• Tidak ada hasil yang ditemukan

M. IHROM SAI NUR ALAMSYAH MAKALAH KONSTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "M. IHROM SAI NUR ALAMSYAH MAKALAH KONSTI"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

1

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

‘’

KONSTITUSI DAN LANDASAN HUKUM

’’

Di susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila Dosen Pembimbing Bapak Drs. Anwar Aulia, M. Pd

Disusun oleh :

Nama : M. Ihrom Sa‟i Nur Alamsyah Kelas : TLM 1B

NIM : P27903117081

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN

JURUSAN D3 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

KOTA TANGERANG

(2)

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “Ketahanan Nasional”. Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada teman-teman dan pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Saya mengetahui bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat mendukung demi pembelajaran saya kedepan dalam penyusunan makalah berikutnya.

Makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita semua tentang ketahanan nasional. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam memahami pendidikan kewarganaegaraan serta membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Tangerang, 25 Maret 2018

(3)

3 Daftar Isi

1. Cover ... Hal 1

2. Kata Pengantar ... Hal 2

3. Daftar Isi ... Hal 3

4. BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang ... Hal 4

B. Tujuan dan Manfaat ... Hal 7

5. BAB II Pembahasan

A. Pengertian Konstitusi ... Hal 8

B. Tujuan Konstitusi ... Hal 9

C. Nilai, Jenis dan Syarat Konstitusi ... Hal 10

D. Sejarah perkembangan Konstitusi di Indonesia... Hal 15

6. BAB III Penutup

A. Kesimpulan ... Hal 29

B. Saran ... Hal 30

(4)

4 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara hukum. Terbukti dengan adanya konstitusi yang

berlaku di Indonesia yaitu Undang – Undang Dasar 1945, seperti yang kita kenal

saat ini. Tapi seolah-olah warga negara Indonesia, tidak menganggap adanya

UUD 1945 tersebut. Terbukti bahwa mereka sangat tidak menghiraukan hukum,

dengan melakukan berbagai macam penyimpangan-penyimpangan hukum, baik

hukum sosial, maupun Hak Asasi Manusia (HAM).

Pengetahun ataupun materi tentang Undang-undang Dasar 1945 harus kita

pelajari sejak dini. Yang tentunya akan sangat bermanfaat bagi kita. Apalagi

selaku tunas bangsa yang nantinya akan ikut memimpin negeri ini harus

mengetahui segala hal yang berkaitan dengan kenegaraan termasuk

Undang-undang Dasar 1945.

Sejak 17 Agustus1945, bangsa Indonesia memulai sejarahnya sebagai sebuah bangsa yang masih muda dalam menyusun pemerintahan, politik, dan

administrasi negaranya. Landasan berpijaknya adalah ideologi Pancasila yang diciptakan oleh bangsa Indonesia sendiri beberapa minggu sebelumnya dari

penggalian serta perkembangan budaya masyarakat Indonesia dan sebuah

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pra Amandemen

yang baru ditetapkan keesokan harinya pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia

Persiapan Kemerdekaan Indonesia.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (pra

Amandemen) tersebut mengatur berbagai macam lembaga negara dari Lembaga

Tertinggi Negara hingga Lembaga Tinggi Negara. Konsepsi penyelenggaraan

negara yang demokratis oleh lembaga-lembaga negara tersebut sebagai

perwujudan dari sila keempat yang mengedepankan prinsip demokrasi perwakilan

dituangkan secara utuh didalamnya. Kehendak untuk mengejawantahkan aspirasi

rakyat dalam sistem perwakilan, untuk pertama kalinya dilontarkan oleh Bung

(5)

5

mengemukakan perlunya prinsip kerakyatan dalam konsepsi penyelenggaraan

negara. Begitu pula dengan Soepomo yang mengutarakan idenya akan Indonesia

merdeka dengan prinsip musyawarah dengan istilahBadan Permusyawaratan. Ide

ini didasari oleh prinsip kekeluargaan, dimana setiap anggota keluarga dapat

memberikan pendapatnya.

Dalam rapat Panitia Perancang Undang-Undang Dasar, Soepomo

menyampaikan bahwa „‟Badan Permusyawaratan‟‟ berubah menjadi „‟Majelis

Permusyawaratan Rakyat‟‟ dengan anggapan bahwa majelis ini merupakan

penjelmaan seluruh rakyat Indonesia, yang mana anggotanya terdiri atas seluruh

wakil rakyat, seluruh wakil daerah, dan seluruh wakil golongan. Konsepsi Majelis

Permusyawaratan Rakyat inilahang akhirnya ditetapkan dalam Sidang PPKI pada

acara pengesahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

(pra Amandemen).

Salah satu wewenang MPR hingga saat ini yaitu mengubah dan

menetapkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dalam mengubah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

anggota MPR tidak dapat mengusulkan pengubahan terhadap Pembukaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan bentuk

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Usul pengubahan pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 (satu pertiga) dari jumlah

anggota MPR. Setiap usul pengubahan diajukan secara tertulis dengan

menunjukkan secara jelas pasal yang diusulkan diubah beserta alasannya.

Usul pengubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 diajukan kepada pimpinan MPR. Setelah menerima usul pengubahan,

pimpinan MPR memeriksa kelengkapan persyaratannya, yaitu jumlah pengusul

dan pasal yang diusulkan diubah yang disertai alasan pengubahan yang paling

lama dilakukan selama 30 (tiga puluh) hari sejak usul diterima pimpinan MPR.

Dalam pemeriksaan, pimpinan MPR mengadakan rapat dengan pimpinan fraksi

dan pimpinan Kelompok Anggota MPR untuk membahas kelengkapan

(6)

6

Jika usul pengubahan tidak memenuhi kelengkapan persyaratan, pimpinan

MPR memberitahukan penolakan usul pengubahan secara tertulis kepada pihak

pengusul beserta alasannya. Namun, jika pengubahan dinyatakan oleh pimpinan

MPR memenuhi kelengkapan persyaratan, pimpinan MPR wajib

menyelenggarakan sidang paripurna MPR paling lambat 60 (enam puluh) hari.

Anggota MPR menerima salinan usul pengubahan yang telah memenuhi

kelengkapan persyaratan paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum

dilaksanakan sidang paripurna MPR.

Sidang paripurna MPR dapat memutuskan pengubahan pasal

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dengan persetujuan

sekurang-kurangnya 50% (lima puluh persen) dari jumlah anggota ditambah 1

(satu) anggota.

Selama kurun waktu sejak negara ini berdiri, UUD 1945 telah mengalami

empat kali perubahan (amandemen). Amandemen jelas bisa saja terjadi, dikarenakan peradaban manusia yang bisa saja berubah. Maka dari itu

amandemen dilakukan demi menyesuaikan kebutuhan manusia berdasarkan

(7)

7

B. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan penulisan makalah Konstitusi dan Dasar Negara ini

adalah:

☻ Lebih meningkatkan pengetahuan tentang Konstitusi.

☻ Lebih mengetahui tentang UUD 1945

☻ Mengerti dan menghayati setiap butir-butir pasal yang terdapat pada Undang-Undang Dasar 1945.

