1 Tugas 2
Mata Kuliah : Kebijakan Pengembangan Wilayah dan Perkotaan (MAPU5303)
DAYA SAING KOTA
Studi Kasus : Analisis Potensi Daerah Kota Sibolga dalam Mewujudkan Masyarakat yang Sejahtera, Maju dan Berdaya Saing
Disusun Oleh
ISMAR ROSIDI NIM. 500693892
Prodi : Magister Ilmu Administrasi Bidang Minat Administrasi Publik (Online)
1.
KOMODITAS UNGGULAN KOTA SIBOLGAa. Gambaran Umum Kota Sibolga
Sebelum menjadi daerah otonom, Kota Sibolga merupakan ibukota
Keresidenan Tapanuli di bawah pimpinan seorang Residen dan membawahi beberapa “Luka atau Bupati” dan menjadi tempat kedudukan Gubernur Militer Wilayah Tapanuli dan Sumatera Timur Bagian Selatan, kemudian dengan
dikeluarkannya surat keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor: 102 Tanggal
17 Mei 1946, Sibolga menjadi Daerah Otonom tingkat “D” yang luas wilayahnya
ditetapkan dengan Surat Keputusan Residen Tapanuli Nomor: 999 tanggal 19
November 1946 yaitu Daerah Kota Sibolga yang sekarang. Sedang desa-desa
sekitarnya yang sebelumnya masuk wilayah Sibolga On Omne Landen menjadi
atau masuk Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah.
Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1956
Sibolga ditetapkan menjadi Daerah Swatantra Tingkat II dengan nama Kotapraja
Sibolga yang dipimpin oleh seorang Walikota dan daerah wilayahnya sama
dengan Surat Keputusan Residen Tapanuli Nomor: 999 tanggal 19 November
1946. Selanjutnya dengan Undang-Undang Nomor: 18 tahun 1956 Daerah
Swatantra Tingkat II Kotapraja Sibolga diganti sebutannya menjadi Daerah
Tingkat II Kota Sibolga yang pengaturannya selanjutnya ditentukan oleh
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah yang
2
Sibolga merupakan Daerah Otonom Tingkat II yang dipimpin oleh Walikota
Kepala Daerah.
Kemudian dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor: 19
Tahun 1979 tentang pola dasar Pembangunan Daerah Sumatera Utara, Sibolga
ditetapkan Pusat Pembangunan Wilayah I Pantai Barat Sumatera Utara.
Perkembangan terakhir yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah
Daerah Nomor: 4 Tahun 2001, tentang Pembentukan Organisasi Kantor
Kecamatan, Sibolga dibagi menjadi 4 (empat) Kecamatan, yaitu: Kecamatan
Sibolga Utara, Kecamatan Sibolga Kota, Kecamatan Sibolga Selatan, dan
Kecamatan Sibolga Sambas.
Kota Sibolga dengan luas wilayah 10,77 km2 didiami penduduk
sebanyak 96,249 jiwa, terdiri dari 48,600 jiwa laki-laki dan 47,649 jiwa
perempuan, Penduduk ini tersebar di 4 empat) kecamatan yaitu Kecamatan
Sibolga Utara, Kecamatan Sibolga Kota, Kecamatan Sibolga Selatan, dan
Kecamatan Sibolga Sambas. Dari table 1 terlihat bahwa jumlah penduduk terbesar
terdapat di Kecamatan Sibolga Selatan yaitu 33,698 jiwa (35%), sedangkan
Kecamatan Sibolga Kota memiliki jumlah penduduk terkecil yaitu 16,894 Jiwa
(17,60%).
b. Sektor Dominan Kota Sibolga
2.1.Distribusi PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kota Sibolga
Berdasarkan distribusi PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kota Sibolga terlihat bahwa lapangan usaha yang paling dominan dalam struktur
perekonomian Kota Sibolga adalah pertanian dengan Sub Sektor Perikanan Laut.
Adapun lapangan usaha yang dominan selanjutnya adalah perdagangan dan
jasa-jasa. Sektor perdangan juga sangat erat hubungan nya dengan sektor perikanan
tersebut, karena sebagian besar usaha perdagangan adalah terkait dengan
perdagangan ikan dan peralatan serta sarana pendukung untuk menangkap ikan.
Dengan demikian sektor perikanan tetap menjadi sektor dominan yang perlu
mendapat perhatian besar di Kota Sibolga. Untuk mendukung pengembangan
3
pendaratan ikan, serta pelatihan Ibu-ibu rumah tangga untuk pengembangan
sektor UMKM pengelolaan ikan menjadi bahan makanan yang berbentuk kuliner,
makanan kemasan, dan sebagai oleh-oleh khas Kota Sibolga.
