• Tidak ada hasil yang ditemukan

Zaman Feodal Akhir Sejarah Jepang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Zaman Feodal Akhir Sejarah Jepang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Zaman Feodal Akhir Sejarah Jepang

Zaman Edo / Zaman Tokugawa (1603-1867)

Oleh : I Made Wirawan Saputra

Vegy Januarika

1. Pendahuluan

Zaman Edo adalah salah satu pembagian periode pada sejarah jepang yang dimulai sejak shogun pertama Tokugawa Ieyasu mendirikan keshogunan Tokugawa di Edo yang berakhir dengan pemulihan kekuasaan kaisar dari tangan shogun terakhir Tokugawa Yoshinobu sekaligus mengakhiri keshogunan Tokugawa yang berlangsung selama 264 tahun. Zaman Edo juga disebut sebagai awal zaman modern di Jepang.

Keshogunan Tokugawa adalah pemerintahan diktator militer feodalisme di jepang yang didirikan oleh Tokugawa Ieyasu dan secara turun temurun dipimpin oleh shogun keluarga Tokugawa.

Masa pemerintahan keshogunan Tokugawa inilah yang disebut dengan zaman Edo, karena pada masa itu ibu kota jepang terletak di Edo atau sekarang Tokyo. Keshogunan Tokugawa dimulai pada tanggal 24 Maret 1603 dengan pengangkatan Tokugawa Ieyasu sebagai Sei-i Taishogun (Panglima Tertinggi Pasukan Ekspedisi) dan berakhir ketika Tokugawa Yoshinobu mengembalikan kekuasaan ke tangan kaisar Taisei Hōkan pada tanggal 9 Novemeber 1867.

2. Perang Sekigahara

Pertempuran Sekigahara adalah pertempuran yang terjadi antara pihak Toyotomi Hideyoshi dan Tokugawa Ieyasu pada tanggal 21 Oktober 1600 di Sekigahara, distrik Fuwa, provinsi Mino, Jepang. Pertempuran melibatkan pihak yang dipimpin oleh Tokugawa Ieyasu dan Ishida Mitsunari sehubungan perebutan kekuasaan sesudah wafatnya Toyotomi Hideyoshi.

a. Perselisihan di dalam pemerintahan Toyotomi

Pemerintahan Toyotomi yang berhasil menjadi pemersatu Jepang menyangkal keberadaan pertentangan tajam antara faksi bersenjata bentukan pemerintah dan pihak birokrat yang terdiri dari pejabat pengatur kegiatan beragama, ekonomi dan pemerintahan. Faksi bersenjata terdiri dari komandan militer pro klan Toyotomi yang pernah diturunkan di garis depan perang penaklukan Joseon. Bentrokan langsung antar faksi bersenjata dan pihak birokrat dapat dicegah oleh Toyotomi Hideyoshi dan adik kandungnya yang bernama Toyotomi Hidenaga.

(2)

Hideyoshi mengambil sumpah setia para pengikut loyal yang terdiri dari dewan lima menteri dan lima orang pelaksana administrasi untuk membantu pemerintahan yang dipimpin oleh Toyotomi Hideyori. Pertentangan di kalangan militer pengikut Hideyoshi mencuat kepermukaan sejak wafatnya Toyotomi Hideyoshi pada bulan agustus 1958 di istana Fushimi.

Tokugawa Ieyasu merupakan salah satu anggota dari dewan lima menteri yang menjadi tokoh berpengaruh . Ieyasu mengatur pembagian wilayah untuk para daimyo

berikut nilai kokudaka untuk setiap wilayah. Ieyasu juga menghapus pelarangan ikatan perkawinan di antara keluarga para daimyo yang berlaku di zaman pemerintahan Hideyoshi. Maeda Toshiie yang bertentangan dengan Tokugawa Ieyasu juga diharuskan menandatangani perjanjian non-agresi dengan Ieyasu.

Setelah Maeda Toshiie wafat di bulan maret tahun berikutnya (1599), bentrokan bersenjata terjadi antara faksi birokrat pimpinan Ishida Mitsunari dan faksi bersenjata pimpinan kelompok Kato Kiyomasa, Fukusima Masayori dan 7 komandan militer. Kemudian berakhir dengan dipecatnya Ishida sebagai anggota pelaksana pemerintahan dan dikenakan tahanan rumah di istana Sawayama.

