• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang Lingkup Hukum Kontrak Contract Dra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Ruang Lingkup Hukum Kontrak Contract Dra"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Ruang Lingkup Hukum Kontrak

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dalam

Mata Kuliah

“Perancangan Kontrak (Contract Drafting)”

Dengan Dosen Pengampu: Muhamad Kholid, S.H.,M.H.

Disusun Oleh:

Ilman Muhamad Asodiq (1143020089)

Jurusan Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah) HPS/ VI/ B

Fakultas Syari’ah dan Hukum

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan ridha-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Contract Drafting. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Ruang lingkup hukum kontrak. Yang kami sajikan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan bagi pembaca. Amin.

Bandung, April 2017

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 2

BAB II PEMBAHASAN... 3

A. Istilah Hukum Kontrak... 3

B. Pengertian Hukum Kontrak... 4

C. Sistem Pengaturan Hukum Kontrak... 7

D. Sumber Hukum kontrak... 8

E. Asas-asas Hukum Kontrak... 16

F. Manfaat Perancangan Kontrak... 20

BAB III PENUTUP... 22

Simpulan... 22

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kontrak yang dilakukan dewasa ini banyak terkait dengan masalah perdagangan, dimana Islam tidak membenci perdagangan, bahkan Islam menganggap perdagangan ini sebagai salah satu wasilah kerja yang disyariatkan, sehingga Al-Qur'an memberikan sifat yang baik terhadapnya.1

Berbicara tentang kehidupan sehari-hari sebenarnya tidak lepas dari masalah kontrak, baik yang disadari maupun tidak disadari, oleh karena itu setiap orang seharusnya memahami hukum kontrak, paling tidak adalah ketentuan-ketentuan penting dalam hukum kontrak. Namun bagi orang yang beragama Islam seharusnya memahami hukum kontrak tersebut harus pula disertai dengan pemahaman hukum Islam agar tidak "tergelincir" dalam suatu kontrak yang dilarang berdasarkan hukum Islam.

Hukum kontrak merupakan bagian dari hukum perikatan karena setiap orang yang membuat kontrak terikat untuk memenuhi kontrak tersebut. Era reformasi adalah era perubahan. Perubahan disegala bidang kehidupan demi tercapainya kehidupan yang lebih baik. Salah satunya adalah dibidang hukum. Dalam bidang hukum, diarahkan pada pembentukan peraturan perundang-undangan yang memfasilitasi kehidupan berbangsa dan bernegara. Seperti kita ketahui bahwa banyak peraturan perundang-undangan kita yang masih berasal dari masa pemerintahan Hindia Belanda.

Hukum kontrak kita masih mengacu pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau Burgerlijk Wetboek Bab III tentang Perikatan (selanjutnya disebut buku III) yang masuk dan diakui oleh Pemerintahan Hindia Belanda melalui asas Konkordansi yaitu asas yang menyatakan bahwa peraturan yang berlaku di negeri Belanda berlaku pula pada pemerintahan Hindia Belanda (Indonesia), hal tersebut

(5)

untuk memudahkan para pelaku bisnis eropa/ Belanda agar lebih mudah dalam mengerti hukum.

Dan seiring berjalannya waktu maka pelaku bisnis lokal pun harus pula mengerti isi peraturan dari KUHPerdata terutama Buku III yang masih merupakan acuan umum bagi pembuatan kontrak di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Istilah Hukum Kontrak? 2. Apa Pengertian Hukum Kontrak?

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Istilah Hukum Kontrak

Hukum kontrak merupakan bagian dari hukum perikatan, bahkan oleh sebagian ahli hukum menempatkan sebagai bagian dari hukum perjanjian, karena kontrak sendiri ditempatkan sebagai perjanjian tertulis, tapi saya tidak ingin membedakan antara hukum kontrak dan hukum perjanjian. Pembagian antara hukum kontrak dan hukum perjanjian tidak dikenal dalam Bw, karena dalam Bw hanya dikenal perikatan yang lahir dari perjanjian( kontrak) dan yang lahir dari undang-undang atau yang secara lengkap dapat diuraikan sebagai berikut.2

Istilah hukum perjanjian atau kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu

contract of law, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut dengan istilah

overeenscomstrecht.

Dalam bahasa Arab ada dua istilah yang berkaitan dengan perjanjian atau kontrak, yaitu kata akad (al-‘aqadu) dan kata 'ahd (al-ahdu), Al-Qur'an memakai kata pertama dalam arti perikatan atau perjanjian, sedangkan kata yang kedua berarti masa, pesan, penyempurnaan, dan janji atau perjanjian.3

Dengan demikian, istilah akad dapat disamakan dengan perikatan atau

verbintenis, sedangkan kata al-'ahdu dapat istilah dikatakan sama dengan istilah perjanjian atau evereenkomst, yang dapat diartikan sebagai suatu pernyataan dari seseorang untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu, dan tidak ada sangkut pautnya dengan kemauan pihak lain. Jadi hanya mengikat bagi orang yang bersangkutan sebagaimana yang telah diisyaratkan dalam Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 76.4

Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Dengan demikian perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan

2 Ahmadi Miru, 2013, Hukum Kontrak Perancangan Kontrak, Jakarta: Rajawali Pers, Hlm. 1. 3 Abdul Ghofur Anshori, 2006, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam di Indonesia, Yogyakarta:

Citra Media, Hlm. 19.

