RESUME AGAMA
DISUSUN OLEH :
MEI SURANTI
NIM : 1615401040
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
PRODI DIII KEBIDANAN
RESUME AGAMA
1. PENGERTIAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN
Ketika berbicara tentang manusia, al-Qur'an menyebutnya dengan beberapa sebutan di antaranya adalah basyar, ins, insaan, naas dan bani Adam konteks masing-masing dapat diungkap sebagai berikut :
Ditinjau dari materi huruf yang membentuk kata-kata tersebut, maksudnya ins, insaan dan
naas, hanya kata basyar dan bani Adam yang secara morfologis tidak memiliki kaitan dengan ketiga kata tersebut. Kata ins merupakan kata dasar bagi kata insaan, dan kata naas, yang menurut satu pendapat dianggap berasal dari kata unaas yang kemudian hamzah-nya dibuang, merupakan bentuk jamak dari kata insaan (Ibn al-Mandzur, t.t.:307). Secara umum, makna dasar kata ins dan derivasinya berkisar di antara 2 makna yaitu pertama lawan dari kata liar, yang berarti jinak, dan kedua memperlihatkan atau diperlihatkan, ditampakkan (Ibn al-Manzdur, t.t.: 313).
Meskipun hanya tiga kata tersebut yang memiliki kaitan morfologis antara satu kata dengan yang lainnya, namun secara semantikkata basyar dan bani Adam, ditinjau dari makna yang dikandungnya memiliki makna yang sama, yaitu berkisar pada aspek ketampakan makhluk tertentu dari ciptaan Tuhan, dengan segala konsekwensi yang timbul dari makna ketampakan tersebut seperti mengalami perpindahan dan perubahan sebagaimana yang ditunjukkan pada makna kata basyar dan bani Adam. Bahkan secara khusus kata basyar
menunjukkan aspek materiil dari manusia yang pertama kali dapat dilihat, yaitu kulit yang merupakan bagian terluar dari wujud manusia. Makna ini akan menjadi tampak jelas apabila kita memperhatikan makna tersebut secara kebahasaan sekaligus pemakaian al-Qur'an terhadap kata-kata tersebut.
Pertama al-, Basyar
Yang ditunjuk oleh kata ini dalam al-Qur'an secara spesifik adalah apa yang terlihat dan tampil di permukaan dari wujud manusia, apakah itu secara fisik-biologis ataupun tindakan-tindakan aktual dari fisik manusia. Makna ini ditampilkan melalui ungkapan basyar
yang menunjuk pada makna kulit. Apabila kata ins di atas juga bermakna makhluk yang diperlihatkan, maka yang dimaksudkan di sini adalah bagian-bagian dari makhluk tersebut yang diperlihat, yaitu anggota tubuh dan fungsi-fungsinya. Dengan demikian kata basyar
dapat dianggap sebagai penjelasan terhadap makna ins yang bersifat umum, atau kata tersebut merupakan bentuk aktualisasi dari makna ins yang sangat luas yang mencakup semua makhluk yang ditampakkan. Oleh karena itu, menurut Abd Shabuur Syahin (2001:76) kata
basyar bermakna asal "yang paling menonjol di antara semua makhluk Tuhan". Makna ini sejalan dengan makna dasar dari kata tersebut ditinjau dari makna bahasanya, yaitu kulit tempat di mana rambut manusia dapat tumbuh, kulit sebagai simbol dari bagian paling luar dari fisik manusia (Ibn al-Mandzur, t.t.: 125). Demikian pula halnya dengan tindakan-tindakan fisik manusia. Yang ditonjolkan dalam kata ini adalah kemanusiaan manusia yang terdiri dari kulit, daging dan tulang serta konsekwensi yang muncul dari fisik kemanusiaan ini, seperti makan, minum, pergi ke pasar dan lain-lain tindakan yang menjadi tindakan umum kemanusiaan.
Makna kata basyar yang semacam ini tampaknya berkaitan erat dengan asal-usul materi yang dipergunakan untuk menciptakan mereka, yaitu "thiin" yang mengandung unsur debu dengan air (Syahin, 2001:77). Di samping itu kata basyar juga dipergunakan dalam kaitannya dengan penciptaan. Secara umum penciptaan manusia sebagai basyar dikaitkan dengan elemen-elemen fisik yang kasar, selain air, seperti debu, tanah kemudian tanah liat yang kering dan keras (QS. al-Hijr: 28, 33; QS. al-Ruum: 20; QS. al-Furqaan: 54 dan QS. Shaad: 71).
