• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETENAGAKERJAAN DAN SEKTOR INFORMAL EKON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KETENAGAKERJAAN DAN SEKTOR INFORMAL EKON"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya kami

dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Paper Ketenagakerjaan dan Sektor Informal”

dengan tepat waktu. Tugas ini merupakan syarat wajib bagi mahasiswa Jurusan Perencanaan

Wilayah dan Kota (PWK) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dalam

penyelesaian mata kuliah Ekonomi Kota.

Laporan ini merupakan penyampaian hasil survei yang disajikan dalam bentuk karya

tulis. Wilayah yang menjadi objek survei penulis adalah lingkup wilayah Surabaya. Makalah ini

berisi tentang identifikasi masalah ekonomi kota khususnya aspek sector informal kota.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen pembimbing mata kuliah Ekonomi

Kota serta kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi dan membantu dalam

penyusunan laporan ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Melalui makalah ini kami berharap dapat memberikan manfaat kepada penulis sendiri

serta kepada pembaca dalam rangka menganalisis dan memberikan konsep penanganan

masalah ekonomi kota yang terjadi. Pada akhirnya kami selaku penulis mengharapkan kritik

dan saran dari pembaca guna menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik.

Surabaya, Maret 2016

(3)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 1

1.3 Sistematika Penulisan ... 2

BAB II PEMBAHASAN ... 3

2.1 Pasar Tenaga Kerja ... 3

2.2 Faktor – Faktor Permintaan Tenaga Kerja ... 3

2.3 Faktor – Faktor Penawaran Tenaga Kerja ... 4

2.4 Kurva Tenaga Kerja (Supply dan Demand) ... 7

2.5 Ketidakseimbangan Tenaga Kerja ... 7

2.6 Sektor Informal ... 9

2.7 Hubungan Ketenagakerjaan dan Sektor Informal dengan Ekonomi Kota ... 12

2.8 Studi Kasus ... 13

BAB III PENUTUP ... 15

3.1 Kesimpulan ... 15

(4)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Negara berkembang memiliki karakteristik ganda dalam pasar tenaga kerjanya. Pasar

dibagi antara sektor formal dan sektor informal. Hal ini biasanya di karakteristikkan dengan

tingkat gaji tinggi dan gaji rendah, penghasilan mereka dapat juga dikenali dari tingkat

pendidikan. Dua sektor ini adalah hasil dari ketidaksamaan yang berarti dan keterputusan

dalam sistem ekonomi mereka. Ada ketidaksamaan kelembagaan antara pasar tenaga kerja

formal dan informal karena mereka menjalankan dengan dua latar tenaga kerja yang

berbeda, yang menghasilkan perbedaan yang cukup signifikan antara produktivitas tenaga

kerja dan gaji mereka. Selain itu, nampak pembatasan atas mobilitas tenaga kerja antara

sektor formal dan informal yang memberikan kesan adanya pasar tenaga kerja yang

terputus

Pasar Tenaga Kerja adalah seluruh aktivitas dari pelaku-pelaku untuk

mempertemukan pencari kerja dengan lowongan kerja, atau proses terjadinya penempatan

dan atau hubungan kerja melalui penyediaan dan penempatan tenaga kerja. Pelaku-pelaku

yang dimaksud disini adalah pengusaha, pencari kerja dan pihak ketiga yang membantu

pengusaha dan pencari kerja untuk dapat saling berhubungan.

Pasar tenaga kerja yang tidak fleksibel diyakini merupakan penyebab utama kondisi

tersebut. Bentuk-bentuk kekakuan dalam pasar tenaga kerja yang disebabkan oleh

berbagai regulasi pemerintah seperti upah minimum provinsi (UMP), aturan pesangon, dan

aturan perlindungan kerja dinilai sangat memberatkan pengusaha. Berdasarkan alasan

tersebut, terdapat rekomendasi agar pemerintah mengurangi perannya dalam bentuk

berbagai regulasi di pasar tenaga kerja. Konsekuensinya, peran bipartit (pengusaha dan

pekerja) akan menentukan keseimbangan pasar.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah:

1. Memahami materi tentang sector informal dan ketenagakerjaan serta menjelaskan

(5)

2

2. Memberikan contoh studi kasus yang berkaitan dengan materi sector informal dan

ketenagakerjaan

1.3 Sistematika Penulisan

Pada makalah ini terdapat tiga bab yang berguna untuk mempermudah pembaca

dalam memahami isi dari makalah ini secara keseluruhan mengenai Ketenagakerjaan dan

Sektor Informal.

Bab I Merupakan bab pendahuluan dan awal dari makalah ini. Bab ini berisikan

latar belakang, tujuan, serta sistematika pembahasan dari tugas ekonomi kota mengenai

Ketenagakerjaan dan Sektor Informal.