☻ Meningkatkan rasa nasionalisme dan patriotisme terhadap NKRI.

☻ Menjadikan konstitusi NKRI ( UUD 1945 ) menjadi konstitusi yang kuat, kokoh, dan dapat diterapkan oleh warga negara Indonesia dalam kehidupan

sehari-hari.

☻ Menyadarkan setiap warga negara agar hukum yang berlaku.

☻ Menjelaskan tentang kelemahan UUD 1945 Pasca-empat kali amandemen.

(8)

8 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Konstitusi

Kontitusi itu berasal dari bahasa parancis yakni constituer yang berarti

membentuk.. Dalam bahasa latin konstitusi berasal dari gabungan dua kata yaitu

“Cume” berarti bersama dengan dan “Statuere” berarti membuat sesuatu agar

berdiri atau mendirikan, menetapkan sesuatu, sehingga menjadi

“constitution”. Dalam istilah bahasa inggris (constution) konstitusi memiliki makna yang lebih luas dan undang-undang dasar. Yakni konstitusi adalah

keseluruhan dari peraturn-peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang

mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana sesuatu pemerintahan

diselenggarakan dalam suatu masyarakat. Dalam terminilogi hokum islam (Fiqh

Siyasah) konstitusi dikenal dengan sebutan DUSTUS yang berati kumpulan

faedah yang mengatur dasar dan kerja sama antar sesame anggota masyarakat

dalam sebuah Negara.

Definisi Konstitusi menurut para ahli

 Herman Heller. Konstitusi mempunyai arti yang lebih luas daripada

undang-undang Dasar. Konstitusi tidah hanya bersifat yuridis, tetapi

mengandung pengertian sosiologisdan politis.

 Oliver Cromwell. Undang-undang Dasar itu merupakan “instrumen of

govermen”, yaitu bahwa Undang-undang dibuat sebagai pegangan untuk memerintah. Dalam arti ini, Konstitusi identik dengan Undang-undang dasar.

 F. Lassalle. Konstitusi sesungguhnya menggambarkan hubungan antara

kaekuasaan yang terdapat didalam masyarakat seperti golongan yang

mempunyai kedudukan nyata didalam masyarakat, misalnya kepala negara,

angkatan perang, partai politik, buruh tani, pegawai, dan sebagainya.

 Prayudi Atmosudirdjo. Konstitusi adalah hasil atau produk sejarah dan

proses perjuangan bangsa yang bersangkutan, Konstitusi merupakan rumusan

dari filsafat, cita-cita, kehendak dan perjuangan suatu bangsa. Konstitusi adalah

(9)

9

 K. C. Wheare, konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraaan suatu

negara yang berupa kumpulan peraturan yang membentuk mengatur

/memerintah dalam pemerintahan suatu negara.

 L.J Van Apeldoorn, konstitusi memuat baik peraturan tertulis maupun

peraturan tak tertulis.

 Koernimanto Soetopawiro, istilah konstitusi berasal dari bahasa

latin cismeyang berarti bersama dengan dan statute yang berarti membuat

sesuatu agar berdiri. Jadi konstitusi berarti menetapkan secara bersama.

B. Tujuan Konstitusi Tujuan konstitusi yaitu:

1. Membatasi kekuasaan penguasa agar tidak bertindak sewenang –

wenang maksudnya tanpa membatasi kekuasaan penguasa, konstitusi

tidak akan berjalan dengan baik dan bisa saja kekuasaan penguasa akan

merajalela Dan bisa merugikan rakyat banyak.

2. Melindungi HAM maksudnya setiap penguasa berhak

menghormati HAM orang lain dan hak memperoleh perlindungan

hukum dalam hal melaksanakan haknya.

3. Pedoman penyelenggaraan negara maksudnya tanpa adanya

pedoman konstitusi negara kita tidak akan berdiri dengan kokoh.

Fungsi Dan Ruang Lingkup Konstitusi

Fungsi UUD 1945

Sebagi Konstitusi tentulah UUD 1945 memiliki fungsi, bila dijabarkan fungsi

UUD 1945 adalah sebagai berikut:

- Sebagai sumber hukum dalam tertib hukum, merupakan perundang-undangan

yang tertinggi.

- Sebagai alat kontrol bagi hukum yang berada di bawahnya.

- Sebagai pedoman yang memberi arah bangsa.

- Sebagai kerangka dasar dalam pembagian dan penyelenggaraan pemerintah

(10)

10

Fungsi tersebut adalah suatu acuan dalam melakukan segala kehidupan berbangsa

dan keseimbangan dalam berprilaku bila diterapkan dengan baik.

Dalam berbagai literature hokum tata Negara maupun ilmu politik

ditegaskan bahwa fungsi konstitusi adalah sebagai dokumen nasional dan alat

untuk membentuk system politik dan hokum Negara. Oleh karena itu ruang

lingkup undang-undang dasar sebagai konstitusi tertulis sebagaimana

dikemukakan oleh A.A.HY Struycken memuat tentang :

1) Hasil perjuangan politik bangsa diwaktu lampau.

2) Tingkat-tingkat tinggi pembangunan ketatanegaraan bangsa.

3) Pandangan tokoh bangsa yang hendak di wujudkan, baik sekarang maupun

masa yang akan dating.

4) Suatu keinginan yang mana perkembangan kehidupan ketatanegaraan bangsa

hendak dipimpin.

C. Nilai konstitusi, yaitu:

1. Nilai normatif adalah suatu konstitusi yang resmi diterima oleh suatu bangsa dan bagi mereka konstitusi itu tidak hanya berlaku dalam arti hukum

(legal), tetapi juga nyata berlaku dalam masyarakat dalam arti berlaku efektif dan

dilaksanakan secara murni dan konsekuen.

2. Nilai nominal adalah suatu konstitusi yang menurut hukum berlaku, tetapi tidak sempurna. Ketidaksempurnaan itu disebabkan pasal – pasal tertentu tidak

berlaku / tidsak seluruh pasal – pasal yang terdapat dalam UUD itu berlaku bagi

seluruh wilayah negara.

3. Nilai semantik adalah suatu konstitusi yang berlaku hanya untuk kepentingan penguasa saja. Dalam memobilisasi kekuasaan, penguasa

(11)

11 D. Macam – macam konstitusi

1. Menurut CF. Strong konstitusi terdiri dari:

· Konstitusi tertulis (dokumentary constiutution / writen constitution) adalah

aturan – aturan pokok dasar negara , bangunan negara dan tata negara, demikian

juga aturan dasar lainnya yang mengatur perikehidupan suatu bangsa di dalam

persekutuan hukum negara.

· Konstitusi tidak tertulis / konvensi (nondokumentary constitution) adalah

berupa kebiasaan ketatanegaraan yang sering timbul.

E. Adapun syarat – syarat konstitusi adalah:

1. Diakui dan dipergunakan berulang – ulang dalam praktik penyelenggaraan

negara.