(7)

antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.

Dapat dikatakan kontrak adalah “hubungan hukum antara subyek hukum yang satu dengan subyek hukum yang lain dalam bidang harta kekayaan, dimana subyek hukum yang satu berhak atas prestasi dan begitu juga subyek hukum yang lain berkewajiban untuk melaksanakan prestasinya sesuai dengan yang telah disepakatinya”

Kontrak dalam prakteknya selalu dibuat tertulis dan harus memenuhi syarat-syarat sahnya suatu perjanjian, yaitu Pasal 1320 KUH Perdata. Dalam pembuatan sebuah kontrak, selain memenuhi syarat sahnya perjanjian maka pemahaman tentang hukum kontrak harus dikuasai karena dalam pembuatan kontrak kepentingan para pihak akan diakomodir dalam suatu perjanjian.

Penyusunan kontrak merupakan persoalan tentang perancangan dan analisa terhadap kepentingan hukum para pihak yang melakukan kesepakatan. Karena setiap kontrak mempunyai resiko yang berbeda-beda berdasarkan kepentingan para pihak, maka suatu kontrak harus disusun sesuai dengan ketentuan serta dilakukan analisa terhadap kontrak tersebut.

Dalam kamus Bahasa Indonesia, perancangan berarti proses, cara atau perbuatan merancang. Perancangan kontrak (contract drafter, ada juga yang menyebut legal drafter) adalah suatu bentuk perbuatan merancang dengan melakukan persiapan pembuatan, penyusunan kontrak yang dimulai dari pengumpulan bahan-bahan hukum, penafsiran dan menuangkan keinginan para pihak dalam kontrak.

(8)

B. Pengertian Hukum Kontrak

Dalam sebuah market terdapat berbagai macam kontrak yang di lakukan oleh pelaku usaha. Ada pelaku usaha yang mengadakan perjanjian jual beli, sewa-menyewa, beli sewa, leasing dan lain-lain. Artinya hukum kontrak adalah sebagai aturan hukum yang berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian atau persetujuan tertentu.

Sedangkan menurut teori yang di kemukakan oleh para ahli mengenai hukum kontrak diantaranya:

Menurut Lawrence M. Friedman, hukum kontrak adalah perangkat hukum yang hanya mengatur aspek tertentu dari pasar dan mengatur jenis perjanjian tertentu.

Michael D. Bayles mengartikan hukum kontrak sebagai “Might then be taken to be The law pertaining to enporcement of promise or agreement.” (aturan hukum yang berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian atau persetujuan)

Charles L. Knapp and Nathan M. Crystal mengartikan, Hukum kontrak adalah mekanisme hukum dalam masyarakat untuk melindungi harapan-harapan yang timbul dalam pembuatan persetujuan demi perubahan masa datang yang bervariasi kinerja, seperti pengangkutan kekayaan (yang nyata maupun yang tidak nyata), kinerja pelayanan, dan pembayaran dengan uang).

Suharnoko mengatakan, suatu kontrak atau perjanjian harus memenuhi syarat sahnya perjanjian, yaitu kata sepakat, kecakapan, hal tertentu, dan sebab yang halal. Dengan memenuhi keempat syarat tersebut, kontrak menjadi sah dan mengikat secara hukum bagi para pihak yang membuatnya.

Rumusan tentang kontrak atau perjanjian dalam BW terdapat dalam Pasal 1313, yaitu “Suatu Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”

(9)

tertentu dan dikemudian hari akan menimbulkan akibat hukum apabila salah satu diantaranya melakukan wanprestasi.5

Dari berbagai Definisi diatas, Dapat dikemukakan unsur-unsur yang tercantum dalam hukum kontrak, sebagaimana dikemukakan berikut ini

1. Adanya kaidah hukum

Kaidah dalam hukum kontrak dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu tertulis dan tidak tertulis. Kaidah hukum kontrak tertulis adalah kaidah-kaidah hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan, traktat, dan yurisprudensi. Sedangkan kaidah hukum kontrak tidak tertulis kaidah-kaidah hukum yang tumbuh, dan hidup dalam masyarakat. Contoh jual beli lepas, jual beli tahunan, dan lain-lain. Konsep-konsep hukum ini berasal dari hukum adat.

