• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Penerapan Pelayanan Administrasi Kependudukan bagi Masyarakat (Studi Tentang Pelayanan Surat Keterangan Kelahiran dan Kematian pada Kantor Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Penerapan Pelayanan Administrasi Kependudukan bagi Masyarakat (Studi Tentang Pelayanan Surat Keterangan Kelahiran dan Kematian pada Kantor Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya administrasi kependudukan merupakan sub sistem dari

administrasi negara, yang mempunyai peranan penting dalam pemerintahan dan

pembangunan penyelenggaraan administrasi kependudukan. Sejalan dengan arah

penyelanggaraan administrasi kependudukan, maka pendaftaran penduduk dan

pencatatan sipil sebagai sub-sub sistem pilar administrasi kependudukan harus ditata

dengan baik agar memberikan manfaat dalam perbaikan pemerintahan dan

pembangunan. Berlakunya otonomi daerah yang tertuang dalam Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 dimana otonomi daerah didefinisikan sebagai hak, wewenang,

dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Oleh karena itu, pemerintah daerah dalam hal ini adalah

pemerintah daerah kabupaten/kota mempunyai hak dan wewenang untuk mengatur

dan mengurus urusan pemerintahannya sendiri.

Kependudukan dan catatan sipil merupakan salah satu urusan wajib

pemerintahan daerah yang harus dilaksanakan oleh pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah. Pelayanan administrasi kependudukan yang terdiri dari

pendaftaran penduduk dan pelayanan pencatatan sipil merupakan sub bagian dari

(2)

Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan dijelaskan bahwa instansi pelaksana administrasi kependudukan

untuk wilayah kabupaten/kota adalah Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil yang

berwenang memberikan pelayanan yang sama dan profesional kepada setiap

penduduk atas pelaporan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting. Dalam

menjalankan penyelenggaraan administrai kependudukan, maka peristiwa penting

kependudukan yang meliputi kelahiran, kematian, lahir mati, perkawinan, perceraian,

pengakuan anak, pengesahan anak dan lain-lain yang harus di catat ke dalam

pencatatan sipil harus ditata dengan sebaik-baiknya dalam bentuk pelayanan publik

kepada masyarakat. Kelahiran dan kematian merupakan peristiwa penting

kependudukan yang harus di lakukan pendataan dan menjadi bagian penting dalam

administrasi demi terselenggaranya administrasi kependudukan yang baik.

Pendaftaran kelahiran dalam pendaftaran penduduk di buktikan dengan adanya akta

kelahiran. Akta kelahiran adalah akta catatan sipil hasil pencatatan terhadap peristiwa

kelahiran seseorang. Jika seorang anak belum punya akta kelahiran maka secara de

jure keberadaannya dianggap tidak ada oleh negara. Hal ini mengakibatkan anak

yang lahir tersebut tidak tercatat namanya, silsilah dan kewarganegaraannya serta

tidak terlindungi keberadaanya.

Menurut Hatmadji dalam buku Lembaga Demografi FEUI (2007: 56),

masalah pendaftaran kelahiran di negara berkembang seperti Indonesia adalah

masalah kelengkapan (completeness) registrasi. Hal ini disebabkan karena penduduk

(3)

registrasi kelahiran dan penduduk tidak mengerti bagaimana menjawab pertanyaan

seperi tanggal kelahiran anaknya, umur ibunya, dan sebagainya.

Berikut adalah kutipan artikel mengenai masalah administrasi kependudukan

dalam pendaftaran kelahiran di Indonesia:

Enam dari sepuluh anak di bawah usia lima tahun di Indonesia tidak diakui

keberadaannya secara sah oleh Pemerintah Indonesia. Anak-anak ini tidak memiliki identitas secara sah yang dituangkan dalam akta kelahiran. Padahal, akta kelahiran memiliki arti penting bagi eksistensi anak sebagai warga negara di muka hukum. Ironisnya, menurut data SUSENAS 2007, hanya 42 persen anak di bawah usia lima tahun (0-4 tahun) yang memiliki akta, sisanya 58 persen belum memiliki akta kelahiran. Dari 219 juta jumlah penduduk Indonesia (Supas 2005), 77,8 juta

diantaranya adalah anak-anak (0-18 tahun).” (Kementrian Pemberdayaan

Perempuan dan Anak RI: 2009)

Berdasarkan kutipan artikel di atas dapat kita lihat bahwa peristiwa kelahiran

masih belum terdaftar secara baik dan seharusnya menjadi masalah penting yang

harus diatasi demi terselenggaranya administrasi kependudukan yang lebih baik.

