Analisis Kinerja Komunikasi Voice
Pada Jaringan Virtual Local Area Network
Artikel Ilmiah
Oleh:
Hart Leonard Bani (672012142) Wiwin Sulistyo, S.T., M.Kom.
Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
Analisis Kinerja Komunikasi Voice
Pada Jaringan Virtual Local Area Network
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
untuk memperoleh Gelar Sarjana Teknik Informatika
Oleh:
Hart Leonard Bani (672012142) Wiwin Sulistyo, S.T., M.Kom.
Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
i
2
Analisis Kinerja Komunikasi Voice
Pada Jaringan Virtual Local Area Network
Hart Leonard Bani1, Wiwin Sulistyo, S.T., M.Kom.2 ,
Program Studi S1 Teknik Informatika
Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Jawa Tengah 50711
Email: hartbani07082012@gmail.com1, wiwinsulistyo@staff.uksw.edu2,
Abstract
Communication voice on a network VLAN (Virtual Local Area Netwrok) without configuration VoIP (Voice Over Internet Protocol), can affect the quality of voice when received by destination. This is because the accumulation of a variety of package data in the tissues resulting in traffic become solid we come a queue package voice who has the potential to cause delay, so that influential on the quality of voice while communicating. Solve the problem, done configuration VoIP in new VLAN and are prioritized for transmission kind of package data voice. Based on analysis undertaken, concluded that there are significance difference of quality performance between VLAN without configuration VoIP with VLAN use configuration VoIP.
Keyword: Network, VLAN, VoIP.
Abstrak
Komunikasi voice pada jaringan VLAN (Virtual Local Area Netwrok) tanpa konfigurasi VoIP (Voice over Internet Protocol), dapat mempengaruhi kualitas voice saat diterima oleh destination. Hal ini disebabkan karena adanya penumpukan berbagai jenis paket data dalam jaringan yang mengakibatkan traffic menjadi padat maka terjadi antrian paket voice yang berpotensi menimbulkan delay, sehingga berpengaruh pada kualitas voice saat berkomunikasi. Untuk mengatasi masalah tersebut, dilakukan konfigurasi VoIP pada VLAN baru dan diprioritaskan untuk transmisi jenis paket data voice. Berdasarkan analisis yang dilakukan, disimpulkan bahwa terdapat signifikansi perbedaan kualitas performance antara VLAN tanpa konfigurasi VoIP dengan VLAN menggunakan konfigurasi VoIP.
Kata Kunci : Jaringan, VLAN, VoIP. 1)
Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Teknik Informatika, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
2)
3
1.
Pendahuluan
Perkembangan teknologi pada saat ini memungkinkan setiap orang dengan mudah melakukan pertukaran data berupa video, gambar, teks maupun suara (voice). Khususnya perkembangan komunikasi voice, pada saat ini telah dikembahngkan teknologi VoIP (Voice over Internet Protocol) yang mana teknologi ini dapat diaplikasikan pada jaringan komputer karena memiliki IP Address sendiri sama seperti perangkat lain dalam jaringan.
Penerapan VoIP pada jaringan seperti VLAN (Virtual Local Area Network) dengan traffic yang padat, dapat mempegaruhi kualitas voice saat diterima oleh destination. Hal ini disebabkan karena adanya antrian paket data dan paket voice pada jalur yang sama sehingga terjadi delay ketika proses komunikasi voice sedang berlangsung. Untuk meminimalisir terjadinya delay perlu dilakukan konfigurasi telephony-service dengan tujuan untuk membuat jalur baru untuk paket voice agar terpisah dari jalur yang dilalui oleh paket data. Dengan demikian diharapkan dapat mengurangi antrian paket yang berpotensi terjadi delay dan meningkatkan QoS (Quality of Service) voice saat berkomunikasi.
Berdasarkan uraian diatas pada penelitian ini dilakukan analisis kinerja VLAN tanpa konfigurasi voice dan VLAN menggunakan konfigurasi voice dengan teknik pengalamatan Internet Protocol Version 4 (IPv4) menggunakan parameter QoS delay, jitter, throughput, dan packet loss, untuk mengetahui signifikansi perbedaan performa di antara keduanya [1].
2.
Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang perancangan jaringan VLAN pernah dilakukan oleh Fernadi dan Mubarakah dengan judul Perancangan Virtual Local Area Network (VLAN) dengan Dynamic Routing menggunakan Cisco Packet Tracer 5.33. Dalam penelitian tersebut dilakukan pengkajian terhadap proses transmisi data pada sebuah jaringan VLAN menggunakan metode Dynamic Routing RIPv2 pada sebuah gedung dengan empat lantai untuk mengetahui kinerja delay, throughput dan packet loss. Dalam penelitian tersebut, hasil analisis kinerja jaringan VLAN didapat delay berturut-turut sebesar 7,75 ms, 18,75 ms dan 19,5 ms serta throughput sebesar 33,03 kbps, 13,65 kbps, 12,33 kbps. Sementara packet loss adalah sama yaitu sebesar 0% [2].
Pada penelitian yang berjudul Perencanaan dan Implementasi Virtual Local Area Network untuk Komunikasi Video Streaming dan Suara diungkapkan bahwa traffic pada jaringan VLAN untuk komunikasi video dan suara memiliki kualitas yang baik. Hal ini terjadi karena VLAN yang dilalui paket video streaming terpisah dengan VLAN untuk jalur yang dilalui paket suara. Pengujian jaringan VLAN untuk komunikasi suara memiliki throughput, delay dengan sampel waktu 10 detik memiliki nilai yang hampir sama yaitu dengan rata-rata throughput sebesar 86 kbps, delay sebesar 0,02 detik dan packet loss sebesar 0%. [3].
4
jumlah segmen LAN yang berbeda karena VLAN berdasarkan pada logical connection dari pada physical connection dan VLAN sangat fleksibel. Dalam hal ini berarti transmisi dihasilkan oleh sebuah station pada VLAN diterima oleh station-station yang belum ditentukan oleh kriteria tertentu dalam domain [3].
VLAN dibangun oleh kelompok logical dari dua simpul jaringan atau lebih pada topologi fisik. Untuk mencapai kelompok logical ini kita harus menggunakan alat switching yaitu VLAN-aware. Alat tersebut bisa termasuk intelligent switches, yang mana hal terpenting tersebut menampilkan jembatan atau bridging dan menjalankan pada layer Media Access Control (MAC) atau router yang dioperasikan pada network layer atau pada layer 3 dari model Open Systems Interconnecion (OSI). Ketika berhubungan dengan VLAN, switch yang digunakan pastikan dapat mendukung dua jenis koneksi; access link dan trunk. Ada 2 metode membership pada Cisco Catalyst Switch yaitu static VLAN dan dynamic VLAN [4][5].
Voice over Internet Protocol (VoIP) adalah teknologi yang mampu melewatkan traffic voice yang berbentuk paket melalui jaringan IP. Dalam komunikasi voice, pengguna melakukan hubungan telepon melalui terminal yang berupa PC atau telepon biasa. Metode yang digunakan untuk melakukan layalan VoIP adalah IP Phone-to-IP Phone dan computer-to-computer maupun IP Phone-to-computer.
Pada penggunaan layanan VoIP, yang perlu diperhatikan adalah nilai QoS (Quality of Service) [6][7].
QoS dari setiap protokol yang digunakan dalam jaringan menentukan derajat kepuasan seorang pengguna terhadap suatu layanan. International Telecomunication Union mendefinisikan Quality of Service sebagai: “the collective effect of service performance which determines the degree os
satisfaction of a user of the services” [1]. Definisi tersebut menunjukkan bahwa
QoS adalah kemampuan suatu jaringan untuk menyediakan layanan yang baik dalam menyediakan bandwidth, dengan memperhatikan parameter QoS yaitu delay, jitter, throughput, dan packet loss.
Delay merupakan waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari source ke destination. Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media jaringan, dan kongesti. Strandar delay untuk komunikasi voice yang ditentukan oleh International Telecommunication Union (ITU) dapat dilihat pada tabel 1 [1].
Tabel 1 Delay Specifications [1]
Delay
5
Persamaan untuk menghitung delay adalah :
Total delay
Total paket yang diterima (1)
Parameter kedua yang digunakan dalam QoS yaitu jitter, jitter atau variasi kedatangan yang diakibatkan oleh panjangnya antrian, waktu pengelolaan data, dan juga waktu penggabungan paket-paket data dalam perjalanan suatu paket data. Jitter berhubungan erat dengan delay yang terjadi pada transmisi jaringan. Standar nilai jitter dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini [8].
