• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cabang dan Aliran filsafat pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Cabang dan Aliran filsafat pendidikan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

CABANG DAN ALIRAN DALAM FILSAFAT

MAKALAH

Dalam rangka memenuhi tugas perkuliahan mata kuliah Filsafat Ilmu

Dosen Pengampu

Dr. Mohamad Erihadiana, M.Pd.

Makalah Bahan Diskusi Kelompok 2

1152020096

Imam Ubaidillah

1152020111

Lalita Nur Alifia

1152020113

Laras Puji Astuti

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya dan hanya kepada-Nyalah kita berhak bersyukur dan tiada yang lain selain Allah, karena sesungguhnya Allah-lah yang mampu memberikan kita kekuatan untuk mengerjakan segala sesuatu yang kita lakukan.

Shalawat serta salam semoga tercurahlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa kita kepada jalan yang benar. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Ilmu. Kami berharap makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang mengarahkan kepada hal yang baik, dan mampu menjadi petunjuk untuk pembahasan yang kami bahas. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.

Bandung, Oktober 2017

Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... BAB I PENDAHULUAN...

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 1

BAB II PEMBAHASAN... A. Cabang dan Aliran Filsafat 2

BAB III PENUTUP...

A. Kesimpulan 13

B. Penutup 13

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam hidup manusia tampak adanya upaya pengkhususan tentang apa yang dipikirkan. Pada suatu generasi, orang mampu memperhatikan, memikirkan, dan menyikapi dunia ini sebagai suatu kesatuan. Pada generasi berikutnya seseorang memperhatikan, memikirkan, dan menyikapi dunia ini hanya bagian-bagian tertentu. Sementara orang lain memperhatikan, memikirkan, dan menyikapi dunia ini untuk bagian yang lain. Dengan istilah yang berkembang secara umum telah terjadi spesialisasi. Namun sampai saat ini sulit ditemukan apa sebenarnya yang mendorong manusia melakukan spesialisasi tersebut karena banyak alasan yang dapat dikemukakan.

Hal seperti itu terjadi juga dalam perkembangan filsafat. Para filosof pada tahap tahap awal seperti Socrates, Plato, Aristoteles, dan sebagainya masih memfilsafatkan segala sesuatu secara keseluruhan. Namun khususnya para filosof yang tergolong generasi muda atau para pakar filsafat berupaya memecah-mecah isi filsafat menjadi beberapa bagian agar lebih mudah memahami filsafat. Membaginya didasarkan atas kekhususan objek yang dipelajari dan oleh karena ada banyak cara memandang materi filsafat tersebut terjadilah cabang-cabang filsafat.

Dari adanya perbedaan sudut pandang tersebut maka terjadi perbedaan proses dan hasil berpikir yang diikuti sikap yang saling mempertahankan pendapatnya mau tidak mau akan memunculkan aliran-aliran.

Maka dari itu dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai cabang-cabang filsafat dan juga aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat.

B. Rumusan Masalah

Setelah latar belakang masalah diketahui, maka penulis merumuskannya dalam pertanyaan sebagai berikut:

(5)

BAB II PEMBAHASAN

A. Cabang dan Aliran Filsafat

Dalam buku filsafat umum karya Prof. Ahmad tafsir disebutkan bahwa secara garis besarnya filsafat dibagi dalam tiga cabang besar yaitu1:

1. Teori Pengetahuan, pada dasarnya membicarakan cara memperoleh pengetahuan, disebut epistemologi.

Epistemologi membicarakan sumber pengetahuan dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan.

Tatkala manusia baru lahir, ia tidak mempunyai pengetahuan sedikit pun. Nanti, tatkala ia 40 tahunan, pengetahuannya banyak sekali sementara kawannya yang seumur dengan dia mungkin mempunyai pengetahuan yang lebih banyak daripada dia dalam bidang yang sama atau berbeda. Bagaimana mereka itu masing-masing mendapatkan pengetahuan itu? Mengapa dapat juga berbeda tingkat akurasinya? Hal-hal semacam ini dibicarakan di dalam epistemologi.