Kekuatan penentang Tokugawa Ieyasu tamat dengan habisnya karir politik Ishida Mitsunari dan kepulangan para anggota dewan lima menteri ke daerah masing-masing. Tokugawa Ieyasu yang tidak lagi mempunyai lawan politik memimpin pasukan dari istana Fushimi untuk berangkat ke Osaka dan memimpin pemerintahan dari istana Osaka. Tokugawa Ieyasu kemudian berusaha merebut kekuasaan pemerintah dengan cara memanfaatkan pertentangan antara faksi militer dan faksi birokrat di dalam pemerintah Toyotomi yang semakin melemah.

b. Pemicu peperangan

Akibat terungkapnya rencana pembunuhan Tokugawa Ieyasu yang didalangi Maeda Toshinaga (putra pewaris Maeda Thosiie), anggota dewan lima pelaksana pemerintahan yang terdiri dari Asano Nagamasa, Ono Harugana, dan Hijikata Katsuhisa ikut menjadi tersangka sehingga dipecat dan dikenakan tahanan rumah. Pasukan Toyotomi yang di bawah perintah Ieyasu berusaha memenangkan Maeda Toshinaga yang dituduh sebagai dalang pemberontakan. Atas tuduhan pemberontakan ini, Maeda Toshinaga menunjukkan bahwa dirinya merupakan pengikut pemerintah Toyotomi yang setia dengan memberikan ibu kandungnya Hoshun-in (Matsu) kepada Ieyasu untuk disandera.

(3)

kemungkinan Uesugi Kagekatsu bertujuan menyerang Kyoto sekaligus meminta Kagekatsu untuk datang ke Kyoto untuk menjelaskan duduk persoalan.

Penasehat Kagekatsu yang bernama Naoe Kanetsugu menolak tuduhan Ieyasu, tapi pasukan pemerintah Toyotomi mulai menyerang posisi Kagekatsu. Tokugawa Ieyasu yang ditunjuk sebagai penglima gabungan pemimpin pasukan para daimyo yang loyal terhadap Toyotomi untuk menuju ke wilayah Uesugi di Aizu.

Sepeninggal Ieyasu yang berangkat ke Aizu, Ishida Mitsunari yang selesai dikenakan tahanan rumah kembali berkelompok dengan Otani Yushitsugu, anggota dengan pelaksana administrasi Mashida Nagamori dan Ankokuji Enkei. Kelompok Mitsunari mendapat dukungan militer dari pasukan Mori Terumoto yang bersama-sama membentuk Pasukan Barat. Kelompok Mitsunari berencana untuk menyandera istri dan anak-anak para daimyo pengikut Ieyasu sebelum mengangkat senjata lawan pasukan Ieyasu.

Ieyasu menyadari pergerakan militer Mitsunari sewaktu berada di Oyama (provinsi Shimotsuke) berdasarkan laporan pengikutnya yang bernama Torii Mototada yang tinggal di istana Fushimi. Ieyasu yang sedang dalam perjalanan untuk menaklukkan Uesugi Kagekatsu di Aizu segera membatalkan rencana menyerang Kagekatsu. Ieyasu lalu mengadakan pertemuan dengan para daimyo pengikutnya mengenai strategi menghadapi Ishida Mitsunari. Pertemuan ini dikenal dengan perundingan Oyama.

Daimyo seperti Sanada Masayuki dan Tamaru Tadamasa melepaskan diri dari pasukan Ieyasu, tapi sebagian besar daimyo ternyata memutuskan untuk terus mendukung Ieyasu. Pasukan Ieyasu kemudian menuju ke arah barat untuk kembali ke Kyoto.

c. Bentrokan bersenjata

Pada Tanggal 12 Juli, Ishida Mitsunari, Mashita Nagamori dan Ankokuji Ekei mengadakan pertemuan rahasia di istana Sawayama. Dalam pertemuan ini disepakati permohonan untuk menunjuk Mori Terumoto sebagai panglima tertinggi. Pada hari yang sama, Ishida Mitsunari dan kelompoknya menyiapkan pos-pos pemeriksaan di dekat sungai Aichi untuk menghentikan pasukan yang bermaksud bergabung dengan pasukan klan Tokugawa.

Pada tanggal 17 Juli, Mitsunari menyatakan perang terhadap Ieyasu dengan mengepung istana Fushimi yang dijaga pengikut Ieyasu bernama Torii Mototada. Mitsunari memperingatkan Motodata agar menyerah. Mototada menolak dan kemudian Mitsunari menggempur istana Fushimi. Pasukan Mototada bertempur dengan sengit sebelum menyerah pada tanggal 1 Agustus.

