• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Kerangka Teori - Strategi Komunikasi Pelayanan dan Kepuasan (Studi korelasional Strategi Komunikasi Pelayanan Pegawai Perpustakaan USU terhadap Kepuasan Mahasiswa USU)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Kerangka Teori - Strategi Komunikasi Pelayanan dan Kepuasan (Studi korelasional Strategi Komunikasi Pelayanan Pegawai Perpustakaan USU terhadap Kepuasan Mahasiswa USU)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1. Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan teori sebagai landasan kerangka berpikir yang

mendukung masalah secara sistematis. Untuk itu perlu disusun kerangka teori

yang akan memuat pokok-pokok pikiran yang dapat menggambarkan dari sudut

mana masalah penelitian akan dibahas (Nawawi,1995:39).

Berdasarkan penelitian tersebut, maka teori yang digunakan dalam

penelitian ini guna menjawab permasalahan yang sudah dirumuskan adalah

sebagai berikut:

2.1.1. Komunikasi & Komunikasi Interpersonal

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama,” communico, communication, atau communicare yang berarti ”membuat sama” (to make common). (Mulyana, 2007:46)

Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah “upaya yang sistematis

untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta

pembentukan pendapat dan sikap. Dalam definisinya secara khusus mengenai

pengertian komunikasinya sendiri, Hovland mengatakan bahwa komunikasi

adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the behavior of other individuals). (Effendy, 2006:10). Akan tetapi, seseorang akan dapat mengubah sikap, pendapat atau perilaku orang lain apabila

komunikasi dilakukan secara efektif.

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat berlangsung

komunikasi yang efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip

(2)

Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi

ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?

Paradigma Lasswell di atas menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima

unsure sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni:

1. Komunikator (communicator, source, sender) 2. Pesan (message)

3. Media (channel, media)

4. Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) 5. Efek (effect, impact, influence)

Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses

penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang

menimbulkan efek tertentu. (Effendy, 2006:10).

Komunikasi memiliki dampak, maka ada masalah etik disini. Karena komunikasi mengandung konsekuensi, maka ada aspek benar salah dalam setiap

tindak komunikasi. Apakah komunikasi itu etis atau tidak etis landasannya adalah

gagasan kebebasan memilih (notion of choice) serta asumsi bahwa setiap orang mempunyai hak untuk menentukan pilihannya sendiri. Komunikasi dikatakan etis

bila menjamin kebebasan memilih seseorang dengan memberikan kepada orang

tersebut dasar pemilihan yang akurat. (Devito, 1997:30).

Ada empat tujuan atau motif komunikasi yang perlu dkemukakan. Motif atau

tujuan ini tdak perl dikemukakan secara sadar, juga tidak perlu mereka yang

terlibat menyepakati tujuan komunikasi mereka. Tujuan dapat disadari atau tidak,

dapat dikenali ataupun tidak.

a) Menemukan

Salah satu tujuan utama komunikasi menyangkut penemuan diri (personal discovery). Dengan berbicara tentang diri kita sendiri dengan orang lain kita memperoleh umpan balik yang berharga mengenai perasaan,

pemikiran, dan perilaku kita. Cara lain melakukan penemuan diri adalah

melalui proses perbandingan sosial, melalui pembandingan kemampuan,

(3)

b) Untuk Berhubungan

Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan

orang lain, membina dan memelihara hubungan dengan orang lain. Kita

ingin merasa dicintai dan disukai, dan kemudian kita juga ingin mencintai

dan menyukai orang lain.

c) Untuk Meyakinkan

Dalam perjumpaan antarpribadi sehari-hari kita berusaha mengubah sikap

dan perilaku orang lain. Berusaha mengajak mereka melakukan sesuatu,

meyakinkan bahwa sesuatu itu adalah benar, menyetujui atau mengecam

gagasan tertentu, dan sebagainya. Memang, sedikit saja dari komunikasi

antarpribadi kita yang tidak berupaya mengubah sikap atau perilaku.

d) Untuk Bermain

Kita meggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain dan

menghibur diri. Demikian pula, banyak dari perilaku komunikasi

dirancang untuk mengibur orang lain. Menceritakan lelucon,

mengutarakan sesuatu yang baru, dan mengaitkan cerita-cerita yang

menarik. (Devito, 1997:32).

Tentu saja tujuan komunikasi tidak hanya ini, masih banyak tujuan yang lain.

