LAPORAN PENDAHULUAN CA MAMAE
OLEH
1. JULIA ISABELLA DJIA(9103012017) 2. NUR MALIKA (0103012037)
3. LUCYA ARIESTA DUPA ( 9103012029)
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA 2015
BAB I
PENDAHULUAN
Ca mamae adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada jaringan pada payudara, berasal dari komponen kelenjarnya (epitel saluran maupun lobulusnya) maupun komponen selain kelenjar seperti jaringan lemak, pembuluh darah, dan persyarafan jaringan payudara (Rasjidi, 2010).
Menurut Kumar dkk (2009), kurva insident usia pada ca mamae bergerak naik terus sejak usia 30 tahun. Kanker ini jarang di temukan pada wanita usia 20 tahun. Angka tertingi pada usia 45-66 tahun.
Keperawatan paliatif adalah adalah setiap bentuk perawatan medis atau perawatan yangberkonsentrasi pada pengurangan keparahan gejala penyakit, daripada berusaha untuk menghentikan, menunda, atau sebaliknya perkembangan dari penyakit itu sendiri atau memberikan menyembuhkan.Tujuan utama perawatan paliatif bukan untuk menyembuhkan penyakit. Dan yang ditangani bukan hanya penderita, tetapi juga keluarganya (WHO, 2010).
Keperawatan keluarga adalah suatu tindakan keperawatan yang diberikan pada kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban antara satu orang dengan lainnya. Johnson’s (1992)
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia adalah kanker paru-paru, ca mamae, kanker usus besar, kanker lambung dan kanker hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan bahwa urutan lima besar kanker adalah kanker leher rahim, ca mamae, kanker getah bening, kulit dan kanker nasofaring. Ca mamae merupakan kanker terbanyak yang diderita oleh wanita. Angka kematian akibat ca mamae mencapai 5 juta pada wanita. Ca mamae merupakan penyebab kematian karena kanker tertinggi pada wanita yaitu sekitar 19%. Lima data terakhir menunjukkan bahwa kema tian akibat ca mamae pada wanita menunjukkan angka ke 2 tertinggi (WHO).
Penyebab masalah Tidak satupun penyebab spesifik dari ca mamae,sebaliknya serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapt menunjang terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukan bahwa perubahan genetik belum berkaitan dengan ca mamae, namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih belum diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan pengaruh protein yang menekan atau menigkatkan perkembangan ca mamae.(Brunner dan Sudart, 2001).
mammae bukan hanya sekedar menyelamatkan nyawa atau sebuah mammae, melainkan usaha pencapaian kualitas hidup terbaik(Lincoln and Wilensky, 2007).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu : a. Apa Definisi dari ca mamae ?
b. Apa klasifikasi dari ca mamae ? c. Apa etiologi dari ca mamae ?
d. Bagaimana patofisiologi ca mamae ? e. Apa manifestasi klinis dari ca mamae ? f. Apa pemeriksaan penunjang ca mamae ? g. Bagaimana penatalaksanaan ca mamae ?
h. Bagaimana menyusun pengkajian dari ca mamae? i. Bagaimana menyusun analisis data dari ca mamae? j. Apa saja diagnosa yang muncul dari ca mamae ?
k. Bagaiamana cara menyusun rencana asuhan keperawatan dari ca mamae? 1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Diperolehnya pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan paliatif dan keperawatan keluarga dengan masalah kesehatan ca mamae
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan Definisi dari ca mamae . b. Mampu menjelaskan klasifikasi dari ca mamae c. Mampu menjelaskan etiologi dari ca mamae d. Mampu menjelaskan Patofisiologi dari ca mamae e. Mampu menjelaskan manifestasi dari ca mamae
f. Mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang dari ca mamae g. Mampu menjelaskan Penatalaksanaan dari ca mamae
h. Mampu menyusun pengkajian dari ca mamae? i. Mampu menyusun analisis data dari ca mamae?
j. Mampu menyusun diagnosa yang muncul dari ca mamae ?
k. Mampu menyusun cara menyusun rencana asuhan keperawatan dari ca mamae?
Manfaatnya yaitu :
Kami sebagai mahasiswa dapat mampu menjelaskan mulai dari definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, dan Penatalaksanaan dari ca mamae.
