• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Oseanografi Geofisika Dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum Oseanografi Geofisika Dan"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

KONDISI PARAMETER GEOLOGI, FISIKA DAN KIMIA

LINGKUNGAN LAUT PULAU MENJANGAN BESAR DAN

CEMARA BESAR TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

Disusun sebagai salah satu syarat mengikuti responsi praktikum mata kuliah Oseanografi Geofisika dan Kimia di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Jenderal Soedirman

Oleh :

Muhammad Riski Ardianto NIM. H1K013050

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

(2)

DAFTAR ISI

2.1 Parameter Geologi Lingkungan Laut ... 9

2.1.1 Sedimen ... 9

2.2 Paramter Fisika Lingkungan Laut ... 10

2.2.1 Kecerahan ... 10

2.2.2 Arus ... 11

2.2.3 Gelombang ... 11

2.2.4 Suhu ... 13

2.3 Parameter Kimia Lingkungan Laut ... 14

2.3.1 Nitrat ... 14

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN... 28

(3)

4.2 Paramter Geologi, Fisika dan Kimia ... 28

4.2.1 Parameter Geologi ... 28

4.2.2 Parameter Fisika ... 30

4.2.3 Parameter Kimia... 32

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 35

5.1 Kesimpulan ... 35

5.2 Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Alat-alat yang digunakan pada praktikum ... 21

Tabel 2. Bahan yang digunakan pada praktikum ... 22

Tabel 3. Pengamatan Parameter Geologi. ... 28

Tabel 4. Pengamatan Parameter Fisika Laut Pulau Menjangan Besar ... 30

Tabel 5. Pengamatan Parameter Fisika Laut Pulau Cemara Besar ... 30

(5)

DAFTAR GAMBAR

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan rahmat dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan Laporan

Praktikum Oseanografi Geofisika dan Kimia untuk memenuhi syarat penilaian Mata Kuliah Dasar-Dasar Oseanografi yang diselenggarakan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jenderal Soedirman.

Kami mengucapkan terima kasih kepada asisten pembimbing yaitu saudari Afrilia Putri Maharani yang telah banyak membantu kami memberikan

arahan-arahan, saran, bimbingan dan petunjuk selama penyusunan tugas dilaksanakan, serta kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penulisan laporan ini.

Kami menyadari bahwa hasil yang dicapai dalam penulisan ini masih

banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Semoga dapat memberi

manfaat bagi semua pihak.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun

tidak langsung dalam penulisan laporan ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa meridhoi dan memberkati segala usaha kita. Aamiin.

Purwokerto, 26 Desember 2015

(8)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kepulauan Karimunjawa yang terletak di utara Pulau Jawa, masuk dalam

wilayah Kabupaten Jepara – Jawa Tengah, dan berada pada posisi 5' 40" – 5' 57" LS dan 110' 4" – 110' 40" BT, Barat laut Kabupaten Jepara. Pulau ini berjarak sekitar 45 mil atau sekitar 74 km dari pelabuhan Kartini – Jepara, Jawa Tengah.

Karimunjawa merupakan sebuah Taman Nasional Laut yang menjadi salah satu objek pariwisata bahari di Indonesia. Ditetapkan sebagai Taman Nasional Laut

sejak tahun 1988, dengan luas wilayahnya yang berupa daratan 7.033 ha dan 104.592 ha perairan laut sehingga total luas keseluruhan Taman Nasional Laut Kepulauan Karimunjawa mencapai 111.625 ha (Dinda et al, 2012).

Sebagai salah satu aset pariwisata Jawa Tengah, Kepulauan Karimunjawa perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat. Selain sebagai

tempat tujuan wisata dalam dan luar negeri Karimunjawa seharusnya juga sebagai salah satu objek penelitian secara berkala yang khususnya dalam hal ini adalah kondisi oseanografis. Kondisi suatu daerah perairan, terutama daerah yang

memiliki aktifitas yang cukup tinggi seperti di Kepulauan Karimunjawa, karakteristik dari berbagai parameter baik fisika, kimia dan geologi di daerah

tersebut perlu untuk diketahui dan juga di analasis. 1.2 Tujuan

1. Mengetahui kondisi paramter geologi, fisika, dan kimia lingkungan laut

di Pulau Menjangan Besar dan Cemara Besar, Taman Nasional Karimunjawa;

(9)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Parameter Geologi Lingkungan Laut

2.1.1 Sedimen

Sedimen merupakan kumpulan pertikel-pertikel organik dan anorganik yang terakumulasi secara luas dan bentuknya tak beraturan (Duxbury and Duxbury, 1993 dalam Manenkey, 2010). Sekitar 70,8% permukaan bumi ditutupi oleh laut,

bagian muka bumi yang sangat luas ini merupakan lingkungan tumpahan material-material sedimen yang terjadi secara fisika, kimiawi, maupun organik

yang satu sama lain akan berinteraksi membentuk berbagai macam variasi sedimen (Kaharuddin, 1994 dalam Manenkey, 2010). Sedimen yang menutupi

dasar perairan memiliki berbagai variasi dalam bentuk partikel komposisi ukuran, sumber atau asal sedimen (Pethick, 1997 dalam Manenkey, 2010).

Sedimen yang berasal dari hancuran bahan-bahan organik dari hewan

maupun tumbuhan yang sudah mati disebut juga sedimen organik atau organogen atau biolit (Kohongia, 2002 dalam Manenkey 2010). Secara umum, pendeposisian material organik karbon dan keadaannya (material yang bersumber dari cangkang

dan karang) lebih banyak terdapat didaerah dekat pantai dan lingkungan laut lepas (Kohongia, 2002 dalam Manenkey, 2010)

Material sedimen yang terdeposisi di daerah pentai dan laut dalam dikontrol oleh dua faktor. Faktor tersebut adalah transpor material pelapukan di daratan ke laut dan transpor yang terjadi di dalam laut itu sendiri (Djamaluddin, 1993 dalam

Manenkey, 2010). Proses pergerakan butiran sedimen menyusur pantai ditimbulkan oleh gerakan orbital gelombang yang menyebabkan sedimen

(10)

Terjadinya perpindahan atau pengangkutan sedimen bila ada arus yang bekerja

dan arahnya mengikuti arah arus tersebut (Thornbury, 1964 dalam Manenkey, 2010).

