ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DALAM
RANGKA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KEUANGAN
DAERAH DI KOTA BANDA ACEH
1) Rizka, 2) Dr. Islahuddin, M.Ec, Ak, 3) Dr. Nadirsyah, M.Si, Ak 1) Magister Akuntansi Pascasarjana Universyitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3) Staff Pengajar Magister Akuntansi Pascasarjana Universyitas Syiah Kuala Banda Aceh
Abstract: This study is aimed at analyzing the problems encountered, analyze the strategies undertaken and analyze the problems in determining the strategy of Banda Aceh government in an effort to improve the reception area. The object of this study is the strategy of increasing local tax revenues and levies which are prepared by the Government of Banda Aceh city. While the subjects in this study is the Head of DPKAD, DPKAD Secretary, Head of Billing, Head of Data Collection, as well as the Head of Accounting who shared duty and obligation to participate in formulating strategies for improving the reception city. This research is descriptive, while the approach is qualitative approach. Data collection was done in two ways, namely library research and field research. The results showed that; (1) The problems that exist in Banda Aceh Government that the fiscal dependence of the central government, not optimal potential exploration city, the city of financial management performance yet efficient and systems and socialization that goes weak. (2) The strategy pursued by Government Banda Aceh, namely by applying the intensification and extension efforts. (3) The problems encountered in realizing the strategy of increasing local revenues that the overall organizational objectives have not been achieved, the lack of coordination with other parties, including the instrument weak supervision, lack of utilization of information technology, as well as the limitations of the quality of human resources.
Keyword: Strategy, Local Tax, Local Retribution, City Financial Capability.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis permasalahan yang dihadapi, menganalisis strategi yang dilakukan serta menganalisis permasalahan dalam menentukan strategi Pemerintah Kota Banda Aceh sebagai usaha untuk meningkatkan penerimaan daerah. Objek penelitian ini adalah strategi peningkatan pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah yang disusun oleh Pemerintah Kota Banda Aceh. Sedangkan yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas DPKAD, Sekretaris DPKAD, Kabid Penagihan, Kabid Pendataan, serta Kabid Akuntansi yang dibagi tugas dan kewajiban untuk ikut serta dalam menyusun strategi peningkatan penerimaan daerah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, sedangkan pendekatannya adalah pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu pengumpulan data pustaka dan pengumpulan data lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) Permasalahan yang ada pada Pemko Banda Aceh yaitu ketergantungan fiskal dari Pemerintah Pusat, belum optimalnya penggalian potensi daerah, kinerja pengelolaan keuangan daerah yang belum efisien serta sistem dan sosialisasi yang berjalan lemah. (2) Strategi yang ditempuh Pemko Banda Aceh yaitu dengan menerapkan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi. (3) Masalah yang dihadapi dalam mewujudkan strategi peningkatan penerimaan daerah yaitu tujuan organisasi yang secara keseluruhan belum tercapai, kurangnya koordinasi dengan pihak lain, lemahnya pengawasan termasuk instrumennya, kurangnya pemanfaatan teknologi informasi, serta keterbatasan kualitas SDM.
Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
PENDAHULUAN
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah mengisyaratkan dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, pemerintah daerah diberi keleluasaan untuk mengelola dan memanfaatkan sumber penerimaan daerah yang dimilikinya sesuai dengan aspirasi masyarakat daerah. Untuk melaksanakan dan menyelenggarakan otonomi daerah secara luas, nyata, dan bertanggung jawab diperlukan kewenangan dan kemampuan daerah untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri disamping dukungan perimbangan keuangan dari pemerintah pusat.
Kota Banda Aceh sebagai ibu kota Provinsi Aceh memerlukan dana yang cukup besar dalam menyelenggarakan kegiatan pembangunan daerah di berbagai sektor. Perkembangan PAD Kota Banda Aceh perlu terus ditingkatkan seiring dengan berlakunya undang-undang tentang otonomi daerah melalui optimalisasi sumber-sumber pendanaan yang ada selama ini, selain berusaha menciptakan sumber-sumber pendanaan yang baru, baik dari sektor pajak maupun retribusi daerah.
