• Tidak ada hasil yang ditemukan

this PDF file PENGEMBANGAN PRODUK WISATA ALAM KAWAH WURUNGABUPATEN BONDOWOSO | Hidayat | Jurnal Administrasi Bisnis 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "this PDF file PENGEMBANGAN PRODUK WISATA ALAM KAWAH WURUNGABUPATEN BONDOWOSO | Hidayat | Jurnal Administrasi Bisnis 1 PB"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 3 Februari 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

101

PENGEMBANGAN PRODUK WISATA ALAM KAWAH WURUNG,

KABUPATEN BONDOWOSO

Fajar Rasyiidi Hidayat Yusri Abdillah Luchman Hakim Fakultas Ilmu Administrasi

Universitas Brawijaya

fajarrasyiidi@gmail.com

ABSTRACT

Wurung Crater is one of the tourist attractions in Bondowoso. Wurung Crater has beautiful natural scenery as well as some tourism potentials, but the elements of tourist attraction such as something to see, something to buy and something to do, have not been explored as the design of product development. Tourism product development is expected to attract tourists to conduct tourism activities in Wurung Crater, as well as to invite related stakeholders such as local people and government to participate, so that it can succeed the development of natural tourism product of Wurung Crater. Based on the results of the research tourism potential that can be used as a tourist product in Wurung Crater based on the wishes of the visitor are Mountain bike tour, which is tour around some interesting places in Wurung Crater by mountain bike. Village tour, the tour enjoys the village life of coffee workers and learns how to manage coffee. This Research suggest that it needs a brodder involvement of the local community expecially for providing homestay, a tour guide and tour site manager. The local government should provide more community services such as Human Resources training, conduct marketing activities, and build facilities and infrastructure.

Keywords: Product Development, Role of Government, Community Roles, and Kawah Wurung.

ABSTRAK

Kawah Wurung merupakan salah satu daya tarik wisata yang berada di Kabupaten Bondowoso. Kawah Wurung memiliki pemandangan alam yang indah serta beberapa potensi wisata, tetapi unsur atraksi wisata seperti something to see, something to buy dan something to do belum banyak digali sebagai desain dari pengembangan produk. Pengembangan produk wisata di harapkan mampu menarik wisatwan untuk melakukan kegiatan wisata di Kawah Wurung, serta mengajak para pemangku kepentigan terkait seperti masyarakat setempat dan pemerintah untuk berpartisipasi, sehingga dapat mensukseskan pengembangan produk wisata alam Kawah Wurung. Berdasarkan hasil penelitian potensi wisata yang dapat dijadikan produk wisata di Kawah Wurung berdasarkan keinginan dari wisatawan adalah Mountain bike tour, yaitu tur mengelilingi beberapa tempat menarik di Kawah Wurung dengan menggunakan sepeda gunung. Village tour, yaitu tur menikmati kehidupan desa para pekerja kopi dan belajar cara pengelolaan kopi. Hasil penelitian ini menyarankan agar terdapat peran lebih dari masyarakat sekitar dalam hal menyediakan penginapan, menjadi pemandu wisata dan pengelola lokasi wisata. Pada sisi yang lain, pemerintah dapat melakukan pelatihan Sumber Daya Manusia, melakukan aktivitas pemasaran, serta membangun sarana dan prasarana.

(2)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 3 Februari 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

102

PENDAHULUAN

Kawah wurung merupakan sebuah potensi wisata alam berupa cekungan berwarna hijau yang menyerupai kawah. Masyarakat lokal menyebutnya Kawah Wurung karena arti dari “wurung” yaitu tidak jadi, dengan kata lain Kawah Wurung merupakan sebuah kawah yang tidak jadi terbentuk.

Pada tahap awal, sekelompok pemuda sekitarlah yang mempunyai ide untuk menjadikan Kawah Wurung sebagai sebuah tempat wisata. Ide tersebut muncul karena sekelompok pemuda itu melihat keindahaan alam di Kawah Wurung yang berpotensi untuk dijadikan tempat wisata. Seiring perkembangan waktu, saat ini tidak hanya sekelompok pemuda yang terlibat dalam pengelolaan Kawah Wurung, tetapi masyarakat sekitar, pemerintah Kabupaten Bondowoso dan Perhutani juga sudah mulai berpartisipasi. Bentuk dari partisipasi ketiga stakeholder tersebut adalah dengan memperbaiki aksesibilitas, menambah fasilitas penunjang seperti toilet dan warung serta mengadakan promosi (Putri, 2013).