Bab II Berisi tentang definisi dan penjelasan terkait ketenagakerjaan, pasar tenaga

kerja, permintaan dan penawaran, sektor informal, serta studi kasus dan keterkaitan

ketenagakerjaan dan sektor informal dengan ekonomi kota.

Bab III Merupakan bab akhir yaitu penutup dari makalah ini dan berisi tentang

(6)

3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pasar Tenaga Kerja

Seluruh aktivitas dari para pelaku yang tujuannnya adalah mempertemukan

pencari kerja dan lowongan kerja. Pasar Tenaga Kerja atau kegiatannya biasa dikenal

dengan istilah bursa tenaga kerja mempunyai manfaat dan atau fungsi yang sangat luas,

baik dalam sektor ekonomi maupun sektor - sektor yang lain.

Fungsi Pasar Tenaga Kerja diantaranya :

 Sebagai Sarana Penyaluran Tenaga Kerja, dimana bursa tenaga kerja akan

mempertemukan antara para pencari kerja dan lembaga atau instansi yang

membutuhkan kerja

 Sebagai sarana untuk mendapatkan informasi tentang ketenagakerjaan,

 Sebagai sarana untuk mempertemukan pencari kerja dan orang atau lembaga yang

membutuhkan tenaga kerja,

Manfaat adanya bursa tenaga kerja diantaranya :

 Dapat membantu para pencari kerja dalam memperoleh pekerjaan sehingga dapat

mengurangi penggangguran,

 Dapat membantu orang-orang atau lembaga-lembaga yang memerlukan tenaga

kerja untuk mendapatkan tenaga kerja,

 Dapat membantu pemerintah dalam mengatasi permasalahan ketenagakerjaan,

2.2 Faktor – Faktor Permintaan Tenaga Kerja a. Tingkat Upah

Tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi

perusahaan. Kenaikan tingkat upah akan mengakibatkan kenaikan biaya produksi,

yang selanjutnya akan meningkatkan harga per unit produk yang dihasilkan. Apabila

harga per unit produk yang dijual ke konsumen naik, reaksi yang biasanya timbul

adalah mengurangi pembelian atau bahkan tidak lagi membeli produk tersebut.

Kondisi ini memaksa produsen untuk mengurangi jumlah produk yang dihasilkan,

yang selanjutnya juga dapat mengurangi akibat perubahan skala produksi disebut

(7)

4

barang modal yang lain tetap, maka pengusaha mempunyai kecenderunga untuk

menggantikan tenaga kerja dengan mesin. Penurunan jumlah tenaga kerja akibat

adanya penggantian dengan mesin disebut efek substitusi (substitution effect).

b. Produktifitas

Beberapa jumlah tenaga kerja yang diminta dapat ditentukan oleh beberapa

tingkat produktifitas dari tenaga kerja itu sendiri. Apabila untuk menyelesaikan suatu

proyek tertentu dibutuhkan 30 karyawan dengan produktifitas standar yang bekerja

selama 6 bulan. Namun dengan karyawan yang produktifitasnya melebihi standar,

proyek tersebut dapat disesaikan oleh 20 karyawan dengan waktu 6 bulan

c. Teknologi

Penggunaan teknologi dalam perusahaan akan mempengaruhi beberapa

jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Kecanggihan teknologi saja belum tentu

mengakibatkan penurunan jumlah tenaga kerja. Karena dapat terjadi kecanggihan

teknologi yang menyebabkan hasil produksi yang lebih baik, namun kemampuanya

dalam menghasilkan produk dalam kuantitas yang sama atau relatif sama, yang lebih

berpengaruh dalam menetukan permintaan tenaga kerja adalah kemampuan mesin

untuk menghasilkan produk dalam kuantitas yang lebih besar dari pada kemampuan

manusia. Misalnya, mesin huller (penggilingan padi) akan mempengaruhi permintaan

tenaga kerja untuk menumbuk padi.

d. Harga Barang Modal

Harga barang modal mempengaruhi (berbanding lurus) harga produksi.

Semakin mahal harga barang modal maka harga produksi akan akan mahal juga.

Harga yang mahal mengakibatkan berkurangnya jumlah pembeli. Berkurangnya

jumlah pembeli akan mempengaruhi pendapatan perusahaan yang mengakibatkan

pengurangan jumlah tenaga kerja. Begitu pula sebaliknya.