Tabel 1
PDRB Kota Sibolga Tahun 2009-20131
NO LAPANGAN USAHA TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
1 2 3 4 5 6 7
1 Pertanian 321.912,37 357.043,91 397.010,36 426.143,52 474.018,16
2 Penggalian 90,50 93,06 95,72 98,36 103,10
3 Industri Pengolahan 119.416,74 131.367,89 133,961,57 146,168,89 158.689,42
4 Listrik, Gas dan Air Minum
14.725,91 15.732,84 17.508,25 18.494,92 20.018,13
5 Bangunan 76,485,36 85.869,21 95.850,52 105.929,92 118.892,42
6 Perdagangan, Hotel dan Restotan
309.309,58 353.021,30 386,420,27 445.421,93 504.160,83
7 Pengangkutan dan Komunikasi
191..212,14 228.224,10 264,591,56 302.874,52 355.410,16
8 Bank dan Lembaga Keuangan
124.728,93 144.131,10 160.100,49 174.028,70 191.431,61
9 Jasa-Jasa 203.241,20 228,293,29 242.747,78 265.645,19 303.122,20 Jumlah 1.361.122,72 1.543.776,70 1.698/286,54 1.884.805,67 2.125.846,02
Jlh. PDRB Harga Konstan (Rp. Juta)
697.916,30 740.037,16 777.479,10 819.280,36 866.829,09
Pertumbuhan PDRB Harga Konstan (%)
5,70 6,04 5,09 5,35 5,80
PDRB Perkapita Harga Berlaku (Rp. Juta)
16.104.340,14 18.273.655,63 19.916.343,66 21.952.989,87 24..774.738,88
Sibolga sejak zaman dahulu dikenal dengan kota perdagangan dan jasa
karena memiliki pelabuhan laut yang ramai dikunjungi oleh kapal-kapal dagang
dari berbagai daerah. Secara infrastruktur, Kota Sibolga sangat potensial untuk
dikembangkan sebagai kawasan strategis pelabuhan untuk mendukung arus
barang dan jasa dalam perdagangan lokal maupun regional. Sebagai bagian dari
pengembangan Tol Laut yang telah digagas pemerintah, Presiden Joko Widodo
4
telah meresmikan perluasan pelabuhan Sibolga pada tanggal 20 Agustus 2016
lalu. Sementara ini pelabuhan Sibolga banyak difungsikan untuk menopang arus
barang dan jasa dari Sibolga ke Pulau Nias. Pemerintah saat ini sedang
merencanakan perluasan fungsi pelabuhan Sibolga menjadi Tol Laut yang bisa
mendrisbusikan barang dan jasa antar pulau di Indonesia.
2.2.Tinjauan Perbandingan Sektor Unggulan Kota Sibolga dengan Provinsi Sumatera Utara.
Jika melihat PDRB Provinsi Sumatera Utara seperti pada Tabel 2,
terlihat bahwa sektor lapangan pekerjaan dimana termasuk di dalamnya sektor
perikanan merupakan sektor dominan dalam struktur PDRB, disusul oleh sektor
perdagangan, Hotel, dan Restoran. Dengan demikian sektor perikanan dan
perdagangan yang dominan di Kota Siboga juga merupakan sektor dominan yang
sama pada skala provinsi Sumatera Utara.
Tabel 2
Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (milyar rupiah), 2011 – 2013
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara
5 c. Penentuan LQ (Location Quotient)
Metode LQ (Location Quotient) untuk mengidentifikasi komoditas unggulan diakomodasi dari Miller & Wright (1991), Isserman (1997), dan Roo
Hood (1998). Menurut Hood (1998), Location Quotient adalah suatu alat pengembangan ekonomi yang lebih sederhana dengan segala kelebihan dan
keterbatasannya. Teknik LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum
digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami
sektor kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan. LQ mengukur konsentrasi
relatif atau derajad spesialisasi kegiatan ekonomi melalui pendekatan
perbandingan.
Inti ekonomi basis menerangkan bahwa arah dan pertumbuhan suatu
wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah. Ekspor itu sendiri tidak terbatas pada
bentuk barang-barang dan jasa, akan tetapi juga pengeluaran orang yag berada di
wilayah tersebut terhadap barang-barang tidak bergerak (Budiharsono, 2001).
Location Quotion (LQ) merupakan suatu indeks untuk
membandingkan komoditas pada tingkat kabupaten/kota dengan di Propinsi. Pada
makalah ini pengitungan LQ menggunakan data PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) yang membandingka sektor unggulan Kota Sibolga dengan sektor unggulan provinsi Sumatera Utara tahun 2013.