Selanjutnya, basis-basis kekuatan militer Tokugawa seperti istana Tanabe, Anotsu

(4)

Sementara itu pasukan Tokugawa terus maju ke arah barat melalui jalur Tokaido tanpa dipimpin oleh Ieyasu yang sedang berada di Edo. Mereka berhasil menaklukkan istana Gifu yang dikuasai Oda Hidenobu pada tanggal 23 Agustus. Ieyasu yang sedang berada di Edo mengirimkan surat kepada para daimyo. Ieyasu memanfaatkan Todo Takatora dan Kuroda Nagamasa untuk membujuk daimyo yang setia kepada Toyotomi agar tidak bergabung denga pasukan Mitsunari. Setelah mengetahui jatuhnya istana Gifu, Ieyasu dengan segan memimpin 30.000 prajurit melalui jalur Tokaido menuju Osaka.

Putra ketiga Ieyasu yang bernama Tokugawa Hidetada diserahi tugas memimpin pasukan utama Tokugawa yang terdiri dari 38.000 prajurit. Hidetada sedang membawa pasukan melewati jalur Nakasendo berusaha menaklukkan Istana Ueda yang dipertahankan oleh Sanada Masayuki tapi gagal. Pasukan Hidetada yang mendapat perlawanan dari pasukan Masayuki terlambat sampai ke pertempuran Sekigahara. Akibat datang terlambat Ieyasu menghukum Hidetada untuk menunggu tiga hari sebelum menghadapnya. Daimyo wilayah han Ogo bernama Makido Yasunari dihukum kurungan karena dituduh bertanggung jawab atas keterlambatan pasukan Tokugawa dan baru dilepas beberapa tahun kemudian.

d. Pertempuran dimulai

Kedua belah pihak saling diam berhadapan di tengah kabut tebal. Pada saat kabut menipis, Ii Naomasa dan pasukan kecil pimpinan Matsuidaira Tadayoshi yang berada di samping pasukan Fukushima bermaksud lewat menerobos. Fukushima Masanori yang sudah dijanjikan Ieyasu untuk memimpin penyerangan utama menjadi terkejut. Masanori memanggil pasukan yang mencoba menerobos agar berhenti, tapi dijawab “Mau lihat situasi” sambil langsung menuju ke depan. Pasukan kecil yang dipimpin oleh Tadayoshi secara tiba-tiba menembak ke arah gugus pasukan Ukita Hideie yang merupakan kekuatan utama klan Toyotomi.

(5)

Lokasi pertempuran Sekigahara sekarang

Pasukan Kuroda Nagamasa yang terdiri dari 5.400 prajurit dan pasukan Hasokawa Tadaoki yang terdiri dari 5.100 pasukan secara bersama-sama mengincar pasukan Ishida Matsunari dan membuka serangan besar-besaran. Pasukan Shima sakon dan Gamo Satoie yang berada di pihak Mitsunari juga tak mau kalah. Ota Gyuichi yang mengalami sendiri pertempuran Sekigahara menulis sebagai berikut: “Kawan dan lawan saling mendorong, suara teriakan di tengah letusan senapan dan tembakan panah, langit bergemuruh, tanah tempat berpijak berguncang-guncang, asap hitam membubung, siang bolong pun menjadi gelap seperti malam, tidak bisa membedakan kawan atau lawan, pelat pelindung leher (pada baju besi) menjadi miring, pedang ditebas kesana kemari.”

e. Pasca Sekigahara

Pertarungan ini berakhir dengan kemenangan di klan Tokugawa yang dipimpin oleh Ieyasu.

Seusai Pertempuran Sekigahara, Mitsunari tertangkap oleh pasukan Tanaka Yoshimasa pada tanggal 21 September 1600 serta tawanan yang lain diarak berkeliling kota di Osaka dan Sakai sebelum dieksekusi di tempat bernama Rokujogawara yang terletak di pinggir sungai Kamo.

Semua peristiwa yang terjadi dibalas dengan setimpal oleh Ieyasu. Bagi daimyo

yang memberontak mendapatkan hukuman sedangkan bagi daimyo yang bersih dalam pertempuran mendapatkan hadiah berupa tambahan wilayah kekuasaan yang luas. Bagi para daimyo yang bukan merupakan pengikut Tokugawa Ieyasu sebagian besar diusir ke provinsi-provinsi yang terdapat di sebelah barat Jepang.

