pada umumnyadimulai dari
pukul 06.00 s.d 18.00 Wib
Dimulai rata-rata dari pukul 09.00 s.d. 22.00 Wib
7 Mekanisme perolehan komoditas
Diperoleh melalui pasar induk Memiliki akses langsung ke produsen
8 Lokasi Tumbuh tanpa perencanaan, lokasi ditempat-tempat yang strategis dan mudah dijangkau
Strategi lokasi dipertimbangkan dengan matang Sumber : Moesri (2003)
2.1.3. Komponen Pasar Tradisional
Pasar tradisional merupakan institusi ekonomi yang memiliki unsur dan
peran sentral dalam berbagai kegiatan ekonomi dalam rangka pemenuhan
kebutuhan masyarakat setempat dan sekitarnya (Linda; 2006)
Menurut Fuad (2006), beberapa komponen pasar tradisional adalah seperti
berikut :
a. Pedagang
Pedagang pasar adalah pihak ketiga yang melakukan kegiatan dengan
menjual atau membeli barang dan atau jasa yang menggunakan pasar sebagai
tempat kegiatannya. Pedagang adalah perantara yang kegiatannya membeli barang
sendiri dengan konsumen untuk membeli dan menjualnya dalam partai kecil atau
per satuan (Sugiharsono dkk,2000:45)
Menurut UU Nomor 29 Tahun 1948, Pedagang adalah orang atau badan
membeli, menerima atau menyimpan barang penting dengan maksud untuk di
jual diserahkan, atau dikirim kepada orang atau badan lain, baik yang masih
berwujud barang penting asli, maupun yang sudah dijadikan barang lain
(Widodo,2008:285-286)
Pedagang adalah orang atau institusi yang memperjualbelikan produk atau
barang, kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut
Widodo (2008), dalam aktivitas ekonomi pedagang dibedakan menurut jalur
distribusi yang dilakukan, yaitu:
1) Pedagang distributor (tunggal) yaitu pedagang yang memegang hak distribusi
satu produk dari perusahaan tertentu.
2) Pedagang (partai) besar yaitu pedagang yang membeli suatu produk dalam
jumlah besar yang dimaksudkan untuk dijual kepada pedagang lain.
3) Pedagang eceran yaitu pedagang yang menjual produk langsung kepada
konsumen.
b. Pembeli
Pembeli atau konsumen pasar adalah semua golongan yang datang dengan
tujuan untuk mendapatkan apa yang menjadi kebutuhannya dengan harga murah
dan dengan pelayanan langsung
c. Penunjang
Penunjang pasar yaitu: pemerintah sebagai pemberi izin berdirinya dan
beroperasinya pasar, pihak swasta pedagang penyewa tempat, pelaksana
tempat, pengelola kebersihan, pengelola distribusi barang dan stabilitas harga
serta bank memperlancar kegiatan ekonomi
2.1.4. Fasilitas Pasar Tradisional
Menurut Swastha (2004) fasilitas fisik pasar tradisional secara garis besar
terdiri dari 1) Fasilitas fisik dan 2) Fasilitas non fisik
2.1.4.1. Fasilitas fisik pasar tradisional
a. Elemen utama
Salah satu elemen utama yang terdapat pada pasar yaitu ruang terbuka.
Area ini biasanya digunakan sebagai tempat los-los pedagang non permanen atau
area parkir liar yang mulai marak muncul pada saat ini. Elemen utama yang
lainnya yaitu ruang tertutup. Ruang tertutup yang dimaksud adalah ruangan yang
tertutup atap namun tidak tertutup sepenuhnya oleh dinding atau penyekat
ruangan lainnya. Contohnya seperti toko, kios, los, dasaran, kamar mandi, dan
gudang.
b. Elemen penunjang
Contoh elemen-elemen penunjang pada pasar tradsional yaitu area
bongkar muat barang dagangan, dan pos penjaga.
c. Elemen pendukung
Beberpa elemen pendukung yang ada di pasar adalah pusat pelayanan
kesehatan, penitipan anak, pelayanan jasa, kantor pengelola pasar, koperasi pasar,
tempat ibadah seperti mushola atau masjid.
d. Pencapaian
f. Jaringan utilitas.
g. Areal parkir
h. Fasilitas sosial
Fasilitas sosial seringkali terlupakan pada pasar tradisional saat ini. Salah
satu contoh sederhana fasilitas sosial yang dapat diaplikasikan pada pasar
tradisional yaitu teras yang dapat digunakan sebagai interaksi sosial.
2.1.4.2. Fasilitas non fisik pasar
Selain fasilitas fisik yang terdapat pada pasar tradisional, ada pula fasilitas
non-fisik yang terdapat pada pasar tradisional seperti pengelolaan pasar,
pelayanan dan pengawasan kesehatan dan kelengkapan komoditi yang tersedia
dalam pasar.
