• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETENTUAN KONVERSI HAK ATAS TANAH DI PROPINSI DAERAH TINGKAT I TIMOR TIMUR MENURUT UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KETENTUAN KONVERSI HAK ATAS TANAH DI PROPINSI DAERAH TINGKAT I TIMOR TIMUR MENURUT UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

NOMOR 1 8 TAHUN 1 9 9 1 TENTANG

KETENTUAN KONVERSI HAK ATAS TANAH DI PROPINSI DAERAH TINGKAT I TIMOR TIMUR MENURUT UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dengan bergabungnya Timor Timur ke dal am wil ayah Negara Kesat uan Republik Indonesia sert a pengesahan penyat uan Timor Timur dan pembent ukan Propinsi Timor Timur dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1976, maka semua perat uran perundang-undangan Republik Indonesia t ermasuk Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 t ent ang Perat uran Dasar Pokok-pokok Agraria (Undang-undang Pokok Agraria) t elah berlaku di wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Timor Timur;

b. bahwa mengingat hak-hak at as t anah menurut hukum yang berlaku sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1976 berbeda dari hak-hak at as t anah menurut Undang-undang Pokok Agraria, maka dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Pokok Agraria di Propinsi Daerah Tingkat I Timor Timur perl u menet apkan ket ent uan-ket ent uan mengenai konversi hak-hak at as t anah menurut hukum yang berlaku sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1976 menj adi hak-hak at as t anah menurut Undang-undang Pokok Agraria dengan memperhat ikan hak-hak perorangan at as t anah yang bersangkut an.

c. bahwa ket ent uan t ersebut perlu dit et apkan dengan Perat uran Pemerint ah;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;

(2)

3. Undang-undang Nomor 62 Tahun 1958 t ent ang Kewarganegaraan Republik Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 113, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1647),

4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 t ent ang Perat uran Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043);

5. Undang-undang Nomor 56 Prp. Tahun 1960 t ent ang Penet apan Luas Tanah Pert anian (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 174, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2117),

6. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 t ent ang Pokok-pokok Pemerint ahan di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037);

7. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1976 t ent ang Pengesahan Penyat uan Timor Timur ke dalam Negara Kesat uan Republik Indonesia dan Pembent ukan Propinsi Daerah Tingkat I Timor Timur (Lembaran Negara Tahun 1976 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3084);

8. Perat uran Pemerint ah Nomor 10 Tahun 1961 t ent ang Pendaf t aran Tanah (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2171);

9. Perat uran Pemerint ah Nomor 224 Tahun 1961 t ent ang Pel aksanaan Pembagian Tanah dan Pemberian Gant i Kerugian (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 280, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2322) sebagaimana t elah diubah dengan Perat uran Pemerint ah Nomor 41 Tahun 1964 t ent ang Perubahan dan Tambahan Perat uran Pemerint ah Nomor 224 Tahun 1961 t ent ang Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Pemberian Gant i Kerugian (Lembaran Negara Tahun 1964 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2702);

(3)

Negara Nomor 2555);

11. Perat uran Pemerint ah Nomor 19 Tahun 1976 t ent ang Pemerint ahan Propinsi Daerah Tingkat I Timor Timur dan Kabupat en-kabupat en Daerah Tingkat II di Timor Timur (Lembaran Negara Tahun 1976 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3088);

12. Perat uran Pemerint ah Nomor 6 Tahun 1988 t ent ang Koordinasi Kegiat an Inst ansi Vert ikal di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1988 Nomor 10 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3373);

MEMUTUSKAN :

Menet apkan : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN KONVERSI HAK ATAS TANAH DI PROPINSI DAERAH TINGKAT I TIMOR TIMUR MENURUT UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Perat uran Pemerint ah ini yang dimaksud dengan:

1. Konversi hak at as t anah di Propinsi DaerahTingkat I Timor Timur adalah perubahan hak-hak at as t anah menurut hukum pert anahan yang berlaku di Timor Timur sebelum berl akunya

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1976 menj adi hak at as t anah menurut Undang-undang Pokok Agraria.

(4)

Pemerint ah Port ugis sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1976.