3. Sistem Bakuhan

Baku dalam “bakuhan” berarti “tenda” yang merupakan singkatan dari bakufu

(pemerintah militer atau keshogunan). Dalam sistem bakuhan, daimyo menguasai daerah-daerah yang disebut han dan membagi-bagikan tanah kepada pengikutnya. Sebagai imbalan, pengikut daimyo berjanji untuk setia dan mendukung daimyo secara militer.

(6)

Masih untuk mengontrol para daimyo. Ieyasu mengeluarkan peraturan yang dikenal dngan nama Buke Shohatto pata tahun 1615, yakni suatu ketentuan-ketentuan khusus yang harus dipatuhi oleh para daimyo. Peraturan ini berlaku secara efektif sejak pemerintahan shogun ke-3, Iemitsu. Isi terpenting peraturan ini adalah mencabut nama keluarga daimyo yang tidak mematuhi aturan ini dan para daimyo dilarang membangun maupun memerbaharui benteng-benteng di daerah tanpa melaporkannya kepada bakufu.

Keshogunan Tokugawa berhak menyita atau memindahtangankan wilayah di antara para daimyo. Sistem sankin kotai mewajibkan daimyo bertugas secara bergiliran mendampingi shogun menjalankan fungsi pemerintahan di Edo. Daimyo harus memiliki rumah kediaman sebagai tempat tinggal kedua sewaktu bertugas di Edo. Anggota keluarga daimyo harus tetap tinggal di Edo sebagai penjaga rumah sewaktu daimyo

sedang pulang ke daerah, sekaligus sebagai sandera kalau daimyo bertindak diluar keingin shogun.

Daimyo dari keturunan Tokugawa dan daimyo secara turun temurun merupakan pengikut setia klan Tokugawa disebut Fudai Daimyo. Sedangkan daimyo yang baru setia kepada klan Tokugawa setelah bertekuk lutut dalam pertempuran sekigahara disebut Tozama Daimyo. Golongan yang selalu mendapat perlakuan khusus disebut Shimpan

Daimyo, karena berasal dari tiga cabang inti keluarga Tokugawa yang disebut Tokugawa Gosankei (tiga keluarga terhormat Tokugawa) yang masing-masing dipimpin oleh purta Tokugawa Ieyasu:

1. Tokugawa Yoshinao, penguasa han Owari generasi pertama 2. Tokugwa Yorinobu, penguasa han Kishu generasi pertama 3. Tokugawa Yorifusa, penguasa han Mito generasi pertama

Lambang keluarga Tokugawa berupa Mitsuba Aoi (tiga helai daun Aoi) hanya boleh digunakan garis keturunan utama keluarga Tokugawa dan Tokugawa Gosankei. Putra-putra lain Tokugawa Ieyasu hanya diberi nama keluarga Matsuidara dan tidak mendapat nama keluarga Tokugawa.

Keshogunan Tokugawa memiliki sekitar 250 wilayah han yang jumlahnya turun naik sesuai keadaan politik. Peringkat wilayah han ditentukan pemerintah berdasarkan total penghasilan daerah dalam setahun berdasarkan unit koku. Penghasilan minimal yang ditetapkan shogun untuk seorang daimyo adalah 10.000 koku. Daimyo yang memegang wilayah makmur dan berpengaruh mempunyai penghasilan sekitar 1 juta koku per tahun.

Peraturan lain yang dikeluarkan oleh bakufu adalah tentang pengaturan istana Kyoto. Peraturan yang dikeluarkan oleh Shogun ke-2, Hidetada ini dikenal dengan nama Kinchu Narabini Kuge Shohatto. Inti dari peraturan ini adalah ketidakbolehan kaisar untuk melibatkan diri dalam kehidupan politik, tetapi ia harus memperdalam ilmu dan kebudayaan Jepang, seperti puisi waka. Kenaikan pangkat para bangsawan istana (kuge)

(7)

kaisar di istana Kyoto. Secara jelas tujuan dari diberlakukannya peraturan ini ialah untuk mengawasi kaisar dalam kegiatan politik, termasuk untuk menghindari agar kaisar tidak berkomplot dengan para bangsawan istana dan para daimyo.

Kemudian dapat disimpulkan bahwa sistem bakuhan adalah sistem pemerintahan yang berdasarkan mekanisme pemerintahan semi otonomi atau desentralisasi yang mana pemerintahan bakufu bertindak sebagai pemerintah pusat, sedangkan han sebagai daerah administratif di bawahnya, atau setingkat propinsi.

