• Tidak ada hasil yang ditemukan

Discovery Learning berbasis Dialog Socrates di Kelas X-9 SMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Discovery Learning berbasis Dialog Socrates di Kelas X-9 SMA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Peningkatan Pemahaman Konsep melalui Model

Guided

Discovery Learning

berbasis Dialog Socrates di Kelas X-9 SMA

Muhammadiyah 1 Karanganyar

Amalia Hasanah, Murni Ramli, Riezky Maya Probosari

Pendidikan Biologi UNS

Jl. Ir. Sutami no.36 A Surakarta, Jawa Tengah Email: amaliahasanah.pbio10@gmail.com ,

mramlimallibu@gmail.com, riezkymp@gmail.com

Abstrak

Peningkatan Pemahaman Konsep Melalui Model Guided Discovery Learning Berbasis Dialog Socrates Di Kelas X-9 SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar. Tujuan dari penelitian adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep melalui penerapan model Guided Discovery Learning berbasis Dialog Socrates. Penelitian dilakukan dengan metode action research (tindakan kelas) yang dilaksanakan secara bersiklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas X-9 SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar tahun 2013/2014. Data diperoleh melalui teknik tes dan non tes. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif serta validasi data menggunakan triangulasi teknik. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pemahaman konsep siswa, yaitu persentase paham konsep siswa pada prasiklus adalah 18,65%, siklus I sebesar 51,62%, siklus II sebesar 52,70%, dan siklus III sebesar 66,08%. Penerapan model Guided Discovery Learning Learning berbasis Dialog Socrates mampu meningkatkan pemahaman konsep pada siswa di kelas X-9 SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar. Keterampilan mengamati dan mengklasifikasikan pada fase Hypothesis tesing yang terdapat pada sintak Guided Discovery Learning mendukung peningkatan pemahaman konsep siswa. Selain itu, pada dialog Socrates terdapat pertanyaan yang mendorong siswa untuk memikirkan lebih jauh tentang informasi yang mereka pelajari sebelumnya sehingga membantu siswa untuk memahami materi yang dipelajari.

Kata kunci: Pemahaman konsep, Model Guided Discovery Learning, Dialog Socrates.

I. PENDAHULUAN

Berdasarkan hasil observasi melalui tes pra penelitian di kelas X-9 SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar tahun 2013/2014 pada materi Animalia menunjukkan sebagian besar siswa tidak tahu konsep. Data tes pra-siklus menunjukkan rata-rata pemahaman siswa pada tes pra-siklus materi Animalia menunjukkan 18,65% paham konsep, 25,95% miskonsepsi, dan 55,41% tidak tahu konsep.

(2)

pengalaman mengamati, menyelidiki objek secara langsung, mencari informasi dari berbagai sumber termasuk berkomunikasi untuk mendapatkan informasi dapat menyebabkan siswa memperoleh pengalaman nyata tentang konsep yang dipelajari sehingga konsep dapat melekat lebih lama dalam ingatan siswa. Maka Guided Discovery Learning berbasis Dialog Socrates dipilih sebagai tindakan untuk meningkatkan pemahaman konsep.

Discovery Learning adalah model pembelajaran yang menekankan pada pemahaman konsep, arti, dan hubungan antar fakta, melalui berbagai proses yang pada akhirnya sampai pada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Selain itu, adanya Discovery Learning disertai panduan (Guided Discovery Learning) dapat mengarahkan siswa untuk memahami konsep yang benar (Kemendikbud, 2013).

Menurut Dr. Roger Schank dan Chip Cleary (1994), salah satu bentuk Discovery Learning adalah Discovery Learning dengan mengeksplorasi atau berdialog. Pembelajaran Discovery Learning melalui dialog dapat dilakukan dengan salah satu model dialog yang sudah sering dipakai dalam pembelajaran, yaitu Dialog Socrates. Dialog ini dilakukan dengan menanyakan, menjawab, dan mempertanyakan lagi konsep yang dipelajari. Menurut penelitian Lam (2011), Dialog Socrates dapat meningkatkakan minat belajar siswa, mengurangi miskonsepsi materi, membantu siswa dalam mengorganisasikan pengetahuan, memupuk keterampilan berpikir dan menumbuhkan metakognisi melalui teknik tanya jawab. Dengan demikian, Discovery Learning merupakan model yang mengembangkan konten dialog yang diinisiasi oleh guru untuk membantu lawan bicara yaitu siswa untuk menemukan konsep yang dipelajari.

