• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sifat Fisis dan Mekanis Papan Semen dari Limbah Industri Pensil Dengan Berbagai Rasio Bahan Baku dan Target Kerapatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Sifat Fisis dan Mekanis Papan Semen dari Limbah Industri Pensil Dengan Berbagai Rasio Bahan Baku dan Target Kerapatan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Papan Semen Partikel

Papan semen adalah papan tiruan yang menggunakan semen sebagai

perekatnya sedangkan bahan bakunya dapat berupa partikel kayu atau partikel

bahan berlignoselulosa lainnya. Papan semen juga lebih tahan terhadap serangan

rayap tanah dibanding bahan baku kayunya (Sukartana dkk., 2000). Dengan

demikian papan semen merupakan salah satu bahan bangunan yang tahan lama

dalam penggunaannya sehingga biaya pemeliharaan rumah yang terbuat dari

papan semen akan lebih murah.

Papan semen partikel memiliki ketahanan yang istimewa terhadap

perusakan, pembusukan, serangga perusak dan api. Hal ini mengakibatkan papan

semen partikel sangat cocok digunakan sebagai dinding eksterior dan interior

(Haygreen dan Bowyer, 1989).

Papan semen di samping memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan

dibanding papan tiruan lainnya antara lain adalah berat dan penggunaannya lebih

terbatas sebagai bahan bangunan. Menurut Moslemi dan Pfister (1987) diperlukan

waktu yang lama bagi papan semen untuk benar-benar mengeras sebelum

mencapai kekuatan yang cukup. Kelemahan lainnya adalah tidak semua jenis kayu

atau bahan berlignoselulosa dapat digunakan sebagai bahan baku papan semen

karena adanya zat ekstraktif seperti gula, tanin dan minyak yang dapat

mengganggu pengerasan semen dengan bahan baku tersebut.

Berdasarkan kesesuaian jenis kayu sebagai bahan papan semen dikenal

tiga macam mutu yaitu baik, sedang dan jelek. Pengujiannya dilakukan

(2)

reaksi antara semen, kayu dan air. Bila suhu maksimum lebih dari 41°C termasuk

baik, 36°C–41°C termasuk sedang dan kurang dari 36°C termasuk jelek

(Sulastiningsih dan Sutigno, 2008).

Beberapa faktor yang menentukan sifat papan semen antara lain

perbandingan (rasio) semen dengan partikel kayu, besarnya tekanan kempa,

kerapatan papan, jenis mineral perekat (semen) yang digunakan, kadar air partikel

kayu, dimensi (ukuran) partikel kayu dan pengeras atau katalisator (Prayitno,

1995).

Sifat-sifat dan Penggunaan Papan Semen Partikel

Papan semen partikel memiliki sifat yang istimewa dibandingkan jenis

papan tiruan lainnya yaitu tidak dihasilkannya emisi bahan-bahan kimia yang

berbahaya dan tidak mempengaruhi kualitas udara dalam ruangan selama

penggunaan (Pease, 1994). Persyaratan standar sifat-sifat fisis dan mekanis papan

semen partikel menurut paten Bison (1975) adalah :

1. Sifat fisis

a. Kerapatan 1,25 kg/m3 (pada perbandingan partikel dan semen = 1 : 2,75).

b. Kadar air sebesar 12-15%.

c. Pengembangan tebal selama 2 jam (0,8-1,2%), selama 24 jam (1,2-2,0%),

selama 28 hari (1,2-2,0%).

d. Pengembangan linier adalah 0,3-0,4%.

e. Ketahanan terhadap cuaca dan uap air, pada kisaran [(-20)-200C] tidak ada

perubahan dalam kerapatan papan.

(3)

g. Isolasi terhadap suara adalah 30 dB untuk kayu lapis dengan ketebalan 12

mm, 36 dB untuk satu lapis ketebalan 14 mm dan (45-50 dB) untuk dua

lapis dengan ketebalan 16 mm dan 18 mm dengan celah udara 50 mm.

