• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas 2 Mata Kuliah Kebijakan Pengembang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tugas 2 Mata Kuliah Kebijakan Pengembang"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1 Tugas 2

Mata Kuliah : Kebijakan Pengembangan Wilayah dan Perkotaan (MAPU5303)

DAYA SAING KOTA

Studi Kasus : Analisis Potensi Daerah Kota Sibolga dalam Mewujudkan Masyarakat yang Sejahtera, Maju dan Berdaya Saing

Disusun Oleh

ISMAR ROSIDI NIM. 500693892

Prodi : Magister Ilmu Administrasi Bidang Minat Administrasi Publik (Online)

1.

KOMODITAS UNGGULAN KOTA SIBOLGA

a. Gambaran Umum Kota Sibolga

Sebelum menjadi daerah otonom, Kota Sibolga merupakan ibukota

Keresidenan Tapanuli di bawah pimpinan seorang Residen dan membawahi beberapa “Luka atau Bupati” dan menjadi tempat kedudukan Gubernur Militer Wilayah Tapanuli dan Sumatera Timur Bagian Selatan, kemudian dengan

dikeluarkannya surat keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor: 102 Tanggal

17 Mei 1946, Sibolga menjadi Daerah Otonom tingkat “D” yang luas wilayahnya

ditetapkan dengan Surat Keputusan Residen Tapanuli Nomor: 999 tanggal 19

November 1946 yaitu Daerah Kota Sibolga yang sekarang. Sedang desa-desa

sekitarnya yang sebelumnya masuk wilayah Sibolga On Omne Landen menjadi

atau masuk Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah.

Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1956

Sibolga ditetapkan menjadi Daerah Swatantra Tingkat II dengan nama Kotapraja

Sibolga yang dipimpin oleh seorang Walikota dan daerah wilayahnya sama

dengan Surat Keputusan Residen Tapanuli Nomor: 999 tanggal 19 November

1946. Selanjutnya dengan Undang-Undang Nomor: 18 tahun 1956 Daerah

Swatantra Tingkat II Kotapraja Sibolga diganti sebutannya menjadi Daerah

Tingkat II Kota Sibolga yang pengaturannya selanjutnya ditentukan oleh

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah yang

(2)

2

Sibolga merupakan Daerah Otonom Tingkat II yang dipimpin oleh Walikota

Kepala Daerah.

Kemudian dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor: 19

Tahun 1979 tentang pola dasar Pembangunan Daerah Sumatera Utara, Sibolga

ditetapkan Pusat Pembangunan Wilayah I Pantai Barat Sumatera Utara.

Perkembangan terakhir yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah

Daerah Nomor: 4 Tahun 2001, tentang Pembentukan Organisasi Kantor

Kecamatan, Sibolga dibagi menjadi 4 (empat) Kecamatan, yaitu: Kecamatan

Sibolga Utara, Kecamatan Sibolga Kota, Kecamatan Sibolga Selatan, dan

Kecamatan Sibolga Sambas.

Kota Sibolga dengan luas wilayah 10,77 km2 didiami penduduk

sebanyak 96,249 jiwa, terdiri dari 48,600 jiwa laki-laki dan 47,649 jiwa

perempuan, Penduduk ini tersebar di 4 empat) kecamatan yaitu Kecamatan

Sibolga Utara, Kecamatan Sibolga Kota, Kecamatan Sibolga Selatan, dan

Kecamatan Sibolga Sambas. Dari table 1 terlihat bahwa jumlah penduduk terbesar

terdapat di Kecamatan Sibolga Selatan yaitu 33,698 jiwa (35%), sedangkan

Kecamatan Sibolga Kota memiliki jumlah penduduk terkecil yaitu 16,894 Jiwa

(17,60%).

b. Sektor Dominan Kota Sibolga

2.1.Distribusi PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kota Sibolga

Berdasarkan distribusi PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kota Sibolga terlihat bahwa lapangan usaha yang paling dominan dalam struktur

perekonomian Kota Sibolga adalah pertanian dengan Sub Sektor Perikanan Laut.

Adapun lapangan usaha yang dominan selanjutnya adalah perdagangan dan

jasa-jasa. Sektor perdangan juga sangat erat hubungan nya dengan sektor perikanan

tersebut, karena sebagian besar usaha perdagangan adalah terkait dengan

perdagangan ikan dan peralatan serta sarana pendukung untuk menangkap ikan.

Dengan demikian sektor perikanan tetap menjadi sektor dominan yang perlu

mendapat perhatian besar di Kota Sibolga. Untuk mendukung pengembangan

(3)

3

pendaratan ikan, serta pelatihan Ibu-ibu rumah tangga untuk pengembangan

sektor UMKM pengelolaan ikan menjadi bahan makanan yang berbentuk kuliner,

makanan kemasan, dan sebagai oleh-oleh khas Kota Sibolga.