Rumus penghitungan LQ : ��⁄� ��⁄�
Keterangan :
Ri = PDRB Kota Sibolga R = PDRB Total Kota Sibolga Ni = PDRB Propinsi Sumatera Utara N = Total PDRB Propinsi Sumatera Utara
6
6 Perdagangan, Hotel dan Restotan 19.29 23.72 1.23
7 Pengangkutan dan Komunikasi 9.55 16.72 1.75
8 Bank dan Lembaga Keuangan 7.68 9.00 1.17
9 Jasa-Jasa 11.51 14.26 1.24
Jumlah 100,00 100.00 1,00
d. Sektor Dominan di Kota Sibolga
Pada Tabel 3 di atas, terlihat bahwa sektor yang paling menonjol
adalah Pengangkitan dan Komunikasi, disusul oleh Listrik, Gas dan Air Minum,
serta Bank dan Lembaga Keuangan, maka dalam teori sektor dasar atau teori
ekspor, sektor-sektor ini akan disebut sebagai sektor dasar atau sektor ekspor
karena nilai Lqnya yang paling tinggi. Namun sektor-sektor yang dominan dari
sisi angka Lqnya bukanlah barang komoditas dan tidak bisa di ekspor ke luar
daerah. Kemungkinan tingginya nilai LQ di ketiga sektor non komoditas tersebut
disebabkan keberadaan pelayanan sektor tersebut masih sangat terbatas,
sedangkan di wilayah Kota Sibolga terlihat dominan.
Oleh karena itu, sektor dominan di Kota Sibolga adalah sektor
Perdagangan, Hotel dan Restotan dengan nilai LQ 1.23. sektor perdagangan, jotel,
dan restoran ini jika dilihat dalam subsektornya terdapat juga sektor pariwisata
sebagai sektor pendukung perdagangan, hotel, dan restoran. Sektor dominan
kedua adalah sektor pertanian dengan subsektor perikanan dengan nilai LQ 1,05.
Kedua sektor tersebut nilai LQ>1 , artinya komoditas ini menjadi basis atau
menjadi sumber pertumbuhan. Komoditas tersebut memiliki keunggulan
komperatif , hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayah Kota
7
Sedangkan sektor dominan ketiga adalah sektor industri dengan nilai
LQ 0,35. Nilai LQ<1, artinya komoditas ini termasuk non basis. Komoditas
industri ini tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam wilayah, sehingga perlu
pasokan atau impor dari luar Kota Sibolga. Penjelasan ketiga sektor unggulan
Kota Sibolga tersebut adalah sebagai berikut:
1) Perikanan
Kota Sibolga yang terletak di Teluk Tapian Nauli, dimana lautan di
teluk ini sangat tenang, aman serta terlindung dari gelombang laut. Kota ini juga
berada di pertengahan Kawasan Pantai Barat Sumatera. Dengan demikian sangat
cocok dan memberikan keuntungan untuk dijadikan sebagai Pelabuahan
Pendaratan Ikan, dengan kata lain potensial untuk dijadikan Kota Perikanan.
Statusnya sebagai Kota Perikanan bukan sebagai tempat menangkap ikan, tetapi
adalah sebagai tempat pendaratan ikan serta penyedia logistik yang dibutuhkan
untuk mendukung sektor perikanan laut tersebut. Dilihat dari data potensi lestari,
potensi perikanan tangkap diperairan Pantai Barat Sumatera Utara masih cukup
besar dan menjanjikan untuk dikelola dan dimanfaatkan bagi kesejahteraan
masyarakat.
2) Perdagangan
Mengingat Kota Sibolga yang menempati posisi yang sangat strategis,
dimana berada di pertengahan Pantai Barat Sumatera Utara serta menempati
posisi silang Kabupaten Tapanuli Utara–Pulau Nias dengan Kota
Padangsidempuan–Tapanuli Tengah, maka Kota ini berpotensi untuk
dikembangkan menjadi pusat perdanganan di kawasan ini. Dalam sektor ini Kota
Sibolga berfungsi sebagai distributor untuk komoditi yang diimpor dari luar
daerah. Dalam upaya meningkatkan sektor ini, diupayakan untuk melaksanakan
pembangunan untuk penyediaan berbagai fasilitas seperti pembangunan pasar,
prasarana jalan serta pusat-pusat pertokoan.
3) Pariwisata
Perpaduan objek wisata alam yang mengagumkan dengan wilayah yang
bergunung, berlembah, dan udara yang sejuk serta kawasan pantai yang memiliki
8
untuk dikunjungi. Potensi ini didukung dengan keindahan Pantai Teluk Tapian
Nauli yang sangat indah, jajaran pulau yang bagus dengan lautannya yang tenang.
Selain tujuan wisata, Kota ini juga berfungsi sebagai daerah transit wisata menuju
objek-objek wisata yang ada di pulau-pulai di sekita Pantai Barat Sumatera Utara,
seperti Pulau Nias dan pulau-pulau di wilayah Sumatera Barat dan Aceh.