Untuk mewujudkan peningkatan PAD sebagai indikator kemampuan keuangan daerah dalam memenuhi kebutuhan belanjanya, diperlukan strategi-strategi yang harus selalu direncanakan dan diimplementasikan oleh pihak Pemko Banda Aceh. Strategi juga merupakan salah satu cara untuk membantu organisasi mengatasi lingkungan yang selalu berubah serta membantu organisasi untuk membantu dan memecahkan masalah terpenting
yang mereka hadapi. Dengan strategi, organisasi dapat membangun kekuatan dan mengambil keuntungan dari peluang, sembari mengatasi dan meminimalkan kelemahan dan ancaman dari luar (Bryson, 1995:24).
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Keuangan Daerah
Menurut Mamesah (1995:45) keuangan
daerah adalah “semua hak dan kewajiban yang
dapat dimulai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki/dikuasai oleh negara atau daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai
Pajak Daerah
Pajak daerah berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Pasal 1 Angka 10 yaitu sebagai kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Mardiasmo (2000:51) mendefinisikan pajak daerah adalah
“pajak yang dipungut daerah berdasarkan peraturan
pajak yang ditetapkan oleh daerah untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga daerah tersebut”.
Retribusi Daerah
Menurut Suparmoko (2002:85) pengertian
retribusi daerah adalah “pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi
atau badan”. Selanjutnya menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 retribusi daerah terdiri atas tiga jenis yaitu: (1) Retribusi Jasa Umum; (2) Retribusi Jasa Usaha; (3) Retribusi Perizinan tertentu.
Strategi
Menurut Hunger dan Wheelen (2003), strategi
adalah “rumusan rencana yang komprehensif
mengenai bagaimana suatu perusahaan akan berusaha mencapai misi dan tujuanya dengan memaksimalkan keunggulan kompetitif dan
meminimalkan keterbatasan bersaing”. Sedangkan
Kaplan dan Norton (2000) menjelaskan bahwa
strategi adalah “bagaimana sebuah organisasi
mencapai visinya untuk menciptakan nilai bagi para
stakeholder penting mereka”.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kualitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer yaitu informasi yang diperoleh dari pemberi informasi atau key person. Sedangkan sumber data sekunder adalah dokumen yang diperoleh dalam bentuk laporan keuangan dan berbagai dokumentasi yang relevan dengan fokus penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), dan dokumentasi.
Operasionalisasi Variabel
Kemampuan Keuangan Daerah
Menurut Halim (2001:128) kemampuan
keuangan daerah adalah “kemampuan daerah
dalam membiayai urusan-urusan rumah tangganya,
khususnya yang berasal dari PAD.” Besaran tingkat
kemandirian masing-masing pemerintah kabupaten/kota/provinsi dalam hal pendanaan atau mendanai semua aktivitas kedaerahanya menggambarkan kemampuan daerah kabupaten/kota/provinsi dalam mengelola sumber daya alam yang dimilikinya.
Strategi Peningkatan Pajak Daerah
Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
dilakukan oleh pihak Pemerintah Daerah dalam misi dan tujuannya untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah yang merupakan kontribusi wajib masyarakat kepada Negara ataupun Pemerintah Daerah. Pemungutuan pajak daerah tersebut berdasarkan peraturan pajak yang ditetapkan oleh daerah untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga daerah tersebut. Tujuan dilakukannya strategi peningkatan pajak daerah agar memperoleh penerimaan yang maksimal dalam bentuk pendapatan daerah (Mardiasmo, 2000:51).
Strategi Peningkatan Retribusi Daerah
Suatu perencanaan komprehensif yang dilakukan oleh pihak Pemerintah Daerah dalam misi dan tujuannya untuk meningkatkan penerimaan retribusi daerah terhadap fasilitas tertentu dalam bentuk retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu yang merupakan pungutan daerah kepada masyarakat. Fasilitas tersebut khusus disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan (Suparmoko, 2002:85).
Metode Analisis
Metode analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Langkah berikutnya dalam memetakan isu atau faktor strategis yang ada digunakan alat analisis SWOT (Strenght, Weekness, Opportunity, Treath Analysis), sehingga dapat diketahui struktur serta tingkat strategis dari faktor-faktor tersebut.
HASIL PENELITIAN
Gambaran Umum Kota Banda Aceh
Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 (Drt) Tahun 1956 (yang disebut Undang–Undang Darurat) adalah kota yang berstatus sebagai Daerah Otonom dalam Wilayah Propinsi Daerah Istimewa Aceh.
