• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep DAN LAPORAN DAN PPH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Konsep DAN LAPORAN DAN PPH"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PETA PERMASALAHAN HUKUM

TERKAIT PENEGAKAN HUKUM

KEIMIGRASIAN

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka pelaksanaan analisis dan evaluasi hukum nasional, Kementerian Hukum dan HAM telah membentuk Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional sebagai salah satu unit eselon II di Badan Pembinaan Hukum Nasional berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, c.q. Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 29 Tahun 2015 tentang Struktur Organisasi Tata Kerja Kementerian Hukum dan HAM.

Pelaksanaan analisis dan evaluasi hukum merupakan salah satu agenda “Revitalisasi Hukum” yang akan segera dikeluarkan oleh Presiden Joko Widodo agar dapat mendeteksi peraturan perundang-undangan bermasalah akibat hyperregulasi, tumpang tindih, disharmonis, kontradiktif, multitafsir, tidak efektif atau menyebabkan biaya tinggi, serta merekomendasikan perubahan atau pencabutannya. Mengingat begitu banyak dan kompleksnya permasalahan yang ada, maka pelaksanaan kegiatan analisis dan evaluasi harus memperhatikan peta permasalahan hukum yang ada di seluruh daerah.

(3)

akurat mengenai permasalahan hukum di daerah akan sangat membantu terciptanya perencanaan hukum terpadu dan sistematis baik di pusat maupun di daerah.

Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta Nomor : W10.HN.01.05 -64 Tahun 2016 tentang Tim Penyusunan Peta Permasalahan Hukum Tahun 2016, Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta melakukan Penyusunan Peta Permasalahan Hukum Terkait Penegakan Hukum Keimigrasian Terhadap Tenaga Kerja Asing Di Wilayah Dki Jakarta. Topik ini dinilai sangat menarik melihat dari berbagai macam peristiwa yang terjadi di Indonesia ini yang merupakan dampak terhadap komunitas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Kota Jakarta telah kedatangan banyak pekerja asing. Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) DKI Jakarta, saat ini, jumlah pekerja asing di Jakarta sudah mencapai 5.000 orang.1 Mereka

bekerja di berbagai bidang pekerjaan seperti industri, garmen, infrastruktur, teknik sipil, bidang teknologi informatika dan sebagainya. Kepala Disnakertrans DKI Jakarta, Priyono mengatakan Pemprov DKI tidak dapat melarang orang asing bekerja di Jakarta. Apalagi sudah memasuki masa MEA, yang membuka peluang pekerja asing dapat bekerja di Jakarta bersama-sama pekerja lokal. “Sampai saat ini, ada sekitar 5.000 tenaga asing yang bekerja di Jakarta. Selama mereka mempunyai izin bekerja yang legal dan perusahaannya tidak melanggar peraturan, maka tidak akan menjadi masalah, akan tetapi permasalahan dapat terjadi jika para Tenaga Kerja Asing itu melanggar ketentuan. Hal ini lah yang menjadi sorotan kami melakukan penyusunan Peta Permasalahan Hukum Terkait Penegakan Hukum Keimigrasian Terhadap Tenaga Kerja Asing.

Pada hakikatnya Keimigrasian merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam pemberian pelayanan dan penegakan hukum serta pengaman terhadap lalu lintas masuk serta keluar orang ke dalam

(4)

wilayah Republik Indonesia, serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara.

Dari pernyataan tersebut, maka secara operasional peran Keimigrasian dapat diartikan dalam konsep 4 (empat) fungsi Keimigrasian. Dimana konsep ini menyatakan bahwa sistem Keimigrasian, baik ditinjau dari budaya hukum keimigrasian, materi hukum (Peraturan Hukum) keimigrasian, lembaga, aparatur, mekanisme hukum keimigrasian, sarana dan prasarana hukum keimigrasian dalam operasionalisasinya harus selalu mengandung 4 (empat) fungsi keimigrasian yaitu Fungsi Pelayanan Keimigrasian, Fungsi Penegakan Hukum, Fungsi Keamanan Negara, dan Fungsi Fasilitator Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat.

B. Metode Pengumpulan Data

(5)

BAB II

PENYAJIAN DATA PERMASALAHAN HUKUM

A. Dilihat dari Peraturan Keimigrasian

Keimigrasian merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam pemberian pelayanan dan penegakan hukum serta pengaman terhadap lalu lintas masuk serta keluar orang ke dalam wilayah Republik Indonesia, serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara.

Dari pernyataan tersebut, maka secara operasional peran Keimigrasian dapat diartikan dalam konsep 4 (empat) fungsi Keimigrasian. Dimana konsep ini menyatakan bahwa sistem Keimigrasian, baik ditinjau dari budaya hukum keimigrasian, materi hukum (Peraturan Hukum) keimigrasian, lembaga, aparatur, mekanisme hukum keimigrasian, sarana dan prasarana hukum keimigrasian dalam operasionalisasinya harus selalu mengandung 4 (empat) fungsi keimigrasian yaitu:

1. Fungsi Pelayanan Keimigrasian

(6)

kepada Warga Negara Indonesia (WNI) atau Warga Negara Asing (WNA). Pelayanan bagi Warga Negara Indonesia terdiri dari:

 Pemberian Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI), dan PLB  Pemberian Tanda Masuk dan Tanda Keluar Pelayanan bagi

Warga Negara Asing terdiri dari:

a. Pemberian Dokumen Keimigrasian (Dokim) berupa : Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS), Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP), Kemudahan Khusus Keimigrasian (DAHSUSKIM) bagi Awak alat angkut.

b. Perpanjangan Izin Tinggal berupa : Visa Kunjungan Satu Kali Perjalanan, Visa Kunjungan Saat Kedatangan.

c. Perpanjangan Dokim meliputi Perpanjangan KITAS, KITAP, DAHSUSKIM.

d. Pemberian Izin Masuk Kembali, Izin Bertolak, Tanda Masuk dan Tanda Keluar.

