• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Teori Pensinyalan (Signalling Theory) - Analisis Pengaruh Book Tax Differences Terhadap Peringkat Obligasi Perusahaan Dengan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Kontrol Pada Emiten Indeks KOMPAS100 di Bur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Teori Pensinyalan (Signalling Theory) - Analisis Pengaruh Book Tax Differences Terhadap Peringkat Obligasi Perusahaan Dengan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Kontrol Pada Emiten Indeks KOMPAS100 di Bur"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Kerangka Teoritis

2.1.1 Teori Pensinyalan (Signalling Theory)

Teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal menunjukan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut. Teori Sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan memeberikansinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan.

Menurut Jama’an (2008) Signalling Theory mengemukakan

(2)

Kualitas keputusan investor dipengaruhi oleh kualitas informasi yang diungkapkan perusahaan dalam laporan keuangan. Kualitas informasi tersebut sebenarnya bertujuan untuk mengurang asimetri informasi yang timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dn prospek dimasa mendatang dibanding dengan pihak eksternal perusahaan. Signalling Theory ini juga dapat membantu agent, principal dan pihak luar

perusahaan mengurang asimetri informasi ini dengan menghasilkan kualitas atau integritas informasi laporan keuangan. Untuk memastikan pihak-pihak yang berkepentingan meyakini keandalan informasi keuangan yang disampaikan pihak agent, perlu mendapatkan opini dari pihak lain yang bersifat lebih independen dan bebas memberikan pendapat mengenai laporan keuangan (Jama’an, 2008)

(3)

2.1.2 Obligasi

Obligasi direpresentasikan sebagai janji untuk membayar sejumlah uang pada waktu jatuh tempo, ditambah dengan tingkat bunga periodik tertentu berdasarkan nilai obligasi (Kieso et al., 2005:239). Sedangakan Pengertian Obligasi menurut Bursa Efek Indonesia (BEI), Obligasi merupakan surat utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut. Berbeda dengan instrument investasi lainnya, contohnya Saham. Kepemilikan Saham menandakan pemilikan dari suatu perusahaan yang menerbitkan saham, sedangkan kepemilikan obligasi menunjukan utang dari suatu perusahaan (atau negara) sehingga pemilik obligasi disebut sebagai kreditor. Dengan berinvestasi dalam obligasi, berarti investor mealakukan investasi kedalam salah satu efek pendapatan tetap yang bertujuan memberikan tingkat pertumbuhan nilai investasi yang relative stabil.

2.1.2.1Manfaat Obligasi

Sebagai sebuah instrument investasi, obligasi tentu memilki beberapa manfaat yang didapatkan oleh investor, antara lain:

1 Memberikan tingkat pendapatan tetap yang berupa kupon yield. 2 Berpotensi memperoleh keuntungan atas penjualan obligasi

(4)

obligasi dengan harga diskon, kemudian pada saat jatuh tempo investor akan memperoleh pembayaran senilai dengan harga nilai nominalnya.

3 Berpotensi memperoleh bunga yang dibayar secara regular hingga jatuh tempo dan telah ditetapkan dalam persentase dari nilai nominal.

4 Untuk obligasi negara, kupon dan pokok investasi dijamin oleh undang-undang

5 Dapat diperdagangkan di pasar sekunder

6 Alternative investasi yang memiliki tingkat hasil relative tinggi dibandingkan deposito pada umumnya

7 Ada Hak klaim pertama artinya jika emiten bangkrut atau dilikuidasi, pemegang obligasi sebagai kreditor memiliki hak klaim pertama atas aktiva perusahaan.

8 Adanya Obligasi Konversi, artinya investor bisa mengubah obligasi menjadi sahan dengan harga yang ditetapkan, kemudian memiliki hak untuk mendapatkan manfaat atas saham.

2.1.2.2Karakteristik Obligasi

Sebagai instrument investasi, Obligasi memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan instrument investasi yang lainnya,

(5)

2 Kupon (Interest Rate) adalah nilai bunga yang diterima pemegang obligasi secara berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6 bulanan). Kupon obligasi dinyatakan dalam annual presentase

3 Jatuh Tempo (Maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun. Semakin pendek umur obligasi maka resiko obligasi pun akan semakin kecil, hal ini dikarenakan keadaan obligasi yang mudah diprediksi jika dalam jangka waktu yang pendek. Apabila umur Obligasi semakin panjang, resikonya akan semakin besar.

4 Penerbit/ Emiten (Issuer). Mengenal penerbit obligasi adalah hal yang sangat penting dalam melakukan investasi Obligasi. Investor dapat mengukur resiko dari peringkat obliges emiten yang didapatkan dari lembaga pemeringkat seperti PEFINDO.

Selain itu terdapat beberapa ketentuan yang menjadi daya tarik obligasi (Nicko, 2011) yaitu:

1 Emiten membayar bunga dalam jumlah tertentu yang dibayar secara regular. Emiten akan membayar kembali pinjaman tersebut dengan tepat waktu.

2 Obligasi mempunyai jatuh tempo yang telah ditentukan ketika obligasi habis masanya dan pinjaman harus dibayar penuh pada nilai nominal.

(6)

2.1.2.3 Jenis-jenis Obligasi

Menurut sumber dari Bursa Efek Indonesia (BEI), Obligasi memiliki beberapa jenis yang berbeda, yaitu:

1.Dilihat dari sisi penerbit:

a. Corporate Bonds : Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang berbentuk badan usaha milik negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Swasta.

b. Government Bonds: obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat.

c. Municipal Bonds: Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk membiayai proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik.

2.Dilihat dari sistem pembayaran bunga:

a. Zero Coupon Bonds: obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga secara periodik. Namun, bunga dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh tempo.

b. Coupon Bonds: obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara periodic sesuai dengan ketentuan penerbitnya c. Fixed Coupon Bonds: obligasi dengan tingkat kupon bunga

yang telah ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayar secara periodic.

(7)

berdasarkan suatu acuan (benchmark) tertentu seperti average time deposit (ATD) yaitu rata-rata tertimbang tingkat suku bunga deposito dari bank pemerintah dan swasta.

3.Dilihat dari hak penukaran opsi

a. Convertible Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk mengkonversikan obligasi tersebut kedalam sejumlah saham milik penerbitnya.

b. Exchangeable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk menukar saham perusahaan kedalam sejumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya. c. Callable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada

emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.

d. Putable Bonds: obligasi memberikan hak kepada investor yang mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut

4.Dilihat dari segi jaminan atau kolateralnya

a. Secured Bonds: obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga. Dalam kelompok ini termasuk didalamnya adalah

(8)

-Mortgage Bonds: obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin dengan agunan hipotik atas property atau asset tetap.

-Collateral Trust Bonds: obligasi yang dijamin dengan efek yang dimiliki penerbit dalam portofolionya.

b. Unsecured Bonds: obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan tertentu tetapi dijamin dengan kekayaan penerbit secara umum.

5.Dilihat dari segi nominal

a. Konvensional Bonds: obligasi yang lazim diperjualbelikan dalam satu nominal Rp 1 Milyar per satu lot

b. Retail Bonds: obligasi yang diperjualbelikan dalam satuan nilai nominal yang kecil, baik corporate bonds maupun government bonds.

6.Dilihat dari segi perhitungan imbal hasil

a. Konvensional Bonds: obligasi yang diperhitungkan dengan menggunakan sistem kupon bunga.

b. Syariah Bonds: obligasi yang perhitungkan imbal hasil dengan menggunakan perhitungan bagi hasil. Dalam perhitungan ini dikenal dua macam obligasi syariah, yaitu:

(9)

pendapatan yang diperoleh investor atas obligasi tersebut diperoleh setelah mengetahui pendapatan emiten.