2.3 Faktor – Faktor Penawaran Tenaga Kerja

Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran tenaga kerja

menurut Khairani (2010):

(8)

5

Makin besar jumlah penduduk, makin banyak tenaga kerja yang tersedia baik

untuk angkatan kerja atau bukan angkatan kerja dengan demikian jumlah penawaran

tenaga kerja juga akan semakin besar.

b. Struktur Umur

Penduduk Indonesia termasuk dalam struktur umur muda, ini dapat dilihat dari

bentuk piramida penduduk Indonesia. Meskipun pertambahan penduduk dapat

ditekan tetapi penawaran tenaga kerja semakin tinggi karena semakin banyaknya

penduduk yang memasuki usia kerja, dengan demikian penawaran tenaga kerja juga

akan bertambah.

c. Produktivitas

Produktivitas merupakan suatu konsep yang menunjukkan adanya kaitan

antara output dan jam kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk dari

seseorang tenaga kerja yang tersedia. Secara umum produktivitas tenaga kerja

merupakan fungsi daripada pendidikan, teknologi, dan keterampilan. Semakin tinggi

pendidikan atau keterampilan tenaga kerja maka semakin meningkat produktivitas

tenaga kerja.

d. Tingkat Upah

Secara teoritis, tingkat upah akan mempengaruhi jumlah penawaran tenaga

kerja. Apabila tingkat upah naik, maka jumlah penawaran tenaga kerja akan

meningkat dan sebaliknya. Hal ini dapat dibuktikan pada kurva penawaran tenaga

kerja yang berslope positif. Semakin tinggi jumlah upah yang ditawarkan maka para

tenaga kerja berbondong – bondong untuk mendaftar pada perusahaan tersebut

demikian pula sebaliknya.

e. Kebijakan Pemerintah

Dalam menelaah penawaran tenaga kerja maka memasukkan kebijakan

pemerintah kedalamnya adalah sangat relevan. Misalnya kebijakan pemerintah dalam

hal belajar 9 tahun akan mengurangi jumlah tenaga kerja, dan akan ada batas umur

kerja menjadi lebih tinggi. Dengan demikian terjadi pengurangan jumlah tenaga

kerja.

(9)

6

Wanita yang mengurus rumah tangga tidak termasuk dalam angkatan kerja,

tetapi mereka adalah tenaga kerja yang potensial yang sewaktu-waktu bisa memasuki

pasar kerja. Dengan demikian semakin besar jumlah wanita yang mengurus rumah

tangga maka penawaran tenaga kerja akan berkurang atau sebaliknya.

g. Penduduk yang bersekolah

Sama dengan hal di atas penduduk yang bersekolah tidak termasuk dalam

angkatan kerja tetapi mereka sewaktu-waktu dapat menjadi tenaga kerja yang

potensial, dengan demikian semakin besar jumlah penduduk yang bersekolah berarti

supply tenaga kerja akan berkurang. Oleh karena itu jumlah penduduk yang

bersekolah perlu diperhitungkan untuk masa yang akan datang.

h. Keadaan Ekonomi

Keadaan perekonomian dapat mendesak seseorang untuk bekerja memenuhi

kebutuhannya, misalnya dalam satu keluarga harus bekerja semua apabila

pendapatan suami tidak mencukupi kebutuhan keluarga, atau seorang mahasiswa

yang tamat tidak mau bekerja karena perekonomian orang tua sangat memadai, atau

seorang istri tidak perlu bekerja karena perekonomian suami sudah mencukupi.

i. Keputusan Untuk Bekerja

Penawaran kerja dipengaruhi oleh keputusan seseorang apakah dia mau

bekerja atau tidak. Keputusan ini tergantung pula pada tingkah laku seseorang untuk

menggunakan wanktunya, apakah digunkan untuk kegiatan lain yang sifatnya lebih

santai (konsumtif), atau kombinasi keduanya. Apabila dikaitkan dengan tingkat upah,

maka keputusan untuk bekerja seseorang akan dipengaruhi pula oleh tinggi

rendahnya penghasilan seseorang. Apabila penghasilan tenaga kerja relatif sudah

cukup tinggi, maka tenaga kerja tersebut cenderung untuk mengurang waktu yang

dialokasikan untuk bekerja. Hal tersebut menyebabkan bentuk dari kurva penawaran

membelok ke kiri yang dikenal dengan backward bending supply curve (Sonny

(10)

7

Kurva Backward Bending Supply

2.4 Kurva Tenaga Kerja (Supply dan Demand)

a. Equilibrium dalam Supply dan Demand Tenaga Kerja

Keseimbangan dalam penawaran dan permintaan tenaga kerja terjadi saat

jumlah orang yang menawarkan tenaganya untuk bekerja adalah sama dengan jumlah

tenaga kerja yang diminta, yaitu pada grafik diatas pada titik E. pada kondisi ini tidak

ada yang orang yang menanggur. Secara ideal keadaan ini disebut full employment

pada tingkat upah We tersebut.