2.2. Penjualan 2.2.1. Pengertian
Pembeli didefinisikan sebagai orang yang datang ke lokasi tertentu dengan
maksud untuk membeli suatu barang atau jasa. Seorang pembeli yang ingin
membeli barang perlu mengetahui terlebih dahulu harga setiap barang yang
ditawarkan. Pembeli dapat memilih barang yang dibutuhkan sesuai dengan
kualitas yang diinginkannya dan dana yang tersedia. Harga dalam hal ini adalah
jumlah uang (kemungkinan ditambah beberapa barang) yang dibutuhkan untuk
memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang
Penjualan merupakan salah satu fungsi pemasaran yang sangat penting dan
menentukan bagi perusahan dalam mencapai sebuah tujuan perusahan yaitu
memperoleh laba untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Menurut
Stanton (2005) penjualan adalah proses menjual, padahal yang dimaksud
penjualan dalam laporan laba-rugi adalah hasil menjual atau hasil penualan (sales)
atau jualan. Penjualan adalah jumlah yang dibebankan kepada pelanggan untuk
barang dagang yang dijual, baik secara tunai maupun kredit. Sedangkan menurut
Kusnadi (2009:19), menjelaskan bahwa : penjualan (sales) adalah sejumlah uang
yang dibebankan kepada pembeli atas barang atau jasa yang dijual.
Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standard Akuntansi No 23 paragraf 2
(2009) menyatakan bahwa “penjualan barang meliputi barang yang diproduksi
perusahaan untuk dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali seperti
barang dagang yang dibeli pengecer atau lainnya. Sedangkan menurut Mulyadi
(2008:202), penjualan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh penjual dalam
menjual barang atau jasa dengan harapan akan memperoleh laba dari adanya
transaksi-transaksi tersebut dan penjualan dapat diartikan sebagai pengalihan atau
pemindahan hak kepemilikan atas barang atau jasa dari pihak penjual ke pembeli.
Dari penjelasan di atas dapat disimpukan bahwa penjualan adalah suatu
proses pembuatan dan cara untuk mempengaruhi pribadi agar terjadi pembelian
(penyerahan) barang atau jasa yang ditawarkan berdasarkan harga yang telah
disepakati oleh kedua belah pihak yang terkait baik dibayar secara tunai maupun
2.2.2 Jenis dan Bentuk Penjualan
Menurut Basu Swasta dalam buku Manajemen Penjualan terdapat
beberapa jenis penjualan yang biasa dikenal dalam masyarakat diantaranya adalah
(Kotler, 2005: 112-113):
1. Trade Selling
Penjualan yang terjadi bilamana produsen dan pedagang besar
memperhasilkan pengecer untuk berusaha memperbaiki distribusi produk
mereka. Hal ini melibatkan kegiatan promosi perdagangan, persediaan dan
produk yang baru, jadi titik beratnya adalah para penjual melalui penyalur
bukan pada penjualan ke pembeli akhir.
2. Missionary Selling
Penjualan berusaha ditingkatkan dengan mendorong pembeli untuk membeli
barang dari penyalur perusahaan.
3. Technical Selling
Berusaha meningkatkan penjualan dengan pemberian saran dan nasihat
kepada pembeli akhir dari barang dan jasa.
4. New Business Selling
Berusaha membuka transaksi baru dengan membuat calon pembeli menjadi
pembeli seperti halnya yang dilakukan perusahaan asuransi.
5. Responsive Selling
Setiap tenaga penjual diharapkan dapat memberikan reaksi terhadap
permintaan pembeli melalui Roote driving and Retaining, jenis penjualan ini tidak akan menciptakan penjualan yang besar, namun akan terjalin hubungan
pelanggan yang baik yang menjurus pada pembelian ulang.
Menurut Mulyadi (2008: 204) terdapat berbagai macam transaksi
1. Penjualan secara tunai
Penjualan yang bersifat “Cash and Carry” dimana penjualan setelah terjadi kesepakatan harga antara penjual dengan pembeli, pembeli langsung
menyerahkan pembayaran secara tunai dan biasa langsung dimiliki pembeli.
2. Penjualan kredit
Penjualan non cash dengan tenggang waktu rata-rata diatas satu bulan. 3. Penjualan secara tender
Penjualan yang dilaksanakan melalui prosedur tender untuk memenuhi permintaan pihak pembeli yang membuka tender.
4. Penjualan ekspor
Penjualan yang dilaksanakan dengan pihak pembeli luar negeri yang
mengimpor barang yang biasanya menggunakan fasilitas Letter of Credit (LC).