2. Sifat mekanis

Untuk panil yang kerapatannya 1,250 kg/m3 dan tebal 16 mm adalah:

a. Keteguhan patah adalah 90-150 kg/cm2.

b. Keteguhan tarik tegak lurus permukaan panil adalah 4-6 kg/cm2.

c. Keteguhan tekan sebesar 150 kg/cm2.

d. Modulus elastisitas (sifat kekakuan) sebesar 30.000-50.000 kg/cm2.

e. Kuat pegang sekrup untuk panil dengan tebal 12-24 mm adalah 90-120

kg/cm2.

f. Kuat pegang paku pada arah tegak lurus permukaan untuk panil yang

tebalnya 12-24 mm adalah 40-80 kg/cm2.

Bison (1975) juga menyatakan bahwa sifat-sifat papan semen partikel

ditentukan oleh dua komponen dasar, yaitu kayu atau bahan berlignoselulosa

lainnya dan semen sebagai bahan perekatnya. Papan semen partikel ini bisa

dilapisi dengan bahan lain yang mempunyai kekuatan yang baik.

Simatupang (1974), menetapkan bahan bangunan yang terbuat dari

campuran semen dan partikel kayu dapat dibagi atas 3 kelas, yaitu :

1. Papan semen kayu yang memiliki berat jenis lebih kecil atau sama dengan 0,7

digunakan untuk bahan isolasi, dinding atap pabrik terutama untuk daerah

beriklim sedang dan panas.

2. Papan semen kayu yang memiliki berat jenis 0,7-0,9 dapat digunakan untuk

(4)

3. Papan semen kayu yang memiliki berat jenis lebih dari 0,9 banyak digunakan

untuk lantai di daerah beriklim panas.

Sifat fisis dan mekanis papan semen yang terpenting adalah kerapatan,

kadar air, pengembangan tebal, daya serap air, modulus patah, modulus elastisitas

dan keteguhan rekat internal. Sifat ini penting terutama untuk pemakaian

struktural seperti pelapisan, atas lantai, dinding sisi, dan bagian-bagian industri

yang memerlukan kekuatan dan ketegaran (Haygreen dan Bowyer, 1989).

Penggunaan akhir papan semen partikel antara lain untuk dinding bangunan

pabrik, konstruksi bangunan tanpa tiang, peredam suara, dinding dan pagar taman,

sebagai pengganti papan asbes dan pengganti kayu lapis.

Bahan Pengisi Papan Semen Partikel a. Partikel Serutan

Menurut Maloney (1977) dalam Kusuma (2003) seperti halnya dengan

papan partikel maka bentuk partikel untuk papan semen antara lain dapat berupa

selumbar (flake), serutan (shaving), untai (strand), suban (splinter) atau wol kayu

(exselsior). Bentuk partikel yang digunakan dalam penelitian ini adalah serutan

(shaving) yang diperoleh dari limbah industri pensil yang selama ini kurang

dimanfaatkan.

Partikel serutan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu

sembarang, pihak industri pensil tidak meneliti jenis kayu apa yang mereka

gunakan. Sulastiningsih dan Sutigno (2008) mengatakan bahwa tidak semua jenis

partikel kayu atau bahan berlignoselulosa dapat digunakan sebagai bahan baku

papan semen karena adanya zat ekstraktif seperti gula, tanin dan minyak yang

(5)

Ukuran partikel juga dapat mempengaruhi sifat fisis dan mekanis papan

semen yang akan dihasilkan. Mujtahid (2010) menyatakan partikel dengan ukuran

yang lebih kecil tertutup baik oleh semen dan memiliki ikatan yang lebih erat

antara rasio massa partikel dan semen yang digunakan. Ukuran partikel yang kecil

mempunyai luas permukaan partikel yang lebih besar sehingga ikatan antar

partikel akan semakin efektif. Partikel serutan pensil merupakan jenis partikel

yang tergolong kecil sehingga cukup baik digunakan sebagai bahan baku

pembuatan papan semen.