3. Hak af orament o adalah hak at as t anah menurut hukum Port ugis di Timor Timur yang t imbul dari suat u perj anj ian at as t anah negara dimana Penerima hak diberi kewenangan unt uk menikmat i sepenuhnya kegunaan t anah t ersebut dengan kewaj iban membayar kepada Negara sej umlah uang yang disebut "f orro", yang dibukt ikan dengan Alvara de Con- cessao Def init if at au yang sudah mendapat keput usan def init if dari Pe- merint ah Port ugis sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1976 dan t anahnya belum dilepaskan oleh pemegang hak at au kuasanya.

4. Hak Arrendament o adalah hak at as t anah menurut hukum Port ugis di Timor t imur yang t imbul dari suat u perj anj ian sewa-menyewa unt uk menikmat i kegunaan t anah Negara dalam bat as t ert ent u dengan kewaj iban membayar kepada Negara uang sewa yang disebut "renda", yang dibukt ikan dengan Alvara de Arrendament o at au yang t elah mendapat keput usan dari Pemerint ah Port ugis sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1976 dan t anahnya masih dikuasai oleh pemegang hak- nya.

BAB II

KETENTUAN KONVERSI

Bagian Pert ama

Hak at as Tanah yang Diberikan oleh Pemerint ah Port ugis

Pasal 2

(5)

dikonversi menj adi hak milik.

(2) Hak Propriedade Perf eit a yang pemegang haknya berkewarganegaraan asing at au badan hukum dikonversi menj adi:

a. Hak Guna Usaha yang berlaku selama j angka wakt u 25 t ahun apabila t anahnya berupa t anah pert anian;

b. Hak Guna Bangunan yang berlaku selama j angka wakt u 20 t ahun apabila t anahnya bukan t anah pert anian.

(3) Hak Propriedade Perf eit a yang pemegang haknya:

a. Perwakilan Negara Asing;

b. Lembaga Int ernasional yang diakui oleh Pemerint ah dan mempunyai perwakilan di Indonesia;

c. Badan Keagamaan dan t anahnya dipergunakan unt uk penunj ang langsung kegiat an peribadat an at au keagamaan yang bersangkut an, dikonversi menj adi Hak Pakai yang berlaku selama t anah yang bersangkut an dipergunakan sesuai kegiat annya sebagaimana t ersebut di at as.

Pasal 3

(1) Hak Af orament o dikonversi menj adi:

a. Hak Guna Usaha yang berlaku selama j angka wakt u 25 t ahun apabila t anahnya berupa t anah pert anian,

b. Hak Guna Bangunan yang berlaku selama j angka wakt u 20 t ahun apabila t anahnya bukan t anah pert anian.

(2) Apabila Hak Af orament o t ersebut dipegang oleh:

a. Perwakilan Negara Asing;

(6)

c. Badan Keagamaan at au Badan Sosial dan t anahnya dipergunakan unt uk keperluan yang langsung berkait an dengan peribadat an/ keagamaan at au kegiat an sosial dari Badan yang bersangkut an, maka Hak Af orament o it u dikonversi menj adi Hak Pakai yang berlaku selama t anah t ersebut dipergunakan sesuai kegiat annya sebagaimana t ersebut di at as.

Pasal 4

(1) Hak Arrendament o yang pemegang haknya:

a. Perwakilan Negara Asing;

b. Lembaga Int ernasional yang diakui Pemerint ah dan mempunyai perwakilan di Indonesia,

dikonversi menj adi Hak Pakai yang berlaku selama t anah t ersebut dipergunakan sesuai kegiat annya sebagaimana t ersebut di at as.

(2) Hak Arrendament o yang pemegang haknya:

a. warganegara Republik Indonesia;

b. orang asing yang bert empat t inggal di Indonesia;

c. badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia;

d. badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia, dikonvensi menj adi Hak Pakai yang berlaku selama j angka wakt u 10 t ahun.

Pasal 5

(7)

Undang-undang Pokok Agraria dalam bat as wakt u 1 (sat u) t ahun t erhit ung sej ak t anggal berlakunya Perat uran Pemerint ah ini.