2. Tidak bertentangan dengan UUD 1945.

3. Memperhatikan pelaksanaan UUD 1945.

4. Secara teoritis konstitusi dibedakan menjadi:

· Konstitusi politik adalah berisi tentang norma- norma dalam penyelenggaraan

negara, hubungan rakyat dengan pemerintah, hubuyngan antar lembaga negara.

· Konstitusi sosial adalah konstitusi yang mengandung cita – cita sosial bangsa,

rumusan filosofis negara, sistem sosial, sistem ekonomi, dan sistem politik yang

ingin dikembangkan bangsa itu.

Berdasarkan sifat dari konstitusi yaitu: Konstitusi Fleksibel dan Konstitusi Kaku

1) Ciri-ciri konstitusi fleksibel yaitu

a. Elastic

b. Diumumkan dan diubah dengan cara yang sama.

2) Cirri-ciri konstitusi yang kaku

a. Mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dan peraturan

undang-undang yang lain.

b. Hanya dapat diubah dengan cara yang khusus, istimewa dan persyaratan yang

(12)

12

Menurut Sri Sumantri konstitusi berisi 3 hal pokok yaitu

· Jaminan terhadap Ham dan warga negara.

· Susunan ketatanegaraan yang bersifat fundamental.

· Pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan.

Menurut Miriam Budiarjo, konstitusi memuat tentang

· Organisasi negara.

· HAM.

· Prosedur penyelesaian masalah pelanggaran hukum.

· Cara perubahan konstitusi.

Menurut Koerniatmanto Soetopawiro, konstitusi berisi tentang

· Pernyataan ideologis.

· Pembagian kekuasaan negara.

· Jaminan HAM (Hak Asasi Manusia).

· Perubahan konstitusi.

· Larangan perubahan konstitusi.

 Syarat terjadinya konstitusi yaitu:

1. Agar suatu bentuk pemerintahan dapat dijalankan secara demokrasi

dengan memperhatikan kepentingan rakyat.

2. Melindungi asas demokrasi.

3. Menciptakan kedaulatan tertinggi yang berada ditangan rakyat.

4. Untuk melaksanakan dasar negara.

5. Menentukan suatu hukum yang bersifat adil.

 Kedudukan konstitusi/UUD yaitu:

1. Dengan adanya UUD baik penguasa dapat mengetahui aturan /

ketentuan pokok mendasar mengenai ketatanegaraan.

2. Sebagai hukum dasar.

3. Sebagai hukum yang tertinggi.

(13)

13

Secara revolusi, pemerintahan baru terbentuk sebagai hasil revolusi ini yang

kadang – kadang membuat sesuatu UUD yang kemudian mendapat persetujuan

rakyat. Secara evolusi, UUD/konstitusi berubah secara berangsur – angsur yang

dapat menimbulkan suatu UUD, secara otomatis UUD yang sama tidak berlaku

lagi.

 Keterkaitan antara dasar negara dengan konstitusi yaitu:

Keterkaitan antara dasar negara dengan konstitusi nampak pada gagasan dasar,

cita – cita dan tujuan negara yang tertuang dalam pembukaan UUD suatu negara.

Dasar negara sebagai pedoaman penyelenggaraan negara secara tertulis termuat

dalam konstitusi suatu negara.

 Keterkaitan konstitusi dengan UUD yaitu:

Konstitusi adalah hukum dasar tertulis dan tidak ter tulis sedangkan UUD adalah

hukum dasar tertulis. UUD memiliki sifat mengikat oleh karenanya makin elastik

sifatnya aturan itui makin baik, konstitusi menyangkut cara suatu pemerintahan

diselenggarakan.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa konstitusi memiliki dua

pengertian yaitu :

1. Konstitusi dalam arti sempit, yaitu sebagai hukum dasar yang

tertulis atau undang-undang Dasar.

2. Konstitusi dalan arti luas, yaitu sebagai hukum dasar yang tertulis

atau undang-undang Dasar dan hukum dasar yang tidak tertulis /

Konvensi.

Konvensi sebagai aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek

penyelenggaraan bearnegara mempunyai sifat :

 Merupakan kebiasaan yang berulangkali dalam prektek penyelenggaaraan

Negara.

 Tidak beartentangan dengan hukum dasar tertulis/Undang-Undang Dasar

dan bearjalan sejajar.

(14)

14

 Bersifat melengkapi sehingga memungkinkan sebagai aturan dasar yang

tidak terdapat dalam Undang-undang Dasar.

Konstitusi sebagai hukum dasar memuat aturan-aturan dasar atau

pokok-pokok penyelenggaraan bernegara, yang masih bersifat umum atau bersifat garis

besar dan perlu dijabarkan lebih lanjut kedalam norma hukum dibawahnya.

Apabila dikaitkan dengan teori jenjang norma hukum dari Hans Nawiaski,

maka dasar negara pancasila sebagai Staatfundamentalnorm/norma fundamental

negara, dan undang-undang dasar negara 1945 sebagai staatgrundgesetz atau

aturan dasar atau pokok negara.

Dahulu konstitusi digunakan sebagai penunjuk hukum penting biasanya

dikeluarkan oleh kaisar atau raja dan digunakan secara luas dalam hukum konon

untuk menandakan keputusan subsitusi tertentu terutama dari Paus.Konstitusi

pada umumnya bersifat kondifaksi yaitu sebuah dokumen yang berisian

aturan-aturan untuk menjalankan suatu organisasi pemerintahan negara, namun dalam

pengertian ini, konstitusi harus diartikan dalam artian tidak semuanya berupa

dokumen tertulis (formal). Namun menurut para ahli ilmu hukum maupun ilmu

politik konstitusi harus diterjemahkan termasuk kesepakatan politik, negara,

kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan dan distibusi maupun alokasi

Konstitusi bagi organisasi pemerintahan negara yang dimaksud terdapat beragam

bentuk dan kompleksitas strukturnya, terdapat konstitusi politik atau hukum akan

tetapi mengandung pula arti konstitusi ekonomi.

Konstitusi memuat aturan-aturan pokok (fundamental) yang menopang

berdirinya suatu negara. Terdapat dua jenis kontitusi, yaitu konstitusi tertulis

(Written Constitution) dan konstitusi tidak tertulis (Unwritten Constitution). Ini

diartikan seperti halnya “Hukum Tertulis” (geschreven Recht) yang termuat dalam

undang-undang dan “Hukum Tidak Tertulis” (ongeschreven recht) yang berdasar

adat kebiasaan. Dalam karangan “Constitution of Nations”, Amos J. Peaslee

menyatakan hampir semua negara di dunia mempunyai konstitusi tertulis, kecuali

(15)