Zhongli dkk., (2007) juga mengatakan bahwa ukuran mesh yang besar

menghasilkan permukaan kasar dan ikatan antar partikel lemah sehingga ada pori

di antara partikel serta tidak semua partikel berikatan baik dengan matrik,

sementara ukuran partikel yang kecil menghasilkan permukaan yang halus dan

ikatan antar partikel yang baik karena matrik berikatan baik dengan partikel.

b. Semen

Semen atau magnesit berfungsi sebagai bahan pengikat. Namun oleh

karena magnesit sukar didapat maka semen saja sudah cukup baik dan memadai

sebagai bahan pengikat (Dumanauw, 1990). Semen sebagai bahan pengikat

partikel memiliki ketahanan yang istimewa terhadap perusakan dan pembusukan,

serangga dan api, sehingga papan partikel yang menggunakan perekat semen

cocok untuk permukaan dinding-dinding eksterior dan interior (Haygreen &

Bowyer, 1989).

Berdasarkan fungsi semen sebagai perekat, maka semen dibedakan

menjadi semen portland dan sorell. Semen portland ialah perekat hidrolis yang

(6)

tidak akan larut dalam air. Bahan baku semen portland adalah batu kapur dan

tanah liat yang mengandung oksida besi, alumina, dan silika, serta oksida lainnya.

Sedangkan semen sorell dibuat dari campuran bahan MgCl2 dan MgO

(Simatupang, 1974).

Penambahan air pada semen menghasilkan suatu pasta yang jika

mengering akan mempunyai kekuatan seperti batu. Jumlah air yang digunakan

untuk sejumlah semen menentukan kualitas adukan campuran yang dihasilkan.

Apabila air sedikit, maka kemudahan dalam pekerjaan tidak tercapai, sedangkan

apabila air terlalu banyak akan mengurangi kekuatan semen. Semen portland

cenderung lebih tahan terhadap air dan sifat mengeras lebih cepat dibandingkan

dengan jenis semen yang lain, sehingga umum diapakai dalam pembuatan papan

semen partikel (Mulyono, 2003).

Menurut Hermawan (2001) pencampuran semen dan air dalam produksi

papan semen partikel akan menyebabkan terjadinya reaksi antara komponen

semen dengan air yang menghasilkan kalsium silikat hidrat dan kalsium karbonat.

Kedua senyawa tersebut kemudian saling berikatan membentuk kristal-kristal

padat dan melapisi partikel kayu dalam lembaran panil.

c. Katalisator MgCl2

Katalisator berfungsi untuk meningkatkan ikatan antara bahan pengikat

(semen) dan partikel kayu agar tercapai ikatan yang optimum dan juga

mempengaruhi proses secara cepat sehingga didapatkan hasil akhir yang baik.

Namun setiap jenis kayu memberikan respon yang berbeda terhadap jenis katalis

yang digunakan dalam pembuatan papan semen partikel (Cabangon dkk, 1998

(7)

Sulastiningsih (2002) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa jenis

katalis sangat berpengaruh terhadap sifat pengembangan tebal, pengembangan

linier dan penyerapan air papan semen. Secara keseluruhan penggunaan katalis

MgCl2 memberikan sifat kestabilan dimensi lebih baik dibanding katalis lainnya.

Konsentrasi katalis yang digunakaan berbeda-beda dalam setiap

pembuatan papan semen. Konsentrasi katalis MgCl2 yang umumnya dipakai

adalah 3%, namun berdasarkan penelitian Sulastiningsih dkk., (2000) pembuatan

papan semen menggunakan bambu betung sebagai partikel dan MgCl2 sebagai

katalisator pada konsentrasi 0%; 2,5%; 5%; 7,5%; 10% menghasilkan nilai

maksimum MOR, MOE dan internal bond (IB) pada konsentrasi 5%.