(2) Apabila pelepasan bak at au pengalihan hak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) t idak dilaksanakan, maka hak at as

t anah t ersebut hapus karena hukum dan menj adi t anah yang langsung dikuasai oleh negara dengan ket ent uan hak-hak pihak lain yang membebaninya akan diindahkan dan diat ur t ersendiri.

Pasal 6

Hak at as t anah yang pemegangnya lnst ansi Pemerint ah Port ugis at au badan hukum publik lainnya yang ada sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1976 menj adi t anah yang dikuasai oleh Negara.

Bagian Kedua

Hak At as Tanah Menurut Hukum Adat

Pasal 7

(1) Hak at as t anah menurut hukum adat yang memberi wewenang sebagaimana at au mirip dengan hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 dengan nama apapun j uga yang akan dit egaskan oleh Kepala Badan Pert anahan Nasional set elah mendengar kesaksian dari masyarakat set empat dikonversi menj adi hak milik, kecuali apabila pemegang haknya t idak memenuhi syarat unt uk menj adi pemegang hak milik menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960.

(8)

yang akan dit egaskan oleh Kepat a Badan Pert anahan Nasional set elah mendengar kesaksian dari masyarakat set empat dikonversi masing-masing menj adi hak guna usaha, hak guna bangunan at au hak pakai dengan j angka wakt u sebagaimana dimaksud dal am Pasal 2, Pasal 3 dan Pasal 4 Perat uran Pemerint ah ini.

BAB III

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 8

Semua perbuat an hukum yang mengakibat kan berpindahnya hak at as t anah at au membebani t anah dengan hak t anggungan yang dibuat sebelum berlakunya Perat uran Pemerint ah ini diakui dan dapat dit erima unt uk pendaf t aran hak sepanj ang perbuat an hukum t ersebut dilakukan menurut ket ent uan yang berlaku.

Pasal 9

Perat uran Pemerint ah ini hanya mengat ur t anah yang belum dibebani hak menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960.

BAB IV

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 10

(9)

Propinsi Daerah Tingkat I Timor Timur menurut Undang-undang Nomor 56 Prp. Tahun 1960.

Pasal 11

Pelaksanaan Perat uran Pemerint ah ini diat ur lebih lanj ut oleh Kepala Badan Pert anahan Nasional.

Pasal 12

Dengan diundangkannya Perat uran Pemerint ah ini maka semua ket ent uan yang bert ent angan dengan ket ent uan dalam Perat uran Pemerint ah ini t idak berlaku lagi.

BAB IV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 13

Perat uran Pemerint ah ini mulai berlaku pada t anggal 1 Juli 1991.

Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan Perat uran Pemerint ah ini dengan penempat annya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Dit et apkan di Jakart a pada t anggal 13 Maret 1991

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

t t d

(10)

Diundangkan di Jakart a pada t anggal 13 Maret 1991

MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA

t t d

(11)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1991

TENTANG

KETENTUAN KONVERSI HAK ATAS TANAH DI PROPINSI DAERAH TINGKAT I TIMOR TIMUR MENURUT UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA

UMUM

Dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1976 t ent ang Pengesahan Penyat uan Timor Timur ke dal am Negara Kesat uan Republik Indonesia dan Pembent ukan Propinsi Daerah Tingkat I Timor Timur maka secara resmi wil ayah Timor Timur t el ah menj adi bagian wilayah Negara Republik Indonesia. Sej alan dengan it u maka sej ak saat it u semua perat uran perundang-undangan Republik Indonesia, t ermasuk Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 t ent ang Ket ent uan Dasar Pokok-pokok Agraria (Undang-undang Pokok Agraria) secara sah berlaku di wilayah Timor Timur.

(12)

Port ugis maupun yang adanya berdasarkan hukum adat , perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian, agar t ercapai kesat uan hukum di seluruh wilayah Republik Indonesia dengan t et ap memperhat ikan hak sert a kepent ingan para pemegang hak at as t anah yang sudah ada. Unt uk it u perlu dikeluarkan ket ent uan-ket ent uan yang mengat ur mengenai konversi hak-hak at as t anah yang ada sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1976 menj adi hak at as t anah menurut Undang-undang Pokok Agraria.