2.5 Ketidakseimbangan Tenaga Kerja

(11)

8

Kurva excess supply of labor diatas menggambarkan ketidakseimbangan

ketenagakerjaan berupa lebih besarnya penawaran disbanding permintaan terhadap

tenaga kerja. Pada tingkat upah W1 penawaran tenaga kerja (SL) lebih besar daripada

permintaan tenaga kerja (DL). Jumlah tenaga kerja yang menawarkan dirinya untuk

bekerja adalah sebanyak N2 sedangkan diminta hanya N1. Dengan demikian ada orang

yang menganggur pada tingkat upah W1 ini sebanyak N1N2

b. Excess demand of labor

Kurva excess demand of labor diatas menggambarkan ketidakseimbangan

ketenagakerjaan berupa lebih besarnya permintaan dibanding penawaran terhadap

tenaga kerja. Pada tingkat upah W2 permintaan tenaga kerja (DL) lebih besar daripada

penawaran tenaga kerja (SL). Jumlah tenaga kerja yang menawarkan dirinya untuk

(12)

9

2.6 Sektor Informal

Sektor informal adalah semua bisnis komersial dan non-komersial (atau aktivitas

ekonomi) yang tidak terdaftar, yang tidak memiliki struktur organisasi formal dan secara

umum memiliki ciri-ciri: dimiliki oleh keluarga, kegiatan berskala kecil, padat karya,

menggunakan teknologi yang diadaptasi dan bergantung pada sumber daya local

(Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi). Sektor informal perkotaan adalah mereka

para pekerja di sektor informal yang berada di wilayah perkotaan. Dimana perbedaan

antara sektor informal dan formal dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel perbedaan sector formal dan informal

Aspek Sektor Informal Sektor Formal

Skala usahanya Kecil dan tak berbadan hukum Menengah hingga besar dan

berbadan hukum

Kelayakan usaha Tidak ada/seadanya Ada dan diprioritaskan

Pembukuan usaha Tidak ada/sederhana Ada sesuai standar

Permodalan Kecil Menengah hingga besar

Perencanaan usaha Ada sambil jalan Ada dan terus menerus

Sumber modal  Milik sendiri/patungan

 Bermitra dengan bank

plecit (lembaga keuangan

tidak resmi

 Milik sendiri/patungan

 bermitra dengan Bank umum

(lembaga keuangan resmi)

Perputaran modal Lambat Cepat

Pengakuan negara Tidak ada/kecil Diakui

Perlindungan

hukum

Tidak ada/kecil Dilindungi

Bantuan negara Tidak ada/tidak sampai Rutin

Izin usaha Tidak resmi Resmi dari negara

Pemberi izin RT/RW/tetangga usaha Negara

Unit usaha Mudah berganti Relatif tetap

Kegiatan usaha Kurang terorganisasi Sangat terorganisasi

Organisasi Kekeluargaan Birokrasi

(13)

10

a. Kondisi Sektor Informal di Indonesia

Pada gambar diatas menunjukkan transformasi struktural dalam pasar kerja Indonesia,

terutama darisudut pandang status pekerjaan. Sebelum terjadinya krisis finansial tahun

1997, Indonesia berada dalam jalur yang nyata dengan menurunnya sektor informal dan

meningkatnya sektor ketenagakerjaan formal. Namun, tren ini berbalik arah sebagai

dampak dari krisis. Sebenarnya,sangat jelas hingga tahun 2003 ada tren balik dalam

proporsi tenaga kerja formal dan informal. Dalam lima tahun terakhir, proporsi tersebut

tetap sama. Secara garis besar, penyerapan tenaga kerja dalam sektor formal meliputi

sekitar 30 persen dari pekerja, di mana 70 persen lainnya masuk ke dalam ekonomi

informal.

Pada tabel dibawah dapat dilihat bahwa jumlah tenaga kerja informal setiap

tingkat pendidikan akan sangat jauh berbeda. Tingkat pendidikan dengan jumlah pekerja

informal terbesar adalah pada tingkat SD sedangkan jumlah pekerja informal terkecil

adalah pada tingkat universitas. Lalu berdasarkan sektor nya, pekerja informal

(14)

11

Dari tabel diatas juga menunjukkan bahwa sektor informal walaupun didominasi

oleh kaum pria tetapi juga mampu menyerap pekerja kaum perempuan. Perempuan

terlibat dalam ekonomi informal sebagai hasil dari peran mereka dalam merawat anak dan

melakukan pekerjaan rumah tangga. Gallaway dan Bernasek (2002) menggunakan data

IFLS 1993 menegaskan anggapan bahwa perempuan Indonesia yang bekerja di sektor

informal adalah kaum perempuan yang tidak memiliki peluang lain, berpendidikan paling

rendah dan berpenghasilan paling minim.