2. Fungsi Penegakan Hukum

Dalam pelaksanaan tugas Keimigrasian, keseluruhan aturan Hukum Keimigrasian itu ditegakkan kepada setiap orang yang berada di dalam wilayah negara hukum. Negara Republik Indonesia baik itu Warga Negara Indonesia atau WNA. Penegakan hukum keimigrasian terhadap warga Negara Indonesia ditujukan pada permasalahan:

 Pemalsuan Identitas

 Pertanggungjawaban Sponsor  Kepemilikan Paspor Ganda

 Keterlibatan dalam pelaksanaan pelanggaran aturan Keimigrasian Penegakan Hukum Keimigrasian kepada Warga Negara Asing ditujukan pada permasalahan:

1. Pemalsuan Identitas Warga Negara Asing (WNA) 2. Pendaftaran Orang Asing (POA) dan Pemberian Buku

(7)

3. Penyalahgunaan Izin Tinggal

4. Masuk secara tidak sah (Illegal Entry) atau Tinggal secara tidak sah (Illegal Stay).

5. Pemantauan atau Razia

6. Kerawanan Keimigrasian secara Geografs dalam perlintasan. Secara operasional fungsi penegakan hukum yang dilaksanakan oleh imigrasi Indonesia juga mencakup penolakan pemberian tanda masuk, tanda keluar pada tempat pemeriksaan imigrasi, pemberian izin tinggal keimigrasian dan tindakan keimigrasian. Semua itu merupakan bentuk penegakan hukum yang bersifat administratif. Sementara itu, dalam hal penegakan hukum yang bersifat Pro Justitiayaitu kewenangan penyidikan tercakup tugas penyidikan dalam mencakup pelanggaran keimigrasian (pemanggilan, penangkapan, penahanan, pemeriksaan, penggeledahan, penyitaan), pemberkasaan perkara, serta pengajuan berkas perkara ke penuntut umum yang nantinya dalam proses pelaksanaan tersebut imigrasi melakukan koordinasi dengan beberapa instansi terkait seperti Kepolisian, Pengadilan Negeri, dan Kejaksaan.

3. Fungsi Keamanan Negara

(8)

Sedangkan dalam pelaksanaan penangkalan bagi warga negara Indonesia dikarenakan tidak sesuai dengan prinsip dan kebiasaan Internasional yang menyatakan seorang warga negara tidak boleh dilarang masuk ke negaranya sendiri. Pelaksanaan fungsi keamanan yang ditujukan kepada Warga Negara Asing (WNA) adalah:

- Melakukan seleksi terhadap setiap maksud kedatangan orang asing melalui pemeriksaan permohonan Visa,

- Melakukan kerjasama dengan aparatur keamanan negara lainnya khususnya di dalam memberikan supervise perihal penegakan Hukum Keimigrasian,

- Melakukan operasi Intelijen Keimigrasian bagi kepentingan Negara,

- Melakukan pencegahan dan penangkalan yaitu larangan bagi seseorang untuk meninggalkan wilayah Indonesia dalam jangka waktu tertentu dan/atau larangan untuk memasuki wilayah Indonesia dalam waktu tertentu.

4. Fungsi Fasilitator Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat

Dampak era globalisasi telah mempengaruhi system perekonomian negara Republik Indonesia dan untuk mengantisipasinya diperlukan perubahan peraturan perundangan-undangan, baik di bidang ekonomi, industri, perdagangan, transportasi, ketenagakerjaan, maupun peraturan di bidang lalu lintas orang dan barang. Perubahan tersebut diperlukan untuk meningkatkan intensitas hubungan Negara Republik Indonesia dengan dunia Internasional yang mempunyai dampak sangat besar terhadap pelaksanaan fungsi dan tugas keimigrasian.

(9)

lebih menarik minat investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, harus diingat bahwa di era sekarang ini aspek hubungan kemanusian yang selama ini bersifat nasional berkembang menjadi bersifat Internasional, terutama di bidang perekonomian demi kesejahteraan. Untuk mengantisipasinya, perlu menata atau mengubah peraturan perundang-undangan, secara sinergi baik di bidang ekonomi, industri, perdagangan, transportasi, ketenagakerjaan, maupun peraturan di bidang lalu lintas orang dan barang yang dapat menfasilitasi pertumbuhan ekonomi. Perubahan itu diperlukan guna meningkatkan intensitas hubungan negara Republik Indonesia dengan dunia internasional yang mempunyai dampak sangat besar pada pelaksanaan fungsi dan tugas pokok keimigrasian serta menghindari adanya tumpang tindih peraturan.

Di dalam perkembangan 4 (empat) fungsi imigrasi merupakan pergeseran dari perubahan Trifungsi Imigrasi sebelumnya yang dituntut adanya perubahan yang disampaikan oleh Yusril Ihza Mahendra yaitu:2

(10)

dari berbagai tantangan itu, sudah waktunya kita membuka cakrawala berpikir yang semula hanya dalam cara pandang ke dalam (inward looking) menjadi cara pandang ke luar (outward looking) dan mulai mencoba untuk mengubah paradigma Trifungsi Imigrasi yang pada mulanya sebagai pelayan masyarakat, penegak hukum, dan sekuriti agar diubah menjadi Trifungsi Imigrasi baru yaitu sebagai pelayan masyarakat, penegakan hukum dan fasilitator pembangunan ekonomi.”

Hal tersebut yang menjadi salah satu pemikiran perubahan Trifungsi Imigrasi berdasarkan perkembangan jaman dan era globaliasai sekarang ini menjadi 4 (empat) fungsi Imigrasi dengan ditambah fungsi fasilitator Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat .

Secara yuridis, Pasal 1 angka (1) UU No. 6 Tahun 2011 menegaskan sebagai berikut:“Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara”. Dengan demikian jelas bahwa beban orientasi fungsi Imigrasi Indonesia lebih kepada menjaga pintu gerbang negara dari setiap potensi ancaman orang asing. Sehingga fungsi pengawasan harus diutamakan, demi tercapainya kedaulatan negara. Negara yang berdaulat merupakan cerminan berfungsinya Imigrasi di negara tersebut.