Tabel 1

PDRB Kota Sibolga Tahun 2009-20131

NO LAPANGAN USAHA TAHUN

2009 2010 2011 2012 2013

1 2 3 4 5 6 7

1 Pertanian 321.912,37 357.043,91 397.010,36 426.143,52 474.018,16

2 Penggalian 90,50 93,06 95,72 98,36 103,10

3 Industri Pengolahan 119.416,74 131.367,89 133,961,57 146,168,89 158.689,42

4 Listrik, Gas dan Air Minum

14.725,91 15.732,84 17.508,25 18.494,92 20.018,13

5 Bangunan 76,485,36 85.869,21 95.850,52 105.929,92 118.892,42

6 Perdagangan, Hotel dan Restotan

309.309,58 353.021,30 386,420,27 445.421,93 504.160,83

7 Pengangkutan dan Komunikasi

191..212,14 228.224,10 264,591,56 302.874,52 355.410,16

8 Bank dan Lembaga Keuangan

124.728,93 144.131,10 160.100,49 174.028,70 191.431,61

9 Jasa-Jasa 203.241,20 228,293,29 242.747,78 265.645,19 303.122,20 Jumlah 1.361.122,72 1.543.776,70 1.698/286,54 1.884.805,67 2.125.846,02

Jlh. PDRB Harga Konstan (Rp. Juta)

697.916,30 740.037,16 777.479,10 819.280,36 866.829,09

Pertumbuhan PDRB Harga Konstan (%)

5,70 6,04 5,09 5,35 5,80

PDRB Perkapita Harga Berlaku (Rp. Juta)

16.104.340,14 18.273.655,63 19.916.343,66 21.952.989,87 24..774.738,88

Sibolga sejak zaman dahulu dikenal dengan kota perdagangan dan jasa

karena memiliki pelabuhan laut yang ramai dikunjungi oleh kapal-kapal dagang

dari berbagai daerah. Secara infrastruktur, Kota Sibolga sangat potensial untuk

dikembangkan sebagai kawasan strategis pelabuhan untuk mendukung arus

barang dan jasa dalam perdagangan lokal maupun regional. Sebagai bagian dari

pengembangan Tol Laut yang telah digagas pemerintah, Presiden Joko Widodo

(4)

4

telah meresmikan perluasan pelabuhan Sibolga pada tanggal 20 Agustus 2016

lalu. Sementara ini pelabuhan Sibolga banyak difungsikan untuk menopang arus

barang dan jasa dari Sibolga ke Pulau Nias. Pemerintah saat ini sedang

merencanakan perluasan fungsi pelabuhan Sibolga menjadi Tol Laut yang bisa

mendrisbusikan barang dan jasa antar pulau di Indonesia.

2.2.Tinjauan Perbandingan Sektor Unggulan Kota Sibolga dengan Provinsi Sumatera Utara.

Jika melihat PDRB Provinsi Sumatera Utara seperti pada Tabel 2,

terlihat bahwa sektor lapangan pekerjaan dimana termasuk di dalamnya sektor

perikanan merupakan sektor dominan dalam struktur PDRB, disusul oleh sektor

perdagangan, Hotel, dan Restoran. Dengan demikian sektor perikanan dan

perdagangan yang dominan di Kota Siboga juga merupakan sektor dominan yang

sama pada skala provinsi Sumatera Utara.

Tabel 2

Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (milyar rupiah), 2011 – 2013

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

(5)

5 c. Penentuan LQ (Location Quotient)

Metode LQ (Location Quotient) untuk mengidentifikasi komoditas unggulan diakomodasi dari Miller & Wright (1991), Isserman (1997), dan Roo

Hood (1998). Menurut Hood (1998), Location Quotient adalah suatu alat pengembangan ekonomi yang lebih sederhana dengan segala kelebihan dan

keterbatasannya. Teknik LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum

digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami

sektor kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan. LQ mengukur konsentrasi

relatif atau derajad spesialisasi kegiatan ekonomi melalui pendekatan

perbandingan.

Inti ekonomi basis menerangkan bahwa arah dan pertumbuhan suatu

wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah. Ekspor itu sendiri tidak terbatas pada

bentuk barang-barang dan jasa, akan tetapi juga pengeluaran orang yag berada di

wilayah tersebut terhadap barang-barang tidak bergerak (Budiharsono, 2001).

Location Quotion (LQ) merupakan suatu indeks untuk

membandingkan komoditas pada tingkat kabupaten/kota dengan di Propinsi. Pada

makalah ini pengitungan LQ menggunakan data PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) yang membandingka sektor unggulan Kota Sibolga dengan sektor unggulan provinsi Sumatera Utara tahun 2013.