Oleh karena perat uran perundang-undangan yang mengat ur konversi hak at as t anah t ersebut merupakan pelaksanaan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1976 dan sekaligus j uga pelaksanaan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960, maka bent uk hukum yang t epat adalah Perat uran Pemerint ah.

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Pada umumnya alat bukt i hak at as t anah yang diberikan oleh Pemerint ah Port ugis adalah dokumen yang disebut alvara. Namun demikian hak at as t anah it u sendiri sudah lahir pada saat dikeluarkan keput usan Pemerint ah yang bersif at def init if . Oleh karena it u unt uk keperluan konversi menurut Perat uran Pemerint ah ini hak at as t anah yang bersangkut an harus dibukt ikan dengan menunj ukkan alvaranya at au dokumen lain yang menunj ukkan t elah dikeluarkannya keput usan pemerint ah mengenai hak yang bersangkut an.

Pasal 2

(13)

hak yang bersangkut an menj adi hak guna usaha, hak guna bangunan at au hak pakai t ergant ung pada penggunaan t anahnya.

Khusus unt uk badan keagamaan hak propriedade perf eit a dikonversi menj adi hak milik, apabila t anah yang bersangkut an dipergunakan secara langsung unt uk kegiat an peribadat an at au keagamaan, misalnya unt uk gerej a at au rumah peribadat an lainnya, dan menj adi hak pakai apabila penggunaannya adalah unt uk penunj ang kegiat an keagamaan, misalnya unt uk asrama, sekolah, t empat prakt ek pendidikan dan sebagainya.

Pasal 3

Cukup j el as

Pasal 4

Cukup j el as

Pasal 5

(14)

Pasal 8

Cukup j el as

Pasal 9

Tanah yang t idak dibebani sesuat u hak at au sudah dibebani sesuat u hak berdasarkan Undang-undang Pokok Agraria t idak t ermasuk dalam ruang lingkup pengat uran Perat uran Pemerint ah ini,

Pasal 10

Cukup j el as

Pasal 11

Kepala Badan Pert anahan Nasional menet apkan ket ent uan pelaksanaan Perat uran Pemerint ah ini dengan memperhat ikan pert imbangan inst ansi-inst ansi lain yang t erkait .

Pasal 12

Sej ak penyat uan Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia t elah dikeluarkan berbagai ket ent uan oleh inst ansi Pemerint ah baik t ingkat Pusat maupun Daerah yang menyangkut masalah t anah. Dengan berlakunya Perat uran Pemerint ah ini maka semua ket ent uan t ersebut yang t idak sesuai dengan ket ent uan dalam Perat uran Pemerint ah ini dengan sendirinya t idak berlaku lagi.

Pasal 13

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam bencana, ketidaksetaraan dalam kepemilikan sumber daya akan lebih bertambah buruk dengan kesulitan akses terhadap modal sosial, ini berarti orang- orang dengan modal

The scientific method as a method of intervention to improve the character education of elementary school students is more directed to the affective domain in the field of

Penelitian ini didasarkan pada fenomena banyaknya pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh pelajar SMP yang mengemudikan sepeda motor tanpa memiliki Surat Izin Mengemudi

(3) Tatacara, pembatalan atau pengurangan ketetapan pajak dan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur oleh Gubernur atau

Dengan pemilihan parameter tertentu, diperoleh bifurkasi Hopf yakni terjadinya perubahan kestabilan dari spiral stabil menjadi spiral tak stabil dan terdapat limit cycle

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemanasan dalam berbagai suhu yaitu pada suhu 100 o C, 150 o C dan suhu 200 o C terhadap tepung biji nangka

database dan bisa ditampilkan pada web serta mengirim pesan singkat ke handphone apabila salah satu phasa arus pada kWh meter ada yang hilang atau bocor. Pada

30 Bila orang tua membuat saya kesal, saya akan memberikan kritikan dengan kata-kata yang halus agar mereka tidak tersinggung. SS S