-Obligasi Syariah Ijarah merupakan obligasi syariah yang mengguanakan akad sewa sedemikian sehingga kupon bersifat tetap dan bisa diketahui / diperhitungkansejak awal obligasi diterbitkan.

7.Berdasarkan Peringkatnya

a. Investment grade bonds: peringkat minimal BBB. Obligasi ini merupakan obligasi yang layak untuk dijadikan investasi dan memiliki resiko yang tidak terlalu besar.

b. Non Invesment grade bonds: dengan peringkat CC atau speculative bond dan D atau Junk bond. Adalah obligasi yang memiliki peringkat dibawah investmentgrade. Junk bond merupakan obligasi yang lebih beresiko dari obligasiyang berkategori investment grade.

Selain ke 6 sudut pandang mengenai Jenis-jenis Obligasi, menurut Sharpe, (2005:28) terdapat jenis-jenis obligasi lainnya:

1. Income bond, obligasi ini lebih mirip dengan preffered stock daripada obligasi.

2. Guaranteed bond, obligasi in diterbitkanoleh satu perusahaan tetapi tidak didukung yang lainnya (perusahaan pusat/induk)

3. Participating bond, obligasi ini pernyataan pembayaran bunga dan memberikan tambahan jika pendapatan melebihi tingkat yang dinyatakan.

(10)

5. Convertible bond, obligasi ini dapat ditukarkan dengan saham biasa.

2.1.2.4 Resiko Investasi Obligasi

Setiap Instrumen Investasi memiliki resiko. Resiiko secara sederhana diartikan sebagai suatu kejadian ataupun keadaan yang tidak diharapkan. Resiko sering dipandang sebagai sesuatu yang bersifat negative. Dalam dunia ekonomi resiko mengacu kapeda kemungkinan bahwa apa yang akanditerima dari suatu investasi berbeda dengan return yang diharapkan. Semakin tinggi tingkat return yang diharapkan oleh seorang investor maka akan semakin besar pula tingkat resiko yang akan ditanggungung. Sebagai Aset Bebas Beresiko apabila di dalam pengembalian obligasi terdapat selisih, maka selisih tersebut tidak akan jauh berbeda dari apa yangtelah diharapkan. Hal seperti menunjukan bahwa resiko obligasi tidaklah terlalu tinggi, namun tetap saja di dalam obligasi mengindikasikan resiko, berikut merupakan resiko yang terdapat didalam Instrumen Investasi ini menurut Rudiyanto (2012),

1. Resiko Gagal bayar (Default risk)

Resiko gagal bayar bisa didefinisikan sebagai kegagalan suatu perusahaan untuk membayar baik kupon ataupun pokok obligasinya. Umumnya resiko gagal bayar lebih banyak dimiliki oleh perusahaan swasta, namun kejadian gagal bayar Yunanimengingatkan kita bahwa tidak ada satupun obligasi yang aman dari resiko. Kegagalan dalam melunasi salah satu kewajiban saja bisa menyebabkan suatu perusahaan dituntut atau mengajukan kebangkrutan. Resiko ini dapat diukur dengan beberapa cara, yaitu analisa rating ataupun analisa rasio keuangan

(11)

Merupakan satuan resiko obligasi yang menunjukan seberapa besar perubahan harga obligasi yang disebabkan karena perubahan tingkat ekspektasi tingkat keuntungan yang diharapkan. Resiko pergerakan obligasi agak berbeda dengan resiko pergerakan saham. Perbedaan utama adalah bahwa obligasi memiliki waktu jatuh temposedangkan saham tidak. Efeknya seberapa liarpun pergerakan harga obligasi jika tidak terjadi gagal bayar, maka obligasi akan kembali ke harga nominalnya. Serugi-ruginya sebuah investasi obligasi tidak akan lebih rugi dari saham.

2.1.2.5 Penerbit Obligasi

Penerbit obligasi ini sebenarnya sangatlah luas. Sesuai dengan jenis obligasi yang dilihat dari segi penerbitnya, terdapat tiga badan besar yang berperan sebagiai penerbit obligasi, yaitu Perusahaan Swasta, Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah.

Di dalam Penelitian (Nicko, 2011) Peraturan yang mengatur mengenai tata cara penerbitan obligasi ini juga termasuk salah satu yang ketat sekali. Penggolongan penerbit obligasi biasanya terdiri atas :

1. Lembaga supranasional, contoh dari lembaga ini di Asia adalah Bank Pembangunan Asia (Asia Development Bank/ ADB)

2. Pemerintahan suatu negara menerbitkan obligasi pemerintahan dalam bentuk mata uang negaranya maupun obligasi pemeritahan dalam denominasi valuta asing yang biasa disebut dengan obligasi internasional (soverege bond)

3. Sub-sovereign, propinsi, Negara atau otoritas daerah. Di Amerika dikenal sebagai obligasi daerah (municipal bond). Di Indonesia dikenal sebagai Surat Utang Negara (SUN).

4. Lembaga pemerintah. Obligasi ini biasa juga disebut agency bond, atau agencies.

5. Perusahaan yang menerbitkan obligasi swasta. Special purpose vehicle adalah perusahaan yang didirikan dengan suatu tujuan khusus guna menguasai aset tertentu yang ditujukan 26 guna penerbitan suatu obligasi yang biasa disebut Efek Beragun Aset.

2.1.3 Peringkat Obligasi

(12)

merupakan salah satu informasi yang sangat dibutuhkan oleh seorang investor dan diharapkan dapat membantu investor dalam membuat keputusan investasinya. Informasi Peringkat ini tentu akan mempengaruhi keputusan investasi nantinya. Sedangkan bagi emiten, peringkat ini bermanfaat untuk mengetahui struktur obligasi dan mengetahui posisi kinerjanya dibanding perusahaan lain.

Menurut Rudiyanto (2010) Rating atau Peringkat Obligasi merupakan suatu penilaian yang terstandarisasi terhadap kemampuan suatu perusahaan atau negara dalam membayar hutang-hutangnya. Karena terstandarisasi artinya rating suatu perusahaan atau negara dapat dibandingkan dengan perusahaan atau negara lain. Menurut Moody’s salah satu pemeringkat efek di

Amerika Serikat peringkat obligasi ini didesain untuk memberi investor suatu peringkat yang sederhana dengan kualitas investasi relatif suatu obligasi dapat diketahui lebih dari itu kerena disatu sisi peringkat meliputi penilaian masa depan dan di sisi lain mereka digunakan investor sebagai perlindungan, dilakukan upaya untuk memperhatikan kemungkinan terjadinya penalti terburuk di masa depan, tidak sekedar berdasar catatan masa lalu dan statusnya kini. Oleh karena itu investor dalam menggunakan peringkat seharusnya tidak hanya berharap mendapat refleksi faktor statistik saja, karena peringkat obligasimerupakan penaksiran jangka panjang panjang, termasuk pertimbangan faktor non-statistik.

(13)

finansialnya pada saat jatuh tempo (Sari, 2004). Peringkat Obligasi ini juga menunjukan tingkat jaminan bagi investor mengenai tingkat resiko dan returns obligasi yang dimilikinya (Setiyono, 2006).

Peringkat obligasi ini haruslah diterbitkan/dikeluarkan oleh badan resmi yang diakui oleh negara. Di Indonesia perusahaan yang mendapat izin serta menjadi market leader dalam pemberian rating adalah PT PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia). Selain itu belakangan ini juga terdapat perusahaan baru yang memiliki bidang usaha serupa yaitu Fitch Rating Indonesia dan ICRA. Perusahaan ini mendapat izin dari pemeritah hanya

untuk memeringkat perusahaan-perusahaan di Indonesia. Sementara rating terhadap kemampuan membayar hutang suatu negara dilakukan oleh perusahaan pemeringkat yang mendapat pengakuan internasional, seperti Standar & Poor (Rudiyanto, 2011).