Oleh karena yang ditonjolkan pada kata basyar adalah pada aspek ini, banyak ayat al-Qur'an yang berkaitan dengan kata basyar, dan ayat-ayat tersebut mengindikasikan bahwa manusia dalam pengertian basyar ini tidak memiliki kualitas kemanusiaan yang menunjukkan kelebihan manusia yang satu atas yang lainnya. Sebagai basyar manusia hanyalah kumpulan dari organ-organ tubuh yang memiliki fungsi fisiologis semata dan memiliki kaitan dengan tindakan-tindakan yang memerlukan topangan organ-organ fisik.
nabi ataupun rasul karena mereka melihat nabi atau rasul pada aspek ini sama saja dengan manusia lainnya. Tidak ada perbedaan antara manusia biasa dengan mereka yang mengaku sebagai nabi atau rasul (QS. al-Maidah: 18; QS. al-An’am: 91; QS. Ibrahim: 10; QS. al-Nahl: 103; QS. al-Anbiya': 3; QS. al-Mukminun: 24, 33, 34; QS. al-Syua’ra': 153, 186; QS. Yaasiin: 36; QS. al-Taghaabun: 6; QS. al-Mudatstsir: 25; QS. Huud: 27; QS. Yusuf: 31; QS. al-Isra': 94; QS. al-Qamar: 34). Bahkan ketika dikatakan seorang malaikat, sebagaimana dalam surat Maryam ayat 17, merubah wujudnya sebagai manusia dinyatakan dengan kata
basyar. Ini berarti bahwa wujud malaikat tersebut dilihat dari organ-organ fisik manusia. Pada aspek ini semua manusia dalam berbagai tingkatan sosial-budaya adalah sama, tidak ada yang melebihi satu sama lainnya. Oleh karenanya, pada saat yang sama, para Rasul dan Nabi juga menekankan aspek ini ketika mereka menyebarkan dakwahnya. Mereka adalah manusia biasa sebagaimana manusia lainnya yang terdiri dari berbagai organ tubuh yang sama, hanya saja mereka adalah manusia yang diberi wahyu, yang diutus oleh Tuhan untuk menyampaikan tauhid (lihat QS. Ibrahim: 11; QS. al-Kahfi: 110; QS. Fushshilat: 6 dan QS. al-Isra': 9).
2. PROSES KEJADIAN MANUSIA DALAM AL’QUAN Fase Penciptaan Manusia Dari Tanah
Allah menjelaskan dalam Al-Qur’an bahwa manusia dicipta dari sulâlâh min thin. Dalam menafsirkan ayat ini, ada beberapa pendapat ulama. Pertama, Alfarisi dan Ibnu Abbas mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-insan dalam ayat ini adalah nabi Adam As yang diciptakan dari saripati (sulâlâh) setiap jenis tanah. Kedua, pendapat Abu Shalih, yang mengatakan bahwa al-insan adalah bani Adam dan sulâlâhadalah nabi Adam. Ketiga, pendapat yang mengatakan bahwa sulâlâh min thinadalah sperma dan sel telur, keduanya berasal dari makanan, dan makanan asalnya adalah tanah. [2]
نيط نم ٍةالل نم َناسانل اانقلخ دنقاو
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati(berasal) dari tanah”. (QS. Al-Mu’minun: 12)
Jika kita telaah ayat-ayat Al-Qur’an, ada beberapa kata yang digunakan untuk menunjukkan asal penciptaan manusia. Untuk itu beberapa mufassir mencoba berijtihad membuat urutan priode dari kata-kata tersebut sesuai dengan penciptaan Adam dan anak cucunya; [3]
1. Debu(بلرت نم,) menunjukkan pada penciptaan awal.
3. Lumpur hitam yang dibentuk (نواسمٍ ءامح نم) menunjukkan pada tanah liat yang sudah dibentuk dan sedikit berubah karena udara.
