METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2017.di Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data kualitatif adalah data yang terdiri dari tanggapan peternak tentang selain
bobot badan kerbaupengaruh karakteristik ternak dalam menentukan harga jual ternak kerbau di Kecamatan Sibororngborong Kabupaten Tapanuli Utara. 2. Data kuantitatif adalah data yang berupa bilangan atau angka-angka
berdasarkan kuesioner yang berhubungan dengan penelitian. Sumber data yang digunakan adalah :
1. Data primer yaitu data yang bersumber hasil observasi dan wawancara langsung dengan peternak kerbau tentang pengaruh karakteristik ternak berupa tanduk, jenis kelamin, jumlah dan letak pusaran bulu dan warna kulit kerbau
terhadap harga jual kerbau (terlampir)
2. Data sekunder merupakan data diperoleh dari buku statistik, berbagai sumber
kepustakaan dan instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian ini.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
2. Wawancara yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui tanya jawab langsung dengan peternak dengan menggunakan alat bantu berupa daftar
pertanyaan (kuesioner) yang disusun sesuai kebutuhan penelitian.
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan peternak kerbau yang telah menjual ternaknya serta pemilik yang berada di Kecamatan Siborongborong
Kabupaten Tapanuli Utara. Adapun penentuan jumlah sampel menggunakan snowball.
Sampel
Proportionate Stratified Random Sampling (Sugiyono, 2008) adalah suatu metode penentuan sampel dengan menggolongkan populasi menjadi beberapa
tingkatan dan di pilih secara acak untuk menjadi sampel.
Terdapat 21 desa yang ada di Kecamatan Siborongborong. Menurut Gay dan Diehl (1992), penelitian deskriptif jumlah sampel minimum 30% dari
Populasi. Dalam penelitian ini pemilihan sampel berdasarkan jumlah ternak kerbau. Dan yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini adalah : Pohan Jae,
Tabel 3. Jumlah Ternak Kerbau Menurut Desa/Kelurahan Kecamatan Siborongborong 2016
No Desa Jumlah Kerbau Persentasi
(%)
Sumber: Puskeswan Kecamatan Siborongborong (2016)
Dalam menentukan responden metode yang digunakan adalah snowball sampling. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan bantuan
informan, dan dari informan inilah akan berkembang sesuai petunjuknya. Dalam hal ini peneliti hanya mengungkapkan kriteria sebagai persyaratan untuk dijadikan sampel (Subagyo, 2006).Menurut Gay dan Diehl (1992), Jumlah responden
dalam penelitian ini minimum 30% dari populasi peternak kerbau dalam satu desa/kelurahan yang dijadikan sebagai sampel.
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi harga jual dan karakteristik ternak kerbau
dalam penentuan harga jual di Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara. Karakteristik dalam penelitian ini terdiri dari tanduk, Jenis Kelamin, Jumlah dan letak pusaran bulu, warna kerbau serta kisaran harga yang ditetapkan.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi harg jual dapat dilihat dengan menggunakan model
pendekatan teknik Ekonometri dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan alat bantu software Statistical Package for Sosial Sciences (SPSS 19). Menurut Lutfi dan Syafrizal (2014) model pendugaan yang digunakan:
Ŷ
= a+ b
₁
X
₁
+ b
₂
X
₂
+ b
₃
X
₃
+ b
₄
X
₄
+ b
₅
X
₅
+ b
₅
X
₅
+ µ
Keterangan:
Ŷ : adalah harga jual kerbau (Y : topi) yang dipengaruhi beberapa faktor
dalam penentuan harg jual
a : adalah koefisien intercept (konstanta)
b₁,b₂,b₃ : adalah koefisien regresi
X₁ : adalah harga berdasarkantaksiran bobot badan (Kg/ekor)
X₂ : adalah harga berdasarkantanduk (Kg/ekor)
X₃ : adalah harga berdasarkan warna (Kg/ekor)
X₄ : adalah harga berdasarkan jenis kelamin (Kg/ekor)
X₅ : adalah harga berdasarkan umur (Kg/ekor)
X6 : adalah harga berdasarkan letak pusaran bulu (Kg/ekor)
X₅ : adalah harga berdasarkan jumlah pusaran bulu (Kg/ekor)
Variabel-variabel pada hipotesis diuji secara serempak dan parsial untuk mengetahui apakah variabel tersebut mempunyai pengaruh dominan atau tidak.
Jika variabel tersebut berpengaruh secara serempak maka digunakan uji F yakni:
F = r2/k
(1 - r2)/(n – k – 1)
Keterangan:
r² = Koefisien determinasi
n = Jumlah responden n-k-1 = Derajat bebas penyebut Kriteria uji:
F-hit F-tabel ………... H0 diterima (H1 ditolak)
F-hit F-tabel ... H0 ditolak (H1 diterima)
Menurut Sudjana (2002) jika variabel berpengaruh secara parsial dapat
diuji dengan uji t yakni:
Thit = b1 S2y123 = ∑(ỷ - y)2 S2b1 = s2y123 Sb1 n – k - 1 ∑Xi2(1 – Ri2)
Keterangan:
B = Parameter (i = 1,2,3) n-k-1 = derajat bebas
�² = Standart error parameter b
S2y123 = Standart error estimatis
t-hit t-tabel ……… H0 diterima (H1 ditolak)
t-hit t-tabel ……… H0 ditolak (H1 diterima)
Kriteria pengambilan keputusan:
t-tabel = (α ; db)
(α = 5%; db = n – k – 1)
Keterangan: n = jumlah sampel
k = jumlah variabel bebas (X)
a. t-hitung > t-tabel (taraf signifikan α ≤ 0,010) : H0 ditolak, berarti koefisien regresi dari faktor tertentu berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.
b. t-hitung < t-tabel (taraf signifikan α ≥ 0,100) : H0 diterima, berart koefisien regresi dari faktor tertentu berpengaruh tidak nyata terhadap variabel terikat.
Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman dalam menafsirkan
penelitian, maka dibuat definisi dan batasan opersional sebagai berikut :
Defenisi
1. Karakteristik kerbau adalah ciri-ciri yang tampak pada kerbau yang
2. Kebiasaan sosial budaya adat Batak Toba adalah penetapan harga jual oleh peternak dengan mempertimbangkan kebiasaan suku Batak Toba dalam
melaksanakan upacara adat dengan menggunakan kerbau.
3. Harga jual adalah kisaran harga yang ditetapkan oleh penjual kerbau (Rp/ ekor).
4. Penilaian Karakteristik adalah penetapan harga jual oleh peternak dengan mempertimbangkan karakteristik pada ternak kerbau.
5. Peternak dalam penelitian ini adalah peternak kerbau yang memelihara kerbau Lumpur dan kerbau murrah, dan kemudian akan menjual kerbaunya di Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara.
Batasan Operasional
1. Penelitian dilakukan di Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli
Utara.
2. Penelitian dilakukan mulai bulan April sampai Mei 2017.
3. Sampel penelitian adalah peternak kerbau yang berada di Kecamatan
Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara.
4. Ruang lingkup penelitian ini adalah penentuan harga jual ternak kerbau di
Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara yang ditentukan berdasarkan bobot badan kerbau dan adanya pengaruh dan perbedaan harga jual kerbau yang dipengaruhi oleh karakteristik kerbau apabila ternak kerbau
dijual untuk kebutuhan pesta adat. Analisis yang dilakukan adalah analisis Deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peternakan Kerbau Rakyat Di Kecamatan Siborongborong
Jenis kerbau yang dipelihara oleh responden 100% adalah kerbau Lumpur. Pemeliharaan kerbau lumpur di Desa Pohan Jae, Desa Siborongborong II, Desa Silaitlait, Desa Siaro, Desa Sitabotabo Toruan, Desa Sitabotabo Dolok, dan Desa
Lobu Siregar II Kecamatan Siborongborong dilakukan dengan cara system pemiliharaan Ekstensif yakni ternak sepanjang hari di biarkan di lapangan terbuka
atau digembalakan di lahan lahan pertanian milik peternak kerbau.
Umur Responden
Umur merupakan salah satu faktor pendukung untuk dapat meningkatkan
produktivitas kerja sehingga secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap pembangunan suatu wilayah. Semakin tinggi umur seseorang maka kemampuan
untuk melakukan suatu usaha akan semakin berkurang. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan terhadap responden yang bekerja sebagai peternak dan telah menjual ternak di Kecamatan Siborongborong Kabupaten
Tapanuli Utara maka responden dapat dikelompokkan berdasarkan klasifikasi umur dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Klasifikasi responden berdasarkan umur yang ada di Kecamatan Siborongborong KabupatenTapanuli Utara
No Umur (Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
1 20-45 48 64.86
2 ≥ 46 26 35.14
Total 74 100%
Sumber : Data Penelitian, 2017
berada pada kelompok umur 20 - 45 tahun (65,33%). Kondisi ini menunjukkan bahwa kebanyakan responden berada pada umur produktif yang memiliki
kemampuan fisik yang mendukung dalam beternak kerbau. Hal ini sesuai dengan literaturChamdi (2003) menemukakan, semakin muda usia peternak (usia produktif 20-45 tahun) umumnya rasa keingintahuan terhadap sesuatu semakin
tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap introduksi teknologi semakin tinggi.
Jenis kelamin responden
Jenis kelamin dibedakan antara laki-laki dan perempuan, karena secara biologis perempuan dan laki-laki berbeda maka fungsi-fungsi sosial ataupun kerja dalam masyarakat pun diciptakan berbeda. Laki-laki selalu dikaitkan dengan
fungsi dan tugas diluar rumah, sedangkan perempuan yang berkodrat melahirkan ada di dalam rumah mengerjakan urusan domestik saja. Perempuan bertugas
pokok membesarkan anak, laki-laki bertugas mencari nafkah. Perbedaan tersebut dipandang hal yang alamiah. Hal tersebut bukan hanya terjadi dalam keluarga tetapi juga telah melebar dalam kehidupan masyarakat (Syukrie, 2003).
Dalam penelitian ini semua responden adalah laki-laki yaitu 74 orang. Laki-laki lebih mendominasi dalam usaha ternak kerbau disebabkan tingkat
produktivitas kerja laki-laki relatif lebih tinggi dari pada perempuan, hal ini sesuai dengan pendapat Wirosuhardjo (1981) yang menyatakan bahwa produktivitas kerja kaum pria lebih tinggi apabila dibandingkan dengan perempuan. Sementara
keterlibatan perempuan dalam usaha hanya membantu pekerjaan suaminya.
Tingkat Pendidikan Responden
pentingnya pendidikan dalam menyongsong masa depan yang lebih baik. Adapun klasifikasi responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Klasifikasi responden berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan Siborongborong KabupatenTapanuli Utara
No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1 SD/ Sederajat 9 12.16
2 SMP/ Sederajat 16 21.62
3 SLTA/ Sederajat 42 56.76
4 Perguruan Tinggi S1 7 9.46
Jumlah 74 100%
Sumber : Data Primer yang Telah Diolah, 2017
Keadaan responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Sumbang
Kecamatan Siborongorong Kabupaten Tapanuli Utara beragam yaitu mulai dari SD sampai Perguruan Tinggi (S1) (Tabel 5). Tingkat pendidikan responden terbanyak yaitu SMA/Sederajat sebanyak 42 orang (57%) sedangkan terendah
yaitu tingkat pendidikan SD/Sederajat hanya 9 orang (12%). Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki kesadaran terhadap pentingnya pendidikan. Pendidikan tinggi yang dimiliki oleh seseorang mempengaruhi sikap, cara
pandang dan kemampuan dalam megerjakan suatu usaha. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soekartawi (2003) yang menyatakan bahwa mereka yang
berpendidikan tinggi adalah relative lebih cepat dalam mengadopsi inovasi dalam usaha pertanian, begitu pula sebaliknya mereka yang pendidikan rendah, mereka agak sulit untuk melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat.