Kunjungan wisata di Kawah Wurung juga sudah mulai ramai meskipun belum ada data yang menunjang karena destinasi ini masih baru. Sementara dengan ramainya kunjungan tersebut tidak diimbangi oleh kegiatan yang dapat dilakukan wisatawan di Kawah Wurung sehingga wisatawan hanya sekedar datang, melihat pemandangan kemudian pulang. Seperti yang diketahui bahwa sebuah destinasi harus memiliki 3 unsur something to see, something to do dan something to buy (Yoeti, 1996:177). Sebagai sebuah destinasi baru, unsur something to se, something to do dan something to buy belum banyak digali sebagai desain dari pengembangan produk wisata di Kawah Wurung. Oleh karena itu, perlu adanya upaya pengembangan produk wisata alam yang ada di Kawah Wurung selain bertujuan untuk mengorganisir kegiatan wisatawan juga dapat menjadi tambahan pemasukan bagi kelompok masyarakat yang mengelola kawasan tersebut.

Perencanaan dan pengembangan suatu produk wisata pada destinasi seperti Kawah Wurung memerlukan kerjasama dari pemerintah setempat, perencana fisik, arsitek, analisis finansial, investor, masyarakat sekitar dan banyak profesional lainnya (Hadinoto, 1996), selain itu pemerintah, masyarakat lokal dan swasta juga berperan dalam memfasilitasi pengembangan destinasi yang berkelanjutan (Corte, Gaudio, dan Iavazzi, 2013). Masyarakat lokal dalam

pembentukan sebuah produk wisata harus lebih dominan. Hal ini disebabkan karena masyarakat sekitarlah yang lebih mengetahui tentang potensi serta seluk-beluk dari daya tarik yang akan dikemas menjadi sebuah produk wisata tersebut. Sedangkan pemerintah merupakan instansi yang memiliki tempat tersebut sehingga pada tahap awal perlu adanya regulasi-regulasi yang jelas dalam pengembangannya. Selain itu, pada tahap awal pengembangan pemerintah juga berperan dalam hal promosi serta pembangunan fasilitas yang menunjang destinasi tersebut (Zang dan Xiao, 2013). Atas dasar itulah peneliti mengambil judul “Pengembangan Produk Wisata Alam Kawah

Wurung Kabupaten Bondowoso”.

KAJlAN PUSTAKA Industri Pariwisata

Hakim (2004) mengemukakan bahwa industri pariwisata adalah suatu sekumpulan usaha wisata yang mempunyai peluang untuk aktif berperan dalam konservasi dan pembangunan berkelanjutan dengan mendesain suatu konsep wisata berbasis konservasi atau yang biasa disebut dengan industri ekowisata

Pemasaran Pariwisata

Yoeti (1996) menyatakan pemasaran terpadu atau marketing mix terdiri dari unsur product mix, distribution mix, communication mix dan service mix Pengembangan Produk Wisata

Gun (2005) menyatakan dalam mengembangkan sebuah produk harus meliputi beberapa aspek seperti objek dan atraksi, amenitas, aksesibilitas, dan kelembagaan. Selain itu dalam penerapannya perlu dilakukan diversifikasi produk dengan cara diversifikasi konsentris, diverseifikasi horisontal dan diversifikasi konglomerat.

Pengembangan Destinasi Wisata

Richardson dan Fluker (2004) mengemukakan bahwa pengembangan suatu destinasi tidak lepas dari siklus evolusi yang terdiri dari fase pengenalan ,pertumbuhan, pendewasaan, penurunan dan peremajaan.

Peran Serta Masyarakat

(3)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 3 Februari 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

103 berkontribusi terhadap implementasi program

tersebut

Peran Serta Pemerintah

Menurut UN-WTO dalam Pitana (2009) peran pemerintah adalah dalam membuat kebijakan yang strategis dan bertanggungjawab serta memperhatikan beberapa aspek seperti pembangunan insfrastruktur, aktivitas pemasaran, peningkatan budaya dan lingkungan serta pengembangan SDM

METODE PENElITIAN Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu dengan mendeskripsikan tentang pengembangan destinasi awal serta peran pemerintah dan masyarakat di dalam pengembangannya.