2. 2 Paramter Fisika Lingkungan Laut 2.2.1 Kecerahan

Kecerahan perairan adalah suatu kondisi yang menunjukan kemampuan

cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Perairan alami kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan aktifitas fotosistesa.

Kecerahan air laut dipengaruhi oleh substensi material organik dan anorganik yang larut didalamnya, dan organisme renik seperti plankton. Air yang

terkontaminasi oleh berbagai jenis material akan berubah warna sehingga menjadi keruh (Abdullah,2011).

Menurut Abdullah (2011), sudut datang cahaya matahari juga

mempengaruhi cahaya yang menembus kedalam air laut. Dimana saat pagi atau sore cahaya yang melewati permukaan matahari sebagian akan menembus kedalam laut dan sebagian lagi akan dipantulkan. Namun ketika sudut datang

cahaya adalah 90 derajat atau pada saat jam 12 siang maka seluruh cahaya akan masuk kedalam laut. Kecerahan juga dipengaruhi oleh adanya awan yang dapat

menhalangi sinar matahari menebus ke dasar laut.

Faktor kedalaman perairan dan kecerahan air laut di perairan studi tidak memberikan kontribusi terhadap rendahnya kekayaan spesies, namun lebih utama

oleh faktor kondisi ekosistem laut yang tergolong zona oseanik dan ekosistem pantai yang berdekatan dengannya. Tingkat kecerahan yang tinggi ini sangat

(11)

berkembang dengan baik. Tingkat kecerahan yang rendah sangat mempengaruhi

distribusi dan kelimpahan fitoplankton (Abdullah,2011).

2.2.2 Arus

Arus adalah pergerakan massa air yang disebabkan oleh angin, perbedaan densitas air laut, atau oleh pasang surut. Faktor-faktor pembangkit arus permukaan adalah Angin, bentuk topografi dasar lautan dan pulau-pulau yang ada

disekitarnya selain itu arus dapat disebabkan oleh gaya Coriolis yang timbul sebagai akibat perputaran bumi pada porosnya. Gaya Coriolis akan mengalami

perubahan yang kompleks sesuai dengan bertambahnya kedalaman suatu perairan dimana kecepatan arus akan berkurang sehingga membentuk Spiral Ekman.

Beberapa contoh arus elementer :

A. Arus Euler adalah gerakan massa air yang timbul akibat adanya perubahan permukaan laut (lokal) dalam waktu yang singkat.

B. Arus Gradien adalah lurus yang diisebabkan karna adanya kemiringan bidang isobar dan bidang rata.

C. Arus Antitropik adalah arus yang terdapat pada perairan dangkal atau

perairan sempit dimana tekanan diimbangi oleh tekanan dasar.

D. Arus Termohaline adalah arus yang timbul akibat perubahan suhu dan

salinitas. 2.2.3 Gelombang

Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak

lurus permukaan air yang membentuk kurva sinusoidal. Gelombang laut adalah penjalaran energi yang membawa energi dari laut lepas ke tepi pantai. Adapaun

(12)

angin), daya tarik bumi-bulan-matahari (gelombang pasang surut), gempa

(vulkanik atau tektonik) didasar laut (gelombang tsunami) ataupun gelombang yang disebabkan oleh gerakan kapal. Namun ada juga istilah gelombang

permukaan laut dan gelombang internal disebut gelombang permukaan karena gelombang terjadi dipermukaan laut sedangkan gelombang internal adalah gelombang yang menjalar di dalam lautan (Hidayat et al, 2012). Gelombang

permukaan laut memiliki peran yang penting dalam proses distribusi panas momentum, dan perubahan material diantara 2 sistem atmosphere dan lautan

(Qiao, et al, 2010).

Menurut Kurniawan et al, (2011) mengatakan bahwa gelombang air laut

dapat dibedakan menjadi beberapa macam berdasarkan gaya pembangkitnya yaitu: pertama adalah Gelombang angin, merupakan gelombang yang disebabkan oleh tiupan angin di permukaan laut. Gelombang ini mempunyai periode yang

sangat bervariasi, ditinjau dari frekuensi kejadiannya. Gelombang angin

merupakan gelombang yang paling dominan terjadi di laut; Kedua Gelombang

Pasang Surut, merupakan gelombang yang disebabkan oleh gaya tarik bumi

terhdap benda-benda langit, benda langit yang paling besar pengaruhnya adalah matahari dan bulan, gelombang pasut lebih mudah diprediksi karena terjadi secara

periodik mengikuti sesuai peredarannya; Ketiga Gelombang Tsunami, merupakan gelombang yang diakibatkan oleh gempa bumi tektonik atau letusan gunung api di dasar laut. Tsunami merupakan gelombang yang sangat besar dan tinggi

gelombangnya dapat mencapai lebih dari 10 meter.

Meninjau dari keseringan kejadiannya, gelombang angin merupakan

(13)

2001 dalam Kurniawan et al, 2011). Kuat lemahnya gelombang ini dipengaruhi

oleh tiga faktor yaitu kecepatan angin, semakin cepat angin bertiup makaakan semakin tinggi gelombangnya; lama angin berhembus (duration), semakin lama

durasi tiupan angin makan semakin tinggi gelombang yang terbentuk; dan jarak dari tiupan angin pada perairan terbuka (fetch), semakin panjang jarak fetch-nya, ketinggian gelombangnya akan semakin besar (Hutabarat dan Evans, 2008 dalam

Kurniawan et al, 2011). Selain ketiga hal tersebut, persistensi arah tiupan juga berpengaruh terhadap kondisi gelombang laut, semakin seragam arah tiupan angin

di suatu wilayah makan gelombang yang terjadi akan semakin besar. Hal ini terjadi karena arah tiupan yang sama akan menyebabkan terbentuknya gelombang

konstruktif yang saling menguatkan, sehingga energi yang dibangkitkan oleh tiupan angin akan berkumpul (Kurniawan et al, 2011).

2.2.4 Suhu

suhu merupakan derajat panas suatu benda yang dapat berubah ruang dan waktu dimana penyebarannya disebabkan oleh gerakan air seperti arus dan turbulensi (Sidjabat ,1973 dalam Rosmawati, 2004). Suhu memiliki fungsi yang

sangat urgen di dalam lingkungan laut. Secara langsung, suhu mempengaruhi laju fotosintesis tumbuh-tumbuhan dan fisiologi hewan, khususnya derajat

metabolisme dan reproduksi. Sedangkan secara tidak langsung suhu mempengaruhi daya larut oksigen yang digunakan untuk respirasi biota laut. Daya larut oksigen akan berkurang jika suhu perairan naik (Brown et al, 1989).