Karakteristik dan Harga Jual Kerbau di Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara
Harga jual ternak kerbau
Penentuan harga jual ternak kerbau di Kecamatan
berdasarkan pengalaman yang pernah diperoleh sebelumnya berdasarkan bobot badan kerbau. Harga jual untuk 1 Kg taksiran bobot badan ternak adalah
Rp130.000 pada kondisi tertentu karakteristik pada ternak kerbau dapat mempengaruhi dalam menentukan harga penjualan.Hal ini sesuai dengan literatur (Kotler, 1994) yang menyatakan bahwa dalam penentuan harga yang disepakati
tetap melewati proses tawar menawar antara peternak dan pembeli.
Karakteristik yang menentukan harga jual
Berdasarkan hasil penelitian di Kecamatan Siborongborong penentuan harga jual ternak kerbau berdasarkan taksiran bobot badan yang diberi harga Rp. 130.000/Kg dan beberapa karakteristik tertentu ternak kerbau dan diperoleh data
hasil penelitian dapat dilihat seperti pada Tabel 7 sampai Tabel 13 (Lampiran 3). Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 7. dapat diketahui bahwa harga
kerbau dengan kisaran berat badan 80 kg adalah Rp.14.000.000. harga perkilogram kerbau tersebut menjadi Rp. 175.000/kg karakteristikkerbautanduk panjang (gajah toba), jantan, warna hitam, jumlah pusaran tiga yang terletak pada
hidung, pundak, punggu, pinggul.
Berdasarkan hasil penelitian(Lampiran 4),dapat diketahui bahwa terdapat
3 responden menjual kerbau dengan kisaran berat badan 100 kg dengan harga jual adalah Rp.13.000.000 dengan memiliki kesamaan karakteristik yaitu jumlah dan letak pusaran bulu dan jenis kelamin jantan. Dan memiliki perbedaan pada umur
dan model tanduk. Pada kejadian ini karakteristik ternak tidak berpengaruh pada perubahan harga jual karena harga yang ditetapkan sesuai dengan harga jual
Berdasarkan hasil penelitian(Lampiran 4),dapat diketahui bahwa terdapat 15 orang respondenmenjual kerbau dengan kisaran bobot badan 110 Kg. 10 orang
menjual kerbau dengan dengan harga Rp. 15.000.000. dengan karakteristik yang berbeda pada tanduk, umur, letak pusaran bulu dengan harga Rp.136.000/Kg. 4 orang responden yang menjual kerbau dengan bobot yang sama dengan
karakteristik tanduk besar, warna hitam dan coklat, jantan, umur 3 tahun, empat buah pusaran bulu pada pundak dan pinggul dengan harga Rp.145.000/Kg
sehingga harga jualnya menjadi Rp.16.000.000. 1 orang responden menjual kerbau dengan harga Rp. 154.000/Kg dengan karakteristik tanduk panjang (Sitikko), jantan, warna hitam, umur 3 tahun empat pusaran bulu pada hidung,
pundak, pinggul dan harga yang ditetapkan adalah Rp.17.000.000.
Berdasarkan hasil penelitian(Lampiran 4),dapat diketahui bahwa terdapat
13 orang responden menjual kerbau dengan kisaran berat badan 120 Kg. 5 orang responden menjual kerbau dengan harga Rp. 133.000/Kg dengan karakteristik yang berbeda pada tanduk, umur dan letak pusaran bulu dan kesamaan pada
warna, jenis klamin, dan jumlah pusaran bulu, harga yang ditetapkan adalah Rp.16.000.000. 7 orang menjual kerbau dengan harga Rp. 141.000/Kg dengan
karakteristik empat pusaran bulu dan jenis kelamin jantan dan perbedaan karakteristik pada tanduk, warna, umur, letak pusaran bulu harga yang ditetapkan adalah Rp.17.000.000. 1 orang responden menjual kerbau dengan harga Rp.
150.000/Kg dengan karakteristik tanduk besar, warna hitam dan coklat, jantan, umur 3 tahun, empat pusaran bulu pada pundak dan pinggul dan harga yang
Berdasarkan hasil penelitian(Lampiran 4),dapat diketahui bahwa terdapat 29 orang responden menjual kerbau dengan kisaran berat badan 130 Kg. 1 orang
responden menjual kerbau dengan harga Rp.123.000/Kg harga ini merupakan harga yang dibawah dari harga pasaran hal ini disebabkan oleh responden menjual dengan keadaan terdesak sehingga harga yang ditetapkan adlah Rp.16.000.000. 6
orang responden menjual dengan harga Rp. 130.000/Kg dan harga Rp.17.000.000 harga ini merupakan harga yang ditetapkan sesuai dengan kisaran harga yang
biasa dan karakteristik ternak tidak berpengaruh pada penentuan harga jual. 15 orang responden menjual kerbau dengan harga Rp. 138.000/Kg dengan karakterisrik warna hitam, jantan, memiliki empat pusaran bulu dan harga yang
ditetapkan adalah Rp. 18.000.000. 7 orang responden menjual kerbau dengan harga Rp.146.000/kg dengan karakteristik umur, tanduk panjang besar (sitikko),
hitam, jantan, umur 2 tahun, memiliki empat pusaran bulu pada pundak dan pinggul dan harga yang ditetapkan adalah Rp. 19.000.000.