Rumus penghitungan LQ : �� ��

Keterangan :

Ri = PDRB Kota Sibolga R = PDRB Total Kota Sibolga Ni = PDRB Propinsi Sumatera Utara N = Total PDRB Propinsi Sumatera Utara

(6)

6

6 Perdagangan, Hotel dan Restotan 19.29 23.72 1.23

7 Pengangkutan dan Komunikasi 9.55 16.72 1.75

8 Bank dan Lembaga Keuangan 7.68 9.00 1.17

9 Jasa-Jasa 11.51 14.26 1.24

Jumlah 100,00 100.00 1,00

d. Sektor Dominan di Kota Sibolga

Pada Tabel 3 di atas, terlihat bahwa sektor yang paling menonjol

adalah Pengangkitan dan Komunikasi, disusul oleh Listrik, Gas dan Air Minum,

serta Bank dan Lembaga Keuangan, maka dalam teori sektor dasar atau teori

ekspor, sektor-sektor ini akan disebut sebagai sektor dasar atau sektor ekspor

karena nilai Lqnya yang paling tinggi. Namun sektor-sektor yang dominan dari

sisi angka Lqnya bukanlah barang komoditas dan tidak bisa di ekspor ke luar

daerah. Kemungkinan tingginya nilai LQ di ketiga sektor non komoditas tersebut

disebabkan keberadaan pelayanan sektor tersebut masih sangat terbatas,

sedangkan di wilayah Kota Sibolga terlihat dominan.

Oleh karena itu, sektor dominan di Kota Sibolga adalah sektor

Perdagangan, Hotel dan Restotan dengan nilai LQ 1.23. sektor perdagangan, jotel,

dan restoran ini jika dilihat dalam subsektornya terdapat juga sektor pariwisata

sebagai sektor pendukung perdagangan, hotel, dan restoran. Sektor dominan

kedua adalah sektor pertanian dengan subsektor perikanan dengan nilai LQ 1,05.

Kedua sektor tersebut nilai LQ>1 , artinya komoditas ini menjadi basis atau

menjadi sumber pertumbuhan. Komoditas tersebut memiliki keunggulan

komperatif , hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayah Kota

(7)

7

Sedangkan sektor dominan ketiga adalah sektor industri dengan nilai

LQ 0,35. Nilai LQ<1, artinya komoditas ini termasuk non basis. Komoditas

industri ini tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam wilayah, sehingga perlu

pasokan atau impor dari luar Kota Sibolga. Penjelasan ketiga sektor unggulan

Kota Sibolga tersebut adalah sebagai berikut:

1) Perikanan

Kota Sibolga yang terletak di Teluk Tapian Nauli, dimana lautan di

teluk ini sangat tenang, aman serta terlindung dari gelombang laut. Kota ini juga

berada di pertengahan Kawasan Pantai Barat Sumatera. Dengan demikian sangat

cocok dan memberikan keuntungan untuk dijadikan sebagai Pelabuahan

Pendaratan Ikan, dengan kata lain potensial untuk dijadikan Kota Perikanan.

Statusnya sebagai Kota Perikanan bukan sebagai tempat menangkap ikan, tetapi

adalah sebagai tempat pendaratan ikan serta penyedia logistik yang dibutuhkan

untuk mendukung sektor perikanan laut tersebut. Dilihat dari data potensi lestari,

potensi perikanan tangkap diperairan Pantai Barat Sumatera Utara masih cukup

besar dan menjanjikan untuk dikelola dan dimanfaatkan bagi kesejahteraan

masyarakat.

2) Perdagangan

Mengingat Kota Sibolga yang menempati posisi yang sangat strategis,

dimana berada di pertengahan Pantai Barat Sumatera Utara serta menempati

posisi silang Kabupaten Tapanuli Utara–Pulau Nias dengan Kota

Padangsidempuan–Tapanuli Tengah, maka Kota ini berpotensi untuk

dikembangkan menjadi pusat perdanganan di kawasan ini. Dalam sektor ini Kota

Sibolga berfungsi sebagai distributor untuk komoditi yang diimpor dari luar

daerah. Dalam upaya meningkatkan sektor ini, diupayakan untuk melaksanakan

pembangunan untuk penyediaan berbagai fasilitas seperti pembangunan pasar,

prasarana jalan serta pusat-pusat pertokoan.

3) Pariwisata

Perpaduan objek wisata alam yang mengagumkan dengan wilayah yang

bergunung, berlembah, dan udara yang sejuk serta kawasan pantai yang memiliki

(8)

8

untuk dikunjungi. Potensi ini didukung dengan keindahan Pantai Teluk Tapian

Nauli yang sangat indah, jajaran pulau yang bagus dengan lautannya yang tenang.

Selain tujuan wisata, Kota ini juga berfungsi sebagai daerah transit wisata menuju

objek-objek wisata yang ada di pulau-pulai di sekita Pantai Barat Sumatera Utara,

seperti Pulau Nias dan pulau-pulau di wilayah Sumatera Barat dan Aceh.