Suhu air laut dipengaruhi oleh cuaca, kedalaman air, gelombang, waktu pengukuran, pergerakan konveksi, letak ketinggian dari muka laut (altitude),

(14)

perairan tersebut serta besarnya intensitas cahaya yang diterima perairan

(Herunadi, 1996 dalam Farita, 2006). dan suhu air laut di suatu perairan juga dipengaruhi oleh kondisi atmosfer, dan intensi tas penyinaran matahari yang masuk ke laut (Offi cer, 1976). Selain itu, suhu air laut juga dipengaruhi oleh

faktor geografis dan dinamika arus (Sijabat, 1974). Kenaikan suhu dapat

menurunkan kelarutan oksigen dan meningkatkan toksisitas polutan (Mulyanto,

1992) Beberapa faktor yang mempengaruhi suhu permukaan di antaranya; kondisi musim (iklim), angin, serta fenomena yang terjadi di laut seperti upwelling, arus,

dan lain-lain.

Menurut Sugiarto dan Birowo (1975) dalam Perdede (1975), suhu

mengalami perubahan secara perlahan-lahan dari daerah pantai menuju laut lepas. Karena dekat dengan daratan, pada siang hari suhu di pantai umumnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan daerah laut terbuka karena pada siang hari

daratan lebih mudah menyerap panas matahari. Sedangkan laut relatif sulit untuk melepaskan panas bila suhu di lingkungannya tidak berubah. Begitu juga pada malam hari sehingga di daerah lepas pantai suhunya lebih rendah dan lebih stabil

dibanding daerah pantai.

2. 3 Parameter Kimia Lingkungan Laut 2.3.1 Nitrat

Nitrat merupakan senyawa mikronutrien penghasil produktifitas primer di lapisan permukaan daerah eufotik dengan dilakukannya oksidasi amoniak oleh

mikroorganisme yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan reproduksi organisme terutama fitoplankton (Risamasu dan Prayitno, 2011 dalam Dewi et al, 2015).

(15)

biasa digunakan sebagai indikator kualitas air dan tingkat kesuburan suatu

perairan (Fachrul et al., 2005 dalam Fonny dan Hanif, 2011). Nitrat dihasilkan dari proses nitrifikasi di daerah kaya oksigen (aerob) dengan menggunakan

nitrogen sebagai bahan utama (Mustiawan et al., 2014 dalam Dewi et al,2015). Konsentrasi nitrat rata-rata lebih tinggi di temukan pada dasar perairan dibanding dengan di lapisan permukaan. Karena nitrat di lapisan permukaan lebih

banyak dimanfaatkan atau dikonsumsi oleh fitoplankton. Selain itu, konsentrasi nitrat yang sedikit lebih tinggi di dekat dasar perairan juga dipengaruhi oleh

sedimen. Di dalam sedimen nitrat diproduksi dari biodegradasi bahan-bahan organik menjadi ammonia yang selanjutnya dioksidasi menjadi nitrat (Seitzinger,

1988 dalam (Fonny dan Hanif, 2011). 2.3.2 Klorofil-a

Klorofil-a merupakan pigmen dominan fitoplankton, sehubungan dengan

konsentrasi klorofil-a merupakan cerminan kelimpahan fitoplankton (Krismono, 2010 dalam Hikmawati et al, 2014). Beberapa fitoplankton dianggap mikroalga, yang merupakan organisme tumbuhan yang paling primitif (Prasetyo et al, 2011)

dan pengertian fitoplankton itu sendiri adalah organisme satu sel mikroskopik yang hidup di perairan tawar maupun laut. Fitoplanton merupakan produsen

energi (Produsen primer) pada suatu rantai makanan dalam ekosistem (Romimohtarto, 2007 dalam Hikmawati et al, 2014). Klorofil-a adalah pigmen hijau plankton yang digunakan dalam proses fotosintesis, semua fitoplankton

mengandung klorofil-a yang beratnya kira-kira 1-2% dari berat kering alga (Realino et al., 2005). Klorofil-a merupakan pigmen yang paling umum terdapat

(16)

pengukuran konsentrasi klorofil- a di perairan (Parsons et al., 1984 dalam Realino

et al., 2005).

Sebaran klorofil-a di laut bervariasi secara geografis maupun berdasarkan

kedalaman perairan. Variasi tersebut diakibatkan oleh perbedaan intensitas cahaya matahari, dan konsentrasi nutrien yang terdapat di dalam suatu perairan. Di Laut, sebaran klorofil-a lebih tinggi konsentrasinya pada perairan pantai dan pesisir,

serta rendah di perairan lepas pantai. Tingginya sebaran konsentrasi klorofil-a di perairan pantai dan pesisir disebabkan karena adanya suplai nutrien dalam jumlah

besar melalui run-off dari daratan, sedangkan rendahnya konsentrasi klorofil-a diperairan lepas pantai karena tidak adanya suplai nutrien dari daratan secara

langsung. Namun pada daerah-daerah tertentu di perairan lepas pantai dijumpai konsentrasi klorofil-a dalam jumlah yang cukup tinggi. Keadaan ini disebabkan oleh tingginya konsentrasi nutrien yang dihasilkan melalui proses fisik massa air,

dimana massa air dalam mengangkat nutrien dari lapisan dalam ke lapisan permukaan (Valiela, 1984 dalam Presetiahadi, 1994).

2.3.3 Fosfat

Fosfat merupakan senyawa yang sangat penting bagi kehidupan organisme. Karena fosfat berfungsi dalam sistem genetis dan sebagai penyimpan dan transfer

energi dalam sel. Secara alami ketersediaan fosfat tidak banyak di kulit bumi (Susatyo et al, 2014). Menurut Chaniago (1994) dalam Dedi et al, (2013) sumber utama fosfat terlarut dalam perairan adalah hasil pelapukan, mineral yang

mengandung fosfor serta bahan organik seperti hancuran tumbuh-tumbuhan. Fosfat yang terdapat dalam air laut berasal dari hasil dekomposisi organisme,

(17)

kondisi lamun sebagian besar mengaitkannya dengan kondisi substrat dan

beberapa faktor lainnya.