(11)

Berdasarkan pasal ini, setiap Pejabat Imigrasi dapat melakukan tindakan administratif berupa pencatuman dalam daftar pencegahan atau penangkalan, pembatasan, perubahan, atau pembatalan Izin Tinggal, pengenaan biaya beban, bahkan melakukan deportasi dari wilayah Indonesia (vide Pasal 75 ayat 2 UU No. 6 Tahun 2011). Pejabat Imigrasi yang melakukan tindakan administratif dimaksud, dapat bersandar pada klausul “dugaan” semata, atau menganggap orang asing tersebut tidak memiliki manfaat (asas kemanfaatan) bagi negara Indonesia, berdasarkan asas kebijakan selektif (selective policy priniciple). Jadi dalam hal ini tidak berlaku asas praduga tidak bersalah (presumption of innocence principle). Hal ini berbeda apabila kita samakan dengan proses pro justitia (penegakan hukum) di bidang hukum lain yang harus berdasarkan 2 (dua) alat bukti yang sah dan keyakinan hakim (Pasal 183 KUHAP). Disinilah letak hak ekslusif (previlege rigths) setiap Pejabat Imigrasi yang tidak dimiliki oleh penegak hukum di instansi lainnya.

Hukum Keimigrasian Indonesia merupakan cerminan harga diri bangsa. Adagium populer menyebutkan: “Seseorang tidak akan disebut besar, kalau ia tidak membesarkan dirinya sendiri”. Oleh karena itu UU No. 6 Tahun 2011 beserta peraturan pelaksana lainnya dapat menjadi penentu, apakah Imigrasi Indonesia berwibawa atau tidak di mata internasional. Sehingga dalam konteks ini, pengawasan terhadap orang asing menjadi hal yang penting. “Seharusnya fungsi pengawasan harus diutamakan”

(12)

berbeda dan kegunaan yang berbeda. Berikut persyaratan dan jenis visa :

1. Visa Tinggal Terbatas untuk Bekerja (indeks 311 & 312)

- Surat permohonan + jaminan

- Fotocopy paspor minimal berlaku :

a. 18 bulan untuk 1 tahun masa tinggal;atau b. 30 bulan untuk 2 tahun masa tinggal

- Fotocopy buku tabungan

- Rekomendasi dari Kementerian Ketenagakerjaan

2. Visa Tinggal Terbatas untuk Penanaman Modal Asing (indeks 313 & 314)

- Surat permohonan + jaminan

- Fotocopy paspor minimal berlaku :

a. 18 bulan untuk 1 tahun masa tinggal;atau b. 30 bulan untuk 2 tahun masa tinggal

- Fotocopy buku tabungan

- Rekomendasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal Asing

3. Visa Tinggal Terbatas untuk Pelatihan dan Penelitian (indeks 315)

- Surat permohonan + jaminan

- Fotocopy paspor minimal berlaku 18 bulan untuk 1 tahun masa tinggal

- Fotocopy buku tabungan

- Rekomendasi dari Instansi yang membidangi Penelitian (RISTEK, LIPI)

4. Visa Tinggal Terbatas untuk Pendidikan (Pelajar) (indeks 316)

- Surat permohonan + jaminan

- Fotocopy paspor minimal berlaku :

a. 18 bulan untuk 1 tahun masa tinggal;atau b. 30 bulan untuk 2 tahun masa tinggal

- Fotocopy buku tabungan

(13)

5. Visa Tinggal Terbatas untuk Penyatuan Keluarga (indeks 317) 1. Untuk yang menikah dengan Warga Negara Indonesia

- Surat permohonan + jaminan

- Fotocopy paspor minimal berlaku 18 bulan untuk 1 tahun masa tinggal

- Fotocopy buku tabungan

- Fortocopy surat nikah

2. Mengikuti istri atau suami pemegang ITAS/ITAP

- Surat permohonan + jaminan

- Fotocopy paspor minimal berlaku 18 bulan untuk 1 tahun masa tinggal

- Fotocopy surat nikah

- Fotocopy KITAS/KITAP suami/istri

3. Anak sah dari orang tua WNI dan orang asing, anak dari orang asing yang menikah dengan WNI (dibawah 18 tahun dan belum menikah)

- Surat permohonan + jaminan

- Fotocopy paspor minimal berlaku 18 bulan untuk 1 tahun masa tinggal

- Fotocopy buku tabungan

- Fotocopy kartu keluarga

- Fotocopy surat nikah orang tua

- Fotocopy Akte Kelahiran

- Fotocopy KTP orang tua WNI

4. Anak dari orang asing pemegang KITAS / KITAP (dibawah 18 tahun dan belum menikah)

- Surat permohonan + jaminan

- Fotocopy paspor minimal berlaku 18 bulan untuk 1 tahun masa tinggal

- Fotocopy buku tabungan

(14)

- Fotocopy Surat Nikah Orang Tua

- Fotocopy Akte Kelahiran

- Fotocopy KITAS/KITAP Orang Tua

6. Visa Tinggal Terbatas untuk Repatriasi (indeks 318)

- Surat permohonan + jaminan

- Fotocopy paspor minimal berlaku 18 bulan untuk 1 tahun masa tinggal

- Fotocopy buku tabungan

- Dokuman yang membuktikan bahwa ia adlaah eks WNI seperti : KTP, Akte Kelahiran, Kartu Keluarga

7. Visa Tinggal Terbatas untuk Wisatawan Lansia Mancanegara (usia minimal 55 tahun) (indeks 319)

- Surat permohonan + jaminan

- Fotocopy paspor minimal berlaku 18 bulan untuk 1 tahun masa tinggal

- Fotocopy buku tabungan

- Curiculum Vitae

- Asuransi

- Pernyataan dari lembaga Bank akan tersedianya dana setara USD 1.500 per bulan

- Pernyataan untuk menyewa tempat tingal

- Pernyataan untuk menggunakan Pramuwisma

- NPWP Biro Wisata

- Izin usaha Biro Wisata

8. Visa Tinggal Terbatas Kemudahan Bekerja samil Berlibur (indeks 320)

- Surat permohonan + jaminan

- Fotocopy paspor minimal berlaku 18 bulan untuk 1 tahun masa tinggal

(15)

