{
?L*
[nternational
Conference and
Workshop
on
School
Counseling
bffPF
ff
X5;,Thool
Counselors in Dealing with Stud-ents with Speciat Needs in Inctusive Schoots,,
PROCEEDING
INTERNATIONAL
CONFERENCE
AND
WORKSHOP
ON
SCHOOL
COUNSELING
Penulis:
Potricio
H.A. Perez,Marilyn
Susman, DonyM.
Hondarini,
NaniekKrishnawati, prias
HoyuPurbaning Tyas, E. Hondayoni Tyas,
Muya
Borida, DianAri
Widyostuti, Juster Donal Sinogo, F. Sugeng Subogyo, Carino Bello Donno,leonete
Ophilia Popiloya,A. Setyondari,
Ag. Krisnolndoh
Marheni,
MM.
SriHostuti,
Atrup,
Sri PoncaSetyawati,
SriMulyoningsih,
ArundatiShinto, Fx. Wahyu Widiontoro,
Budi
Astuti, Prio lJtomo, Slamat
Fitriyadi, Gendon
Bort)s, MeloniAprianti,
Riono Sahroni, Deboro Bosaria, Metda Rumia RosmerySimorangkir,
Elisobet W.Hapsari, Novio Domayonti, SugestiYoon Ahmad Yoni, Sunowon, E!isabeth ChristianaTim Editor
Juster Donal Sinaga, M.Pd Dr. MM. Sri Hastuti, M.Si Robertus Budi Sarwono, M.A
Dr. Gendon Barus, M.Si
$ffi
i
{
t,
\5
lnternational
Conference and
Workshop
on School Counseling
b ilJf
'The Role of School Counselors in Dealing with Studints with Special Needs in Inclusive Schools"@
sanata Dharma University press anggota AppIAp$l
(Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi lndonesia)i'lak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam
tertulis dari penerbit.
Tim
EditorJuster Donal Sinaga, M.Pd Dr. MM. Sri Hastuti, M.Si Robertus Budi Sarwono, M.A
Dr. Gendon Barus, M.Si
Cover llustration & Layout:
Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP, USD
Cetak Pertama, Mei2015
X, 313 hlm; 21x 29,5 cm
INSTITUSI PENDUKUNG
ffi
Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP Universitas Sanata Dharma Kampus lll, Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman Yogyakarta
Telpn. (O2741883037 Fax lO2741 886529
bentuk dan dengan cara apa pun, termasuk fotokopi tanpa izin
PROCEE,t}ING
INTERNATIONAL
CONFERENCE
AND
WORKSHOP
ON
SCHOOL COUNSELING
Copyright O 2016
Prodi BK, FKIP, Universitas Sanata Dharma
Penulis
Potricia H.A. Perez, Marilyn Susmon, Dony M. Hondarini, Noniek Krishnowoti, prias Hayu purbaning
Tyos, E. Handoyani Tyos, Muyo Borido, Dion Ari
Widyastuti, Juster Donal Sinogo, F. Sugeng Subogyo,
Carina Bella Donno, Jeanete Ophilia popiloyo, A. Setyondori, Ag. Krisna lndoh Morheni, MM. Sri
Hastuti, Atrup, Sri Panco Setyowoti, Sri Mulyaningsih,
Arundoti Shinto, Fx. Wahyu Widiantoro, Budi Astuti,
Prio Utomo, Slomot Fitriyodi, Gendon Barus, Melani Aprionti, Riono Sohroni, Deboro Bosorio, Melda Rumia
Rosmery Simorangkir, Elisobet W.Hopsori, Novio
Domayonti, Sugesti Yoan Ahmod Yoni, Sunauton,
Elisabeth Christiono
PENERBIT
SANATA DHARMA UNIVERSITY PRESS
Lantai 1 Gedung Perpustakaan USD
Jl. Affandi (Gejayan) M rican, Yogyakarta 55281
Telpn. lO2741 513301, s15253
Exi.1527/L513; Fax 10274) 562383
e-mail: publisher@usd.ac.id
lsi buku sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis
@TWffiM
f,ffiS
[nternational
Conference and
Workshop
on School
Counseling
b&*-;ff
X};:ffhool
counselors in Dealing with Studints rvith Special Needs in Inclusive Schools',Kata
Pengantar
Trend
jumlah anak
berkebutuhan khusus
di
lndonesia semakin
meningkat.Sementara
tenaga profesional yang kompeten
untuk
mendampingi mereka
terbatas.Berangkat
dari
situasitersebut
ProgramStudi
Bimbingandan
Konseling Universitas SanataDharma mengangkat
isi
penanganan anakberkebutuhan
khususdalam satu
diskusi ilmiah dalam bentuk konferensi dan workshop internasional konseling sekolah.Prosiding Konferensi
dan
Konseling lnternasional Konseling Sekolah
yangdipersembahkan
oleh
Program Studi Bimbingandan
Konseling Universitas Sanata Dharmadalam
rangka 25tahun
Prodi
BK, merupakankumpulan
hasilpenelitian dan
gagasan paraahli, praktisi guru Bimbingan dan Konseling, dan mahasiswa
tentang
layanan bimbingan dankonseling
di
sekolah, secara khusus penanganan anakberkebutuhan
khusus pada sekolahinklusif.
Artikel-artikel
di
dalam
prosidingini
mencoba mengungkap berbagai permasalah-permasalahseputar
penanganananak berkebutuhan
khusus, secara khususdalam
ranahkerja guru
Bimbingan
dan
Konselingdi
sekolah. Semua
artiket
di
dalam prosiding
inidipresentasikan
dalam
Konferensi
dan
Workshop lnternasional
Konseling
yangdiselenggarakan pada
tanggal23-24 Mei
2016.Artikel-artikel tersebut
telah
melalui
proses seleksi dan pengeditan olehtim
yang memiliki kompetensi pada bidangnya.Sekitar
300
peserta
hadir
di
dalam kbnferensi
dan
50
peserta mengikuti
woikshop. Peserta konferensidan workshop
berasaldari
beragamlatar
belakangpekerjaan:
dosen,guru
Bimbingandan
Konseling,kepala
sekolah,guru mata
pelajaran,
guru
pendampingkhusus anak berkebutuhan khusus, orang tua, dan mahasiswa.
Kehadiran prosiding di tangan masyarakat pembaca
tidak
lepasdari
dukungan berbagaipihak'
Pantaslah dalam kesempatanini
diberikan
ucapanterimakasih
kepada: Dr. Gendon Barus, M.Si, Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma; Dr.MM
Sri
Hastuti, M.Si,
ketua panitia
Konferensi
dan Workshop lnternasional
Konseling Sekolah;Tim dari
The Chicago Schoolof
Professional Psychology yangterdiri dari
patriciaH.A.
Perez,Med., PhD,Prof.
(Em)Marilyn susman,phD,
Breeda McGrath,phD; Dany
M.Handarini
dari
Universitas Negeri Malang. Juga rasa bangga kami sampaikan kepada semuapartisipan
di
dalam konferensi dan workshop. Serta terimakasih yang besar kepada semuapanitia yang mendukung kegiatan dan kehadiran prosiding
ini.
Semoga kehadiran prosidingini
memberikan wawasan baru dalam dunia bimbingan dan konseling.Tim Editor
iii
WWWW
rffiifneChicagose
hool"
i
11S
[nternational
Conference and
Workshop
on
School
Counseling
qftfi
,ll;
X];;:ffiool
counselors in Dealing with Stud-ents with Special Needs in Inclusive Schools"Daftar
lsi
Halaman Judul
Halaman Identitas Buku
Kata Pengantar ...
iii
iv
vii
viii
1
Daftar Isi
The Role of School Counselors in
supporting
Children with Special Needs Patrtcia H.A. Perez,fuIed., Ph.D.What
Every
Counselor Need toKnow:
TheCore
Conditionsand
The Basicsof
Counselor SupervisionProf. (Em) Martlyn Susman, Ph.D.