Tempat penyimpanan utama fosfor dalam siklus yang terjadi di lautan yaitu

sedimen. Umumnya dalam bentuk partikulat yang berikatan dengan oksida besi dan senyawa hidroksida. Senyawa fosfor yang terikat di sedimen dapat mengalami dekomposisi dengan bantuan bakteri maupun melalui proses abiotik

menghasilkan senyawa fosfat terlarut yang dapat mengalami difusi kembali ke kolom air (Paytan dan McLaughlin, 2007 dalam Fonny dan Hanif, 2011).

2.3.4 Salinitas

Salinitas adalah kadar garam terlarut dalam air. Satuan salinitas adalah per mil (‰), yaitu jumlah berat total (gr) material padat seperti NaCl yang terkandung

dalam 1 kg air laut. Salinitas menurupakan bagian dari sifat fisik-kimia suatu perairan, selain suhu, pH, Substrat dan lain-lain. Salinitas dipengaruhi oleh pasang

surut, curah hujan, penguapan, dan topografi suatu perairan. Akibatnya, salinitas suatu perairan dapat sama atau berbeda dengan perairan lainnya (Wibisono,2004).

Distribusi salinitas secara horizontal yaitu semakin kearah lintang tinggi

maka salinitas juga akan bertambah tinggi. Maka dari itulah salinitas di daerah laut tropis (daerah di sekitar khatulistiwa) lebih rendah daripada salinitas di laut

subtropis. Daerah yang memiliki salinitas paling tinggi berada pada daerah lintang antara 30°LU dan 30°LS kemudian menurun ke arah lintang tinggi dan khatulistiwa. Di perairan Indonesia yang termasuk iklim tropis, salinitas

meningkat dari arah barat ke timur dengan kisaran antara 30-35 o/oo. Air samudera yang memiliki salinitas lebih dari 34 o/oo ditemukan di Laut Banda dan

(18)

salinitas secara horizontal tersebut terjadi karena faktor-faktor utama yaitu run off,

presipitasi, evaporasi dan pola sirkulasi air namun selain itu ada beberapa faktor lainnya yang ternyata mempengaruhi distribusi secara horizontal yaitu angin dan

topografi (David, 2011).

Disribusi secara vertical terjadi dengan semakin bertambahnya kedalaman. Pola distribusi vertikal menurut Ross (1970) dalam Rosmawati (2004), sebaran

menegak salinitas dibagi menjadi 3 lapisan yaitu lapisan tercampur dengan ketebalan antara 50-100 m dimana salinitas hampir homogen , lapisan haloklin

yaitu lapisan dengan perubahan sangat besar dengan bertambahnya kedalaman 600-1000 m dimana lapisan tersebut dengan tegas memberikan nilai salinitas

minimum.

Salinitas merupakan jumlah gram garam yang trelarut dalam satu kilogram air laut (Huboyo, 2007). Konsentrasi garam dikontrol oleh batuan alami yang

mengalami pelapukan, tipe tanah dan komposisi kimia dasar perairan. Salinitas merupakan indikator pertama untuk mengetahui penyebaran dan peredaran massa air drai satu tempat ke tempat lainnya. Penyebaran salinitas secara alamiah

dipengaruhi bebereapa faktor antara lain curah hujan, pengaliran air tawar ke laut secara langsung maupun lewat sungai dan gletser, penguapan, arus laut, turbulensi

percampuran, dan aksi gelombang (Huboyo, 2007). Di samudra salinitasnya berkisar antara 34-35% (Huboyo, 2007). Variasi salinitas di permukaan air sangat mirip dengan keseimbangan evaporasi dan presipitasi (Huboyo, 2007). Salinitas

(19)

Salinitas dipengaruhi oleh faktor fisika seperti suhu. Semakin tinggi suhu

maka akan semakin tinggi pula nilai salinitas suatu perairan. Meningkatnya salinitas juga dapat mempengaruhi kadar DO dalam perairan. Menurut (Effendi,

2003), kelarutan oksigen dan gas-gas juga berkurang dengan meningkatnya salinitas, sehingga oksigen diperairan laut cenderung lebih rendah dari perairan tawar. Nilai salinitas pada perairan pesisir sangat dipengaruhi oleh masukan air

tawar dari sungai.

2.3.5 pH

Nilai pH merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktifitas perairan (Pescod, 1973). Nilai pH pada suatu perairan mempunyai pengaruh yang

besar terhadap organisme perairan sehingga seringkali dijadikan petunjuk untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan (Odum, 1971). Keberadaan pH dalam perairan dianggap sebagai variabel tersier karena pada umumnya diperairan, nilai

pH berdampak proses biokimia perairan dan komunitas biologi perairan. Menurut Caldeira dan Wickett dalam Wood et al (2008), pH air laut berkisar anatra 7,8 dan 8,2 dan selalu berkurang pada zaman industrial, Kerrison et al,(2011)

menambahkan kisaran pH di daerah teluk 7,5 hingga 8,5 tergantung pada habitat. Perhitungan pH, air memiliki derajat keasaman (pH) 7. air bersih memiliki

pH berkisar 6,5 sampai 9,0. air minum memiliki pH 7,06 dan pH air laut berkisar 9,0 – 10. zat-zat pencemar yang bersifat asam menyebabkan pH air kecil dari pada 6,5. air hujan yang tercemar gas SO3 dan gas NO2 memiliki pH lebih kecil atau

(20)

Derajat keasaman mempengaruhi proses korosi karena pH menunjukkan

konsentrasi ion H+ dalam air dan menghasilkan pelepasan elektron oleh logam pada reaksi anodik. Pada saat air mempunyai pH < 5 , tembaga terkorosi cepat dan

(21)

III.