Tabel 2 Jitter Specifications [8]
Jitter Persamaan yang digunakan untuk menghitung nilai jitter adalah :
Total variasi delay (2)
Total paket yang diterima
Total variasi delay diperoleh dari persamaan :
Total variasi delay = Delay – Rata-rata delay (3) Parameter berikutnya adalah throughtput, throughtput dapat diartikan sebagai kecepatan (rate) transfer data efektif, yang diukur dalam bps (bits per second). Throughtput merupakan jumlah total kedatangan paket yang sukses yang diamati pada tujuan selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut. Standar throughput dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini [8].
Tabel 3 Throughput Specifications [8]
Throughput
Persamaan untuk menghitung throughput adalah :
Paket data terima
Lama pengamatan (4)
6
(collision), penuhnya kapasitas jaringan, dan penurunan paket yang disebabkan oleh habisnya TTL (Time To Live) paket [9]. Berikut merupakan standar packet loss yang termuat dalam tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4 Packet Loss Specifications [8]
Packet Loss
Persamaan yang digunakan untuk mengetahui nilai packet loss adalah :
(Data yang dikirim – data yang diterima)
Paket data yang dikirim (5)
3.
Metode dan Perancangan Sistem
Metode perancangan sistem yang digunakan adalah metode PPDIOO yang dikembangkan oleh Cisco System [9]. Bagan metode PPDIOO dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Metode PPDIOO (Sumber: The Cisco PPDIOO Model)
Berikut ini merupakan tahapan dalam metode PPDIOO yang menjadi dasar penelitian :
1. Prepare dan Plan
7
Tabel 5 Daftar Perangakat
Topology I Jumlah Topology II Jumlah
RouterCisco 2801 1 unit RouterCisco 2801 1 unit
SwitchCatalyst 2960 3 unit SwitchCatalyst 2960 3 unit
Komputer 9 unit Komputer 9 unit
Kabel UTP Straight 10 buah 2m Kabel UTP Straight 18 buah 2m Kabel UTP Cross-Over 2 buah 2m Kabel UTP Cross-Over 2 buah 2m
Aplikasi PC-Telephone IP-Phone 9 unit
Aplikasi Wireshark Aplikasi Wireshark
2. Design
Pada tahap design ini merupakan proses mengubah kebutuhan yang ada dalam tahap plan menjadi rancangan sistem yang akan diimplementasikan secara nyata. Pada tahap ini perancangan topology dilakukan secara terpisah antara topology I dengan topology II.
Gambar 2 Topology I
Gambar 2 merupakan topology I yang terdiri dari 3 VLAN (VLAN10, VLAN 20, dan VLAN 30) yang terhubung dengan satu switch. Topology I memiliki tiga perangkat switch (SW1, SW2, dan SW3) yang didalamnya terdapat tiga VLAN, dari ketiga switch tersebut salah satunya dihubungkan dengan sebuah perangkat router. Pada perangkat router dilakukan konfigurasi inter VLAN untuk memungkinkan komunikasi voice antar VLAN yang berbeda. Komunikasi voice pada topology I dilakukan dengan menggunakan aplikasi PC-Telephone secara end-to-end atau computer-to-computer. Daftar VLAN dengan ID jaringannya dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6 Daftar tabel VLAN dan ID jaringan topology I
VLAN NAMA ID JARINGAN
8
Gamber 3 Topology II
VLAN yang digunakan pada topology II dibagi menjadi empat kelompok yaitu 3 VLAN untuk transmisi data dan 1 VLAN untuk komunikasi voice. VLAN yang digunakan untuk transmisi data sama dengan VLAN yang digunakan pada topology I, akan tetapi pada topology II ditambahkan 1 VLAN baru yang berfungsi sebagai jalur komunikasi voice dengan melakukan penambahan perangkat IP-Phone serta konfigurasi Telephony-service pada perangkat router. Daftar VLAN dan ID jaringan topology II dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7 Daftar tabel VLAN dan ID Jaringan topology II
VLAN NAMA ID Jaingan
VLAN 10 DATA_Mahasiswa 192.168.10.0/24 VLAN 20 DATA_Dosen 192.168.20.0/24 VLAN 30 DATA_Pimpinan 192.168.30.0/24 VLAN 50 VOICE_ALL 192.168.50.0/24
3. Implementation
Tahap implementation merupakan tahapan konfigurasi pada perangkat jaringan (switch dan router) dari topology I dan topology II yang telah di design di tahap sebelumnya. Konfigurasi perangkat switch dan router topology I dapat dilihat pada gambar 4 dan gambar 5 di bawah ini.