Tetapi keempat tujuan tersebut tampaknya merupakan tujuan-tujuan utama. Setiap

komunikasi barangkali didorong oleh kombinasi beberapa tujuan dan bukan hanya

satu tujuan saja.

De Vito (1977) mengungkapkan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan

pengiriman pesan-pesan dari seorang dan diterima oleh orang yang lain, atau

sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung. Tan (1981)

menegemukakan bahwa interpersonal communication adalah komunikasi tatap

muka antara dua orang atau lebih (Liliweri, 1991:12).

Kebanyakan hubungan berkembang melalui tahap-tahap. Kita tidak menjadi

kawan akrab segera setelah pertemuan terjadi. Kita menumbuhkan keakraban

secara bertahap, melalui serangkaian langkah atau tahap. Kelima tahap itu adalah:

a. Kontak

(4)

ingin melanjutkan hubungan ini atau tidak. Pada tahap inilah penampilan

fisik begitu penting, karena dimensi fisik paling terbuka untuk diamati

secara mudah.

b. Keterlibatan

Tahap keterlibatan adalah tahap pengenalan lebih jauh, ketika kita

mengikatkan diri kita untuk lebih mengenal orang lain dan juga

mengungkapkan diri kita.

c. Keakraban

Pada tahap ini, kita mengikat diri lebih jauh kepada orang lain. Tahap ini

hanya diseduakan untuk sedikit orang saja, jarang sekali orang

mempunyai empat orang sahabat akrab, kecuali dalam konteks keluarga.

d. Perusakan

Pada tahap perusakan mulai merasa bahwa hubungan ini mungkin

tidaklah sepenting yang kita pikirkan sebelumnya. Jika tahap ini berlanjut

maka tahap yang terakhir adalah tahap pemutusan.

e. Pemutusan

Tahap ini adalah pemutusan ikatan yang mempertalikan kedua pihak.

Adakalanya terjadi peredaan, kadang ketegangan dan keresahan makin

meningkat, saling tuduh, permusuhan dan marah-marah terus terjadi.

(Devito, 1997:235).

Komunikasi antarpribadi dianggap paling efektif dalam upaya mengubah

sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis, berupa

percakapan. Arus balik bersifat langsung.

Adapun ciri-ciri komunikasi antar pribadi, yaitu (Liliweri, 1991:13) :

1. Spontan dan terjadi sambil lalu saja (umumnya tatap muka).

2. Tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu.

3. Terjadi secara kebetulan di antara peserta yang tidak mempunyai identitas

yang belum tentu jelas.

4. Berakibat sesuatu yang disengaja maupun ketidak sengajaan.

5. Kerap kali berbalas-balasan.

(5)

7. Harus membuahkan hasil.

8. Menggunakan berbagai lambang-lambang bermakna.

Komunikasi antarpribadi yang terjadi antara mahasiswa dan pegawai

perpustakaan bersifat spontan, tidak terjadi tahapan-tahapan antara mahasiswa dan

pegawai perpustakaan. Dapat dilihat adanya jarak ketika mahasiswa melakukan

komunikasi kepada pegawai. Tidak adanya keramahan dan tidak terlihat

hubungan keakraban antara mahasiswa dan pegawai perpustakaan.

2.1.2. Pengungkapan Diri (Self Disclosure)

Pengungkapan diri (self disclosure) adalah jenis dimana kita mengungkapkan informasi tentang diri kita sendiri yang biasanya kita sembunyikan.

Pernyataan-pernyataan tak disengaja yang menyangkut diri kita seperti selip lidah, gerakan

non verbal yang tidak disadari, serta pengakuan terbuka semuanya dapat

digolongkan ke dalam komunikasi pengungkapan diri (self disclosure). Tetapi biasanya istilah pengungkapan diri digunakan untuk mengacu pada pengungkapan

informasi secara sadar (Devito, 1997:61).

Pengungkapan diri (self disclosure) adalah informasi tentang diri sendiri, tentang pikiran, perasaan dan perilaku seseorang, atau tentang orang lain yang

sangat dekat yang sangat dipikirannya. Pengungkapan diri juga melibatkan

sedikitnya satu orang lain. Agar pengungkapan diri terjadi, tindak komunikasi

harus melibatkan sedikitnya dua orang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan diri (self disclosure) (Devito, 1997:62) :

1. Besar kelompok

Pengungkapan diri (self disclosure) lebih banyak terjadi dalam kelompok kecil. Diad (kelompok yang terdiri dari dua orang) merupakan lingkungan

yang paling cocok untuk pengungkapan diri.