Didukung dengan pantai yang indah di Teluk Tapian Nauli dan
perbukitan yang seolah-olah melindungi Kota ini, serta pulau-pulau yang menarik
yang berada di perairan teluk, sehingga Kota Sibolga sangat potensial
dikembangkan sebagai objek wisata. Dalam rangcangan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Sibolga, pegembangan pariwisata
merupakan salah satu program prioritas dengan melaksanakan berbagai kegiatan
untuk mendukung pembangunan kepariwisataan tersebut. Berbagai event setiap
tahunnya dilaksanakan di Kota Sibolga dalam upaya untuk menarik wisatawan,
seperti Lomba Perahu Dayung, Upacara Maure Lawik, Lomba memancing ikan,
peringatan Hari Jadi Sibolga, serta berbagai perlombaan seni budaya khas pesisir
Sibolga. Untuk mendukung kepariwisatawan ini, telah tersedia hotel/losmen
sebanyak 27 buah dan restoran/rumah makan sebanyak 15 buah. Di antara
hotel-hotel tersebut, 4 diantaranya merupakan hotel-hotel berbintang. Hotel dan restoran
tersebut masing-masing menghidangkan berbagai jenis masakan yang menarik,
pada umumnya masakan khas pesisir berupa hidangan hasil laut ataupun berbahan
baku ikan.
4) Industri
Mengingat potensi sumber daya alam yang tersedia di kawasan ini serta
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat, maka Kota Sibolga berpotensi
untuk dikembangkan menjadi Kota Industri. Industri maritim serta industri yang
mempergunakan bahan baku dari laut memiliki keunggulan komparatif untuk
dikembangkan di daerah lain. Dan mengingat luas wilayah Kota Sibolga yang
relatif sempit, maka skala industri yang ideal di Kota Sibolga adalah industri
kecil, industry rumah tangga, dan industri menengah, seperti pembuatan kapal,
9
industri yang dimungkinkan adalah industri rumah tangga seperti pengelolaan
makanan, barang-barang kerajinan, pertukangan dan lain sebagainya.
Jika dilihat pada pertumbuhan PDRB Kota Sibolga sejak 2009 smpai
dengan 2013 teerlihat bahwa sektor pertanian dengan subsektor perikanan, serta
perdangan, hotel dan restoran sebagai sektor dominan di Kota Sibolga.
2.
FAKTOR PENENTU DAYA SAING KOTA SIBOLGADaya saing adalah produktivitas yang didefinisikan sebagai output
yang dihasilkan oleh tenaga kerja. Daya saing suatu negara secara global
menurut World Economic Forum (WEF) didefinisikan sebagai kemampuan perekonomian nasional untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
berkelanjutan. Indikator daya saing secara global diukur dari kondisi ekonomi
makro, birokrasi, serta teknologi suatu negara.
Daya saing menurut Pusat Studi dan Pendidikan Kebanksentralan
Bank Indonesia harus mempertimbangkan beberapa hal (Tumar
Sumihardjo,2008):
o Daya saing mencakup aspek yang lebih luas dari sekedar produktivitas atau
efisiensi pada level mikro. Hal ini memungkinkan kita lebih memilih
mendefinisikan daya saing sebagai “kemampuan suatu
perekonomian”daripada”kemampuan sektor swasta atau perusahaan”
o Pelaku ekonomi atau economic agent bukan hanya perusahaan, akan tetapi juga rumah tangga, pemerintah, dan lain-lain. Semuanya berpadu dalam suatu
sistem ekonomi yang sinergis. Tanpa memungkiri peran besar sektor swasta
perusahaan dalam perekonomian, fokus perhatian akan diperluas, tidak hanya
terbatas akan hal itu saja dalam rangka menjaga luasnya cakupan konsep daya
saing.
o Tujuan dan hasil akhir dari meningkatnya daya saing suatu perekonomian tak
lain adalah meningkatnya tingkat kesejahteraan penduduk di dalam
perekonomian tersebut. Kesejahteraan atau level of living adalah konsep yang maha luas yang pasti tidak hanya tergembarkan dalam sebuah besaran
10
adalah kompetisi. Disinilah peran keterbukaan terhadap kompetisi dengan
para kompetitor menjadi relevan. Kata daya saing menjadi kehilangan
maknanya pada suatu perekonomian yang tertutup.
a. Input Kota Sibolga
Jolite Sinkiene dalam Susongko (2016:4.27) membagi faktor yang
mempengaruhi daya saing daerah yaitu terdiri dari faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal meliputi faktor manusia (Humans factors), faktor kelembagaan (Institutional factor), faktor fisik (Physical factors), dan faktor ekonomi (Economics factors). Keempat faktor internal tersebut masih dalam kendali pemerintah Kota Sibolga.
1. Faktor Manusia (Humans factors)
Sumber daya manusia merupakan potensi yang terkandung di dalam
diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif
dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh
potensiyang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan
dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan.