4. Tanah yang lekat atau tetap (بازن نيط نم), menunjukkan pada tanah liat yang sudah memiliki bentuk yang tetap.
5. Tanah liat yang kering ( نواسسسمٍ ءاسسمح نم ٍلاسسصلص نم) menunjukkan bahwa tanah yang memiliki bentuk tetap tadi sudah kering dan bisa menimbulkan suara.
6. Tanah kering seperti tembikar ( ِراَخفااك ٍلاصلص نم,) yaitu yang sudah disempurnakan dengan memasukkannya ke dalam api, seperti porselen.
7. Kemudian Allah Swt. mengabarkan tentang ditiupnya ruh kedalam jasad tadi dan sempurnalah penciptaannya.
Fase Penciptaan Dalam Rahim
اثلث تامل ف قللخ دب نم ًلانقلخ كتتامم نوm ف كتنقلخيك
“Dialah (Allah) yang menjadikan kalian dalam perut ibu kalian kejadian demi kejadian, dalam tiga kegelapan”(QS. az-Zumar: 6)
1. An-Nuthfa
ٍنيتم ٍرلرق ف ًلةفmا هاالبج كث
“Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh(rahim)”. (QS. Al-Mu’minun: 12-14)
Inilah fase awal terjadinya manusia. Nuthfah adalah air mani yang berasal dari sperma laki-laki dan sel telur wanita, dan masing-masing memiliki peran seimbang. Ayat di atas dimulai dengan sebuah kataكث yang mungkin tidak membutuhkan waktu lama untuk membahasnya. Tapi, berapa lama jarak antara penciptaan Adam dan penciptaan kita dari nuthfah?
Kata ini meski sederhana tapi memiliki makna yang dalam. Tsumma dalam ayat ini, menunjukkan hubungan antara permulaan species, Adam As.(sebagai manusia pertama), dan permulaan setiap manusia. Betapa antara Adam dan setiap manusia di dunia memiliki hubungan yang terus berkesinambungan dan tak pernah terpisah. Jika saja ada di antara hubungan itu yang terpisah, maka adakah manusia lain selain keturunan Adam? [4]
2. Al-’Alaqoh (Merula)[6] ًلةنقلع َةفmاال اانقلخ كث
Lalu air mani itu Kami jadikan segumpal darah (QS. Al-Mu’minun: 14)
Pada awalnya ‘alaqoh bergerak bebas di dalam ovarium dan mendapatkan makanan dari sari makanan ibu. Kemudian secara perlahan, ia bergerak keluar dari ovarium dan mulai menempel di dinding rahim, untuk berproses menjadi mudghah.
3. Al-Mudghah
ًلةغضم َةنقلبال اانقلخ
Maka segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging. (Al-Mu’minun: 14)
Mudghah adalah gumpalan daging yang manjadi wadah dari gumpalan darah. Fase ini dimulai pada minggu ke-4 masa kehamilan dan dikenal dengan fase awal tumbuhnya anggota vital dari tubuh manusia. [7]
Mudghah inilah yang kemudian membelah dirinya menjadi 2 lapisan, yaitu: – Mukhallaqoh (Lapisan Dalam)
Mudghah Mukhallaqoh, yang sempurna kejadiannya, atau lapisan dalam dari mudghah inilah yang kemudian berproses menjadi embrio atau calon bayi
– Ghairu Mukhallaqoh (Lapisan Luar)
Mudghah Gairu Mukhallaqoh, yang tidak sempurna kejadiannya, atau lapisan luar dari mudghah, kemudian berproses menjadi plasenta atau ari-ari yang di antara fungsinya adalah untuk menyalurkan makanan kepada bayi. [8]
4. Al-’Idzâm dan Al-Lahm[9]
ًلامحا َماظبال ااوست ًلاماظع َةغضمال اانقلخ
“Dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging”. (QS. Al-Mu’minun: 12-14)
Sebagian Mufassir mengatakan bahwa perubahan gumpalan daging menjadi tulang belulang bisa seluruhnya, bisa pula sebagian dari daging. Dan setelah diadakan penelitian ilmiah, proses perubahan menjadi tulang hanya melibatkan sebagian dari gumpalan daging.