- Ijazah universitas sebagai mahasiswa aktif selama 2 (dua) tahun serta ID pelajar

B. Dilihat dari Peraturan Ketenagakerjaan

Masalah ketenagakerjaan pada dasarnya ada dua, yaitu masalah kesempatan kerja dan masalah kualitas tenaga kerja. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang tinggi mengakibatkan jumlah angkatan kerja setiap tahunnya semakin meningkat, sedangkat kesempatan kerja yang tersedia belum dapat memenuhi kebutuhan kerja sesuai dengan jumlah pencari kerja yang ada. Hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan antara besarnya jumlah penduduk yang membutuhkan pekerjaan dengan kesempatan kerja yang tersedia. Dilain pihak ditinjau dari segi mutu tenagakerjanya, tanaga kerja Indonesia dapat dikatakan belum mempunyai keunggulan kompetitif jika dibandingkan dengan negara-negara maju didunia, Keunggulan kompetitif yang dimaksud disini adalah keunggulan dalam hal penguasaan teknologi, padahal ditengah kemajuan dunia yang sangat pesat sekarang ini tenaga kerja dituntut lebih menguasai teknologi. Dengan adanya masalah seperti ini membuat bangsa Indonesia kadang-kadang masih belum dapat memenuhi sendiri kebutuhan tenaga kerja yang menguasai teknologi, padahal ditinjau dari segi kualitas, Indonesia mempunyai banyak tenaga kerja. Secara tidak langsung penggunaan Tenaga Kerja Asing dalam konteks ini juga akan menambah tinggi tingkat persaingan memperoleh kerja dan menjadikan masalah pengangguran dinegara ini akan menjadi semakin kompleks

Tenaga Kerja Asing (“TKA”) adalah warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia.3 Filosof

(16)

memakai tenaga kerja asing, harus dibuat persyaratan yang ketat agar tenaga kerja Indonesia terhindar dari kompetisi yang tidak sehat.

TKA yang dipekerjakan oleh pemberi kerja wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:4

a. memiliki pendidikan yang sesuai dengan syarat jabatan yang akan diduduki oleh TKA;

b. memiliki sertifkat kompetensi atau memiliki pengalaman kerja sesuai dengan jabatan yang akan diduduki TKA paling kurang 5 (lima) tahun;

c. membuat surat pernyataan wajib mengalihkan keahliannya kepada TM pendamping yang dibuktikan dengan laporan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan;

d. memiliki NPWP bagi TKA yang sudah bekerja lebih dari 6 (enam) bulan;

e. memiliki bukti polis asuransi pada asuransi yang berbadan hukum Indonesia; dan

f. kepesertaan Jaminan Sosial Nasional bagi TKA yang bekerja lebih dan 6 (enam) bulan.

Dengan catatan, persyaratan pada huruf a, huruf b, dan huruf c tidak berlaku untuk jabatan anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris atau anggota Pembina, anggota Pengurus, anggota Pengawas.5 Selain persyaratan di atas, perlu diingat bahwa TKA dapat

dipekerjakan di Indonesia hanya dalam hubungan kerja untuk jabatan tertentu dan waktu tertentu.6 Serta TKA dilarang menduduki jabatan

yang mengurusi personalia dan/atau jabatan-jabatan tertentu. Ini berarti hanya jabatan tertentu yang boleh diduduki oleh TKA.

Kementerian Tenaga Kerja telah menerbitkan Peraturan No. 3 Tahun 2015 tentang Standar Operasional Prosedur Penerbitan Perizinan Penggunaan Tenaga Kerja Asing dalam Pelayanan Terpadu

4 Pasal 36 ayat (1) Permenaker 16/2015 5 Pasal 36 ayat (2) Permenaker 16/2015

6 Pasal 42 ayat (4) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

(17)

Satu Pintu di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Sebagaimana judul Peraturan Baru yang telah disebutkan, peraturan tersebut mengatur prosedur baru untuk permohonan perizinan tenaga kerja asing oleh Kementerian Tenaga Kerja (“Kemenaker”) di BKPM.

Peraturan Baru mengatur prosedur baru Kemenaker di BKPM untuk perizinan tenaga kerja asing sebagai berikut:

1. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (“RPTKA”) dan perpanjangan RPTKA;

2. Rekomendasi Penerbitan Visa (“TA-01”);

3. Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing (“IMTA”) dan perpanjangan IMTA

Untuk mendapatkan RPTKA Kemenaker di BKPM, perizinan tenaga kerja asing harus melengkapi formulir pendaftaran secara online di www.tka-online.depnakertrans.go.id. Setelah pengguna tenaga kerja asing mendapatkan tanda terima pendaftaran, mereka harus meng-upload beberapa dokumen dalam system online tersebut. Lebih lanjut, tanda terima online sistem harus diserahkan kepada Kemenaker di BKPM. Untuk mendapatkan RPTKA, prosedur dalam Peraturan Baru tersebut mengharuskan dokumen-dokumen berikut ini untuk diupload kepada Kemenaker di BKPM:

1. Permohonan RPTKA 2. Formulir RPTKA

3. Izin usaha, izin prinsip dan izin perwakilan 4. Akta pendirian

5. Surat keterangan domisili 6. Nomor Pokok Wajib Pajak 7. Tanda Daftar Perusahaan

8. Struktur organisasi perusahaan 9. Salinan wajib lapor ketenagakerjaan

10. Surat pernyataan kesanggupan untuk memberikan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kerja Indonesia

(18)

12. Formulir TKI pendamping

13. Surat tugas dari perusahaan (jika permohonan RPTKA dilaksanakan oleh pihak ketiga); dan

14. Rekomendasi dari instansi teknis terkait untuk mempekerjakan tenaga kerja asing (jika diperlukan) Mendapatkan TA-01 melalui Kemenaker di BKPM.