Istilah epistemologi untuk pertama kalinya muncul dan digunakan oleh J. F. Ferrier pada tahun 1854. Pengetahuan manusia ada tiga macam, yaitu pengetahuan ains, pengetahuan filsafat dan pengetahuan mistik. Pengetahuan itu diperoleh manusia melalui berbagai cara dan dengan menggunakan berbagai alat. Ada beberapa aliran yang berbicara tentang ini.

a. Empirisme

Aliran empirisme berpendapat bahwa pengetahuan dan pengalaman manusia didapat dari hubungan manusia dengan lingkungannya melalui alat indra, bukan melalui pikiran. Atang Abdul Hakim juga menggambarkan bahwa John Locke (1632-1704 M) yang dianggap sebagai Bapak empirisme berpendapat bahwa

“manusia lahir tidak punya pengetahuan atau pengalaman apapun pengetahuan baru diperoleh setelah manusia menggunakan indranya Menangkap apa yang

(6)

ada di lingkungannya apa yang benar-benar ada adalah seperti yang dapat ditangkap oleh alat indra keberadaan manusia misalnya ya apa yang dapat dilihat atau dapat ditangkap indra yang lain tentang manusia.”

Kelemahan aliran ini cukup banyak, kelemahan pertama ialah indera terbatas. Benda yang jauh kelihatan kecil. Apakah benda itu kecil? Tidak. Keterbatasan kemampuan indera ini dapat melaporkan objek tidak sebagaimana adanya; dari sini akan terbentuk pengetahuan yang salah. Kelemahan kedua ialah indera menipu. Pada orang yang sakit malaria, gula rasanya pahit, udara panas dirasakan dingin, ini akan menimbulkan pengetahuan empiris yang salah juga.

Ketiga ialah objek yang menipu. Contohnya ilusi, fatamorgana. Kelemahan keempat berasal dari Indera dan objek sekaligus. Dalam hal ini indera (disini mata) tidak mampu melihat seekor kerbau secara keseluruhan dan kerbau itu juga tidak dapat memperlihatkan badannya secara keseluruhan. Kesimpulannya ialah empirisme lemah karena keterbatasan indera manusia.

b. Rasionalisme

Secara singkat aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan di ukur dengan akal. memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja.

c. Positivisme

(7)

Jadi pada dasarnya aliran ini bukanlah suatu aliran yang khas berdiri sendiri. Ia hanya menyempurnakan empirisme dan rasionalisme yang bekerjasama dengan kata lain ia menyempurnakan metode ilmiah scientific method dengan memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran ukuran.

d. Intuisionisme

Henry bergson 1859 1941 adalah tokoh aliran ini. Ia menganggap tidak hanya indera yang terbatas akal juga terbatas. Objek-objek yang kita tangkap itu adalah objek yang selalu berubah, demikian Bergson. Jadi pengetahuan kita tentangnya tidak pernah tetap atau akal juga terbatas.

Dengan menyadari keterbatasan indera dan akal seperti di terangkan diatas Bergson mengembangkan satu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia, yaitu intuisi. Ini adalah hasil evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan instinct, tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya. Pengembangan kemampuan ini (intuisi) memerlukan suatu usaha. Kemampuan inilah yang dapat memahami kebenaran yang utuh, yang tetap, yang unique. Intuisi ini menangkap objek secara langsung tanpa melalui pemikiran. Jadi, indera dan akal hanya mampu menghasilkan pengetahuan yang tidak utuh (spatial), sedangkan intuisi dapat menghasilkan pengetahuan yang utuh, tetap.

e. Kritisme

Kritisme yang menyatakan bahwa akal menerima bahan-bahan pengetahuan dari empiris (yang meliputi indra dan pengalaman). Kemudian akal menempatkan, mengatur dan menertibkan dalam bentuk-bentuk pengamatan yakni dalam ruang dan waktu. Pengamatan merupakan permulaan pengetahuan sedangkan pengolahan akan merupakan pembentuknya. Tokoh-tokohnya adalah Imanuel Kant (1724-1804). aliran kritisme Kant ini nampaknya mensintesakan antara rasionalisme dan empirisme.2

f. Pragmatisme

Pragmatis, aliran ini tidak mempersoalkan tentang hakikat pengetahuan namun mempertanyakan tentang pengetahuan dengan manfaat atau guna dari

