Makalah
BANK DAN BANK SYARIAH
Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugasnpada mata kuliah
“BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH”
Disusun oleh:
KHOIRUL ANAM ARIFIN
UTSMAN JAZULI
EKONOMI SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA
MADIUN
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya bank-bank di Indonesia yang merupakan bank konvensional/umum yang dibawah naungan pemerintah Indonesia, dibawah naungan pemerintah daerah/bank daerah, maupun bank-bank swasta lainnya, muncullah bank syariah yang menggunakan konsep dengan berpegang teguh hukum-hukum islam yang berdiri dibawah Bank Indonesia (BI) dan
berkedudukan setara dengan Bank-bank umum yang telah banyak tersebar
diseluruh Indonesia berikut ini akan membahas mengenai Bank Konvensional dan juga Bank Syariah beserta perbedaan-perbedaannya.
2. Rumusan Masalah
1. Begaimana sejarah singkat berdirinya Bank Konvensional dan Bank Syariah?
2. Apa yang dimaksud dengan Bank sendiri dan apa fusngsinya? 3. Apa perbedaan antara Bank Konvensional/umum dengan Bank
Syariah?
4. Apa perbedaan dari Bank Konvensional/umum dengan Bank Syariah yang ditinjau dari konsep dan system masing-masing?
3. Tujuan Permasalahan.
1. Mengetahui sejarah dari Bank konvensional dan Bank Syariah. 2. Mengetahui pengertian dan fungsi Bank.
3. Mengetahui perbedaan Bank Konvensional/umum dengan Bank Syariah
4. Mengetahui perbedaan keduanya dilihat dari konsep dan systemnya.
PEMBAHASAN
1. SEJARAH SINGKAT BANK KONVENSIONAL DI INDONESIA
Bank pertama yang dibuat dan dimiliki oleh pemerintah Indonesia adalah Bank BNI (Bank Negara Indonesia) pada tahun 1946 yang lebih dikenal dengan BNI 46’. Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik Indonesia, pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional.
Menyusul penunjukan De Javsche Bank yang merupakan warisan dari Pemerintah Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, Pemerintah membatasi peranan Bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi atau bank sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan, dan kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa, dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri.
Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank Negara Indonesia diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini melandasi pelayanan yang lebih baik dan tuas bagi sektor usaha nasional.1
2. SEJARAH BANK SYARIAH DI INDONESIA
Kehadiran Bank Syariah di Indonesia dipeloposri oleh berdirinnya Bank Muamalat pada tahun 1991 dan mulai beroperasi penuh tahun 1992, yang
merupakan hasil dari Musyawaroh Nasional pada tahun 1990 dimana hasil Munas tersebut mengamanatkan untuk membentuk kelompok kerja untuk mendirikan Bank Islam di Indonesia
pada tahun 1992 pemerintah mengeluarkan undang-undang tentang
perbankan yang memperkenalkan system perbankan bagi hasil. Yang menyatakan bahwa salah satu bank umum dan bank perkreditan rakyat adalah menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil. Ketentuan ini menandai dimulainya era system perbankan ganda (dual banking system) di Indonesia, yaitu beroperasinya system perbankan umum dan system perbankan dengan prinsip bagi hasil.
Kemudian pada tahun 1998 terjadi perubahan Undang-Undang. Perubahan itu semakin mendorong berkembangnya keberadaan system perbankan syariah di Indonesia. Berdasarkan UU ini Bank Umum diperbolehkan untuk melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, yaitu melalui pembukaan UUS (Unit Usaha Syariah). Bank Umum dapat memilih melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan system umum atau berdasarkan prinsip syariah atau melakukan keduanya.
Pada tahun 2008 ada aturan baru mrngrnai perbankan syariah, antara lain otoritas fatwa dan komite perbankan syariah, pembinaan dan pengawasan syariah, pemilihan dewan pengawas syariah (DPS), masalah pajak, don konversi unit usahasyariah (UUS) menjadi bank umum syariah (BUS), kemudian memberikan keleluasan dalam pengembangan perkembangan syariah sehingga memberikan peluang besar ke depannya, kemudian munculan BUS dan BPRS dan banyak kegiatan usaha lainnya.2
3. PERBEDAAN BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH
Sebelumnya kita akan mengetahui apa fungsi dari Bank, yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat lain yang memerlukan. Kemudian kita mengenal dengan adanya Bank Syariah, apa perbedaan antara Bank konvensional dengan Bank syariah?
Bank Konvensional adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
Bank Syariah adalah sebuah lembaga perbankan yang pada prinsipnya berpegang pada syariat Islam, mempunyai sistem operasi di mana ia tidak mengandalkan pada bunga.
4. PERBEDAAN BERDASARKAN KONSEP DAN SISTEM
Kemudian berdasarkan kosep dan system, bank konvensional
mendapatkan dana dari masyarakat dengan konsep seperti giro dan tabungan dan deposito, yang kemudian penyalurannya kepada masyarakat dengan pembebanan yang dinamakan bunga baik konsumtif, modal kerja/investasi. Bunga pada Bank konvensional penentuan besarnya hasil dari awal, bunga dihitung dari besarnya dana yang di pinjam, jumlah pembayaran bunga tidak meningkat meskipun jumlah keuntungan berlipat/booming, jumlahnya telah diketahui sebelumnya, eksistensi dan perhitungan bunga diragukan.
Seperti yang sudah disampaikan diatas, bang syariah adalah suatu system perbankkan berdasarkan syariat hukum islam, dan akad merupakan keterikatan antara bank syariah dan nasabahnya yang merupakan dasar untuk melakukan transaksi di bank syariah. Sumber dana bank syariah berasal masyarakat sendiri yang menggunakan konsep bagi hasil dengan penghimpunan seperti wadiah (giro), dan mudharabah (tabungan & deposit). Kemudian penyaluran dananya kepada masyarakat dengan cara bagi hasil (mudharabah & musyarakah), jual beli (murabahah, salam, istisna, ijarah), jasa (qard, hawalah, khafalah, wakalah, rahn). Bagi hasil pada bank syariah penentuan besarnya hasil sesudah berusaha/ada hasil, bagi hasil disepakati berdasarkan proporsi pembagian, jumlah laba meninggakat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan, jumlah tidak diketahui
sebelumnya, tidak ada yang meragukan keabsahan keuntungan bagi hasil.3
BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Bank konvensional pertama kali berdiri di Indonesia pada tahun 1946 yaitu BNI (Bank Negara Indonesia). Kemudian pada tahun 1990 MUI
mendirikan Bank Islam di Indonesia dan akhirnya lahirlah Bank Muamalat yang semakin bertambahnya tahun Bank Syariah semakin berkembang pesat dan semakin banyak lahir badan-badan perbankan syariah.
Bank berfungsi menghimpun dana dari masyarakat kemudian