Untuk mendapatkan TA-01 melalui Kemenaker di BKPM, pengguna tenaga kerja asing diwajibkan untuk mengikuti proses yang sama dengan RPTKA. Untuk mendapatkan TA-01, prosedur baru dalam Peraturan Baru mensyaratkan dokumen berikut ini untuk diserahkan kepada BKPM:

1. Permohonan TA-01; 2. Formulir TA-01; 3. Persetujuan RPTKA;

4. Salinan paspor tenaga kerja asing; 5. Akta Pendirian;

6. Surat penunjukan tenaga kerja Indonesia pendamping;

7. Foto tenaga kerja asing; salinan ijazah sarjana atau sertikat kompetensi tenaga kerja asing terkait dengan pekerjaan (tidak berlaku untuk direksi, komisaris dan pekerjaan tertentu lainnya); 8. Sertifkat kemampuan berbahasa Indonesua (tidak berlaku untuk

direksi, komisaris dan pekerjaan tertentu lainnya); 9. Daftar riwayat hidup;

10. Rekomendasi kompetensi;

11. Surat penugasan dari perusahaan (jika pengurusan TA-01 dilaksanakan oleh pihak ketiga; dan

12. Surat pernyataan untuk transfer teknologi kepada tenaga kerja Indonesia.

(19)

1. Permohonan IMTA;

2. Salinan persetujuan TA-01;

3. Salinan surat persetujuan kawat visa (copy telex); 4. Salinan RPTKA;

5. Salinan polis asuransi tenaga kerja asing; 6. Salinan paspor tenaga kerja asing;

7. Bukti setor pembayaran DPKK;

8. Perjanjian kerja antara pengguna tenaga kerja asing dan tenaga kerja asing;

9. Rekomendasi dari instansi teknis untuk mempekerjakan tenaga kerja asing (apabila diperlukan);

10. Foto tenaga kerja asing; dan

11. Surat penugasan dari perusahaan (jika pengurusan IMTA dilakukan oleh pihak ketiga).

Jika terdapat TKA yang bekerja di Indonesia tidak memenuhi syarat sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan, maka TKA tersebut tidak dapat dipekerjakan oleh pemberi kerja. Ini karena untuk dapat mempekerjakan TKA, perusahaan atau pemberi kerja wajib memiliki izin tertulis dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk (Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing - “IMTA”).7

Yang mana untuk mendapatkan IMTA, harus dipenuhi syarat-syarat yang telah disebutkan di atas.

Jika perusahaan atau pemberi kerja mempekerjakan TKA tanpa mempunyai izin, berarti perusahaan tersebut telah melanggar ketentuan Pasal 42 UU Ketenagakerjaan. Atas pelanggaran tersebut, pemberi kerja dapat dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 100 juta dan paling banyak Rp 400 juta. Ini merupakan tindak pidana kejahatan.

Pemberi kerja TKA wajib melaporkan penggunaan TKA kepada Direktur atau Kepala Dinas Provinsi atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota

(20)

dengan tembusan kepada Dirjen.8 Laporan sebagaimana tersebut

meliputi:9

a. Realisasi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan TKI pendamping di perusahaan secara periodik 6 (enam) bulan sekali;

b. Berakhirnya penggunaan TKA.

Sejak awal dari pengajuan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (“RPTKA”), pejabat sebelum mensahkan RPTKA tentunya memeriksa apakah TKA yang dipekerjakan memenuhi syarat atau tidak, baik syarat sponsor maupun administrasi. Jika tidak memenuhi syarat, maka RPTKA tidak disetujui. Jika didapati perusahaan mempekerjakan TKA yang tidak memenuhi syarat, misalnya seorang TKA memiliki kompetensi di Marketing, namun ia dipekerjakan di bagian Financial Administration, maka syarat TKA tidak terpenuhi dan IMTA perusahaan itu bisa dicabut.

Pegawai pengawas ketenagakerjaan juga berkewajiban mengawasi penggunaan TKA pada suatu perusahaan. Hal ini diatur dalam Pasal 60 Permenakertrans 16/2015 yang berbunyi:

“Pengawasan terhadap pemberi kerja TKA dilakukan oleh Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”

Soal control / inspeksi / pengawasan ini, dalam praktiknya pengawasan penggunaan TKA dilakukan secara teamwork antara lain yang terdiri dari unsur pengawas ketenagakerjaan, imigrasi, kementerian luar negeri, dan kepolisian.

(21)

BAB III ANALISIS

Dalam pelaksanaan tugas Keimigrasian, keseluruhan aturan Hukum Keimigrasian itu ditegakkan kepada setiap orang yang berada di dalam wilayah negara hukum baik itu Warga Negara Indonesia atau WNA, penegakan hukum keimigrasian terhadap warga Negara Indonesia ditujukan pada permasalahan:

 Pemalsuan Identitas

 Pertanggungjawaban Sponsor  Kepemilikan Paspor Ganda

 Keterlibatan dalam pelaksanaan pelanggaran aturan Keimigrasian Penegakan Hukum Keimigrasian kepada Warga Negara Asing ditujukan pada permasalahan:

1. Pemalsuan Identitas Warga Negara Asing (WNA)

2. Pendaftaran Orang Asing (POA) dan Pemberian Buku Pengawasan Orang Asing (BPOA)

3. Penyalahgunaan Izin Tinggal

4. Masuk secara tidak sah (Illegal Entry) atau Tinggal secara tidak sah (Illegal Stay).

5. Pemantauan atau Razia

6. Kerawanan Keimigrasian secara Geografs dalam perlintasan.

(22)

dan tindakan keimigrasian. Semua itu merupakan bentuk penegakan hukum yang bersifat administratif. Sementara itu, dalam hal penegakan hukum yang bersifat Pro Justitia yaitu kewenangan penyidikan tercakup tugas penyidikan dalam mencakup pelanggaran keimigrasian (pemanggilan, penangkapan, penahanan, pemeriksaan, penggeledahan, penyitaan), pemberkasaan perkara, serta pengajuan berkas perkara ke penuntut umum yang nantinya dalam proses pelaksanaan tersebut imigrasi melakukan koordinasi dengan beberapa instansi terkait seperti Kepolisian, Pengadilan Negeri, dan Kejaksaan.