Berdasarkan hasil penelitian(Lampiran 4),dapat diketahui bahwa terdapat
9 orang responden menjual kerbau dengan kisaran berat badan 140 Kg. 8 orang responden menjual kerbau dengan harga Rp. 135.000/Kg dengan karakteristik
tanduk panjang, jantan berwana hitam, umur 3 tahun dan memiliki empat pusaran bulu dan harga yang ditetapkan adalah Rp.19.000.000. 1 orang responden menjual dengan harga Rp.142.000/Kg dengan karakteristik tanduk panjang (gajah toba),
jantan berwarna hitam, umur 3 tahun, memiliki empat pusaran bulu pada pundak dan pinggul, harga jual yang ditetapkan adalah Rp.20.000.000.
tersebut menjual dengan harga Rp.133.000/Kg. dengan karakteristik tanduk panjang (gajah toba), jantan berwarna hitam, memiliki empat pusaran bulu yang
terlat di pundak dan pinggul, harga jual yang ditetapkan adalah Rp.20.000.000. Berdasarkan hasil penelitian(Lampiran 4),dapat diketahui bahwa terdapat 2 orang responden menjual kerbau dengan kisaran berat badan 160 Kg. 1 orang
responden menjual dengan harga Rp.131.000/Kg pada keadaan ini karakteristik ternak tidak berpengaruh dalam penentuan harga harga yang ditetapkan adalah
Rp.21.000.000. 1 orang responden menjual kerbau dengan harga Rp. 156.000/Kg dengan karakteristik tanduk besar, jantan berwana hitam, umur 3 tahun, memiliki enam pusaran bulu di hidung, pundak dan pinggul, harga jual yang ditetapkan
adalah Rp.25.000.000.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat perbedaan harga
jual yang dipengaruhi oleh karakteristik ternak. selisih perbedaan harga antara harga/Kg berdasarkan kisaran bobot badan dengan harga jual /Kg kerbau berdasarkan karakteristik tertentu dapat dilihat pada tabel 14. Berikut.
Tabel 6. Perbandingan harga jual antara harga berdasarkan taksiran bobot badan dan harga jual berdasarkan bobot badan dan karakteristik
No BB (Kg)
Harga(Rp)/kg berdasarkan BB
Harga(Rp)/Kg berdasarkan
BB dan karakteristik Keuntungan
1 80 Rp.130.0000 Rp.175.000 Rp.45.000
2 100 Rp.130.0000 Rp.130.000 Rp.0
3 110 Rp.130.0000 Rp.136.000 Rp.6.000
Rp.130.0000 Rp.145.000 Rp.15.000
Rp.130.0000 Rp.154.000 Rp.24.000
4 120 Rp.130.0000 Rp.133.000 Rp.3.000
Rp.130.0000 Rp.141.000 Rp.11.000
Rp.130.0000 Rp.150.000 Rp.20.000
Rp.130.0000 Rp.130.000 Rp.0
rp.130.0000 Rp.138.000 Rp.8.000
Rp.130.0000 Rp.146.000 Rp.16.000
6 140 Rp.130.0000 Rp.135.000 Rp.5.000
Rp.130.0000 Rp.142.000 Rp.12.000
7 150 Rp.130.0000 Rp.133.000 Rp.3.000
8 160 Rp.130.0000 Rp.131.000 Rp.1.000
Rp.130.0000 Rp.156.000 Rp.26.000
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 15. Dapat diketahi bahwa terdapat keuntungan harga jual berdasarkan kisaran bobot badan dan karakteristik.keuntungan terendah adalah Rp.1.000/Kg dan keuntungan tertinggi
adalah Rp.45.000/Kg. perbedaan harga jual kerbau dipengaruhi oleh karakteristik ternak. Terdapat 3 karakteristik yang paling berpengaruh dalam penentuan harga
jual yaitu :
1. Model tanduk
Tanduk merupakan suatu karakteristik dalam menentukan harga jual
kerbau. tanduk yang memiliki harga yang tertinggi adalah tanduk yang besar. Untuk jenis kerbau hitam harus memiliki tanduk yang modelnya bagus dan seimbang. Namun apabila terdapat cacat pada tanduknya atau bentuk tanduk yang
tida proporsional dengan badan kerbau (postur) harga akan turun. Sedangkan kerbau yang tujuan untuk tujuan konsumsi dagingnya karakteristik tanduk
tidaklah penting dalam penentuan harga jual. Berdasarkan hasil peneltian terdapat perbedaan harga pada satu jenis tanduk yang sama dapat dilihat pada tabel berikut. Berdasarkan hasil penelitian pada (Lampiran 5), Dapat diketahui bahwa
model tanduk berpengaruh terhadap penentuan harga. Harga jual per taksiran bobot badan dengan karakteristik model tanduk seperti yang dijelaskan diatas,
Berdasarkan hasil penelitian, kerbau yang telah dijual pada penelitian ini terdapat 3 jenis kualitas tanduk. Kualitas 1 merupakan tanduk yang memiliki
harga tertinggi karena ini merupakan tanduk yang biasa digunakan dalam upacara adat. Dan tanduk kulitas 3 merupakan tanduk yang tidak dapat menentukan harga bahkan hal ini dapat menurunkan harga jual dari harga biasanya.