MATERI DAN METODE

3.1 Materi

3.1.1 Alat

Tabel 1. Alat-alat yang digunakan pada praktikum

No Alat Kegunaan

1 Alat Tulis Mencatat data hasil praktikum 2 Plastik Sebagai wadah sampel salinitas

3 Botol aqua 600ml Sebagai alat bantu untuk mengukur arus dan gelombang 4 Tali rafia Sebagai alat bantu untuk mengukur arus dan gelombang 5 Ember Sebagai wadah untuk menyimpan sampel atau air 6 Kertas anti air Untuk mencatat hasil dari sampel dan tahan air 7 Label Untuk memberikan tanda pada sampel

8 Kamera Untuk mendokumentasikan

9 Stopwatch Untuk mengukur lama waktu pengukuran 10 Handrefraktometer Untuk mengukur salinitas

11 Sechi disk Untuk mengukur kecerahan perairan

12 Termometer Untuk mengukur suhu perairan saat pengambilan sampel 13 Keresek hitam Tempat menyimpan sediman

14 Botol Aqua 1,5L dilapisi lakban hitam

Untuk menyimpan sampel nitrat, posfat dan klorofil

15. Saringan bertingkat

Untuk menyaring dan mengklasifikasikan jenis sedimen

16 Timbangan Untuk menimbang berat sedimen

17 Oven Untuk mengoven sedimen dalam waktu tertentu

18 Tabung reaksi Tempat menyimpan sampel untuk proses spektofotometri 19 Mikropipet Untuk mengambil larutan sebanyak 1 ml

20 Gelas kimia Untuk tempat menghomogenkan aseton dan klorofil tersaring

21 Pipet ukur Untuk memindahkan larutan terukur

(22)

dan labu erlenmeyer besar untuk menampung sampel saat disaring menggunakan filter holder yang dibantu dengan vacuum pump

23 Freezer Untuk menyimpan sampel klorofil yang telah diberi perlakuan sebelum di analisis dalam spektofotometri 24 Spektofotometri Untuk menghitung kadar posfat, nitrat dan klorofil baik

nilai absorbansi ataupun konsentrastinya (ppm) 26 Kertas

Saring/filter

Untuk menyaring klorofil dari sampel

27 Filter holder Untuk mempercepat menyaring sampel dalam proses penyaringan klorofil

28 Alumunium foil Untuk membungkus tabung reaksi sampel klorofil

29 Pengaduk Untuk mengusap kertas saring dalam gelas kimia saat dilarutkan dengan aseton agar klorofil yang menempel dalam kertas saring luruh

30 Kuas Untuk mengulas sedimen ketika proses penyaringan bertingkat

31 Vacuum pump Untuk membantu penyaringan agar air laut lebih cepat terhisap kedalam erlenmayer

3.1.2 Bahan

Tabel 2. Bahan yang digunakan pada praktikum

No Bahan Kegunaan

1 Sampel Air Laut Untuk uji analisis kandungan klorofil, posfat dan nitrat

2 Sampel Sedimen Untuk diidentifikasi

3 Larutan Fenopthalein Untuk mengetahui sifat asam basa sampel 4 Aseton

5 Larutan Kontrol 6 Asam Sulfat

(23)

3.2 Metode

3.2.1 Parameter Geologi Lingkungan Laut

Sebelum pengambilan sampel, pastikan posisi stasiun pengambilan sampel

(dengan GPS), catat waktu dan kedalaman stasiun. Ada beberapa kaidah dari pengambilan sampel yang mesti diperhatikan, diantaranya bila pengambilan pertama tidak mendapatkan hasil, pengambilang diulang sampai 2 kali dan

seandainya masih tetap kosong, posisi tetap dicatat.

Tentukan tempat pengambilan sampel yang diperkirakan dapat mewakili

kondisi lapangan secara purposive sampling method. Masukkan sampel pada kantong plastik yang telah disediakan dengan menggunakan alat atau manual

dengan menggunakan tangan. Kemudian sampel dibawa ke laboratorium.

Analisis sedimen di laboratorium dilakukan dengan menggunakan metode pengayakan dengan menggunakan sieve shaker dengan saringan bertingkat

berdiameter 2 mm, 500 mikrometer, 300 mikrometer, 125 mikrometer, dan 63 mikrometer. Sebelumnya timbang terlebih dahulu sedimennya. Kemudian masukkan sedimen kedalam sieve shaker pada saringan teratas yakni 2 mm

(penyaringan 1). Selanjutnya ulas sedimen dengan menggunakan kuas dan dibarengi oleh di tuangkannya air tawar pada sieve shaker. Pengulasan dihentikan

apabila sekiranya sedimen sudah tidak tersaring lagi. Sedimen yang sudah tidak tersaring kumpulkan pada mangkok dan di letakkan pada selembar kertas aluminium foil. Lakukan hal yang sama pada penyaringan ke – 2 (500

(24)

menggunakan label dan masukkan ke oven untuk di keringkan. Setelah kering,

hitung dan catat.

3.2.2 Parameter Fisika Lingkungan Laut

Pengambilan data parameter fisika yakni kecerahan dilakukan dengan mencelupkan secchi disk di tempat yang telah ditentukan. Secchi disk yang dicelupkan di amati hingga warna hitam dan putih pada secchi disk tidak terlihat.

Ukur kedalamannya dengan menggunakan penggaris sampai batas keping secchi disk tidak terlihat (a cm). Kemudian secchi disk diangkat hingga keping secchi

disk terlihat jelas. Ukur kedalaman dengan menggunakan penggaris sampai batas keping secchi disk terlihat jelas (b cm). Hitung nilai kecerahan dengan

menggunakan rumus: Kecerahan (cm) = 0,5 ( a + b ) cm. Catat hasil nilai kecerahan.

Pengambilan data parameter fisika yakni arus dilakukan dengan

mengikatkan tali rafia pada sebuah botol yang nantinya akan dibiarkan terbawa gelombang. Siapkan botol 600 ml, masukkan air sekitar 80% dari botol tersebut. Kemudian ikat dengan tali rafia sepanjang 10 meter. Pegang tali rafia dan biarkan

botol tersebut hanyut sepanjang 10 meter. Hiutng berapa lama waktu yang dibutuhkan botol untuk hanyut sepanjang 10 meter dengan menggunakan

stopwatch. Hitung kecepatan arus dengan menggunakan rumus V = ( cm/dt ).

Catat hasil yang di dapat.

Pengambilan data parameter fisika yakni gelombang dilakukan dengan mengamati pergerakan gelombang pada perairan. Siapkan tongkat berskala dan tancapkan tongkat tersebut pada lokasi yang telah di tentukan. Kemudian ikat dan

(25)

berskala. Amati gelombang yang melintas dan hitung tinggi (H), Amplitudo (A),

panjang gelombnag (L), dan kecepatan gelombang (v). Catat data yang di dapat. Pengambilan data parameter fisika yakni suhu dilakukan dengan

menggunakan termometer yang dicelukan ke dalam kolom perairan selama ± 3 menit. Pengukuran dilakukan di lokasi yang telah di tentukan. Hasil pengukuran dicatat apabila skala menunjukkan angka yang stabil.