15

D. Sejarah Perkembangan Konstitusi Dinegara Indonesia

Konstitusi sebagai satu kerangka kehidupan politik telah lama dikenal

yaitu sejak zaman yunani yang memiliki beberapa kumpulan hokum (semacam

kitab hokum pada 624 – 404 SM) sehingga, sebagai Negara hokum Indonesia

memiliki konstitusi yang dikenal sebagai UUD 1945 yang telah dirancang sejak

29 Mei 1945 sampai 16 Juli 1945 oleh badan penyelidik usaha-usaha persiapan

kemerdekaan Indonesia (BPUPKU) yang mana tugas pokok badan ini sebenarnya

menyusun rancangan UUD. Namun dalam praktik persidangannya berjalan

berkepanjangan khususnya pada saat membahas masalah dasar Negara.diakhir

siding I BPUPKIberhasil membentuk panitia kecil yang disebut panitia sembilang,

panitia ini pada tanggal 22 juni 1945 berhasil mencapai kompromi untuk

menyetujui sebuah naskah mukhodimah UUD yang kemudian diterima dalam

siding II BPUPKI tanggal 11 Julu 1945. Setelah itu Ir. Soekarno membentuk

panitia kecil pada tanggal 16 juli 1945 yang diketuai oleh Soepomo dengan tugas

menyusun rancangan UUD dan membentuk panitia persiapan kemerdekaan

Indonesia (PPKI) yang beranggotakan 21 orang. Sehingga UUD atau konstitusi

Negara republic Indonesia diatukan ditetapkan oleh PPKI pada hari sabtu tanggal

18 Agustus 1945. Dengan demikian sejak itu Indonesia telah menjadi suatu

Negara modern karena telah memiliki suatu system ketatanegaraan yaitu dalam

UUD 1945.

Dalam perjalanan sejarah, konstitusi Indonesia telah mengalami beberapa

kali pergantian baik nama maupun subtansi materi yang dikandungnya, yaitu :

1) UUD 1945 yang masa berlakunya sejak 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember

1949.

2) Konstitusi republic Indonesia serikat yang lazim dikenal dengan sebutan

konstitusi RIS (17 Desember 1949 – 17 Agustus 1950).

3) UUD 1950 (17 Agustus 1950 – 05 Juli 1959).

4) UUD 1945 yang merupakan pemberlakuan kembali konstitusi pertama

Indonesia dengan masa berlakunya sejak dekrit presiden 05 Juli 1959 – Sekarang.

(16)

16

Sebagaimana dijelaskan diawal, bahwa konstitusi berpesan sebagai

sebuah aturan dasar yang mengatur kehidupan dalam bernegara dan berbangsa

maka aepatutnya konstitusi dibuat atas dasar kesepakatan bersama antara negra

dan warga Negara .

Kontitusi merupakan bagian dan terciptanya kehidupan yang demokratis

bagi seluruh warga Negara. Jika Negara yang memilih demokrasi, maka konstitusi

demokratis merupakan aturan yang dapat menjamin terwujudnya demokrasi

dinegara tersebut. Setiap konstitusi yang digolongkan sebagai konstitusi

demokratis haruslah memiliki prinsip-prinsip dasar demokrasi itu sendiri.

Amandemen UUD 1945

Konstitusi suatu negara pada hakekatnya merupakan hukum dasar tertinggi

yang memuat hal-hal mengenai penyelenggaraan negara, karenanya suatu

konstitusi harus memiliki sifat yang lebih stabil dari pada produk hukum lainnya.

Terlebih lagi jika jiwa dan semangat pelaksanaan penyelenggaraan negara juga

diatur dalam konstitusi sehingga perubahan suatu konstitusi dapat membawa

perubahan yang besar terhadap sistem penyelenggaraan negara. Bisa jadi suatu

negara yang demokratis berubah menjadi otoriter karena terjadi perubahan dalam

konstitusinya.

Adakalanya keinginan rakyat untuk mengadakan perubahan konstitusi

merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari. Hal ini terjadi apabila mekanisme

penyelenggaraan negara yang diatur dalam konstitusi yang berlaku dirasakan

sudah tidak sesuai lagi dengan aspirasi rakyat. Oleh karena itu, konstitusi biasanya

juga mengandung ketentuan mengenai perubahan konstitusi itu sendiri, yang

kemudian prosedurnya dibuat sedemikian rupa sehingga perubahan yang terjadi

adalah benar-benar aspirasi rakyat dan bukan berdasarkan keinginan

(17)

17

Sejak Proklamasi hingga sekarang telah berlaku tiga macam

Undang-undang Dasar dalam delapan periode yaitu :

1. Periode 18 Agustus 1945 – 27 desember 1949

2. Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950

3. Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959

4. Periode 5 Juli 1959 – 19 Oktober

5. Periode 19 Oktober 1999 – 18 Agustus 2000

6. Periode 18 Agustus 2000 – 9 November 2001

7. Periode 9 November 2001 – 10 Agustus 2002

8. Periode 10 Agustus 2002 – sampai sekarang

Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945) ditetapkan dan disahkan Panitia

Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945. UUD

1945 terdiri dari :

1. Pembukaan (4 alinea) yang pada alinea ke-4tercantum dasar negara

yaitu Pancasila;

2. Batang Tubuh (isi) yang meliputi :

1. 16 Bab;

2. 37 Pasal

3. 4 aturan peralihan;

4. 2 Aturan Tambahan.

UUD 1945 digantikan oleh Konstitusi Republik Indonesia Serikat (Konstitusi

RIS) pada 27 Desember 1949, pada 17 Agustus 1950 Konstitusi RIS digantikan

oleh Undang-undang Dasar Sementara 1950 (UUDS 1950). Dengan Dekrit

Presiden 5 Juli 1959, UUD 1945 dinyatakan berlaku kembali di Indonesia hingga

saat ini. Hingga tanggal 10 Agustus 2002, UUD 1945 telah empat kali

(18)

18 Perubahan UUD 1945 dilakukan pada :

1. Perubahan I diadakan pada tanggal 19 Oktober 1999; Pada amandemen ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 9 pasal yaitu: Pasal 5 ayat (1), 7, 9 ayat

(1) dan (2), 13 ayat (2) dan (3),14 ayat (1) dan (2), 15, 17 ayat (2) dan (3), 20 ayat

(1), (2), (3) dan (4), 21 ayat (1). Beberapa perubahan yang penting adalah :

a. Pasal 5 ayat (1) berbunyi : Presiden memegang kekuasaan membentuk

undang-undang dengan persetujuan DPR;

Diubah menjadi : Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR.

b. Pasal 7 berbunyi : Presiden dan wakil presiden memegang jabatannya selama

masa lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali;

Diubah menjadi : Preseiden dan wakil presiden memegang jabatan selamalimatahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang

sama hanya untuk satu kali masa jabatan.

c. Pasal 14 berbunyi : Presiden memberi grasi, amnesty, abolisi dan rehabilitasi

Diubah menjadi :

(1) Presiden memberi grasi dan rehabili dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung;

(2) Presiden memberi Amnesti dan Abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR.

d. Pasal 20 ayat 1 : Tiap-tiap Undang-udang menhendaki persetujuan DPR;

Diubah menjadi : DPR memegang kekuasaan membentuk Undang-undang.