(14)

Gambar 2.1 Simbol Peringkat Moody’s Investor Service, Standard and Poor’s Agency dan Fitch Rating

Tabel 2.1 Peringkat Obligasi Perusahaan PEFINDO

Simbol Peringkat atas perusahaan

AAA Obligor berperingkat idAAA merupakan peringkat tertinggi yang diberikan oleh PEFINDO. Kemampuan obligor untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya, relative terhadap obligor Indonesia lainnya, adalah superior

(15)

AA AA-

keuangan jangka panjang relatif dibandingkan terhadap obligor Indonesia lainnya.

A+ A A-

Obligor dengan peringkat idA memiliki kemampuan yang kuat dibanding obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya. Walaupun demikian, kemampuan obligor mungkin akan terpengaruh oleh perubahan buruk keadaan dan kondisi ekonomi dibandingkan obligor dengan peringkat lebih tinggi.

BBB+ BBB BBB-

Obligor dengan peringkat idBBB memiliki kemampuan yang memadai dibanding obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi komitmen keuangannya. Walau demikian, kemampuan obligor lebih mungkin akan terpengaruh oleh perubahan buruk keadaan dan kondisi ekonomi.

BB+ BB BB-

Obligor dengan peringkat idBB memiliki kemampuan yang sedikit lemah untuk memenuhi kewajiban keuangannya relatif dibanding obligor-obligor Indonesia lainnya. Obligor menghadapi ketidakpastian yang terus berlanjut atau terpengaruh oleh perburukan bisnis, keuangan atau kondisi ekonomi yang dapat berakibat kepada ketidak-mampuan obligor untuk memenuhi komitmen keuangannya.

B+ B B-

Obligor dengan peringkat idB dinilai memiliki kapasitas yang lemah untuk memnuhi komitmen keuangan jangka panjang relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Kondisi bisnis, keuangan atau ekonomi yang kurang baik mungkin akan memperlemah kemampuan obligor dalam memenuhi komitmen keuangannya.

CCC Obligor dengan idCCC saat ini rentan, dan tergantung pada kondisi bisnis dan keuangan yang menguntungkan untuk memenuhi komitmen keuangannya.

D / SD Obligor dengan peringkat idD atau idSD (“Selective Default”) menandakan obligor gagal membayar satu atau lebih kewajiban finansialnya yang jatuh tempo, baik atas kewajiban yang telah diperingkat atau tidak diperingkat. Peringkat “SD” diberikan ketika PEFINDO berpendapat bahwa obligor telah gagal atas kewajiban atau sekelompok kewajiban tertentu tetapi akan terus melakukan pembayaran tepat waktu atas kewajiban lainnya. Pengecualian diberikan atas pembayaran pada tanggal jatuh tempo yang dilakukan dalam masa tenggang, atau karena situasi sengketa komersial yang layak.

(16)

2.1.4 Book Tax Difference

Berdasarkan hasil penelitian Crabtree dan Maher (2009) yang menunjukan bahwa apabila laba yang dilaporkan perusahaan menjadi objek manipulasi dan manajemen laba, maka laba perusahaan akan menunjukan persistensi laba yang rendah di masa depan, sehingga hal ini menyebabkan lembaga pemeringkat memberi peringkat obligasi yang rendah. Seperti yang kita tahu bahwa manajemen perusahaan menyajikan laporan dalam dua sudut pandang, menurut kebijakan akuntansi komersil/keuangan dan menurut kebijakan perpajakan. Book Tax Differences merupakan Perbedaan antara laba/rugi akuntansi dengan laba/rugi perpajakan atau laba fiskal. Laba/Rugi Akuntansi adalah laba rugi bersih selama satu periode sebelumdikurangi beban pajak. Sedangkan Laba/Rugi Fiskal atau Penghasilan Kena Pajak merupakan laba atau rugi selama satu periode berjalan yang dihitung berdasarkan pereturan perpajakan dan menjadi dasar penghitungan Pajak Penghasilan (PSAK 46) yang terutang dalam tahun pajak berjalan.

(17)

komponen laba fiskal dan sebaliknya. Selain itu PSAK 46 juga mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak akibat,

1. Pemulihan (penyelesaian) jumlah tercatat aset (liabilitas) di masa depan yang diakui pada laporan posisi keuangan entitas.

2. transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian lain pada periode kini yang diakui pada laporan keuangan entitas.

Perbedaan utama antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal disebabkan karena tujuan serta tujuan hukummnya. Tujuan utama akuntansi keuangan adalah pemberian informasi keuangan kepada para manajer, pemegang saham, pemberi kredit dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya, sedangkan tujuan utama sistem perpajakan adalah pemungutan pajak yang adil, terdapatnya kepastian hukum dan terjaganya penerimaan negara yang sebagian besar berasal dari pajak (Persada, 2010).

(18)

perpajakan laporaran tidak dapat dipakai sebagai dasar menetapkan besar pajak terutang.

Peraturan pajak di Indonesia tidak mengharuskan perusahaan untuk menyelenggarakan dua pembukuan yang terpisah dalam menghitung dalam menghitung penghasilan kene pajak. Setiap akhir tahun perusahaan hanya perlu melakukan rekonsiliasi fiskal (Persada, 2010). Rekonsiliasi fiskal ini dilakukan untuk menyesuaikan pendapatan dan beban yang tidak diperkenankan kebijakan perpajakan masuk dalam dasar pengenaan pajak atau memiliki perbedaan cara pengakuan dan pengukuran.

Konsekuensi Perbedaan yang disebabkan oleh ketentuan atau standar yang berkaitan dengan pengakuan dan pengukuran atau penilaian elemen-elemen laporan keuangan yang berbeda antara standar akuntansi keuangan dengan akuntansi pajak disebut sebagai Perbedaan Temporer (Temporary differences). Perbedaan Temporer adalah perbedaan antara jumlah tercatat

asset atau liabilitas pada posisi keuangan dengan dasar pengenaan pajaknya. Perbedaan temporer dapat berupa:

1. Perbedaan temporer kena pajak- liabilitas 2. Perbedaan temporer dapat dikurangkan- aset

Akibat dari perbedaan temporer antara laba akuntansi (kepentingan pihak eksternal) dengan laba fiskal (dasar pengenaan pajak) ini maka timbul Kewajiban/Manfaat Pajak Tangguhan.

(19)

Sebagai akibat adanya perbedaan temporer dalam laba akuntansi komersial dengan fiskal, Pajak tangguhan harus diakui. Hal ini tentu berhubungan dengan tindakan manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Adanya perbedaan dalam pelaporan laba tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan telah melakukan manajemen laba. Berdasarkan penelitian (Yulianti, 2005) ini menemukan bahwa beban pajak tangguhan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba, dimana Crabtree dan Maher (2009) menyatakan bahwa perusahaan yang kan melakukan manajemen laba, akan memiliki persistemsi laba yang rendah akibat laba telah menjadi objek manipulasi sehingga semakin meningkatkan resiko perusahaan tidak mampu membayar pokok dan bunga obligasi di masa depan. (berpengaruh terhadap rating).