Selain itu, kami juga dapat mampu menjelaskan Asuhan Keperawatan dari Contoh Kasus ca mamae.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi
Ca mamae merupakan penyakit yang disebabkan karena terjadinya pembelahan sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan sel-sel tidak dapat di kendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker) sel (Brunner dan Suddarth, 2005 ).
Ca mamae adalaah suatu penyakit yang menggambarkan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit,bukan penyakit tunggal (Tucker dkk,1998).
Ca mamae adalah sekelompok sel tidak normal yang terus tumbuh di dalam jaringan mammae (Tapan, 2005).
Ca mamae adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi ganas (http//www.pikiran-rakyat. com. jam 10.00, Minggu tanggal 29-8-2005,sumber : Harianto,dkk).
2.2 Klasifikasi
Pembagian stadium menurut Portman yang disesuaikan aplikasi klinik yaitu: 1. Stadium 1
Tumor teraba dalam payudara, bebas dari stadium jaringan sekitarnya, tidak ada fixasi/ infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot). Besar tumor 1-2 cm dan tidak dapat terdeteksi dari luar. Kelenjer getah bening regional belum teraba. Perawatan yang sangat sistematis diberikan tujuannya agar sel kanker tidak dapat menyebar dan tidak berlanjut pada stadium selanjutnya. Pada stadium ini, kemungkinan penyembuhan pada penderita adalah 70%.
2. Stadium II
Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5-5 cm, sudah ada atau beberapa kelenjer getah bening axila yang masih bebas dengan diameter kurang dari 2 cm. Untuk mengangkat sel-sel kanker biasanya dilakukan operasi dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal. Pada stadium ini, kemungkinan sembuh penderita adalah 30-40%.
3) Staium III A
Tumor sudah meluas pada payudara, besar tumor 5-10 cm, tapi masih bebas di jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening axila masih bebas satu sama lain. Menurut data Depkes, 87% ca mamae ditemukan pada stadium ini. 4) Stadium III B
Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah, ada edema (lebih dari sepertiga permukaan kulit payudara) ulserasi, kelenjar getah bening axila melekat satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2-5 cm. Kanker sudah menyebar pada seluruh bagian payudara, bahkan mencapai kulit, dinding dada, tulang rusuk dan otot dada.
5) Stadium IV
merembet menyerang bagian tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati, otak, kulit, kelenjar limfa yang ada di batang leher. Tindakan yang harus dilakukan adalah mengangkat payudara. Tujuan pengobatan pada palliative bukan lagi kuratif(menyembuhkan).
2.3 Etiologi
Tidak satupun penyebab spesifik dari ca mamae,sebaliknya serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapt menunjang terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukan bahwa perubahan genetik belum berkaitan dengan ca mamae, namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih belum diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan pengaruh protein yang menekan atau menigkatkan perkembangan ca mamae. Hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium mempunyai peran penting dalam ca mamae.Dua hormone ovarium utama-estradiol dan progesterone mengalami perubahan dalam
lingkungan seluler, yang dapat mempengaruhi factor pertumbuhan bagi camamae(Brunner dan Sudart, 2001).
Faktor resiko timbul ca mamae terdiri dari faktor resiko yang tidak dapat di ubah (unchangeable) dan dapat di ubah (changeable) yaitu :
Faktor resiko yang tidak dapat di ubah (unchangable) 1. Umur
Semakin bertambahnya umur meningkat resiko ca mamae. Wanita paling sering terserang ca mamae adalah usia di atas 40 tahun. Wanita berumur di bawah wanita 40 tahun juga dapat terserang ca mamae, namun resikonya lebih rendah
dibandingkan wanita berusia diatas 40 tahun. 2. Menarche Usia Dini
Resiko terjadinya ca mamae meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi pertama sebelum umur 12 tahun. Umur menstruasi yang lebih awal berhubungan dengan lamanya paparan hormone estrogen dan progesterone pada wanita yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara. 3. Menoupause usia lanjut
menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadinya perubahan klinis.
4. Riwayat keluarga
Terdapat peningkatan resiko menderita ca mamae pada wanita yang keluarganya menderita ca mamae tertentu. Apabila BRCA 1 (Breast Cancer 2),yaitu suatu kerentanan terhadap ca mamae, untuk terjadi ca mamae sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. 10% ca mamae bersifat familial. Pada studi genetik ditemukan bahwa ca mamae berhubungan dengan gen probabilitas.