Didukung dengan pantai yang indah di Teluk Tapian Nauli dan

perbukitan yang seolah-olah melindungi Kota ini, serta pulau-pulau yang menarik

yang berada di perairan teluk, sehingga Kota Sibolga sangat potensial

dikembangkan sebagai objek wisata. Dalam rangcangan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Sibolga, pegembangan pariwisata

merupakan salah satu program prioritas dengan melaksanakan berbagai kegiatan

untuk mendukung pembangunan kepariwisataan tersebut. Berbagai event setiap

tahunnya dilaksanakan di Kota Sibolga dalam upaya untuk menarik wisatawan,

seperti Lomba Perahu Dayung, Upacara Maure Lawik, Lomba memancing ikan,

peringatan Hari Jadi Sibolga, serta berbagai perlombaan seni budaya khas pesisir

Sibolga. Untuk mendukung kepariwisatawan ini, telah tersedia hotel/losmen

sebanyak 27 buah dan restoran/rumah makan sebanyak 15 buah. Di antara

hotel-hotel tersebut, 4 diantaranya merupakan hotel-hotel berbintang. Hotel dan restoran

tersebut masing-masing menghidangkan berbagai jenis masakan yang menarik,

pada umumnya masakan khas pesisir berupa hidangan hasil laut ataupun berbahan

baku ikan.

4) Industri

Mengingat potensi sumber daya alam yang tersedia di kawasan ini serta

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat, maka Kota Sibolga berpotensi

untuk dikembangkan menjadi Kota Industri. Industri maritim serta industri yang

mempergunakan bahan baku dari laut memiliki keunggulan komparatif untuk

dikembangkan di daerah lain. Dan mengingat luas wilayah Kota Sibolga yang

relatif sempit, maka skala industri yang ideal di Kota Sibolga adalah industri

kecil, industry rumah tangga, dan industri menengah, seperti pembuatan kapal,

(9)

9

industri yang dimungkinkan adalah industri rumah tangga seperti pengelolaan

makanan, barang-barang kerajinan, pertukangan dan lain sebagainya.

Jika dilihat pada pertumbuhan PDRB Kota Sibolga sejak 2009 smpai

dengan 2013 teerlihat bahwa sektor pertanian dengan subsektor perikanan, serta

perdangan, hotel dan restoran sebagai sektor dominan di Kota Sibolga.

2.

FAKTOR PENENTU DAYA SAING KOTA SIBOLGA

Daya saing adalah produktivitas yang didefinisikan sebagai output

yang dihasilkan oleh tenaga kerja. Daya saing suatu negara secara global

menurut World Economic Forum (WEF) didefinisikan sebagai kemampuan perekonomian nasional untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan

berkelanjutan. Indikator daya saing secara global diukur dari kondisi ekonomi

makro, birokrasi, serta teknologi suatu negara.

Daya saing menurut Pusat Studi dan Pendidikan Kebanksentralan

Bank Indonesia harus mempertimbangkan beberapa hal (Tumar

Sumihardjo,2008):

o Daya saing mencakup aspek yang lebih luas dari sekedar produktivitas atau

efisiensi pada level mikro. Hal ini memungkinkan kita lebih memilih

mendefinisikan daya saing sebagai “kemampuan suatu

perekonomian”daripada”kemampuan sektor swasta atau perusahaan”

o Pelaku ekonomi atau economic agent bukan hanya perusahaan, akan tetapi juga rumah tangga, pemerintah, dan lain-lain. Semuanya berpadu dalam suatu

sistem ekonomi yang sinergis. Tanpa memungkiri peran besar sektor swasta

perusahaan dalam perekonomian, fokus perhatian akan diperluas, tidak hanya

terbatas akan hal itu saja dalam rangka menjaga luasnya cakupan konsep daya

saing.

o Tujuan dan hasil akhir dari meningkatnya daya saing suatu perekonomian tak

lain adalah meningkatnya tingkat kesejahteraan penduduk di dalam

perekonomian tersebut. Kesejahteraan atau level of living adalah konsep yang maha luas yang pasti tidak hanya tergembarkan dalam sebuah besaran

(10)

10

adalah kompetisi. Disinilah peran keterbukaan terhadap kompetisi dengan

para kompetitor menjadi relevan. Kata daya saing menjadi kehilangan

maknanya pada suatu perekonomian yang tertutup.

a. Input Kota Sibolga

Jolite Sinkiene dalam Susongko (2016:4.27) membagi faktor yang

mempengaruhi daya saing daerah yaitu terdiri dari faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal meliputi faktor manusia (Humans factors), faktor kelembagaan (Institutional factor), faktor fisik (Physical factors), dan faktor ekonomi (Economics factors). Keempat faktor internal tersebut masih dalam kendali pemerintah Kota Sibolga.

1. Faktor Manusia (Humans factors)

Sumber daya manusia merupakan potensi yang terkandung di dalam

diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif

dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh

potensiyang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan

dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan.

Kota Sibolga dengan luas wilayah 10,77 km2 didiami penduduk pada

tahun 2017 sebanyak 95.137 jiwa. Penduduk ini tersebar di empat kecamatan,

yaitu: Kecamatan Sibolga Utara, Sibolga Kota, Sibolga Selatan, dan Sibolga

Sambas. Kota ini didiami sebanyak 15 etnis, mulai dari etnis Pesisir, Batak Toba,

Minangkabau, Mandailing, Tionghoa, Melayu, Jawa, Angkola Sipirok, Padang

Lawas, Pakpak Dairi, Karo, Aceh, Nias, Simalungun, dan India. Sementara agama

yang dianut masyarakatnya, yaitu: agama Islam, Kristen, dan Budha.