Gambar 1. Tanduk Kwalitas 1
Gambar 2. Tanduk Kualitas 2
Gambar 3. Tanduk kualitas 3 3) Warna dan Jenis kelamin
Warna dan jenis kelamin Kerbau yang ada di Kecamatan Siborongborong
adalah kerbau jantan karena kerbau betina biasanya digunakan sebagai indukan. Apabila kerbau dijual untuk tujuan dikonsumsi dagingnya maka warna kulit,
warna bulu tidaklah menjadi hal yang penting. Namun, apabila kerbau yang dijual memiliki bulu yang bagus, warna hitam polos dengan bulu hitam kasar yang tidak memiliki garis putih dibawah lehernya, akan menjadi suatu penentu harga jual
kerbau untuk digunakan sebagai sarana acara upacara adat Batak Toba. sesuai dengan Yulius (2012), ternak kerbau yang memiliki karakteristik tertentu, seperti
kondisi fisik yang tegap, tanduk yang panjang dan melengkung, pusaran rambut terdapat pada lokasi tertentu, warna bulu bagus, ekor panjang tentu akan memliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan ternak kerbau yang fisiknya kurus,
tanduk pendek dan tidak melengkung, pusaran rambut yang kurang jelas dan berada dibagian yang tidak diinginkan oleh masyarakat serta ekor yang pendek.
Berdasarkan hasil penelitian pada (Lampiran 5), dapat diketahui bahwa model tanduk berpengaruh terhadap penentuan harga. Harga jual per taksiran bobot badan dengan karakteristik warna bulu kerbau seperti yang dijelaskan
diatas, harga yang ditetapkan adalah Rp.138.000.
Berdasarkan hasil penelitian pada (Lampiran 5),dapat diketahui bahwa
model tanduk berpengaruh terhadap penentuan harga. Harga jual per taksiran bobot badan dengan karakteristik jenis kelamin kerbau seperti yang dijelaskan diatas, harga yang ditetapkan adalah Rp.138.500.
Berdasarkan hasil penelitian pada (Lampiran 5), dapat diketahui bahwa model tanduk berpengaruh terhadap penentuan harga. Harga jual per taksiran
2. Jumlah dan letak pusaran bulu
Letak pusaran bulu merupakan suatu karakteristik dalam menentukan harga
jual ternak kerbau di Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara. Dari hasil penelitian jumlah dan letak pusaran bulu yan paling dominan menentukan harga
adalah empat buah pusaran bulu di pundak dan pinggul. Hal ini sesuai dengan
literatur Batosamma (1985), bahwa pusar rambut yang normal terdapat dibagian
hidung, pundak, dan pinggul. Pusar rambut yang terdapat dibagian hidung disenangi,
karena dipercaya bahwa jika dijadikan hewan pekerja atau pembajak sawah yang
baik. Pusar rambut yang berjumlah empat danletaknya dibagian pundak 2 pusaran dan
pinggul 2 pusaran yang dibutuhkan untuk menjadi sarana upacara adat. Hal ini sesuai
dengan Situmorang (1993), bahwa kerbau yang akan dijadikan hewan kurban dalam
acara adat saur matua adalah memiliki empat pusaran bulu. Hal ini diyakini oleh
masyarakat sekaliguspeternak kerbau sehingga pusaran kerbau sebagai karakteristik
menjadi pertimbangan dalam menentukan harga apabila ingin digunakan sebagai
salah satu sarana upacara adat Suku Batak Toba.
Berdasarkan hasil penelitian pada (Lampiran 5), dapat diketahui bahwa model tanduk berpengaruh terhadap penentuan harga. Harga jual per taksiran
bobot badan dengan karakteristik letak pusaran bulu kerbau seperti yang dijelaskan diatas, harga yang ditetapkan adalah Rp.141.250.
Berdasarkan hasil penelitian (Lampiran 5),) dapat diketahui bahwa model
tanduk berpengaruh terhadap penentuan harga. Harga jual per taksiran bobot badan dengan karakteristik jumlah pusaran bulu kerbau seperti yang dijelaskan
diatas, harga yang ditetapkan adalah Rp.136.500.
bobot badan dengan karakteristik jenis kelamin kerbau seperti yang dijelaskan diatas, harga yang ditetapkan adalah Rp.142.666.
Berdasarkan hasil penelitian pada (Lampiran 5),, dapat diketahui bahwa karakteristik yang dapat mempengaruhi harga yang paling tertinggi adalah berdasarkan taksiran bobot badan (G) yaitu dengan harga Rp.142.666. tertinggi
kedua adalah berdasarkan model tanduk (A) yaitu dengan harga Rp. 142.000. tertinggi ketiga dipengaruhi oleh letak pusaran bulu (E) yaitu dengan harga
Rp.141.250. tertinggi keempat dipengaruhi oleh jenis kelamin ternak (C) dengan harga Rp.138.500. tertinggi kelima dipengaruhi oleh warna kulit (B) dengan harga Rp.138.000. tertinggi keenam dipengaruhi oleh umur ternak (D) dengan harga
Rp.137.250. dan tertinggi terakhir adalah dipengaruhi oleh jumlah pusaran bulu (F) dengan harga 136.500.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa ternak kerbau yang memiliki harga yang mahal jika memiliki karakteristik dengan kombinasi yaitu empat pusaran bulu yang terdapat di pundak dan pinggul, model tanduk
besar, jan memiliki warna hitam tanpa garis putih dibawah lehernya serta kondisi fisik gemuk sedangan harga ternak kerbau akan murah jika memilikijumlah
pusaran bulu yang banyak dan terletah sembanrang pada tubuh kerbau, model tanduk yang tidak beraturan seperti pada gambar 4. Tanduk kualitas 3 dengan model tanduk yang tidak proporsional dengan bentuk tubuh (postur).
Pengaruh variabel penelitian terhadap harga jual kerbau
Pengujian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan harga ual
(independent) adalah taksiran bobot badan (X1), tanduk (X2), warna (X₃), jenis
kelamin (X₄) umur (X₅), letak pusaran bulu (X6) dan jumlah pusaran bulu (X7)
sedangkan yang menjadi variabel terikat/tidak bebas (dependent) adalah Harga
jual (Y).
Hasil faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan harga jual kerbau di Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara dapat di lihat pada tabel
22.