2. Perasaan menyukai

Kita membuka diri kepada orang-orang yang kita sukai atau cintai. Ini

tidak mengherankan karena orang yang kita sukai akan bersikap

(6)

3. Efek diadik

Kita melakukan pengungkapan diri bila orang yang bersama kita juga

melakukan hal yang sama. Efek diadik ini membuat kita merasa lebih

aman dan nyatanya memperkuat perilaku pengungkapan diri kita sendiri.

4. Kompetensi

Orang yang kompeten lebih banyak melakukan dalam pengungkapan diri.

“Sangat mungkin bahwa mereka yang lebih kompeten juga merasa diri

mereka memang lebih dan karenanya mempunyai rasa percaya diri yang

lebih memanfaatkan pengungkapan diri” (James McCroskey).

5. Kepribadian

Orang-orang yang pandai bergaul dan ekstrovert melakukan pengungkapan diri lebih banyak.

6. Topik

Kita membuka diri dengan topik tertentu. Kita lebih mungkin

mengungkapan informasi diri tentang pekerjaan atau hobi ketimbang topik

yang lebih pribadi lainnya.

7. Jenis kelamin

Umunya, pria lebih kurang terbuka daripada wanita. Judy Pearson (1980)

mengungkapkan bahwa peran seks lah dan bukan jenis kelamin yang

menyebabkan perbedaan dalam hal pengungkapan diri ini.

Beberapa manfaat dan dampak pembukaan diri terhadap hubungan antar

pribadi adalah sebagai berikut (DeVito, 1997: 234):

1. Pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antara dua

orang.

2. Semakin kita bersikap terbuka kepada orang lain, maka orang tersebut

akan menyukai diri kita, sehingga ia akan semakin membuka diri kepada

kita.

3. Orang yang rela membuka diri kepada orang lain terbukti cenderung

memiliki sifat-sifat sebagai berikut: kompeten, terbuka, ekstrover,

(7)

4. Membuka diri pada orang lain merupakan dasar relasi yang

memungkinkan komunikasi intim baik dengan diri kita sendiri maupun

dengan orang lain.

Membuka diri berarti bersikap realistis, maka di dalam pembukaan diri kita

haruslah jujur, tulus, dan autentik.

Menurut DeVito, ada beberapa keuntungan dari self disclosure (DeVito, 1997: 30):

1. Memahami diri sendiri

2. Meningkatkan kemampuan untuk menghadapi rasa bersalah

3. Energy release

4. Meningkatkan efisiensi dan berkomunikasi

5. Membina hubungan yang bermakna

6. Kesehatan Fisiologis

Teori self disclosure atau pengungkapan diri merupakan proses mengungkap reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta

memberikan informasi guna memahami suatu tanggapan terhadap orang lain dan

sebaliknya. Membuka diri berarti membagikan kepada orang lain perasaan kita

terhadap suatu yang telah dikatakan atau dilakukannya atau perasaan kita terhadap

suatu kejadian-kejadian yang baru saja kita saksikan (DeVito, 1997: 231-232).

Pada penelitian ini dapat dilihat teori self disclosure dapat mengambil peran bagi pengguna perpustakaan untuk mengungkapan atau hanya sekedar

memberikan tanggapan kepada pegawai mengenai pelayanan yang diberikan oleh

pegawai perpustakaan. Begitu sebaliknya oleh pegawai, para pegawai dapat

memberikan informasi kepada pengguna mengenai perpustakaan, baik dari

fasilitas maupun tata letak buku atau lain sebagainya.

2.1.3. Strategi Komunikasi

Strategi pada umumnya adalah sebuah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah

(8)

arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan kondisi.

Strategi komunikasi harus didukung oleh teori, karena teori merupakan

pengetahuan berdasarkan pengalaman yang sudah diuji kebenarannya. Pada

penelitian ini peneliti menggunakan teori komunikasi berdasarkan jenisnya. James

Anderson (1996) menyebut pembagian teori berdasarkan jenis ini dengan nama

“wilayah teori konvensional”(conventionalized theory of domain) atau teori family. Teori ini terdiri atas 5 teori yaitu: (Wardhani:9)

a. teori struktural dan fungsional

b. teori kognitif dan tingkah laku

c. teori interaksi

d. teori interpretatif

e. teori kritis.