b. Dampak Adanya Sektor Informal

Keberadaan sektor informal perkotaan dalam suatu tatanan perekonomian suatu

wilayah karena sektor ini telah terbukti lebih tahan terhadap resesi ekonomi dibandingkan

dengan usaha-usaha yang berskala besar (B.J. Habibie ). Sektor informal telah

menyelamatkan ketenagakerjaan di kota-kota besar di Indonesia dengan menyerap

banyak tenaga kerja dan memberikan tambahan pendapatan bagi pelakunya.

(Salatta,2007:46; dan Haris,2004:73).

Sisi positifnya juga dirasakan ditempat asal mereka, karena para pelaku sektor informal

perkotaan umumnya mengirim uang ke desa minimal sekali setahun. Pengiriman uang

(15)

12

(Setiono,2004:5) Sekalipun dilihat dari segi produksi sektor informal secara ekonomi

kurang menguntungkan, tetapi ternyata dapat menunjang kehidupan dari sebagian besar

penduduk perkotaan yang terbelenggu kemiskinan (Haris,2004:124)

2.7 Hubungan Ketenagakerjaan dan Sektor Informal dengan Ekonomi Kota

Pertumbuhan ekonomi dan ketenagakerjaan memiliki hubungan yang erat karena

penduduk yang bekerja berkontribusi dalam menghasilkan barang dan jasa sedangkan

pengangguran tidak memberikan kontribusi. Hal ini juga dijelaskan pada Hukum Okun

yang menyatakan bahwa adanya hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan

pengangguran. dimana semakin tinggi tingkat pengangguran, semakin rendah tingkat

pertumbuhan ekonominya (GDP/ Produk Nasional Bruto)

Sektor Informal perkotaan sangat berpengaruh dalam perekonomian suatu kota

terutama dalam bidang penyerapan tenaga kerja dan pendapatan masyarakat. Dimana

Sektor informal telah memberikan andil ± 65% dalam penyerapan tenaga kerja (Setiono

(2004:5)). Sehingga sektor informal dapat dijadikan solusi alternative terhadap

peningkatan pengangguran saat terjadinya kondisi Excess supply of labor (kelebihan

penawaran tenaga kerja). Hal tersebut secara nyata terbukti saat krisis melanda negara

Indonesia tahun 1997, sektor informal terbukti mampu menunjukkan ketangguhan dan

mampu menjadi peredam (buffer) gejolak di pasar kerja perkotaan dengan menampung

limpahan jutaan buruh korban pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor formal.

Keberadaan sektor informal membuat angka pengangguran dan kemiskinan tidak

meledak sedahsyat yang ditakutkan. Pascakrisis, sektor informal kembali menjadi katup

pengaman di tengah ketidakmampuan pemerintah dan sektor formal menyediakan

lapangan kerja. Dalam enam tahun terakhir, nyaris tak ada tambahan lapangan kerja baru

di sektor formal, yang terjadi justru penciutan. Menurut data Badan Pusat statistik (BPS),

sektor informal menyerap 70 persen angkatan kerja yang bekerja dewasa ini, sementara

sektor formal hanya 30 persen. Sektor informal yang diwakili usaha mikro, kecil, dan

menengah (UMKM) menyumbang 55,8 persen produk domestik bruto (PDB) tahun 2005

dan 19 persen dari total ekspor Secara global, Sektor informal di negara-negara

berkembang juga memberi kontribusi kepada GDP sebesar 20% hingga 70% (Sookram

(16)

13

2.8 Studi Kasus

Sumber : Jurnal Peran Sektor Informal Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja (Studi

Pada Pedagang Pasar Tugu Kota Malang)

Penulis jurnal : Lathifa Hapsari (Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi

Dan Bisnis Universitas Brawijaya)

Tahun Terbit : Tahun 2015

Jumlah Halaman : 20 lembar

Latar Belakang

Peningkatan jumlah penduduk yang memicu urbanisasi dari desa ke kota.