Pajak Tangguhan pada prinsipnya merupakan dampak PPh di masa datang yang disebabkan oleh perbedaan temporer atara perpajakan dan akuntansi. Pajak Tangguhan ini dapat bersifat positif dan Negatif. Pajak Tangguhan yang Positif adalah ketika Laba Akuntansi > Laba Fiskal atau sering dikategorikan sebagi Kewajiban Pajak Tangguhan. Sedangkan Pajak Tangguhan yang bersifat Negatif adalah ketika Book Income < Taxable Income atau sering dikategorikan Aktiva/Manfaat Pajak Tahun. Berikut adalah

ulasan mengenai Beban/Manfaat Aset Tangguhan. 2.1.5.1 Kewajiban Pajak Tangguhan

(20)

oleh perbedaan temporer (temporary difference) antara laba keuangan sebelum pajak atau laba akuntansi yang menjadi dasar beban pajak penghasilan dengan laba kena pajak yang menjadi dasar hutang pajak penghasilan perusahaan. Pada situasi ini jumlah laba akuntansi tentu akan melebihi laba kena pajak, hal ini mengakibatkan beban pajak penghasilan lebih besar diabanding hutang pajak penghasilan. Selisih inilah yang harus dikreditkan lagi kedalam saldo kewajiban pajak tangguhan supaya jumlah antara beban dengan kewajiban balance. Dengan kata lain kewajiban pajak yang ditangguhkan menunjukkan kenaikan hutang pajak di tahun-tahun mendatang sebagai akibat dari perbedaan sementara kena pajak yang terjadi pada akhir tahun berjalan (Kieso et all, 2008).

(21)

kerugian, yang dapat dikurangkan atau diakui sebagai biaya fiskal dalam periode sebelum pengakuannya sebagai delemen dalam laba rugi akuntansi. Semua perbedaan temporer kena pajak ini harus diakui sebagai kewajiban pajak tangguhan. Adanya kewajiban pajak tangguhan menyebabkan jumlah laba akuntansi komersil > jumlah laba fiskal. Didalam penelitian ini keadaan dimana Laba akuntansi > Laba Fiskal disebut pajak tangguhan yang bersifat positif.

2.1.5.2 Aktiva/Manfaat Pajak Tangguhan

(22)

dapat dikurangkan yang terdapat pada akhir tahun berjalan. Lebih kecilnya laba akuntansi daripada laba fiskal mengakibatkan perusahaan dapat menunda pajak terutang tersebut pada periode mendatang (Suranggane, 2007)

Perbedaan temporer yang dapat dikurangkan timbul sebagai akibat dari: (1) pelunasan suatu kewajiban yang terkait dengan biaya atau kerugian, yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto atau diakui sebagai biaya fiskal dalam periode setelah pengakuannyasebagai elemen dalam laba rugi akuntansi ; dan (2) pelunasan suatu kewajiban yang terkait dengan penghasilan atau keuntungan, yang akn dikenakan atau terutang pajak dalam periode sebelum pengakuannya sebagai elemen laba akuntansi. Semua perbedaan temporer yang dapat dikurangkan (deductible temporary differences) harus diakui sebagai aktiva pajak tangguhan. Adanya

aktiva/manfaat pajak tangguhan menyebabkan jumlah laba akuntansi komersil < jumlah laba fiskal. Didalam penelitian ini keadaan dimana Laba akuntansi komersil < Laba Fiskal disebut pajak tangguhan yang bersifat negatif.

(23)

dihasilkan, maka mengidentifikasikan laba masa depan yang tinggi, namun tidak untuk periode saat ini. Menurut Crabtee and Maher (2009), hal ini disebabkan perusahaan tidak memiliki kemampuan dalam perencanaan pajak untuk meminimalkan pajak yang harus dibayarnya. Semakin kecil rasio yang dihasilkan, maka mengidentifikasikan laba masa depan lebih rendah dibandingkan tahun periode berjalan. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan telah mengalokasikan dan merencanakan permasalahan pajak yang harus dibayarnya.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Berikut merupakan beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian:

Tabel 2.2 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu No Penulis

(Tahun)

Judul Variabel Kesimpulan

1 Vina

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Book-Tax Differences dengan Pajak Tangguhan Yang Bernilai Positif Dan Besar (Large Positive Deffered Taxes) tidak berpengaruh signifikan, sedangkan Pajak Tangguhan Bernilai Negatif Dan Besar (Large Negative Deffered Taxes) berpengaruh positif dan signifikan terhadap peringkat obligasi.

(24)

Perusahaan

Akuntansi dan Fiskal yang kecil (Small Tax-To-Book Ratios) tidak berpengaruh signifikan terhadap RATING, artinya sampel obligasi perusahaan-perusahaan yang memiliki large tax-to-book ratios dan small tax-to-book ratios akan menghasilkan berpengaruh negatif dan signifikan dengan Bond Rating

(25)

Peringkat

obligasi. Rasio Pajak memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Peringkat obligasi. Dan kedua variabel

(26)

(2014) dan Tax to

2.1.3 Teori Pensinyalan (Signalling Theory)

Teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal menunjukan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut. Teori Sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan memeberikansinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan.

Menurut Jama’an (2008) Signalling Theory mengemukakan

(27)

apa saja yang sudah dilakukan oleh manajemen perusahaan dalam merealisasikan keinginan para investor atau para pemilik perusahaan. Teori Sinyal dilakukan manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui Laporan Keuangan dan menunjukan bahwa mereka telah menerapkan kebijakan akuntansi yang konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tidakan membesar-besarkan laba atau yang sering kita sebut dengan istilah Manajemen Laba dan menyajikan laba serta aktiva yang tidak overstate

Kualitas keputusan investor dipengaruhi oleh kualitas informasi yang diungkapkan perusahaan dalam laporan keuangan. Kualitas informasi tersebut sebenarnya bertujuan untuk mengurang asimetri informasi yang timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dn prospek dimasa mendatang dibanding dengan pihak eksternal perusahaan. Signalling Theory ini juga dapat membantu agent, principal dan pihak luar

perusahaan mengurang asimetri informasi ini dengan menghasilkan kualitas atau integritas informasi laporan keuangan. Untuk memastikan pihak-pihak yang berkepentingan meyakini keandalan informasi keuangan yang disampaikan pihak agent, perlu mendapatkan opini dari pihak lain yang bersifat lebih independen dan bebas memberikan pendapat mengenai laporan keuangan (Jama’an, 2008)

(28)

memberkan sinyal berupa informasi mengenai kualitas atau kondisi obligasi, besaran potensi resiko obligasi tersebut gagal bayar dan prospek income yang didapatkan investor setelah berinvestasi dalam obligasi tersebut. Salah satu sinyal tersebut ditunjukan dengan peringkat obligasi. Investor maupun Kreditor dapat mengetahui kondisi Perusahaan tersebut dan kemungkinan yang terjadi terkait dengan utang-utang yang dimiliki. Dengan demikian Investor dapat meminimalisir resiko dalam investasinya.

2.1.4 Obligasi

(29)

investor mealakukan investasi kedalam salah satu efek pendapatan tetap yang bertujuan memberikan tingkat pertumbuhan nilai investasi yang relative stabil.

2.1.4.1Manfaat Obligasi

Sebagai sebuah instrument investasi, obligasi tentu memilki beberapa manfaat yang didapatkan oleh investor, antara lain:

9 Memberikan tingkat pendapatan tetap yang berupa kupon yield. 10 Berpotensi memperoleh keuntungan atas penjualan obligasi

(capital gain). Capital Gain ini diperoleh jika investor membeli obligasi dengan harga diskon, kemudian pada saat jatuh tempo investor akan memperoleh pembayaran senilai dengan harga nilai nominalnya.

11 Berpotensi memperoleh bunga yang dibayar secara regular hingga jatuh tempo dan telah ditetapkan dalam persentase dari nilai nominal.

12 Untuk obligasi negara, kupon dan pokok investasi dijamin oleh undang-undang

13 Dapat diperdagangkan di pasar sekunder

14 Alternative investasi yang memiliki tingkat hasil relative tinggi dibandingkan deposito pada umumnya

(30)

16 Adanya Obligasi Konversi, artinya investor bisa mengubah obligasi menjadi sahan dengan harga yang ditetapkan, kemudian memiliki hak untuk mendapatkan manfaat atas saham.