Tabel 7. . Koefisien Determinasi ( R2) faktor faktor penentu harga jual kerbau
Model Summary
a. Predictors: (Constant), BOBOT, WARNA, LETAK, TANDUK, JUMLAH
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa R Square bernilai 0,568 artinya bahwa semua variabel bebas taksiran bobot badan, tanduk, umur, warna,jenis kelamin, letak pusaran bulu dan jumlah pusaran bulu mempengaruhi
variabel terikat sebesar 56,8% dan selebihnya yaitu sebesar 43,2% dijelaskan oleh variabel lain (µ) yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
JUMLAH 2526839.331 1212709.914 .203 2.084 .041
BOBOT 3376454.465 576582.692 .706 5.856 .000
a. Dependent Variable: HARGA
Berdasarkan tabel di atas di peroleh persamaan sebagai berikut:
Ŷ = a + bx1 - bx2 + bx3 + bx4 + bx5 + µ
Ŷ = 587638+528342X1-104881X2+636280X3 + 2526839X4+3376454X5 +µ
Keterangan:
Ŷ : Harga jual (ekor) X1 :tanduk
X2 : warna
X3 : letak pusaran bulu X4 : jumlah pusaran bulu X5 : taksiran bobot badan µ : Variabel yang tidak di teliti
Berdasarkan model persamaan di atas dapat diinterpresikan bahwa:
a. Apabila variabel bebas tanduk (X1) mengalami peningkatan sebesar 1 tingkat, maka akan terjadi peningkatan harga jual (Y) sebesar Rp528.342
b. Apabila variabel bebas warna (X2) mengalami peningkatan sebesar 1 tingkat,
maka akan terjadi penurunan harga jual (Y) sebesar Rp104.881
c. Apabila variabel bebas letak pusaran bulu (X3) mengalami peningkatan
sebesar 1 tingkat, maka akan terjadi peningkatan harga jual (Y) sebesar Rp 636.280
d. Apabila variabel bebas jumlah pusaran bulu (X4) mengalami peningkatan
sebesar 1 tahun, maka akan terjadi penaingkatharga jual (Y) sebesar Rp 2.526.839
g. Apabila varibel X1, X2, X3, X4 dan X5 yang di analisis diabaikan(tidak melakukan aktivitas), maka peternak penjual kerbau akan tetap dengan harga
sebesar Rp 587.638
Pengaruh taksiran bobot badan, tanduk, warna, letak pusaran bulu dan jumlah pusaran bulu secara parsial terhadap pendapatan peternak dapat diketahui
sebagai berikut :
a. Variabel tandukberpengaruh positif dan signifikan terhadap penentuan harga
jual kerbau, hal ini terlihat dari nilai signifikan (0,010)lebih kecil dari 0,05. Nilai thitung(2.654)> ttabel(1,993) artinya jika ditingkatan variabel tanduk sebesar satu satuan
tingkatan maka harga jual meningkat sebesar Rp 528.342
b. Variabel warnatidak berpengaruh terhadap penentuan harga jual kerbau, hal ini terlihat dari nilai signifikan (0,869)diatas 0,05. Nilai thitung(-.165)< ttabel(1,993).
c. Variabel letak pusaran buluberpengaruh positif dan signifikan terhadap penentuan harga jual kerbau, hal ini terlihat dari nilai signifikan (0,000)dibawah lebih kecil dari 0,05. Nilai thitung(3.963)> ttabel(1,993) artinya jika ditingkatan variable
warna sebesar satu satuan maka harga jual meningkat sebesar Rp 636.280
d. Variabel jumlah pusaran bulu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
penentuan harga jual kerbau, hal ini terlihat dari nilai signifikan (0,041) lebih kecil dari 0,05. Nilai thitung(2.084)< ttabel(1,993) artinya jika variabel jenis kelamin
tetap dalam satu jenis maka harga jual akan menurun sebesar Rp2.526.839.
e. Variabel taktsiran bobot badan berpengaruh positif dan signifikan terhadap penentuan harga jual kerbau, hal ini terlihat dari nilai signifikan (0,000)
variabel umur sebesar satu satuan maka harga jual meningkat sebesar Rp 3.376.454
Tabel 9. . Koefisien Determinasi ( R2) faktor tanduk
Model Summary
a. Predictors: (Constant), a4, a1, a3, a2
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa R Square bernilai 19%
artinya semua variabel bebas yaitu modeltanduk tipe a2, a3, a4, a6memiliki
hubungan untuk mempengaruhi variabel terikat sebesar 19% dan selebihnya yaitu sebesar 81% dijelaskan oleh variabel lain (µ) yang tidak diteliti dalam penelitian
ini.