Jika dilihat dari indikator kesejahteraan penduduk, akan dapat dilihat

dari IPM (indeks Pembangunan Manusia), Usia harapan hidup, angka

pengangguran, angka kemiskinan, dan lain-lain. Gambaran tentang indikator

(11)

11

Tabel 4

Indikator Kesejahteraan Sosial Tahun 2010-2013

Sumber : BPJS Kota Sibolga

Berdasarkan data BPS Kota Sibolga dalam Tabel 4 di atas dapat

dilihat bahwa IPM Kota Sibolga pada tahun 2013 adalah 76,19, dengan usia

harahap hidup yang cukup tinggi yaitu usia 70 tahun. Sedangkan jika dilihat dari

komposisi tenaga kerja di Kota Sibolga dapat dilihat pada table 5 terlihat ada

sekitar 68,60 persen penduduk Kota Sibolga termasuk dalam batas usia kerja

(15-64 tahun) sedangkan sisanya sekitar 31,40 persen tidak tergolong penduduk usia

kerja karena berumur dibawah 15 tahun dan lebih dari 64 tahun.

Tabel 5

Persentase Tenaga kerja menurut Kecamatan di Kota Sibolga Tahun 2017

Kecamatan Jumlah

Penduduk

Jumlah Tenaga Kerja (Penduduk

Usia Kerja)

% Tenaga Kerja

1 2 3 4

Sibolga Utara 15,618 22,547 69.30

Sibolga Kota 11,414 16,585 68.80

Sibolga Selatan 22,904 33,554 68.30

Sibolga Sambas 15,344 22,451 68.30

(12)

12

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Sibolga

Kecamatan yang mempunyai jumlah tenaga kerja terbanyak terdapat

di Kecamatan Sibolga Utara sebesar 69,30 persen. Sedangkan jumlah tenaga kerja

terendah terdapat di Kecamatan Sibolga Selatan dan Kecamatan Sibolga Sambas

sebesar 68,30 persen.

Selanjutnya dilihat dari segi kualitas tenaga kerja, dimana tenaga kerja

dikaitkan dengan pendidikan yang ditamatkan, dapat dilihat pada tabel 6 Terlihat

bahwa tenaga kerja Kota Sibolga menurut tingkat pendidikan formalnya sampai

dengan tahun 2017 hampir sebagian besar (37,40%) tamat SLTA/sederajat dan

tamat SLTP/sederajat (22,60%). Sedangkan tenaga kerja tamatan SD/sederajat juga

tergolong tinggi (19,20%). Sedangkan untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi

(D-I/D-II, D-III/Sarjan Muda, dan D-IV/S-1, tenaga kerja perempuan lebih tinggi

dari pada tenaga kerja laki-laki.

Tabel 6

Jumlah Tenaga Kerja Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin, Kota Sibolga Tahun 2017

Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan L+P

n % n % n %

1 2 3 4 5 6 7

Tdk/Belum Sekolah 517 1.60 482 1.50 999 1.50

Belum Tmt SD/Sdrjt 3,413 10.30 3,202 9.90 6,615 10.10 Tamat SD/Sederajat 6,435 19.50 6,129 19.00 12,564 19.20 SLTP/Sederajat 7,788 23.60 6,961 21.60 14,749 22.60 SLTA/Sederajat 12,329 37.30 12,096 37.50 24,425 37.40

Diploma I/II 72 0.20 206 0.60 278 0.40

Diploma III/S.Muda 564 1.70 1,125 3.50 1,689 2.60

Diploma IV/S-1 1,839 5.60 2,001 6.20 3,840 5.90

Strata -2 79 0.20 41 0.10 120 0.20

Strata -3 1 0.00 0 0.00 1 0.00

Jumlah 33,037 100 32,243 100 65,280 100

(13)

13

2. Faktor Kelembagaan (Institutional factor)

Disamping faktor manusia, daya saing daerah juga dipengaruhi oleh

faktro kelembagaan. Faktor kelembagaan dapat dilihat dari indikator efektifitas

pemerintahan daerah, pimpinan instirusi, jaringan instituional, fasilitas dan

peayanan kota, dan strategi pengembangan kota. Jika dilihat dari ketersediaan

pelayanan publik, maka Kota Sibolga memiliki instansi pelayanan publik yang

cukup lengkap. Karena wilayah Kota Sibolga sebagai bekas Keresidenan pada

awal kemerdekaan, menjadi daerah sentra untuk wilayah pantai barat Sumatera

Utara. Fasilitas instansi pelayanan publik yang terdapat di Kota Sibolga, yaitu

fasilitas perkantoran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) sebagai sektor

pelayanan publik terdiri dari Sekretariat Daerah, 11 Dinas, 4 Bandan, dan 7

Kantor ditambah 4 kantor kecamatan, dan 17 kantor kelurahan. Selain itu instansi

vertikal yang ada di Kota Sibolga juga cukup banyak yaitu terdapat 16 instansi

vertikal seperti Bank Indonesia, Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara,

Pengadilan Negeri, Kejaksaan Negeri, BPS, dan lain-lain. Badan Usaha Milik

Negara dan Milik Daerah juga memberikan kontribusi jasa pelayanan kepada

masyarakat Kota Sibolga dan sekitarnya. BUMN/D tersebut terdiri dari 14

perbankan, 1 BUMD PDAM Tirtanauli dan 10 perusahaan plat merah lainnya.