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta berdasarkan Keputusan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta Nomor : W.10.GR.03.02 – 092 Tahun 2016 Tentang Tim Pengawasan Orang Asing Provinsi DKI Jakarta melakukan kegiatan pengawasan keimigrasian terhadap kegiatan orang asing di wilayah DKI Jakarta. Keanggotaan Tim Pengawasan Orang Asing Provinsi DKI Jakarta terdiri dari berbagai Instansi terkait yang saling berkaitan dengan tugas pengawasan orang asing, berikut susunan keanggotaan Tim Pengawasan Orang Asing Provinsi DKI Jakarta:

(23)

1. Kepala Sub Bidang lntelijen dan Penindakan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM OKI Jakarta

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi OKI Jakarta

Kepala Bidang Pendidikan Berkelanjutan SOM Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

Kepala Bidang Kewaspadaan Daerah Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Daerah Provinsi DKI Jakarta

Kepala Sub Direktorat POA Direktorat lntelijen Keamanan Kepolisian Daerah Metro Jaya

Staf Perencanaan Operasi Badan lntelijen Negara Oaerah OKI Jakarta Asisten lntelijen Kodam Jaya

Kepala Seksi lntelijen Pangkalan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut Jakarta

Kepala Seksi II Sosial dan Politik Kejaksaan Tinggi Provinsi OKI Jakarta Kepala Bidang Pengendalian Operasi Bad an Narkotika Provinsi OKI Jakarta Kepala Bidang Perlindungan Ketenagakerjaan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi OKI Jakarta

Kepala Bidang Penindakan dan Penyidikan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai Provinsi OKI Jakarta

Kepala Bidang Hukum dan Kerukunan Umat Beragama Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta

Kepala Bidang lndustri Pariwisata Din as Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi OKI Jakarta

Kepala Bidang Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta Kepala Sub Bidang lnformasi dan Sarana Komunikasi Keimigrasian Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta

Tugas Tim Pengawasan Orang Asing Provinsi DKI Jakarta :

a. Menyiapkan Agenda dan Jadwal Kerja Tim Pengawasan Orang Asing Provinsi DKI Jakarta;

b. Mengadakan rapat koordinasi pengawasan orang asing antar instansi terkait mengenai keberadaan dan kegiatan Orang Asing di wilayah Provinsi DKI Jakarta;

(24)

e. Melakukan kegiatan pengawasan lapangan secara koordinatif yang bersifat khusus dan insidental terhadap keberadaan dan kegiatan Orang Asing di wilayah DKI Jakarta;

f. Dalam hal Tim Pengawasan Orang Asing menemukan tindak pidana dalam operasi gabungan maka diserahkan kepada badan atau instansi pemerintah terkait sesuai dengan kewenangan masing-masing;

g. Melakukan pertukaran data dan informasi antar instansi terkait mengenai keberadaan dan kegiatan Orang Asing di wilayah Provinsi OKI Jakarta, meliputi perkembangan terkini dan permasalahannya di wilayah DKI Jakarta dan;

h. Menampung permasalahan Orang Asing yang menyangkut beberapa instansi dan berdampak di wilayah DKI Jakarta dengan upaya mencari pemecahannya;

Beradasarkan hasil dari tindakan dilapangan Tim Pengawasan Orang Asing Provinsi DKI Jakarta dalam penegakan hukum Keimigrasian baik berupa Tindakan Administrasi Keimigrasian (TAK) maupun Projustitia dapat disimpulkan sebagai berikut :

Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Jakarta Selatan

N

o Bulan

Peningkatan Penegakan Hukum Keimigrasian

TAK Projustitia Keterangan

1. Januari 15 1

2. Februari 17 3

3. Maret 13 1

4. April 13 2

5. Mei 17 0

6. Juni 12 6

7. Juli 11 0

(25)

9. September 13 1 1

0. Oktober 8 7

1

1. November 7 1

JUMLAH 158 22

Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Jakarta Barat

N

o Bulan

Peningkatan Penegakan Hukum Keimigrasian

TAK Projustitia Keterangan

1. Januari 11

2. Februari 20 4

3. Maret

4. April 7

5. Mei 3 1

6. Juni 4 10

7. Juli 13

8. Agustus 26 3

9. September 25

1

0. Oktober

41

1

1. November

38

3

(26)

Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Soekarno - Hatta

N

o Bulan

Peningkatan Penegakan Hukum Keimigrasian

TAK Projustitia Keterangan

1. Januari 22

2. Februari 241

3. Maret 38 1

4. April 1

5. Mei 1 1

6. Juni 2

7. Juli 1 4

8. Agustus 1

9. September 4

1

0. Oktober 3

1

1. November 1

JUMLAH 314 7

Kantor Imigrasi Kelas I Jakarta Timur

N

o Bulan

Peningkatan Penegakan Hukum Keimigrasian

TAK Projustitia Keterangan

1. Januari 7 1

2. Februari 3 1

3. Maret 1 1

4. April 2

5. Mei 3 2

6. Juni 3 2

(27)

8. Agustus 4 2

9. September 6

1

0. Oktober

6

1

1

1. November

1

3

JUMLAH 38 17

Kantor Imigrasi Kelas I Jakarta Pusat

N

o Bulan

Peningkatan Penegakan Hukum Keimigrasian

TAK Projustitia Keterangan

1. Januari 2. Februari 3. Maret 4. April 5. Mei 6. Juni

7. Juli 7

8. Agustus 10

9. September 16 12

1

0. Oktober 21

1

1. November 13

(28)