Fokus Penelitian

a. Profil daya tarik Kawah Wurung

b. Pengembangan produk wisata di Kawah Wurung yang meliputi aspek atraksi, amenitas, aksesibilitas, kelembagaan

c. Peran serta masyarakat dan pemerintah dalam upaya menggembangkan destinasi Kawah Wurung

d. Desain pemasaran yang diterapkan di Kawah Wurung

Lokasi Dan Situs Penelitian

Lokasi yang dipilih dari penelitian ini adalah Kawah Wurung yang berada dalam wilayah Kabupaten Bondowoso.

Analisis Data

Adapun proses analisis data dengan teknik analisis deskriptif kualitatif dalam penelitian ini menurut Miles dan Huberman (1992:16-19) yakni reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan/verifikasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Potensi Daya Tarik Wisata Kawah Wurung Letaknya yang berada di perkebunan kopi membuat Kawah Wurung memiliki keunikan tersendiri seperti akses jalan menuju kawah wurung yang dikelilingi oleh pohon kopi dapat menjadi sebuah potensi tersendiri. Selain potensi dari tanaman kopi terdapat keunikan lain seperti rumah dari penduduk lokal. Karakter dari rumah penduduk yang bermukim di sekitar Kawah Wurung memiliki bentuk yang seragam dengan tanaman buah dan sayur di depannya.

Potensi lainnya yang terdapat di Kawah Wurung adalah tentang pemandangan alamnya, dari view point wisatawan dapat melihat kawah yang luas dengan hamaparan rerumputan berwarna hijau dan terdapat beberapa bukit di tengahnya. Selainitu juga terdapat lokasi yang menarik untuk dikunjungi, tetapi masih banyak wisatawan yang belum mengetahui tentang lokasi-lokasi tersebut. Lokasi pertama adalah makam tua yang terletak sekitar 2 km di sebelah kiri dari view point. Selain terdapat makam, pada sisi kanan view point, sekitar 1 Km juga terdapat peninggalan purba yang berupa batu-batu yang tersusun rapi dan membetuk satu garis. Terdapat juga susunan batu yang menyerupai rumah serta makam dari penduduk terdahulu.

Berikut merupakan tabel rangkuman mengenai potensi-potensi yang terdapat di wilayah Kawah Wurung .

Tabel 1. Potensi Dasar Lanskap Kawah Wurung

Objek Keterangan

Perkebunan Kopi Terdapat perkebunan kopi jenis arabica serta pabrik kopi

View Point Merupakan titik tertinggi dan tempat bagi wisatawan untuk melihat seluruh wilayah Kawah Wurung.

Bukit Teletubbies Merupakan jejeran bukit berwarna hijau yang berbentuk seperti rumah teletubbies dan terdapat kegiatan pemeliharaan dan penggembalaan sapi dengan cara yang unik.

Makam Tua Merupakan makam dari orang yang pertama kali menemukan dan menetap di area Kawah Wurung.

Situs Purbakala Merupakan jejeran batu vulkanis yang memiliki bentuk menyerupai makam dan patung, serta cerita tentang pertempuran Bandung Bondowoso.

Feeding Ground Merupakan hamparan lembah yang dipenuhi dengan rerumputan hijau. Digunakan oleh masyarakat sekitar untuk menggembala hewan ternak seperti sapi atau kambing.

(4)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 3 Februari 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

104 2. Persepsi Wisatawan Terhadap Produk Wisata

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap 50 orang wisatawan, didapatkan bahwa sebanyak 22 orang memilih untuk melakukan kegiatan adventure, yaitu berkeliling Kawah Wurung dengan mengamati vegetasi dan hewan yang ada disekitarnya. Sebagian wisatawan menginginkan kegiatan yang berkaitan dengan proses penggembalaan hewan di lahan terbuka atau feeding ground. Selain melakukan kegiatan adventure, sebanyak 16 orang memilih untuk melakukan kegiatan menikmati kehidupan desa atau village tour, yaitu menginap dirumah warga dan melakukan aktivitas seperti yang dilakukan masyarakat sekitar.

Sebanyak 5 orang wisatawan lebih memilih untuk bersantai, yaitu meilihat-lihat pemandangan alam yang ada di Kawah Wurung. Selain beberapa kegiatan tersebut, sebanyak 3 orang dari 50 reponden yang telah diwawancarai menyatakan ingin melakukan kegiatan pengamatan bintang, yaitu kegiatan pengamatan rasi bintang, gugusan bintang, serta berkesempatan untuk melihat milkyway.