3. Faktor Fisik (Physical factors)

Faktor fisik kota juga menjadi barometer kekuatan daya saing daerah

yang dilihat dari faktor lokasi kota dan aksesebilitas, Prasarana Kota, dan sumber

daya alam kota. Dari sektor pariwisata tersedia hotel/losmen sebanyak 27 buah

dan restoran makan sebanyak 15 buah yang tersebar di dalam kota dan zano

pariwisata pulau pulau yang ada di Teluk Tapian Nauli Sibolga seperti Pulau

Poncan, Pulau Putri, Pulau Sendok, dan lain-lain.

Selain itu, Kota Sibolga juga dekat dengan layanan Bandar Udara

Ferdinand Lumban Tobing yang terletak 30 km dari Kota Sibolga yang

melayani rute Sibolga-Jakarta, Sibolga-Medan, Sibolga- Nias setiap harinya.

(14)

14

telekomunikasi. Di Kota Sibolga terdapat kantor PT. Telkomsel yang melayani

jasa Telekomunikasi di wilayah Sibolga dan sekitarnya. Pelayanan Telkom

meliputi saluran telepon, telkom flexi, faximile, internet melalui jasa pelayanan

telepon maupun warung-warung internet yang tersedia di semua sudut Kota

Sibolga. Menurut data PT Telkom, saat ini di Sibolga jumlah Sentral Telepon

Otomat berjumlah 1 perangkat, jumlah BTS Flexi 1 perangkat, jumlah Rumah

Kabel 19 perangkat, jumlah pelanggan telepon rumah 7.061 SST (Satuan

Sambungan Telepon), jumlah pelanggan Speedy (Internet Broadband) 3.985

SSL (Satuan Sambungan Line), jumlah pelanggan flexi classy 285 SSF (Satuan

Sambungan Flexi) dan 39 unit Acces Point (@wifi.id) di Publik Area. Selain

itu kartu selular berbasi paket internet yang beredar baik Telkomsel, Axis, IM3,

Pro XL, Mentari dan Three (3) diperkirakan sebanyak 30 ribu lebih pelanggan

yang menggunakan akses internet melalui smartphone setiap harinya. Untuk

mendukung fasilitas tersebut tersedia pasokan listrik yang lebih dari cukup

karena di wilayah Sibolga juga tersedia pembangkit listrik tenaga uap yaitu

Pembangkit Listrik Labuhan Angin yang ada di daerah tetangga Tapanuli

Tengah.

4. Faktor Ekonomi (Economics factors)

Selama ini perekonomian Kota Sibolga sangat di dukung oleh

besarnya hasil dari perikanan laut. Secara umum perekonomian Kota Sibolga

masih di topang dari sektor pertanian (28,58%) yang disusul oleh sektor

perdangangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 14,42%. Sektor pertanian yang

disebutkan sudah termasuk subsektor perikanan di dalamnya. Besarnya kontribusi

kedua sektor inilah yang bisa dijadikan dasar dalam pembangunan kota yang

harus didukung oleh berbagai fasilitas yang ada.

Jika dilihat dari pertumbuhan PDRB Kota Sibolga dari tahun ketahun

mengalami peningkatan. Pada Tabel 7 terlihat PDRB Perkapita juga mengalami

hal yang sama yaitu pada tahun 2010 berkisar 18,27 juta meningkat pada tahun

2013 menjadi 24,77 juta. Demikian juga dengan pertumbuhan ekonomi Kota

Sibolga berkisar di angka 5,8 persen. Pertumbuhan tersebut berada di atas

(15)

15

Tabel 7

Indikator Ekonomi Kota Sibolga Tahun 2010-2013

Sumber : BPS Kota Sibolga, 2014

Selain itu, Usaha di sektor perdagangan juga mengalami peningkatan dari tahun

2010, baik perdagangan milik PT, CV/Firma, Koperasi, Perorangan, dan Badan

Usaha lainnya. Hal ini terlihat pada Tabel 8 di bawah ini:

Tabel 8

Grafik Perkembangan Usaha Perdangan Kota Sibolga Tahun 2010-2013

85 95 104 119

318 353 369 416

42 45 46 50

1,907 1,978 2,032

2,224

18 18 18 18

2010 2011 2012 2013

Grafik Perkembangan Usaha Perdagangan Kota Sibolga

Tahun 2010-2013

(16)