Menurut Veermans (2002), sintak Discovery Learning terdiri dari lima fase, yaitu Orientation, Hypothesis generation, Hypothesis tesing, Conclusion, dan Regulative processes. Pada proses orientasi siswa melakukan pengamatan untuk membangun ide-ide pertama mereka dari materi dan lingkungan. Ide untuk mengenali konsep dilakukan siswa dengan membuat suatu pertanyaan. Untuk mengetahui arah kegiatan siswa selanjutnya dilakukan Hypotesis generation. Siswa merumuskan hipotesis tentang masalah dan pertanyaan tentang materi. Pada proses Hypothesis tesing dilakukan pengujian hipotesis dengan cara mengamati, menyelidiki, mencari literatur dari berbagai sumber, saling berbagi informasi dan menginterpretasikan hasil. Selanjutnya siswa menyimpulkan hasil penyelidikannya dalam bentuk peta konsep. Untuk mengetahui konsep siswa sudah benar dilakukan Regulative processes, yaitu dengan cara mempresentasikan temuan, memberikan masukan dan dilakukan konfirmasi oleh guru.

Berdasarkan uraian diatas maka tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep melalui penerapan model Guided Discovery Learning berbasis Dialog Socrates.

II. METODE

(3)

Prosedur dan langkah dalam penelitian mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart berupa model spiral (Tukiran Taniredja, 2011: 24). Model spiral terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Tahap perencanaan dilakukan dengan menyusun instrumen pembelajaran, yaitu silabus, RPP, LKS, lembar observasi psikomotorik dan afektif. Selain itu, dipersiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi keterlaksanaan sintak, pedoman wawancara dan dokumentasi.

Tahap pelaksanaan meliputi kegiatan pembelajaran yang menggunakan model Guided Discovery Learning berbasis Dialog Socrates untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa. Observasi proses pemahaman siswa dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, observasi juga dilakukan pada keterlaksanaan sintak model Guided Discovery Learning berbasis Dialog Socrates.

Tahap refleksi dilakukan dengan cara menganalisis kekurangan dalam proses pembelajaran serta pencapaian pemahaman terhadap target yang ditentukan. Target yang ditentukan adalah rata-rata paham konsep siswa mencapai 65%. Hasil analiasis pada refleksi dijadikan dasar perencanaan pada pelaksanaan siklus berikutnya. Siklus dihentikan jika sudah mencapai target.

Data diperoleh dari dokumentasi, observasi, dan wawancara. Data dokumentasi yang dimaksud adalah hasil tes pemahaman siswa pada setiap siklus. Tes pemahaman dilakukan dengan menggunakan tipe soal benar-salah beralasan disertai CRI yang diadopsi dari penelitian Hakim, Liliasari, & Kadarohman (2012). Soal dikembangkan berdasarkan kisi-kisi yang dilengkapi dengan aspek-aspek pemahaman menurut Anderson & Krathwohl(2010), komponen-komponen standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran pada mata pelajaran Biologi dengan materi pelajaran animalia.

Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi dan rekaman video. Wawancara pemahaman siswa dilakukan setelah siklus berakhir dengan menggunakan pedoman wawancara.

III.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil pelaksanaan siklus dengan menerapkan model Guided Discovery Learning berbasis Dialog Socrates menunjukkan peningkatan pemahaman siswa. Rata-rata persentase paham konsep siswa pada pra-siklus adalah 18,65%, siklus I sebesar 51,62%, siklus II sebesar 52,70%, dan siklus III sebesar 66,08%.

(4)

lebih bebas, siswa yang lebih memahami materi sering memberi pertanyaan dan menjawab pertanyaan temannya.

B. Pembahasan

Berdasarkan analisis pelaksanaan proses pembelajaran pada Siklus I diketahui bahwa terjadi peningkatan paham konsep siswa pada materi Animalia.

Pada fase Orientation pelaksanaan pembelajaran Siklus I, siswa diajak membangun ide dari kegiatan mengamati, baik mengamati spesimen secara langsung ataupun mengamati gambar dalam LKS. Pada fase Hypothesis generation, siswa diminta memberikan jawaban sementara tentang pertanyaan pada materi yang dipelajari. Selanjutnya siswa menduga jawaban yang tepat menurut pengetahuan awal siswa. Setelah siswa mendapatkan jawaban sementara, maka siswa perlu mengujinya pada fase hypothesis tesing melalui pengumpulan data dan informasi, baik dari media cetak, preparat yang sudah disediakan maupun saling berdialog dengan teman kelompok atau guru untuk bertukar informasi. Selanjutnya siswa memasukkan data pada kolom LKS yang sudah disediakan dan mengolahnya menjadi sebuah konsep. Menurut Anderson dan Krathworhl (2010), siswa yang mengorganisasikan pengetahuan awal dengan hal yang baru, sehingga siswa mempunyai pengalaman menghubung-hubungkan dan terlatih untuk konstruksi konsep sendiri. Pada fase conclusion dilakukan dengan cara membuat peta konsep mengenaikesimpulan materi yang sudah dipelajari. Dalam kegiatan menyimpulkan, siswa dilatih untuk mengklasifikasikan dan mengevaluasi konsep yang mereka pelajari. Setelah itu, setiap kelompok saling melengkapi informasi satu sama lain dengan cara presentasi di depan kelas, sedangkan siswa lain menyimak dan memberikan pendapat jika ada yang kurang tepat dari hasil yang dipresentasikan pada fase Regulative processes.