5. Penjualan secara konsiyasi
Penjualan barang secara titipan kepada pembeli yang juga sebagai penjualan
apabila barang tersebut tidak terjual maka akan dikembalikan pada penjual.
6. Penjualan secara grossir
Penjualan yang dilakukan tidak langsung kepada pembeli, tetapi melalui
pedagang perantara yang menjadi perantara pabrik atau importir dengan
pedagang eceran.
2.2.3. Fungsi dan Tujuan Penjualan
Menurut Mulyadi (2008:205) fungsi penjualan meliputi aktivitas -
aktivitas yang dilakukan oleh penjual untuk merealisasikan penjual seperti
berikut:
1. Menciptakan permintaan.
2. Mencari pembeli.
3. Memberikan syarat-syarat penjualan.
Pada umumnya, para pengusaha mempunyai tujuan utama yaitu
mendapatkan laba semaksimal mungkin dan dapat mempertahankan atau bahkan
berusaha meningkatkannya untuk jangka waktu yang lama. Tujuan tersebut dapat
direalisasikan apabila penjualan dapat dilaksanakan seperti yang telah
direncanakan oleh perusahaan. Perusahaan pada umumnya mempunyai tiga tujuan
umum dalam penjualan, yaitu:
1. Mencapai volume penjualan tertentu.
2. Menentukan laba tertentu.
3. Menunjang pertumbuhan perusahaan.
2.2.4. Faktor yang Mempengaruhi Penjualan
Dalam kenyataanya sebuah kegiatan penjualan sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor baik dari dalam maupun dari luar, beberapa faktor tersebut antara
lain (Kotler, 2005: 117-118):
a. membiayai usaha-usaha untuk mencapai target penjualan.
b. Kemampuan membeli bahan mentah untuk dapat memenuhi target
penjualan.
1. Kondisi Kondisi dan Kemampuan Pasar
Disini penjual harus dapat meyakinkan pembeli agar berhasil mencapai
sasaran penjualan yang diharapkan untuk maksud tertentu, penjual harus
memahami beberapa masalah penting yang sangat berkaitan yaitu :
a. Jenis dan karakteristik barang yang ditawarkan.
b. Harga pokok.
c. Syarat penjualan seperti pembayaran, perantaraan garansi dan
sebagainya.
2. Kondisi Pasar
a. Jenis pasarnya, apakah pasar konsumen, pasar industri, pasar
pemerintah atau pasar internasional.
b. Kelompok pembeli dan segmen pasarnya.
c. Daya beli.
d. Frekuensi pembeliannya.
e. Keinginan dan kebutuhan.
3. Modal
Apakah modal kerja perusahaan mampu untuk mencapai target penjualan
yang dianggarkan seperti untuk :
c. Kemampuan untuk membiayai penelitian pasar yang dilakukan.
4. Kemampuan Organisasi Perusahaan
Pada perusahaan besar, biasanya masalah penjualan ditangani oleh bagian
penjualan. Lain halnya dengan perusahaan kecil, dimana masalah
penjualan ditangani oleh orang yang juga melakukan fungsi-fungsi lain.
2.3. Fluktuasi Harga Bahan Bakar Minyak 2.3.1. Harga
Menurut Kotler (2002 : 195) harga adalah : “Nilai yang dipertukarkan
konsumen untuk suatu manfaat atas pengkonsumsian, penggunaan tau
kepemilikan barang dan jasa”. Menurut bayangan orang-orang harga adalah uang
yang dibayarkan atas suatu barang atau layanan jasa yang diterima. Biasanya sang
penjual menetapkan harga berdasarkan pada kombinasi barangsecara fisik
ditambah beberapa jasa lain serta keuntungan yang memuaskan secarasingkat
dapat dikatakan bahwa harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan
2.3.2. Fluktuasi Harga
Fluktuasi adalah lonjakan atau ketidaktetapan segala sesuatu yang bisa
digambarkan dalam sebuah grafik. Naik turunnya harga (fluktuasi) dan tingkat
harga dari produk-produk pertanian dilihat dari kenyataan-kenyataan yang
berlangsung di masyarakat, dengan adanya patokan harga dari pemerintah telah
dapat dikendalikan dengan baik, dimana naik dan turunnya itu serta tingkatannya
hanya berkisar di antara harga patokan tersebut.
Menurut Yohanes (2007:4) fluktuasi adalah perubahan naik atau turunya
suatu variabel yang terjadi sebagai akibat dari mekanisme pasar. Secara
tradisional fluktuasi dapat diartikan sebagai perubahan nilai. Berdasarkan uraian
tersebut dapat penulis simpulkan bahwa fluktuasi adalah suatu perubahan variabel
tertentu yang umumnya terjadi karena mekanisme pasar. Perubahan itu dapat
berupa kenaikan atau penurunan nilai variabel tersebut.