Teori struktural dan fungsional melihat komunikasi sebagai suatu proses

dimana individu menggunakan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan makna

kepada orang lain. Proses komunikasi yang baik sangat tergantung pada

pengunaan bahasa atau symbol secara baik dan tepat. Teori struktural dan

fungsional lebih menekankan pada akbat dari tindakan yang tidak disengaja

(unintended consequences) daripada hasil dari akibat yang disengaja.

Teori interaksi memandang kehidupan sosial sebagai suatu proses interaksi.

Dengan demikian, komunikasi merupakan bentuk interaksi. Komunikasi adalah

kendaran atau alat yang digunakan untuk brtingkah laku dan untuk memahami

serta memberi makna terhadap segala sesuatu di sekitar kita.

Komunikasi berfungsi sebagai perekat atau lem dalam masyarakat.

Masyarakat tidak akan ada tanpa komunikasi atau interaksi. Kelompok teori

interaksi merupakan salah satu teori penting dalam ilmu komunikasi karena teori

ini membuat komunikasi sebagai kekuatan yang sangat penting dalam kehidupan

sosial.

Interaksi akan mengarah pada makna yang dipahami bersama dan sekaligus

memperkuat makna bersama itu. Interaksi juga membangun berbagai konvensi

(9)

ini, makna akan selalu berubah dari waktu ke waktu, dari situasi satu ke situasi

lainnya, dan dari satu kelompok ke lainnya.

Pada penelitian ini kedua teori tersebut dapat digunakan untuk strategi

komunikasi pelayanan pegawai perpustakaan. Agar pegawai dapat berkomunikasi

secara efektif dengan para pengguna perpustakaan USU.

2.1.4. Kualitas Pelayanan

Menurut Kotler (2002:83) pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan

yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada puhak lain, yang pada dasarnya

tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Pelayanan

merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan

konsumen demi tercapainya kepuasan pada konsumen itu sendiri. Pada umumnya

pelayanan yang bertaraf tinggi akan menghasilkan kepuasan yang tinggi serta

pembelian ulang yang tinggi.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya pelayanan (Moenir,

2004:16), yaitu:

a. Adanya rasa cinta dan kasih sayang

Cinta dan kasih sayang membuat manusia bersedia mengorbankan apa

yang ada padanya sesuai kemampuannya, dieujudkan menjadi layanan

dan pengorbanan dalam batas ajaran agama, norma sopan santun, dan

kesusilaan yang hidup dalam masyarakat.

b. Adanya keyakinan untuk saling tolong menolong sesamanya

Rasa tolong menolong merupakan gerak naluri yang sudah melekat pada

manusia. Apa yang dilakukan seseorang untuk orang lain karena diminta

oleh orang yang membutuhkan pertolongan hakikatnya adalah pelayanan,

disamping ada unsure pengorbanan. Namun kata pelayanan hampir tidak

pernah digunakan dalam hubungan ini.

c. Adanya keyakinan bahwa berbuat baik kepada orang lain adalah salah satu

bentuk amal saleh.

Tanpa dilandasi faktor-faktor tersebut, tidak akan timbul kesadaran terhadap

(10)

memuaskan. Pada pemberian pelayanan terdapat beberapa faktor pendukung yang

penting (Moenir, 2004:41), yaitu:

a. Faktor karyawan yang sedang bertugas.

b. Faktor aturan yang menjadi landasan kerja pelayanan.

c. Faktor organisasi yang merupakan alat dan system untuk menjalankan

pelayanan.

d. Faktor pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup.

e. Faktor keterampilan karyawan.

f. Faktor sarana dalam pelaksanaan tugas pelayanan.

Faktor-faktor tersebut mempunyai peranan yang berbeda-beda tetapi saling

berpengaruh dan dapat mewujudkan pelayanan yang baik.

Kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan

keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi

harapan konsumen (Tjiptono). Kualitas pelayanan dapat diketahui dengan cara

membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan yang nyata-nyata mereka

terimaatau peroleh dengan pelayananan yang sesungguhnya mereka harapkan atau

inginkan terhadap atribut-atribut pelayanan.

Menurut Lukman (1999:14) “kualitas pelayanan adalah pelayanan yang

diberikan kepada pelanggan sesuai dengan standart pelayanan yang telah

dilakukan sebagai pedoman dalam memberikan layanan. Standar pelayanan

adalah ukuran yang telah ditentukan sebagai suatu pembakuan pelayanan yang

baik”.