Tabel 10. Analisis regresi linier berganda pengaruh berbagai tipe tanduk terhadap harga jual kerbau
1 (Constant) 14500000.000 938424.555 15.451 .000
TandukSemua 500000.000 1625399.008 .040 .308 .759
TandukBesarPanjang 3437500.000 995349.550 .846 3.454 .001
TandukPanjang 2500000.000 1010714.178 .587 2.473 .016
TandukBesar 2772727.273 1095843.788 .490 2.530 .014
a. Dependent Variable: HARGA
Berdasarkan tabel di atas di peroleh persamaan sebagai berikut:
Ŷ = a + b1x1+b2x2+b3x3+b4x4
Ŷ = 14.500.000+500.000X1+3.437.500X2 +2.500.000X3 +2.772.727X4+ µ
Keterangan:
Ŷ : Harga jual
X3 :panjang X4 : besar
X5 : tanduk pendek sama dengan nilai konstanta µ : Variabel yang tidak di teliti
Berdasarkan model persamaan di atas dapat diinterpresikan bahwa:
a. Apabila variabel bebas tanduk panjang, pendek, besar dan kecil (X1) maka nilai Y = a + bx1 mengalami peningkatan sebesar 1satuan, maka akan terjadi
peningkatan harga jual (Y) sebesar Rp500.000
b. Apabila variabel bebas tanduk panjang dan besar (X2)maka nilai Y = a + bx2
mengalami peningkatan sebesar 1 satuan, maka akan terjadi peningkatan harga jual (Y) sebesar Rp3.437.500
c. Apabila variabel bebas tanduk panjang (X3)maka nilai Y = a + bx3 mengalami
peningkatan sebesar 1 satuan, maka akan terjadi peningkatan harga jual (Y) sebesar Rp2.500.000
d. Apabila variabel bebas tanduk pendek dan kecil (X4)maka nilai Y = a + bx4 mengalami peningkatan sebesar 1 satuan, maka akan terjadi peningkatan harga jual (Y) sebesar Rp2.772.727
e. Apabila variabel X1, X2, X3 dan X4 yang dianalisis dianggap nol (tidak melakukan aktifitas maka, nilai(X5) adalah nilai konstanta yaituharga jual (Y)
sebesar Rp 14.500.000
f. Hasil penelitian pada tabel diatas dapat diketahi bahwa tanduk merupakan salah satu faktor yang menjadi penentu harga jual. Semakin rendah harga semakin
rendah pula kualitas dari tanduk. Tanduk yang paling mempengaruhi harga jual adalah tanduk yang besar panjang, namun hal ini hanya berlaku apabila ternak di jual untuk kepentingan pesta adat. Apabila kerbau dijual untuk tujuan konsumsi
Tabel 11. . Koefisien Determinasi ( R2) faktor letak pusaran bulu
Predictors: (Constant), WarnaCoklat, WarnaHitam Dependent Variable: HARGA
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa R Square bernilai 0,120
artinya bahwa semua variabel bebas warnamemiliki hubungan untuk mempengaruhi variabel terikat sebesar 12% dan selebihnya yaitu sebesar 88%
dijelaskan oleh variabel lain (µ) yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Tabel 12. Analisis regresi linier berganda pengaruh tiap tipe warna pada variabel warna terhadap harga jual kerbau
Coefficientsa
1 (Constant) 16000000 642763.99
24.892 0
WarnaHitam 1500000 686472.24 0.255 2.185 0.032
WarnaCoklat -3000000 2032598.2 -0.172 -1.476 0.144
Dependent Variable: HARGA
Berdasarkan tabel di atas di peroleh persamaan sebagai berikut:
Ŷ = a + bx1 - bx2 + µ
a. Apabila variabel bebas warna (X1) maka nilai Y = a + bx1 mengalami peningkatan sebesar 1 satuan, maka akan terjadi peningkatan harga jual (Y)
sebesar Rp. 17.500.000
b. Apabila variable bebaswarna (X2) maka nilai Y = a - bx2 mengalami peningkatan sebesar 1 satuan, maka akan terjadi penurunan harga jual (Y) sebesar
Rp 13.000.000
c. Apabila variabel X1 dan X2 yang dianalisis dianggap nol (tidak melakukan
aktifitas maka, nilai (X3) adalah nilai konstanta yaituharga jual (Y) sebesar Rp 16.000.000
d. hasil penelitian pada tabel diatas dapat diketahui bahwa kerbau yang memiliki
warna merupakan yang menjadi faktor penentu harga jual. Warna hitam memiliki harga yang lebig tinggi dibanding warna lain. Akan tetapi apabila masayarakat
ingin membeli kerbau untuk tujuan komsumsi daging maka warna hitam ataupun warna yang lain tidak akan jadi pengaruh d
Tabel 13 . Koefisien Determinasi ( R2) faktor letak pusaran bulu
Model Summary
a. Predictors: (Constant), LetakPundakPinggul, LetakPundak,
LetakPunggu, LetakPundakPunggungHidung
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa R Square bernilai 0,017 artinya bahwa semua variabel bebas letak pusaran bulu e1,e2,e3,e4 dan e6memiliki
hubungan untuk mempengaruhi variabel terikat sebesar 0,17% dan selebihnya yaitu sebesar 98,3% dijelaskan oleh variabel lain (µ) yang tidak diteliti dalam
Tabel 14. Analisis regresi linier berganda pengaruh tiap tipe letak pusaran bulu pada variabel letak pusaran bulu terhadap harga jual kerbau
Coefficientsa
1 (Constant) 17181818.182 623352.870 27.564 .000
LetakPunggu -181818.182 2159357.685 -.010 -.084 .933
LetakPundak -1181818.182 2159357.685 -.068 -.547 .586
LetakPundakPinggul 1151515.152 1346596.105 .113 .855 .395
LetakPundakPunggungHidung 59561.129 679899.172 .012 .088 .930
a. Dependent Variable: HARGA
Berdasarkan tabel di atas di peroleh persamaan sebagai berikut:
Ŷ = a + b1x1+b2x2+b3x3+b4x4+ µ
X4 : pundak pinggul hidung X5 : semua
µ : Variabel yang tidak di teliti
Berdasarkan model persamaan di atas dapat diinterpresikan bahwa:
a. Apabila variabel bebas letak pusaran bulu punggu (X1) maka nilai Y = a - bx1
mengalami peningkatan sebesar 1 satuan, maka akan terjadi peningkatan harga jual (Y) sebesar Rp17.000,000
b. Apabila variabel bebas letak pusaran bulu di pundak (X2) maka nilai Y = a -
c. Apabila variabel bebas letak pusaran bulu di pundak punggu (X3)maka nilai Y = a + bx3 mengalami peningkatan sebesar 1 satuan, maka akan terjadi
peningkatan harga jual (Y) sebesar Rp 18.151.515
d. Apabila variabel bebas letak pusaran bulu di pundak punggu hidung(X4)maka nilai Y = a + bx4 mengalami peningkatan sebesar 1 satuan, maka akan terjadi
peningkatan harga jual (Y) sebesar Rp 17.122.257
e. Apabila variabel X1, X2, X3 dan X4 yang dianalisis dianggap nol (tidak
melakukan aktifitas maka, nilai (X5) adalah nilai konstanta yaituharga jual (Y) sebesar Rp 17.181.818
f. Hasil penelitian pada tabel diatas dapat diketahui bahwa letak pusaran bulu
berpengaruh nyata dalam penentuan harga jual kerbau apabila dijual untuk keperluan pesta adat. Harga yang paling tinggi adalah pusaran yang terletak pada
pundak pinggul. Namun apabila kerbau dijual untuk tujuan konsumsi daging maka letak pusaran bulu diabaikan hargaa yang dibayar sesuai dengan taksiran bobot badan.