Berikut merupakan grafik dari beberapa kegiatan yang diinginkan oleh wisatawan dan berpotensi untuk dijadikan sebuah produk wisata. Produk tersebut diharapkan kedepannya dapat menjadi tambahan penghasilan bagi masyarakat sekitar Kawah Wurung.

Gambar 1. Jenis Kegiatan Wisata di Kawah Wurung.

Sumber: Data Olahan Peneliti, 2016.

Berdasar atas Gambar 1 di atas dapat diketahui bahwa 2 kegiatan yang memiliki pasar potensial karena banyak diminati oleh wisatawan adalah adventure dan village tour. Kedua hal tersebut yang menjadi prioritas untuk dijadikan sebuah produk wisata.

3. Pengembangan Produk Wisata

Berdasarkan identifikasi potensi yang terdapat di Kawah Wurung maka diversifikasi produk merupakan jenis pengembangan produk yang cocok untuk diterapkan. Produk wisata yang utama dari Kawah Wurung adalah mountain bike tour. Hal ini karena banyaknya minat wisatawan yang ingin melakukan kegiatan adventure. Jalur dari mountain bike tersebut rencananya akan memutari Kawah Wurung dengan melewati beberapa lokasi yang menarik seperti perkebunan kubis warga, makam tua, jejeran bukit teletubbies, dan situs purbakala. Hal tersebut seperti yang terlihat pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Jalur Mountain Bike Tour di Kawah Wurung.

Sumber: Data Olahan Peneliti, 2016

Jalur mountain bike tersebut memakan waktu sekitar 3 jam dengan beberapa titik pemberhentian seperti di makam tua, perkebunan warga, bukit teletubbies dan situs purbakala. Untuk menambah kesan atraktif, selanjutnya pada setiap titik pemberhentian, pemandu lokal akan menjelaskan tentang cerita yang memiliki keterkaitan dengan spot yang dikunjungi. Misalnya, ketika berhenti di makam tua, pemandu lokal menceritakan tentang bentuk bangunan, menceritakan tentang sejarah makam tersebut, keterkaitan makam tersebut dengan Kawah Wurung karena makam tersebut merupakan makam orang yang menemukan Kawah Wurung.

(5)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 3 Februari 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

105 yang akan di kunjungi adalah Bukit Teletubbies.

Pada bukit tersebut wisatawan dapat melihat jajaran bukit-bukit kecil dengan hamaparan rumput hijau, selain itu juga terdapat sapi-sapi yang dilepaskan oleh masyarakat lokal untuk merumput. Pemandu lokal juga dapat bercerita tentang keunikan cara masyarakat lokal dalam memelihara sapi seperti kenyataan bahwa sapi tersebut dilepas untuk merumput dalam jangka waktu satu tahun.

Titik situs purbakala merupakan pemberhentian terakhir dari tur mountain bike ini. Pada titik ini wisatawan dapat menyaksikan pemandangan hamparan batu vulkanik dengan bentuk aneh yang tersusun rapih. Cerita yang dapat diberikan pada titik ini adalah sejarah tentang peninggalan purbakala dan cerita rakyat tentang Darmawulan dan Minakjinggo. Cerita berupa folklor yang disampaikan oleh pemandu lokal tersebut merupakan sebuah intrepretasi dari sebuah produk wisata.

Intrepretasi diartikan sebagai proses penjelasan terhadap wisatawan dan masyarakat pendukungnya tentang arti penting tempat, masyarakat dan obyek yang dikunjungi sehingga menjadi daya tarik dan sekaligus menumbuhkan sikap peduli terhadap pelestarian daya tarik tersebut, sehingga intrepretasi folklor yang disampaikan oleh pemandu lokal dapat menjadi sebuah atraksi tersendiri bagi wisatawan karena intrepretasi merupakan sebuah komponen dalam perjalanan wisata yang dapat memberikan pengalaman perjalanan dan kepuasan kepada wisatawan (Sugiarti, 2005). Setelah selesai melakukan tur, wisatawan dipersilahkan untuk menikmati minuman dan makanan ringan yang telah dipersiapkan.