Rasio Komposisi Semen dan Partikel

Rasio semen dengan partikel kayu merupakan salah satu parameter

penting yang mempengaruhi sifat papan semen yang dihasilkan. Menurut Bison

(1975) dalam pembuatan papan semen partikel, perbandingan antara partikel dan

semen berdasarkan berat adalah sekitar 1,00 : 2,75. Berdasarkan rasio komposisi

partikel : semen, kayu hanya menyusun sekitar 27% berdasarkan berat produk dan

selebihnya didominasi oleh semen (Haygreen & Bowyer, 1989).

Menurut Hakim dan Sucipto (2011) dalam penelitiannya membuat papan

semen dari serat kertas kardus mengatakan bahwa semakin banyak semen yang

digunakan semakin kuat papan yang dihasilkan. Rasio semen:serat 60 : 40

merupakan rasio terbaik dalam menghasilkan nilai MOR.

Dalam penelitian mengenai sifat fisik dan mekanik komposit kayu

semen-serbuk gergaji yang dilakukan oleh Bakri dkk (2006) diketahui bahwa rasio semen

(8)

Pada papan dengan rasio yang tinggi, maka proporsi semen yang digunakan untuk

membuat papan lebih banyak dibandingkan proporsi serbuk gergaji. Papan yang

mempunyai proporsi semen lebih banyak akan bersifat lebih kuat, sehingga

kemampuan papan menahan beban akan lebih besar. Kondisi seperti ini akan

menghasilkan papan yang mempunyai nilai MOR lebih besar.

Target Kerapatan Papan Semen Partikel

Menurut Sulastiningsih dkk., (2000) dalam penelitiannya membuat papan

semen dari partikel bambu menyatakan bahwa papan semen harus memiliki target

kerapatan yang tinggi, target kerapatan yang baik dalam pembuatan papan semen

adalah 1,19 gr/cm3. Pada standar Bison (1975) kepadatan maksimum untuk papan

semen adalah 1,25 gr/cm3 dengan rasio kayu:semen sekitar 1:1,18.

Menurut Karlinasari (2011) dalam penelitiannya membuat papan partikel

wol semen dari beberapa kayu cepat tumbuh dengan berbagai target kerapatan

dihasilkan bahwa semakin tinggi kerapatan semakin tinggi kuat lentur papan

semen tersebut. Hal ini karena semakin tinggi kerapatan suatu bahan maka

kekompakan masa bahan pengisi papan komposit semakin tinggi sehingga

kekuatan lenturnya akan semakin tinggi. Papan semen dari kayu sengon memiliki

nilai MOR tertinggi mencapai 136 kg/cm2, diikuti papan wol semen kayu afrika

dan sengon dengan nilai masing-masing 84 dan 65 kg/cm2 untuk kerapatan 1,0

Referensi

Dokumen terkait

RODRÍGUEZ-MARTÍNEZ (2001): Assessment of sperm quality through fluorometry and sperm chromatin structure assay in relation to field fertility of frozen-thawed semen

Sehingga perlu dilakukan eksperimen, untuk mengetahui secara utuh tingkat Pengaruh penjualan serta Daya Saing Penjualan Susu Kambing Etawa menggunakan Digital Marketing

Subjek penelitian ini adalah 16 anak jalanan binaan rumah singgah Ahmad Dahlan Yogyakarta dengan teknik total sampling.. Analisa data menggunakan uji

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran public relations dalam membangun citra Perusahaan Listrik Negara cabang Kota Bandar Lampung. Penelitian ini mengunakan

Menurut saya versi nugget seperti ini kurang nendang rasanya dibandingkan dengan nugget yang terbuat dari daging ayam cincang yang ditambahkan

Kesimpulan terdapat hubungan yang signifikan antara usia, paritas, pengetahuan ,dukungan suami, pendidikan dengan pemilihan jenis alat kontrasepsi pada akseptor KB di

The Rice Consumption, Production and Domestic Supply in Indonesia (paddy equivalent). Production Domestic Supply for

Kepala ruangan merupakan orang yang bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelayanan keperawatan pada pasien di ruangan perawatan yang dipimpinnya, serta menjadi penentu