Tidak adanya akta kelahiran berarti menunjukkan bahwa anak-anak tersebut belum

terdaftar kedalam administrasi kependudukan dalam bentuk pencatatan sipil.

Pendaftaran peristiwa kematian penduduk di buktikan dengan pengurusan

akta kematian. Kesadaran warga urus akta kematian masih rendah. Hal ini terkait

dengan minimnya pemahaman masyarakat mengenai fungsi akta kematian itu.

Padahal akta tersebut berhubungan erat dengan status hukum seseorang, baik hukum

privat maupun publik. Bahkan, beberapa tahun ke depan akta kematian akan menjadi

salah satu prasyarat penting bagi kepengurusan dokumen lain. Dari hasil observasi

sementara, baik dari lingkungan kelurahan maupun di kecamatan dan dari pihak

(4)

menerapkan pelayanan dalam penerbitan Surat Keterangan Lahir dan Surat

keterangan Kematian. Khususnya dalam penerbitan Surat Keterangan Lahir,

masyarakat di kecamatan Kebayakan belum memiliki kesadaran untuk segera

mengurus surat keterangan lahir secara tepat waktu. Masyarakat di Kecamatan

Kebayakan masih memiliki paradigma bahwa Surat Keterangan Lahir dan Surat

Keterangan Kematian tidak begitu penting sampai masyarakat benar-benar

membutuhkannya seperti dalam mengurus anak yang akan masuk sekolah dan

manfaat dari akta kematian bagi ahli waris diantaranya untuk mengurus penetapan

ahli waris, pensiunan, klaim asuransi, maupun persyaratan perkawinan bagi duda atau

janda. Pentingnya membuat akte kematian sebagai database perencanaan

pembangunan dan untuk melindungi hak-hak sipil warga.

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka menarik untuk dikaji bagaimana

penerapan pelayanan administrasi kependudukan di Kabupaten Aceh Tengah. Kajian

ini dirasakan perlu oleh karena pertimbangan bahwa fenomena-fenomena yang

nantinya ditemukan dalam penelitian ini akan menjadi bahan perbandingan ilmiah

bagi penelitian lebih lanjut di daerah-daerah lain serta sumber informasi realita

lapangan yang berharga bagi para pihak-pihak yang berkepentingan dalam hal kajian

pelaksanaan kependudukan dalam lingkup otonomi daerah.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, penulis akhirnya mengambil

fokus penelitian pada Kantor Kecamatan Kebayakan, Aceh Tengah dengan judul:

(5)

Tentang Pelayanan Surat Keterangan Kelahiran Dan Kematian Pada Kantor Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah)”

1.2. Perumusan Masalah

Mengingat luasnya cakupan permasalahan dan juga untuk menghindari

kesimpangsiuran dalam penulisan skripsi ini serta sesuai dengan judul dan latar

belakang masalah yang dijelaskan di atas, maka penulis di sini membatasi

permasalahan hanya dalam konteks “Bagaimana Penerapan Pelayanan Surat

Keterangan Kelahiran dan Surat Keterangan Kematian pada Kantor Kecamatan

Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian berjudul “Penerapan Pelayanan Administrasi Kependudukan Bagi

Masyarakat (Studi Tentang Pelayanan Surat Keterangan Kelahiran dan Kematian

Pada Kantor Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah)” ini bertujuan untuk

mengetahui bagaimana penerapan administrasi kependudukan dalam hal pelayanan

Surat Keterangan Kelahiran dan Surat Keterangan Kematian di Kantor Kecamatan

Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Secara Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan dan

(6)

dengan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

1.4.2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat dan berguna secara praktis dalam hal:

1. Skripsi ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber insprirasi bagi pimpinan

organisasi dalam mengambil kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan kualitas

pelayanan administrasi kependudukan kepada masyarakat.