Penetapan harga dari paket wisata sepeda gunung (mountain bike) ditentukan melalui dua faktor yaitu, fixed cost dan variable cost (Suyitno, 2001) dengan margin keuntungan sebesar 20%. Fixed cost yang termasuk dalam paket wisata sepeda gunung adalah jasa pemandu lokal sedangkan variable cost yang termasuk adalah biaya sewa sepeda, biaya tiket masuk, biaya untuk minuman dan makanan ringan. Keuntungan dari penjualan paket wisata tersebut sepenuhnya akan digunakan sebagai kas pengelola Kawah Wurung yang nantinya akan digunakan untuk kepentingan perbaikan jalan,

menjaga keamanan serta pemeliharaan. Berikut merupakan mekanisme pembayaran bagi setiap wisatawan yang ingin melakukan aktivitas mountain bike tour dengan asumsi peserta setiap paket wisata sebanyak 6 orang.

Tabel 3. Besaran Biaya

Uraian Biaya Fixed Cost Variable Cost

Jasa Pemandu Rp. 150.000 -

Biaya sewa sepeda Rp. 35.000

Biaya tiket masuk Rp. 5.000

Biaya snack Rp. 10.000

TOTAL Rp. 150.000 Rp. 50.000

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat diketahui besar biaya yang diperlukan untuk melakukan satu kali perjalanan wisata sepeda gunung. Tahap selanjutnya adalah menghitung harga jual dengan asumsi jumlah peserta setiap paket wisata adalah 6 orang. Berikut cara menghitung harga jual tersebut: 1. Menentukan Net Buying Price/Pax:

�� �

� ℎ � + � �

=� . . + � . .

= � . .

2. Mengitung pendapatan sebesar 20%.

= Net Buying Price/Pax x 20%

= Rp. 75.000 x 20% = Rp. 15.000

3. Menentukan harga jual.

= Net Buying Price/Pax + Profit = Rp. 75.000 + Rp. 15.000 = Rp. 90.000

(6)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 3 Februari 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

106 Produk wisata yang kedua dari Kawah Wurung

adalah village tour, yaitu kegiatan wisata dimana wisatawan dapat menikmati kehidupan masyarakat lokal serta dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat tersebut. Program utama dari kegiatan ini difokuskan dalam hal perkopian seperti belajar tentang kopi, sejarah kopi di daerah tersebut, cara memetik kopi, serta melihat proses pengolahan kopi. Hal tersebut dikarenakan pekerjaan utama dari masyarakat di Kawah Wurung adalah sebagai pekerja di perkebunan kopi. Langkah pertama dalam menyusun produk kedua ini adalah dengan membuat acara wisata atau itinerary (Suyitno, 2001). Rencana dari paket wisata ini berdurasi 2 Hari 1 Malam dimulai pada siang hari pada hari pertama dan berakhir pada siang hari di hari kedua. Rangkuman program pada paket wisata village tour dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 4. Rencana Perjalanan Village Tour

Waktu Itinerary

Hari I 1. Peserta sampai di Kawah Wurung pada siang hari

2. Check in homestay, istirahat.

3. Sore hari menuju Puncak Wifi untuk melihat sunset dan pengamatan bintang. 4. Malam hari istirahat, acara bebas.

Hari II 1. Pagi hari berwisata keliling kampung, melihat pembuatan kopi secara tradisional. 2. Kemudian menuju kebun dan pabrik kopi

untuk melihat proses mengolah kopi. 3. Siang hari check out, acara selesai.

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Berdasar Tabel 4 tersebut, dapat diketahui untuk program dari village tour pada hari pertama dimulai dari kedatangan peserta siang hari. Setelah istirahat dan makan siang, peserta berangkat menuju Puncak Wifi untuk menikmati pemandangan Kawah Wurung dan sunset serta dapat melakukan pengamatan bintang pada malam hari. Setelah dari Puncak Wifi kembali menuju homestay untuk makan malam dan istirahat.