2. Subjek hukum

Istilah lain dari subjek hukum adalah rechtsperson. Rechtsperson diartikan sebagai pendukung hak dan kewajiban. Yang menjadi subjek hukum dalam hukum kontrak adalah kreditur dan debitur. Kreditur adalah orang yang berpiutang, sedangkan debitur adalah orang yang berutang.

3. Adanya prestasi

Prestasi adalah apa yang menjadi hak kreditur dan kewajiban debitur. Prestasi terdiri dari:

a. memberikan sesuatu, b. berbuat sesuatu, dan c. tidak berbuat sesuatu. 4. Kata sepakat

Di dalam Pasal 1320 KUH Perdata ditentukan empat syarat sahnya perjanjian. Salah satunya kata sepakat (konsensus). Kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak antara para pihak.

5. Akibat hukum

5 Salim H.S, 2013, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta: Sinar Grafika,

(10)

Setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak hukum akan menimbulkan akibat. Akibat hukum adalah timbulnya hak dan kewajiban. Hak adalah suatu kenikmatan dan kewajiban adalah suatu beban.

C. Sistem Pengaturan Hukum Kontrak6

Sistem pengaturan hukum kontrak adalah sistem terbuka (open system). Artinya bahwa setiap orang bebas untuk mengadakan perjanjian, baik yang sudah diatur maupun yang belum diatur di dalam undang-undang. Hal ini dapat disimpulkan dari ketentuan yang tercantum dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang berbunyi: "Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya." Ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata memberikan kebebasan kepada para pihak untuk

1. Membuat atau tidak membuat perjanjian, 2. Mengadakan perjanjian dengan siapa pun,

3. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratan, 4. Menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.

Dalam sejarah perkembangannya, sistem kontrak pada mulanya menganut sistem tertutup. Artinya para pihak terikat pada pengertian yang tercantum dalam undang-undang. Ini disebabkan adanya pengaruh ajaran legisme yang memandang bahwa tidak ada hukum di luar undang-undang. Hal ini dapat dilihat dan dibaca dalam berbagai putusan Hoge Raad dari tahun 1910 sampai dengan tahun 1919.

Putusan Hoge Raad yang paling penting adalah putusan HR 1919, tertanggal 31 Januari 1919 tentang penafsiran perbuatan melawan hukum, yang diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata. Di dalam putusan HR 1919 definisi perbuatan melawan hukum, tidak hanya melawan undang-undang, tetapi juga melanggar hak-hak subjektif orang lain, kesusilaan, dan ketertiban umum.

Menurut HR 1919 yang diartikan perbuatan melawan hukum adalah berbuat atau tidak berbuat yang:

6 Salim H.S, 2003, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta:Sinar Grafika,

(11)

1. Melanggar hak orang lain Yang dimaksud dengan hak orang lain, bukan semua hak, tetapi hanya hak-hak pribadi, seperti integritas tubuh, kebebasan, kehormatan, dan lain-lain. Termasuk dalam hal ini hak-hak absolut, seperti hak kebendaan, hak atas kekayaan intelektual

2. Bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku Kewajiban hukum hanya kewajiban yang dirumuskan dalam aturan undang undang;

3. Bertentangan dengan kesusilaan, artinya perbuatan yang dilakukan oleh se-seorang itu bertentangan dengan sopan santun yang tidak tertulis yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat;

4. Bertentangan dengan kecermatan yang harus diindahkan dalam ma Aturan tentang kecermatan terdiri atas dua kelompok, yaitu

1) Aturan-aturan yang mencegah orang lain terjerumus dalam bahaya, dan 2) Aturan-aturan yang melarang merugikan orang lain, ketika hendak

menyelenggarakan kepentingannya sendiri.

Putusan HR 1919 tidak lagi terikat kepada ajaran legisme, namun telah secara bebas merumuskan pengertian perubahan melawan hukum, sebagaimana yang dikemukakan diatas. Sejak adanya putusan HR 1919, maka sistem pengaturan sistem kontrak adalah sistem terbuka.

Kesimpulannya, bahwa sejak tahun 1919 sampai sekarang hukum kontrak adalah bersifat terbuka. Hal ini sistem pengaturan(1) KUH Perdata dan HR 1919 didasarkan pada Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata dan HR 1919.

D. Sumber Hukum Kontrak7

Pada dasarnya sumber hukum kontrak dibedakan menurut sistem hukum yang mengaturnya. Sumber hukum, dapat dilihat dari keluarga hukumnya. Ada keluarga hukum Romawi, common law, hukum sosialis, hukum agama, dan hukum tradisional. Di dalam penyajian tentang sumber hukum kontrak ini hanya dibandingkan antra sumber hukum kontrak menurut Eropa Kontinental, terutama KUHPerdata dan common law, terutama Amerika. Kedua sumber hukum itu disajikan berikut ini:

(12)

1. Sumber Hukum Kontrak Civil Law

Pada dasarnya sumber hukum dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu sumber hukum materiil dan sumber hukum formil.