Hasil Analisis Statistik Deskriptif Data
Penelitian
Tabel 1.1
Data Penerimaan Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan PAD Kota Banda Aceh Tahun 2008-2013
Berdasarkan Tabel 1.1, penerimaan pajak daerah Kota Banda Aceh selama kurun waktu 6 tahun terakhir (2008-2013) mengalami kenaikan setiap tahunnya baik dari segi anggaran maupun realisasinya meskipun kenaikan yang dialami tidak signifikan.
Selanjutnya ditampilkan data jenis-jenis penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah selama tahun 2009-2013 Kota Banda Aceh.
Tabel 1.2
Data Jenis-Jenis Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kota Banda Aceh Tahun 2009-2013
Sumber PAD
Tahun Anggaran Realisasi Persentase
2008 23.303.000.000,00 25.518.334.146,00 109,51 43.097.704.361,00 59,21
2009 24.581.820.000,00 27.468.807.297,00 111,74 49.482.544.619,00 55,51
2010 25.673.074.261,00 27.994.909.379,25 109,04 61.794.487.546,00 45,30
2011 27.286.514.939,00 33.508.152.810,00 122,80 85.560.269.620,00 39,16
2012 35.015.000.000,00 38.662.932.308,00 110,42 99.022.803.954,00 39,04
2013 36.460.000.000,00 46.726.398.187,00 128,16 129.122.120.462,00 36,19
Rata-Rata 28.719.901.533,33 33.313.255.687,88 115,28 78.013.321.760,33 45,74
Sumber PAD
Tahun Anggaran Realisasi Persentase
2008 13.024.624.500,00 8.644.628.092,00 66,37 43.097.704.361,00 20,06
2009 14.522.560.000,00 11.400.912.918,00 78,50 49.482.544.619,00 23,04
2010 16.978.805.000,00 12.042.079.377,00 70,92 61.794.487.546,00 19,49
2011 17.592.853.241,00 14.797.816.701,00 84,11 85.560.269.620,00 17,30
2012 17.179.300.000,00 14.652.334.236,00 85,29 99.022.803.954,00 14,80
2013 17.515.775.000,00 17.893.186.595,00 102,15 129.122.120.462,00 13,86
Rata-Rata 16.135.652.956,83 13.238.492.986,50 81,23 78.013.321.760,33 18,09
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Total PAD Persentase
Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat jenis-jenis penerimaan pajak daerah yang diterima oleh Kota Banda Aceh selama tahun 2009-2013 hanya terdapat 8 (delapan) jenis pajak daerah yang meliputi Pajak Hotel; Pajak Restoran; Pajak Hiburan; Pajak Reklame; Pajak
Penerangan Jalan; Pajak Parkir; Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan; serta Pajak
Bumi dan Bangunan. Artinya jenis-jenis penerimaan pajak daerah Kota Banda Aceh lebih sedikit diterima daripada jenis pajak yang
2009 2010 2011 2012 2013
Pajak hotel 5.937.591.003,00 5.979.169.812,00 6.360.946.928,00 7.138.984.897,00 8.236.552.250,00
Pajak restoran 4.865.258.632,00 5.051.600.909,00 5.293.320.916,00 5.631.640.446,00 6.118.927.014,00
Pajak hiburan 40.228.125,00 396.140.257,00 610.558.538,00 532.503.169,00 374.832.111,00
Pajak reklame 4.277.318.892,00 4.473.491.816,25 4.997.524.491,00 4.856.156.656,00 5.386.857.167,00
Pajak penerangan jalan 11.964.569.695,00 11.851.618.985,00 15.886.937.737,00 15.642.977.075,00 17.506.570.144,00
Pajak parkir 135.994.200,00 242.887.600,00 358.864.200,00 450.986.275,00 516.493.438,00
Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan 0 0 0 4.409.683.790,00 5.256.331.078,00
Pajak Bumi dan Bangunan 0 0 0 0,00 3.329.834.985,00
Total 27.468.807.297,00 27.994.909.379,25 33.508.152.810,00 38.662.934.320,00 46.726.398.187,00
2009 2010 2011 2012 2013
Pelayanan Kesehatan 811.600.044,00 38.630.000,00 57.330.000,00 0 0,00