Penilaian yang dirasakan setiap konsumen terhadap suatu barang dan jasa
yang mereka terima tidak sama, banyak faktor yang dapat mempengaruhinya.
Persepsi konsumen terhadap suatu harga dapat mempengaruhi keputusannya
dalam membeli suatu produk. Oleh karena itu setiap produsen akan berusaha
memberikan persepsi yang baik terhadap produk atau jasa yang mereka jual.
Menurut Hawkins, Nothesbaugh dan Best (2007), persepsi adalah : “sebuah
proses yang diawali dengan pemaparan konsumen dan perhatikan terhadap
rangsangan pemasaran dan berakhir dengan penafsiran oleh konsumen”. Terdapat
2 (dua) faktor yang mempengaruhi persepsi terhadap kewajaran suatu harga.
terhadap perbedaaan harga antara harga yangditawarkan terhadap harga dasar
yang diketahui.
Menurut Kanuk, (2000) faktor lain yang mempengaruhi persepsi terhadap
kewajaran suatu harga adalah price references yaitu dimiliki oleh pelanggan yang
didapat pengalaman sendiri (internal price) dan informasi luar iklan dan
pengalaman orang lain (external references prices).
Pada saat pemprosesan informasi harga secara kognitif terjadi, konsumen
dapat membuat perbandingan antara harga yang ditetapkan dengan harga atau
rentang harga yang telah terbentuk dalam benak mereka untuk produk tersebut.
Harga dalam benak konsumen yang digunakan untuk melakukan perbandingan ini
disebut internal reference price (harga referensi internal). Referensi harga internal
pada dasarnya bertindak sebagai penuntun dalam mengevaluasi apakah harga
yang ditetapkan dapat diterima konsumen atau tidak. Kotler menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu :
1) Perhatikan Selektif
Orang-orang mungkin lebih memperhatikan stimulasi yang berhubungan
dengan kebutuhan saat ini, stimulasi yang kalau diantisipasi serta stimulasi
yang besar dalam kaitannya dengan ukuran normal.
2) Distorsi Selektif
Menjelaskan kecenderungan orang untuk mengolah informasi menjadi suatu
pengertian pribadi
Orang-orang akan melupakan kebanyakan dari hal, yang mereka pelajari
dancenderung mempertahankan informasi yang mendukung pendirian dan
kepercayaan mereka.
Rangkuti (2009 : 104) menyatakan bahwa “Persepsi mengenai harga diukur
berdasarkan pesepsi pelanggan yaitu dengan cara menanyakan kepada pelanggan
variabel-variabel apa saja yang menurut paling penting dalam memilih sebuah
produk”. Persepsi harga sering diidentikkan dengan persepsi kualitas dan persepsi
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh produk
Menurut Rosyidi (2009:291) Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan
komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam semua aktifitas ekonomi.
Dampak langsung perubahan harga minyak ini adalah perubahan-perubahan biaya
operasional yang mengakibatkan tingkat keuntungan kegiatan investasi langsung
terkoreksi. Secara sederhana tujuan investasi adalah untuk maksimisasi
kemakmuran melalui maksimisasi keuntungan, dan investor selalu berusaha
mananamkan dana pada investasi portofolio yang efisien dan relatif aman.
Kenaikan harga BBM bukan saja memperbesar beban masyarakat kecil pada umumnya tetapi juga bagi dunia usaha pada khususnya. Hal ini dikarenakan
terjadi kenaikan pada pos-pos biaya produksi sehingga meningkatkan biaya secara
keseluruhan dan mengakibatkan kenaikan harga pokok produksi yang akhirnya
akan menaikkan harga jual produk. Multiple efek dari kenaikan BBM ini antara
lain meningkatkan biaya overhead pabrik karena naiknya biaya bahan baku,
ongkos angkut ditambah pula tuntutan dari karyawan untuk menaikkan upah yang
dengan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak tersebut akan memperberat beban
hidup masyarakat yang pada akhirnya akan menurunkan daya beli masyarakat
secara keseluruhan. Turunnya daya beli masyarakat mengakibatkan tidak
terserapnya semua hasil produksi banyak perusahaan sehingga secara keseluruhan
akan menurunkan penjualan yang pada akhirnya juga akan menurunkan laba
perusahaan.