Pada hari kedua, kegiatan dimulai pagi hari dengan melakukan wisata berkiling kampung. Saat program keliling kampung, pemandu lokal menjelaskan tentang tata letak rumah, arti dari bentuk rumah yang mayoritas memiliki arsitektur yang sama, fungsi dari tanaman yang ditanam di depan rumah serta dapat bercerita tantang gambaran umum desa tersebut, kemudian peserta diajak untuk melihat proses pengolahan kopi secara tradisional. Peserta dapat juga berinteraksi dengan penduduk

sekitar supaya mendapatkan informasi yang mendalam. Para penduduk yang rumahnya akan dikunjungi oleh wisatawan diberikan penjelasan tentang hak dan kewajiban yang harus diperhatikan terkait dengan kegiatan wisata keliling desa. Hak yang dimiliki seperti penduduk tersebut akan diberikan prosentasi keuntungan dari setiap kunjungan wisatawan yang datang. Kewajiban yang harus dipenuhi adalah menjaga kebersihan area rumah. Setelah melakukan kegiatan keliling desa, peserta kembali menuju homestay untuk persiapan menuju kebun dan pabrik kopi. Saat pelaksanaan program keliling kebun dan pabrik kopi, pemandu lokal menceritakan tentang jenis kopi yang tumbuh, ciri-ciri dari kopi tersebut, masa panen kopi, cara memanen kopi, serta cara mengolah kopi. Pada saat di pabrik, pemandu menceritakan tahapan proses pengolahan kopi sampai akhirnya menuju ke pengamasan dan siap untuk dikirimkan. Seletah program keliling kebun dan pabrik kopi peserta kembali menuju homestay untuk check out.

Penetapan harga dari paket wisata keliling desa (village tour) ditentukan melalui dua faktor yaitu, fixed cost dan variable cost (Suyitno, 2001) dengan margin keuntungan sebesar 20%. Fixed cost yang termasuk dalam paket wisata sepeda gunung adalah jasa pemandu lokal, jasa homestay, donasi kunjungan ke rumah warga, dan transportasi. Sedangkan yang termasuk variable cost adalah biaya makan, biaya tiket masuk Kawah Wurung, biaya tiket masuk pabrik. Keuntungan dari penjualan paket wisata tersebut sepenuhnya akan digunakan sebagai kas pengelola Kawah Wurung yang nantinya akan digunakan untuk kepentingan perbaikan jalan, menjaga keamanan serta pemeliharaan. Berikut merupakan mekanisme pembayaran bagi setiap wisatawan yang ingin melakukan aktivitas village tour dengan asumsi peserta setiap paket wisata sebanyak 6 orang.

Tabel 5. Perhitungan Biaya Village Tour

Uraian Biaya Fixed Cost Variable Cost

Jasa Pemandu Rp. 150.000 -

(7)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 3 Februari 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

107 Tahap selanjutnya adalah menghitung harga

jual dengan asumsi jumlah peserta setiap paket wisata adalah 6 orang. Berikut cara menghitung harga jual tersebut:

1. Menentukan Net Buying Price/Pax:

�� �

� ℎ � + � �

=� . . + � . .

= � . .

2. Mengitung pendapatan sebesar 20%. = Net Buying Price/Pax x 20% = Rp. 183.334 x 20%

= Rp. 36.666

3. Menentukan harga jual.

= Net Buying Price/Pax + Profit = Rp. 183.334 + Rp. 36.666 = Rp. 220.000

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui harga jual paket wisata mountain bike untuk 6 orang adalaha sebesar Rp.220.000 dengan rincian sebesar Rp. 183.334 digunakan untuk biaya operasional yang meliputi honor pemandu wisata, biaya masuk pabrik kopi, biaya tiket masuk, biaya makan, donasi rumah warga, biaya penginapan dan biaya transportasi. Rp 36.666 adalah pendapatan yang didapat oleh masyarakat. Hasil tersebut nantinya akan dijadikan sebagai uang kas dan selanjutnya akan digunakan untuk memperbaiki jalan serta melakukan perawatan terhadap Kawah Wurung.

Berdasarkan teori dari Kotler (1994), kedua produk wisata tersebut termasuk kedalam produk sekunder yang bertujuan supaya wisatawan dapat menikmati keindahan Kawah Wurung secara optimal, sedangkan Kawah Wurung sendiri termasuk kedalam produk utama karena Kawah Wurung merupakan objek dan daya tarik wisata yang menjadi tujuan utama bagi wisatawan untuk berkunjung. Tentunya untuk menjamin kualitas dari kedua tingkatan produk tersebut dibutuhkan produk tambahan yaitu berupa pelayanan yang baik, suasana yang menyenangkan dan profesionalitas dalam bekerja.