Kantor Imigrasi Kelas I Jakarta Utara

N

o Bulan

Peningkatan Penegakan Hukum Keimigrasian

TAK Projustitia Keterangan

1. Januari 19

2. Februari 20

3. Maret 17

4. April 3

5. Mei 1

6. Juni 3 1

7. Juli

8. Agustus 9 2

9. September 3

1

0. Oktober

3

1

1. November

9

1

JUMLAH 87 4

Kantor Imigrasi Kelas I Tanjung Priok

N

o Bulan

Peningkatan Penegakan Hukum Keimigrasian

TAK Projustitia Keterangan

1. Januari 3 1

2. Februari 3 1

(29)

8. Agustus 9. September 1

0. Oktober 1

1. November

(30)

STATUS ORANG ASING DI WILAYAH DKI JAKARTA

N O

UPT L P JUMLA

H

CINA JEPANG KORSEL INDIA

1. IMIGRASI KELAS I KHUSUS SOEKARNO HATTA 237 138 375 152 10 6 18

2. IMIGRASI KELAS I KHUSUS JAKARTA SELATAN 13884 8555 22439 860 6206 3965 2081

3. IMIGRASI KELAS I KHUSUS JAKARTA BARAT 2988 1793 4781 2361 158 300 184

4. IMIGRASI KELAS I JAKARTA TIMUR 1090 526 1616 260 75 282 133

5. IMIGRASI KELAS I JAKARTA PUSAT 5400 2685 8085 1729 1471 349 1580

6. IMIGRASI KELAS I JAKARTA UTARA 6007 2836 8843 4491 199 1185 913

7. IMIGRASI KELAS TANJUNG PRIOK 215 2 217 126 0 0 30

29821 16525 46356 9979 8119 6087 4939

Negara Asal terbanyak : 1. China

2. Jepang 3. Korsel 4. India

Jumlah WNA di DI Jakarta yang mempunyai Dokumen Keimigrasian : 46.356 Laki – laki = 29.821

(31)

“Imigrasi hanya memberikan Izin Tinggal saja, sedangkan Izin Kerja merupakan kewenangan Kementerian Ketenagakerjaan”, pernyataan ini kerap diucapkan oleh Pejabat Imigrasi yang berdinas ketika ditanya persepsinya mengenai Izin Kerja bagi Orang Asing. Hal ini memicu ketertarikan kami untuk menelaah secara singkat dengan analisa logika yang mudah untuk mencoba mengkritisi pendapat sebagian besar Pejabat Imigrasi tersebut.

Pertama, Melirik Perizinan yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi dan Kementerian Ketenagakerjaan terkait Perizinan bagi Orang Asing yang bekerja di Indonesia / Tenaga Kerja Asing (TKA) sebagai berikut:

1. Direktorat Jenderal Imigrasi, menerbitkan VISA DENGAN MAKSUD BEKERJA;

2. Kementerian Ketenagakerjaan, menerbitkan IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING (IMTA).

Berdasarkan nomenklatur perizinan tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada istilah Izin Kerja Bagi Orang Asing di Indonesia.

(32)

Memandang IMTA dari sisi peraturan perundangan, sebagaimana tercantum pada Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 42 menyatakan Pemberi Kerja yang menggunakan TKA wajib memiliki izin tertulis dari Menteri Ketenagakerjaan, subjek dalam hal ini adalah Pemberi Kerja yang diwajibkan memiliki IMTA tersebut, bukan Tenaga Kerja Asingnya.

Dari sudut pandang lain ketika kita melihat dari sisi Orang Asing yang akan bekerja, perizinan yang wajib dimiliki Orang Asing tersebut adalah Visa / Izin Tinggal dengan maksud bekerja yang sesuai dengan peruntukannya. Beberapa jenis visa yang diperuntukkan untuk bekerja sebagai berikut:

a. Visa Tinggal Terbatas untuk bekerja dengan indeks visa C312

b. Visa Tinggal Terbatas Penyatuan Keluarga dengan indeks visa C317 bagi Orang Asing yang kawin secara sah dengan WNI dan anak dari Orang Asing yang kawin sah dengan WNI (Boleh bekerja berdasarkan Pasal 61 UU No. 6 Tahun 2011)

c. Visa Tinggal Terbatas Kemudahan Bekerja Sambil Berlibur dengan indeks visa C320 dengan Visa / Izin Tinggal sebagaimana tersebut diatas Orang Asing dapat melakukan kegiatan bekerja di Indonesia.

ATURAN PIDANA TERKAIT TENAGA KERJA ASING

Melirik ketentuan pidana terkait Tenaga Kerja Asing (TKA), Keimigrasian dan Ketenagakerjaan memiliki perannya masing-masing sesuai dengan kewenangannya.

UU No. 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian Mengatur = Orang Asing yang bekerja Perizinan = Visa dengan maksud bekerja Ketentuan Pidana menjerat :

(33)

o Penjamin yang memberi kesempatan Orang Asing menyalahgunakan izin tinggal

UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Mengatur = Pemberi Kerja

Perizinan = Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing Ketentuan Pidana menjerat :

Pengguna TKA yang tidak memiliki Izin dari Menteri Ketenagakerjaan (IMTA)

CONTOH KASUS 1 :

a. Penjamin Orang Asing / Pemberi Kerja suatu perusahaan bernama “PT. A” telah mendapatkan IMTA untuk mempekerjakan seorang asing yang bernama “Mr. X”

b. Karena suatu hal yang mendesak, “Mr.X” tidak dapat melakukan pengajuan visa di Kedutaan Indonesia, dan memasuki Indonesia dengan Visa On Arrival;

c. Setibanya di Indonesia, “Mr.X” melakukan kegiatan bekerja di “PT. A”.