2.1.4.2Karakteristik Obligasi

Sebagai instrument investasi, Obligasi memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan instrument investasi yang lainnya,

5 Nilai Nominal (Face Value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang akan diterima oleh kreditor pada saat jatuh tempo. 6 Kupon (Interest Rate) adalah nilai bunga yang diterima

pemegang obligasi secara berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6 bulanan). Kupon obligasi dinyatakan dalam annual presentase

(31)

8 Penerbit/ Emiten (Issuer). Mengenal penerbit obligasi adalah hal yang sangat penting dalam melakukan investasi Obligasi. Investor dapat mengukur resiko dari peringkat obliges emiten yang didapatkan dari lembaga pemeringkat seperti PEFINDO.

Selain itu terdapat beberapa ketentuan yang menjadi daya tarik obligasi (Nicko, 2011) yaitu:

4 Emiten membayar bunga dalam jumlah tertentu yang dibayar secara regular. Emiten akan membayar kembali pinjaman tersebut dengan tepat waktu.

5 Obligasi mempunyai jatuh tempo yang telah ditentukan ketika obligasi habis masanya dan pinjaman harus dibayar penuh pada nilai nominal.

6 Tingkat bunga kompetitif, dapat dibandingkan dengan keuntungan yang didapat investor dari tempat lain.

2.1.4.3 Jenis-jenis Obligasi

Menurut sumber dari Bursa Efek Indonesia (BEI), Obligasi memiliki beberapa jenis yang berbeda, yaitu:

8.Dilihat dari sisi penerbit:

d. Corporate Bonds : Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang berbentuk badan usaha milik negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Swasta.

e. Government Bonds: obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat.

f.Municipal Bonds: Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk membiayai proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik.

(32)

e. Zero Coupon Bonds: obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga secara periodik. Namun, bunga dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh tempo.

f.Coupon Bonds: obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara periodic sesuai dengan ketentuan penerbitnya

g. Fixed Coupon Bonds: obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayar secara periodic.

h. Floating Coupon Bonds: obligasi dengan tingkt kupon bunga yang ditentukan sebelum jangka waktu tersebut, berdasarkan suatu acuan (benchmark) tertentu seperti average time deposit (ATD) yaitu rata-rata tertimbang tingkat suku bunga deposito dari bank pemerintah dan swasta.

10. Dilihat dari hak penukaran opsi

e. Convertible Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk mengkonversikan obligasi tersebut kedalam sejumlah saham milik penerbitnya.

f.Exchangeable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk menukar saham perusahaan kedalam sejumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya.

(33)

h. Putable Bonds: obligasi memberikan hak kepada investor yang mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut

11. Dilihat dari segi jaminan atau kolateralnya

c. Secured Bonds: obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga. Dalam kelompok ini termasuk didalamnya adalah

-Guaranteed Bonds: obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin dengan penanggulangandari pihak ketiga

-Mortgage Bonds: obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin dengan agunan hipotik atas property atau asset tetap.

-Collateral Trust Bonds: obligasi yang dijamin dengan efek yang dimiliki penerbit dalam portofolionya.

d. Unsecured Bonds: obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan tertentu tetapi dijamin dengan kekayaan penerbit secara umum.

12. Dilihat dari segi nominal

(34)

d. Retail Bonds: obligasi yang diperjualbelikan dalam satuan nilai nominal yang kecil, baik corporate bonds maupun government bonds.

13. Dilihat dari segi perhitungan imbal hasil

c. Konvensional Bonds: obligasi yang diperhitungkan dengan menggunakan sistem kupon bunga.

d. Syariah Bonds: obligasi yang perhitungkan imbal hasil dengan menggunakan perhitungan bagi hasil. Dalam perhitungan ini dikenal dua macam obligasi syariah, yaitu:

-Obligasi Syariah Mudharabah merupakan obligasi suariah yang menggunakan akad bagi hasil sedemikian sehingga pendapatan yang diperoleh investor atas obligasi tersebut diperoleh setelah mengetahui pendapatan emiten.

-Obligasi Syariah Ijarah merupakan obligasi syariah yang mengguanakan akad sewa sedemikian sehingga kupon bersifat tetap dan bisa diketahui / diperhitungkansejak awal obligasi diterbitkan.

14. Berdasarkan Peringkatnya

c. Investment grade bonds: peringkat minimal BBB. Obligasi ini merupakan obligasi yang layak untuk dijadikan investasi dan memiliki resiko yang tidak terlalu besar.

(35)

memiliki peringkat dibawah investmentgrade. Junk bond merupakan obligasi yang lebih beresiko dari obligasiyang berkategori investment grade.

Selain ke 6 sudut pandang mengenai Jenis-jenis Obligasi, menurut Sharpe, (2005:28) terdapat jenis-jenis obligasi lainnya:

6. Income bond, obligasi ini lebih mirip dengan preffered stock daripada obligasi.

7. Guaranteed bond, obligasi in diterbitkanoleh satu perusahaan tetapi tidak didukung yang lainnya (perusahaan pusat/induk)

8. Participating bond, obligasi ini pernyataan pembayaran bunga dan memberikan tambahan jika pendapatan melebihi tingkat yang dinyatakan.

9. Voting bond, obligasi ini tidak seperti obligasi biasa, yang memnimbulkan hak suara dalam perusahaan. Obligasi ini memilki masa jatuh tempo berbeda, kadang digunakan oleh perusahaan untuk pembiayaan peralatan.

10. Convertible bond, obligasi ini dapat ditukarkan dengan saham biasa.

2.1.4.4 Resiko Investasi Obligasi

(36)

diharapkan. Hal seperti menunjukan bahwa resiko obligasi tidaklah terlalu tinggi, namun tetap saja di dalam obligasi mengindikasikan resiko, berikut merupakan resiko yang terdapat didalam Instrumen Investasi ini menurut Rudiyanto (2012),

3. Resiko Gagal bayar (Default risk)

Resiko gagal bayar bisa didefinisikan sebagai kegagalan suatu perusahaan untuk membayar baik kupon ataupun pokok obligasinya. Umumnya resiko gagal bayar lebih banyak dimiliki oleh perusahaan swasta, namun kejadian gagal bayar Yunanimengingatkan kita bahwa tidak ada satupun obligasi yang aman dari resiko. Kegagalan dalam melunasi salah satu kewajiban saja bisa menyebabkan suatu perusahaan dituntut atau mengajukan kebangkrutan. Resiko ini dapat diukur dengan beberapa cara, yaitu analisa rating ataupun analisa rasio keuangan

4. Resiko Fluktuasi Harga (Duration risk)

Merupakan satuan resiko obligasi yang menunjukan seberapa besar perubahan harga obligasi yang disebabkan karena perubahan tingkat ekspektasi tingkat keuntungan yang diharapkan. Resiko pergerakan obligasi agak berbeda dengan resiko pergerakan saham. Perbedaan utama adalah bahwa obligasi memiliki waktu jatuh temposedangkan saham tidak. Efeknya seberapa liarpun pergerakan harga obligasi jika tidak terjadi gagal bayar, maka obligasi akan kembali ke harga nominalnya. Serugi-ruginya sebuah investasi obligasi tidak akan lebih rugi dari saham.

4.1.2.5 Penerbit Obligasi

Penerbit obligasi ini sebenarnya sangatlah luas. Sesuai dengan jenis obligasi yang dilihat dari segi penerbitnya, terdapat tiga badan besar yang berperan sebagiai penerbit obligasi, yaitu Perusahaan Swasta, Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah.