5. Riwayat penyakit payudara jinak
Wanita yang menderita kelainan ploriferatif pada payudara memiliki peningkatan resiko untuk mengalami ca mamae. Menurut penelitian Brinton (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, wanita yang mempunyai tumor payudara (adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis) mempunyai resiko 2,0 kali lebih tinggi untuk mengalami ca mamae 4,0 kali lebih besar untuk terkena ca mamae (RR=4,0).
Faktor resiko yang dapat diubah / dicegah (changeable) : 1. Riwayat kehamilan
Usia lanjut saat melahirkan anak pertama meningkatkan resiko mengalami ca mamae. Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, wanita yang kehamilan pertama setelah 35 tahun mempunyai resiko 3,6 kali lebih besar dibandingkan wanita yang kehamilan pertama sebelum 35 tahun untuk terkena ca mamae (RR=3,6). Wanita yang multipara atau belum pernah melahirkan mempunyai faktor resiko 4,0 kali lebih besar dibandingkan wanita multipara atau sudah lebih dari sekali melahirkan untuk terkena ca mamae (RR=4,0)
2. Obesitas dan konsumsi lemak tinngi
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dengan ca mamae pada wanita pasca menopause. Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor resiko terjadinya ca mamae.
Hormone berhubungan dengan terjadinya ca mamae. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk mengalami ca mamae. Kandungan estrogen dan progestron pada kontrasepsi oral akan memberikan efek proliferasi berlebih pada kelenjer payudara. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral untuk waktu yang lama mempunyai resiko untuk mengalami ca mamae sebelum menopause. 4. Konsumsi Rokok
Wanita yang merokok meningkatkan resiko untuk mengalami ca mamae daripada waita yang tidak merokok. Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control menunjukkan bahawa diperkirakaan resiko bagi wanita yang merokok untuk terkena ca mamae 2,36 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok (OR=2,36).
5. Riwayat Keterpaparan Radiasi
Radiasi diduga meningkatkan resiko kejadian ca mamae. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun meningkatkan resiko ca mamae.
2.4 Patofisiologi
Ca mamae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem duktal, mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma insitu dan menginvasi stroma. Karsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari karsinoma mammae telah bermetastasis. Karsinoma mammae bermetastasis dengan
penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah (Prince, Sylvia, Wilson Lorrairee M, 1995).
Tumor / neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri:proliferasi yang berlebihan dan tak berguna,yang tak mengikuti pengaruh jaringan
Transformasi sel-sel kanker dibentik dari sel-sel normal dalam suatu proses rumut yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi, promosi dan progresi. Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam genetiksel yang memancing selmenjadi maligna.perubahan dalam denetic sel ini disebabakan oleh suatu gen yang disebut dengan karsinogen,yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi atau penyinaran dan sinar matahari. Tetapi, tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen harus merupakan mutagen yang dapat menimbulkan mutasi pada gen (Sukarja,2000).
Apabila ditemukan suatu kesalahan maka basa-basa DNA yang terlihat akan dipotong dan diperbaiki. Namun, kadang terjadi transkripsi dan tidak terdeteksi oleh enzim-enzim pengoreksi. Pada keadaan tersebut akan timbul satu atau lebih protein regulator yang akan mengenali kesalahan resebut dan menghentikan sel dititik tersebut dari proses
pembelahan.pada titik ini, kesalahan DNA dapat diperbaiki,atau sel tersebut deprogram untuk melakukan bunuh diri yang secara efektif menghambat pewarisan kesalahan sel-sel keturunan jika sel tersebut kembali lobs, maka sel tersebut akan menjadi mutasi permanen dan bertahan di semua keturunan dan masuk ketahap irreversible (Cerwin ,2000).
Pada tahap promosi kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promoter, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahun pun dapat membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan. Promotor adalah zat non-mutagen tetapi dapat menikkan reaksi karsinogen dan tidak menimbulkan amplifikasi gen produksi copi multiple gen (Sukarha, 2000).
Suatu sel yang telah megalami insiasi akan menjadi maligna. Sel yang belum
melewati tahap inisiasi tidak akan terpenngaruhi oleh promosi. Oleh karena itu, diperlukan beberapa faktor untuk terj adinya suatu keganasan (gabungan dari sel yang akan peka dan suatu karsinogen).