Rata-rata paham konsep siswa pada siklus I sudah mencapai 51,70%, namun karena belum mencapai target yaitu 65% maka dilakukan siklus II. Menurut hasil observasi pada siklus I, banyak siswa yang terlihat belum aktif dan hanya beberapa siswa saja yang terlibat dalam Dialog Socrates. Siswa juga belum memahami tugas yang diberikan guru sehingga banyak siswa yang tidak mengisi LKS. Pembelajaran belum sesuai RPP dan waktu untuk mengerjakan tugas juga kurang. Karena pada Siklus I masih tahap awal siswa mengenal model model Guided Discovery Learning berbasis Dialog Socrates dan kebanyakan siswa belum mengerti tugas yang harus dikerjakan, sehingga selama pelajaran berlangsung beberapa kali siswa bertanya kepada guru tentang maksud tugas yang harus dikerjakan siswa.

Pelaksanaan Siklus II dilakukan perbaikan terhadap kekurangan yang terjadi pada Siklus I. Pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai dengan RPP. Dialog Socrates dilakukan secara mandiri oleh siswa, guru hanya memantau pertanyaan dan jawaban yang disampaikan siswa. Namun, masih ada beberapa siswa yang belum terlibat aktif karena jumlah anggota dalam satu kelompok masih terlalu banyak sehingga ada beberapa siswa yang tidak ikut berpartisipasi dalam berdialog.

(5)

klasifikasi animalia. Siklus II mempelajari konsep Porifera, Coelenterata, Platyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida, dan Mollusca. Sesuai dengan pernyataan Dimyati dan Mudjiono (2009), materi pelajaran yang menarik dan relevan dengan kehidupan nyata dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.

Selain itu, pada Siklus II kemungkinan faktor lain yang dapat menyebabkan siswa kurang memahami konsep yang diajarkan adalah kondisi fisik dan psikis siswa. Pada pelaksanaan Siklus II dilakukan dalam dua jam pelajaran, karena untuk mengefisienkan waktu maka jam pelajaran yang harusnya terpotong untuk istirahat tetapi digunakan untuk melanjutkan pelajaran dan waktu istirahat diganti setelah pelajaran selesai. Kemungkinan karena siswa lapar dan capek, sehingga kurang bersemangat dan fokus dalam pelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009) secara tidak langsung kondisi psikis dan fisik berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.

Menurut hasil observasi, siswa sudah terlihat mandiri dalam melakukan Dialog Socrates. Namun, setelah dilakukan analisis pada LKS siswa terdapat temuan kebanyakan siswa mengosongkan bagian pertanyaan ketika siswa mengamati fenomena pada fase Orientasi. Penyebabnya karena siswa mengalami kesulitan dalam menyusun pertanyaan masalah yang harus diselidiki. Menurut Veermans(2002), pada proses Orientasi dapat menjadi masalah jika peserta didik memiliki pengetahuan awal yang relatif sedikit.

Pelaksanaan Siklus III tidak jauh berbeda dengan Siklus II. Siklus II dilakukan perbaikan-perbaikan kecil terhadap kekurangan yang terjadi pada siklus II. Siswa dibagi menjadi tujuh kelompok sehingga dalam satu kelompok hanya terdapat empat sampai lima anggota saja, sehingga memungkinkan bagi siswa untuk ikut berpartisipasi aktif dalam kelompok. Siswa juga diberikan bimbingan dalam mengisi pertanyaan pada fase orientasi.

Hasil analisis Siklus III menunjukkan bahwa rata-rata paham konsep siswa sudah berhasil memenuhi target yang direncanakan. Persentase paham konsep siswa mencapai 66,08%.

Pada pelaksanaan pembelajaran siswa aktif mencari literatur dari berbagai buku. Sesuai dengan penelitian Kypuros, Tarawneh, Vasquez, Knecht, & Wrinkle (2012) bahwa ketika siswa secara aktif berpartisipasi dalam setiap langkah, ada peningkatan yang signifikan pada pemahaman dan retensi konsep.