4. Sistem Pelapisan Sosial

Sistem pelapisan sosial dicanangkan oleh Oda Nobunaga dan Toyotomi Hideyoshi. Dimana pemerintah Tokugawa secara tegas membagi masyarakat Jepang menjadi empat kelas yaitu kelas militer (bushi), kelas petani (nomin), kelas pengrajin

(kosakunin) dan terakhir kelas pedagang (shonin). Tingkatan kelas ini kemudian dikenal dengan Shinokosho, yang kemudian dilaksanakan secara keras dan kaku. Sistem stratifikasi tersebut ditetapkan secara resmi dan tegas oleh Tokugawa Ieyasu.

Di bawah kelas-kelas dalam Shinokosho masih ada kelas terendah yang disebut

eta dan hinin atau kaum budak yang tidak dihargai harkat kemanusiaannya.

6.00%

85.00% 6.00% 3.00%

Shi No Ko Sho

Bushi Nomin

Kosakunin dan Shonin Eta dan Hinin

(8)

Masing-masing kelas sosial itu pun terdiri lagi atas sub-subkelas. Kelas militer yang merupakan lapisan teratas terdiri dari shogun. Lapisan berikutnya adalah Hatamoto

atau Gokenin kemudian Asigaru atau Chugen. Kelas petani terdiri dari dua lapisan utama, yakni honbyakusho (tuan-tuan tanah atau petani yang memiliki tanah luas sendiri) dan

Mizunomihyakusho (petani penyakap, termasuk petani miskin, buruh tani atau semacam petani gurem di jawa).

Bakufu mengontrol para petani melalui susunan/struktur mekanisme bakufu, yakni membentuk unit-unit desa terkecil yang disebut gonin gumi (rukun tetangga yang terdiri dari lima buah rumah tangga). Merekalah yang bertindak menjaga sistem keamanan lingkungan, mengumpulkan pajak dan melaporkan penyelewengan-penyelewengan di desa kepada kepala desa yang biasanya dijabat oleh Honbyakusho. Kepala desa menyampaikan laporan-laporan ini ke atasannya sampai tingkat han, dan akhirnya ke pemerintah pusat bakufu.

Seperangkat peraturan lain juga dikeluarkan untuk mengontrol petani. Petani dilarang berpindah tempat tinggal, dilarang menjual sawah atau ladang dengan tanaman-tanaman lain kecuali tanaman-tanaman yang ditentukan bakufu, wajib menyetor pajak yang jumlahnya ditentukan, dan yang terpenting adalah petani diharuskan hidup berhemat.

5. Keadaan Ekonomi yang Buruk

Berdampak dari akibat terburuk Sankin Gotai ialah goyahnya perekonomian dan sistem keuanganhan dan bakufu. Keadaan ini sangat terasa pada masa pemerintahan Tokugawa Tsunayoshi, sebagai akibat langsung dari merosotnya hasil pertambangan emas dan perak. Untuk menanggulangi hal itu, pemerintah pusat membuat mata uang yang lebih banyak dengan cara merendahkan nilai intrinsic mata uang. Akibatnya, uang emas murni dicampur dengan perak, uang perak dicampur dengan tembaga. Namun ternyata usaha ini menimbulkan masalah baru, yaitu kerumitan pada sistem tukar-menukar dan pasar. Ditambah daimyo di daerah han-nya mengeluarkan kebijaksanaan keuangan sendiri-sendiri, seperti mencetak uang kertas yang hanya berlaku bagi han-nya

Kondisi demikian mengakibatkan terjadinya inflasi yang merajalela akibat naik turunnya harga barang yang tak terkendalikan. Kondisi ekonomi buruk ini mempunyai pengaruh yang amat buruk terhadap kehidupan para petani dan pedagan kecil. Bahkan ada beberapa han yang hampir bangkrut. Untuk mengatasi keuangan yang buruk ini, para

daimyo terkadang meminjam uang kepada pedagang-pedagang kaya yang bermarkas di Osaka. Kondisi inilah nantinya yang akan mengakibatkan posisi pedagang kaya semakin kuat, sehingga menciptakan ketergantungan para daimyo kepada mereka.