9
Gambar 4 merupakan hasil capture dari CLI (command line interface) switch (SW1) topology I menggambarkan tiga VLAN aktif pada port berbeda yang menggunakan mode access dan pada port Fa0/1 dikonfigurasikan dengan mode trunk agar dapat dilalui lebih dari satu VLAN pada sebuah interface.
Gambar 5 Capture konfigurasi inter VLAN
Gambar 5 merupakan hasil capture dari CLI router topologi I yang menggambarkan proses pemaketan (encapsulation) data ketiga VLAN dalam satu interface pada router yang berfungsi sebagai gateway dengan menggunakan teknik pengalamatan IPv4 (Internet Protocol version 4), proses ini berfungsi untuk menghubungkan perangkat yang berbeda VLAN saat melakukan proses transmisi data. Teknik ini dikenal dengan istilah konfigurasi inter-VLAN.
Konfigurasi perangkat pada topology II khususnya konfigurasi dasar VLAN dan inter VLAN dilakukan sama seperti pada topology I (gambar 4 dan gambar 5). Berikut ini merupakan konfigurasi alamat yang digunakan oleh IP-Phone serta konfigurasi Telephony-service pada perangkat router topology II.
10
Konfigurasi DHCP server merupakan konfigurasi perangkat lunak pada router topology II dan memfungsikan router sebagai gateway dengan alamat IP 192.168.50.1. konfigurasi ini bertujuan untuk mengalokasikan alamat IP pada perangkat IP-Phone dalam VLAN 50. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan konfigurasi telephony-service seperti terlihat pada gambar 7 di bawah ini.
Gambar 7 Capture Konfigurasi Telephony-Service
Gambar 7 merupakan hasil capture dari CLI router topology II yang menjelaskan penambahan konfigurasi telephony-service pada VLAN baru (VLAN 50) yang khusus untuk jalur transmisi paket voice. Komunikasi voice dilakukan menggunakan perangkat keras IP-Phone yang memiliki satu virtual voice port dan satu channel untuk masing-masing perangkat sehingga koneksi pemanggilan voice berlangsung secara single-line (saluran tunggal) [7]. Seperti terlihat pada gambar 7 di atas ephone-dn 1 menggunakan channel 10, ephone-dn 2 channel 20 dan seterusnya hingga ephone-dn 9 menggunakan channel 90.
4. Operation
Pada tahap operation ini, topology I dan topology II yang telah di-design dan konfigursaikan pada tahapan sebelumnya telah siap untuk dioperasikan secara keseluruhan. Pada tahap ini yang dilakukan adalah uji coba transmisi paket voice berupa file mp3 berdurasi 1 menit dengan ukuran 943 KB (965,632 Bytes) menggunakan metode end-to-end pada topology I dan topology II dengan ukuran paket dan metode yang sama, tetapi pada topology II proses komunikasi voice dilakukan dengan menggunakan perangkat IP-Phone.
11
a. Delay
Pengukuran delay dilakukan dengan cara merekam proses yang terjadi saat transmisi paket voice dari client VLAN 10 ke VLAN 30 pada topology I. Pengukuran delay pada topology II, dengan cara melakukan komunikasi voice sesama client VLAN 50 antara IP-Phone channel 20 dengan IP-Phone channel 80. Saat proses komunikasi sedang berlangsung, saat yang bersamaan dilakukan capturing paket, kemudian nilai hasil capture diambil dan dianalisa untuk menentukan nilai delay dari masing-masing pengujian.
b. Jitter
Pengukuran nilai jitter dilakukan setelah diketahui nilai delay dan rata-rata delay kemudian dihitung menggunakan persamaan untuk mengetahui nilai jetter. Untuk mengetahui nilai jitter yang dilakukan adalah nilai delay dikurangi rata-rata delay sehingga memperoleh nilai total variasi delay, kemudian total variasi delay dibagi dengan total paket yang diterima maka menghasilkan nilai jitter.