Pelayanan Persampahan/Kebersihan 1.468.946.500,00 1.984.917.500,00 2.608.931.500,00 2.846.681.600,00 3.126.935.900,00
Penggantian Biaya KTP dan Akte 20.530.000,00 22.370.000,00 40.595.000,00 32.415.000,00 35.040.000,00
Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat 50.000,00 0 0 0 0,00
Parkir di Tepi Jalan Umum 1.564.498.500,00 1.703.377.000,00 2.217.421.000,00 2.511.488.000,00 2.867.781.000,00
Pelayanan Pasar 852.272.000,00 0 0 1.370.293.140,00 3.533.293.410,00
Pengujian Kendaraan Bermotor 431.756.500,00 419.739.984,00 439.435.500,00 457.839.500,00 523.773.500,00
Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran 27.024.000,00 56.750.000,00 55.176.000,00 59.064.000,00 70.120.000,00
Ketenagakerjaan 14.383.000,00 45.863.000,00 87.114.500,00 0 0,00
Pemakaian Kekayaan Daerah 1.548.625.000,00 2.907.482.300,00 4.258.614.861,00 2.927.081.856,00 2.663.328.852,00
Terminal 491.119.300,00 547.528.500,00 609.300.500,00 925.930.500,00 1.149.766.000,00
Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus 174.100.000,00 170.025.000,00 121.110.000,00 105.940.000,00 151.465.000,00
Rumah Potong Hewan 149.038.225,00 140.354.850,00 160.096.550,00 143.744.400,00 159.202.000,00
Pelayanan Kepelabuhan 621.936.109,00 642.112.565,00 685.598.845,00 829.781.940,00 1.026.908.210,00
Izin Mendirikan Bangunan 1.063.969.000,00 1.994.914.458,00 2.019.721.920,00 1.901.308.000,00 2.049.348.000,00
Izin Gangguan/Keramaian 441.234.240,00 404.979.220,00 372.680.025,00 490.963.800,00 518.169.723,00
Izin Trayek 23.927.500,00 24.780.000,00 37.490.500,00 49.802.500,00 18.055.000,00
Izin Usaha Perikanan 7.828.000,00 0 0 0 0,00
Izin Perdagangan 274.450.000,00 250.955.000,00 243.650.000,00 0 0,00
Izin Jasa Konstruksi 928.500.000,00 169.000.000,00 289.500.000,00 0 0,00
Izin Tempat Usaha 485.125.000,00 518.300.000,00 494.050.000,00 0 0,00
Total 11.400.912.918,00 12.042.079.377,00 14.797.816.701,00 14.652.334.236,00 17.893.186.595,00
Sumber Retribusi Daerah
Sumber Pajak Daerah Tahun (Realisasi)
telah ditetapkan berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pada kabupaten/kota.
Hasil Pembahasan
Permasalahan dalam Menentukan Strategi
Peningkatan Pendapatan Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah dalam Rangka
Meningkatkan Kemampuan Keuangan.
Untuk mengantisipasi desentralisasi dan proses otonomi daerah, tampaknya pungutan pajak dan retribusi daerah masih belum dapat diandalkan oleh daerah sebagai sumber pembiayaan desentralisasi. Berdasarkan Laporan Akhir - Assesment Pendapatan Asli Daerah Kota Banda Aceh, Kegiatan Intensifikasi dan Ekstensifikasi Sumber-sumber Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2013 (Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Banda Aceh) menyebutkan beberapa pokok permasalahan terkait peningkatan potensi penerimaan daerah, diantaranya:
1. Pemerintah Kota Banda Aceh masih mengalami ketergantungan fiskal dari Pemerintah Pusat, meskipun adanya kecenderungan peningkatan PAD dalam beberapa tahun terakhir.
2. Kota Banda Aceh belum sepenuhnya mampu menggali potensi daerah sebagai sumber penerimaan daerah, sekaligus dianggap belum mencapai kemandirian daerah.
3. Belum maksimalnya pemetaan dan belum optimalnya penggalian potensi sumberdaya
ekonomi dan potensi objek-objek PAD sebagai sektor unggulan untuk menjadi kekuatan dan daya saing daerah (core competence).