Kota Sibolga dengan luas wilayah 10,77 km2 didiami penduduk pada
tahun 2017 sebanyak 95.137 jiwa. Penduduk ini tersebar di empat kecamatan,
yaitu: Kecamatan Sibolga Utara, Sibolga Kota, Sibolga Selatan, dan Sibolga
Sambas. Kota ini didiami sebanyak 15 etnis, mulai dari etnis Pesisir, Batak Toba,
Minangkabau, Mandailing, Tionghoa, Melayu, Jawa, Angkola Sipirok, Padang
Lawas, Pakpak Dairi, Karo, Aceh, Nias, Simalungun, dan India. Sementara agama
yang dianut masyarakatnya, yaitu: agama Islam, Kristen, dan Budha.
Jika dilihat dari indikator kesejahteraan penduduk, akan dapat dilihat
dari IPM (indeks Pembangunan Manusia), Usia harapan hidup, angka
pengangguran, angka kemiskinan, dan lain-lain. Gambaran tentang indikator
11
Tabel 4
Indikator Kesejahteraan Sosial Tahun 2010-2013
Sumber : BPJS Kota Sibolga
Berdasarkan data BPS Kota Sibolga dalam Tabel 4 di atas dapat
dilihat bahwa IPM Kota Sibolga pada tahun 2013 adalah 76,19, dengan usia
harahap hidup yang cukup tinggi yaitu usia 70 tahun. Sedangkan jika dilihat dari
komposisi tenaga kerja di Kota Sibolga dapat dilihat pada table 5 terlihat ada
sekitar 68,60 persen penduduk Kota Sibolga termasuk dalam batas usia kerja
(15-64 tahun) sedangkan sisanya sekitar 31,40 persen tidak tergolong penduduk usia
kerja karena berumur dibawah 15 tahun dan lebih dari 64 tahun.
Tabel 5
Persentase Tenaga kerja menurut Kecamatan di Kota Sibolga Tahun 2017
Kecamatan Jumlah
Penduduk
Jumlah Tenaga Kerja (Penduduk
Usia Kerja)
% Tenaga Kerja
1 2 3 4
Sibolga Utara 15,618 22,547 69.30
Sibolga Kota 11,414 16,585 68.80
Sibolga Selatan 22,904 33,554 68.30
Sibolga Sambas 15,344 22,451 68.30
12
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Sibolga
Kecamatan yang mempunyai jumlah tenaga kerja terbanyak terdapat
di Kecamatan Sibolga Utara sebesar 69,30 persen. Sedangkan jumlah tenaga kerja
terendah terdapat di Kecamatan Sibolga Selatan dan Kecamatan Sibolga Sambas
sebesar 68,30 persen.
Selanjutnya dilihat dari segi kualitas tenaga kerja, dimana tenaga kerja
dikaitkan dengan pendidikan yang ditamatkan, dapat dilihat pada tabel 6 Terlihat
bahwa tenaga kerja Kota Sibolga menurut tingkat pendidikan formalnya sampai
dengan tahun 2017 hampir sebagian besar (37,40%) tamat SLTA/sederajat dan
tamat SLTP/sederajat (22,60%). Sedangkan tenaga kerja tamatan SD/sederajat juga
tergolong tinggi (19,20%). Sedangkan untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi
(D-I/D-II, D-III/Sarjan Muda, dan D-IV/S-1, tenaga kerja perempuan lebih tinggi
dari pada tenaga kerja laki-laki.