2. Sebagai bahan tambahan referensi untuk penulisan karya ilmiah yang

berhubungan dengan pelayanan administrasi kependudukan di masa yang akan

datang.

1.5. Kerangka Teori

1.5.1. Pengertian Pelayanan Publik

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian pelayanan adalah suatu

usaha untuk membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan orang lain.

Pengertian publik adalah sejumlah orang yang mempunyai kesamaan berfikir,

perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai

norma yang mereka miliki. Sehingga pelayanan publik bisa disimpulkan sebagai

suatu usaha untuk membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan sejumlah

orang yang mempunyai kesamaan berfikir, perasaan, sikap dan tindakan yang benar

(7)

Menurut (Sinambela, 2006:5) pelayanan publik adalah sejumlah manusia

yang memiliki kebersamaan berpikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang

benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang merasa memiliki. Dalam hal ini,

pelayanan publik merupakan suatu proses yang menghasilkan produk baik barang

maupun jasa yang kemudian diberikan kepada masyarakat yang membutuhkannya

(Sutopo, 2008:8).

Pengertian yang lengkap terhadap pelayanan publik dapat dikutip dari

Pelayanan Publik menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun

2009 Tentang Pelayanan Publik yang diperkuat dengan Keputusan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2003 Tentang

Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik yang menyebutkan bahwa

pelayanan publik adalah segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi

pemerintah di pusat,daerah dalam bentuk barang atau jasa, baik dalam rangka

pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan

publik adalah seluruh kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh paratur pemerintah

sebagai penyelenggara pelayanan dalam suatu organisasi atau instansi dalam rangka

memenuhi kebutuhan masyarakat yang pelaksanaannya berdasarkan peraturan

perundang-undangan. Pemenuhan keinginan atau kebutuhan masyarakat dalam

(8)

kebutuhan individual akan tetapi berbagai kebutuhan yang sesungguhnya diharapkan

oleh masyarakat.

1.5.1.1. Pengelompokan Pelayanan Publik

Dalam keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik

Indonesia Nomor 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan

Pelayanan Publik, pelayanan publik dibagi atas 3 kelompok berdasarkan wujud

pelayanan itu sendiri , yaitu:

1. Kelompok pelayanan administratif, yaitu bentuk pelayanan yang

menghasilkan berbagai macam dokumen resmi yang dibutuhkan oleh

masyarakat atau publik, misalnya Akte Kelahiran, Akte Kematian, Kartu

Tanda Penduduk, Akte Pernikahan, Surat Izin Mengemudi, Buku Pemilik

Kendaraan Bermotor, Izin Mendirikan Bangunan, dan lain sebagainya.

2. Kelompok pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai

bentuk barang yang dibutuhkan publik, misalnya: jaringan telepon, listrik, air

bersih, dan sebagainya.

3. Kelompok pelayanan jasa yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai

bentuk jasa yang dibutuhkan publik, misalnya: pendidikan, pemeliharaan

kesehatan, transportasi, pos, dan lain sebagainya.

(9)

Pemerintah melalui lembaga dan segenap aparaturnya bertugas menyediakan

dan menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat secara kompleks dan mencakup

banyak aspek. Dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik

Indonesia Nomor 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan

Pelayanan Publik, pelayanan publik dibagi berdasarkan 3 bentuk pelayanan publik,

yaitu:

1. Pelayanan Lisan. Pelayanan dengan lisan ini dilakukan oleh petugas bidang

hubungan masyarakat, bidang layanan informasi, dan bidang-bidang lain yang

tugasnya memberi penjelasan atau keterangan kepada masyarakat mengenai

berbagai fasilitas yang tersedia.

Agar layanan lisan berhasil sesuai dengan yang diharapkan, ada syarat-syarat

yang harus dipenuhi oleh pelaku pelayanan, yaitu:

a. Memahami benar masalah-masalah yang termasuk dalam bidang tugasnya.

b. Mampu memberikan penjelasan apa-apa saja yang perlu dengan lancar,

singkat tetapi cukup jelas sehingga memuaskan bagi mereka yang ingin

memperoleh kejelasan tentang sesuatu.

c. Bertingkah laku sopan dan ramah tamah.

d. Meski adalam keadaan sepi tidak berbincang dan bercanda dengan sesama

pegawai, karena menimbulkan kesan disiplin dan melalaikan tugas.