c. Throughput
Nilai throughput diketahui dengan menjalankan Wireshark saat proses uji coba sementara berlangsung, besarnya throughput yang digunakan dapat dilihat pada setiap summary percobaan yang dilakukan. Satuan throughput dinyatakan dalam bps (bites/second).
d. Packet Loss
Untuk mengetahui nilai packetloss, maka dihitung nilai perbandingan jumlah paket yang dikirim dan jumlah paket yang diterima. Pada wireshark, nilai packet loss ditentukan dengan melihat statistic summary penerima dan summary pengirim. Satuan untuk nilai packetloss dinyatakan dalam persen (%).
e. QoS (Quality of Service)
Nilai QoS dapat diketahui setelah menghitung rata-rata dari delay, jitter, throughput, dan packet losspada topology I dan topology II kemudian dibandingkan dengan strandar delay untuk komunikasi voice yang ditentukan oleh International Telecommunication Union (ITU). Jika hasil perbandingan menunjukan QoS ke-dua topology melebihi batas wajar sesuai yang ditentukan, maka semakin buruk kualitas jaringan yang dianalisa, apabila hasilnya sama atau kurang dari standar ITU maka kualitas jaringan yang dianalisa masih dapat diterima [10].
5. Optimize
12
komunikasi voice antara jaringan VLAN tanpa konfigurasi voice (topology I) dengan VLAN menggunkan konfigurasi voice (topology II) untuk mengetahui signifikasnsi dari ke-dua topology tersebut.
4.
Hasil dan Pembahasan
Hasil yang diperoleh dari proses pengujian pada tahap operation, dianalisis berdasarkan data capture nilai QoS menggunakan persamaan untuk mendapatkan nilai dari masing-masing parameter (delay, jitter, throughput, dan packet loss). Berikut merupakan grafik perbandingan antara nilai QoS topology I dengan topology II .
a. Delay
Gambar 8 Grafik Delay
Pada Gambar 8 dapat dilihat nilai rata-rata delay topology I sebesar 19,813 ms dengan nilai minimum 19,480 ms dan maximum 20,042 ms. Pada topology II nilai delay dengan rata-rata sebesar 19,580 ms, dengan nilai minimum 19,400 ms dan maximum 19,796 ms.
Berdasarkan hasil pengujian yang diperoleh dan dinyatakan dalam grafik delay di atas, nilai delay dari pengujian ke-1 hingga pengujian ke-25 menunjukan delay topology I cenderung lebih besar dari topology II. Hal ini disebabkan karena adanya antrian paket data dan paket voice pada topology I yang mana kedua jenis paket tersebut melintas pada jalur yang sama, sedangkan pada pengujian ke-26 sampai ke-28 delay topology I terlihat menurun dan terjadi pengkatan pada topology II. Menurunnya nilai delay topology I disebabkan karena berkurangnya aktifitas transmisi paket data sehingga tidak terjadi antrian paket maka transmisi paket voice menjadi lebih efisien dibandingkan dengan pengujian sebelumnya.
13
b. Jitter
Gambar 9 Grafik Jitter
Dari hasil penelitian diperoleh data jitter dengan rata-rata pada topology I sebesar 0,00014589 ms, dengan nilai minimum 0,00003185 ms, dan maximum sebesar 0,00021875 ms. Pada topology II diperoleh nilai jitter dengan rata-rata 0,000006707 ms, dengan nilai minimum 0,00000586 ms, dan maximum sebesar 0,00013640 ms.
Nilai jitter yang dinyatakan dalam grafik seperti terlihat pada gambar 9 di atas menjelaskan, pada pengujian ke-1 nilai jitter topology I dan jitter topology II terlihat hampir sama, dengan selisih 0,00000449 ms sedangkan pada pengujian ke-2 sampai ke-22, dan ke-24, ke-25, ke-29 dan pengujian ke-30 terlihat nilai jitter topology I cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan nilai jitter topology II. Pada pengujian ke-23 nilai jiiter topology II (0,00000001 ms) terlihat jauh lebih kecil dari jitter topology I (0,00000015 ms), dengan selisih 0,00000014 ms. Tetapi pada pengujian ke-26, ke-27, dan ke-28 nilai jitter topology II terlihat lebih tinggi dari jitter topology I. Hal ini disebabkan karena adanya variasi beban traffic dan besarnya tumpukan antar paket (congestion) saat pengujian tengah berlangsung. c. Throughput
Gambar 10 Grafik Throughput
Gambar 10 menunjukan nilai rata-rata throughput topology I sebesar 5913,829 bps, dengan nilai minimum 5721,824 bps, dan nilai maximum mencapai 6203,364 bps. Nilai rata-rata pada topology II sebesar 6043,294 bps, dengan nilai minimum 5739,625 bps, dan nilai maximum sebesar 6708,094 bps.