Tabel 6
Jumlah Tenaga Kerja Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin, Kota Sibolga Tahun 2017
Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan L+P
n % n % n %
1 2 3 4 5 6 7
Tdk/Belum Sekolah 517 1.60 482 1.50 999 1.50
Belum Tmt SD/Sdrjt 3,413 10.30 3,202 9.90 6,615 10.10 Tamat SD/Sederajat 6,435 19.50 6,129 19.00 12,564 19.20 SLTP/Sederajat 7,788 23.60 6,961 21.60 14,749 22.60 SLTA/Sederajat 12,329 37.30 12,096 37.50 24,425 37.40
Diploma I/II 72 0.20 206 0.60 278 0.40
Diploma III/S.Muda 564 1.70 1,125 3.50 1,689 2.60
Diploma IV/S-1 1,839 5.60 2,001 6.20 3,840 5.90
Strata -2 79 0.20 41 0.10 120 0.20
Strata -3 1 0.00 0 0.00 1 0.00
Jumlah 33,037 100 32,243 100 65,280 100
13
2. Faktor Kelembagaan (Institutional factor)
Disamping faktor manusia, daya saing daerah juga dipengaruhi oleh
faktro kelembagaan. Faktor kelembagaan dapat dilihat dari indikator efektifitas
pemerintahan daerah, pimpinan instirusi, jaringan instituional, fasilitas dan
peayanan kota, dan strategi pengembangan kota. Jika dilihat dari ketersediaan
pelayanan publik, maka Kota Sibolga memiliki instansi pelayanan publik yang
cukup lengkap. Karena wilayah Kota Sibolga sebagai bekas Keresidenan pada
awal kemerdekaan, menjadi daerah sentra untuk wilayah pantai barat Sumatera
Utara. Fasilitas instansi pelayanan publik yang terdapat di Kota Sibolga, yaitu
fasilitas perkantoran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) sebagai sektor
pelayanan publik terdiri dari Sekretariat Daerah, 11 Dinas, 4 Bandan, dan 7
Kantor ditambah 4 kantor kecamatan, dan 17 kantor kelurahan. Selain itu instansi
vertikal yang ada di Kota Sibolga juga cukup banyak yaitu terdapat 16 instansi
vertikal seperti Bank Indonesia, Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara,
Pengadilan Negeri, Kejaksaan Negeri, BPS, dan lain-lain. Badan Usaha Milik
Negara dan Milik Daerah juga memberikan kontribusi jasa pelayanan kepada
masyarakat Kota Sibolga dan sekitarnya. BUMN/D tersebut terdiri dari 14
perbankan, 1 BUMD PDAM Tirtanauli dan 10 perusahaan plat merah lainnya.
3. Faktor Fisik (Physical factors)
Faktor fisik kota juga menjadi barometer kekuatan daya saing daerah
yang dilihat dari faktor lokasi kota dan aksesebilitas, Prasarana Kota, dan sumber
daya alam kota. Dari sektor pariwisata tersedia hotel/losmen sebanyak 27 buah
dan restoran makan sebanyak 15 buah yang tersebar di dalam kota dan zano
pariwisata pulau pulau yang ada di Teluk Tapian Nauli Sibolga seperti Pulau
Poncan, Pulau Putri, Pulau Sendok, dan lain-lain.
Selain itu, Kota Sibolga juga dekat dengan layanan Bandar Udara
Ferdinand Lumban Tobing yang terletak 30 km dari Kota Sibolga yang
melayani rute Sibolga-Jakarta, Sibolga-Medan, Sibolga- Nias setiap harinya.
14
telekomunikasi. Di Kota Sibolga terdapat kantor PT. Telkomsel yang melayani
jasa Telekomunikasi di wilayah Sibolga dan sekitarnya. Pelayanan Telkom
meliputi saluran telepon, telkom flexi, faximile, internet melalui jasa pelayanan
telepon maupun warung-warung internet yang tersedia di semua sudut Kota
Sibolga. Menurut data PT Telkom, saat ini di Sibolga jumlah Sentral Telepon
Otomat berjumlah 1 perangkat, jumlah BTS Flexi 1 perangkat, jumlah Rumah
Kabel 19 perangkat, jumlah pelanggan telepon rumah 7.061 SST (Satuan
Sambungan Telepon), jumlah pelanggan Speedy (Internet Broadband) 3.985
SSL (Satuan Sambungan Line), jumlah pelanggan flexi classy 285 SSF (Satuan
Sambungan Flexi) dan 39 unit Acces Point (@wifi.id) di Publik Area. Selain
itu kartu selular berbasi paket internet yang beredar baik Telkomsel, Axis, IM3,
Pro XL, Mentari dan Three (3) diperkirakan sebanyak 30 ribu lebih pelanggan
yang menggunakan akses internet melalui smartphone setiap harinya. Untuk
mendukung fasilitas tersebut tersedia pasokan listrik yang lebih dari cukup
karena di wilayah Sibolga juga tersedia pembangkit listrik tenaga uap yaitu
Pembangkit Listrik Labuhan Angin yang ada di daerah tetangga Tapanuli
Tengah.
4. Faktor Ekonomi (Economics factors)
Selama ini perekonomian Kota Sibolga sangat di dukung oleh
besarnya hasil dari perikanan laut. Secara umum perekonomian Kota Sibolga
masih di topang dari sektor pertanian (28,58%) yang disusul oleh sektor
perdangangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 14,42%. Sektor pertanian yang
disebutkan sudah termasuk subsektor perikanan di dalamnya. Besarnya kontribusi
kedua sektor inilah yang bisa dijadikan dasar dalam pembangunan kota yang
harus didukung oleh berbagai fasilitas yang ada.