Dimana kota tidak mampu lagi menyediakan lapangan pekerjaan di sektor formal,

sehingga sektor informal sebagai alternative pilihan. Data statistik BPS tahun 2010

menyebutkan bahwa Kota Malang merupakan salah satu destinasi pendatang terbesar

ke 3 setelah Kota Surabaya dan Sidoarjo untuk wilayah Jawa Timur dengan jumlah

pendatang pada tahun 2010 sebanyak 241.672 jiwa. Sehingga dilakukan sebuah

penelitian mengenai peran sektor informal dalam penyerapan tenaga kerja di Pasar

Tugu Kota Malang dengan melihat faktor internalnya berupa upah, produktifitas, dan

modal

Lokasi penelitian berada di Pasar Tugu Kota Malang atau yang biasa dikenal

dengan nama Wisata Belanja Tugu, karena merupakan salah satu kawasan penataan

sektor informal bagi pedagang informal, baik PKL maupun non-PKL Kota Malang yang

sekaligus ditujukan sebagai tempat wisata sesuai dengan arahan Kebijakan dan

Strategi Pola Ruang Wilayah Kota Pasal 17 ayat (2) poin (1) yaitu strategi

pengembangan dan pengendalian kawasan budidaya, diantaranya adalah

mengarahkan dan menata kasawan bagi kegiatan sektor informal.  Pembahasan

Sektor informal telah terbukti memberikan kontribusi tersendiri terutama

dalam mengurangi angka pengangguran di Indonesia. Selama tahun 2008-2010

penduduk yang bekerja di sektor informal terus mendominasi yakni 69.14% menjadi

(17)

14

Penyerapan tenaga kerja di sektor informal dengan studi kasus pada Pasar

Tugu Kota Malang dipengaruhi oleh variabel upah, produktifitas dan modal kerja

sebesar 51,1%. Serta rata-rata setiap unit usaha sektor ekonomi informal di Pasar Tugu

Kota Malang dapat menyerap 2 orang tenaga kerja. Jumlah ini dapat meningkat

signifikan seiring dengan kenaikan hasil penjualan oleh masing-masing pemilik usaha.

Upah berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, sedangkan

variabel produktifitas dan modal tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan

tenaga kerja. Faktor produktifitas tidak berpengaruh signifikan karena sektor informal

tidak mensyaratkan produksi bagi pengusaha, sehingga peningkatan permintaan

terhadap output tidak langsung berkaitan dengan kebutuhan penambahan tenaga

kerja, sedangkan modal tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap penyerapan

tenaga kerja dalam penelitian ini karena sektor informal adalah usaha yang tidak

mensyaratkan modal besar untuk memulai maupun melangsungkan usaha.  Kesimpulan

1. Jika nilai produktifitas dan modal dijaga tetap konstan, maka semakin besar upah

berpengaruh pada peningkatan penyerapan tenaga kerja.

2. Jika tingkat upah dan produktifitas bernilai konstan, maka semakin besar nilai

modal tidak berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja.

3. Jika tingkat upah dan modal dijaga tetap konstan, maka semakin besar tingkat

produktifitas tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan penyerapan

(18)

15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pasar Tenaga Kerja atau kegiatannya biasa dikenal dengan istilah bursa tenaga

kerja mempunyai manfaat dan atau fungsi yang sangat luas, baik dalam sektor ekonomi

maupun sektor - sektor yang lain sedangkan sektor informal adalah semua bisnis

komersial dan non-komersial (atau aktivitas ekonomi) yang tidak terdaftar, yang tidak

memiliki struktur organisasi formal dan secara umum memiliki ciri-ciri: dimiliki oleh

keluarga, kegiatan berskala kecil, padat karya, menggunakan teknologi yang diadaptasi

dan bergantung pada sumber daya local.

Sektor Informal perkotaan sangat berpengaruh dalam perekonomian suatu kota

terutama dalam bidang penyerapan tenaga kerja dan pendapatan masyarakat. Dimana

Sektor informal telah memberikan andil ± 65% dalam penyerapan tenaga kerja sehingga

sektor informal dapat dijadikan solusi alternative terhadap peningkatan pengangguran

saat terjadinya kondisi Excess supply of labor (kelebihan penawaran tenaga kerja).

Sehingga sektor informal kembali menjadi katup pengaman di tengah ketidakmampuan

(19)

16

LAMPIRAN HASIL DISKUSI

1. Lidia Rubianto

Bagaimana penjelasan kurva ketidak seimbangan?

Jawab:

a. Excess supply of labor

Kurva excess supply of labor diatas menggambarkan ketidakseimbangan

ketenagakerjaan berupa lebih besarnya penawaran disbanding permintaan terhadap

tenaga kerja. Pada tingkat upah W1 penawaran tenaga kerja (SL) lebih besar daripada

permintaan tenaga kerja (DL). Jumlah tenaga kerja yang menawarkan dirinya untuk

bekerja adalah sebanyak N2 sedangkan diminta hanya N1. Dengan demikian ada orang

yang menganggur pada tingkat upah W1 ini sebanyak N1N2

b. Excess demand of labor

Kurva excess demand of labor diatas menggambarkan ketidakseimbangan

(20)

17

tenaga kerja. Pada tingkat upah W2 permintaan tenaga kerja (DL) lebih besar daripada

penawaran tenaga kerja (SL). Jumlah tenaga kerja yang menawarkan dirinya untuk

bekerja pada upah W2 adalah sebanyak N3 orang sedangkan diminta hanya N4.