Menurut Rosyidi (2009:291) : kenaikan harga BBM berdampak pada
meningkatnya inflasi. Dampak dari terjadinya inflasi terhadap perekonomian
nasional adalah sebagai berikut :
1. Inflasi akan mengakibatkan perubahan output dan kesempatan kerja di
masyarakat,
2. Inflasi dapat mengakibatkan ketidak merataan pendapatan dalam masyarakat,
3. Inflasi dapat menyebabkan penurunan efisiensi ekonomi.
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung parah atau
tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang
positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan
pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan
mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat
terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau
dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja,
menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat
dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri
mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan
terpuruk dari waktu ke waktu.
Sementara dampak inflasi bagi masyarakat, ada yang merasa dirugikan
dan ada juga yang diuntungkan. Golongan masyarakat yang dirugikan adalah
golongan masyarakat yang berpenghasilan tetap, masyarakat yang menyimpan
hartanya dalam bentuk uang, dan para kreditur. Sementara golongan masyarakat
yang diuntungkan adalah kaum spekulan, para pedagang dan industriawan, dan
para debitur.
Inflasi dapat dikatakan sebagai salah satu indikator untuk melihat stabilitas
ekonomi suatu wilayah negara atau daerah. Yang mana tingkat inflasi
menunjukkan perkembangan harga barang dan jasa secara umum yang dihitung
dari indeks harga konsumen (IHK). Dengan demikian angka inflasi sangat
mempengaruhi daya beli masyarakat yang berpenghasilan tetap, dan disisi lain
juga mempengaruhi besarnya produksi dari suatu barang dan jasa (Rosyidi,
2009:187).
Walaupun dampak kenaikan harga BBM tersebut sulit dihitung dalam
gerakan kenaikan inflasi, tetapi dapat dirasakan dampak psikologisnya yang relatif
kuat. Dampak ini dapat menimbulkan suatu ekspektasi inflasi dari masyarakat
yang dapat mempengaruhi kenaikan harga berbagai jenis barang/jasa. Ekspektasi
inflasi ini muncul karena pelaku pasar terutama pedagang eceran ikut terpengaruh
dengan kenaikan harga BBM dengan cara menaikkan harga barang-barang
dagangannya. Dan biasanya kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok
Perilaku kenaikan harga barang-barang kebutuhan masyarakat setelah
terjadi kenaikan harga beberapa jenis BBM seperti premium (bensin pompa),
solar, dan minyak tanah dari waktu ke waktu relatif sama. Misalnya, dengan
naiknya premium sebagai bahan bakar transportasi akan menyebabkan naiknya
tarif angkutan. Dengan kenaikan tarif angkutan tersebut maka akan mendorong
kenaikan harga barang-barang yang banyak menggunakan jasa transportasi
tersebut dalam distribusi barangnya ke pasar. Demikian pula dengan harga solar
yang mengalami kenaikan juga akan menyebabkan kenaikan harga barang/jasa
yang dalam proses produksinya menggunakan solar sebagai sumber energinya
(Rosyidi, 2009:187).
2.4. Penelitian Terdahulu
Penelitian sejenis sebelumnya telah dilakukan oleh Djoko Suseno,
Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta tahun 2010 dengan judul
Dampak Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak, Telepon dan Tarif Dasar Listrik
terhadap Perekonomian Indonesia dan membuktikan bahwa kenaikan harga BBM,
telepon dan tarif dasar listrik memberi dampak terhadap perekonomian Indonesia
terutama terhadap kenaikan harga bahan bahan pokok.
Penelitian terdahulu juga telah dilakukan oleh Hendri, 2005, Universitas
Terbuka dengan judul Kajian Dampak Ekonomi Kenaikkan Harga Bahan Bakar
Minyak (Bbm) Pada Kesejahteraan Masyarakat Desa Versus Kota dan secara
kuantitatif membuktikan bahwa ada penurunan daya beli masyarakat baik dari
daya beli ini berkisar antara 40% sampai dengan 64%. Kalau dilihat lebih lanjut
penurunan daya beli masyarakat pedesaan lebih banyak sekitar 10% dibandingkan
dengan masyarakat perkotaan. Penurunan daya beli ini lebih dirasakan pada
masyarakat dengan tingkat pengeluaran yang rendah yaitu sekitar 59% sampai
dengan 64% untuk masyarakat pedesaan dan sekitar 54% untuk masyarakat
perkotaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dampak kenaikan harga BBM ini
lebih dirasakan masyarakat pedesaan golongan pengeluaran atau pendapatan
rendah. Temuan ini telah diuji dan hasilnya adalah signifikan bahwa ada
perbedaan antara daya beli masyarakat Desadan Kota setelah ada kenaikan harga
BBM.