Jika dilihat dari pertumbuhan PDRB Kota Sibolga dari tahun ketahun
mengalami peningkatan. Pada Tabel 7 terlihat PDRB Perkapita juga mengalami
hal yang sama yaitu pada tahun 2010 berkisar 18,27 juta meningkat pada tahun
2013 menjadi 24,77 juta. Demikian juga dengan pertumbuhan ekonomi Kota
Sibolga berkisar di angka 5,8 persen. Pertumbuhan tersebut berada di atas
15
Tabel 7
Indikator Ekonomi Kota Sibolga Tahun 2010-2013
Sumber : BPS Kota Sibolga, 2014
Selain itu, Usaha di sektor perdagangan juga mengalami peningkatan dari tahun
2010, baik perdagangan milik PT, CV/Firma, Koperasi, Perorangan, dan Badan
Usaha lainnya. Hal ini terlihat pada Tabel 8 di bawah ini:
Tabel 8
Grafik Perkembangan Usaha Perdangan Kota Sibolga Tahun 2010-2013
85 95 104 119
318 353 369 416
42 45 46 50
1,907 1,978 2,032
2,224
18 18 18 18
2010 2011 2012 2013
Grafik Perkembangan Usaha Perdagangan Kota Sibolga
Tahun 2010-2013
16
Selain fakto internal yang mempengaruhi tingkat daya saing daerah,
menurut Jolita Sinkiene terdapat juga fakto eksternal di luar kendali pemerintah
kota dan masyarakatnya. Terdapat 5 (lima) golongan faktor eksternal, yaitu:
pertama, Stabilitas politik dan hukum. Stabilitas politik merupakan syarat mutlak terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara, termasuk juga daerah. Dengan
kondisi politik yang stabilitas berarti akan menciptakan keamanan yang
terkendali, sehingga para investor dan pelaku ekonomi akan dapat berkativitas
sebagaimana biasa. Kondisi ekonomi yang membaik akan meningkatkan daya
saing daerah. Kedua, faktor teknologi, dengan adanya perkembangan teknologi yang begitu cepat, akan berdampak kepada tingkat daya saing daerah. Teknologi
yang mutakhir seperti di bidang telekomonikasi akan mempercepat transaransi
pemerintah sehingga meningkatkan akuntabilitas kinerja pemerintah. Dengan
adanya transparansi akan mempermudah arus pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan kualitas pelayanan publik. Teknologi juga dapat dimanfaatkan oleh
pemerintah kota untuk membanguan smart city dengan konsep modern, sehingga pengelolaan pemerintahan dan masyarakat di Kota Sibolga akan berjalan dengan
dinamis.
Faktor ketiga, ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi nasional memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Demikian juga dengan
kebijakan makro ekonomi seperti kebijakan fiskal dan moneter yang dikeluarkan
pemerintah pusat dalam bentuk peraturan dan kebijakan akan berpengaruh kepada
daya saing daerah. Misalnya kebijakan amnesti pajak akan berdampak kepada
peningkatan PDRB kota. Keempat, faktor sosial-budaya. Kota Sibolga dikenal sebagai kota yang beragam. Sibolga dijuluki dengan slogan “Sibolga Kota
Berbilang Kaum dan Perekat Umat Beragama” dengan Motto ‘Saiyo Kakato”
(seiya sekata). Kondisi toleransi di Kota Sibolga berjalan dengan baik sejak lama
tanpa adanya konflik sosial dan agama. Hal ini menjadi nilai tersendiri bagi Kota
Sibolga, karena terdiri dari berbagai suku dan juga agama, tetapi jauh dari konflik
sosial. Budaya pesisir yang dipegang teguh masyarakat Kota Sibolga telah
menjalin rajut budaya yang erat dengan setiap suku yang datang kemudian ke
17
indah dilingkungi oleh pulau-pulau dan pegunungan nan asri, menjadi wilayah
yang nyaman untuk menjadi pemukiman.
b. Proses Interaksi Faktor Internal dan Eksternal
Faktor ekternal dan ineternal memiliki interaksi dan berbengaruh
kepada tingkat daya saing suatu wilayah. Faktor internal dapat dikendalikan oleh
pemerintah daerah melalui penyelenggaraan pemerintahan dan kebijakan
pembangunan yang dilaksanakan setiap tahunnya. Namun faktor eksternal tidak
dapat diprediksi dan dikendalikan oleh pemerintah daerah. Faktor eksternal akan
menjadi faktor pendorong bagi faktor internal untuk menciptakan daya saing
daerah. Kondisi perekonomian nasional yang baik dari sisi pertumbuhan, kemanan
politik negara yang baik, kondisi masyarakat yang nyaman, serta pemanfaatan
perkembangan teknologi akan mendorong sumber daya manusia sebagai subjek
pembangunan untuk meningkatkan daya saing daerah. Demikian juga fungsi
kelembagaan pemerintah akan berjalan optimal jika faktor eksternal berada dalam
kondisi baik.
c. Output Daya Saing Yang Harapkan
Output merupakan hasil yang diharapkan terjadi dari peningkatan
daya saing daerah. Dengan adanya kondisi indikator makro kesejahteraan sosial
seperti dikemukan di awal makalah ini, maka kondis yang di harapkan adalah
terjadi ekselerasi pertumbuhan ekonomi serta kualitas kehidupan masyarakat ota
Sibolga. Pada pemanfaatan perkembangan teknologi, diharapkan pemerintah Kota
Sibolga dapat menerapkan Sma rt City untuk membangun kota yang dinamis dengan tata kelola kota modern. Dengn konsep smart city maka akan mudah untuk mewujudkan Visi Pemerintah Kota Sibolga Tahun 2015-2020 yaitu “Mewujudka n Sibolga Yang Sejahtera, Maju dan Berdaya Saing”.