(8)

pengetahuan tersebut dengan kata lain perkataan kebenaran pengetahuan hendaklah dikaitkan dengan manfaat dan sebagai sarana bagi suatu perbuatan. Tokoh-tokoh aliran pragmatisme antara lain: C.S Pierce (1839 – 1914), yang menyatakan bahwa yang terpenting adalah manfaat apa yang dapat dilakukan pengetahuan dalam suatu rencana. Tokoh yang lainnya adalah Willyam Jammes (1824 – 1910), yang menyatakan bahwa urusan kebenran sesuatu hal adalah ditentukan oleh akibat praktisnya.

g. Idealisme3

Idealisme adalah aliran filsafat yang menganggap bahwa realitas ini terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiwa (self) dan bukan benda material dan kekuatan. Istilah idealisme yang menunjukkan suatu pandangan dalam filsafat belum lama dipergunakan orang.

Namun demikian, pemikiran tentang ide telah dikemukakan oleh Plato sekitar 2.400 tahun yang lalu. Menurut Plato, realitas yang fundamental adalah ide, sedangkan realitas yang tampak oleh indera manusia adalah bayangan dari ide tersebut. Bagi kelompok idealis alam ini ada tujuannya yang bersifat spiritual. Hukum-hukum alam dianggap sesuai dengan kebutuhan watak intelektual dan moral manusia. Mereka juga berpendapat bahwa terdapat suatu harmoni yang mendasar antara manusia dengan alam. Manusia memang bagian dari proses alam, tetapi ia juga bersifat spiritual, karena manusia memiliki akal, jiwa, budi, dan nurani.

Tokoh-tokoh aliran idealisme, antara lain: Plato (477 -347 Sb.M), B. Spinoza (1632 -1677), Liebniz (1685 -1753), Berkeley (1685 -1753), J. Fichte (1762 -1814), F. Schelling (1755 -1854) dan G. Hegel (1770 -1831).

2. Teori hakikat, membicarakan pengetahuan itu sendiri, disebut ontologi.

Ontologi adalah teori hakikat yang mempertanyakan setiap eksistensi4. Bidang pembicaraan teori hakikat luas sekali, segala yang ada dan yang mungkin

3 https://dwicitranurhariyanti.wordpress.com/filsafat-ilmu/cabang-dan-aliran-filsafat/ diakses pada tanggal 4 Oktober 2017 pukul 16:24.

(9)

ada, yang boleh juga mencakup pengetahuan dan nilai (yang dicarinya ialah hakikat pengetahuan dan hakikat nilai). Nama lain untuk teori hakikat ialah teori tentang keadaan (langeveld).

Apa itu hakikat? Hakikat ialah realitas; realitas ialah ke-real-an; ‘real’ artinya kenyataan yang sebenarnya; jadi, hakikat adalah kenyataan yang sebenarnya, keadaan sebenarnya sesuatu, bukan keadaan yang sementara atau keadaan yang menipu, bukan keadaan yang berubah. Lihatlah pengandaian ini. Pada hakikatnya pemerintahan demokratis menghargai pendapat rakyat. Mungkin orang pernah menyaksikan pemerintahan itu melakukan tindakan sewenang-wenang, tidak menghargai pendapat rakyat. Itu hanyalah keadaan sementara, bukan hakiki. Yang hakiki pemerintahannya demokratis.

Cabang dari teori hakikat diantaranya:

a. Kosmologi, yakni membicarakan hakikat asal, hakikat susunan, hakikat berada, juga hakikat tujuan kosmos.

b. Antropologi, membicarakan hakikat manusia. c. Fhedicea, membicarakan hakikat Tuhan.