2.5. Kerangka Konsep Penelitian
Penelitian ini terdiri dari 1 (satu) variabel bebas yakni fluktuasi harga
BBM dan 1 (satu) variabel terikat Y (penjualan)
1). Variabel bebas (independent) fluktuasi harga Bahan Bakar Minyak (BBM)
yakni tanggapan responden atas naik turunnya harga BBM yang ditetapkan
Pemerintah per November 2014.
2) Variabel terikat (dependent) adalah penjualan pedagang tradisional di pasar
tradisional Perumnas Simalingkar Medan, yakni gambaran perkembangan
penjualan para pedagang di pasar tradisional Perumnas Simalingkar Medan
setelah fluktuasi harga BBM.
Fluktuasi harga BBM
Penjualan Pedagang tradisional berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
2.6. Hipotesis
Hipotesis dapat didefinisikan sebagai suatu pernyataan tentang hubungan
logis antara dua variabel atau yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif sehingga
dapat diuji kebenarannya (Sekaran dalam Sinulingga,2011).
Berdasarkan pengertian hipotesis tersebut di atas, hipotesis penelitian ini
adalah : Terdapat pengaruh fluktuasi harga BBM terhadap tingkat penjualan
BAB
III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi asimatris (asymetric
correlation) yakni atau hubungan antara dua variabel (variabel bebas dan variabel
terikat) dimana variabel yang satu bersifat mempengaruhi variabel yang lain
(Sudjana, 2002:48). Penelitian ini menggunakan metode survei karena
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data primer.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian adalah pada Pasar tradisional Perumnas Simalingkar
Medan yang terletak di Perumahan Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan
Medan
3.3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian 3.3.1.Definisi Operasional
Secara rinci, definisi operasional variabel tersebut dapat dilihat pada Tabel
3.1 sebagai berikut :
Tabel 3.1.
Definisi Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Definisi Indikator Skala Ukur
Variabel Independe n
fluktuasi Harga
BBM
Yakni tingkat penjualan rata-rata pedagang - Sangat tidak setuju (STS), skor 1
3.3.2. Teknik Pemberian Skor
1). Variabel Bebas X (Fluktuasi Harga BBM)
Kuesioner tentang variabel bebas X (fluktuasi harga BBM) terdiri dari 10
item masing masing terdiri dari 4 opsi berdasarkan skala Likert yakni :
1) Jawaban Sangat Setuju (SS) diberi skor 4
2) Jawaban Setuju (S) diberi skor 3
3) Jawaban Tidak Setuju (TS) diberi skor 2
4) Jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1
2). Variabel Terikat Y (Penjualan Pedagang)
Kuesioner tentang variabel terikat Y (penjualan pedagang) terdiri dari 10
item masing masing terdiri dari 4 opsi berdasarkan skala Likert yakni :
1) Jawaban Sangat Setuju (SS) diberi skor 4
2) Jawaban Setuju (S) diberi skor 3
3) Jawaban Tidak Setuju (TS) diberi skor 2
3.4. Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulan, sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang
(Sugiono; 2006:47).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang tradisional di Pasar
tradisional Perumnas Simalingkar Medan yang terdiri dari 186 orang (hasil pra
penelitian pada tanggal 21 Desember 2014).
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data yang
sebenarnya, merupakan wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Dalam
pengambilan sampel dimaksudkan sebagai representase dari seluruh populasi
sehingga kesimpulan berlaku bagi keseluruhan populasi. Berhubung populasi
dalam penelitian ini cenderung homogen maka sampel dalam penelitian ini dipilih
secara purposive sampling sehingga jumlah sampel penelitian ditentukan sesuai
dengan kebutuhan penelitian yakni sebanyak 30 pedagang tradisional.
3.5. Jenis Data Penelitian 3.5.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari jawaban responden terhadap
kuesioner yang disebarkan kepada sampel penelitian yakni tentang fluktuasi
harga BBM. Kuesioner akan dibagi kepada masing masing responden sebagai
subjek penelitian yang merupakan pedagang di pasar tradisional Perumnas
Simalingkar Medan.
3.5.2 Data Sekunder
Data sekunder, yaitu data pendukung lainnya yang diperoleh dari sampel
penelitian seperti umur, pendidikan dan lama berdagang.
3.6. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
dengan 2 (dua) cara berikut:
a. Metode Angket (Questionaire)
Adalah merupakan suatu daftar pertanyaan tentang topic tertentu yang
diberikan kepada subjek, baik secara individual atau kelompok. Metode ini
dipergunakan untuk menjaring data tentang fluktuasi harga BBM dan tingkat
penjualan para pedagang di pasar tradisional Perumnas Simalingkar Medan.
b. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi ialah mencari data mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan data sekunder yang mendukung data primer seperti umur,pendidikan
dan lama berdagang.