Sumber hukum materiil ialah tempat dari mana materi hukum itu diambil. Sumber hukum materiil merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum, misalnya hubungan sosial, situasi soasial ekonomi, hasil penelitian ilmiah dankeadaan geografis. Sumber hukum formil merupakan tempat memperoleh kekuatan hukum ini berkaitan dengan bentuk dan cara yang menyebabkan peraturan hukum formal itu berlaku.

Sumber hukum kontrak yang bersal dari undang-undang merupakan sumber hukum yang berasal dari peraturan perundang-undangan yang dibuat oelh pemerintah dengan persetujuan DPR. Sumber hukum kontrak yang berasal dari peraturan perundang-undangan, disajikan sebagai berikut:

a. Algemene Bepalingen van Wetgeving (AB)

AB merupakan ketentuan-ketentuan umum Pemerintah Hindia Belanda yang berlaku di Indonesia. AB diatur dalam Stb 1847 No.23 dan diumumkan secara resmi pada tanggal 30 April 1847. AB terdiri atas 37 Pasal.

b. KUH Perdata (BW)

KUH Perdata merupakan ketentuan hukum yang berasa dari produk Pemerintah Hindia Belanda yang diundangkan dengn Maklumat tanggal 30 April 1847, Stb 1847, No.23 sedangkan di Indonesia diumumkan dala Stb.1848. berlaku KUHPerdata berdasarkan pada asas konkordasi. Sedangkan ketentuan hukum yang mengatur tentang hukum kontrak diatur dalam Buku III KUHPerdata.

c. KUH Dagang

d. UU No.5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

(13)

kegiatan yang dilarang, posisi dominan, komisi pengawas persaingan usaha, tata cara penanganan perkara dan sanksi.

e. UU No. 18 tahun 1999 tentang Jasa Kontruksi

Dalam UU ini ada dua pasal yang mengatur tentang kontrak, yaitu Pasal 1 ayat (5) dan Pasal 22 UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Kontruksi. Kontrak kerja kontruksi adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan kontruksi (Pasal 1 ayat (5) UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Kontruksi). Kontrak kerja kontruksi sekurang-kurangnya hars mencakup uraian mengenai:

1) Para pihak yang memuat secara jelas identitas para pihak;

2) Rumusan pekerjaan yangmemuat uraian yang jelas dan rinci tentang kerja, nilai kerja dan batasan waktu pelaksanaan;

3) Masa pertanggungan dan/atau pemeliharaan yang memuat tentang jangka waktu pertanggung dan/atau pemeliharaan yang terjadi tanggung jawab penyedia jasa;

4) Tenaga ahli yang memuat ketentuan tentang jumlah, klasifikasi, dan klasifikasi tenaga ahli untuk melaksanakan pekerjaan kontruksi;

5) Hak dan kewajiban yang memuat hak pengguna jasa untuk memperoleh hasil pekerjan kontruksi serta kewajiban untuk memenuhi ketentuan yang dijanjikan serta hak penyedia jasa untuk memperoleh informasi dan imbalan jasa serta kewajiban melaksanakan pekerjaan kontruksi; 6) Cara pembayaran yang memuat ketentuan tentang kewajiban pengguna

jasa dalam melakukan pembayaran hasil pekerjaan kontruksi;

7) Cedera janji yang memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah satu pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana yang diperjanjikan;

(14)

9) Pemutusan kontrak kerja kontruksi yang memuat ketentuan tentang pemutusan kontrak kerja kontruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah stu pihak;

10) Keadaan memaksa (force majeure) memuat ketentuan tentang kejadian yang timbul diluar kemauan dan kemampuan para pihak yang menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak;

11) Kegagalan bangunan yang memuat tentang kewajiban penyedia jasa dan/atau pengguna jasa atas kegagalan banguan;

12) Perlindungan kerja yang memuat tentang kewajiban para pihak dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehaan kerja serta jaminan sosial; 13) Aspek lingkungan yang memuat kewajiban para pihak dalam

pemenuhan ketentuan tentang lingkungan (Pasal 22 ayat (2) UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Kontruksi).

f. UU No 30 Tahun 1999 tentang Arbritrase dan Alternatif Pilihan Penyelesaian Sengketa.

UU ini terdiri dari 11 Bab dan 2 Pasal yang eratkaitannya dengan hukum kontrak adalah pasal 1 ayat (3) tentang pengertian perjanjian arbitrase, pasal 2 tentang persyaratan dalam penyelesaian sengketa arbitrase dan pasal 7 sampai dengan pasal 11 tentang syarat arbitrase.

g. UU No. 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional

UU ini terdiri atas 7 bab dan 22Pasal. Hal-hal yang diatur dalam UU ini adalah ketetuan umum pembuatan perjanjian internasiona, pengesahan dan perjanjian internasional, pemberlakuan dari perjanjian internasiona, penyimpanan dan perjanjian internasional dan pengakhiran dari perjanjian internasional.