4. Kinerja pengelolaan keuangan daerah Kota Banda Aceh dinilai masih dalam kategori kurang efisien.
5. Sistem dan sosialisasi yang berjalan lemah mengakibatkan banyaknya permasalahan non teknis yang terjadi di lapangan sehingga target kerap sulit dicapai.
Strategi Peningkatan Pendapatan Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah dalam Rangka
Meningkatkan Kemampuan Keuangan
Daerah.
Secara umum, upaya yang perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah melalui optimalisasi intensifikasi pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah, antara lain dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut (Laporan Akhir, Assessment PAD Kota Banda Aceh): 1. Memperluas basis penerimaan
Tindakan yang dilakukan untuk memperluas basis penerimaan yang dapat dipungut oleh daerah, yang dalam perhitungan ekonomi dianggap potensial, antara lain yaitu mengidentifikasi pembayar pajak
baru/potensial dan jumlah pembayar pajak, memperbaiki basis data objek, memperbaiki penilaian, menghitung kapasitas penerimaan dari setiap jenis pungutan.
Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Upaya yang dilakukan dalam memperkuat proses pemungutan, yaitu antara lain mempercepat penyusunan Perda, mengubah tarif, khususnya tarif retribusi dan
peningkatan SDM.
3. Meningkatkan pengawasan
Hal ini dapat ditingkatkan yaitu antara lain dengan melakukan pemeriksaan secara dadakan dan berkala, memperbaiki proses pengawasan, menerapkan sanksi terhadap penunggak pajak dan sanksi terhadap pihak fiskus, serta meningkatkan pembayaran pajak dan pelayanan yang diberikan oleh daerah.
4. Meningkatkan efisiensi administrasi dan menekan biaya pemungutan
Tindakan yang dilakukan oleh daerah yaitu antara lain memperbaiki prosedur
administrasi pajak melalui penyederhanaan admnistrasi pajak, meningkatkan efisiensi pemungutan dari setiap jenis pemungutan. 5. Meningkatkan kapasitas penerimaan melalui
perencanaan yang lebih baik Hal ini dapat dilakukan dengan
meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait di daerah.
Permasalahan yang Dihadapi dalam
Mewujudkan Strategi Peningkatan
Pendapatan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah dalam Rangka Meningkatkan
Kemampuan Keuangan Daerah.
Peningkatan kemampuan keuangan daerah dalam hal ini pengelolaan potensi
penerimaan keuangan daerah memiliki banyak faktor penghambat, sehingga potensi penerimaan yang ditemukan atau yang diperoleh sulit untuk direalisasikan. Secara umum masalah dalam mewujudkan strategi penerimaan keuangan daerah dijelaskan berikut (Adegustara, Syofiarti, dan Fatimah, 2011). 1. Tujuan organisasi yang secara keseluruhan
belum tercapai.
Hal ini disebabkan karena masih belum ditetapkannya standar pengawasan dan standar pelaksanaan kegiatan, sehingga peningkatan kualitas pelayanan, peningkatan kualitas sistem administrasi dan penerimaan pendapatan daerah masih belum dihasilkan dengan maksimal.
2. Kurangnya koordinasi dengan Dinas/Badan/Instansi terkait serta kesepahaman dengan key stakeholders. Hal ini menjadi kelemahan internal DPKAD, baik pejabat yang mengambil keputusan penetapan pajak dan retribusi, maupun pelaksana lapangan dalam melakukan identifikasi terhadap jenis kegiatan atau usaha yang wajib dikenakan pajak atau retribusi daerah serta minimnya ketersediaan data base potensi objek pajak dan retribusi daerah.
3. Masih lemahnya pengawasan (internal control) termasuk instrumennya.
menggunakan pendekatan persuasif dan toleransi terhadap masyarakat yang
melalaikan kewajiban membayar pajak dan retribusi daerah.
4. Kurangnya pemanfaatan teknologi informasi sebagai pendukung sistem pengelolaan keuangan.
Hal tersebut berdampak pada rendahnya kinerja aparatur dalam penyusunan APBD dan ketentuan pengelolaan keuangan lainnya. Oleh karena itu perangkat lunak yang dimiliki sekarang perlu ada
penyesuaian.