3.7. Analisis Data 3.7.1. Uji Validitas
Validitas atau kesahihan merupakan kemampuan suatu instrumen (alat
pengukur) mengukur apa yang harus diukur. Untuk mendapatkan data yang valid
diperlukan uji validitas instrument. Validitas instrument menggambarkan tingkat
instrument yang mampu mengukur apa yang akan diukur (Suharsimi Arikunto;
2003: 219). Disini dijelaskan ada dua jenis validitas instrument penelitian yaitu:
validitas logis dan validitas empiris. Maksud dari validitas logis apabila instrumen
tersebut secara logis sudah sesuai dengan isi dan aspek yang diungkapkan.
Hasil uji validitas terhadap ke-20 item pernyataan penelitian dapat
dirangkum pada tabel berikut :
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Item pertanyaan r-hitung
validitas
r-tabel Kesimpulan
Fluktuasi Harga BBM (X)
Fluk1 .448 0.30 Valid
Tabel 3.2 memperlihatkan bahwa nilai r-hitung validitas ke-20 item
pertanyaan adalah lebih besar dari r-tabel (0.30) sehingga dapat disimpulkan bahwa
ke-20 item pertanyaan adalah valid.
3.7.2. Uji Reliabilitas
Sugiono (2005:39) menyatakan bahwa reliabilitas adalah serangkaian
pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran
yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang. Reabilitas tes
adalah tingkat konsitensi suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya
untuk menghasilkan skor yang konsisten, relatif tidak berubah walaupun diteskan
pada situasi yang berbeda-beda. Menurut Santoso (2001:67) reliabilitas suatu tes
adalah seberapa besar derajat tes mengukur secara konsisten sasaran yang diukur.
Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk angka, biasanya sebagai koefisien.
Koefisien tinggi berarti reliabilitas tinggi.
Sugiono (2005:40) menyatakan bahwa pengukuran reliabilitas dilakukan
dengan dua cara, yaitu:
1. Repeated measure (pengukuran ulang).
Dalam waktu yang berbeda, responden diberi butir pertanyaan dan alternatif
jawaban yang sama. Butir pertanyaan dikatakan andal jika jawabannya sama.
2. One shot (pengukuran sekali saja).
Pengukuran keandalan butir pertanyaan dengan skali menyebarkan kuesioner
terhadap responden, dan hasil skornya diukur korelasinya antar skor jawaban
pada butir pertanyaan yang sama dengan bantuan komputer Statistical
Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai
Cronbach Alpha > 0,60.
Reliabilitas adalah kehandalan berkaitan dengan estimasi sejauh mana
suatu alat ukur dilihat dari stabilitas atau konsistensi internal dari informasi,
jawaban atau pertanyaan, jika pengukuran atau pengamatan dilakukan berulang.
Pengujian reliabilitas dapat dihitung dengan menggunakan formula Alpha’s
Cronbach yang dirumuskan dalam Santoso (2001:63) sebagai berikut.
Keterangan:
sj2 = varian skor item ke-j dengan j = 1,2,...,k
k = banyaknya item
sX2 = varian skor total keseluruhan item
Jika koefisien reliabilitas (α) ≥ 0,6 maka alat ukur dianggap reliable (handal) atau
terdapat internal consistency reliability (Malhotra, 2005:59).
Hasil uji reliabilitas terhadap ke-2 variabel penelitian memperlihatkan
hasil sebagai berikut :
Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas
No Variabel r-hitung
reliabilitas
r-tabel Kesimpulan
Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa kedua variabel penelitian memiliki nilai
r-hitung reliabilitas lebih besar dari 0.6, sehingga dapat disimpulkan bahwa ke-3
variabel penelitian adalah reliabel
3.7.3. Uji Normalitas
Uji normalitas berguna untuk tahap awal dalam metode pemilihan analisis data. Jika data normal, gunakan statistik parametrik dan jika data tidak normal,
gunakan statistik non parametrik atau lakukan treatment agar data normal. Tujuan
Uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik
adalah distribusi data normal atau mendekati normal, Sugiono (2005:49).
Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal
adalah dengan analisis grafik dan uji statistik. Dengan bantuan grafik yang
terdapat dalam fasilitas SPSS, jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Sebaliknya, jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti
arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Sedangkan uji normalitas data secara statistik dilakukan dengan uji Skewness
dan kurtosis, distribusi data dikatakan normal jika signifikansi > 0,05. Apabila
nilai signifikansi < 0,05 maka distribusi data tidak normal.
3.7.4. Uji Hipotesis
Mengingat penelitian ini hanya terdiri dari 1(satu) variabel bebas dan 1
regresi linier sederhana dengan uji-t secara parsial yang dipergunakan untuk
mengetahui pengaruh kenaikan BBM terhadap penjualan pedagang tradisional di
pasar tradisional Perumnas Simalingkar Medan.