Selain itu, berdasarkan data pendukung hasil observasi persentase keterampilan mengamati, keterampilan mengklasifikasi dan menyajikan data pada Siklus III juga meningkat. Persentase keterampilan mengklasifikasi sebesar 79,73%, keterampilan mengamati sebesar 83,78%, dan keterampilan menyajikan data sebesar 82,43%. Menurut Anderson & Krathworhl (2010), kegiatan mengamati dapat melatihkan siswa untuk mengkonstruksi konsep melalui kegiatan identifikasi dan klasifikasi. Sehingga, kegiatan mengamati dan mengklasifikasikan juga ikut mempengaruhi peningkatam pemahaman konsep siswa.

(6)

Gambar 1.1 Perbandingan Persentase Paham Konsep pada Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III

Berdasarkan hasil tindakan setiap siklus terlihat bahwa dengan menggunakan model Guided Discovery Learning berbasis Dialog Socrates dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Karena dalam sintak Guided Discovery Learning terdapat fase Hypothesis tesing, sehingga siswa dilatih untuk menemukan konsep dengan cara mengamati, menyelidiki, dan mencari informasi dari berbagai sumber. Dengan pengalaman siswa sendiri dalam mengamati langsung objek yang diselidiki, dan selanjutnya siswa mencari tahu informasi dari berbagai sumber, sehingga siswa terlatih membangun konsep.

Selain itu, dengan melakukan Dialog Socrates siswa mengaku senang karena terlibat aktif berkomunikasi dalam memahami materi dipelajari. Menurut Ormrod (2009 : 345) umumnya siswa mampu mengingat berbagai gagasan dan pengalaman baru secara lebih efektif dan akurat ketika mereka membahas masalah secara bersama-sama dengan cara berkomunikasi langsung.

IV.KESIMPULAN

Penerapan model Guided Discovery Learning berbasis Dialog Socrates mampu meningkatkan pemahaman konsep Animalia pada siswa di kelas X-9 SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar. Melalui penelitian tindakan kelas, secara keseluruhan dari hasil tindakan yang dilakukan terlihat persentase pemahaman konsep animalia siswa X-9 mengalami peningkatan. Rata-rata pemahaman konsep Animalia pada siklus I sebesar 51,62%, siklus II 52,70%, dan siklus III menjadi 66,08% paham konsep.

(7)

V. DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. 2010. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran,

dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Budiningsih, C. A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Hakim, A., Liliasari, & Kadarohman, A. (2012). Student Concept Understanding of Natural Products Chemistry in Primary and Secondary Metabolites Using the Data Collecting Technique of Modified CRI. International Online Journal of Educational Sciences , 544-553.

Janine Swaak, T. d. 2004. The effects of discovery learning and expository. Journal of Computer

Assisted Learning 20 , 225–234.

João Pedro Silva, J. T. 2012. Life and Invertebrate Conservation. Luxembourg: Publications Office of the European Union.

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SMP/MTs IPA.

Jakarta: Kemendikbud.

Lam, F. 2011. The Socratic Method as an Approach to learning and Its Benefits. Dietrich College

Honors Theses , 4-50.

Gambar

Gambar 1.1  Perbandingan Persentase Paham Konsep pada Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III

Referensi

Dokumen terkait

Website dalam kampanye sosial ini digunakan untuk menyebarkan informasi kepada target sasaran dan sekaligus sebagai media pendaftaran bagi target sasaran yang topik yang

KERJA LEBIH MASA PANGGILAN KHAS.. Nama Pegawai yang

Disi dengan seluruh Dasar Pengenaan Pajak yang berasal dari Faktur Pajak rekanan yang pembayarannya dilakukan pada Masa Pajak yang bersangkutan termasuk pembayaran

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra

menempel gambar bentuk wayang pada kardus bekas kemudian diberi tusuk sate sebagai pegangannya. - Menghitung

Penelitian ini menyimpulkan bahwa untuk mewujudkan konstitusi yang hidup sehingga responsif terhadap perubahan masyarakat, maka penafsiran terhadap kaidah konstitusi

atau individu yang tidak datang pada kegiatan bersih lahan dan nugal pada tempat yang sudah. ditentukan agar segera meminta maaf dan membuat kesepakatan untuk terlibat

Modul akuntasi umum adalah modul yang berfungsi untuk memberikan data mengenai data keuangan rumah sakit, yang memuat: data transaksi secara interaktif, memperbaharui saldo