Tiga hal diatas merupakan sebagian dari cabang teori hakikat, karena cabang dari teori hakikat banyak sekali.5

3. Teori nilai, membicarakan guna pengetahuan itu, disebut aksiologi.

Aksiologi terdiri atas dua hal utama yakni etika dan estetika.6 a. Filsafat Etika

Etika adalah bagian filsafat nilai dan penilaian yang membicarakan perilaku manusia. Kata etika bersumber dari bahasa latin etika, etiket, etis, dan sebagainya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terdapat tiga arti filsafat etika yaitu:

 Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan

kewajiban moral (akhlak).

 Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.

5 Ahmad Tafsir. Op.Cit., h. 28-29.

(10)

 Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau

masyarakat.

Kriteria etika berasal dari banyak sumber dan oleh karena itu ada banyak kriteria untuk menilai Apakah tingkah laku manusia dinilai melanggar nilai etika atau tidak. Dari berbagai norma etika yang berlaku dapat disederhanakan menjadi beberapa kategori atau aliran seperti pembahasan di bawah ini.

1) Aliran Naturalisme

Menurut aliran ini perilaku atau semua hal yang terkait perilaku manusia dikatakan baik dari sudut pandang etika adalah tingkah laku yang sesuai dengan sifat alamiahnya atau fitrahnya. Kalau secara alamiah manusia tidak perlu berpakaian maka manusia dianggap tidak melanggar etika meskipun manusia tidak berpakaian.

2) Aliran Hedonisme

Menurut aliran ini baik tidaknya tingkah laku manusia dinilai dari sudut kenikmatan. Orang boleh saja makan apapun kalau memang makanan tersebut mendatangkan kenikmatan, tidak peduli makanan itu dilarang oleh ajaran agama ataupun ketentuan yang lain-lain.

3) Aliran Vitalisme

Orang tidak dilarang berbuat apapun asal yang diperbuat itu berguna untuk hidupnya, meskipun mungkin tidak sesuai dengan aturan yang berlaku di lingkungannya.

4) Aliran Utilitarisme

Baik tidaknya perbuatan manusia bergantung pada nilai kemanfaatannya. Apapun boleh dimakan asal bermanfaat untuk hidup bagi orang yang memakannya ataupun bagi orang lain.

5) Aliran Idealisme

Menurut pandangan idealisme perbuatan yang baik adalah perbuatan yang sesuai dengan norma yang bernilai tinggi. Nilai yang tertinggi bagi bangsa Indonesia adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Dalam kondisi yang bagaimana pun manusia Indonesia harus berperilaku sesuai Pancasila.

(11)

Kriteria etika yang dipakai aliran ini adalah norma yang berasal dari firman Tuhan Apabila ada suatu masyarakat maka yang harus dianut hanya ajaran tuhan.

b. Filsafat Estetika

Keberadaan rasa indah dan keindahan khususnya yang ada pada manusia juga merupakan objek kajian filsafat yang dikenal dengan filsafat estetika. Kata estetika sendiri meskipun bukan kata asli Bahasa Indonesia, tetapi sudah diserap dan dipakai dikalangan banyak orang dan disetarakan dengan kata keindahan atau seni untuk lebih memahami filsafat estetika perlu dipahami apa hakikat keindahan.

Estetika adalah bagian filsafat tentang nilai dan penilaian yang memandang karya manusia dari sudut indah dan jelek.

Estetika merupakan aspek hidup manusia yang lebih banyak menyangkut ranah perasaan manusia dan oleh karena itu lebih bersifat subjektif. Oleh karena itu persoalan penilaian indah atau tidak indahnya sesuatu tidak dapat diukur dengan kriteria yang benar-benar baku. Tentang aliran-aliran seni yang berkembang di masyarakat secara ringkas dapat diulas sebagai berikut:

1) Terjadinya aliran atau perbedaan selera tentang estetika atau Seni menyangkut persoalan reaksi psikologi pribadi manusia terhadap indah atau tidak indahnya suatu objek.

2) Tentang dari mana munculnya keindahan yang terwujud dalam bentuk karyaseni, ada yang mengatakan bahwa keindahan sebuah karya seni itu muncul dari kebebasan rasa seni yang dimiliki seseorang tanpa terikat oleh objektivitas yang berasal dari luar manusia.