Peran Konselor Sekolah dalam Menangani Siswa Berkebutuhan Khusus pada Sekolah
Inklusif
Dr. Dany Moenindyah Handarini, M.A
Hal
i
ii
11
22 Sambutan Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling...
Sambutan Perwakilan The
chicago school
of
Professionalpsychologt
Implementasi P ermendikbud
No
(FGD) Bagi Guru
BK
di SekolahNaniek
Krishnawati
111 Tahun
2014
Melalui
Focus Grup DiscussionPeran Konselor untuk Anak Berkebutuhan Khusus Prias Hayu Purbaning Tyus
Implementasi
rata
Kelola Bimbingan Konselingdi
Sekolah Menengah Atas(sMA)
E. Handayani Tyas
Model
Evaluasi Adept Bagi Konselor Sekolah Penyelenggara pendidikan ... Muya Barida dan DianAri
WidiastutiPerubahan Perilaku Belajar Siswa Dengan Penguatan Sistem Dukungan
orang
Tua
Melalui
Layanan Home Visit ... Juster Dqnal Sinaga dan F. Sugeng SubagtoStudi Kasus Proses Belajar
Mandiri
Seorang Penyandang TunagandaButa-Tuli
Mernpeiajari Konsep Ob,jek
Di
SLB
LliAB
HeienKeller
Indonesia Yog;rakarta. "..Carina Bella Donnu
32
42
49
60
76
iv
'W
ffi*fifi.rx*
ffirfneCfricagoschaol"
\#f
sf Profo$Btstlsi Frycrlalo6y:
{fl$
[nternational
Conference and
Workshop
on
School
Counseling
b#D7
Jff Xl;;:fi|r;",
counselors in Dealing with stud-ents with Special Needs in Inclusive Schools,,Profil
lnteligensi Siswa Berkebutuhan Khususdi
SDlnklusi
Se-KotaAmbon ....
Jeanete Ophilia Papilaya
Gaya Belajar dan Prestasi Belajar Mahasiswa Baru Program Studi Bimbingan dan Konseling,
FKIP,
USD,Tahun
Ajaran2}l3
A. Setyandari dan Ag. Krisna Indah Murheni
Rational Emotive
Behavior
Therapy Bagi Anak Cerdas IstimewaNeurotic...
M.M
Sri HastutiBencana
Model Hipotetik
Konseling Integratif Berbasis Hipnoterapi dalamMemecahkan Masalah Traumatik 144
Atrup dan Sri Panca Setyawati
Motivating
A
Slow Learner student to Master Math ThroughIndividual
Counseling
Srt Mufuaningsih, Arundati Shinta,
And
Fx. Wuhyu WidiantoroArt
Therapy BagiAnak
Berkebutuhan Khusus Ag. Krisna Indah MarheniPeningkatan Kemampuan Penyesuaian
Diri
Anak Taman Kanak-kanak(TK)
melalui
Model
Konseling Sequentially Planned Integrative CounsellingFor
Children
(SPICC)
....:..
Budi Astuti, Rita Eka
Iuaty
dan NurcholimahInovasi
Model
ExpressiveArt
Cuonseling: PenggunaanPlay
Techniques untuk MeningkatkanSosial
skillspada Anak Berkebutuhan Khusus(ABK)
Prio
UtomoKeefektifan
Terapi
Berrrrain Dengan
Media
Boneka
untuk
MeningkatkanKemampuan Berkomunikasi Siswa Sekolah Dasar Kelas Rendah
Sri Panca Setyawati
Model Konseling
Kelompok
Menggunakan Teknik Spritual Emotional FredoomTechnique (SELFT) untuk Mengurangi Kecanduan
Merotok
pada Remaja...
zlg
Slamat
Fitriyadi
Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter
di
SMP
Berbasis
LayananBimbingan
Klasikal Kolaboratif
dengan Pendekatan ExperientialLearning
...
Z2gGendon Barus
Penerapan
Social Story
dengan
Positive
Reinforcement
vrivk
l\,IeningkaikauKeterampilan Sosial Siswa
TK
...
252Melani Aprianti, Riana Sahrani, Debora Basaria
Pendidikan Karakter
(Disiplin)
ter'hadap KecerdasarrErnosi
Anak
PenyanciangAttention Deficit
HyperactiveDisorder-ADH
262Melda Rumia Rosmery Simorangkir
104
il8
155
r63
126
119
'. ':. ,- -'
t97
210
t
ffi
dffifneshlsagssshc*t.
f ',
\-S
lnternational
Conference
tH
;ff
X];;,Thoor
counserors in
and
Workshop
on
School
Counseling
Dealing with students with Special Needs in Inclusive schools,,
Interverrsi Remedial Membaca dan
Menulis:
Sarana untuk Menrbantu BelajarAnak yang Mengalami Gangguan Lamban Belajar
di
sD.x,'yogyakarta
2t7
Elisabet ll4. Hapsari
Penerapan Pendekatan
Meningkatkan
InteraksiInklusi)
Konstrrktivistik
Model
Cooperative
Leaming
untuk
Sosial
Siswa
Kelas
VII
SMPN 18 Malang
(SekolahNovia Damayanti
Peningkatan
Perilaku
On-Task Siswa
SDMelalui
PenerapanAplikasi
Str4tegr285
291 Manajemen Kelas
Sugesti Yoan Ahmad Yani dan
Sunawan
IImplementasi Layanan
Bimbingan dan Konseling
Bagi
Anak
BerkebutuhanKhusus di Pendidikan
Inklusi
Elisabeth Christiana 301
vi
W
yffixttx-{ffi
f
{\{1
[nternational
Conference and
Workshop on
School
Counseling
t$;ilF
ff
X5;:ff[",Counselors
in Dealing with students with Special Needs in Inclusive Schools"tm
PENINGKATAN KEMAMPUAN PENYESUAIAI\ DIRI ANAK TAMAN
KANAK.
KAI\AK
(TK)
MELALUI
MODEL KONSELING
SEQUENTTALLY
PL,,INNED
INTEGRATIW
COANSELLING FOR
CHILDREN
(SPrcC)
Budi Astutir,
Rita
F;iralnaiS
dan Nurcholimah3Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Yogyakarta
'
E-mail: budi_astuti@uny.ac.idl ,izzaty@uny.ac.i&, nurcholimah@uny.ac.id3ABSTRACT
This study aims to increasing adjustment ability of early years children through counseling model of Sequentially Plunned Integrative Counselling
For
Children (SPICC).This study uses action research approach.
Data
collection instrument using Barriers Assessment Questionnqire Adjustment ofEarly
YearsChildren. The questionnaire was
filled
out by 22 early years children teachers.Samples were selected purposively number 3 early years children. Samples were
involved namely ANS (female, 5 years 4 months), HAA (male, 5 years
I
month),and TAM (male, 6 years 4 months). The study was conducted through two cycles
with 5
phases counseling measures.Data
were analyzedusing
descriptive analysis. The results showedthat
the problemsthat
barrier the ability
of
adjustment ANS behavior
is
notwilling to talk
if
thereis
a problem such asothers,
IIAA
indicates the level of concentration is not good, and TAM behavehurt another friend. Adjustment ability of third child has increased through the
application
of
models
of
cctunseling SequentiallyPlanned
Integrative CounsellingFor
Children (SPICC). Thethird
child shows behavioral changesexpected after being given the actions
of
individual counseling. Indicatorsof
success indicated by the condition of the child
feel
more comfortable, children were enthusiastic, cheedul, aware and committed to change negative behavior into apositive-Keywords: adjustment ability, counseling ntodel of SPICC, early years children
ABSTRAK
Penelitian
ini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penyesuaiandiri
anak taman kanak-kanak (TK) melalui model konseling Sequentially Planned IntegrativeCounselling
For
Children (SPlCC).Penelitianini
menggunakan pendekatan actionresearch. Instrumen pengumpulan data menggunakan Kuesioner Asesmen Hambatan Penyesuaian
Diri
Anakdi
TK. Kuesionerdiisi
oleh 22 orangg,tru
TK. Sampelpenelitian dipilih secara purposive sejumlah
3
anak TK. Sampel yang dilibatkanyalcni ANS (Perempuan, 5 talrun 4 bulan), HAA (Laki-laki, 5 iahun
I
bulan), danTAM (Laki-laki,
6
tahun4
bulan). Penelitian dilakukan melalui2
siklus dengantindakan 5 fase konseling. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan yang menghambat kemampuan
penyesuaian
diri
ANS ialah perilaku tidak mau berbicarajika
ada masalah seperti anak TK yang iain, HAA menunjukkan tingkat konsentrasi yang tidak baik, dan TAM berperilaku rnenyakiti temanlain.