16

Selain fakto internal yang mempengaruhi tingkat daya saing daerah,

menurut Jolita Sinkiene terdapat juga fakto eksternal di luar kendali pemerintah

kota dan masyarakatnya. Terdapat 5 (lima) golongan faktor eksternal, yaitu:

pertama, Stabilitas politik dan hukum. Stabilitas politik merupakan syarat mutlak terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara, termasuk juga daerah. Dengan

kondisi politik yang stabilitas berarti akan menciptakan keamanan yang

terkendali, sehingga para investor dan pelaku ekonomi akan dapat berkativitas

sebagaimana biasa. Kondisi ekonomi yang membaik akan meningkatkan daya

saing daerah. Kedua, faktor teknologi, dengan adanya perkembangan teknologi yang begitu cepat, akan berdampak kepada tingkat daya saing daerah. Teknologi

yang mutakhir seperti di bidang telekomonikasi akan mempercepat transaransi

pemerintah sehingga meningkatkan akuntabilitas kinerja pemerintah. Dengan

adanya transparansi akan mempermudah arus pertumbuhan ekonomi dan

peningkatan kualitas pelayanan publik. Teknologi juga dapat dimanfaatkan oleh

pemerintah kota untuk membanguan smart city dengan konsep modern, sehingga pengelolaan pemerintahan dan masyarakat di Kota Sibolga akan berjalan dengan

dinamis.

Faktor ketiga, ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi nasional memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Demikian juga dengan

kebijakan makro ekonomi seperti kebijakan fiskal dan moneter yang dikeluarkan

pemerintah pusat dalam bentuk peraturan dan kebijakan akan berpengaruh kepada

daya saing daerah. Misalnya kebijakan amnesti pajak akan berdampak kepada

peningkatan PDRB kota. Keempat, faktor sosial-budaya. Kota Sibolga dikenal sebagai kota yang beragam. Sibolga dijuluki dengan slogan “Sibolga Kota

Berbilang Kaum dan Perekat Umat Beragama” dengan Motto ‘Saiyo Kakato”

(seiya sekata). Kondisi toleransi di Kota Sibolga berjalan dengan baik sejak lama

tanpa adanya konflik sosial dan agama. Hal ini menjadi nilai tersendiri bagi Kota

Sibolga, karena terdiri dari berbagai suku dan juga agama, tetapi jauh dari konflik

sosial. Budaya pesisir yang dipegang teguh masyarakat Kota Sibolga telah

menjalin rajut budaya yang erat dengan setiap suku yang datang kemudian ke

(17)

17

indah dilingkungi oleh pulau-pulau dan pegunungan nan asri, menjadi wilayah

yang nyaman untuk menjadi pemukiman.

b. Proses Interaksi Faktor Internal dan Eksternal

Faktor ekternal dan ineternal memiliki interaksi dan berbengaruh

kepada tingkat daya saing suatu wilayah. Faktor internal dapat dikendalikan oleh

pemerintah daerah melalui penyelenggaraan pemerintahan dan kebijakan

pembangunan yang dilaksanakan setiap tahunnya. Namun faktor eksternal tidak

dapat diprediksi dan dikendalikan oleh pemerintah daerah. Faktor eksternal akan

menjadi faktor pendorong bagi faktor internal untuk menciptakan daya saing

daerah. Kondisi perekonomian nasional yang baik dari sisi pertumbuhan, kemanan

politik negara yang baik, kondisi masyarakat yang nyaman, serta pemanfaatan

perkembangan teknologi akan mendorong sumber daya manusia sebagai subjek

pembangunan untuk meningkatkan daya saing daerah. Demikian juga fungsi

kelembagaan pemerintah akan berjalan optimal jika faktor eksternal berada dalam

kondisi baik.

c. Output Daya Saing Yang Harapkan

Output merupakan hasil yang diharapkan terjadi dari peningkatan

daya saing daerah. Dengan adanya kondisi indikator makro kesejahteraan sosial

seperti dikemukan di awal makalah ini, maka kondis yang di harapkan adalah

terjadi ekselerasi pertumbuhan ekonomi serta kualitas kehidupan masyarakat ota

Sibolga. Pada pemanfaatan perkembangan teknologi, diharapkan pemerintah Kota

Sibolga dapat menerapkan Sma rt City untuk membangun kota yang dinamis dengan tata kelola kota modern. Dengn konsep smart city maka akan mudah untuk mewujudkan Visi Pemerintah Kota Sibolga Tahun 2015-2020 yaitu “Mewujudka n Sibolga Yang Sejahtera, Maju dan Berdaya Saing”.

Seperti yang dikemukakan oleh Griffinger dkk (2007:10-14) bahwa ada

(18)

18

smart mobility, smart environment, smart people, smart living, dan , smart government dengan penjelasan singkat sebagai berikut:

a. Smart Economy

smart economy atau ekonomi cerdas mencakup inovasi dan persaingan, jika

semakin banyak inovasi-inovasi baru yang dikembangkan maka akan

menambah peluang usaha baru dan meningkatkan persaingan pasar

usaha/modal.

b. Smart Mobility

Smart mobility termasuk pada transportasi dan pembangunan infrastruktur.