3) Penilaian keindahan karya seni juga menyangkut pertanyaan apakah indahnya seni itu perlu ditinjau dari kemurnian ciptaannya ataukah yang penting wujud keindahan aslinya.

(12)

5) Perbedaan tentang seni sebagai wujud ekspresi keindahan juga terdapat pada persoalan bentuk pemanfaatan karya seni.

Sedangkan dalam buku filsafat ilmu karya Jujun S Suriasumantri bahwa pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup tiga segi yakni Apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika), mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika), serta apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika). Ketiga cabang utama filsafat ini kemudian bertambah lagi yakni, pertama, teori tentang ada: teori tentang hakikat keberadaan zat, tentang hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran yang semuanya terangkum dalam metafisika; dan kedua, politik: yakni kajian mengenai organisasi social/pemerintahan yang ideal. Kelima cabang utama ini kemudian berkembang lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian yang lebih spesifik diantaranya7:

1. Epistemologi (filsafat pengetahuan) 2. Etika (filsafat moral)

3. Estetika (filsafat seni) 4. Metafisika8

Ditinjau dari arti katanya meta berarti dibalik atau di belakang sedangkan

fisika berarti alam sedangkan maknanya adalah sesuatu yang ada di balik alam indera. Metafisika adalah cabang filsafat yang membahas tentang hakikat segala sesuatu.

Pembahasan metafisika ditempatkan pada urutan yang pertama karena kenyataannya manusia, secara keseluruhan maupun secara individual, cenderung menaruh perhatian yang pertama pada sesuatu yang paling jauh dari dirinya, yaitu di balik alam, baru memperhatikan alam, dan justru manusia sendiri diperhatikan kemudian. Hal ini dapat dikaitkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan secara

7 Jujun S. Suriasumantri. 2009. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan., h. 32-33.

(13)

umum yaitu yang muncul pertama adalah ilmu filsafat, disusul ilmu-ilmu kealaman (natural sciences) baru kemudian muncul ilmu-ilmu sosial.

Dari sejarah filsafat juga dapat diketahui bahwa pada awalnya Aristoteles tidak menyebutkan apa yang ditemukan dan disampaikan kepada orang lain dengan istilah filsafat, tetapi dengan istilah metafisis atau metafisika. Justru orang lain yang menyebut ajaran Aristoteles itu dengan istilah filsafat. Jadi pada awalnya arti filsafat sama dengan metafisika dan memang keduanya memiliki makna yang sama, yaitu mencari dan membahas hakikat sesuatu dan segala sesuatu.

Adapun aliran-aliran dalam metafisika adalah sebagai berikut: a. Ditinjau dari pembentukannya, terdapat aliran-aliran:

1) Spritualisme; aliran filsafat yang menyatakan bahwa kenyataan yang terdalam alam semesta yaitu roh.

2) Materialisme yaitu aliran filsafat yang menyatakan bahwa tidak ada hal yang nyata kecuali materi.

b. Ditinjau dari substansi/bahan yang membentuk terdapat aliran-aliran: 1) Mononisme; aliran filsafat yang menyatakan bahwa hanya ada satu

kenyataan yang terdalam (yang funda mental).

2) Dualisme; yaitu aliran yang menyatakan adanya dua substansi pokok yang masing-masing berdiri sendiri.

3) Monodualisme; hakikat segala sesuatu terdiri dari dua substansi, tetapi keduanya merupakan kesatuan, tidak terpisah.

4) Paralelisme; hakikat segala sesuatu terdiri dari dua substansi, terpisah, tetapi selalu sejajar, searah.

5) Pluralisme; yaitu aliran filsafat yang tidak mengakui adanya satu substansi atau hanya dua substansi melaikan mengakui adanya banyak substansi.

c. Ditinjau dari dinamika objek

(14)

2) Hakikat segala sesuatu adalah diam. Gerak pun sebenarnya adalah diam. Gerak yang kita lihat sebenarnya semu.

d. Ditinjau dari tempat beradanya objek 1) Hakikat berada pada objek itu sendiri.