2. Pelayanan Tulisan. Dalam bentuk tulisan, layanan yang diberikan dapat berupa

pemberian penjelasan kepada masyarakat dengan penerangannya berupa tulisan

(10)

Pelayanan melalui tulisan terdiri dari dua macam, yaitu:

a. Layanan yang berupa petunjuk, informasi dan sejenis yang ditujukan pada

orang-orang yang berkepentingan, agar memudahkan mereka dalam

berurusan dengan instansi atau lembaga.

b. Pelayanan berupa reaksi tertulis atas permohonan, laporan, keluhan,

pemberitahuan dan lain sebagainya.

3. Pelayanan Perbuatan. Pelayanan dalam bentuk perbuatan adalah pelayanan

yang diberikan dalam bentuk perbuatan atau hasil perbuatan, bukan sekedar

kesanggupan dan penjelasan secara lisan.

1.5.1.3. Prinsip-Prinsip Pelayanan Publik

Di dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik

Indonesia Nomor 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan

Pelayanan Publik disebutkan bahwa penyelenggaraan pelayanan publik harus

memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Kesederhanaan. Dalam hal ini prosedur/tatacara pelayanan diselenggarakan

secara tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan dilaksanakan

2. Kejelasan. Pelayanan yang diberikan harus memberikan memberikan

kejelasan kepada penerima pelayanan, terutama dalam hal:

(11)

b. Unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam

memberikan pelayanan publik

c. Rincian biaya/tarif pelayanan publik yang dikenakan.

3. Kepastian Waktu. Pelayanan yang dimaksud harus dapat diselesaikan dalam

kurun waktu yang telah ditentukan.

4. Akurasi. Produk pelayanan publik harus dapat diterima dengan benar, tepat

dan sah secara hukum.

5. Keamanan. Proses dan produk pelayanan harus dapat memberikan rasa aman

bagi penerima pelayanan dan kepastian hukum.

6. Tanggung Jawab. Pimpinan penyelenggara pelayanan publik harus

bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian serta

penanganan keluhan atas persoalan yang muncul dalam pelaksanaan

pelayanan publik.

7. Kelengkapan Sarana dan Prasarana. Tersedianya sarana dan prasarana kerja

dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana

telekomunikasi dan informatika.

8. Kemudahan Akses. Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai,

mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi

komunikasi dan informatika.

9. Kedisiplinan, Kesopanan, dan Keramahtamahan. Pemberi pelayanan harus

(12)

10.Kenyamanan. Pelayanan harus tertib, teratur dan disediakan ruang tunggu

yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi

fasilitas pendukung pelayanan lainnya seperti parkir dan toilet.

1.5.1.4. Pola Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Dalam kaitannya dengan pola pelayanan publik, Keputusan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2003 Tentang

Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik menyatakan bahwa ada 4

(empat) pola pelayanan publik, yaitu:

1. Fungsional. Pola pelayanan publik diberikan oleh penyelenggara pelayanan

sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya.

2. Terpusat. Pola pelayanan publik diberikan secara tunggal oleh penyelenggara

pelayanan berdasarkan pelimpahan wewenang dari penyelenggara pelayanan

terkait lainnya yang bersangkutan.

3. Terpadu. Pola penyelenggaraan pelayanan publik terpadu dibedakan menjadi

dua, yaitu:

a. Terpadu Satu Atap. Pola pelayanan terpadu satu atap diselenggarakan

dalam satu tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang tidak

mempunyai keterkaitan proses dan dilayani melalui beberapa pintu.

b. Terpadu Satu Pintu. Pola pelayanan terpadu satu pintu diselenggarakan

pada satu tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang memiliki

(13)

4. Gugus Tugas. Petugas pelayanan publik secara perorangan atau dalam bentuk

gugus tugas ditempatkan pada instansi pemberi pelayanan dan lokasi

pemberian pelayanan tertentu.