Perspektif Keimigrasian

Pada contoh kasus sebagaimana diatas, jelas dalam hal ini walaupun sang pemberi kerja dari “Mr. X” yaitu “PT. A” memiliki IMTA, namun mereka melanggar ketentuan pada UU keimigrasian, yaitu Pasal 122 huruf a ditujukan kepada “Mr.X” dan Pasal 122 huruf b kepada “PT. A”, karena “Mr.X” tidak menggunakan Visa dengan maksud bekerja untuk melakukan kegiatan bekerja di Indonesia.

Perspektif Ketenagakerjaan

(34)

kesimpulan dari kasus ini, keberadaan IMTA tidak serta merta menyebabkan Orang Asing di Indonesia boleh bekerja, IMTA tersebut mengizinkan pemberi kerja untuk menggunakan TKA, sedangkan Orang Asingnya boleh bekerja ketika ia menggunakan Visa/Izin Tinggal dengan maksud bekerja

CONTOH KASUS 2 :

a. “Mr.X” merupakan seorang asing yang menikah dengan WNI dan merupakan pemegang Izin Tinggal Terbatas;

b. “Mr.X” bekerja di “PT. A”

c. “PT. A” tidak memiliki IMTA untuk mempekerjakan “Mr.X”

Perspektif Keimigrasian

Pada contoh kasus sebagaimana diatas, “Mr. X” sebagaimana ketentuan Pasal 61 UU No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, menggunakan Visa/Izin Tinggal yang dapat untuk melakukan kegiatan bekerja dan atau usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Sehingga keberadaan “Mr.X” yang bekerja pada “PT.A.” telah sah secara hukum keimigrasian karena telah tepat jenis visa/izin tinggal yang digunakan yaitu izin tinggal terbatas penyatuan keluarga yang secara khusus diperbolehkan untuk bekerja.

Perspektif Ketenagakerjaan

(35)

kesimpulan dari kasus ini, dengan visa yang tepat, Orang Asing dapat melakukan pekerjaan, sedangkan pemberi kerja yang tidak memiliki IMTA tersebut untuk ditindak dengan ketentuan yang berlaku yaitu ketentuan Ketenagakerjaan

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

(36)

harus meningkatkan kualitas tenaga kerjanya agar mampu bersaing dengan tenaga kerja Asing. Peningkatan kualitas tenaga kerja dapat dilakukan melalui jalur formal, seperti sekolah umum, sekolah kejuruan dan kursus-kursus dan jalur non formal, yaitu melalui latihan kerja, magang, meningkatkan kualitas mental dan spiritual tenaga kerja, meningkatkan pemberian gizi dan kualitas kesehatan, dan meningkatkan pengadaan seminar, workshop yang berkaitan dengan pekerjaan tertentu.

Disamping kendala tersebut diatas, permasalahan TKA illegal yang banyak beredar di Indonesia ini juga merupakan masalah yang sangat serius yang harus dapat cepat diselesaikan bersama-sama tidak bisa hanya mengandalkan satu lembaga atau instansi saja. Peran masyarakat juga sangat diperlukan sebagai bentuk tindak pengawas awal di tempat atau daerah yang mana menjadi wilayah kerja tenaga kerja asing illegal tersebut,

Melihat beragam masalah dalam konteks tersebut, maka kita perlu mengembalikan fungsi imigrasi yang sebenarnya. Pengawasan dan penegakan hukum dalam menjaga kedaulatan negara perlu dikedepankan, cara berpikir kita soal fungsi Imigrasi perlu diluruskan kembali. Kembalikanlah fungsi Imigrasi kepada ruh-nya. Jangan karena pelayanan memberikan sumbangsih kepada pendapatan negara, lalu kita terlena kepada fungsi utama yaitu Pengawasan dan penegakan hukum dalam menjaga kedaulatan negara perlu dikedepankan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan pada kesimpulan diatas, maka Tim Kegiatan Peta Permasalahan Hukum Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta, memberikan rekomendasi untuk masalah penegakan hukum keimigrasian terhadap tenaga kerja asing sebagai berikut :

(37)

meningkatkan kualitas tenaga kerjanya agar mampu bersaing dengan tenaga kerja asing baik itu mengenai pendidikan dan pelatihan tenaga kerja maupun dalam hal regulasi atau peraturannya.

2. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam hal ini Direktorat Jenderal Imigrasi, harus mengutamakan masalah ini lebih serius lagi dalam program kerjanya kedepan dengan lebih mengutamakan peningkatkan pengawasan maupun penegakan hukum keimigrasian sebagai salah satu fungsi utama Direktorat Jenderal Imigrasi.

3. Pemerintah Indonesia juga harus lebih lagi meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengawasan tanga kerja asing ini sebagai pengawas permulaan atau ujung tombak diwilayah mereka tinggal.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan ( Readiness Criteria ) yang mencakup antara

Tujuan dibuatnya Aplikasi Hai Penyuluh ini adalah memberikan wadah untuk masyarakat dalam memperoleh layanan hukum seperti konsultasi hukum, permintan penyuluhan serta

Pada hari ini Selasa tanggal Lima bulan Januari tahun dua ribu dua puluh satu Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Aceh sebagai penyelenggara

Sehubungan dengan akan dilaksanakan Kegiatan Pembuatan Jingle Lapas Narkotika Jakarta dalam rangka pemenuhan Data Dukung mendukung Lapas Narkotika Klas IIA Jakarta

Penata Muda Pejabat Imigrasi pada Kantor Wilayah Kementerian Pejabat Imigrasi pada Direktorat Jenderal Imigrasi (III/a) Hukum dan Hak Asasi Manusia DKI Jakarta.. Penata Muda

Memperbandingkan ke empat model tersebut mungkin sulit karena setiap model mendefinisikan pendugaan nilai pemuliaan berbeda, tetapi model random regresi lebih

Hasil presurvey yang peneliti lakukan pada tanggal 04 Februari 2016 di SMPN 1 Gadingrejo, tempat penelitian merupakan SMP yang mempunyai siswi terbanyak di

bahwa sebagaimana pertimbangan pada huruf a dan b perlu Menetapkan Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sulawesi Tengah tentang Tim