2) Hakikat beradanya kebenaran ada pada pikiran manusia. e. Ditinjau dari proses terjadinya

1) Aliran kausalisme; hakikat sesuatu itu merupakan hasil suatu akibat. 2) Hakikat sesuatu itu harus di cari dengan bertanya untuk apa manusia

ada.

f. Ditinjau dari kebebasan terjadinya sesuatu

1) Aliran determinisme; hakikat terjadinya sesuatu karena sudah di tentukan oleh suatu kekuasaan atau kekuatan.

2) Aliran indeterminisme; segala sesuatu tidak di tentukan oleh

Selain dua pembahasan mengenai cabang filsafat di atas, dalam literature lain yang penulis temukan terdapat banyak pendapat tentang macam-macam cabang filsafat yang ada, di antaranya9:

1. Dalam eerste Naderlanche Systematiche Ingerichte Encyclopedia

(15)

e. Filsafat Alam

f. Filsafat Kebudayaan g. Filsafat Antropologi

2. Ajaran Plato pada pokoknya di bedakan menjadi cabang-cabang: a. Dialektika

b. Fisika c. Etika

3. Ajaran Aristoteles dapat di bedakan menjadi: a. Logika

b. Filsafat Teoritik c. Filsafat Praktis

4. Louis O Kattsoft menyebutkan cabang-cabang filsafat: a. Logika

b. Metodologi c. Metafisika d. Epistemology e. Filsafat Biologi f. Filsafat Sosiologi g. Filsafat Antropologi h. Etika

i. Estetika

(16)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada dasarnya ada tiga cabang besar dalam filsafat yakni teori pengetahuan (epistemologi), teori hakikat (ontologi), dan teori nilai (aksiologi). Semakin lama perkembangan filsafat dari generasi ke generasi memiliki sudut pandang yang beragam, maka terjadilah munculnya aliran-aliran dari cabang-cabang yang ada dalam filsafat. Spesialisasi cabang tersebut untuk memudahkan dalam pemahaman dalam memahami filsafat.

B. Saran

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tafsir. 2016. Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani. 2008. Filsafat Umum Dari Mitologi Sampai Teofilosofi. Bandung: CV Pustaka Setia.

Jujun S. Suriasumantri. 2009. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Soegiono dan Tamsil Muis. 2012. Filsafat Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sutardjo A. Wiramihardja. 2015. Pengantar Filsafat: Sistematika dan Sejarah Filsafat, Logika dan Folsafat Ilmu (Epistemologi), Metafisika dan Filsafat Manusia, Aksiologi. Bandung: PT Refika Aditama.

https://dwicitranurhariyanti.wordpress.com/filsafat-ilmu/cabang-dan-aliran-filsafat/ diakses pada tanggal 4 Oktober 2017 pukul 16:24.

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa filsafat pendidikan Islam merupakan suatu kajian secara filosofis mengenai berbagai masalah yang terdapat dalam

Sejarah filsafat itu sendiri menunjukkan bahwa pada mulanya filsafat dan agama itu adalah ibarat dua serangkai yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, hidup

Upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan memerlukan paradigma yang jelas, guna dijadikan dasar dalam penetapan tujuan yang ingin dicapai. Banyak aliran filsafat

Upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan memerlukan paradigma yang jelas, guna dijadikan dasar dalam penetapan tujuan yang ingin dicapai. Banyak aliran filsafat

Hasil penelitian menjelaskan bahwa Filsafat dalam Islam di kenal dalam istilah al- hakim sebagai alat untuk memahami Al-Qur’an.Memahami Al-Qur’an tidak mudah

Matematika dan filsafat mempunyai sejarah keterikatan satu dengan yang lain sejak jaman Yunani Kuno. Matematika di samping merupakan sumber dan inspirasi bagi para filsuf,

Upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan memerlukan paradigma yang jelas, guna dijadikan dasar dalam penetapan tujuan yang ingin dicapai. Banyak aliran filsafat

Ajaran-ajaran pokok empirisme antara lain: 1 Anggapan bahwa semua ide atau gagasan merupakan hal yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami: 2 Satu-satunya sumber pengetahuan