(9)

Dia menganjurkan agar barang-barang impor dibatasi. Namun, usahanya ini gagal, karena dia tenggelam dalam upacara-upacara ritual konfusianistik yang menghamburkan banyak biaya, dalam rangka untuk mengembalikan kewibawaan shogun. Usahanya baru berhasil pada pemerintahan shogun ke-8 yang bernama Yoshimune. Dia menganjurkan dan member contoh kepada semua lapisan masyarakat agar hidup sederhana. Dia juga mengubah sistem dan cara pemungutan pajak tanah, yakni pajak tanah yang pada mulanya ditetapkan sesuai dengan naik-turunnya hasil panen, diubah menjadi pajak tetap tahunan. Hakuseki melihat, bahwa cara pertama mengakibatkan kebocoran-kebocoran keuangan yang dilakukan oleh para petugas pemungut pajak, dengan memanipulasi musim sebagai besar kecilnya jumlah pajak yang dipungut. Sebagai contoh, ada laporan panen gagal, padahal panen berhasil baik, sehingga pajak tidak perlu disetor ke pusat, namun para petugas pajak tetap memungutnya. Yang paling merasa dirugikan dengan peraturan pajak baru ini adalah para petani. Untuk sementara keuangan bakufu berhasil dipulihkan.

Namun, pada masa pemerintahan shogun ke-11, cadangan keuangan bakufu

kembali memburuk. Seorang daimyo dari Shirawaka bernama Matsudaira Sadanobu yang juga merupakan pengikut Arai menganjurkan agar para daimyo hidup hemat dan melunasi hutang-hutangnya kepada pengusaha besar. Dia juga memperketat larangan pada petani pergi ke kota untuk mencegah hancurnya sistem ekonomi desa dan menumpuknya kemiskinan di kota-kota. Kedua cara penganggulangan krisis keuangan dan ekonomi ini tidak berhasil, lebih-lebih akibat seringnya bencana alam, di samping pemerataan penghasilan tidak terjamin, akibat sistem kelas yang sangat kaku. Pembaharuan-pembaharuan yang diusulkan oleh Arai Hakuseki dikenal dengan Pembaharuan-pembaharuan Kyoho sedangkan pembaharuan yang diusulkan oleh Matsudaira Sadanobu dikenal dengan pembaharuan Kansei.

6. Kebudayaan Zaman Genroku

Perkembangan Jokamachi, struktur kelas (Shikonosho) yang ketat pada zaman Edo mengakibatkan terjadinya kesenjangan sosial yang semakin tajam. Di kota-kota lahir golongan-golongan kaya baru yang kebanyakan berasal dari kelas pedagang. Pada masa pemerintahan shogun ke-5 tsunayoshi, dilakukan pengendoran-pengendoran pengawasan terhadap para daimyo yang pada awal terbentuknya pemerintahan bakufu pengawasan terhadap mereka dilaksanakan secara refresif.

(10)

ilmu pengetahuan, karya seni dan drama juga berkembang dengan pesat. Ilmu Konfusianisme, Kokugaku (Studi Nasional) pun juga berkembang pesat. Demikian juga dengan sekolah-sekolah yang dikenal dengan Terakoya.

Haiku, karya-karya sastrawan terkenal diantaranya; Matsuo Basho dan drama boneka karya Chikamatsu Monzaemon. Karya-karya sastra pada masa ini mempunyai ciri-ciri khas, yakni bersifat egalitarian yang membedakannya dengan hasil-hasil budaya pada zaman Muromachi maupun Azuchi Momoyama.

Referensi

Dokumen terkait

The mixture was shaken for 2 h and then the filtrate was separated by filtering using 0.45 µm paper and followed by analysis for the remaining [AuCl 4 ] – content with AAS..

mukan kurangnya kesadaran dan pengetahuan konsumen tentang hak dan kewajiban yang di atur dalam undang-undang perlindungan konsu- men yang merugikan dirinya untuk

Ber dasar kan Ber ita Acar a Hasil Pelelangan Nomor : 045/ 08/ KLP-SETWAN/ APBD/ POKJA I/ 2016 tanggal 21 Apr il 2016, maka Pokja I Pengadaan Bar ang/ Jasa Kantor Layanan

Aktivitas yang dilakukan Komite Audit Perusahaan selama tahun 2010 adalah melakukan kunjungan perusahaan untuk memastikan kontrol internal telah berjalan dengan baik dan

on aggressive behaviour at maturity. Full-fed commercial laying strain LA males were used as a control. The behaviour of individual males, nine from each treatment group, towards

representation of the features and processes which convey the property’s significance; a clear identification of value and proper conservation area is needed. suffers from

RESPON KONSUMEN TERHADAP MASA SIMPAN BAKSO YANG DIKEMAS DENGAN EDIBLE COATING BERBAHAN GELATIN DARI KULIT

(5) untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika pada ranah psikomotorik pada siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan STAD pada