2. Perubahan II diadakan pada tanggal 18 Agustus 2000;

Pada amandemen II ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 24 pasal

yaitu: Pasal 18 ayat (1) s/d (7), 18A ayar (1) dan (2), 18B ayat (1) dan (2), 19 ayat

(1) s/d (3), 20 ayat (5), 20A ayat (1) s/d (4), 22A, SSB, 25A, 26 ayat (2) dan (3),

27 ayat (3), 28A, 28B ayat (1) dan (2), 28D ayat (1) s/d (4), 28E ayat (1) s/d (3),

28F, 28G ayat (1) dan (2), 28H ayat (1) s/d (4), 28I ayat (1) s/d (5), 28J ayat (1)

dan (2), 30 ayat (1) s/d (5), 36A, 36B, 36C.

(19)

19

a. Pasal 20 berbunyi : Tiap-tiap Undang-undang menghendaki persetujuan DPR;

Diubah menjadi : Pasal 20A; DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan

fungsi pengawasan.

b. Pasal 26 ayat (2) berbunyi : Syarat-syarat yang mengenai kewarganegaraan

Negara ditetapkan dengan Undang-undang Diubah menjadi : Penduduk ialah

warga NegaraIndonesiadan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia

c. Pasal 28 memuat 3 hak asasi manusia diperluas menjadi 13 hak asasi manusia.

3. Perubahan III diadakan pada tanggal 9 November 2001;

Pada amandemen III ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 19 pasal

yaitu: Pasal 1 ayat (2) dan (3), 3 ayat (1) s/d (3), 6 ayat (1) s/d (3), 6A ayat (1),

(2), (3) dan (5), 7A, 7B ayat (1) s/d (7), 7C, 8 ayat (1) s/d (3), 11 ayat (2) dan (3),

17 ayat (4), 22C ayat (1) s/d (4), 22D ayat (1) s/d (4), 22E ayat (1) s/d (3), 23F

ayat (1) dan (2), 23G ayat (1) dan (2), 24 ayat (1) dan (2), 24A ayat (1) s/d (5),

24B ayat (1) s/d (4), 24C ayat (1) s/d (6). Beberapa perubahan yang penting

adalah :

a. Pasal 1 ayat (2) berbunyi : Kedaulatan adalah ditanag rakyat dan dilakukan

sepenuhnya oleh MPR

Diubah menjadi : Kedaulatan berada di tanagn rakyat dan dilaksanakan menurut

UUD

b. Ditambah Pasal 6A : Presiden dan wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan

secara langsung oleh rakyat

c. Pasal 8 ayat (1) berbunyi : Presiden ialah orang Indonesai asli;

Diubah menjadi : Calon Presiden dan wakil Presiden harus warga

negara Indonesiasejak kelahirannya

d. Pasal 24 tentang kekuasaan kehakiman ditambah:

1. Pasal 24B: Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan

pengangkatan hakim agung

3. Pasal 24C : mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama

(20)

20

terhadap UUD (dan menurut amandemen IV) UUD 1945, Komisi dan Konstitusi

ditetapkan dengan ketentuan MPR bertugas mengkaji ulang keempat amandemen

UUD 1945 pada tahun 2003

4. Perubahan IV diadakan pada tanggal 10 Agustus 2002 Pada amandemen

IV ini, pasal-pasal UUD 1945 yang diubah ialah 17 pasal yaitu: pasal-pasal : 2 ayat (1), 6A ayat (4), 8 ayat (3), 11 ayat (1), 16 23B, 23D, 24 ayat (3), 31 ayat (1)

s/d (5), 32 ayat (1) dan (2), 33 ayat (4) dan (5), 34 ayat (1) s/d (4), 37 ayat (1) s/d

(5), Aturan Peralihan Pasal I s/d III, aturan Tambahan pasal I dan II. Beberapa

perubahan yang penting adalah :

a. Pasal 2 ayat (1) berbunyi : MPR terdiri atas anggota-anggota dan

golongan-golongan menurut aturan yang ditetapkan dengan Undang-undang;

Diubah menjadi : MPR terdiri atas anggota DPR dan DPD yang dipilih melalui

Pemilihan Umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang.

b. Bab IV pasal 16 tetang Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dihapus. Diubah

menjadi :Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas

memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur

dalam Undang-undang

c. Pasal 29 ayat (1) berbunyi : Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha

Esa. Pasal ini tetap tidak berubah (walaupun pernah diusulkan penambahan 7 kata

: dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya)

d. Aturan Peralihan Pasal III : Mahkamah Konstitusi dibentuk

selambat-lambatnya pada 17 Agustus 2003 dan sebelum dibentuk segala kewenangannya

dilakukan oleh Mahkamah.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa amandemen I,II,III dan IV

terhadap UUD 1945, maka sejak 10 Agustus 2002 Ketatanegaraan Republik

Indonesia telah mengalami perubahan sebagai berikut :

a. Pasal 1 ayat (2): MPR bukan lagi pemegang kedaulatan (kekuasaan tertinggi) di

(21)

21

Lembaga tertinggi Negara lagi. MPR, DPR, dan Presiden yang bertanggung jawab

kepada rakyat melalui Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden yang

melangar hukum tidak akan terpilih dalam pemilihan umum yang akan datang.

b. Pasal 2 ayat (1): MPR terdiri dari :

1. Dewan Perwakilan Rakyat (House of Representatives : di Amerika Serikat)

2. Dewan Perwakilan Daerah (Senate : di Amerika Serikat)

MPR merupakan lembaga yang memiliki dua badan (Bicameral) seperti di

Amerika Serikat; Anggota DPR dipilih dalam pemilihan umum oleh seluruh

rakyat, sedangkan DPD dipilih oleh rakyat di daerah (Provinsi) masing-masing.

Dengan ditetapkannya DPR dan DPD sebagai anggota MPR, maka utusan

golongan termasuk TNI/POLRI dihapuskan dari MPR. Selain itu, MPR bukan lagi

pemegang kedaulatan (kekuasaan tertinggi) di Indonesia, melainkan rakat

Indonesia yang memegang kedaulatan.

c. Pasal 5 ayat (1): Presiden bukan lagi pembentuk undang-undang, tetapi

berkedudukan sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan (Lembaga

Eksekutif, Pemerintahan/Pelaksana Undang-undang)

d. Pasal 6 ayat (1) dan 6A: Presiden Indonesia tidak harus orang Indonesia asli,

tetapi calon Presiden dan Wakil Presiden harus warga Negara Indonesia sejak

kelahirannya. Presdien dan Wakil Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat

(bukan secara tidak langsung oleh MPR, sedangkan DPR dipilih rakyat)

e. Pasal 7: Presiden dan Wakil Presiden hanya dapat memegang jabatan selama

paling lama 2 x 5 tahun : 10 tahun (dahulu Presiden memegang jabatan selama

lebih dari 30 tahun, bahkan seumur hidup).

f. Pasal 14: Presiden memberi :

Grasi dan Rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung

(22)

22

Setelah empat kali melakukan amandemen UUD 1945, yang sejatinya

dilakukan untuk menutupi kelemahan sebelumnya namun ternyata hasil dari

amandemen tersebut menimbulkan beberapa kelemahan lagi. Hal ini

menyebabkan terjadi pengelompokan sikap masyarakat. Satu kelompok

menghendaki UUD 1945 dikembalikan kepada yang asli, kelompok lainnya

menginginkan diadakan lagi perubahan atau amendemen kelima UUD 1945, dan

kelompok terakhir tetap pada UUD 1945 pasca-amendemen.