Traktat adalah suatu perjanjian yang dibuat antara dua negara atau lebih dalambidang keperdataan, khususnya kontrak. Ini erat kaitannya dengan perjanjian internasional.

(15)

2. Sumber Hukum Kontrak Amerika

Dalam hukum kontrak Amerika (comman law), sumber hukum dibagi menjadi dua kategori, yaitu sumber hukum primer dan sekunder. Sumber hukum primer merupakan sumber hukum yang utama. Sumber hukum primer meliputi keputusan pengadilan (judical oppinion), statuta dan peraturan lainnya. Sumber hukum sekunder merupakan sumber hukum kedua. Sumber hukum sekunder ini mempunyai pengaruh dalam pengadilan, karena pengadilan dapat, mengacu pada sumber hukum sekunder tersebut. Sumber hukum sekunder ini terdiri dari restatement dan legal comentary.

Berdasarkan sumber tersebut, maka sumber hukum kontrak yang berlaku di Amerika Serikat dibedakan menjadi empat macam, yaitu judical opinion, statutory law, the restatement, dan legal comentary. Keempat sumber hukum tersebut dijelaskan berikut ini.

a. Judical Opinion (Keputusan Hakim)

Judical opinion atau disebut juga dengan judge made law atau judical decision merupakan sumber primer hukum kontrak. Judical opinion

merupakan pernyataan atau pendapat, atau putusan para hakim didalam memutuskan perkara atau kasus, apakah itu kasus perdata maupun kasus pidana. Putusan-putusan hakim ini akan diikuti oleh para hakim lainnya, terutama dalam kasus yang sama dan ada kemiripannya dengan kasus yang sedang terjadi.

Sistem pengadilan Amerika dalam pembuatan keputusan, biasanya dinyatakan sebagai stare deisis, ketaatan terhadap keputusan yang telah lewat atau sebagai precendents. Preseden adalah keputusan yang terdahulu yang fakta-fakta cukup mirip dengan kasus sub judice yang berada dibawah keputusan pengadilan (adjudication) tersebut bahwa pengadilan merasa berkewajiban untuk mengikutinya dan membuat suatu keputusan yang sama.

Sistem preseden, lazimnya membenarkan dua hal, berikut ini. Pertama,

(16)

menangani urusan mereka yang berkaitan dengan aturan yang dapat diketahui.

Kedua, dia meletakan kendali pada apa yang boleh, sebaliknya menjadi kecenderungan alami dari hakim untuk memutuskan kasus yang menjadi dasar prasangka, emosional pribadi, atau faktor-faktor lainnya yang boleh dihormati sebagai dasar yang tidak pantas untuk suatu keputusan.

Pada dasarnya tidak semua kasus dapat diputuskan berdasarkan Preseden. Ini disebabkan oleh hal berikut ini.

1) Tidak adanya preseden yang eksis (hal itu tidak seperti peristiwa dalam proses pengadilan pada masyarakat);

2) Kasus yang tersedia tidak jelas.

b. Statutory Law (Hukum Perundang-undangan)

Sumber hukum statutory of law ini melengkapi hukum kebiasaan (omman law). Statutory of law merupakan sumber hukum yang tertulis.

Menurut sejarahnya, hukum kontrak dibangun dalam sistem Anglo-Amerika adalah didasarkan pada comman law, comman law ini lebih tinggi kedudukannya dari statutory of law. Peraturan perundang-undangan tertulis (statutory of law), yang ada hubungan dengan hukum kontrak adalah sebagai berikut.

1) Undang-Undang Penggelapan

Undang-undang penggelapan ini dibuat pertama kali di Inggris dan kemudian diberlakukan pada setiap negara bagian di Amerika Serikat. Undang-undang ini mempersyaratkan bahwa kontrak yang dibuat harus dalam bentuk tulisan agar dapat dilaksanakan oleh pengadilan. Undang-undang penggelapan itu sendiri telah dibebani oleh keputusan pengadilan yang lebih banyak kualitas hukum kebiasaannya daripada undang-undang modern.

2) Uniform Commercial Code

(17)

mengatur tentang biaya, terjadinya gangguan, ketidakmenentuan yang disebabkan oleh perbedaan antarnegara-negara dalam lingkup hukum komersial.

3) Uniform State Law/NCCUSL

Uniform state law/NCCUSL, merupakan hukum yang berlaku umum. Di bawah pimpinan New York, sejumlah negara-negara bagian menyelenggarakan Konferensi Nasional Komisioner tentang Hukum Negara yang berlaku Umum (uniform state law/NCCUSL). Walapupun tidak mempunyai kekuatan untuk membuat hukum, NCCUSL, membuat rancangan hukum dan merekomendasikan pembuatan undang-undang negara dengan seri “undang-undang yang berlaku umum”, memberlakukan ketentuan dagang, seperti instrument-instrumen yang dapat di negosiasikan dan peraturan-peraturan standar.