3.2.3 Parameter Kimia Lingkungan Laut.

Siapkan botol 1,5 liter yang telah di lapisi oleh lakban hitam. Ambil sampel

air laut di bagian permukaan perairan. Kemudian tutup rapat botol yang telah berisi sampel air laut. Sampel air ini akan digunakan untuk menguji kandungan

nitrat, klorofil-a dan fosfat di laboratorium.

Pengujian nitrat pada sampel air laut dilakukan dengan menyiap empat sampel air laut terlebih dahulu. Kemudian masukkan empat sampel air tersebut

kedalam gelas ukur yang masing-masing sebanyak 50 ml. Pindahkan air laut pada gelas ukur pada labu erlenmeyer. Selanjutnya teteskan asam sulfat sebanyak 1 ml ke masing-masing labu erlenmeyer dengan menggunakan mikropipet, kemudian

di homogenkan. Masukkan masing-masing sampel air laut kedalam kuvet, kemudian amati dengan menggunakan spektofotometer dan periksa tingkat

absorbansinya. Catat hasil yang di dapatkan.

Pengujian klorofil-a pada sampel air laut dilakukan dengan menyiapkan sampel air laut terlebih dahulu. Masukkan 1 liter air laut kedalam gelas ukur.

Selanjutnya tuangkan sedikit demi sedikit sampel air laut pada gelas ukur kedalam filter holder yang berisi kerta saringan. Kemudian kertas saringan dilepaskan dari

(26)

Selanjutnya bilas kertas saring dengan menggunakan aseton. Setelah dibilas,

sampel air laut tersebut dimasukkan kedalam tabung reaksi yang dibungkus dengan aluminium foil, kemudian disimpan dalam freezer. Selanjutnya masukkan

sampel air laut tersebut kedalam kuvet untuk di uji dengan menggunakan spektofotometer dan diperiksa tingkat absorbansinya. Catat hasil yang didapatkan. Pengujian fosfat pada sampel air laut dilakukan dengan menyiap empat

sampel air laut terlebih dahulu. Kemudian masukkan empat sampel air tersebut kedalam gelas ukur yang masing-masing sebanyak 50 ml. Pindahkan air laut pada

gelas ukur pada labu erlenmeyer. Teteskan larutan PP sebanyak 10 ml sampai larutan berwarna merah muda (pink) untuk menguji sifat asam/basa sampel

tersebut. Selanjutnya diteteskan larutan kontrol sebanyak 8 ml sampai larutan kembali berwarna bening. Tuangkan keempat sampel air tersebut kedalam kuvet untuk di uji menggunakan spektofotometer dan di periksa tingkat absorbansinya.

Catat hasil yang di dapatkan.

Untuk pengambilan data parameter kimia seperti salinitas dan pH di lakukan di lokasi praktikum. Pengukuran salinitas dilakukan dengan menggunakan

hand-refraktometer. Pertama, ambil sampel air laut dengan menggunakan plastik. Selanjutnya masukkan beberapa mili sampel air laut dengan menggunakan pipet,

kemudian letakkan air laut tersebut di permukaan kaca hand-refraktometer yang sebelumnya sudah di kalibrasi dengan menggunakan air tawar. Selanjutnya lihat besar skala pada hand-refraktometer dan catat skalanya. Terakhir, kalibrasi

kembali hand-refraktometer dengan menggunakan air tawar.

Sedangkan untuk pengambilan data parameter kimia yakni pH dilakukan

(27)

dilakukan selama ± 5 menit. Amati perubahan warna yang terjadi, kemudian

cocokkan dengan warna standar. Kemudian catat besar pH yang dihasilkan.

3.3 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu dan Senin, 1 – 2 November 2015 di kepulauan Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah. Titik pengambilan data dilakukan di tiga pulau di sekitar pulau menjangan besar yaitu pulau Menjangan

Kecil dan Pulau Cemara Besar. Praktikum juga dilakukan pada hari Kamis, 26 November 2015 dan 28 November 2015 Laboratorium Pemanfaatan Sumberdaya

(28)

VI.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Umum Lokasi

Kepulauan Karimunjawa yang terletak di utara Pulau Jawa, masuk dalam

wilayah Kabupaten Jepara – Jawa Tengah, dan berada pada posisi 5' 40" – 5' 57" LS dan 110' 4" – 110' 40" BT, Barat laut Kabupaten Jepara. Pulau ini berjarak sekitar 45 mil atau sekitar 74 km dari pelabuhan Kartini – Jepara, Jawa Tengah.

Karimunjawa merupakan sebuah Taman Nasional Laut yang menjadi salah satu objek pariwisata bahari di Indonesia. Ditetapkan sebagai Taman Nasional Laut

sejak tahun 1988, dengan luas wilayahnya yang berupa daratan 7.033 ha dan 104.592 ha perairan laut sehingga total luas keseluruhan Taman Nasional Laut Kepulauan Karimunjawa mencapai 111.625 ha (Dinda et al, 2012)

4.2 Paramter Geologi, Fisika dan Kimia 4.2.1 Parameter Geologi

4.2.1.1Sedimen

Tabel 3. Pengamatan Parameter Geologi.

Lokasi Klasifikasi Sedimen Persentase (%)

P. Menjangan Besar

Praktikum ini menggunakan analisa granulometri merupakan metoda

analisa yang berdasarkan ukuran butir sebagai materi analisa. Analisa ini umum digunakan dalam bidang keilmuan yang berhubungan dengan tanah atau sedimen.

(29)

P. Menjangan Besar

Kerikil Pasir Lumpur

P. Cemara Besar

Kerikil Pasir Lumpur

rata-rata, pengukuran sorting atau standar deviasi, pengukuran skewness dan

kurtosis.

. Gambar 1. Persentase jenis sedimen pada lokasi pengamatan di Pulau Menjangan Besar dan Pulau Cemara Besar.

Berdasarkan hasil yang sudah di dapat menunjukkan bahwa sedimen yang

berada di lokasi pulau Menjangan Besar dan Cemara Besar merupakan sedimen dengan jenis pasir. Hal ini menunjukkan pengaruh lautan sangat dominan pada perairan di pulau Menjangan Besar dan Cemara Besar . Menurut Nybakken

(1992) menyatakan bahwa perairan yang berarus kuat umumnya tekstur sedimen berpasir. Transport sedimen pada kawasan hilir dapat disebabkan oleh arus

sejajar pantai atau diistilahkan dengan transport sedimen sepanjang pantai (longshore sediment transport).