Mengapa Al-Qur’an memisahkan fase gumpalan darah dan fase pembentukan tulang? Allah A’lam– karena Al-Qur’an mengidentifikasikan setiap fase sesuai proses terpenting yang terjadi, pada fase ini yang terpenting adalah pembentukan tulang, yaitu berubahnya mudghah menjadi ‘idzam, atau gumpalan kecil darah menjadi tulang belulang yeng merupakan rangka dari tubuh manusia.
kedokteran tidak memisahkan antara fase mudghah, ‘idzam dan lahm. Tapi ada kesesuian dengan Al-Qur’an tentang urutan kejadian setiap fase pada minggu ke-4 ini.
5. Al-Khalq Al-Akhar
َنينقااخال ُنسح ل رابت َرخآ ًلانقلخ هااأشا كث
“Kemudian Kami jadikan dia makhluq yang berbentuk lain. Maha suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik”. (QS. Al-Mu’minun: 14)
Ayat ini menjelaskan tentang proses kejadian manusia dalam kandungan setelah melewati 4 bulan pertama, yang oleh sebagian ulama disebut dengan dzulumat tsalats (40 hari pertama di dalam ovarium, 40 hari kedua, sejak ‘alaqoh dalam ovarium berproses menjadi mudghah dan berpindah ke dalam rahim. 40 hari terakhir, saat embrio terbungkus kuat dalam suatu selaput yang disebut Tuba Fallopy (kulit ketuban). [10]
Kata ansya-a yang digunakan dalam ayat ini, menunjukkan ketelitian penciptaan manusia, karena kata insya’berarti mencipta sesuatu dan mengatur/mendidiknya. Adapun tentang khalq akhar, Ibnu Katsir mengatakan bahwa proses perubahan manusia menjadi khalq akhar adalah saat dimana Allah meniupkan ruh hingga ia menjadi makhluk yang memiliki pendengaran, penglihatan, pengetahuan gerakan dan sebagainya. Serupa dengan Ibnu Katsir, Al-Khudzri, Ibnu Jarir dan Ibnu Abi hatim menafsirkan ayat tersebut dengan penafsiran yang sama.
Ada pula yang menafsirkan ayat tadi dengan lahirnya manusia atau tumbuhnya rambut, tumbuhnya gigi atau perubahan keadaan setelah lahir ke dunia, dari sejak baru lahir kemudian menyusui, dan seterusnya hingga mati.[11]
Pada hakekatnya, pertumbuhan janin dalam rahim berbeda antara satu dan lainnya, sebagaimana perbedaan pertumbuhan manusia setelah dilahirkan. Maka, setelah memasuki bulan ketiga dari masa kehamilan, terjadi perbedaan perkembangan antar tiap janin. Tapi, setiap janin yang sudah memasuki bulan keempat, akan memasuki fase baru dalam pertumbuhannya, karena telah memiliki organ-organ vital dalam dirinya.
Demikian janin terus berkembang hingga saat memasuki usia 7 bulan, ia sudah dapat bertahan hidup dengan organ tubuh yang lengkap tapi belum sempurna. Setelah berusia 9 bulan, maka ia mulai siap dilahirkan ke dunia.
3. TUJUAN DAN FUNGSI PENCIPTAAN MANUSIA DENGAN MAHLUK LAIN Allah menciptakan manusia bukanlah kerena kebetulan semata, yang hanya hidup dan mati tanpa tanggung jawab sebagai mana pandangan kebendaatan di atas.
a. Sebagai Kholiah Allah
Kholifah berarti pengganti, penguasa, pengelola, dan pemakmur. Selaku kholifah manusia mempunyai tanggung jawab untuk mengelola bumi ini. Sebagai ladang untuk untuk menanam bekal untuk kehidupan di akherat nanti. Dan salah stau syarat mutlak agar manusia bisa mengelola bumi ini dengan baik adalah dengan ilmu pengetahuan yang diperolh dari proses belajar secara terus-menerus.
b. Sebagai Hamba Allah
Selaku hamba Allah, secara otomatis manusia haruslah tunduk dan patuh dengan perintah-Nya. Selain itu dalam meminta pertolonganpun haruslah kepada Allha bukan pada sesame mahluk Allah, karena itu merupakan perbuatan syirik dan tak bisa diampuni dosanya oleh Allah.
c. Tujuan Hidup Manusia
Hidup menurut konsep islam bukan hanya kehidupan duniawi semata, tetapi berkelanjutan sampai pada kehidupan ukhrowi (alam akherta). Dan apa yang kita lakukan selama di dunia, maka itulah yang akan kita petik di akherat nanti.