Kemampuan penyesuaiandii
ketiga anqk TKmengalami peningkatan melalui penerqpqn model konseling Sequentially Planned Integrative Counselling
For
Children (SPICC). Ketiga anak tersebut menunjukkanpeiubahan
perilaku
yang
diharapkan setelah diberikan tindakan konselingindi';iriuai. Iniiikaior keberhasilan ditunjukkan dengan kondisi anak yang rnerese lebih nyainan, cncik terlihat antusias, ceria, menyadari dan berkomitmen untuk
me ngub ah p erii aku nega td menj adi pos itif .
Katu krinci: kemairtpuan penyesuaian diri, model konseiing SPICC, anak TK
tt
{
'l
M
[nternational
Conference
and
Workshop
on
School
Counseling
a.&if-
f}|
X];;:fft,r;',
counselors in Dealing with stud-ents with Special Needs in Inclusive Schools,,180
W
PENDAHULUAI\
Anak
TK
tergolong
padamasa
kanak-kanak
awal
atau
usiaprasekolah. Para
pendidikmenyebutnya sebagai masa persiapan
menuju pendidikan sekolah.
Padamasa
kanak-kanak
awal,
setiapindividu diharapkan
dapat menyelesaikan tugas-tugasperkanbangannya.
Tugas-tugasperkembangan
tersebut
antara lain: mempelajari perbedaan seks dan tatacaranya, mempersiapkan
diri
untuk membaca, <ianbelajar
membedakanbenar
dan
salah,
dan
mulaimengembangkan
hati
nurani(Hurlock,
1991).Idealnya, tugas-tugas
perkembangan
masa
kanak-kanakawal dapat terselesaikan dengan baik
cleh
setiap individu. Namun
padakenyataannya,
sebagian
anakmengalami
hambatan-hambatandalam
perkernbangannya.
Perilakuyang
sering
muncul
pada
sebagiananak dan
mengganggu
tercapainya tugas perkembangan tersebut, seperti,vang ditemukan oleh
Rita
Eka lzzaty(2004),
pada
anak-anak
TK
diYogyakarta
yaitu
agresivitas,kecemasan,
temper tantrum,
sulitkonsentrasi, gagap
atau
kesulitanberkomunikasi,
menarik
diri,
enuresis darr encopresls, berbohong,
menangis berlebihan,
bergantung,pemalu,
dan
takut
yang berlebihan, dan hambatan penyesuaiandiri.
Permasalahan
tersebut
tentuharus
segeraditangani.
Dalam
halini,
konselor memegang
perananpenting
untuk
melaksanakan layanankonseling bag,
anak-anak-Implementasi
layanan
konselingindividu maupun
konselinghelompok
dapat
menggunakanberbagai
model
pendekatan.
Salahsatu model konseling
yang
dapatdigunakan
ialah model
konselingSequentially
Planned
IntegrativeCounselling
for
Children (SPICC).Geldard
dan
Geldard (2012)
menjelaskan
bahwa
model
SPICCmerupakan
model
yang
berisisejumlah pendekatan terapeutik yang
sudah
terbentuk
denganbaik
dalamprosesnya.
Berbagai
pendekatanterapeutik tersebut adalah terapi yang
berpusat
pada konseii/.klien
$
t\S
lnternational
Conference and
Workshop
on
School
Counseling
q#f
ff
X5;:ffi:",
Counselors in Dealing with Students with Special Needs in Inclusive schools"centered therapy),
terapipsikodinamika,
gestalt,
naratif,kognitif
dan terapi
perilaku.
Lebihlanjut
dikatakan
bahwa
model ini
menggunakan strategi dan intervensi
yang
berasal
dari
pendekatanterapeutik tersebut.
Model
SPICCini
berasumsi
bahwa;
(a)
perubahanterapeutik
positif
pada anak
akanterjadi lebih
cepat,efektif,
dan tahanlama,
jika
pendekatan
terapeutikyang digunakan sengaja diubah pada
bagian-bagian
tertentu, dan
(b) jika
menggunakan pendekatan
terpadu,konselor dapat
menggunakanbeberapa
ide,
prinsip,
konsep,strategi, dan intervensi yang
diambil
dari
pendekatanterapeutik
tertentutanpa
harus menerima
secara total semuaide, prinsip,
dan konsep dari pendekatan itu.Berdasarkan
uraian
tersebut,penulis
menganggap
perlu
untukdilakukan penelitian
terkaitpeningkatan
kemampuanpenyesuaian
diri
anak
TK
melalui penerapan moCelkonseling
SPICC.Rumusan
masalahialah
bagaimanapeningkatan
kernampuanpen,vesuaian
diri
anak
TK
mclalui
model
konseling SPICC?
Tujuanpenelitian
untuk
meningkatkankemampuan
penyesuaiandiri
anakTK
melalui
modelkonseling
SPICC.Artikel
ini
melguraikan
permasalahan,
metode
penelitian,hasil
penelitian
dan
pembahasanmengenai peningkatan
kernampuanpenyesuaian
diri
anak
TK
melalui
model konseling SPICC.
METODE PENELITIAN
Pendekatan
penelitian
yangdigunakan
ialah action
research.Desain
penelitian
menggunakanmodel
Kemmis
dan
Mc
Taggart(1988) yang meliputi:
perencanaan(planning), tindakan dan pengamatan
(action
and
obserttation),
refleksi
(reflection). dilanjutkan siklus
keduadengan langkah
yang
sama.Instrumen
pengumpulan
datamenggunakan
Kuesioner
AsesmenHambatan Penyesuaian
Diri
Anak di
TK.
Instrumen
diisi
oleh
22
orangguru
di
TK
An-Nuur.Subjek
penelitian
sejumlah 3 orang anakTK
yang diperoleh secarapurposive
dari hasil
pengumpuiandata. Loka-si penelrtian
ini di TK
An-,*
W
ffii1t'uChicagoschool"
t
i \A
In.ternational
Conference
and
Workshop
on School
Counseling
b,".!f
Jff
X];;:ff|;",
Counselors in Dealing with Stud^ents with Special Needs in Inclusive Schools',#
Nuur, Krapyak,
Sleman, Yogyakarta.Penelitian
dilakukan
padabulan
Julisampai
dengan September
2015.Teknik
analisis data dalam penelitianini
menggunakan analisis deskriptif.Tabel
1.Profil
Subjek Penelitian
2
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Laki-laki3
Usia 5 thn 4 bln 5 thn I bln 6 thn 4 bln4
Kelas5
AnakkeI
dai2 bersaudara I dari I bersaudara I dari 3 bersaudaraL82
W
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAIIASAN
1.
Deskripsi Masalah Konseli
Kasus konseli
dideskripsikanmenurut
macam-macam
perilakuyang
muncul
dan
sering
tidaknyaperilaku
tersebut muncul.
Deskripsikasus
konseli
menjelaskan
ketiga subjek penelitian yang membutuhkairpenanganan
yang
lebih
spesifikdalam
proses
konseling
denganmodel
SPICC,
sebagai berikut.a.
Deskripsi Kasus ANSPermasalahan yang dihadapi ANS
(P)
{itunjukkan
pada
perilakuyang
paling
sering
muncul
yaitu diam dantidak
ma,: loerbicarajika
ada masaiah seperri anak
TK
yanglain.
Guru menambahkan perilakuANS
yang
unik
pada
saatmengerjakan
tugas
yangberhubungan
dengan
motorik
halus.