1.5.1.5. Standar Pelayanan Publik

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009

Tentang Pelayanan Publik, standar pelayanan publik sekurang-kurangnya meliputi;

1. Prosedur Pelayanan. Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan

penerima pelayanan termasuk pengaduan.

2. Waktu Penyelesaian. Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan

permohonan sampai dengan penyelesaian termasuk pengaduan.

3. Biaya Pelayanan. Biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan

dalam proses pemberian layanan.

4. Produk Pelayanan. Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan

yang telah ditetapkan.

5. Sarana dan Prasarana. Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang

memadai oleh penyelenggaraan pelayanan publik.

6. Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan Publik. Kompetensi petugas pemberi

pelayanan harus ditetapkan dengan tepat sesuai berdasarkan pengetahuan,

keahlian, keterampilan, sikap dan prilaku yang dibutuhkan.

(14)

1.5.2.1. Pengertian Administrasi Kependudukan

Administrasi dalam arti sempit berasal dari kata administratie, yang meliputi

kegiatan catat mencatat, surat menyurat, pembukuan ringan, ketik mengetik, agenda

dan lain sebagainya yang bersifat teknis ketatausahaan. Dalam arti luas, Leonard

D.White menjelaskan administrasi adalah suatu proses yang pada umumnya terdapat

pada semua usaha kelompok, negara atau swasta, sipil atau militer, usaha yang besar

dan kecil yang pada intinya melingkupi seluruh kegiatan dari pengaturan hingga

pengurusan sekelompok orang yang memiliki diferensiasi pekerjaan untuk mencapai

suatu tujuan bersama.

Pengertian administrasi kependudukan menurut Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan adalah

rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data

kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi

administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik

dan pembangunan sektor lain.

Setiap penduduk mempunyai hak untuk memperoleh fasilitas-fasilitas publik

dalam hal kependudukan (Fulthoni, 2009:8) , diantaranya:

1. Dokumen kependudukan;

2. Pelayanan yang sama dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil;

3. Perlindungan atas data pribadi;

(15)

5. Informasi mengenai data hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil atas

dirinya dan/atau keluarganya; dan

6. Ganti rugi dan pemulihan nama baik sebagai akibat kesalahan dalam

pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil serta penyalahgunaan data pribadi

oleh instansi pelaksana.

1.5.2.2. Pengertian Pelayanan Administrasi Kependudukan

Dalam Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006

Tentang Administrasi Kependudukan, pelayanan adminisrasi kependudukan terdiri

dari 2 (dua) bentuk pelayanan yaitu:

1. Pendafaran Penduduk. Pendaftaran penduduk adalah pencatatan biodata

penduduk, pencatatan atas pelaporan peristiwa kependudukan dan pendataan

penduduk rentan administrasi kependudukan serta penerbitan dokumen

kependudukan berupa kartu identitas atau surat keterangan kependudukan.

Peristiwa kependudukan adalah kejadian yang dialami penduduk yang harus

dilaporkan karena membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu

Keluarga, Kartu Tanda Penduduk dan/atau surat keterangan kependudukan

lainnya meliputi pindah datang, perubahan alamat, serta status tinggal terbatas

menjadi tinggal tetap.

2. Pencatatan Sipil. Pelayanan pencatatan sipil adalah pencatatan biodata penduduk,

(16)

penerbitan dokumen kependudukan berupa kartu identitas atau surat keterangan

kependudukan. Pelayanan pencatatan sipil meliputi pencatatan peristiwa penting,

yaitu: (i) Kelahiran, (ii) Kematian, (iii) Lahir Mati, (iv) Perkawinan,

(v) Perceraian, (vi) Pengakuan Anak, (vii) Pengesahan Anak, (viii) Pengangkatan

Anak, (ix) Perubahan Nama, (x) Perubahan Status Kewarganegaraan,

(xi) Pembatalan Perkawinan, (xii) Pembatalan Perceraian, dan (xiii) Peristiwa

penting lainnya.

1.5.2.3. Pengertian Dokumen Kependudukan

Pengertian dokumen kependudukan menurut Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan adalah

dokumen resmi yang diterbitkan oleh instansi pelaksana yang mempunyai kekuatan

hukum sebagai alat bukti autentik yang dihasilkan dari pelayanan pendaftaran

penduduk dan pencatatan sipil.