4) Uniform Sales Acts

Uniform sales acts merupakan undang-undang penjualan yang berlaku umum. Undang-undang ini diadopsi secara luas dan dibentuk secara besar-besaran dari ketentuan yang dapat diterapkan oleh mereka secara alami. Undang-undang ini hanya mengatur tentang tata cara menjual barang, seperti bagian-bagian hak milik dan harta kekayaan, dan lain-lain.

c. Restatements

Sumber hukum sekunder adalah restatment. Restatments merupakan hasil rumusan ulang tentang hukum. Rumusan ini dilakukan karena timbulnya ketidakpastian dan kurangnya keseragaman dalam hukum dagang (commercial law). Restatments tersebut menyerupai undang-undang, meliputi black letter, pernyataan-pernyataan dari “aturan umum” (atau kasus itu mengetengahkan konflik dengan aturan yang lebih baik).

(18)

1) Melakukan persiapan dan penyebarluasan terhadap apa yang diakui menjadi suatu ringkasan yang akurat dan otoritatif;

2) Melakukan ringkasan terhadap aturan hukum kebiasaan (comman law) dalam berbagai macam bidang, termasuk kontrak, masalah kerugian, dan harta kekayaan.

Restetment yang diterima dan digunakan oleh pengacara dan hakim/ pengadilan, seperti restatments tentang kontrak, terutama diadopsi oleh ALI pada tahun 1923 dan diterbitkan secara gradual dalam bentuk rancangan, sekitar beberapa tahun lalu.

d. Legal Comentary (komentar hukum)

Legal comentary merupakan sumber hukum sekunder. Legal comentary dianalogkan dengan doktrin dalam hukum kontinental. Karena

comentary of law merupakan pendapat atau ajaran-ajaran dari para pakar tentang hukum kontrak.

Pada dasarnya yang banyak dikomentari oleh para pakar hukum kontrak adalah tentang restatment kontrak. Restatment kontrak telah mempunyai dampak yang kuat dalam membentuk pandangan pengadilan tentang apa yang sepatutnya dilakukan common law dari kontrak.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa komentar-komentar para pakar hukum dalam restatment sangat membantu pengadilan dan pengacara dalam memecahkan berbagai kasus dibidang kontrak.

Dalam menyusun sebuah perancangan kontrak seorang contract drafter perlu memahami dan menguasai hukum kontrak yang ada di Indonesia. Hukum kontrak yang ada di Indonesia diatur di dalam Buku III KUH Perdata, yang terdiri dari 18 bab dan 631 pasal, dari Pasal 1233 sampai dengan Pasal 1864. Pengaturan perancangan kontrak di Buku III KUH Perdata meliputi:8

a. Perikatan pada umumnya (Pasal 1233 KUH Perdata - Pasal 1312 KUH Perdata)

8 Nanda Amalia, Ramziati Dkk, 2015, Praktek Kemahiran Hukum Perancangan Kontrak, Aceh:

(19)

b. Perikatan yang dilahirkan dari perjanjian (Pasal 1313 KUH Perdata - Pasal 1352 KUH Perdata)

c. Hapusnya perikatan (Pasal 1381 KUH Perdata - Pasal 1456 KUH Perdata) d. Jual beli (Pasal 1457 KUH Perdata - 1540 KUHPerdata)

e. Tukar menukar (Pasal 1541 KUH Perdata - Pasal 1546 KUH Perdata) f. Sewa menyewa (Pasal 1548 KUH Perdata - Pasal1600 KUH Perdata)

g. Persetujuan untuk melakukan pekerjaan (Pasal 1601 KUH Perdata - Pasal 1617 KUH Perdata)

h. Persekutuan (Pasal 1618 KUH Perdata - Pasal 1652 KUH Perdata) i. Badan Hukum (Pasal 1653 KUH Perdata - Pasal 1665 KUH Perdata) j. Hibah (Pasal 1666 KUH Perdata - Pasal 1693 KUH Perdata)

k. Penitipan barang (Pasal 1694 KUH Perdata -Pasal 1739 KUH Perdata) l. Pinjam pakai (Pasal 1740 KUH Perdata - Pasal 1753 KUH Perdata) m. Pinjam meminjam (Pasal 1754 KUH Perdata -Pasal 1769 KUH Perdata) n. Bunga tetap atau abadi (Pasal 1770 KUH Perdata -Pasal 1773 KUH Perdata) o. Perjanjian untung-untungan (Pasal 1774 KUH Perdata - Pasal 1791 KUH

Perdata)

p. Pemberian Kuasa (Pasal 1792 KUH Perdata -Pasal 1819 KUH Perdata) q. Penanggungan utang (Pasal 1820 KUH Perdata -Pasal 1850 KUH Perdata) r. Perdamaian (Pasal 1851 KUH Perdata - Pasal KUH Perdata)

Dari seluruh pasal di atas sesungguhnya tidak disebutkan pasal berapa yang secara pasti menjadi acuan dalam merancang sebuah kontrak. Namun bila melihat Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya’’, maka para pihak diberi kebebasan untuk dapat:

1) Membuat atau tidak membuat perjanjian. 2) Mengadakan perjanjian dengan siapa pun.

3) Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan dan persyaratannya. 4) Menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.

(20)

apapun yang dibuat harus tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan serta memenuhi Pasal 1320 KUH Perdata sebagai syarat sahnya sebuah perjanjian.9

E. Asas Hukum Kontrak10

Di dalam hukum kontrak dikenal lima asas penting yaitu: 1. Asas Kebebasan Berkontrak

Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisisdari ketentuan Pasal 1338ayat(1) KHU Perdata yang berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat seara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”11

Asas kebebasan berkontrk adalah suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk:

a. Membuat atau tidak membuat perjanjian, b. Mengadakan perjanjian dengan siapapun,

c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan dan persyaratan, dan d. Mentukan bentuknya perjanjian yaitu tertulis dan lisan.

Latar belakang lahirnya asas kebebasan berkontrak adalah adanya paham indvidualisme yang secara embrional lahir dalam zaman Yunani yang diteruskan oleh kaum Epicuristen dan berkembang pesat dalam zaman

renaisance melalui ajaran Hugo de Grecht Tomas Hobbes, Jhon Locke dan Rosseau. Menurut paham individualisme, setiap orang bebas untuk memperoleh apa yang dikehendakinya. Dalam hukum kontrak asas ini diwujudkan dalam “kebebasan berkontrak.” Paham individualisme memberikan peluang yang luas kepada golongan kuat (ekonomi) untuk menguasasi golongan lemah (ekonomi). Pihak yang kuat menentukan kedudukan pihak yang lemah. Pihak yang lemah berada dalam cengkeraman pihak yang kuat, diungkapkan dalam exploitation de homme l’homme.

9 Ibid, Hlm. 37.

10 Salim H.s, 2010, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontra, Jakarta: Sinar Grafika,

Hlm. 9-14

(21)

Pada akhir abad ke-19, akibat desakan kaum etis dan sosialis, paham individual mulai pudar sejak berakhirnya perang dunia II. Paham ini tidak mencerminkan keadilan. Masyarakat menginginkan pihak yang lemah lebih banyak mendapatkan perlindungan. Oleh karena itu, kehendak bebas tidak diberi arti mutlak, akan tetapi diberi arti relatif dikaitkan selalu dengan kepentingan umum.

2. Asas Konsensualisme

Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata. Asas konsensualisme merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal, tetapi cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan merupakan persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak.

Asas konsensualisme muncul dari hukum Romawi dan hukum Jerman. Di dalam hukum germani tidak dikenal asas konsensualisme, tapi akan dikenal dengan perjanjian riil dan perjanjian formil. Perjanjian riil adalah suatu perjanjian yang dbuat dan dilaksanakan secara nyata. Sedangkan perjanjian formal adalah suatu perjanjian yang telah ditentukan bentuknya, yaitu tertulis. Dalam hukum Romawi dikenal istilah contractus verbis literis dan contractus innominat. Yang artinya bahwa terjadinya apabila memenuhi bentuk yang telah ditetapkan. Asas ini dikenal dalam KHUPerdata adalah berkaitan dengan bentuk perjanjian.

3. Asas Pacta Sunt Sevaanda

Asas Pacta Sunt Sevaanda atau asas kepastian hukum, asas ini berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas Pacta Sunt Sevaandamerupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Asas ini dapat disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang berbunyi “Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang.”

(22)

makna bahwa setiap perjanjian yang diadakan oleh kedua belah pihak merupakan perbuatan yang sakral dan dikaitkan dengan usur keagamaan. Dalam perkembangannya asas pacta sunt sevaanda diberi arti pactum yang berarti sepakat tidak perlu dikuatkan dengan sumpah dan tindakan formalitas lainnya.

4. Asas Iktikad Baik (Goede Trouw)

Asas iktikad baik dapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata yang berbunyi: “Perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik.” asas iktikad merupakan asas bahwa para pihak yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan subtansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para pihak.

Asas iktikad baik dibagi menjadi dua macam, yaitu: a. Iktikad baik nisbi

Pada iktikad baik nisbi orang memperhatikan sikap dan tingkah laku yang nyata dari subjek.

b. Iktikad baik mutlak

Pada ikhtikad baik mutlak penilaian terletak pada akal sehat dan kadilan, dibuat ukuran yang objektif untuk menilai keadaan menurut norma-norma yang objektif.

5. Asas Kepribadian (Personalitas)

(23)

dibuat untuk diri sendiri atau suatu pemberian kepada orang lain mengandung suatu syarat semacam itu.”