Hidup di dunia ini merupakan terminal dari perjalanan kehidupan manusia yang panjang, mulai dari alam arwah, alam arham, alam dunia, alam barzakh dan berakhir di alam
akherat. Dan untuk bisa berakhir dengan happy ending salah satunya adalah dengan mendapat ridho dari Allah SWT. Dan inilah yang menjadi tujuan hidup manusia yaitu mencari ridho Allah SWT. yang direalisasikan dalam bentuk perjuangan menjalankan tugas dan fungsi gandanya tersebut.
4. SIFAT-SIFAT MANUSIA MENURUT ISLAM
a. Tidak percaya diri dan ragu ragu. Firman Allah: Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu. (Albaqarah:147)
b. Mudah terpedaya. Firman Allah : Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah.(Alinfithar : 6) c. Kuatir dan bersedih. Firman Allah :Siapa saja diantara mereka yang benar-benar
d. Suka tergesa-gesa. Firman Allah :Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa. (Al Isra 11)
e. Suka bermain-main dan bersenda gurau. Firman Allah : (yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka”.(Al Araf: 51)
f. Berputus asa. Firman Allah : Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan.(Al Fushilat : 49)
g. Kufur nikmat. Firman Allah : Dan mereka menjadikan sebahagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bahagian daripada-Nya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar pengingkar yang nyata (terhadap rahmat Allah).(Azzukhruf : 15)
h. Menuruti prasangka. Firman Allah : Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.(Yunus:36).
5. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN MANUSIA DENGAN MAHLUK LAIN
Manusia tidak berbeda dengan binatang dalam fungsi tubuh dan fisiologisnya. Fungsi kebinatangan ditentukan oleh naluri, pola-pola tingkah laku yang khas yang pada gilirannya ditentukan oleh struktur syaraf bawaan. Semakin tinggi tingkat perkembangan binatang, semakin fleksibel pola tindakannya. Pada primata (bangsa monyet) yang lebih tinggi dapat ditemukan inteligensi, yaitu penggunaan pikiran guna mencapai tujuan yang diinginkan, sehingga memungkinkan binatang melampaui pola kelakuan yang telah digariskan secara naluri. Namun setinggi-tingginya perkembangan binatang, elemen-elemen dasar eksistensinya yang tertentu masih tetap sama.
Manusia pada hakikatnya sama saja dengan makhluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung pengetahuan dan kesadaran. Perbedaan diantara keduanya terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran dan tungkat tujuan. Disinilah letak kelebihan dan keunggulan yang dimiliki manusia dibanding dengan makhluk lain.
sehingga pemikir menyamakan dengan binatang. Letak perbedaan utama antara manusia dengan makhluk lainnya adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan.
Kebudayaan hanya dimiliki oleh manusia, sedangkan binatang hanya mampu bergerak dalam ruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang mampu bergerak di darat dan di air (laut) namun tetap memiliki keterbatasan dan dan tidak dapat melampaui manusia. Kelebihan manusia atas makhluk lainnya dijelaskan dalam QS. 17 (Al-Isra’) : 70.
Oleh sebab itu manusia akan selalu mulia dan dilebihkan dari makhluk lainnya sepanjang tetap memanfaatkan potensi untuk mempertahankan kemuliaannya. Manusia memiliki kekhasan dibandingkan dengan makhluk yang paling mirip sekalipun. Menurut al-Qur’an kekhasan ini menyebabkan adanya konsekuensi kemanusiaan diantaranya kesadaran, tanggung jawab, dan pembalasan. Karakterisrik manusia adalah :
a. Aspek Kreasi
Apapun yang ada dalam tubuh manusia dirakit dalam suatu tatanan yang terbaik dan sempurna. Hal ini dapat dibandingkan dengan makhluk lain dalam aspek penciptaannya. Mungkin banyak kesamaannya, tetapi tangan manusia lebih fungsional dari tangan simpanse, demikian pula organ-organ lainnya.
b. Aspek Ilmu
Hanya manusia yang punya kemampuan memahami lebih jauh hakikat alam semesta ini. Pengetahuan hewan hanya terbatas pada naluri dasar yang tidak bisa dikembangkan melalui pendidikan dan pengajaran. Manusia menciptakan kebudayaan dan peradaban yang terus berkembang.