Pada tahap progresif terjadi aktivitas, mutasi, atau hilangnya gen.pada progresif ini timbul perubahan benigna menjadi pre-maligna dan maligna. Ca mamae menginvasi secara lokal dan menyebar pertama kali melalui kelenjer getah bening regional, aliran darah, atau keduanya. Ca mamae yang bermetastasis dapat mengenai seluruh organ tubuh, terutama paru-paru, hepar, tulang, otak dan kulit (Weiss.M 2010).
Metastasis ca mamae biasanya muncul bertahun-tahun atau beberapa dekade setelah diagnosis pertama dan terapi (Swart R, DAN Harris JE, 2011).
penunjang lainnya,yaitu histopologi,PA,rontgen,usg,danbila memungkinkan CT Scan,Scintigrafi (Sukarja,2000)
2.5 Manifestasi Klinis
Gejala- gejala kanker payudara yang tidak di sadari dan tidak di rasakan pada stadium dini menyebabkan bayak penderita yang berobat dalam kondisi stadium lanjut. Hal tersebut akan mempersulit penyembuhan dan semakin kecil peluang untuk di sembuhkan. Bila kanker payudara dapat di ketahui secara dini maka akan lebih mudah dilakukan pengobatan (Ramli M, 2013)
Gejala yang timbul data penyakit memasuki stadium lanjut semakin banyak , seperti: Timbul benjolan pada payudara yang dapat di raba dengan tangan, makin lama
benjolan makin keras dan bentuknya tidak beraturan.
Saat benjolan mulai membesar,barulah mulai terasa nyeri saat ditekan, karena terbentuk penebalan pada kulit payudara.
Bentuk, ukuran, berat salah satu payudara berubah bentuk karena terjadi pembengkakan.
Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil di bawah ketiak.
Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam yang tadinya berwarna merah muda berubah menjadi kecoklatan.
Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang tidak sedang hamil.
Luka pada payudara tidak sudah lama dan tidak sembuh walau sudah diobati. Kulit payudara seperti mengerut kulit jeruk (peuau d’orange) akibat dari
neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting kulit. 2.6 Pemeriksaan penunjang
Ada beberapa pemeriksaan penunjang.Namun secara umum terbagi 2 yaitu non invasive dan invasive :
a. Non Invasive 1. Mammografi
2. Ultrasound
Ultrasound telah digunakan sejak awal 50-an. Alat tersebut sangat berguna dan akurat dalam mengevaluasi densitas payudara dan dan akurat dalam
membedakan antara kista dengan massa padat. Namun untuk masa yang lebih kecil antara 5-10 mm tidak dapat divisualisasi dan massa pada jaringan lemak payudara sulit dievaluasi. Keuntungannya adalah tidak ada radiasi dan tidak ada nyeri.
3. Computed Tomografi dan Magnetic Resonance Imaging Scans
Penggunaan CT dan MRI untuk scanning untuk mengevaluasi kelainan payudara sekarang sudah mulai diselidiki. Teknik ini mengambil peran dalam mengevaluasi axila, mediastinum dan area supralivikula untuk adenopati dan membantu dalam melakukan stging pada proses keganasan.
b. Invasiv
1. Sitologi Aspirasi
2. Core Needle Biopsy (CNB)
Biopsi jarum dengan menggunakan jarum bor yang besar sering dilakukan. Hal tersebut lebih invasive dibandingkan dengan aspires jarum. CNB lebih akurat dan bisa digunakan untuk menentukan reseptor estrogen dan progesterone serta bisa dilakukan untuk memeriksa gambaran histopatologi.
3. Biopsy
Ini bisa dilakukan secara stereotaktik atau dengan bantuan ultrasound. Biopsi TerbukaTerdapat berbagai macam teknik biopsy terbuka yaitu:
a. Biopsy Eksisi
Istilah biopsy Eksisi merujuk pada istilah yang berarti dengan mengangkat seluruh massa yang terlihat dan biasanya dengan sedikit batas jaringan yang sehat. Hal tersebut perlu direncanakan secara hati-hati dan curiga lesinya bersifat gana. Kebanyakan boipsi bisa dilakukan dengan lokal anestesi. Namun dengan kenyamanan pasien biasa dilakukan dengan sedasi intravena. Poting beku biasa dilakukan dan bisa disimpan untuk tes resptor estrogen dan progesterone.