Anak
mengerjakan tugas pada saat teman-tematrnya hampirselesai
atau
waktunya
hampirhabis.
ANS
terlihat tidak
peduliketika
teman-teman
di sekelilingnva sudah meninggalkanruang kelas.
ANS
buangair
besardi
celana hampir setiap hari.b.
Deskripsi KasusHAA
Permasalahan
HAA
(L)
ditunjukkan
pada
perilaku
yangpaling
sering
muncui
yaitukonsentrasi
yang
tidak
baik,biasa:rya
tidak
dapat
trertahanpaO.a
permainan
atau
saatwrw&-Ys,
g
q.I;if
frS
lnternational
Conference and
Workshop
on
School
Counseling
;ff
X];;:ff|;",counselors
in Dealing with Students with Special Needs in rnclusive schools,,
mengikuti
progftlm
kegiatanbelajar selama
l0
menit
ataulebih. Fengamatan tambahan oleh
guru
diternukan
bahwa
HAA
belum memahami
ataskonsekuensi
dari
tindakan
yang dilakukannya (terutamaperilaku-perilaku
yangnegatif), pola
asuh ayah danibu
di
rumah terkadang bertolak belakang, dan anaklebih
banyak diasuh oleh pembantu.
c.
Deskripsi Kasus TAI\4TAM
(L) memiliki
permasalahanyang
paling menonjol
ialahmenggigit,
menendang, memukulatau berkelahi dengan anak lain
F:ise
Anak
(berperilaku yang menyakiti orang
lain).
Didukung amatan
gurubahwa
ketika
TAM
marah,emosinya langsung
meledak-ledak.
TAM
akan
langsungmemukul,
menendang
teman-ternan
disekelilingnya
bahkan teman yangtidak terlibat
masalah dengan dia.2.
SkenarioKonseling SPICC
Pada
penelitian tindakan
ini,
diawali
dengan
mempersiapkanpenyusunan
skenario
konseling.Skenario
konseling SPICC
padasiklus
I
disajikan dalam tabelberikut
ini.
=:rr:!i,iii,li;::1:::::::.::i-,t1i+r*ili+S,i:.:,1;li:i::ir.irii.f{ a.i,!ii{rr:::iit1'
Berbagi cerita rnembantu
dengan Terapi berpusat
pada konseli
konselor untuk mulai merasa lebih enak
Anak mulai
menceritakankisahnya
Tabel2.
PelaksanaanSiklus
I
Anak melanjutkan ceritanya Terapi gestalt Kesadaran
akan
isu
yangdiceritakan meningkat
Anak mulai menggali emosi darl
mungkin mengalami katarsis Anak menangani penlmpangan
dan perlawanan
llenaikkan kesadaran membantu anak untuk mengidentifikasi isu dengan
jelas,
menyentuh, dan melepaskan ernosi yang kuatAnak mengembangkan sudut Terapi naratif
pandang atau sudut pandangnya sendiri
Iv{erekonstruksi dan menekankan cerita yang disukai anak untuk
menaikkarr persepsi Ciri
Anak menyadari kepercayaan 'ferapi perubahan Menantairg pikiran yang salah dan
,*
W
ffihTh#hieagoschmt'
fl
'l
\il
[nternational
Conference
and
Workshop
on
School Counseling
h.ftf
[T*:j"r:ffi[::,
counselors in Dealing with studints with Special Needsin
May23-24,2016
yang merusak diri, selanjutnya mencari pilihan lain
kognitif menggantinya
dengan
prosesberfikir yang
menghasilkanperubahan perilaku
Anak melatih, bereksperimen, Terapi perilaku Mengalami perilaku
baru
danakibatnya
akan
mernperkuat perilaku adaptifdan mengevaluasi perilaku yang
baru
Fase-fase
konseling
dalam proses konseling pada ketiga konselitersebut
disesuaikan
antara permasalahan yangdihadapi
dengan metode-metode dalam model SPICC.3.
Hasil Penelitian
Tindakan
Berikut
ini
dijelaskan proseskonseling
dengan
menggunakanmodel SPICC terhadap ketiga konseli
dalam
2
siklus
dan
rnasing-masingdiberikan tindakan yang
terdiri
dari 5fase
konseling. Pada setiap
fasekonseling
ditanamkan
nilai-nilai
jujur,
hormat,
tata
krama,
rukun,disiplin,
mandiri,
menghargai
hakorang
lain,
rendah
hati,
tanggungjawab
sosial, prestasi, peduli/empati,berterimakasih,
berani,
dan
sabar.Berikut uraian
tentang
tindakankonseiing pada siklus 1.
a. Tindakan
konseling pada AIriSPermasalahan
yang
dihadapioleh
ANS (P)
ditunjukkan
padaperilaku
yang
paling
sering
munculyaitu diam
dan
tidak
mau
berbicarajika
ada
masalah
seperti
anak
TK
yang
lain. Hasil
konseling padaANS
mengalami
perubahan
pada
setiap fase konseling.Fase
1,
tujuan
konselinguntuk
memberikan
suasana
yangkondusif untuk
membantu individu
agar
dapat menjadi
anak
yangberguna.
Proses
konseling
ialahkonselor
memperkenalkan
diri
kepada
anak dan
teman-temannya,selanjutnya
anak bergabung dengankonselor.
Anak
mulai
dekat
dengankonselor
dan
meminta
konselormembacakan
buku
cerita
yangdipilih. Media
yang digunakan ialahbuku cerita
bergambar. Tema-temabuku
cerita
bergambaryang dipilih
untuk
kasusini
berhubungan dengankomunikasi
interperscnai,
sehinggaanak dapat
memetik
pesan
danLU
,W
at.$ ' lri$
ffi
pm*lwwx-rm.i:{
:
'1
rl
j'l :a
rn
'*
t! ,:
.!i i,.S
fl
{
frt
[nternational
Conference and
Workshop
on
School
Counseling
\#f
ff:*"j::ilj;[::,
counselors in Dealing w'ith stud-ents with Special Needs inMay 23-24,2016
-membangun
upaya
konkrit
dalammeningkatkan
kemampuanberkomunikasi.
Hasil
konselingyakni
terbangun suasana terapeutik yang menunjang pertumbuhan aspekpsikologis anak dan berbagi
ceritamembantu anak
untuk mulai
merasalebih
nyaman.
Evaluasi dan
tindak
lanjut
ialah
anak
merasa
nyamanduduk bersama
di
pangkuan konselornamun
karena
kondisi
ramaisehingga terkadang
perhatian
anak danjuga
konselor terbagiuntuk
anaklainnya
yangmeminta
untuk
dudukdekat
dengankonselor.
Anak
sudahmau
menjawab pertanyaan konselorterkait buku cerita
yang
dibacakan.Untuk
tindak lanjut pada fase ini,
selanjutnya anak
akan
diajak
dalamruangan yang terpisah.
Fase 2, tujuan konseling
yaitu
pencapaian kesadaran
(awareness).Kesadaran
akan
mengetahui diri
sendiri,
menerima
diri
sendiri
danmampu
mernbangun
hubungan. Proses konseling pada faseini
anakdiajak
di
ruangan
yang
terpisahdengan
teman-teman
yang
lain.Konselor
meirgajak
anak
unrukmcmbaca buku
cerita.
Anak diminta
untuk
memilih
buku
cerita
yangdiinginkan. Kemudian
setelah ceritatersebut dibacakan
oleh
konselor,anak
diajak
untuk
mengambilhikmah
dari
cerita
.
tersebut.Selanjutnya
konselor
mengaitkandengan kebiasaan sehari-hari anak
di
sekolah
dan
di
rumah
seperti menanyakanteman anak
di
sekolahdan
teman-teman
anak
di
rumah.Hasil
konseling
adalah
menaikkankesadaran
membantu
anak
unfuk
mengidentifikasi
isu
dengan
jelas,menyentuh,
dan
melepaskan emosi yang kuat. Pada saat anak dipisahkandengan teman
lainnya terlihat
ada perbedaan yangsignifikan
pada saatanak
bera<ia
dengan
ternan-temannya.