2. Arofatuz Zulfa

Pada slide dampak positif terdapat kalimat “menambah dinamika kehidupan ekonomi

wilayah pedesaan”. Apa hubungannya sektor informal dengan denganpedesaan?

Jawab:

Hal ini berhubungan ketika orang yang bekerja sebagai sektor informal memberikan uang

hasil penjualan ke sanak saudara mereka di desa. Jadi mereka tidak perlu datang untuk ke

kota tetapi bisa memanfaatkan dengan bijaksana uang yang dikirimkan untuk

mengembangkan usaha di kota.

3. Angelina Rointan

Pada hubungan permintaan tenaga kerja, jika upah menurun maka permintaan

meningkat. Bagaimana hubungan supplay dan demand ketenagakerjaan?

Jawab:

Keseimbangan dalam penawaran dan permintaan tenaga kerja terjadi saat jumlah

orang yang menawarkan tenaganya untuk bekerja adalah sama dengan jumlah tenaga kerja

yang diminta, yaitu pada grafik diatas pada titik E. pada kondisi ini tidak ada yang orang

yang menanggur. Secara ideal keadaan ini disebut full employment pada tingkat upah We

tersebut.

4. Hasya Aghnia

Apa dampak negative sektor informal?

(21)

18

Sisi Negatif, karakteristik PKL yang menggunakan ruang untuk kepentingan umum,

terutama di pinggir jalan dan trotoar untuk melakukan aktivitasnya yang mengakibatkan

tidak berfungsinya sarana-sarana kepentingan umum. Tidak tertampungnya kegiatan PKL

di ruang perkotaan, menyebabkan pola dan struktur kota moderen dan tradisional berbaur

menjadi satu sehingga menimbulkan suatu tampilan yang kontras. Bangunan moderen

nan megah berdampingan dengan bangunan sederhana bahkan cenderung kumuh. Perlu

adanya upaya yang terpadu dari pihak terkait untuk menertibkan Pedagang Kaki Lima ini

sebagai upaya untuk mengembalikan fungsi ruang publik sesuai peruntukkannya.

5. Gea Ferosa

Sektor informal juga menambah masalah. Apa yang harus dilakukan supaya membantu

perekonomian kota?

Jawab:

Terdapat batasan – batasan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang

tidak boleh dilakukan. Hal tersebut diiringi dengan pengawasan yang ketat. Batasan –

batasan tersebut dapat berupa peraturan – peraturan. Akan tetapi peraturan tersebut akan

sia – sia jika tidak diimbangi dengan ketegasan aparat pemerintah yang bertugas bagian

penertiban. Oleh karena itu diperlukan pula keseriusan para aparan penertiban.

6. Faiz

Pada Slide dampak positif Sektor informal menyatakan bahwa sektor informal lebih tahan

resesi. Mengapa? Bagaimana mengurangi dampak resesi?

Jawab :

Resesi adalah pelemahan. Dalam perekonomian hal ini berarti ekonomi sedang

mengalami pelesuan. Dimana permintaan suatu produk sangat kecil. Hal ini biasanya

didukung karena terjadinya inflasi. Dikatakan sektor infolmal lebih tahan daripada sektor

formal adalah jika terjadi resesi maka hal terburuk yang akan terjadi adalah PHK besar –

besaran. Sedangkan jika sektor informal tidak akan mengalami yang namanya PHK karena

usaha yang dilakukan adalah milik sendiri. Jadi para pekerja sektor infoormal masih bisa

bertahan.

Cara mengatasi resesi yang dilakukan oleh para pelaku sektor informal adalah dengan

mengurangi kuantitas yang sebelumnya. Contoh penjual soto. Ketika terjadi inflasi dimana

(22)

19

Jika biasanya pada 1 porsi soto terdapat 1 potong ayam, maka ketika terjadi inflasi,

pedagang soto tersebut akan mengurangi porsi ayamnya menjadi lebih kecil (suwiran).

Jika masih belum bisa menutupi pengeluaran maka jika biasanya kuah soto kental maka

akan dibuat lebih encer. Begitu seterrusnya sampai dirasa pedagang memiliki untung.

7. Herman

Apakah variabel kemiskinan juga mempengaruhi perekonomian?

8. Johan Satria

Bagaimana pengertian dari sektor infromal? Apa yang membedakannya? Apakah sektor

informal baik bagi perkotaan?