Menurut Supranto (1997:107) menyebutkan beberapa dimensi atau ukuran

dari kualitas pelayanan, yaitu:

“Meliputi kenadalan (realiability), kemampuan untuk melaksanakan jasa yang

dijanjikan dengan tepat dan terpercaya, keresponsifan (responsiveness),

kemampuan untuk membantu pelanggan dan ketanggapan, keyakinan

(confidence) pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka

untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan (assurance), empati (empaty)

syarat untuk peduli memberikan perhatian pada pelanggan, berwujud (tangibles),

(11)

Dapat dilihat pada penelitian ini bagaimana pelayanan yang diberikan oleh

pegawai perpustakaan. Apakah pelayanan perpustakaan sudah memenuhi harapan

dari pengguna jasa perpustakaan.

2.1.5. Prinsip Kualitas Pelayanan

Menurut pendapat Pasuraman dalam Tjiptono mengemukakan ada lima

prinsip pelayanan publik agar kualitas pelayanan dapat dicapai, yaitu:

a. Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan

pegawai dan sarana komunikasi.

b. Keandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang

dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan.

c. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staff untun

membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.

d. Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan,

dan dapat dipercaya yang dimiliki para staff, bebas dari bahaya, resiko

atau keragu-raguan.

e. Empati (empaty), meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan

komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan

para pelanggan. (Tjiptono,1997:70)

Pada prinsip pelayanan ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh

pegawai perpustakaan untuk terciptanya kualitas pelayanan yang baik dimata

pengguna jasa perpustakaan. Agar terciptanya kepuasan pelanggan tersebut

pegawai perpustakaan harus memahami hal-hal apa saja yang dibutuhkan untuk

melayani para pengguna. Dapat dilihat pada prinsip kualitas pelayanan ada

beberapa hal yang mungkin dilupakan oleh pegawai perpustakaan untuk melayani

para pengguna perpustakaan.

2.1.6. Kepuasan Pelanggan

Menurut Schnaars (1991), pada dasarnya tujuan dari suatu bisnis adalah untuk

menciptakan para pelanggan yang merasa puas. Terciptanya kepuasan pelanggan

dapat memberikan beberapa manfaat, di antaranya hubungan antara perusahaan

(12)

pembelian ulang dan terciptanya loyalitas pelanggan, dan membentuk suatu

rekomendasi dari mulut ke mulut (word-of-mouth) yang menguntungkan bagi perusahaan (Tjiptono,1997:24).

Day (dalam Tse dan Wilton, 1988) menyatakan bahwa kepuasan atau

ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi

ketidaksesuaian (disconfirmation) yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja actual produk yang dirasakan setelah

pemakaiannya.

Kotler, et al (1996) menandaskan bahwa kepuasan pelanggan adalah tingkat

perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang ia rasakan di

bandingkan dengan harapannya (Tjiptono,1997:24).

Penemuan dari beberapa ahli antara lain Tse dan Wilton (1988) diperoleh

rumusan sebagai berikut (Tjiptono, 1997:36) :

Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa ada dua variabel utama yang

menentukan kepuasan, yaitu expectations dan perceived performance. Apabila perceived performance melebihi expectations, maka pelanggan akan puas, tetapi bila sebaliknya pelanggan akan merasa tidak puas.

Pemantauan dan pengukuran terhadap kepuasan pelanggan telah menjadi hal

yang sangat essensial bagi setiap perusahaan. Hal ini dikarenakan langkah tersebut

dapat memberkan umpan balik dan masukan bagi keperluan pengembangan dan

implementasi strategi peningkatan kepuasan pelanggan. Pada prinsipnya kepuasan

pelanggan dapat diukur dengan berbagai metode dan teknik.

Kotler, et al mengidentifikasi 4 metode untuk mengukur kepuasan pelanggan

(Tjiptono, 1997:34), yaitu:

1. Sistem keluhan dan saran

Setiap organisasi yang berorientasi pada pelanggan perlu

memberikan kesempatan yang luas kepada para pelanggannya untuk

menyampaikan saran, pendapat, dan keluhan mereka. Media yang

(13)

kartu komentar, saluran telepon bebas pulsa dan lain-lain. Informasi

yang didapatkan dalam metode ini dapat berupa ide-ide baru dan

masukan berharga kepada perusahaan.