Seperti yang dikemukakan oleh Griffinger dkk (2007:10-14) bahwa ada
18
smart mobility, smart environment, smart people, smart living, dan , smart government dengan penjelasan singkat sebagai berikut:
a. Smart Economy
smart economy atau ekonomi cerdas mencakup inovasi dan persaingan, jika
semakin banyak inovasi-inovasi baru yang dikembangkan maka akan
menambah peluang usaha baru dan meningkatkan persaingan pasar
usaha/modal.
b. Smart Mobility
Smart mobility termasuk pada transportasi dan pembangunan infrastruktur.
Pembangunan infrastruktur diwujudkan melalui penguatan system perencanaan
infrastruktur kota, pengembangan aliran sungai, peningkatan kualitas dan
kuantitas air bersih, pengembangan system transportasi, pengembangan
perumahan dan permukiman, dan peningkatan konsistensi pengendalian
pembangunan infrastruktur.
c. Smart Environment (Lingkungan)
Lingkungan pintar berarti lingkungan yang bisa memberikan kenyamanan,
keberlanjutan sumber daya, keindahan fisik maupun non fisik, visual maupun
tidak,bagi masyarakat dan public. Menurut undang-undang tentang penataan
ruang, mensyaratkan 30% lahan perkotaan harus difungsikan untuk ruang
terbuka hijau baik privat maupun public. Lingkungan yang bersih tertata
merupakan contoh dari penerapan lingkungan yang pintar.
d. Smart People (Kreativitas dan Modal)
Pembangunan senantiasa membutuhkan modal, baik modal ekonomi (economic capital), modal manusia (human capital) maupun modal sosial (social capital). Kemudahan akses modal dan pelatihan-pelatihan bagi UMKM dapat
meningkatkan kemampuan dan ketrampilan mereka dalam mengembangkan
usahanya.
e. Smart Living (Kualitas Hidup)
Berbudaya, berarti bahwa manusia memiliki kualitas hidup yang terukur
19
memperbaiki dirinya sendiri. Pencapaian budaya pada manusia, secara
langsung maupun tidak langsung merupakan hasil dari pendidikan.
f. Smart Governance (Pemberdayaan Dan Partisipasi)
Kunci utama keberhasilan penyelengaraan pemerintahan adalah Good Governance. Yaitu paradigma, sistem dan proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang mengindahkan prinsip-prinsip supremasi hukum,
kemanusiaan, keadilan, demokrasi, partisipasi, transparansi, profesionalitas, dan
akuntabilitas ditambah dengan komitmen terhadap tegaknya nilai dan prinsip
“desentralisasi, daya guna, hasil guna, pemerintahan yang bersih, bertanggung
jawab, dan berdaya saing”.
d. Tingkat Kualitas Hidup Yang Diinginkan
Terciptanya kota dengan tingkat aksesebilitas yang tinggi berbasis
teknologi akan memberikan kemudaham bagi masyarakat kota dalam
menjalankan aktivitas dan menikmati hidupnya. Pemanfaatan sma rt city misalnya, merupakan bagian dari upaya meningkatan pengelolaan kota yang berdaya saing
yang akan berpengaruh kepada peningkatan kualitas hidup masyarakat. Kualitas
hidup yang diidamkan oleh masyarakat adalah memiliki tingkat pendapatan yang
baik, sehingga ekonomi keluarga meningkat. Selanjutnya adalah kemudahan
untuk mendapatkan akses pelayanan publik, seperti pelayanan administrasi,
pelayanan pendidikan, dan pelayanan kesehatan. Kemudahan berusaha juga
merupakan kondisi yang diinginkan agar perekonomian masyatakat dapat
meningkat. Selain itu untuk mendukung kualitas hidup dipelukan juga adanya
lapangan kerja baik, lingkungan hidup bersih, kriminalitas rendah, banyak hiburan
20
DAFTAR PUSTAKA
Adon Nasrullah Jamaluddin. 2015. Sosiologi Perkotaan : Memahami Masyarakat Kota dan Problematikanya. Bandung: Pustaka Setia.
Hadi Sabari Yunus. 2015. Manajemen Kota: Perspektif Spasial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.