Ada hubungan antara ukuran butir dan sortasi dalam batuan sedimen.

Hubungan ini terutama terjadi pada batuan sedimen berupa pasir kasar sampai pasir sangat halus. Pasir dari berbagai macam lingkungan air menunjuk bahwa

pasir halus mempunyai sortasi yang lebih baik daripada pasir sangat halus. Sedangkan pasir yang diendapkan oleh angin sortasi terbaik terjadi pada ukuran

(30)

4.2.2 Parameter Fisika

Tabel 4. Pengamatan Parameter Fisika Laut Pulau Menjangan Besar

Kecerahan (m) Arus (m/s) Tinggi Gelombang

(m) Suhu (

Tabel 5. Pengamatan Parameter Fisika Laut Pulau Cemara Besar Kecerahan (m) Arus (m/s) Tinggi Gelombang

(m) Suhu (

Berdasarkan nilai kecerahan dari dua lokasi yang telah di ukur pada tempat yang berbeda yakni di Menjangan Besar menunjukkan nilai kecerahannya

mencapai 5 meter (500 cm), sedangkan di Cemara Besar nilai kecerahannya mencapai 5 meter (500 cm) juga. Hal ini bisa disebabkan karena adanya beberapa peristiwa meteorologik yang mempengaruhi cahaya sebelum sampai ke

permukaan air. Selain itu, adanya awan dan debu diudara dapat mengurangi jumlah dan intensitas cahaya yang sampai di permukaan air setelah menjelajahi

atmosfer. Keadaan seperti ini mengurangi intensitas cahaya yang menembus permukaan laut tanpa campur tangan kondisi air (Nyabakken, 1988).

4.2.2.2Arus

Berdasarkan data pengukuran kecepatan arus yang diperoleh dari dua lokasi yaitu Pulau Menjangan Besar dan Cemara Besar masing-masing memiliki nilai

(31)

beberapa faktor. Pertama, jika angin bertiup cukup seragam dari arah barat, maka

akan menggerakan arah yang menuju ke arah timur. Akan tetapi karena pengaruh karakteristik dari gesekan angin (wind stress), maka angin tersebut pada lapisan

permukaan dapat membangkitkan arus yang membentuk sudut 450 dengan arah angin. Dengan demikian, angin yang dominasi dari arah barat akan terbelokan, sehingga membangkitkan pola pergerakan arus yang dominan menuju arah ke

barat daya. Faktor berikutnya, pola pergerakan arus juga dipengaruhi oleh batimetri atau topografi perairan yang dapat menyebabkan berubahnya arah arus

dan kekuatan arus (Steers,1971). 4.2.2.3Gelombang

Hasil pengukuran gelombang di Menjangan Besar dan Cemara Besar didapatkan hasil berturut-turut berkisar 0,02 – 0,03 m dan 0,01 – 0,05 m. Gelombnag ini tergolong keci. Kuat lemahnya gelombang ini dipengaruhi oleh

tiga faktor yaitu kecepatan angin, semakin cepat angin bertiup makaakan semakin tinggi gelombangnya; lama angin berhembus (duration), semakin lama durasi tiupan angin makan semakin tinggi gelombang yang terbentuk; dan jarak dari

tiupan angin pada perairan terbuka (fetch), semakin panjang jarak fetch-nya, ketinggian gelombangnya akan semakin besar (Hutabarat dan Evans, 2008 dalam

Kurniawan et al, 2011) 4.2.2.4Suhu

Berdasarkan hasil praktikum menunjukan nilai suhu pada kedua lokasi

berkisar sama yaitu 30º- 35º C. Temperatur air yang ada di Indonesia sangat dipengaruhi oleh siklus perubahan musim. Selain oleh musim, temperatur air di

(32)

di sekelilingnya (Dewi,2009). Hutabarat (1985) menambahkan beberapa hal

yang mempengaruhi suhu di laut antara lain, posisi matahari, lintang, besarnya sudut datang sinar matahari, waktu atau lamanya penyinaran

matahari,penutupan awan dan kedalaman air. 4.2.3 Parameter Kimia

Tabel 6. Nilai Rata-rata Parameter Fisika-Kimia Laut.

Parameter Lokasi

P. Menjangan Besar P. Cemara Besar Fisika

Klorofil-a (ppm) -0,00713 -0,00163

Salinitas (o/oo) 22 22

Berdasarkan hasil Uji Klorofil-a menunjukkan hasil yang berbeda di Pulau

(33)

klorofil-a di laut bervariasi secara geografis maupun berdasarkan kedalaman

perairan. Tingginya sebaran konsentrasi klorofil-a di perairan pantai dan pesisir disebabkan karena adanya suplai nutrien dalam jumlah besar melalui run-off dari

daratan, sedangkan rendahnya konsentrasi klorofil-a diperairan lepas pantai karena tidak adanya suplai nutrien dari daratan secara langsung. Namun pada daerah-daerah tertentu di perairan lepas pantai dijumpai konsentrasi klorofil-a

dalam jumlah yang cukup tinggi. Keadaan ini disebabkan oleh tingginya konsentrasi nutrien yang dihasilkan melalui proses fisik massa air, dimana massa

air dalam mengangkat nutrien dari lapisan dalam ke lapisan permukaan (Valiela, 1984 dalam Presetiahadi, 1994).

4.2.3.3Fosfat

Berdasarkan hasil pengujian fosfat di perairan Menjangan Besar dan Cemara Besar menghasilkan nilai yang cukup signifikan yakni 0.03045 ppm

untuk Menjangan Besar dan 0.0082 ppm untuk Cemara Kecil. Tempat penyimpanan utama fosfor dalam siklus yang terjadi di lautan yaitu sedimen. Umumnya dalam bentuk partikulat yang berikatan dengan oksida besi dan

senyawa hidroksida. Senyawa fosfor yang terikat di sedimen dapat mengalami dekomposisi dengan bantuan bakteri maupun melalui proses abiotik menghasilkan

senyawa fosfat terlarut yang dapat mengalami difusi kembali ke kolom air (Paytan dan McLaughlin, 2007 dalam Fonny dan Hanif, 2011).

4.2.3.4Salinitas

Nilai salinitas dari pulau Menjangan Besar dan Cemara Kecil menunjukkan hasil yang sama yaitu sebesar 32 ppt. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai

(34)

air baru melalui presipitasi baik oleh hujan atau salju atau masuknya air yang

mengalir dari sungai (laili, 1997).