2. Ghost Shopping

Salah satu cara untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan

pelanggan adalah dengan mempekerjakan beberapa orang (ghost shopping) untuk berperan atau bersikap sebagai pelanggan/pembeli potensial produk perusahaan dan pesaing. Kemudian mereka

melaporka temuan-temuannya mengenai kekuatan atau kelamahan

produk perusahaann dan pesaing berdasarkan pengalaman mereka

dalam membeli produk-produk tersebut.

3. Lost Customer Analysis

Perusahaan seyogyanya menghubungi para pelanggan yang telah

membeli atau yang telah pindah pemasok agar dapat memahami

mengapa hal itu terjadi dan dapat menambil kebijakan

perbaikan/penyempurnaan selanjutnya.

4. Survai Kepuasan Pelanggan

Umumnya banyak penelitian mengenai kepuasan pelanggan yang

dilakukan dengan penelitian survai, baik melalui pos, telepon

maupun wawancara pribadi (McNeal dan Lamb dalam Peterson dan

Wilson, 1992). Melalui survai perusahaan akan mendapatkan

tanggapan dan umpan balik.

Dalam menentukan tingkat kepuasan pengguna ada beberapa faktor yang

harus diperhatikan. Menurut Lupiyoadi (2001 : 158), terdapat lima faktor utama

yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Kualitas Produk

Pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan

bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.

2. Kualitas pelayanan

Pelanggan akan merasa puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang

baik atau yang sesuai dengan yang diharapkan.

(14)

Pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa orang

lain akan kagum terhadapnya jika menggunakan produk/jasa tertentu.

Kepuasan yang diperoleh bukan karena kualitas dari produk/jasa tetapi

dari nilai sosial yang didapat.

4. Harga

Produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga

yang relatif murah akan memberikan nilai yang tinggi kepada

penggunanya sehingga menimbulkan kepuasan.

5. Biaya

Pelanggan yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu

membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung

puas terhadap produk atau jasa itu.

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi atau menentukan kepuasan pengguna yaitu kualitas produk,

kualitas pelayanan, sistem pelayanan, biaya yang dikeluarkan oleh pengguna

untuk mendapatkan pelayanan tersebut.

2.1.7. Perpustakaan di Perguruan Tinggi

Kata perpustakaan berasal dari kata pustaka yang berarti kitab,

buku-buku. Kemudian kata pustaka mendapat awalan per dan akhiran an, menjadi

perpustakaan. Perpustakaan mengandung arti: (1) kumpulan buku-buku bacaan,

(2) bibliotek dan (3) buku-buku kesusasteraan. Pengertian yang lebih umum dan

luas dari perpustakaan adalah adalah suatu ruangan, bagian dari gedung/bangunan,

atau gedung itu sendiri yang berisi buku-buku koleksi, yang disusun dan diatur

sedemikian rupa, sehingga mudah untuk dicari dan dipergunakan apabila

sewaktu-waktu diperlukan oleh pembaca (Sutarno, 2003:7).

Dengan begitu perpustakaan mempunyai dan persyaratan tertentu, yaitu:

1. Adanya ruangan/gedung yang digunakan untuk perpustakaan.

2. Adanya koleksi bahan pustaka/bacaan dan sumber informasi.

3. Adanya petugas yang menyelenggarakan dan melayani pemakai.

(15)

6. Adanya suatu sistem atau mekanisme tertentu.

Maksud dibentuknya perpustakaan antara lain:

a. Tempat mengumpulkan dalam arti aktif, maksudnya perpustakaan tersebut

mempunyai kegiatan yang terus menerus untuk menghimpun sebanyak

mungkin informasi untuk dikoleksi.

b. Tempat mengolah atau memproses semua bahan pustaka, dengan metode

atau sistem tertentu.

c. Tempat menyimpan dan memelihara. Artinya ada kegiatan mengatur,

menyusun, menata, memelihara agar koleksi rapi, bersih, awet, tidak

mudah rusak, hilang dan berkurang.

d. Sebagai salah satu pusat informasi, sumber belajar, penelitian, dan

rekreasi. Memberikan layanan kepada pemakai, seperti membaca,

meminjam, meneliti dengan cara cepat, tepat, mudah dan murah.

e. Membangun tempat informasi yang lengkap dan up to date bagi pengembangan pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skill) dan perilaku/sikap (attitude). (Sutarno, 2003:25).