Bentuk-bentuk dokumen kependudukan adalah sebagai berikut:

1. Biodata Penduduk. Biodata penduduk memuat keterangan tentang nama,

tempat dan tanggal lahir, alamat dan jati diri lainnya secara lengkap, serta

perubahan data sehubungan dengan peristiwa penting dan peristiwa

kependudukan yang dialami

2. Kartu Keluarga. Kartu Keluarga adalah kartu identitas keluarga yang memuat

data tentang nama, susunan dan hubungan dalam keluarga, serta identitas

(17)

3. Kartu Tanda Penduduk. Kartu Tanda Penduduk adalah identitas resmi

penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang

berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4. Akta Pencatatan Sipil. Akta pencatatan sipil terdiri dari register akta

pencatatan sipil; dan kutipan akta pencatatan sipil. Register akta pencatatan

sipil memuat seluruh data peristiwa penting sedangkan kutipan akta

pencatatan sipil terdiri dari akta kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian,

dan pengakuan anak.

5. Surat Keterangan Kependudukan. Surat Keterangan Kependudukan memuat

keterangan tentang nama lengkap, NIK (Nomor Induk Kependudukan), jenis

kelamin, tempat tanggal lahir, agama, alamat, peristiwa penting dan peristiwa

kependudukan yang dialami oleh seseorang. Surat Keterangan Kependudukan

meliputi surat-surat sebagai berikut:

a. Surat Keterangan Pindah;

b. Surat Keterangan Pindah Datang;

c. Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri;

d. Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri;

e. Surat Keterangan Tempat Tinggal;

f. Surat Keterangan Kelahiran;

g. Surat Keterangan Lahir Mati.

h. Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan;

(18)

j. Surat Keterangan Kematian;

k. Surat Keterangan Pengangkatan Anak;

l. Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Indonesia;

m. Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas; dan

n. Surat Keterangan Pencatatan Sipil.

1.5.2.4. Pengertian Surat Keterangan Kelahiran

Surat Keterangan Kelahiran adalah surat keterangan yang menginformasikan

atau melaporkan peristiwa kelahiran penduduk di dalam suatu wilayah administratif.

Surat Keterangan Kelahiran atau biasa disebut ”kenal lahir” dikeluarkan oleh Kantor

Kelurahan/Desa. Bayi yang dilaporkan kelahirannya akan terdaftar dalam Kartu

Keluarga dan diberi Nomor Induk Kependudukan (NIK) sebagai dasar untuk

memperoleh pelayanan masyarakat lainnya.

Sebagai hasil pelaporan kelahiran dalam bentuk Surat Keterangan Kelahiran,

diterbitkanlah Akta Kelahiran oleh dinas terkait pencatatan sipil. Akta Kelahiran

adalah akta otentik yang dikeluarkan oleh Catatan Sipil, dan salah satu syarat untuk

membuatnya adalah Surat Keterangan Kelahiran dari Kelurahan. Dalam hal ini, Akta

Kelahiran-lah yang memiliki kekuatan pembuktian yang otentik berupa catatan resmi

tentang tempat dan waktu kelahiran anak, nama anak dan nama orang tua anak secara

lengkap dan jelas, serta status kewarganegaraan anak. Untuk memperoleh Akta

Kelahiran tersebut, seseorang harus memenuhi persyaratan administratif (Fulthoni,

(19)

1. Surat Pengantar RT/RW.

2. Surat Keterangan Kelahiran dari Rumah Sakit/Dokter/Bidan/Pilot/Nahkoda.

3. Surat Tanda Bukti Perkawinan Orang Tua (Akta Perkawinan).

4. Fotocopy Kartu Keluarga / Kartu Tanda Penduduk Orang Tua yang dilegalisir

Lurah.

5. Surat Keterangan Kelahiran yang dikeluarkan oleh pihak Kelurahan.

6. Surat Keterangan Pendaftaran Penduduk Tetap (SKPPT) bagi Penduduk

WNA.

7. Surat Keterangan Pendaftaran Penduduk Sementara (SKPPS) bagi Orang

Asing Penduduk Sementara.