(37)

6. Lembaga supranasional, contoh dari lembaga ini di Asia adalah Bank Pembangunan Asia (Asia Development Bank/ ADB)

7. Pemerintahan suatu negara menerbitkan obligasi pemerintahan dalam bentuk mata uang negaranya maupun obligasi pemeritahan dalam denominasi valuta asing yang biasa disebut dengan obligasi internasional (soverege bond)

8. Sub-sovereign, propinsi, Negara atau otoritas daerah. Di Amerika dikenal sebagai obligasi daerah (municipal bond). Di Indonesia dikenal sebagai Surat Utang Negara (SUN).

9. Lembaga pemerintah. Obligasi ini biasa juga disebut agency bond, atau agencies.

10.Perusahaan yang menerbitkan obligasi swasta. Special purpose vehicle adalah perusahaan yang didirikan dengan suatu tujuan khusus guna menguasai aset tertentu yang ditujukan 26 guna penerbitan suatu obligasi yang biasa disebut Efek Beragun Aset.

4.1.3 Peringkat Obligasi

Salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur kualitas sebuah investasi obligasi adalah Peringkat Obligasi. Peringkat obligasi ini juga merupakan salah satu informasi yang sangat dibutuhkan oleh seorang investor dan diharapkan dapat membantu investor dalam membuat keputusan investasinya. Informasi Peringkat ini tentu akan mempengaruhi keputusan investasi nantinya. Sedangkan bagi emiten, peringkat ini bermanfaat untuk mengetahui struktur obligasi dan mengetahui posisi kinerjanya dibanding perusahaan lain.

Menurut Rudiyanto (2010) Rating atau Peringkat Obligasi merupakan suatu penilaian yang terstandarisasi terhadap kemampuan suatu perusahaan atau negara dalam membayar hutang-hutangnya. Karena terstandarisasi artinya rating suatu perusahaan atau negara dapat dibandingkan dengan perusahaan atau negara lain. Menurut Moody’s salah satu pemeringkat efek di

(38)

peringkat yang sederhana dengan kualitas investasi relatif suatu obligasi dapat diketahui lebih dari itu kerena disatu sisi peringkat meliputi penilaian masa depan dan di sisi lain mereka digunakan investor sebagai perlindungan, dilakukan upaya untuk memperhatikan kemungkinan terjadinya penalti terburuk di masa depan, tidak sekedar berdasar catatan masa lalu dan statusnya kini. Oleh karena itu investor dalam menggunakan peringkat seharusnya tidak hanya berharap mendapat refleksi faktor statistik saja, karena peringkat obligasimerupakan penaksiran jangka panjang panjang, termasuk pertimbangan faktor non-statistik.

Pemeringkatan Obligasi bertujuan untuk memberikan indikasi dari kemampuan dan kemauan dari emiten untuk membayar kewajiban finansialnya pada saat jatuh tempo (Sari, 2004). Peringkat Obligasi ini juga menunjukan tingkat jaminan bagi investor mengenai tingkat resiko dan returns obligasi yang dimilikinya (Setiyono, 2006).

Peringkat obligasi ini haruslah diterbitkan/dikeluarkan oleh badan resmi yang diakui oleh negara. Di Indonesia perusahaan yang mendapat izin serta menjadi market leader dalam pemberian rating adalah PT PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia). Selain itu belakangan ini juga terdapat perusahaan baru yang memiliki bidang usaha serupa yaitu Fitch Rating Indonesia dan ICRA. Perusahaan ini mendapat izin dari pemeritah hanya

(39)

perusahaan pemeringkat yang mendapat pengakuan internasional, seperti Standar & Poor (Rudiyanto, 2011).

(40)

Gambar 2.1 Simbol Peringkat Moody’s Investor Service, Standard and Poor’s Agency dan Fitch Rating

Tabel 2.1 Peringkat Obligasi Perusahaan PEFINDO

Simbol Peringkat atas perusahaan

AAA Obligor berperingkat idAAA merupakan peringkat tertinggi yang diberikan oleh PEFINDO. Kemampuan obligor untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya, relative terhadap obligor Indonesia lainnya, adalah superior

(41)

AA AA-

keuangan jangka panjang relatif dibandingkan terhadap obligor Indonesia lainnya.

A+ A A-

Obligor dengan peringkat idA memiliki kemampuan yang kuat dibanding obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya. Walaupun demikian, kemampuan obligor mungkin akan terpengaruh oleh perubahan buruk keadaan dan kondisi ekonomi dibandingkan obligor dengan peringkat lebih tinggi.

BBB+ BBB BBB-

Obligor dengan peringkat idBBB memiliki kemampuan yang memadai dibanding obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi komitmen keuangannya. Walau demikian, kemampuan obligor lebih mungkin akan terpengaruh oleh perubahan buruk keadaan dan kondisi ekonomi.

BB+ BB BB-

Obligor dengan peringkat idBB memiliki kemampuan yang sedikit lemah untuk memenuhi kewajiban keuangannya relatif dibanding obligor-obligor Indonesia lainnya. Obligor menghadapi ketidakpastian yang terus berlanjut atau terpengaruh oleh perburukan bisnis, keuangan atau kondisi ekonomi yang dapat berakibat kepada ketidak-mampuan obligor untuk memenuhi komitmen keuangannya.

B+ B B-

Obligor dengan peringkat idB dinilai memiliki kapasitas yang lemah untuk memnuhi komitmen keuangan jangka panjang relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Kondisi bisnis, keuangan atau ekonomi yang kurang baik mungkin akan memperlemah kemampuan obligor dalam memenuhi komitmen keuangannya.

CCC Obligor dengan idCCC saat ini rentan, dan tergantung pada kondisi bisnis dan keuangan yang menguntungkan untuk memenuhi komitmen keuangannya.

D / SD Obligor dengan peringkat idD atau idSD (“Selective Default”) menandakan obligor gagal membayar satu atau lebih kewajiban finansialnya yang jatuh tempo, baik atas kewajiban yang telah diperingkat atau tidak diperingkat. Peringkat “SD” diberikan ketika PEFINDO berpendapat bahwa obligor telah gagal atas kewajiban atau sekelompok kewajiban tertentu tetapi akan terus melakukan pembayaran tepat waktu atas kewajiban lainnya. Pengecualian diberikan atas pembayaran pada tanggal jatuh tempo yang dilakukan dalam masa tenggang, atau karena situasi sengketa komersial yang layak.

(42)

4.1.4 Book Tax Difference

Berdasarkan hasil penelitian Crabtree dan Maher (2009) yang menunjukan bahwa apabila laba yang dilaporkan perusahaan menjadi objek manipulasi dan manajemen laba, maka laba perusahaan akan menunjukan persistensi laba yang rendah di masa depan, sehingga hal ini menyebabkan lembaga pemeringkat memberi peringkat obligasi yang rendah. Seperti yang kita tahu bahwa manajemen perusahaan menyajikan laporan dalam dua sudut pandang, menurut kebijakan akuntansi komersil/keuangan dan menurut kebijakan perpajakan. Book Tax Differences merupakan Perbedaan antara laba/rugi akuntansi dengan laba/rugi perpajakan atau laba fiskal. Laba/Rugi Akuntansi adalah laba rugi bersih selama satu periode sebelumdikurangi beban pajak. Sedangkan Laba/Rugi Fiskal atau Penghasilan Kena Pajak merupakan laba atau rugi selama satu periode berjalan yang dihitung berdasarkan pereturan perpajakan dan menjadi dasar penghitungan Pajak Penghasilan (PSAK 46) yang terutang dalam tahun pajak berjalan.

(43)

komponen laba fiskal dan sebaliknya. Selain itu PSAK 46 juga mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak akibat,

3. Pemulihan (penyelesaian) jumlah tercatat aset (liabilitas) di masa depan yang diakui pada laporan posisi keuangan entitas.

4. transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian lain pada periode kini yang diakui pada laporan keuangan entitas.

Perbedaan utama antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal disebabkan karena tujuan serta tujuan hukummnya. Tujuan utama akuntansi keuangan adalah pemberian informasi keuangan kepada para manajer, pemegang saham, pemberi kredit dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya, sedangkan tujuan utama sistem perpajakan adalah pemungutan pajak yang adil, terdapatnya kepastian hukum dan terjaganya penerimaan negara yang sebagian besar berasal dari pajak (Persada, 2010).

(44)

perpajakan laporaran tidak dapat dipakai sebagai dasar menetapkan besar pajak terutang.

Peraturan pajak di Indonesia tidak mengharuskan perusahaan untuk menyelenggarakan dua pembukuan yang terpisah dalam menghitung dalam menghitung penghasilan kene pajak. Setiap akhir tahun perusahaan hanya perlu melakukan rekonsiliasi fiskal (Persada, 2010). Rekonsiliasi fiskal ini dilakukan untuk menyesuaikan pendapatan dan beban yang tidak diperkenankan kebijakan perpajakan masuk dalam dasar pengenaan pajak atau memiliki perbedaan cara pengakuan dan pengukuran.

Konsekuensi Perbedaan yang disebabkan oleh ketentuan atau standar yang berkaitan dengan pengakuan dan pengukuran atau penilaian elemen-elemen laporan keuangan yang berbeda antara standar akuntansi keuangan dengan akuntansi pajak disebut sebagai Perbedaan Temporer (Temporary differences). Perbedaan Temporer adalah perbedaan antara jumlah tercatat

asset atau liabilitas pada posisi keuangan dengan dasar pengenaan pajaknya. Perbedaan temporer dapat berupa:

3. Perbedaan temporer kena pajak- liabilitas 4. Perbedaan temporer dapat dikurangkan- aset

(45)

4.1.5 Pajak Tangguhan (Deffered Taxes)

Sebagai akibat adanya perbedaan temporer dalam laba akuntansi komersial dengan fiskal, Pajak tangguhan harus diakui. Hal ini tentu berhubungan dengan tindakan manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Adanya perbedaan dalam pelaporan laba tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan telah melakukan manajemen laba. Berdasarkan penelitian (Yulianti, 2005) ini menemukan bahwa beban pajak tangguhan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba, dimana Crabtree dan Maher (2009) menyatakan bahwa perusahaan yang kan melakukan manajemen laba, akan memiliki persistemsi laba yang rendah akibat laba telah menjadi objek manipulasi sehingga semakin meningkatkan resiko perusahaan tidak mampu membayar pokok dan bunga obligasi di masa depan. (berpengaruh terhadap rating).

Pajak Tangguhan pada prinsipnya merupakan dampak PPh di masa datang yang disebabkan oleh perbedaan temporer atara perpajakan dan akuntansi. Pajak Tangguhan ini dapat bersifat positif dan Negatif. Pajak Tangguhan yang Positif adalah ketika Laba Akuntansi > Laba Fiskal atau sering dikategorikan sebagi Kewajiban Pajak Tangguhan. Sedangkan Pajak Tangguhan yang bersifat Negatif adalah ketika Book Income < Taxable Income atau sering dikategorikan Aktiva/Manfaat Pajak Tahun. Berikut adalah

(46)

2.1.5.1 Kewajiban Pajak Tangguhan

Kewajiban Pajak Tangguhan adalah saldo akun neraca sebagai konsekuensi pajak yang ditangguhkan yang disebabkan oleh perbedaan temporer (temporary difference) antara laba keuangan sebelum pajak atau laba akuntansi yang menjadi dasar beban pajak penghasilan dengan laba kena pajak yang menjadi dasar hutang pajak penghasilan perusahaan. Pada situasi ini jumlah laba akuntansi tentu akan melebihi laba kena pajak, hal ini mengakibatkan beban pajak penghasilan lebih besar diabanding hutang pajak penghasilan. Selisih inilah yang harus dikreditkan lagi kedalam saldo kewajiban pajak tangguhan supaya jumlah antara beban dengan kewajiban balance. Dengan kata lain kewajiban pajak yang ditangguhkan menunjukkan kenaikan hutang pajak di tahun-tahun mendatang sebagai akibat dari perbedaan sementara kena pajak yang terjadi pada akhir tahun berjalan (Kieso et all, 2008).

(47)

penghasilan atau keuntungan,yang akan dikenakan atau terutang pajakdalam periode setelah pengakuannya sebagi elemen laba rugi akuntansi, dan (2) pemulihan suatu aktiva terkait dengan biaya atau kerugian, yang dapat dikurangkan atau diakui sebagai biaya fiskal dalam periode sebelum pengakuannya sebagai delemen dalam laba rugi akuntansi. Semua perbedaan temporer kena pajak ini harus diakui sebagai kewajiban pajak tangguhan. Adanya kewajiban pajak tangguhan menyebabkan jumlah laba akuntansi komersil > jumlah laba fiskal. Didalam penelitian ini keadaan dimana Laba akuntansi > Laba Fiskal disebut pajak tangguhan yang bersifat positif.

2.1.5.2 Aktiva/Manfaat Pajak Tangguhan

(48)

Dengan kata lain, aktiva pajak yang ditangguhkan menujukkan kenaikan pajak yang dapat diminta kembali atau dihemat di tahun-tahun mendatang sebagai akibat dari perbedaan sementara yang dapat dikurangkan yang terdapat pada akhir tahun berjalan. Lebih kecilnya laba akuntansi daripada laba fiskal mengakibatkan perusahaan dapat menunda pajak terutang tersebut pada periode mendatang (Suranggane, 2007)

Perbedaan temporer yang dapat dikurangkan timbul sebagai akibat dari: (1) pelunasan suatu kewajiban yang terkait dengan biaya atau kerugian, yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto atau diakui sebagai biaya fiskal dalam periode setelah pengakuannyasebagai elemen dalam laba rugi akuntansi ; dan (2) pelunasan suatu kewajiban yang terkait dengan penghasilan atau keuntungan, yang akn dikenakan atau terutang pajak dalam periode sebelum pengakuannya sebagai elemen laba akuntansi. Semua perbedaan temporer yang dapat dikurangkan (deductible temporary differences) harus diakui sebagai aktiva pajak tangguhan. Adanya

(49)

4.1.6 Rasio Laba Akuntansi per Rasio Laba Fiskal (Tax to book Ratio) Tax to book ratio merupakan perbandingan antara rasio Penghasilan Kena Pajak atau Laba Fiskal dengan Laba Akuntansi Komersial. Menurut Penelitian Lev and Nissim (2004) bahwa tax to book ratio mampu memprediksi pertumbuhan laba dimasa depan. Semakin besar ratio yang dihasilkan, maka mengidentifikasikan laba masa depan yang tinggi, namun tidak untuk periode saat ini. Menurut Crabtee and Maher (2009), hal ini disebabkan perusahaan tidak memiliki kemampuan dalam perencanaan pajak untuk meminimalkan pajak yang harus dibayarnya. Semakin kecil rasio yang dihasilkan, maka mengidentifikasikan laba masa depan lebih rendah dibandingkan tahun periode berjalan. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan telah mengalokasikan dan merencanakan permasalahan pajak yang harus dibayarnya.

4.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Berikut merupakan beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian:

Tabel 2.2 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu No Penulis

(Tahun)

Judul Variabel Kesimpulan

1 Vina

(50)

variabel:

Besar (Large Negative Deffered Taxes) berpengaruh positif dan signifikan terhadap peringkat obligasi.