Anak
terlihat
kurangantusias
dan menjawab
seperlunyadengan suara
yang
relatif
sangatlemahltidak terdengar.
Tindak lanjut
yakni
anakterlihat
merasa nyamanjika
berada dengan teman-temannyadibandingkan
jika
diajak
sendirian.Sehingga
pada
siklus
kedua
jika
mernungkinkan
anak
diperbolehkanmembawa
teman
yang
dianggap<iekat.
185
W
ffifrr*hieag*$shfrotr.
f,
'r
tlt
[nternational
Conference and
Workshop
on
School Counseling
A"$df
ffirfj"r:[*[::,
counselors in Dealing with students with speciat Needs inMay
23-24,2016
186
W
Fase
3,
tujuan
konselingyakni
membantukonseli
agar dapatmenggambarkan
pengalamannyauntuk
mengembangkan makna barubagi pikiran,
perasaan, dan perilakuyang
bermasalah. Proses konselingmeliputi:
anak
diminta
untukmelanjutkan ceritanya
tentang kebiasaan sehari-haridi
sekolah dandi
rumah, konselor
mengganti temabuku cerita bergambar sesuai dengan
pilihan
anak
untuk lebih
membuatanak
aktif
bercerita.Hasil
konselingialah
merekonstruksi
dan menekankan cerita yang disukai anakuntuk
menaikkan persepsi
diri.
Evaluasi pada fase
ini
ialah pada saatanak diminta untuk kembali bercerita
tentang kebiasaan sehari-hari dengan
teman
di
sekolah
dan
di
rumah,terlihat
anakmau
menjawab namunanak
cenderung
banyak
diam
danhanya menjawab
jika
ditanya
olehkonselor.
Sesekali anak mengatakania
suka
main leggo
dengan teman-temannya. Konselor mengiyakan tapitidak
'memberikan
permainantersebut
melainkan
melanjutkanileminta
anak be.rceritalagi.
Di
sinimulai
terlihat
anal.:
tnenunjukkankebosanannya
dan
duduk
menjauhdari
konselor.
Akhirnya
konselor mencoba mengganti temabuku
laindan
meminta anak
yang
memilih
sendiri
baru
anak
mau
dudukmendekati konselor. Tindak
lanjut
yaitu
memungkinkanjika
disediakanjuga
permainanLeggo yang
disukaianak sehingga anak
tidak
merasabosan hanya
dengan
bukubergambar.
Fase
4,
Tujuan
konselingialah
membantu
konseli
dalampemecahan
masalah
psikologis.Proses
konseling yakni
anak dimintauntuk
menceritakan
denganbahasanya
sendiri
gambar-gambarpada buku,
konselor
kadangmemberikan masukan atau gambaran
yang
sesuaikarena anak
terkadangkurang
memahami gambar
tersebutdan
menjawab
tidak
tahu.
Hasilkonseling
ialah
rnenantangpikiran
yang salah dan menggantinya dengan
proses
berfikir
yang
menghasilkanpaubahan perilaku.
Evaluasi terlihatanak merasa
tidak
nyaman
dengansituasi senCiri dan bosan
jika
ditanyabanyak
merlgatakan
tidak
tahu.Bahkan
posisi
duduknya
bcrubah-rtdft, " **f6
p *#*ffi s* - rIffi
f,
1&{1
[nternational
Conference and
Workshop
on
School
Counseling
L#f
,ff:*:J::i*i:?:,
counserors in Dearing with Students with special Needs in I|;4ay23-24,2016
ubah
kadangsambil tiduran. Tindak
lanjut situasi sendiri
danmateri/bahan bacaan
yang
monoton, diganti dengan permainanlain
sambilberinteraksi
dengan
teman
yang dianggap dekat dengan anak.Fase
5,
tujuan
konselinguntuk mengubah
perilakumenyimpang
dari
norrna
menjadiperilaku yang
sesuai dengan nofina.Proses konseling:
(l)
anakdiperkenalkan dengan sebuah boneka
Mr.
Smille
dan
diminta
untuk
berpura-pura
bermain dengan Mr.
Smille.
Namun anak menolak malahlebih
banyak meminta konselor yangbercerita,
(2)
akhirnya
konselorkembali
menunjukkan
buku
cerita bergambar dan anak kernbalidiminta
untuk
mengulang
kembali
ceritabergambar yang
tadi
sudah dibahas.Konselor
menanyakan
bagaimanareaksi anak
jika
melihat
hal tersebut.Media
lain
yang
digunakan
selainbuku
cerita
bergarnbaruntuk
kasusANS
yaitu
media
untuk
berlatihberkomunikasi dengan
diri
sendiridan orang
lain
sesuai dengan minatkonseli.
Misalnya:
AI'.iS
senangberrnain boneka beruang (Ieddy).
Oleh
karena
itu,
media
bonekaberuang (Teddy) dapat
digunakankonselor
untuk
mengajak
ANS
belajar berlatih
secara bertahap danberkesinambungan
tentang
caraberkomunikasi dengan
baik
padaorang-orang
di
sekitarnya
(guru,teman, orang
fua, dan
lain-lain).
Terapi
ini
menekankan
padakemampuan
konseli bermain
peran(role
playing)
dan
permainanimanjinatif
berpura-pura.
Hasil
konseling
ialah
ANS
mengalamiperilaku baru
dan
akibatnya
akanmemperkuat
perilaku
adaptif. Evaluasi dantindak
lanjut
pada faseini
ialah ketika
anak
diperkenalkandengan
Mr.
Smille (boneka) awalnyaanak
senangnamun
ketika
diminta
berpura-pura/bercerita
denganboneka
itu,
anakmenolak
danjustru
meminta konselor
yang
bercerita.Akhirnya konselor
kembalimenunjukkan cerita bergambar
danmeminta
anakmenlawab apa
yangdila^kukan
jika
menghadapi masalahtersebut. Suasana
sendiriarrmenyebabkan
anak bosan
sehinggasulit
fokus
dengan
pertanyaankonseior. Selain
itu,
kon<iisi ruangant87
W
ffifneehicago$chml.
f,
trt*
[nternational
Conference and
Workshop
on
School
Counseling
b"Hpr
#:*:j"r:[*[::t
counselors in Dealing with Studints with special Needs inMay
23-24,2016
r88
WW
yang berdekatan dengan ruang kelas
yang
kebetulan sedang
persiapanpentas, membuat
anak
seringbertanya:
"itu
apa?",
*itu
sedangapa?",
dan
pada
akhirnya
sesikonseling
diakhiri.
b.
Tindakan
konseling
pada
IIAA
Permasalahan
yang
dihadapioleh
HAA
(L)
ditunjukkan
padaperilaku
yang
paling
sering munculyaitu tingkat
konsentrasi yangtidak
baik,
biasanyatidak
dapat bertahanpada
meja
permainan
atau
saatmengikuti
program kegiatan
belajarselama 10 menit atau lebih. Pada fase
awal, proses
konseling
sama dengankasus
ANS,
konselor
membangunrapport dengan konseli.
Fase
l,
HAA
pada
awalnyatermasuk
anak
yang sulit
untukdidekati
oleh
konselor.
Konselor berupaya denganberbagai
cara agaranak mau
bergabung
dengankonselor
seperti memberi
contoh bahwa teman-temannya mau bermaindengan konselor,
namun
anakmenolak bahkan hanya
untuk
berjabat tangan
anak
menolak.Aktrirn,va,
di
saat
rrrakan
snack,konselor
mendekati anak danmulai
mengajak mengobrol
teman
di
sebelah
anak,
lama-kelamaan anakmau diajak ngobrol dan
menjawabpertanyaan
konselor.
Kemudiankonselor
mengajak
anak
untukbergabung dengan
terran.temannya untuk mernbaca buku cerita bersama,barulah terbangun suasana terapeutik
yang menunjang pertumbuhan aspek
psikologis
anak.