4.2.3.5pH

Nilai pH dari pulau Menjangan Besar dan Cemara Kecil menunjukkan hasil yang sama yakni mempunyai nilai 8. Nilai pH pada suatu perairan mempunyai pengaruh yang besar terhadap organisme perairan sehingga seringkali dijadikan

petunjuk untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan (Odum, 1971). Keberadaan pH dalam perairan dianggap sebagai variabel tersier karena pada

(35)

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Sedimen yang mendominasi di Pulau Menjangan Besar dan Cemara Besar

adalah substrat pasir. Faktor arus dalam keadaan pasang dan surut sangat mempengaruhi terbentuknya substrat.Semakin banyak partikel atau bahan organik terlarut maka kekeruhan akan meningkat.Kekeruhan atau konsentrasi

bahan tersuspensi dalam perairan akan menurunkan efisiensi makan dari organisme.Angin adalah faktor yang paling bervariasi dalam mengakibatkan arus

pada suatu daerah.

5.2 Saran

Untuk praktikum selanjutnya diharapkan lebih terorganisir lagi baik dalam

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Brown, et al. 1989. Ocean Circulation. The Open University. Pergamon Press. Oxford. York New

Dinda, M. Yusuf dan Denny N.S. 2012. Karakteristik Arus, Suhu dan Salinitas di Kepulauan Karimunjawa. Journal of Oceanography. 1(2) : 186-196 Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Yogjakarta : Kanisius.

Hidayat, Syahroni. Sarwono. Ridho Hantoro. 2012. Studi Ekperimental Pengaruh Gaya Gelombang Laut Terhadap Pembangkitan Gaya Thrust

Hydrofoil Seri NACA 0012 dan NACA 0018. ITS Undergraduate 13030 Paper.pdf

Hikmawati,N., Agus H., dan Bambang S. 2014. Analisa Sebaran MPT, Klorofil-a dan Planton Terhadap Tangkapan Teri (Stolephorus spp) di Perairan Jepara. Diponegoro Journal of Maquares. 3 (2) :109-118

Huboyo,H S dan Zaman,B. 2007. Analilis Sebaran Temperatur dan Salinitas Air Limbah PLTU-PLTGU berdasarkan Sistem Pemetaan Spasial (Studi Kasus : PLTU-PLTGU) Tambak Lorong Semarang. Jurnal Presipitasi. 3(2).

Kerrison P. et al. 2011. Assessment of pH Variabelity at a Coastal CO2 vent for acidification. Estuarine, Coastal and Shelf Science 30:19.

Kuriawan,R.,M. Najib H. dan Suratno. 2011. Variasi Bulanan Gelombang Laut di Indonesia. Jurnal Meteorologi dan Geofisika. 12 (3): 221-232

Manenkey, 2010

Mulyanto. 1992. Lingkungan Hidup Untuk Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta.

Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ekology. Third Edition. W.B. Saunders Company. Toronto Florida.

Perdede, Shinta Trilestari 2001. Pola Perubahan Suhu Permukaan Laut disekitar perairan Laut Jawa dan Laut Flores dari Data Citra NOAA/AVHRR

dan Hubungannya dengan fenomena Bleaching pada ekosistem

(37)

Presetiahadi. K, 1994. “Kondisi Oseanografi Perairan Selat Makassar pada Juli 1992 (Musim Timur)”. Skripsi. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan IPB. Bogor Qiao, fangli. Et al. 2010. A three-dimensional surface wave–ocean circulation coupled model and its initial testing. Ocean Dynamics. 60:1339–1355

Rosmawati. 2004. Kondisi Oseanografi Perairan Selat Tiworo Pada Bulan Juli – Agustus 2002. Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sijabat, M.M. 1974. Pengantar Oseanografi . Institut Pertanian Bogor.

Tjitro,S.dkk. 2000. Studi Perilaku Koroi Tembaga dengan Variasi Konsentrasi Asam

Wibisono, M.S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. PT Gramedia Widiasarana Indonesia: Jakarta

(38)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data spektofotometri klorofil

630nm ABS K.ABS

1 -0.003 -0.0023

2 -0.01 -0.07

3 0.01 0.006

4 0.000 0.0001

647nm ABS K.ABS

1 -0.01 -0.0007

2 -0.000 -0.0002

3 0.003 0.0026

4 0.001 0.0009

664nm ABS K.ABS

1 -0.014 -0.0143

2 -0.013 -0.0128

3 -0.010 -0.0099

4 -0.011 -0.0111

750nm ABS K.ABS

1 -0.004 -0.0044

2 -0.003 -0.0028

3 -0.004 -0.0038

(39)
(40)

Gambar

Tabel 2. Bahan yang digunakan pada praktikum
Tabel 3. Pengamatan Parameter Geologi.
Tabel 4. Pengamatan Parameter Fisika Laut Pulau Menjangan Besar
Tabel 6.  Nilai Rata-rata Parameter Fisika-Kimia Laut.

Referensi

Dokumen terkait

UNMIR MISIJA Ko so razmere na območju Ruande postajale vedno bolj nestabilne ter se je povečevalo število poročil o kršitvah človekovih pravic in vedno bolj pogostih pokolih

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat secara statistik dengan menggunakan uji korelasi spearman diperoleh hasil p = 0, 672 (p&gt;0,05) yang berarti tidak ada hubungan

Kedua komponen infrastruktur itu digabungkan untuk menghasilkan layanan e- business secara khas berbeda-beda di tiap perusahaan, e-business menyediakan tatanan untuk

Kerusakan jalan yang terjadi di Indonesia sebagian besar disebabkan berkurangnya daerah resapan air yang menyebabkan banjir di jalan raya. Salah satu upaya pencegahan masalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keripik singkong merupakan salah satu produk makanan ringan yang banyak digemari

Dari hasil penelitian Chatra, Anggoro dan Ekawati sama dengan hasil penelitian Video Profile Museum Wayang Indonesia Padepokan Pak Bei Tani yang dibuat peneliti,

C. Melalui pengamatan pembentukan bayangan pada cermin cekung Siswa dapat mengidentifikasi sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung secara tepat...

Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Wanita Usia Subur Dalam Deteksi Dini Kanker Serviks Dengan Metode IVA Di Wilayah.. Kerja Puskesmas Ngawen I Kabupaten Gunung