Jawab :

Sektor informal adalah semua bisnis komersial dan non-komersial (atau aktivitas

ekonomi) yang tidak terdaftar, yang tidak memiliki struktur organisasi formal dan secara

umum memiliki ciri-ciri: dimiliki oleh keluarga, kegiatan berskala kecil, padat karya,

menggunakan teknologi yang diadaptasi dan bergantung pada sumber daya local.

Sektor informal baik untuk perekonomian perkotaan karena adanya sektor informal

membantu meringankan jumlah pengangguran. Dimana para pencari kerja yang tidak

tertampung pada sektor formal akan bekerja pada sektor informal. Selain itu keberadaan

sector informal baik dengan catatan mereka tertata misalnya PKL, keberadaan PKL baik bagi

perkotaan karena dengan demikian dapat menyerap tenaga kerja namun PKL yang ada

disediakan tempat khusus atau sejenis sentra PKL untuk mengintegrasikan PKL agar tidak

berjejer dibahu jalan. Untuk perbedaan keduanya dapat dilihat pda tabel berikut ini:

Aspek Sektor Informal Sektor Formal

Skala usahanya Kecil dan tak berbadan

hukum

Menengah hingga besar dan

berbadan hukum

Kelayakan usaha Tidak ada/seadanya Ada dan diprioritaskan

Pembukuan usaha Tidak ada/sederhana Ada sesuai standar

Permodalan Kecil Menengah hingga besar

Perencanaan

usaha

Ada sambil jalan Ada dan terus menerus

(23)

20

Tidak ada/kecil Dilindungi

Bantuan negara Tidak ada/tidak sampai Rutin

Izin usaha Tidak resmi Resmi dari negara

Pemberi izin RT/RW/tetangga usaha Negara

Unit usaha Mudah berganti Relatif tetap

Kegiatan usaha Kurang terorganisasi Sangat terorganisasi

Organisasi Kekeluargaan Birokrasi

Teknologi Sederhana dan padat karya Modern dan padat modal

Pendidikan formal Tidak begitu diperlukan Sangat diperlukan

Keterampilan Tidak berasal dari lembaga

formal/alamiah

Berasal dari lembaga formal

Jam kerja Tidak tentu Rutin, profesional

Stok barang Sedikit hingga sedang Sedang hingga besar

Kualitas barang Rendah hingga menengah Standar

Omzet Tidak tentu dan sulit

diprediksi

Tidak tentu akan tetapi dapat

diprediksi

Khalayak pasaran Kelas bawah, menengah,

hingga atas

Kelas bawah, menengah, hingga atas

Jumlah karyawan Tidak tentu, biasanya 1-5

orang

Tidak tentu, lebih dari 5 orang

Hubungan kerja Kekeluargaan dan saling

percaya

(24)

21

Hubungan

majikan dan

karyawan

Kekeluargaan, teman,

tetangga

Bebas memilih karyawan sesuai

kebutuhan

Tenpat usaha Mudah berpindah-pindah

dan sempit

Permanen dan luas

Kontribusi

terhadap negara

Relatif kecil Relatif besar

Karakteristik

usaha

Referensi

Dokumen terkait

Menurut hukum Islam terhadap pelaksanaan penerimaan dana zakat yang dibayarkan oleh muzakki kepada operator dengan pemotongan sejumlah pulsa yang kemudian diserahkan dalam

Parahnya lagi, sebagian mereka, yakni dedengkot ahli khurafat sampai mengatakan kepada Ahlussunnah yang selalu berpegang dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, “Kalian mengambil ilmu

Hasil percobaan perkecambahan menunjukkan bahwa pemberian ekstrak tajuk teki umur 2 dan 3 bulan setelah tanam, umbi teki semua umur, serta seluruh bagian teki semua

Kegiatan ini diadakan setiap satu bulan sekali.Kegiatan kelas ibu hamil di Puskesmas Plupuh I dilaksanakan pada setiap wilayah desa, yang biasanya bertempat di Poli

Isu etnisitas atau identitas etnis memang sering dimunculkan kembali oleh elit lokal maupun elit politik dalam satu dekade terakhir pada saat pemilihan kepala

Variabel independen yaitu usia, jenis kelamin, besar uang saku, aktivitas fi sik, pola konsumsi makanan, beban glikemik, tingkat konsumsi zat gizi (energi, karbohidrat, lemak

Kedalaman kemiskinan menunjukkan rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap batas miskin (garis kemiskinan), sedangkan keparahan kemiskinan menunjukkan

Tingkat persepsi responden diidentifikasi menurut Setiawan (2013) dengan menganalisa pertanyaan tertutup pada kuesioner. Jawaban responden dijumlahkan kemudian dibagi kedalam