Berbagi
ceritamembanfu anak
untuk mulai
merasalebih
nyaman, kemudian anak sudahmulai mau
bergabung
dalam mengerjakan permainan yang dibawakonselor
tentangmelihat
persamaan2
benda. Evaluasi dantindak lanjut
ialah
anak
membutuhkan
waktuuntuk
berkenalan
dan tidak
dapat langsung diaj ak bermain.Fase 2, media
yangdigunakan ialah
permainankonsentrasi
sedei'hana
denganmemilih
persamaankedua
gambar.Anak
yang awalnya tidak berani ataumalu-malu
dengan
konselor,kemudian akhirnya mau bermain dan
melakukan apa yang diharapkan oleh
konseior dan
sudah
mau
berceritabanyak
dengan konselor.
Anak$
m%
[nternational
Conference and
Workshop
on
School
Counseling
BaW
,:i:$""J"r:ffi[::t
counselors in Dealing with Students with Special Needs inlvtray
23-24,2016
mendengarkan
tatacara
permainanyaflg
disampaikan
oleh
konselordengan
seksama.
Anak
mulai
mengerjakan
setelah
diberikan ijin.
Ketika
anak
sedang
mengerjakantugas
yang
diberikan
konselor,terlihat
teman-temannya
mulai
n-Iengganggu konsentrasinya dengan
ikr rt menunjuk-nunjuk. Namun, anak
ietap
berusahauntuk
fokus.
Anak
lebih
senangmelakukannya
sendiridan tidak
dibantu
oleh
konselor.'{etelah selesai mengerjakan dan ada
teman
lain
yang mau
mengambilpcrmainannya,
anak
memberikanatas
ijin
konselor. Tindaklanjut
ialahkarena
fase
2
dilakukan
di
ruangkelas
bersama
anak-anak
lain
sehingga masih
banyak distorsi
dariteman-temannya.
Pada
faseberikutnya
jika
memungkinkan anakdiajak
keruang terpisah
namundengan membawa
teman
akrabnyamengingat
pada fase
I
anak
sulit
untuk
didekatijika
belum
atautidak
merasa nyaman.
Fase 3, media
yangdigunakan
ialah
permainan goal
setiittg.
Tujuan
konseling
untukme.n-rbar;ni
kon-"eli
agar
dapatmenggambarkan
pengalamannyauntuk
mengembangkanmakna
barubagi
pikiran,
perasaan, danperilaku
yang
bermasalah. Proses konseling:(1) konselor meminta anak menunjuk
I
orang temanyang
dianggap akrabuntuk
menemaninya
bermain,
(2)konselor meirgajak
anak
dantemannya
bermain
di
halamansekolah,
(3)
konselor
menggambar,menjelaskan tataeara permainan dan
memberikan contoh
sertamenanyakan apakah anak memahami
tatacara
dan afuran permainan,
dan(4)
ketika anak
mengatakan sudahpaham,
maka
permainan
dapatdimulai. Hasil
konseling
ialah
anakterlihat
begitu
antusias
denganpermainan
tersebut karena
merasaada
tantangan
dan
ingin
menjadipemenang.
Anak
terlihat
fokusdengan target.
Tidak
jarang
anakmemberikan kesempatan
kepadatemannya dan
juga
tertawa bersamatemannya
ketika belum
berhasilmencapai
target.
Ketika
anakmencapai
target
tapi
melanggaraturan seperti
kaki
melewati
garis,anak
bersedia
mengulang.
Setelahanak berhasil
meriyelesaikan1.89
ffi
q
{
\3t
rnternauonal
Uonlerence
and Workshop on
School
Counseling
bffi
flt*1".:[j;[:",
counselors in Dealing with studints with Special Needs inMay23-24,2016
permainan,
ffisk
diajak
dudukbersama
untuk
merefleksikanpermainan tadi.
Anak
mau menjawabsemua
pertanyaan
konselor, bagaimanauntuk menjadi
pemenaflg dan apa yang harus dilakukan.Anak
menjawab: konsentrasi
dan
aturan.Tindak lanjut:
anak merasa nyamandengan
permainan,
bahkantantangannya
ingin
ditambah
lag,sehingga anak
menggambarlingkaran sendiri.
Fase 4, media
yang
digrrnakan
ialah refleksi
permainangoal
setting. Hasil
konseling
ialahanak
mau diajak
mengambil hikmahatau pelajaran
dari
permainangoal
setting
termasuk masalah anak yangtadi
melanggar
aturan dan
disuruhmengulang.
Kemudian
konselormembawa
pada
pertanyaan
apakahyang dilakukan anak
di
kelas tentangaturan-afuran
dan
pentingnya konsentrasi.Anak
antusias menjawab dan menyadari bahwa tindakan yangpemah
dilakukan
di
kelas yang tidakmengikuti
aturan membuatnya diberiteguran
oldh
ibu
gurunya dan
anakt erjanji ti<iak a-kan mengul anginya.
Fase
5,
tujuan
konselinguntuk
mengubah
perilakumenyimpang
dari
nofina
menjadiperilaku yang
sesuai dengannorna.
Proses konseling
ialah
anak kembalidiajak
bermain
goal
setting
dankonselor
menekankan
afuran
dankonsentrasi.
Konselor
melakukanobservasi keadaan
HAA
saatpermainan
goal setting ke-2.
Hasilkonseling ialah anak
terlihat
semakinantusias,
bahkan
sering
mengulangkata-kata konsentrasi.
Ketika
garisstart
tefltapus karena
diinjak,
anakdengan
inisiatif
sendiri
menggarisdulu baru
memulai
permainan, dan memastikan kakinya tidak menginj akgaris.
Kemudian
ketika
selesaipermainan
anak diajak
kembalimengambil hikmah dan berkomitmen
bersama
untuk
menaati aturan
dankonsentrasi
saat
di
kelas,
anakterlihat senang dan
mauberkomitmen
dengan
konselor.Evaluasi dan tindak
lanjut
ialah anakharus diben
dukungan
ataupenghargaan setelah melakukan apa
yang
dijanjikan yaitu
taat aturan dan konsenirasi.190
W
$ffi
s&erffi-tffil
ffinre0hlcagoschml'
tk*f
a N4& yE
fl
',
%$k
[nternational
Conference and
workshop
on
School
Counseling
h
'+m
ffi
l'he Role of School Counselors in Dealing with Stud-ents with Special Needs iniriclusiveSchools,,
May
23-24,2016
c.
Tindakan
konseling
pada
TAM
Permasalahan
yang
dihadapi
oleh
TAM (L)
ditunjukkan
pada perilaku yang
paling
seringniuncul
yaitumenggigit
menendan& rnemukul atau berkelahi dengan anaklain
(berperilaku
yang
menyakiti
,,ang lain).
Didukung
amatan guru'bahwa ketika
TAM
marah, emosinya
langsung meledak-ledak.
TAM
akaniangsung
memukul,
menendang i,ernan-temandisekelilingnya
bahkanjoman yang
tidak
terlibat
masalahdengan
dia.
Padafase
awal,
proseskonseling konselor
membangun r qpport dengan konseli.Fase l, media
yangdigunakan
pada
faseini
iaiah
bukucerita
bergambar.Tema-tema buku
cerita
bergambaryang
dapatdipilih
untuk
kasusini
berhubungan denganbudi
pekerti
yang
baik,
tidak
menyakiti
orang lain
dan persahabatan, sehingga
dapatmelatih
anak
untuk
mampu berperilakutidak
menyakiti
orang
lain.
Pada awalnya anakterlihat
malu-malu namun tetapflrau
me.mbaca
b'Jku
cerita
darrmelakukan
refleksi
tindakan
yang
sesuai dengan
buku
cerita.
Tindak
lanjut,
karena
fase
I
berada
di
ruangan
kelas,
sehingga
terlihat
banyak distorsi dari anak lain, namun
sebenarnya
tidak
berpengaruh dengan konsentrasi anak.Fase
2, anak
terlihat
menjawab dengan penuh
hati-hati
dan kurang menjaga kontak
matadengan
konselor meskipun
konselorsudah mencoba
untuk
menatap anak.Terutama
saat anak bercerita
saatberebut
mainan
dengan
adiknya.Tindak
lanjut, anak
sepertinya kurang merasa nyaman sendirian danmengetahui
dirinya
sedang direkam,sehingga anak
masih
menjaga jarak.Fase berikutnya dapat dicoba dengan
mengajak teman.