Ada beberapa faktor menyangkut kelemahan UUD 1945

pasca-amendemen. Pertama, adanya kekaburan dan inkonsistensi teori dan materi

muatan UUD 1945. Kedua, kekacauan struktur dan sistematisasi pasal-pasal UUD

1945. Ketiga, ketidaklengkapan konstitusi dan pasal-pasal yang

multi-interpretatif, yang menimbulkan instabilitas hukum dan politik.

Dalam hal ini, Komisi Konstitusi yang dibentuk berdasarkan Ketetapan

MPR No 1/2002 dan Keputusan MPR No 4/2003 dengan tugas melakukan

pengkajian secara komprehensif tentang perubahan UUD NKRI Tahun 1945 oleh

MPR, juga menyebutkan hal sama. Setelah bertugas selama tujuh bulan dan

menyerahkan hasil kerjanya, berupa Naskah Kajian Akademis Perubahan UUD

NKRI Tahun 1945 dan Naskah Perubahan UUD NKRI Tahun 1945 kepada Ketua

MPR Amien Rais pada 24 April 2003, Komisi Konstitusi menyatakan terdapat 31

butir kekurangan, kelemahan, dan ketidaksempurnaan UUD 1945

pasca-amendemen.

Dimulai dengan tawar-menawar atau bargaining, kompetisi, dan

kompromi politik berdasarkan kepentingan politik fraksi-fraksi di MPR dalam

empat kali amandemen UUD 1945. Contohnya ketika MPR mulai membicarakan

lembaga DPD, tanggal 7 November 2001, sebanyak 190 anggota MPR

menyatakan tidak setuju terhadap lembaga DPD. Mereka lebih memilih untuk

tetap pada struktur ketatanegaraan UUD 1945 yang berdasarkan negara kesatuan

dengan sistem satu kamar atau uni-cameral.

Ketidaksetujuan itu disebabkan adanya kekhawatiran bahwa lembaga DPD

akan merubah struktur negara kesatuan menjadi negara federal dengan sistem dua

(23)

23

dunia mempunyai sistem perwakilan dua kamar. Lalu, kompromi politik

menghasilkan rumusan Pasal 22D UUD 1945 di mana kewenangan dan kekuasaan

DPD, sebagai spatial representation, tidak seimbang dan bersifat asimetrik dengan

kewenangan DPR. Hal ini disebut sistem dua kamar yang lunak atau soft

bi-cameral.z

Kewenangan dan kekuasaan DPD, sesuai dengan sistem checks and

balances seharusnya bersifat seimbang dan simetrik dengan DPR dalam sistem

perwakilan dua kamar yang seimbang atau balanced bi-cameral. Dengan

pertimbangan bahwa DPD, yang anggotanya dipilih melalui sistem distrik dengan

keanggotaan majemuk atau multi-member district, dapat menjalankan fungsi

integrasi sesuai Sila Ketiga Pancasila, yakni Persatuan Indonesia, dengan

memperjuangkan aspirasi dan kepentingan daerah dalam koridor NKRI.

Selanjutnya, ketidaksempurnaan UUD 1945 pascaperubahan, berdasarkan

fenomena dominasi kekuasaan DPR atau legislative heavy. Salah satu bukti

adalah Pasal 13 ayat (3) UUD 1945, yakni Presiden menerima penempatan duta

negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR. Biasanya kewenangan

menerima duta negara lain adalah domain eksekutif atau Presiden, maka ketentuan

adanya pertimbangan DPR menunjukkan dominasi kekuasaan DPR yang telah

memasuki domain Presiden.

Kemudian inkonsistensi dan kekaburan teori UUD 1945 yang

berhubungan dengan sistem pemerintahan presidensial. Hal ini dapat dilihat dari

Pasal 20 ayat (5) UUD 1945 yang berisikan, “Dalam hal rancangan undang -undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak disahkan oleh Presiden dalam

waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-undang tersebut disetujui,

rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib

diundangkan”.

Pasal ini, bersifat inkonsisten dan kabur, sebab dalam sistem pemerintahan

presidensial segenap legislasi (pembuatan UU) merupakan wewenang badan

legislatif. Sehingga Presiden tidak mengambil keputusan terhadap hasil akhir

legislasi walaupun Presiden berhak mengajukan suatu RUU kepada DPR dan

(24)

24

Oleh karena itu, Presiden berhak menolak RUU atau hak veto, dengan

ketentuan bahwa bobot keputusan parlemen yang menentukan validitas dari RUU

tersebut. Misalnya, dengan 2/3 dukungan suara di DPR atau 2/3 suara pada

masing-masing kamar untuk menghasilkan rancangan undang-undang yang tidak

boleh ditolak oleh Presiden. Oleh sebab itu, bisa dikatakan bahwa Pasal 20 ayat

(5) UUD 1945 adalah legislative heavy.

Selanjutnya, masalah penyebutan dengan perubahan atau amandemen

UUD 1945 yang berarti mengubah pasal-pasal tertentu tanpa mengubah teks asli,

tetapi memberi tambahan terhadap pasal-pasal yang sudah ada. Seperti diketahui,

setelah dilakukan perubahan oleh MPR, dari 37 Pasal UUD 1945, ditambah empat

pasal Aturan Peralihan dan dua ayat Aturan Tambahan serta Penjelasan Umum

dan Penjelasan Pasal demi Pasal UUD 1945 yang diputuskan oleh Sidang Panitia

Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 18 Agustus 1945, hanya 6 pasal

(sekitar 16,21%) yang belum diubah.

Pasal-pasal tersebut adalah, 1) Pasal 4 tentang Presiden memegang

kekuasaan pemerintahan menurut Undang Undang Dasar; 2) Pasal 10 tentang

Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan

Laut, dan Angkatan Udara; 3) Pasal 12 tentang kewenangan Presiden menyatakan

keadaan bahaya; 4) Pasal 22 tentang kewenangan Presiden mengeluarkan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang; 5) Pasal 25 tentang

syarat-syarat untuk menjadi dan untuk diberhentikan sebagai hakim; dan 6) Pasal 29

tentang agama.

Sedangkan pasal-pasal yang diubah berjumlah 31 Pasal (83,79%)

ditambah dengan pasal-pasal baru dengan sistem penomoran pasal lama ditambah

huruf A, B, C, D, dan seterusnya beserta ayat-ayat yang baru dalam pasal-pasal

lama. Dengan pasal-pasal baru yang berjumlah 36 pasal atau 97,30% dari UUD

1945 asli, patut dipersoalkan bahwa MPR telah mengganti konstitusi lama dengan

yang baru, dan bukan amandemen UUD 1945.