14
ada aktifitas yang mempengaruhi kecepatan transmisi dalam jaringan saat pengujian berlangsung sehingga kecepatan transmisi paket menjadi stabil dan kinerja perangkat yang digakan seperti IP-Phone, switch dan router masih efisien saat memproses keluar masuknya paket voice.
d. Packet Loss
Gambar 11 Grafik Packet Loss
Hasil perhitungan packet loss nilai rata-rata topology I sebesar 10%, nilai minimum 0% dan nilai maximum 10%. Pada topology II nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 10%, nilai minimum 10%, dan nilai maximum 10%.
Pada gambar 11, menunjukan nilai packet loss topology II terlihat lebih tinggi dari topology I. Seperti pada pengujian ke-1, ke-27, dan pengujian ke-28 pada grafik di atas. Hal ini disebabkan karena terjadi penumpukan paket pada traffic sehingga terjadi overflow buffer pada perangkat router.
e. QoS (Quality of Service)
15
Gambar 13 Grafik QoS Throughput dan Packet Loss
Tabel 8 Perbandingan Nilai QoS
No
Parameter
QoS Topology I Topology II Selisih 1 Delay 19,813 ms 19,580 ms 0,233 ms 2 Jitter 0,00013789 ms 0,00006252 ms 0,00007537 ms 3 Throughput 5913,829 bps 6043,294 bps 129,465 bps
4 Packet Loss 10% 10% 0%
Tabel 8 menunjukan perbandingan nilai rata-rata dari QoS topology I dengan topology II. Nilai delay pada topology I lebih besar dengan selisih 0,233 ms, nilai jitter pada topology II lebih kecil dari jitter topology I dengan selisih 0,00007537 ms, dan nilai throughput pada topology II lebih tinggi dengan selisih 129,465 bps.
16
diprioritaskan untuk paket voice. Untuk nilai packet loss topology II, terlihat beberapa kali terjadi peningkatan saat pengujian, hal ini disebabkan karena tingginya throughput sehingga terjadi buffer overflow pada perangkat router.
5.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, menunjukan dengan adanya konfigurasi VoIP pada VLAN dapat meningkatkan kinerja dan layanan komunikasi voice. Selain itu, terdapat perbedaan nilai QoS yang signifikan antara VLAN tanpa konfigurasi VoIP dengan VLAN menggunakan konfigurasi VoIP yaiturata-rata delay 1,2%, jitter 55% dan throughput 2,1%, sedangkan packet loss tidak ada perbedaan. Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu, analisis kinerja komunikasi voice dilakukan pada jaringan LAN ataupun jaringan public.
6.
Daftar pustaka
[1] Cisco. (2008). Understanding Delay in Packet Voice Networks.
[2] Fernadi, Mubarakah. (2015). Perancangan Virtual Local Area Network (VLAN) dengan Dynamic Routing menggunakan Cisco Packet Tracer 5.33. dan penghematan host dengan metode Variable Length Subnet Mask (VLSM).
[6] Wahyu P A. (2017). Optimasi Jaringan Local Area Network Menggunakan VLAN dan VoIP.
[7] Saputra E., Lestari I. (2014). Analisis dan Perancangan Voice over Internet Protocol (VoIP) menggunakan Teknologi Open Source pada Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data UIN Suska Riau. Jurnal Sains, Teknologi dan Industri, Vol. 12, No.1,pp. 106-111.
[8] Sugeng W., Istiyanto E. J., Mustofa K., dan Ashari A. (2015). The Impact of QoS Changes towards Network Performance. International Journal of Computer Network and Communications Security, Vol. 3, No.2, 48-53.
[9] Wilkins, Sean. (2005). Designing for Cisco Internetwork Solutions (DESIGN) Foundation Learning Guide: (CCDA DESGN 640-864), Cisco.