Fase '3, media
yangdigunakan
ialah buku
cerita bergambar.Dalam
buku
cerita
yangdisajikan selain ada cerita, anak
juga
melakukan aktivitas menempel stiker
sesuai gambar.
Anak
rnelakukansecara
mandiri.
Pada
awalnyakonselor membantu
memegangkertas
dan
lama-kelamaan konselortnemintanya
r.rnflik
mengerjakansendiri.
Anak
mau dan paf.rh
uniuk191
W
ffineChieagn$chml"
fl
'f
I
lnternational
Conf'erence
and
Workshop
on
School
Counseling
U;ip7
,ffi*1"r:[*[::,
counselors in Dealing with Stud-ents with special Needs inMay23-24,2016
L92
W
melakukannya.
Kemudian
ketikakonselor
merefleksikan
ceritatersebut dengan keegiatan
sehari-hari,
anak
menceritakan
alasanmengapa
anak
menangis
di
kelas,karena
diejek.
Kemudian
anakjuga
mau
mencontohkan
ejekan temannya. Evaluasi dan tindak lanjut,anak
sepertinya
kurang
merasanyaman sendirian
dan
mengetahuidirinya
sedang direkam,
sehinggamasih menjaga jarak.
Fase
4,
tujuan
konselinguntuk
membantu
konseli
dalampemecahan
masalah
psikologis.Proses
konseling:
(1)
anak
diajakmelakukan
refleksi lebih
mendalamtentang cerita dan kemudian diminta
untuk
bercerita
lebih
mendalamtentang
mengapa
ia
memukultanannya dan
bagaimanadampaknya,
(2)
anak
menyadarikepercayaan
yang
merusakdiri
danmengatakan
akan
rneminta
maaf.Selanjutnya
anak
diberikangambaran mencari
pilihan lain
untukmenghindari teman
yang
mengejekdan apa yang harus dilakukan untuk
teman yang mengejeknya nanti.
Fase
5,
perlu
dilakukanevaluasi
dan tindak
lanjut
denganmencoba mengajak
teman
yangsering
berkelahi
dengan
konselisehingga dapat
terlihat
komitmenyang disampaikan.
Berdasarkan
uraian
tersebutdapat
disimpulkan
bahwa
modelkonseling SPICC
mampumeningkatkan kernampuan
penyesuaian
diri
anak. Berikut ini
disajikan
tabel yang
menguraikanperubahan-perubahan
perilaku
danhasil yang diinginkan
anak
selama proses konseling pada siklus 2.^lf.
f
?%S
[nternational
Conference and
Workshop
on School
Counseling
t.fuffi
The Role:f!:l:d
Counselors in Dealing with Students with Special Needs in Inch .r,UgDTahel
S"Peningkatan Kemampuan
PenyesuaianDiri Anak melalui
Model
SPICC pada
Konselor membangun rapport
dengan analq sehingga anak
memsa nyaman berada di dekat
konselor
Terapi berpusat pada konseli
Berbagi cerita membantu anak
i
untuk mulai merasa lebih nyaman
Siklus
2Konselor menggali kesadaran Terapi gestalt
anak untuk
mengenalimasalahnya
denganmerefleksikan pesan-pesan dari
buku cerita bergambar dan
permainat goal setting
Anak mau bercerita dan mulai menyadari permasalahan yang
dihadapi
di
kelas dengan mediabuku cerita bergambar, boneka tangan, dan permainan goal setting.
Konselor
mengajak anak Terapi naratifmendiskusikan masalahnya
dalam kehidupan sehari-hari
Anak mulai memahami bahwa terdapat hikmah di balik cerita dan
permainan yang dilakukan dengan masalah yang dihadapi anak Anak menyadari bahwa perilaku
yang bermasalah dalam dirinya
akan
mernberikan dampak negatifbagi diri dan orang IainTerapi perubahan
kognitif
Menantang
perilaku
yang bermasalah dalam dirinya untuk diganti menjadi perilaku yang baikAnak
belajar
melatih, Terapi perilakubereksperimen,
danmengevaluasi perilaku positif
yang diharapkan
Anak
berkoml'hnen untukmengubah perilaku yang negatif menjadi perilaku yang positif
4"
PembahasanPermasalahan hambatan
peyesuaian
diri
anakTK
pada
penelitianini
dapatdiidentifikasikan dalam
2
fokusutama
yaitu
masalah
interpersonal
danintrapersonal. Pemasalahan yang dihadapi
.\],fS (P)
ditunjukkan
padaperilaku
diamdan
tidak
mau berbicarajika
ada masalahseperti anak
TK
yang
lain.
PermasalahanHAA
(L)
yaitu tingkat
konsentrasi
yangtidak
baik.
Pengamatantambahan
olehguru
ditemukan
bahwa
HAA
belummemahami konsekuensi
dari
tindakanyang
dilakukannya (terutama
pedlaku-perilaku yang negatif),
pola
asuh ayah dan{?*t a+r*
ffi
,*
ffi
fl
'l
t3
[nternational
Conference
and
Workshop
on
School
Counseling
b,ffi
;ff
Xl;;:ff[",counselors
in Dealing with stud-ents with special Needs in Inclusive schools"re
L94
W
ibu
di
rumah terkadang bertolak belakang,dan anak lebih
banyak diasuh
olehpembantu.
PermasalahanTAM
(L)
ialahmenggigit,
menendang,
memukul
atauberkelahi
dengan
anak
lain
(berperilakuyang
menyakiti orang
lain).
Didukung
amatan
guru
bahwa
ketika
TAM
marah,emosinya langsung meledak-ledak.
TAM
akan
langsung memukul,
menendangteman-teman
disekelilingnya
bahkanternan yang
tidak
terlibat
masalah dangan dia.Kasus-kasus
yang
dihadapi
ketiga konseli tersebuttidak
sesuai dengantugas-tugas
perkembanganyang
harus
dicapai pada masa kanak-kanak awal, yaitu belajarmembedakan
benar dan
salah, danmulai
mengembangkan
hati
nurani.
Kegagalandalam pencapalan tugas-tugas
perke.mbangan
mengakibatkan
adanyatekanan-tekanan
dan
ketegangan
yangmengarah kepada keadaan
krisis (Hurlock,
re91).
Permasalahan
ANS
(P)
dan
HAA
(L) lebih
cenderung
kapada
kasusintrapersonal.
Hal
ini
ditunjukkan
bahwaANS lebifi
banyak perilaku diam dantidak
rnau berbicara
jika
ada masalah, danHAA
memiliki
tingkat
konsentrasi yang rendah.Temuan kasus
ini
dibahasoieh
Wailace,Alison et.al.
(201l)
bahwa
idealny,dimensi
intrapersonalpada anak
tersebudimanifestasikan dengan perilaku-perilala
perhatian, kemandirian, pengaturan emos
(regulasi emosi), resiliensi,
efikasi
dirihar ga
diri,
spiritualitas, rasa keingintahuanmeingkatnya
orientasi pada
tugas-tugaskeyakinan berkomunikasi,
empati,
darpenerimaan.
Lebih
lanjut Wallace,
Alisoret.al. (2011)
mernberikansolusi
terhadal kasus-kasus tersebut dengan diadakannyrkonseling
individual.
Halini
sesuai dengarpemilihan
pendekatan
penelitian
actiotresearch melalui model konseling SPICC.
Kasus TAM (I-)
dapadikategorikan
pada
permasalaharinterpersonal
dengan
bentuk-bentulmenggigit,
menendang,
memukul
atarberkelahi
dengan
anak
lain
(berperilakryang
menyakiti
orang
lain).
Beberaprbentuk perilaku bermasalah tersebut dapa
dinamakan bentuk agresirritas
fisik.