Dalam padal 1318 KUHPerdata tidak hanya mengatur perjanjian untuk diri sendiri, tetapi juga untuk kepentingan ahli warisnya dan untuk orang-orang yanng memperoleh hak dari padanya. Jika dibandingkan kedua pasal tersebut pada pasal 1317 mengatur tentang perjanjian untuk pihak ketiga sedangkan dalam pasal 1318 mengatur untuk kepentingan:

a. dirinya sendiri, b. ahli warisnya, dan

c. orang-orang yang memperoleh hak dari padanya.

Disamping kelima asas itu, di dalam Lokakarya Hukum Perkara yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional, Depertemen Kehakiman dari tanggal 17 sampai dengan tanggal 19 Desember 1985 telah berhasil dirumuskan delapan asas hukum perikatan nasional. Kedelapan asas itu meliputi:

Asas persamaan hukum adalah sebjek hukum yang mengadakan perjanjian mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam hukum.

3) Asas keseimbangan

Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai kekuatan untuk memenuhi prestasi dan jika diperlukan dapat menuntutpelunasan melalui kekayaan debitur, namun debitur memikul pada kewajiban untuk melaksanakan perjanjian itu denga iktikad baik.

4) Asas kepastian hukum

(24)

Asas moral terkait dalam perikatan wajar, yaitu suatu perbuatan sukarela dari seseorang tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat prestasi dari pihak debitur.

6) Asas kepatutan\

Asas kepatutan tertuang dalam Pasal 1339 KUHPerdata. Asas ini berkaitan dengan ketentuan mengenai isi perjanjian.

7) Asas kebiasaan

Asas ini dipandang sebagai bagian dari perjanjian. Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk apa yang secara tegas diatur, akan tetapi juga hal-hal yang menurut kebiasaan lazim diikuti.

8) Asas perlindungan (protection)

Asas perlindungan mengandung arti bahwa antara debitur dan kreditur harus dilindungi oleh hukum, namun yang perlu mendapat perlindungan itu asalah pihak debitur, karena pihak debitur berada pada pihak yang lemah.

F. Manfaat Perancangan Kontrak

Manfaat yang didapatkan dalam proses perancangan dan analisa suatu kontrak bagi para pihak diantaranya adalah sebagai berikut:12

a. Memberikan kepastian tentang identitas pihak-pihak yang dalam kenyataannya terlibat dalam perjanjian;

b. Memberikan kepastian dan ketegasan tentang hak dan kewajiban utama masing-masing pihak sesuai dengan inti kontrak atau perjanjian yang hendak diwujudkan para pihak;

c. Memberikan jaminan tentang keabsahan hukum (legal validity) dan kemungkinan pelaksanaan secara yuridis (legal enforceablility) dari kontrak yang dibuat;

d. Memberikan petunjuk tentang tata cara pelaksanaan hak dan kewajiban para pihak yang terbit dari kontrak yang mereka adakan;

12 Nanda Amalia dkk, 2015, Praktek Kemahiran Hukum Perancangan Kontrak, Aceh: Unimal

(25)
(26)

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Hukum Kontrak adalah aturan yang membahas mengenai tata cara membuat suatu kesepakatan antara kedua belah pihak yang mana mereka mengikatkan dirinya dengan ithikad baik, suatu hal tertentu dan dikemudian hari akan menimbulkan akibat hukum apabila salah satu diantaranya melakukan wanprestasi.

Sistem pengaturan hukum kontrak adalah sistem terbuka (open system). Artinya bahwa setiap orang bebas untuk mengadakan perjanjian, baik yang sudah diatur maupun yang belum diatur di dalam undang-undang.

(27)
(28)

Referensi

Dokumen terkait

Pembuatan keramik varistor meliputi tahapan: proses pencampuran bahan baku ZnO dan aditif Bi203 dengan menggunakan alat magnetic stirrer dan media pencampur adalah larutan

[r]

Suplementasi Blok Multinutrisi Berbasis Hijauan Lapangan Terhadap Kecernaan In Vivo Pada Domba Jantan, Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Tampak bahwa responden yang menyatakan alat yang digunakan dokter gigi dan tukang gigi dalam pembuatan GTSL akrilik adalah sama sebanyak 45 orang (45%), tidak sama 32 orang

kemerdekaan yang diperjuangkan oleh para pahlawan kemerdekaan tidak hanya merdekanya kita dari pada penjajah, melainkan juga merdekanya jiwa dan raga kita dari

a) Setelah melakukan revisi atas skripsi pada seminar skripsi, maka mahasiswa diwajibkan mengikuti ujian skripsi komprehensif (Tutup), dengan mengisi formulir

Bagi menjawab persoalan 1 iaitu adakah murid bermasalah pendengaran dapat menamakan nombor 1 hingga 9 selepas menggunakan permainan blok, sebanyak 3 kemahiran

[r]