Pembangunan infrastruktur diwujudkan melalui penguatan system perencanaan

infrastruktur kota, pengembangan aliran sungai, peningkatan kualitas dan

kuantitas air bersih, pengembangan system transportasi, pengembangan

perumahan dan permukiman, dan peningkatan konsistensi pengendalian

pembangunan infrastruktur.

c. Smart Environment (Lingkungan)

Lingkungan pintar berarti lingkungan yang bisa memberikan kenyamanan,

keberlanjutan sumber daya, keindahan fisik maupun non fisik, visual maupun

tidak,bagi masyarakat dan public. Menurut undang-undang tentang penataan

ruang, mensyaratkan 30% lahan perkotaan harus difungsikan untuk ruang

terbuka hijau baik privat maupun public. Lingkungan yang bersih tertata

merupakan contoh dari penerapan lingkungan yang pintar.

d. Smart People (Kreativitas dan Modal)

Pembangunan senantiasa membutuhkan modal, baik modal ekonomi (economic capital), modal manusia (human capital) maupun modal sosial (social capital). Kemudahan akses modal dan pelatihan-pelatihan bagi UMKM dapat

meningkatkan kemampuan dan ketrampilan mereka dalam mengembangkan

usahanya.

e. Smart Living (Kualitas Hidup)

Berbudaya, berarti bahwa manusia memiliki kualitas hidup yang terukur

(19)

19

memperbaiki dirinya sendiri. Pencapaian budaya pada manusia, secara

langsung maupun tidak langsung merupakan hasil dari pendidikan.

f. Smart Governance (Pemberdayaan Dan Partisipasi)

Kunci utama keberhasilan penyelengaraan pemerintahan adalah Good Governance. Yaitu paradigma, sistem dan proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang mengindahkan prinsip-prinsip supremasi hukum,

kemanusiaan, keadilan, demokrasi, partisipasi, transparansi, profesionalitas, dan

akuntabilitas ditambah dengan komitmen terhadap tegaknya nilai dan prinsip

“desentralisasi, daya guna, hasil guna, pemerintahan yang bersih, bertanggung

jawab, dan berdaya saing”.

d. Tingkat Kualitas Hidup Yang Diinginkan

Terciptanya kota dengan tingkat aksesebilitas yang tinggi berbasis

teknologi akan memberikan kemudaham bagi masyarakat kota dalam

menjalankan aktivitas dan menikmati hidupnya. Pemanfaatan sma rt city misalnya, merupakan bagian dari upaya meningkatan pengelolaan kota yang berdaya saing

yang akan berpengaruh kepada peningkatan kualitas hidup masyarakat. Kualitas

hidup yang diidamkan oleh masyarakat adalah memiliki tingkat pendapatan yang

baik, sehingga ekonomi keluarga meningkat. Selanjutnya adalah kemudahan

untuk mendapatkan akses pelayanan publik, seperti pelayanan administrasi,

pelayanan pendidikan, dan pelayanan kesehatan. Kemudahan berusaha juga

merupakan kondisi yang diinginkan agar perekonomian masyatakat dapat

meningkat. Selain itu untuk mendukung kualitas hidup dipelukan juga adanya

lapangan kerja baik, lingkungan hidup bersih, kriminalitas rendah, banyak hiburan

(20)

20

DAFTAR PUSTAKA

Adon Nasrullah Jamaluddin. 2015. Sosiologi Perkotaan : Memahami Masyarakat Kota dan Problematikanya. Bandung: Pustaka Setia.

Hadi Sabari Yunus. 2015. Manajemen Kota: Perspektif Spasial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gambar

Tabel 1 PDRB Kota Sibolga Tahun 2009-2013
Tabel 2 Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar
Tabel 3 Perhitungan LQ Kota Sibolga
Tabel 4 Indikator Kesejahteraan Sosial Tahun 2010-2013
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini partisipan yang merasa harga-dirinya ( self-esteem ) terancam, yaitu partisipan yang menerima umpan balik negatif atas pengerjaan tes

Sehubungan dengan telah selesainya masa evaluasi penawaran administrasi, teknis dan harga untuk pemilihan langsung Pekerjaan Pembangunan Gedung Kantor Sekretariat

Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 1 disebutkan: Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan,

Hasil uji statistik menggunakan chi-square diperoleh nilai p value = 0,584 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kadar

Hubungan yang lebih berguna pada aliran fluida viskos adalah pernyataan untuk gaya F yang diberikan pada bola jari – jari yang bergerak dengan kecepatan v melalui fluida

Hal ini mengindikasikan bahwa citra rumah sakit yang positif tidak hanya meningkatkan loyalitas pasien secara langsung, tetapi juga meningkatkan kepuasan pasien

- Daftar Informasi Publik Sekretariat PPID Sekretariat PPID Februari 2020, Rektorat Unpad Softcopy dan hardcopy Sesuai dengan retensi arsip yang berlaku - Daftar Informasi

Prestasi kerja merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang selama bekerja sesuai dengan tugas yang dibebankan kepada karyawan tersebut yang didasarkan pada keterampilan yang