Kemudian, masalah inkonsistensi yang menyangkut bagian mana dari

UUD 1945 pasca-amandemen yang tidak dapat diubah atau dapat diubah dengan

(25)

25

diubah adalah hanya bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini berarti

bahwa terhadap landasan dasar filosofis kehidupan bangsa dan negara yakni

Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila, secara teoritis, terbuka penafsiran untuk

dapat diubah sekalipun diperlukan persyaratan sesuai Pasal 37 ayat (1) UUD

1945, karena Pasal 37 ayat (5) UUD 1945 tidak mencantumkannya. Sedangkan,

Pembukaan UUD 1945 yang berisikan Pancasila, adalah perjanjian luhur bangsa

atau pacta sunt seranda.

Kelemahan, kekurangan, dan ketidaksempurnaan yang bersifat mendasar

dari UUD 1945 pasca-amandemen itulah yang menyebabkan UUD 1945 tidak

bisa berlaku sebagai konstitusi yang hidup, yang berlaku puluhan tahun ke depan.

Oleh karena itu dibutuhkan sebuah solusi untuk mencegah kelemahan-kelemahan

ini kembali bermunculan di masa yang akan datang, karena tidak menutup

kemungkinan amandemen UUD 1945 kembali akan dilakukan. Salah satu solusi

yang bisa dilakukan adalah dengan membentuk Komisi Konstitusi dalam

membuat draft konstitusi sebelum dibahas dalam rapat paripurna MPR.

Pembentukan Komisi Konstitusi Sebagai Upaya Penguatan UUD 1945

Selama ini MPR dalam membahas dan memutuskan perubahan UUD

1945sebelumnya tidak membuat dan memiliki content draft konstitusi secara utuh

sebagai langkah awal yang menjadi dasar perubahan (preliminary) yang dapat

ditawarkan kepada publik untuk dibahas dan diperdebatkan. Content draft yang

didasari paradigma yang jelas yang menjadi kerangka (overview) tentang

eksposisi ide-ide kenegaraan yang luas dan mendalam mengenai hubungan

Negara dengan warga negara, negara dan agama, negara dengan Negara hukum,

negara dalam pluralitasnya, serta negara dengan sejarahnya. Juga eksposisi yang

mendalam tentang esensi demokrasi, apa syaratnya dan prinsip-prinsipnya

serta check and balancesnya bagaimana dilakukan secara mendalam.

MPR lebih menekankan perubahan itu dilakukan secara adendum, dengan

memakai kerangka yang sudah ada dalam UUD 1945. Cara semacam ini membuat

perubahan itu menjadi parsial, sepotong-sepotong dan tambal sulam saja sifatnya.

(26)

26

relevansinya sudah tidak layak lagi dipertahankan. Proses Amandemen secara

parsial seperti diatas tidak dapat memberikan kejelasan terhadap konstruksi nilai

dan bangunan kenegaraan yang hendak dibentuk. Sehingga terlihat adanya

paradoks dan inkonsistensi terhadap hasil-hasilnya yang telah diputuskan. Hal ini

bisa dilihat dari pasal-pasal yang secara redaksional maupun sistematikanya yang

tidak konsisten satu sama lain. Seperti misalnya, penetapan prinsip sistem

Presidensial namun dalam elaborasi pasal-pasalnya menunjukkan sistem

Parlementer yang memperkuat posisi dan kewenangan MPR/DPR.

Selain itu MPR yang dikarenakan keanggotaannya terdiri dari

fraksi-fraksi politik menyebabkan dalam setiap pembahasan dan keputusanamat kental

diwarnai oleh kepentingan politik masing-masing.Fraksi-fraksi politik yang ada

lebih mengedepankan kepentingandan selera politiknya dibandingkan kepentingan

bangsa yang lebihluas. Hal ini dapat dilihat dari pengambilan keputusan

finalmengenai Amandemen UUD 1945 dilakukan oleh sekelompok kecil elit

fraksi dalam rapat Tim Lobby dan Tim Perumus tanpaadanya risalah rapat.

Mengapa hal itu terjadi? Penulis berpendapat, di samping kepentingan

politik fraksi-fraksi di MPR ditambah beberapa faktor seperti minimnya

pengalaman para anggota MPR, juga akibat tidak adanya kerangka acuan dan/atau

naskah akademik yang dipersiapkan dengan matang oleh suatu Tim Pembuat

Draft Amandemen yang terdiri dari para ahli konstitusi dan ahli-ahli lainnya serta

wakil-wakil dari daerah.

K.C. Wheare, seorang ahli hukum konstitusi Inggris, menjelaskan tentang

arti penting konstitusi berderajat tertinggi atau supreme constitution. Pada intinya,

kedudukan konstitusi dilihat dari aspek hukum mempunyai derajat tertinggi atau

supremasi. Dasar pertimbangan supremasi konstitusi terdapat beberapa hal, yakni:

1) konstitusi dibuat oleh Badan Pembuat Undang-Undang Dasar; 2) konstitusi

dibentuk atas nama rakyat, berasal dari rakyat, kekuatan berlakunya dijamin oleh

rakyat, dan ia harus dilaksanakan langsung kepada masyarakat untuk kepentingan

mereka; dan 3) konstitusi ditetapkan oleh lembaga atau badan yang diakui

(27)

27

Mencermati diktum pertama dasar pertimbangan supremasi konstitusi di

atas, bahwa untuk melakukan perubahan UUD 1945 merupakan sesuatu yang

bersifat spesifik. Untuk membuatnya haruslah ditangani oleh orang-orang yang

mempunyai kemampuan dan kompetensi untuk itu, dilakukan seleksi yang ketat

oleh MPR secara terbuka, transparan, dan diketahui oleh publik. Jadi perubahan

UUD 1945 tidak ditangani oleh MPR, karena keterlibatan unsur partisan akan

menjadikan setiap proses pembicaraan sebagai wahana untuk mendesakkan

kepentingan masing-masing. Mereka lupa untuk memikirkan kepentingan rakyat,

dan tak jarang pula menimbulkan berbagai konflik. Sebagai solusi terhadap

perubahan konstitusi haruslah deserahkan kepada Komisi Konstitusi

atau Constitutional Commission yang independen, sehingga kata “dibuat” dalam

diktum pertama akan terpenuhi.

Sejalan dengan adanya Komisi Konstitusi, Haysom mengemukakan

adanya empat proses pembuatan konstitusi yang demokratis, yaitu: 1) by a

democratically constituted assembly; 2) by a democratically elected parliament;

3) by a popular referendum; dan 4) by a popularly supported constitutional

commission.

Dengan cara keempat, sebagai salah satu proses pembuatan konstitusi di

atas, merupakan konstitusi yang kokoh bagi suatu negara konstitusional

(constitutional state) yang mampu menjamin suatu demokrasi yang

berkelanjutan (a sustainable democracy), juga harus merupakan konstitusi yang

legitimate, dalam arti proses pembuatannya harus secara demokratis, diterima dan

didukung sepenuhnya oleh seluruh komponen masyarakat dari berbagai aliran dan

faham, aspirasi, dan kepentingan.

Untuk dapat menjalankan tugasnya dengan efektif, Komisi Konstitusi

harus memiliki tugas dan wewenang, yaitu: a) melakukan penyelidikan dalam

rangka penyusunan naskah konstitusi; b) melakukan upaya-upaya untuk

memperoleh masukan dari publik dan lembaga-lembaga negara; c) menyusun

(28)

28

untuk disahkan; dan d) melakukan sosialisasi naskah rancangan konstitusi kepada

publik.