1.5.2.5. Pengertian Surat Keterangan Kematian

Surat Keterangan Kematian adalah surat keterangan yang menginformasikan

atau melaporkan peristiwa kematian penduduk di dalam suatu wilayah administratif.

Surat Keterangan Kematian dikeluarkan oleh Kantor Kelurahan/Desa.

Sebagai hasil pelaporan kematian dalam bentuk Surat Keterangan Kematian,

diterbitkanlah Akta Kematian oleh dinas terkait pencatatan sipil. Akta kematian

adalah suatu akta yang dibuat dan diterbitkan oleh Dinas Kependudukan yang

membuktikan secara pasti tentang kematian seseorang. Kematian merupakan salah

satu peristiwa penting yang dialami oleh setiap orang, yang harus dicatat dan

dikukuhkan oleh negara dalam bentuk Akta Kematian. Dengan akta kematian, dapat

(20)

kematian dalam kontek pencatatan ini adalah berhentinya fungsi seluruh organ tubuh

seseorang yang dinyatakan dengan surat keterangan dokter/para medis/ pejabat lain

yang berwenang. Untuk memperoleh Akta Kematian tersebut, seseorang harus

memenuhi persyaratan administratif (Fulthoni, 2009: 13) sebagai berikut:

1. Surat Pengantar RT/RW.

2. Surat Keterangan Kematian dari Rumah Sakit/Dokter.

3. Fotocopy Kartu Keluarga / Kartu Tanda Penduduk yang dilegalisir Lurah.

4. Surat Keterangan Kematian yang dikeluarkan oleh pihak Kelurahan.

5. Surat Keterangan Pendaftaran Penduduk Tetap (SKPPT) bagi Penduduk

WNA.

6. Surat Keterangan Pendaftaran Penduduk Sementara (SKPPS) bagi Orang

Asing Penduduk Sementara.

1.5.2.6. Instansi Pelaksana Pendaftaran Penduduk Dan Pencatatan Sipil

Instansi Pelaksana Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 adalah

perangkat pemerintah kabupaten/kota yang bertanggung jawab dan berwenang

melaksanakan pelayanan dalam urusan Administrasi Kependudukan. Instansi

pelaksana administrasi kependudukan yaitu:

1. Kantor Urusan Agama (KUA) tingkat kecamatan untuk pencatatan nikah, talak,

cerai, dan rujuk bagi penduduk yang beragama Islam.

(21)

Kewajiban instansi pelaksana administrasi kependudukan adalah sebagai

berikut:

1. Mendaftar Peristiwa Kependudukan dan mencatat Peristiwa Penting;

2. Memberikan pelayanan yang sama dan profesional kepada setiap penduduk

atas pelaporan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting;

3. Menerbitkan Dokumen Kependudukan;

4. Mendokumentasikan hasil Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;

5. Menjamin kerahasiaan dan keamanan data atas Peristiwa Kependudukan dan

Peristiwa Penting; dan

6. Melakukan verifikasi dan validasi data dan informasi yang disampaikan oleh

Penduduk dalam pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.

Instansi Pelaksana dalam melaksanakan urusan administrasi kependudukan

memiliki kewenangan yang meliputi:

1. Memperoleh keterangan dan data yang benar tentang peristiwa kependudukan

dan Peristiwa Penting yang dilaporkan Penduduk;

2. Memperoleh data mengenai Peristiwa Penting yang dialami Penduduk atas

dasar putusan atau penetapan pengadilan;

3. Memberikan keterangan atas laporan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa

Penting untuk kepentingan penyelidikan, penyidikan, dan pembuktian kepada

lembaga peradilan; dan

4. Mengelola data dan mendayagunakan informasi hasil Pendaftaran Penduduk

(22)

1.6. Definisi Konsep

Definisi konsep merupakan suatu generalisasi dan pemahaman terhadap suatu

masalah yang akan diteliti. Tujuannya adalah untuk mempermudah pemahaman dan

menghindari interpretasi ganda dari variabel yang akan diteliti, sehingga tidak

menimbulkan kekaburan dan kesalahan dalam menginterpretasikan masalah.