4. Peran Masyarakat dalam Pengembangan Destinasi

Bentuk peran serta masyarakat di Kawah Wurung menurut Tosun (2004) termasuk kedalam Spontaneus Participation. Hal tersebut

ditunjukkan dengan pemikiran dari pemuda setempat yang menilai Kawah Wurung mempunyai pemandangan alam yang indah dan cocok untuk dijadikan sebuah tempat wisata. Langkah selanjutnya yang dilakukan pemuda tersebut adalah membentuk kelompok beranggotakan 6 orang.

Bentuk partisipasi dari kelompok tersebut adalah bergotong-royong memperbaiki akses jalan, mendirikan tenda terpal untuk penitipan kendaraan bermotor, melakukan pemasaran melalui media sosial serta melakukan negosiasi kepada tokoh masyarakat setempat. Tahap berikutnya yang dilakukan kelompok tersebut adalah mengajak masyarakat lainnya untuk terlibat dalam pengembangan Kawah Wurung seperti membangun toilet, membuka warung, menyediakan penginapan, menyewakan kuda dan ojek.

5. Peran Pemerintah dalam Pengembangan Destinasi

Peran serta Dinas Pariwisata Pemuda Olahraga dan Perhubungan Kabupaten Bondowoso dalam pengembangan sebuah destinasi wisata biasanya lebih terfokus pada pembuatan kebijakan. Berdasarkan fenomena dilapangan bentuk kebijakan yang dibuat oleh pemerintah mencakup empat aspek yaitu:

a. Pembangunan fasilitas penunjang yang dilakukan secara bertahap. Pada tahun 2015 pemerintah membangun musholla, toilet, shelter, dan kantor pengawasan. Tahun 2016 pemerintah berencana untuk membangun rumah peristirahatan, pengadaan peralatan penunjang produk wisata seperti sepeda gunung, pengaspalan jalan, membuat rambu-rambu, menambah gazebo dan membangun gapura di pintu masuk.

b. Melakukan kegiatan pemasaran dengan cara mengundang program dari televisi, menyebarkan brosur, mengadakan farmtrip dan melalui media sosial seperti facebook, twitter dan instagram.

c. Peningkatan kualitas budaya dan lingkungan diterapkan pemerintah melalui program pelatihan desa wisata.

(8)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 3 Februari 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

108 6. Pemasaran Kawah Wurung

Pemasaran yang terdapat di Kawah Wurung dilakukan oleh masyarakat lokal dan Dinas Pariwisata Pemuda Olahraga dan Perhubungan Kabupaten Bondowoso. Cara publikasi yang telah dilakukan oleh masyarakat lokal adalah dengan menggunakan facebook, Sedangkan Pemerintah dengan mengadakan promotional event (Yoeti, 1996). Adapun publikasi yang dilakukan pemerintah yaitu melalui public items (Yoeti, 1996), seperti menyebarkan brosur, pamflet dan liflet.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

a. Kawah Wurung memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan menjadi sebuah produk wisata baru. Potensi tersebut terdiri dari keindahan bentang alam, jenis flora & fauna, cerita rakyat dibalik terbentuknya Kawah Wurung, situs purbakala, hamparan perkebunan kopi dan pemukiman khas pekerja perkebunan kopi yang unik.

b. Berdasarkan beberapa potensi yang dimiliki serta keinginan dari wisatawan, maka produk kegiatan adventure yang dikembangkan adalah mountain bike tour, bersepeda mengelilingi Kawah Wurung dan menikmati pemandangan yang ada serta mengunjungi lokasi-lokasi yang menarik. Kegiatan kedua adalah village tour, yaitu menikamti kehidupan desa serta belajar tentang perkopian.

c. Peran masyarakat dalam pengembangan Kawah Wurung termasuk dalam jenis spontaneus participation. Sedangkan bentuk partisipasinya meliputi sumbangan tenaga, pemikiran, tenaga dan pemikiran, serta uang atau barang.

d. Peran Pemerintah dalam hal ini adalah membantu masyarakat dalam bentuk melakukan promosi, mengadakan pelatihan, membantu untuk mendirikan lembaga, membantu untuk menambah fasilitas penunjang serta memperbaiki akses menuju Kawah Wurung. e. Kegiatan pemasaran yang dilakukan dan

dikembangkan di Kawah Wurung dilakukan oleh masyarakat melalui media sosial, sedangkan pemerintah lebih beragam yaitu menggunakan media sosial serta website pariwisata. Selain itu pemerintah juga mengadakan farmtrip, event-event pariwisata,

membuat brosur dan mengundang program televisi.