c. Aspek Kehendak
Manusia memiliki kehendak yang menyebabkan adanya pilihan dalam hidup. Makhluk hidup dalam suatu pola yang telah baku dan tidak akan pernah berubah. Para malaikat yang mulia tak akan pernah menjadi makhluk yang sombong atau maksiat.
d. Aspek Akhlak
Manusia adalah makhluk yang dapat dibentuk akhlaknya. Ada manusia yang sebelumnya baik, tetapi karena pengaruh lingkungan tertentu menjadi penjahat atau sebaliknya. Oleh sebab itu lembaga pendidikan diperlukan untuk mengarahkan kehidupan generasi yang akan datang agar lebih baik. .(Hamdan, dkk,2004:36)
monoton dan didasari oleh prinsip alam. Sedangkan tumbuhan, makhluk hidup yang paling rendah tingkatannya.
Selain mempunyai gerak monoton juga mempunyai kemampuan bergerak secara bervariasi diantaranya ada gerak vegetatif. Jenis hewan mempunyai prinsip yang lebih tinggi daripada tumbuh-tumbuhan yang menyebabkan hewan selain mempunyai kemampuan bergerak bervariasi juga memiliki rasa yang disebut prinsip jiwa sensitif.
Dalam kenyataan, manusia juga mempunyai kelebihan dari hewan. Manusia juga mempunyai prinsip an nafs al insaniyyat yang memungkinkan untuk berpikir dan memilih dan prinsip inilah yang menjadi pembeda manusia dari makhluk hidup lainnya.
6. EKSITENSI DAN MARTABAT MANUSIA
a. Pengertian Eksistensi martabat manusia adalah
Bahwasanya manusia diciptakan kedunia ini oleh Allah melaui berbagai rintangan tentunya tiada lain untuk mengabdi kepadaNya, sehingga dengan segala kelebihan yang tidak dimiliki mahluk Allah lainya tentunya kita dapat memanfaatkan bumi dan isinya untuk satu tujuan yaitu mengharapkan ridho dari Allah SWT. Dan dengan segala potensi diri masing-masing kita berusaha untuk meningkatkan Keimanan dan Ketakwaan kita sehingga dapat selamat Dunia dan Akhirat.
b. Tujuan manusia diciptakan Allah
Didunia ini tentunya kita lihat begitu kita lahir, biasanya diberikan adzan dan iqomah di telinga kanan dan kiri, maka kita diperdengarkan kebesaran Allah, mengakui Allah dan Rasulullah, mengerjakan shalat dan berbuat kebajikan. Manusia ada di dunia karena sebagai tanda kebesaran Allah dan wajib membentuk Keimanan kepada Allah ( hablum minnallah ) dan berbuat baik pada sesame manusia dan alam sebagai bentuk hubungan social kemasyarakatan ( hablum minannaas)
Firman Allah QS Adz-dzaariyaat : 56 “dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku “
c. Tujuan manusia didunia 1) Bagi diri sendiri
Adalah adanya kehidupan yang baik didunia dan di akhirat, untuk mencapai itu maka setiap orang harus mengerjakan amal shaleh.
Firman Allah : ”Barang siapa mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanaya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” ( QS An Nahl : 97 ).
2) Bagi Masyarakat
Adalah keberkahan dalam hidup yang melimpah, Baik kebutuhan fisik ( perumahan , pakaian, makanan) juga kebutuhan sosial, kebutuhan rasa aman dan kebutuhan aktualisasi diri. Hal ini dapat diperoleh apabila masyarakat beriman dan bertakwa.
3) Bagi Negara
Adalah kita ingin negara kita menjadi negara yang baik, yaitu negari yang makmur atau setiap saat mendapatkan rejeki yang cukup dan aman. Dengan cara semua anak bangsa harus rajin bersyukur atas semua nikmat yang diberikan Allah SWT dan tidak berpaling padaNya.
d. Fungsi dan Peranan Manusia di Bumi
”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: ”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang Khalifah dimuka bumi”. Mereka berkata : ” Mengapa Engkau hendak menjadikan (Khalifah) di bumi orang yang akan mebuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Tuhan berfirman : ’Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (QS. Al Baqarah : 30 ).