Sesuai dengan maksud-maksud tersebut, maka tujuan dari perpustakaan

adalah agar terciptanya masyarakat yang terdidik, terpelajar, terbiasa membaca

dan berbudaya tinggi. Masyarakat yang demikian senantiasa mengkuti peristiwa

dan perkembangan mutakhir karena menguasai sumber informasi dan ilmu

pengetahuan. Masyarakat tersebut mempunyai pandangan dan wawasan yang

luas, bersikap mandiri, percaya diri dan dapat mengikuti kemajuan zaman.

Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang terdapat

dilingkungan pendidikan tinggi seperti, universitas, institute, sekolah tinggi,

akademi dan lembaga perguruan tinggi lainnya. Perpustakaan perguruan tinggi

dibentuk untuk memenuhi kebutuhan informasi mahasiswa dan dosen. Namun

demkian banyak juga perpustakaan memberikan layanan kepada pengguna di luar

lembaga pendidikannya.

Secara umum tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah menunjang tri

dharma perguruan tinggi, yaitu penyelenggaraan pendidikan, penelitian dan

(16)

dosen dan mahasiswa, serta tenaga kependidikan di perguruan tinggi itu dalam

proses pembelajaran

Sistem pengelolaan perpustakaan perguruan tinggi secara umum terdapat

dua sistem, yaitu (Zen dan Hermawan, 2006:34) :

1. Sistem sentralisasi : yaitu pada perguruan tinggi yang bersangkutan hanya

diakui satu system perpustakaan, yaitu perpustakaan pusat. Semua

kegiatan perpustakaan dikelola oleh suatu lembaga. Di Indonesia,

perguruan tinggi negeri hanya mengenal system sentralisasi. Keuntungan

system ini antara lain lebih efisiensi dalam hal tenaga dan dana. Namun

kurang menguntungkan bila dilihat dari sisi layanan kepada pengguna.

2. Sistem desentralisasi : yaitu system dimana pada perguruan tinggi tersebut

terdapat berbagai jenis perpustakaan, misalnya perpustakaan fakultas,

perpustakaan jurusan. Kalaupun ada perpustakaan di tingkat Universitas,

statusnya hanya sebagai koordinator.

Pada umumnya layanan perpustakaan bersifat sosial atau nirlaba, karena tidak

mencar keuntungan materi atau bersifat komersial, meskipun didalamnya tidak

menutup kemungkinan memerlukan biaya. Kegiatan layanan perpustakaan

biasanya berbentuk jasa. Oleh sebab itu perpustakaan perlu memperhatikan

sejumlah faktor agar kegiatannya dapat berjalan baik. (Sutarno,2003:63)

faktor-faktor itu antara lain:

a. Layanan perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

b. Diusahakan agar pelanggan merasa senang dan puas.

c. Prosesnya mudah, sederhana dan efisien.

d. Caranya cepat dan tepat waktu dan tepat sasaran.

e. Diciptakan suasana ramah, supel dan menarik.

f. Bersifat membimbing, namun tidak terkesan menggurui.

g. Dapat menimbulkan perasaan ingin tahu lebih jauh buat pelanggan.

h. Menimbulkan kesan baik, sehingga terdorong ingin sering ke

perpustakaan.

Untuk dapat menciptakan suatu sistem layanan perpustakaan seperti yang

(17)

berasal dari dalam ataupun dari luar perpustakaan, sifatnya manusiawi, teknis dan

nonteknis. Hal-hal tersebut antara lain: (Sutarno, 2003:64).

a. Suasana kerja yang kondusif.

b. Tim kerja yang solid dan kompak.

c. Komunikasi yang harmonis antara pimpinan dan bawahan, antara bawahan

dan bawahan, antara sesame atasan, ke dalam dan ke luar organisasi.

d. Ketenangan dan kesenangan bekerja pegawai.

e. Kesejahteraan pegawai.

f. Perhatian dan perlindungan pimpinan terhadap bawahan.

g. Rasa salng hormat-menghormati.

h. Kebersamaan dan perasaan senasib seperjuangan.

i. Faktor kemungkinan pengembangan karir dan promosi.

j. Keteladanan pemimpin.

k. Kelengkapan sarana dan prasarana.

l. Keamanan dan keselamatan kerja.

Untuk memaksimalkan pelayanan dapat dilihat dari iklim organisasi,

keamanan dan keselamatan kerja, kebersamaan dan perasaan senasib dan

seperjuangan dan juga kelengkapan sarana dan prasarana.