3.7.4.1. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi R2 bertujuan untuk mengukur seberapa besar
pengaruh variabel independen (fluktuasi harga BBM) mempengaruhi variabel
dependen (penjualan pedagang tradisional). Jika R2 yang diperoleh dari hasil
perhitungan mendekati 1 (satu) atau 0 ≤ R2 ≤ 1, maka semakin kuat pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya apabila nilai R2 mendekati
nol, maka semakin lemah pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
3.7.4.2 Persamaan Regresi
Model analisis data menggunakan persamaan Regresi Linier sederhana
(Simple Linear Regression) yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen (Sugiono, 2006:58).
Model persamaannya adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1
Y = Penjualan pedagang tradisional
α = Konstanta
b = Koefisien Regresi
e = Standard error
Untuk mengetahui pengaruh variabel independen (kenaikan harga BBM)
terhadap variabel dependen (penjualan pedagang tradisional), digunakan uji-t
dengan rumus sebagai berikut;
2
1 2
xy xy
r N r t
Dengan menggunakan derajat kebebasan (db = N-2) pada daftar
signifikansi 5%, maka apabila t-hitung > t-tabel dinyatakan kontribusi yang dihitung
berarti atau signifikan (Sugiyono, 2010:44). Seluruh analisis data regresi linier
berganda dilakukan dengan proses kompeterisasi Statistical Package for Sosial
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Perumnas Simalingkar Medan atau yang dikenal sebagai Perumnas
Simalingkar A adalah salah satu lokasi perumahan di kota Medan yang didirikan
pada tahun 1986 oleh BUMN sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 29 tahun
1930 tentang perusahaan umum yang bertujuan untuk mendirikan perumahan
nasional untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah seperti pegawai
negeri sipil, pegawai swasta, wiraswasta dan lain sebagainya.
Pada awalnya, lokasi perumahan Simalingkar ini adalah tanah milik
rakyat seluas sekitar 6 ha. Sebelum didirikan perumahan, tanah ini duhulunya
adalah kebun karet yang ditanami oleh rakyat, yang kemudian dibeli oleh
pemerintah untuk didirikan perumahan bagi masyarakat menengah ke bawah.
Selain tanah milik rakyat, perumnas adalah bekas perkebunan karet milik PTP II
yang berpusat di Tanjung Morawa. Dari 147, 6 ha, keseluruhan areal Perumnas
Simalingkar maka areal yang 147 ha adalah milik PTP II sedangkan 6 ha adalah
milik perseorangan. Dengan demikian masalah pembebasan tanah tidak begitu
sulit dan tidak memakan biaya yang besar. Tanaman karet dianggap tidak
menguntungkan lagi karena sudah tidak berproduksi sehingga oleh pemerintah
mengambil kebijaksanaan agar lokasi ini dibangun perumnas sesuai dengan
untuk pembangunan Perumnas Simalingkar untuk 7.350 unit adalah
Rp. 120.375.000.000.- (seratus dua puluh milyar tiga ratus tujuh puluh lima juta
rupiah) dan biaya untuk pembebasan tanah milik perseorangan adalah
Rp. 10.050.000 (sepuluh juta lima puluh ribu rupiah)
Perumnas Simalingkar A berada di kecamatan Medan Tuntungan,
kelurahan Mangga. Kecamatan Medan Tuntungan sebelumnya merupakan salah
satu wilayah di Kabupaten Daerah Tingkat II Deli Serdang. Kemudian
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1973 tanggal 20 Mei 1973
tentang perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Medan dengan mengambil tanah
negara, tanah adat yang ada di sekitarnya termasuk Kabupaten Deli Serdang.
Sejak PP No. 22 tahun 1973 tersebut Kotamadya Medan menjadi 11 Kecamatan
dari 4 Kecamatan sebelumnya.
Perumnas Simalingkar A berada di kecamatan Medan Tuntungan,
kelurahan Mangga. Kecamatan Medan Tuntungan sebelumnya merupakan salah
satu wilayah di Kabupaten Daerah Tingkat II Deli Serdang. Kemudian
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1973 tanggal 20 Mei 1973
tentang perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Medan dengan mengambil tanah
negara, tanah adat yang ada di sekitarnya termasuk Kabupaten Deli Serdang.
Sejak PP No. 22 tahun 1973 tersebut Kotamadya Medan menjadi 11 Kecamatan
dari 4 Kecamatan sebelumnya.
Di kota Medan Pemerintah melalui program Perum Perumnas pada tahun
1979/1980 telah mendirikan 10.000 unit rumah sederhana di Medan Timur