Saran

1. Saran untuk kelompok masyarakat

a. Memperkaya souvenir khas dari Kawah Wurung sehingga wisatawan yang datang kesana tidak hanya membeli kopi tetapi dapat memilih jenis souvenir lainnya.

b. Mengadakan forum untuk menilai kinerja dari anggota kelompok dan melakukan perencanaan program untuk kedepannya. Forum tersebut dapat diadakan dalam janggka waktu 1 bulan sekali.

c. Turut menjaga fasilitas yang disumbang oleh Dinas Pariwisata Pemuda Olahraga dan Perhubungan seperti toilet, musholla, gazebo dan shelter.

d. Mendirikan lembaga sadar wisata yang nantinya akan menjadi bagian dari desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). 2. Saran untuk Dinas Pariwisata Pemuda Olahraga

dan Perhubungan Kabupaten Bondowoso.

a. Membuat kebijakan tentang pengembangan Kawah Wurung yang sesuai dengan aspek keberlanjutan karena Kawah Wurung merupakan tempat wisata yang berbasis alam. b. Mengajak masyarakat dalam pembuatan

sebuah kebijakan tentang Kawah Wurung, karena masyarakat lokal lebih mengetahui seluk beluk dari tempat tersebut.

c. Menyediakan pusat informasi bagi wisatawan untuk membantu menjawab pertanyaan dari wisatawan yang berkunjung.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, R. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Jogjakarta: Graha Ilmu.

Corte, V. D., G. D. Glaudio, dan A. Lavazzi. 2013. Managerial Approaches to Sustainable Tourism and Destination Development. University Federico, Naples: Jurnal.

Hadinoto, K. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwasita. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

(9)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 3 Februari 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

109 Putri, F.C. P. 2013. Pengembangan Destinasi

Pariwisata di Kabupaten Cilacap. Universitas Negeri Sebelas Maret, Solo: Jurnal.

Richardson dan Fluker. 2004. Understanding and Managing Tourism. Australia: Pearson Education Australia, NSW Australia.

Yoeti, O. A. 1996. Pemasaran Pariwsata Terpadu. Bandung: Angkasa.

Yoeti, O. A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.

Zhang, C dan Xiao, Honggen. 2013. Destination Development in China: towards an effective model of explanation. Sun Yat-sen University,

Gambar

Gambar 2. Jalur  Mountain Bike Tour di Kawah Wurung.
Tabel 3. Besaran Biaya Uraian Biaya
Tabel 4. Rencana Perjalanan Village Tour Waktu Itinerary

Referensi

Dokumen terkait

Pеnеlіtі mеnyіmpulkаn dеmіkіаn kаrеnа mеskіpun fаsіlіtаs dаn аksеsbіlіtаs pаdа Pаntаі Syаrіаh mаsіh tеrhіtung sаngаt kurаng, bеbеrаpа wіsаtаwаn yаng

Asustek berpengaruh tidak signifikan terhadap keputusan pembelian, hal ini menunjukkan bahwa responden tidak mengenal siapa pembuat produk Laptop Asus, namun hasil

Penetapan harga internasional juga dikemukakan oleh Lamb, Hair, dan McDaniel (2001:494) yang terdiri atas 3 metode, yaitu penentuan harga yang berorientasi pada

digunakan terutama untuk melatih para karyawan mengenai cara pelaksanaan suatu pekerjaan. Hal itu terbukti dengan petunjuk dan pemberian materi yang diberikan oleh pihak

Item terendah dalam variabel kepuasan pengunjung adalah minat melakukan kunjungan ulang yang dapat diasumsikan bahwa ketika pengunjung menghabiskan waktu untuk

Zomato for business yang dimana menurut peneliti bahwa diperlukan adanya komunikasi dari dua belah pihak terutama pihak Zomato untuk melakukan pemberitahuan kepada

Perilaku mencari variasi terhadap perpindahan merek menunjukkan bahwa nilai pelanggan memiliki pengaruh yang besar terhadap pembelian produk, hal ini menunjukan

Dapat dilihat dari grafik 5 bahwa menurunnya jumlah wisatawan yang datang ke Desa Wisata Nglanggeran pada tahun 2015 tidak serta merta menurunkan omset yang masuk ke