(51)

PPE

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pajak tangguhan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Peringkat obligasi. Rasio Pajak memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Peringkat obligasi. Dan kedua variabel

(52)

Operating Cash

(53)

Variabel Kontrol: Ukuran

Perusahaan Rasio Utang Jumlah Obligasi Perusahaan

Akrual Perusahaan Jenis Industri INCOME Aset Tetap

berpengaruh terhadap peringkat obligasi.

Terdapat beberapa research gap pada beberapa peneliti terdahulu diatas. Berdasarkan penelitian Christina et al (2010) yang menggunakan variable Large Positive and Negative Deffered Taxes (Pajak Tangguhan yang besar dan bernilai positif dan negatif) dan Small and Large Tax to Book Ratio (Rasio Laba fiskal dan Laba Akuntansi yang besar dan kecil),

menunjukan hasil bahwa Book Tax Differences yang bernilai positif dan besar tidak berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi, sedangkan Book Tax Differences yang bernilai Negatif dan Besar berpengaruh Positif dan

Signifikan terhadap Peringkat Obligasi. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Christna (2013) yang menunjukan bahwa Book Tax Difference yang bernilai positif dan besar lah yang berpengaruh signifikan.

(54)

Christina (2012) yang menunjukan Large Positive and Negative Deffered Taxes tidak berpengaruh signifikan terhadap Peringkat Obligasi.

Begitupun halnya dengan variable Small and Large Tax to Book Ratio, hanya penelitian Fitantri dan Asrori (2014) dan Christina (2013) yang menunjukan hubungan yang signifikan dengan Peringkat Obligasi, sedangkan hasil penelitian Crabtee and Maher (2009), Puspita dan Christine (2012),Fathony (2012), dan Christina et al. (2010) menunjukan bahwa variable ini tidak berpengaruh signifikan terhadap Peringkat Obligasi

4.3 Kerangka Konseptual

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Penelitian

(55)

perbedaan temporer kena pajak yang diatur lebih dalam PSAK No. 46. Pada penelitian ini Pajak Tangguhan dibagi ke dalam dua sifat yaitu Pajak Tangguhan yang Positif dan Pajak Tangguhan yang Negatif. Dikatakan Positif apabila Book Tax Difference bersifat Positif (Book Income > Taxable Income), hal ini diindikasikan dengan adanya Kewajiban pajak tangguhan. Pajak Tangguhan Dikatakan negative apabila Book Tax Difference bersifat negatif (Book Income < Taxable Income).

Rasio Laba Fiskal terhadap Laba Akuntansi (Tax-to-Book Ratios) merupakan perbandingan antara kena Rasio Penghasilan Kena Pajak (Taxable Income) terhadap Laba Akuntansi (Book Income). Rasio ini juga dibagi dalam

dua kondisi yang berbeda, Rasio Laba Fiskal terhadap Laba Akuntansi yang kecil (Small Tax-To-Book Ratios) maupun Rasio Laba Fiskal terhadap Laba Akuntansi yang besar (Large Tax-To-Book Ratios).

2.4 Hipotesis Penelitian

2.4.1 Pengaruh Large Positive Deffered Taxes terhadap Peringkat Obligasi

(56)

menggunakan sistem accrual basis mengakui pendapatan itu lebih awal dibanding kebijakan perpajakan yang menggunakan sitem cash basis. Hal ini menyebabkan laba sebelum pajak menurut kebijakan

(57)

tentu akan menurunkan peringkat perusahaan ini. Maka hipotesis yang diajukan dalam variable ini adalah:

H1: Perusahaan-perusahaan yang memiliki Pajak Tangguhan yang besar dan positif yang semakin besar akan berpengaruh terhadap turunnya peringkat obligasi.

2.4.2 Pengaruh Large Negative Deffered Taxes terhadap Peringkat Obligasi

(58)

jumlah aktiva pajak tangguhannya. Penghasilan Kena Pajak yang besar menyebabkan pajak yang harus dibayarkan besar, berarti beban perusahaan juga besar. Keadaan ini mengindikasikan kemampuan perusahaan menghasilkan laba rendah. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap turunnya estimasi kemampuan perusahaan membayar hutang-hutang jangka panjangnya termasuk hutang obligasinya kepada investor yang kemudian menyebabkan peringkat obligasi turun. Maka hipotesis yang diajukan dalam variable ini adalah:

H2: Perusahaan-peusahaan yang memiliki Pajak Tangguhan yang besar dan negatif yang semakin besar akan berpengaruh terhadap turunnya peringkat obligasi.

2.4.3 Pengaruh Large Tax-To-Book Ratios terhadap Peringkat Obligasi

(59)

dalam rekonsiliasi fiskal akan menyebabkan jumlah estimasi penghasilan kena pajak lebih tinggi dibanding laba akuntansinya. Jumlah pajak penghasilan kini perusahaan pun juga akan semakin besar dan menyebabkan laba bersih akuntansi keuangan menjadi jauh lebih rendah. Kemampuan melunasi semua kewajiban pun akan turun. Menurut Crabtee and Maher (2009) para analisis kredit akan memandang negatif keadaan perusahaan seperti ini. Maka hipotesis yang diajukan dalam variable ini:

H3: Perusahaan-Perusahaan yang memiliki Rasio Laba fiskal dan Laba Akuntansi yang besar akan berpengaruh pada turunnya peringkat obligasi.

2.4.4 Pengaruh Small Tax-To-Book Ratios terhadap Peringkat Obligasi

Berdasarkan Penelitian Fathony (2012) dan Christina (2013) menunjukan bahwa Rasio Laba Fiskal dan Laba Akuntansi berpengaruh positif terhadap Peringkat Obligasi. Menurut kerangka berpikir dalam penelitian Christina et al. (2010), Small Tax-To-Book Ratios yang dimiliki perusahaan dapat mengindikasikan bahwa manajemen berusaha melakukan manajemen laba dan Off-Balance Sheet Financing untuk meningkatkan book income pada periode saat ini

(60)

keuangan dengan tujuan agar laporan keuangan terlihat sangat perform dimata shareholders. Dengan demikian penulis mengambil kesimpulan yang bersifat sementar yaitu:

Gambar

Gambar 2.1  Simbol Peringkat Moody’s Investor Service, Standard and Poor’s
Tabel 2.2 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1  Simbol Peringkat Moody’s Investor Service, Standard and Poor’s
Tabel 2.2 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
+2

Referensi

Dokumen terkait

Lembaga Penjamin Kredit Ekspor (LPKE) merupakan lembaga yang ditunjuk negara asing untuk memberikan jaminan, asuransi, pinjaman langsung, subsidi bunga, dan bantuan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap kendaraan bermotor roda empat, dapat disimpulkan bahwa kendaraan roda empat merupakan salah satu penyumbang

Pada tabel diatas dijelaskan perbedaan antara bagi hasil dan bunga, pada sistem bunga, suku bunga ditentukan dimuka sedangkan pada bagi hasil yang ditentukan

a) Metode moora dapat menentukan suatu penilaian kinerja pegawai honorer yang terbaik pada sistem pendukung keputusan pada kantor dinas ketenagakerjaan kota

Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPI2-JM) maka dibutuhkan analisis

Selain pendapatan, untuk meningkatkan akses pangan rumah tangga dipengaruhi oleh harga pangan apalagi masyarakat miskin paling rentan dengan perubahan harga pangan,

Berdasarkan hal tersebut, untuk memudahkan masyarakat, baik internal maupun dari eksternal BPK, Sub Bagian Humas dan TU dalam hal ini Pusat Informasi dan Komunikasi

Survey ini menginventarisasi jenis–jenis ikan air tawar di sistem sungai di daerah selatan Papua, yang termasuk dalam Sistem Sungai Siret dan Sistem