Adapun konsep-konsep yang yang digunakan penulis dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Pelayanan Publik Pelayanan publik adalah sebagai segala bentuk jasa

pelayanan, baik dalam bentuk barang publik ma

prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan ole

at

masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

2. Pelayanan Administrasi Kependudukan adalah segala bentuk pelayanan yang

dilaksanakan oleh instansi pemerintah dalam penerbitan dokumen dan data

kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan

informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk

(23)

3. Penerapan Pelayanan Pengurusan Surat Keterangan Kelahiran dan Surat Keterangan Kematian merupakan bentuk pelayanan administrasi kepada

masyarakat, dimana pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar

pelayanan administrasi di daerah tempat masyarakat memperolah layanan

Surat Keterangan Kelahiran dan Surat Keterangan Kematian sehingga tercapai

tujan pelayanan administrasi masyarakat yang telah ditetapkan. Berfungsi

sebagai informasi dalam memberikan pelayanan publik dan pembangunan

sektor lain. Berdasarkan prinsip dan standar pelayanan publik, ada beberapa

faktor-faktor yang harus dipenuhi dalam penerapan pelayanan publik:

1. Kesederhanaan. Dalam hal ini prosedur/tatacara pelayanan

diselenggarakan secara tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami

dan dilaksanakan

2. Kejelasan. Pelayanan yang diberikan harus memberikan

memberikan kejelasan kepada penerima pelayanan, terutama

dalam hal:

a. Prosedur/tatacara umum, baik teknis maupun administratif

b. Unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab

dalam memberikan pelayanan publik dan penyelesaian

keluahan/persoalan/sengketa dalam pelaksanaan pelayanan

publik.

c. Rincian biaya/tarif pelayanan publik yang dikenakan dan tata

(24)

3. Kepastian Waktu. Pelayanan yang dimaksud harus dapat

diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

4. Akurasi. Produk pelayanan publik harus dapat diterima dengan

benar, tepat dan sah secara hukum.

5. Keamanan. Proses dan produk pelayanan harus dapat memberikan

rasa aman bagi penerima pelayanan dan kepastian hukum.

6. Tanggung Jawab. Pimpinan penyelenggara pelayanan publik harus

bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan

penyelesaian serta penanganan keluhan atas persoalan yang

muncul dalam pelaksanaan pelayanan publik.

7. Kelengkapan Sarana dan Prasarana. Tersedianya sarana dan

prasarana kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk

penyediaan sarana telekomunikasi dan informatika.

8. Kemudahan Akses. Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang

memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat

memanfaatkan teknologi komunikasi dan informatika.

9. Kedisiplinan, Keopanan, dan Keramahtamahan. Pemberi

pelayanan harus bersikap disiplin, sopan santun, ramah serta

memberi pelayanan dengan ikhlas.

10.Kenyamanan. Pelayanan harus tertib, teratur dan disediakan ruang

Referensi

Dokumen terkait

disampaikan oleh penutur dapat diterima pihak lain dengan baik tanpa ada perbedaan persepsi tentang pesan yang disampaikan. Namun, tantangan terbesar dalam

Berdasarkan analisis data sebagaimana di- paparkan pada bab IV dan temuan pada pene- litian tahun pertama, maka dapat disim-pulkan sebagai berikut: (1) Hasil asesmen

Perseroan terbatas (PT) Pengembangan Investasi Riau yang selanjutnya disebut Perseroan adalah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang berbentuk Perseroan Terbatas yang melakukan

Kelompok kedua, leksem aktivitas memasak yang menggunakan suhu dengan panas tinggi, leksem aktivitas memasak yang memiliki komponen suhu dengan panas tinggi adalah cuisson,

Penelitian Harto (2016) menyatakan bahwa semakin tinggi leverage maka akan terjadi kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan pelanggaran terhadap perjanjian

Luas persegi panjang yang terjadi sama dengan luas

Identifikasi kemampuan awal dan karakteristik peserta didik adalah salah satu upaya para guru yang dilakukan untuk memperoleh pemahaman tentang; tuntutan, bakat, minat,

Sehingga tugas audit internal di bidang syariah sifatnya untuk membantu memudahkan tugas DPS dalam melakukan pengawasan operasional BMT Tumang agar sesuai dengan