Dimasukkannya tugas dan wewenang Komisi Konstitusi untuk melakukan

penyelidikan dalam rangka penyusunan konstitusi dan untuk merumuskan naskah

konstitusi, merupakan tujuan utama dari pembentukan komisi ini. Tugas dan

wewenang untuk melakukan upaya guna menerima masukan dan sosialisasi

naskah pada publik, dimaksudkan untuk melibatkan secara aktif peran-serta

masyarakat dalam penyusunan konstitusi.

Sementara itu, keanggotaan Komisi Konstitusi harus terdiri atas: 1) pakar

dari berbagai disiplin ilmu; 2) perwakilan dari tiap daerah di Indonesia. Secara

keseluruhan, anggota Komisi Konstitusi haruslah non-partisan, dengan komposisi

yang mencerminkan kesetaraan jender, keadilan agama dan etnis, serta

mengakomodasi unsur dan kepentingan daerah.

Keanggotaan Komisi Konstitusi di atas, diyakini dapat menjembatani

secara optimal mayoritas kepentingan-kepentingan rakyat Indonesia terhadap

materi muatan konstitusi yang akan dibuat, sekaligus meminimalisasi materi

muatan konstitusi yang berorientasi jangka pendek dan sarat kepentingan

sekelompok orang atau golongan.

Komisi Konstitusi harus mendapatkan legitimasi yang kuat, baik secara

konstitusional maupun oleh rakyat, demikian pula hasilnya. Seleksi Ketua dan

Angota Komisi Konstitusi – diangkat oleh MPR dalam Sidang Tahunan – melalui

proses yang transparan, partisipatif, dan akuntabel. Waktu pelaksanaan seleksi

harus memadahi, tidak terlalu singkat, untuk mengoptimalkan

partisipasimasyarakat. Komisi Konstitusi ini diangkat oleh MPR dengan

pertimbangan, bahwa MPR merupakan lembaga yang berwenang untuk mengubah

dan menetapkan Undang-Undang Dasar, berdasarkan atas ketentuan Pasal 3 ayat

(29)

29 BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:

Konstitusi adalah hukum dasar tertulis ataupun hukum dasar tak tertulis.

Konstitusi yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Undang-undang 1945 yang

dibentuk sejak Indonesia sukses memproklamasikan kemerdekaannya. Karena

Indonesia ingin berdiri sendiri sebagai suatu negara yang mengurus rumah

tangganya sendiri tanpa campur tangan negara lain.

Dengan terjadinya perkembangan sistem kenegaraan, maka baik

perubahan, pertambahan, maupun pengurangan, atau yang biasa disebut

amandemenpun dilakukan terhadap isi UUD 1945. Hingga akhirnya menjadi

Undang-undang Dasar 1945 Hasil Amandemen.1. Setelah empat kali

melakukan amandemen UUD 1945, yang sejatinya dilakukan untuk menutupi

kelemahan sebelumnya namun ternyata hasil dari amandemen tersebut

menimbulkan beberapa kelemahan lagi. Hal ini menyebabkan terjadi

pengelompokan sikap masyarakat. Satu kelompok menghendaki UUD 1945

dikembalikan kepada yang asli, kelompok lainnya menginginkan diadakan lagi

perubahan atau amendemen kelima UUD 1945, dan kelompok terakhir tetap pada

UUD 1945 pasca-amendemen.

Ada beberapa faktor menyangkut kelemahan UUD 1945

pasca-amendemen. Pertama, adanya kekaburan dan inkonsistensi teori dan materi

muatan UUD 1945. Kedua, kekacauan struktur dan sistematisasi pasal-pasal UUD

1945. Ketiga, ketidaklengkapan konstitusi dan pasal-pasal yang

multi-interpretatif, yang menimbulkan instabilitas hukum dan politik.

Sebagai solusi terhadap perubahan konstitusi haruslah deserahkan kepada

Komisi Konstitusi atauConstitutional Commission yang independen, sehingga

(30)

30 B. Saran

Setelah menyimpulkan hasil pembahasan dari makalah ini berdasarkan

teori-teori yang ada, maka Kami mencoba untuk memberikan masukan atau saran

sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah, kami menyarankan agar berhati-hati dalam melakukan

perubahan ataupun melaksanakan Undang-Undang agar tetap terjalin keselarasan

antara Dasar Negara dan Konstitusi.

2 Bagi pembaca, kami menyarankan agar dapat mengambil hal-hal positif dari

makalah ini untuk pembelajaran dan lebih banyak membaca buku yang berkaitan

dengan Dasar Negara dan Konstitusi agar lebih memahami makna dari kedua hal

tersebut.

Demikianlah makalah yang berjudul „Konstitusi dan UUD 1945‟ ini kami

tulis dengan harapan dapat menjadi manfaat bagi setiap pembaca khususnya

penulis. Bila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini saya memohon maaf,

(31)

31 BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

http://pandidikan.blogspot.com/2011/04/sejarah-konstitusi-dan-amandemen-uud.html

http://news.detik.com/read/2006/07/12/200512/634568/10/uud-hasil-amandemen-banyak-kelemahan?nd992203605

http://id.wikipedia.org/wiki/Majelis_Permusyawaratan_Rakyat

http://jakarta45.wordpress.com/2009/08/25/politik-amandemen-kelima-uud-1945/

http://id.wikipedia.org/wiki/Mahkamah_Konstitusi_Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Strategi menanggulangi kelemahan dengan memanfaatkan peluang dirumuskan dengan langkah-langkah seperti: pemerintah mengupayakan adanya perlindungan hukum (hak cipta)

Vale Indonesia (INCO): Perseroan hingga akhir Agustus 2016 telah mengeluarkan biaya eksplorasi senilai US$702.813,73, yang difokuskan pada eksplorasi daerah-daerah di dalam

Data hasil perhitungan menggunakan skala likert bahwa rerata skor pernyataan sangat tidak setuju dengan peraturan pemerintah untuk menerapkan isu lingkungan dalam aktivitas usaha

Selanjutnya Douglas mengemukakan bahwa dalam melaksanakan process approach, terdapat hal-hal yang harus dilakukan yaitu, bahwa process approach focus pada proses menulis yang

Pada penelitian ini juga dilakukan penambahan tanah merah yang mengandung Fe, berfungsi untuk acceptor elektron mikroorganisme dalam kondisi anaerobik, dan lumpur

Pada terapi hari pertama, kedua dan ketiga disemua kelompok konsentrasi dan negatif mengalami peningkatan persentase parasitemia dari hari sebelum dilakukan terapi,

Kota Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang berstatus sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Barat yang sering kali dijadikan sebagai kota destinasi untuk berwisata

Pada tahun 1888 didirikan Chemis Pharmacologisch Laboratorium sebagai bagian dari Kebun Raya Bogor dengan tujuan menyelidiki bahan-bahan atau zat-zat yang terdapat