2.2 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan kemampuan peneliti menyusun konsep

operasional peneliti yang bertitik tolak pada keragka teori dan tujuan penelitian,

dalam kerangka konsep harus dapat menunjukkan secara sistematis variabel

variabel penelitian, yang menjadi kerangka operasional. Variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Variabel bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang diduga sebagai penyebab atau

pendahulu dari variabel yang lain.

2. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang

(18)

“Bila X maka Y” , X adalah variabel bebas dan Y adalah variabel tak bebas.

(Suwardi, 1998:11)

2.3 Variabel Operasional

Tabel. 1 variabel operasional

Variabel Teoritis Variabel Operasional

1. Variabel Bebas (x)

Strategi Komunikasi Pelayanan

Pegawai Perpustakaan USU

- Bukti Langsung (tangibles) - Keandalan (reliability) - Daya Tanggap

(responsiveness) - Jaminan (assurance) - Empati (empaty)

2. Variabel Terikat (y)

Kepuasan Mahasiswa

- Kualitas Produk

- Kualitas pelayanan

- Emosional

- Harga

- Biaya

3. Variabel Antara (z)

Karakteristik responden

2.4. Defenisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang

telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Maka variabel yang terdapat dalam

penelitian perlu didefinisikan sebagai berikut :

Variabel Bebas (x)

1. Bukti Langsung (tangibles)

(19)

2. Keandalan (reliability)

Kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat

dan memuaskan.

3. Daya tanggap (responsiveness)

Keinginan para staff untun membantu para pelanggan dan memberikan

pelayanan dengan tanggap.

4. Jaminan (assurance)

Mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan dapat dipercaya

yang dimiliki para staff, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan.

5. Empati (empaty)

Meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik,

perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan.

Variabel Terikat (y)

1. Kualitas pelayanan

Pelanggan akan merasa puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang

baik atau yang sesuai dengan yang diharapkan.

2. Emosional

Kepuasan yang diperoleh bukan karena kualitas dari produk/jasa tetapi

dari nilai sosial yang didapat.

3. Biaya

Pelanggan tidak mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang

waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung puas terhadap

produk atau jasa.

Variabel Antara (z)

1. Jenis kelamin : laki-laki dan perempuan

2. Usia : usia responden yang mengisi kuesioner

3. Jurusan/Fakultas : jurusan/fakultas responden

(20)

2.5. Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu proposisi atau pernyataan tentang hubungan

antara dua atau lebih variabel. Dalam suatu penelitian, hipotesis berfungsi sebagai

jawaban sementara (tentative answer) bagi masalah atau pertanyaan penelitian, yang oleh karenanya perlu diuji melalui prosedur pengujian hipotesis. (Suwardi,

1998:13).

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Ho : tidak ada pengaruh pelayanan pegawai perpustakaan terhadap

kepuasan mahasiswa saat meminjam buku di perpustakaan Universitas

Sumatera Utara.

2. Ha : ada pengaruh pelayanan pegawai perpustakaan terhadap kepuasan

mahasiswa saat meminjam buku di perpustakaan Universitas Sumatera

Gambar

Tabel. 1 variabel operasional

Referensi

Dokumen terkait

Institut Hukum Internasional (the Institute of International Law) mendefinisikan pengakuan terhadap suatu negara baru sebagai suatu tindakan satu atau lebih negara

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa: (1) pemberian IBA konsentrasi 0- 75 ppm pada pertumbuhan bibit manggis tidak berpengaruh pada semua

Penelitian pengaruh penggunaan media pembelajaran interaktif model tutorial dalam pembelajaran fisika materi impuls dan momentum terhadap kemampuan berpikir

Kegagalan implementasi tersebut kemudian muncul gagasan yang menempatkan pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyatnya , Ciri utama Negara ini

Secara genetik, sapi Simmental adalah sapi potong yang berasal dari wilayah beriklim dingin, merupakan sapi tipe besar, mempunyai volume rumen yang besar,

Pekerja seks komersial adalah para pekerja yang bertugas melayani aktivitas seksual dengan tujuan untuk mendapatkan upah atau imbalan dari yang telah memakai

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga.. Tesis Akta PPAT

perlu dibangun tempat khusus sebagai wadah dalam jual beli ikan. Dalam menunjang laju perkembangan masyarakat dan