Tabel 15. . Koefisien Determinasi ( R2) faktor jumlah pusaran bulu
Model Summary
a. Predictors: (Constant), f3
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa R Square bernilai 0,203
artinya bahwa semua variabel bebas jumlah pusaran bulu f3 dan f4 memiliki
hubungan untuk mempengaruhi variabel terikat sebesar 20,3% dan selebihnya
Tabel 16. Analisis regresi linier berganda pengaruh tiap tipe jumlah pusaran bulu pada variable jumlah pusaran bulu terhadap harga jual kerbau
Coefficientsa
1 (Constant) 13000000.000 1351118.364 9.622 .000
JumlahEmpat 4375000.000 1369755.360 .352 3.194 .002
a. Dependent Variable: HARGA
Berdasarkan tabel di atas di peroleh persamaan sebagai berikut:
Ŷ = a + bx1+ µ
Berdasarkan model persamaan di atas dapat diinterpresikan bahwa:
a. Apabila variabel bebas jumlah pusaran bulu empat pusaran (X1) maka nilai Y
= a + bx1 mengalami peningkatan sebesar 1 satuan, maka akan terjadi peningkatan harga jual (Y) sebesar Rp. 17.375.000
b. Apabila variabel X1 yang dianalisis dianggap nol (tidak melakukan aktifitas)
maka, nilai (X2) adalah nilai konstanta yaituharga jual (Y) sebesar Rp 13.000.000. c. Hasil penelitian pada tabel dapat diketahi bahwa jumlah pusaran bulu
berpengaruh dalam penentuan harga apabila ternak dijual untuk keperluan pesta adat namun apabila dijual untu komsumsi daging maka julah pusaran bulu diabaikan sebagai penentu harga jual.
Tabel 17. . Koefisien Determinasi ( R2) faktor taksiran bobot badan
Model R R Square
a. Predictors: (Constant), g2, g1
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa R Square bernilai 0,234 artinya bahwa semua variabel bebas letak pusaran bulu g1,g2 dan e3memiliki
hubungan untuk mempengaruhi variabel terikat sebesar 23,4% dan selebihnya yaitu sebesar 76,6% dijelaskan oleh variabel lain (µ) yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Tabel 18. Analisis regresi linier berganda pengaruh tiap tipe taksiran bobot badan pada variabel taksiran bobot badan terhadap harga jual kerbau
Coefficientsa
1 (Constant) 13333333.333 1038760.136 12.836 .000
Bobot100kg 3850000.000 1064412.397 .749 3.617 .001
Bobot150kg 5393939.394 1171879.481 .953 4.603 .000
a. Dependent Variable: HARGA
Berdasarkan tabel di atas di peroleh persamaan sebagai berikut:
Ŷ = a + b1x1 + b2x2+ µ
Ŷ = 13.333.333+ 3.850.000X1 + 5.393.939X2 + µ
Keterangan:
Ŷ : Harga jual
X1 : taksiran bobot badan 101-150 Kg X2 : taksiran bobot badan≥ 150 Kg X3 : taksiran bobot badan 70 ≥ 100 Kg µ : Variabel yang tidak di teliti
a. Apabila variabel bebastaksiran bobot badan g1 70-100 Kg (X1) maka nilai Y =
a + bx1 mengalami peningkatan sebesar 1 satuan, maka akan terjadi peningkatan
harga jual (Y) sebesar Rp. 13.183.333
b. Apabila variabel bebas taksiran bobot badan g2 101-150 Kg (X2) maka nilai Y
= a + bx1 mengalami peningkatan sebesar 1 satuan, maka akan terjadi
peningkatan harga jual (Y) sebesar Rp. 18.727.272
c. Apabila variabel X1 dan X2 yang dianalisis dianggap nol (tidak melakukan
aktifitas) maka, nilai (X3) adalah nilai konstanta yaituharga jual (Y) sebesar Rp 13.333.333
d. hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa semakin tinggi bobot badan ernak
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
a. Karakteristik ternak kerbau yang terdapat di Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara yaitu memiliki tanduk (panjang,besar; panjang; besar; besar, pendek), warna (hitam pekat dan coklat kehitam-hitaman),
jumlah pusaran bulu (satu, dua, tiga, empat, enam), letak pusaran bulu (pundak dan pinggul; pundak saja; pinggul saja; hidung, pundak, pinggul;
tidak beraturan), jantan, dan kondisi fisik.
b. Tanduk, warna, letak pusaran bulu dan taksiran bobot badan memberikan pengaruh positif dalam penentuan harga jual sedangkan letak pusaran bulu
tidak memberikan pengaruh dalam penentuan harga jual kerbau di Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara.
Saran
Disarankan kepada peternak seharusnya memelihara kerbau yang memiliki karakteristik yang baik untuk mendapatkan harga yang lebih tinggi meliputi
model tanduk, letak dan jumlah pusaran bulu, warna kulit dan kondisi fisikyang baik.