5. Keterbatasan kualitas SDM pada DPKAD dalam bidang pekerjaannya masing-masing. Pentingnya kualitas SDM karena merupakan subyek dalam aktivitas pengelolaan
keuangan seperti petugas penyidik dan juru sita. Oleh sebab itu, agar mekanisme
pengelolaan pajak dan retribusi daerah dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan DPKAD, maka subyek atau pelaku dalam organisasinya harus berkualitas.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil setelah dilakukan pengujian dan analisis data dalam penelitian ini adalah:
1. Permasalahan yang ada untuk menentukan strategi peningkatan pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah di Kota Banda Aceh yaitu Pemerintah Kota Banda Aceh
masih mengalami ketergantungan fiskal dari Pemerintah Pusat, kota Banda Aceh belum sepenuhnya mampu menggali potensi daerah sebagai sumber penerimaan daerah, belum maksimalnya pemetaan dan belum optimalnya penggalian potensi sumberdaya ekonomi dan potensi objek-objek PAD, kinerja pengelolaan keuangan daerah Kota Banda Aceh dinilai masih dalam kategori kurang efisien, sistem dan sosialisasi yang berjalan lemah mengakibatkan banyaknya permasalahan non teknis yang terjadi di lapangan. 2. Strategi peningkatan pendapatan pajak
daerah dan retribusi daerah di Kota Banda Aceh dilakukan dengan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi. Upaya intensifikasi yang ditempuh meliputi memperluas basis penerimaan, memperkuat proses pemungutan, meningkatkan pengawasan, meningkatkan efisiensi administrasi dan menekan biaya pemungutan, serta meningkatkan kapasitas penerimaan melalui perencanaan yang lebih baik. Selanjutnya upaya ekstensifikasi yang ditempuh meliputi penetapan kebijaksanaan Pemerintah untuk memberikan kewenangan perpajakan yang lebih besar kepada daerah pada masa mendatang. Upaya ekstensifikasi juga dilakukan dengan memetakan potensi objek-objek PAD yang ada di Kota Banda Aceh.
Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
mewujudkan strategi peningkatan pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah di Kota Banda Aceh yaitu tujuan organisasi yang secara keseluruhan belum tercapai, kurangnya koordinasi dengan Dinas/Badan/Instansi terkait serta kesepahaman dengan key stakeholders, masih lemahnya pengawasan (internal control) termasuk instrumennya, kurangnya pemanfaatan teknologi informasi sebagai pendukung sistem pengelolaan keuangan, serta keterbatasan kualitas SDM pada DPKAD dalam bidang pekerjaannya masing-masing.
Saran
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini dapat disimpulkan dalam beberapa hal yaitu:
1. Bagi aparatur Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD), harus merumuskan langkah-langkah strategis baru untuk mengekstensifikasi sumber-sumber PAD baru yang belum ditetapkan dalam peraturan daerah dengan meningkatkan akurasi data lapangan.
2. Bagi pihak DPKAD, berupaya untuk meningkatkan akurasi data tentang objek pajak, retribusi dan komponen PAD lainnya sehingga dalam perencanaan target PAD dalam setiap tahun anggaran tidak berdasarkan pada kebutuhan belanja daerah tetapi berdasarkan pada potensi PAD.
3. Bagi Pemerintah Daerah, dalam hal ini Pemko Banda Aceh, hendaknya memperhatikan strategi peningkatan pendapatan daerah yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan keuangan daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan masyarakat dengan menuntut keterlibatan baik dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, dalam memberikan kontribusi secara sadar bagi peningkatan pendapatan daerah untuk dapat memutuskan, mengawal dan mengawasi program yang dilaksanakan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Bryson, John M. 1995. Strategic Planning for Public and Nonprofit Organization: A Guide to Strengthening and Sustaining Organizational Achievment. San Fransisco: Jossey-Bass Publishers.
Halim, Abdul. 2001. Bunga Rampai: Manajemen Keuangan Daerah. Edisi Pertama. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Hunger D. J dan Wheelen T. L. 2003.
Manajemen Strategi. Yokyakarta: ANDI.
Kaplan R.S. dan Norton D.P. 2000. Balanced Scorecard Menerapkan Strategi Aksi. Jakarta: Erlangga.
Mamesah, D.J. 1995. Sistem Administrasi Keuangan Daerah. Jakarta: Gramedia.
Grafindo Persada.
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 28 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah.
---. 2004. Undang-Undang Nomor 33 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.