Hal
in
sesuai dengan
studi
longitudinal
yan5dilakukan oleh
Lochman,
John
E.
et.a(2012)
bahwa anak-anak prasekolah yan5mengalami
perilaku
bermasalah
berupuperilaku
agresifmemiliki
regualasi emos:yang rendah, pennasalahan dengan temar
sebaya, kenakalan, dan kegagalan sekolah
Anak-anak yarrg
menunjukkan
perilalr.The0hicagoschcol'
ol ftdwsie*rat 8qrchslofrr
l'
'r3,4*
f;*ternational
Conference and
Workshop
on School
Counseling
t..
%tr*
'Ihe
Role of School Counselors in Dealing with Students rvith Special Needs in Inclusive Schools" ='.ffi
vay23-24,2016
agresif
memberikan
dampak
semakinmemunculkan agresifitas
yang
bersifatkronis,
penolakandari
ternan sebaya, danhambatan
proses
perkembangankognitif
dan
sosial.
Riset
ini
merekomendasikantrntuk
memberikan
intervensi
preventif
lebih
awal pada
anak.
Pihak
orang
tua,BW,
sekolah
sebagai
pemangkukebijakan, dan
masyarakat bersama-samaberkolaborasi
untuk
memecahkan masalahanak. Fokus
pemecahan
masalah
ialahpemberian penguatan
(reinforcement)positif
pada anak
dan
memberikan pengetahuanernosi
dan melatih
regulasiemosi yang
tepat.
Pihak
orang
tuamenempatkan
peran
yang
esensial untukmembimbing
perilaku
anakyang
baik
di rumah.Hal
ini
diperkuat dengan riset olehNeary,
Erin
M. &
Eyberg, Sheila
M.(2002) bahwa
terapi
interaksi orang
tua-anak
atau
Parent-Child
Interaction
Therapy
(PCIT)
mampu
mengelolaperilaku
bermasalahpada anak.
Temuanini
didukung
pula
dengan
riset
yangdilai<ukan
oleh
Syamsu
A.
Kamarudin(2012)
yang menjelaskanbahwa
perilakuprososial
seperti menolong,memberi
danmengasihi yang
ditanamkan kepada anak akan memtrcrikan konsekuensipositif'
Canberimplikasi
padaterhindamya anak
dari perilaku agresif.Kemampuan penyesuaian
diri
anakTK
perlu
ditingkatkan
melalui
layanankonseling,
salah
sa{unya
ialah
model konseling terpadu, terencana, dan bertahapatau
sequentially
planned
integrativecounselling
.fo,
children
(SPrcq.
Konselor
perlu
mempertimbangkanperkembangan
psikologis
anak
TK
sehingga
implementasi
layanan konselingmenjadi
lebih
efektif.
Hal
ini
senadadengan
penjelasan
dalam
Children's
Mental
Health
Ontario (2002)
bahwaproses konseling
merupakan
prosessukarela
dan memiliki
hubunganinterdependensi
yang
bersifat
tidak
menetap, bertujuan
untuk
mengklarifikasipermasalahan
dan
penyebabnya
sertamembantu
konseli
menemukan
danmengevaluasi
solusi
dari
masalah
yafig
telah
teridentifikasi.
Dalam
proseskonseling, konselor memberikan dukungan
kepada
konseli
untuk
meningkatkan pengetahuanterhadap
aplikasi situasi
dimasa mendatang.
Temuan
penelitian
ini
menunjukkiln
bahwa
model
konselingSPfCC rnampu meninghatkan kemampuan
pen-vesuaian
diri
anak
TK. Hal
ini
,*
W
ffiffre0hicagoseheol'
f
'r
Sb
tnternational
Conference
arF
Jff
Xl;;:ff|?"'Counserors
inand
Workshop
on
School
Counseling
Dealing with Students with Special Needs in Inclusive Schools,,
didukung
dengan pendapat
Isti
yuni
Purwanti
.(2012) bahwa
model
SPICCmampu mengurangl kesulitan belajar pada
sisrva sekolah dasar, seperti: lamban dalam
melakukan
tugas belajar,
sikap
tidak
peduli
terhadap pelajaran,
dan
gejala emosional yang menyimpang.KESIMPULAN DAN
SARAN
Kesimpulan
Permasalahan penyesuaian diri
yang
dialami
oleh anak-anakTK
tergolongkompleks,
dan
apabila
tidak
segeraditangani dapat
memberikan
dampaknegatif
dan
menghambat
tercapainyakesejahteraan
psikologis
anak.
Model
konseling SPICC berupaya
mengintegrasikan
berbagai
pendekatanyang
digunakan
meliputi
terapi
berpusatpada
konseli, terapi
gestalt, terapi naratif,terapi
perubahan
kognitif
dan
terapiperilaku.
Peningkatan
kemampuanpenyesuaian
diri
anak
TK
dapat tercapaimelalui
model konseling
SPICC tersebut,dengan tetap
mernpertimbangkankebut'.rhan
dan
karakteristik
masing-masing an6k,
Saran
i.
Saranbagi
guru
TK
sebaiknya dapatrnenerapkan
modei
konseling
SpiCCbagi
anakTK
melalui
pendampingardari
para
konselor.
Hal
ini
dapamembantu
anak
agar
lebih
cepa mendapatkan bantuanpsikologis
datdapat
berfungsi
untuk
meningkatkan kemampuan penyesuaiandiri
anak.2.
Saranbagi
orang tua sebaiknya selalumemberikan
pola
pengasuhan yang penuh dengan kasih sayang, perhatian,dan
meningkatkan kepekaan
diri
ketika
anak melakukanperilaku
yangtidak baik.
DAFTAR PUSTAKA
Children's lvlental Health
Ontario.
2002.Early
Childhood
Mental
HealthTreatment
Training
Reference Guide. Summer 2002.Geldard,
K., &
Geldard,
D.
(ZOl2).Konseling Anak-Anak
(Eds.Ke;iga). Jakarta: PT Indeks.
Hurlock,
Elizabeth
B.
1991.
psikologi
Perkembangan.
Suatu
pendekatanSepanjang
Rentang
Kehidupan.Jakarta: Penerbit Erlangga.
Isti
Yuni
Purwanti.
2012.Model
SPICCuntuk
Mengurangi
Kesulitan Belajar padaAnak
Sekolah Dasar.Makalah.
Yogyakarta:
JurusanPsikologi
Pendidikan
danBirnbingan,
Fakultas
Ilmu
Pendidikan,
Universitas
Negeri Yogyakarta.Lochman, John
E.;
Boxmeyer,
Caroline:Powell,
Nicole;
Jimenez-Camargo,Aiberto.
2012.Eff'ective
Daycare-Kindergarten Interventions
To-L%
W
ww.ffi
"nS
[nternational
Conference and
Workshop
on
School
Counseling
.
LJ7
"The Role of School Counselors in Dealing with Students with Special Needs in Inclusive Schools"}ff
vlay 23-24,2016
-Prevent
Chronic
Aggression.Enq,clopedia
an
Early
ChildhoodDevelopment.
@2012
CEECD
i
ST,C-ECD.
Neary, Erin
M.
&
Eyberg, SheiiaItI.
2002.IVlanagement
of
DisruptiveBehavior
in
Young
Childrer'^.Inf
Young
Children
2002;
14(4):
53-67. @ 2002 Aspen Publishers, Inc.
Rita Eka
lzzaty.
2004.
MengenaliPermasalahan
PerkembanganAnak Usia
TK.
BukuAjar
Bidang PGTK. Jakarta:Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggr.Syamsu
A.
Kamarudin.
2012.
CharacterEducation
and
Students
SocialBehavior.
Journal
of
Educationand
Learning.
Yol.6
@ pp.
22j-230.
Wallace,
Allison;
Holloway, Lee;
Woods,Ronald;
Malloy,
Lucinda;
Rose,Jillian.
2011.
The
Psychologicaland Emotional Wellbeing Needs
of
Children
and
Young
People:Models
of
Effective Practice in
Educational Settings.
Literature
Review on Meeting, August
201l.
TINGLITERATURE REVIEW ON
L97
W
ffifneshieag*Schml"