b. Biopsi Insisi
Untuk lesi yang besar dan sulit untuk dilakukan biopsy eksisi biasanya dilakukan biopsy insisi dengan hanya mengambil sedikit jaringan. Hal ini bisa dilakukan dalam anestesi lokal dan cukup nyaman pada pasien poli.
c. Needle-Guided Biopsy (GNB)
dijadikan petokan dalam melakukan biopsy jarum dengan bantuan mammografi. Teknik ini dilakukan atas dasar prinsip menghilangkan lesi secara presisi tanpa mengorbankan jaringan sehat sekitar. Pasien dilakukan mamografi yang disesuaikan dengan film aslinya dan dilakukan introduks berdasarkan gambaran film tersebut. Jadi bisa disimpulkan NGB merupakan biopsy dengan bantuan mamograf.
d. Ultrasound-Guided Biopsy (UGB)
Untuk lesi yang tidak teraba anamun terlihat gambarannya melalui ultrasound. Bisa dilakukan dengan pasien pada posisi supine, dan payudara discan menggunakan tranducer. Lalu kulitnya ditandai dengan pensil; lalu dilakukan biopsy secara standard. Aspirasi kista juga bisa dilakukan dengan bantuan ultrasound.
e. Nipple Discharge Smear (NDS)
Setelah menekan daerah puting maka akan keluar cairan .cairan yang bisa keluar bisa diusap pada gelas kaca difikasi dan dapat dilihat untuk dievaluasi secara sitologi. Dilaporkan, sitologi dari NDS memiliki hasil negative palsu sebesar 18% dan positif sebesar 2,5% jadi dibutuhkan ketelitian dan kehatihatian dalam menginterprestasi hasil tersebut. f. Nipple Biopsy
Perubahan epithelium dari puting sering terkait dengan gatal atau nipple discharge biasa diperbolehkan untuk dilakukan biopsy puting. Sebuah potongan nipple /areola complex bisa dieksisi dalam lokal anatesi dengan tepi minimal.
Pencegahan kanker payudara adalah pencegahan yang bertujuan menurunkan insidens kanker payudara dan secara tidak langsung akan menurun angka kematian akibat kanker payudara.
a. Pencegahan Primodial
Pencegahan primodial yaitu upaya pencegahan yang ditujukan kepada orang sehat yang memiliki faktor resiko. Upaya yang dimaksudkan dengan menciptakan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan kanker payudara tidak mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko lainnya. Pencegahan primodial dilakukan melalui promosi kesehatan yang ditunjukan pada orang sehat melalui upaya pola hidup sehat.
b. Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada kanker payudara dilakukan pada orang sehat yang sudah memiliki faktor resiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan primer dilakukan melalui upaya menghindari diri dari keterpaparan berbagai faktor resiko dan melaksanakan pola hidup sehat. Konsep dasar dari pencegahan primer adalah menurunkan insiden kanker payudara yang dapat dilakukan dengan:
1. Mengurangi makanan yang mengandung lemak tinggi. 2. Memperbanyak aktivitas fisik dengan berolahraga.
3. Menghindari terlalu banyak terkena sinar X atau jenis radiasi lainnya.
4. Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak serat.Serat akan menyerap zat-zat yang bersifat karsinigen dan lemak, yang kemudian membawanya keluar melalui feces.
berfungsi sebagai ektrogen nabati (fitoestrogen). Ektrogen nabati ini akan menempel pada reseptor estrogen sel-sel epitel saluran kelenjer susu, sehingga akan menghalangi estrogen asli untuk menempel pada saluran susu yang akan merangsang tumbuhnya sel kanker.
6. Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, terutama yang mengandung vitamin C, zat antioksidan dan fitokimia, seperti jeruk, wortel, tomat, labu, pepaya, mangga, brokoli, lobak, kangkung, kacang-kacangan dan biji-bijian. Hampir setiap kanker payudara ditemukan pertama kali oleh penderita sendiri dari pada oleh dokter. Karena itu, wankita hares mewaspadai setiap [perubahan yang terjadi pada payudara. Untuk mampu menjelaskan perubahan-perubahantersebut dilakukan pemeriksaan sederhana yang disebut pemeriksaan payudar sendiri (SADARI).
SADARI sebaiknya dilakukan setiap bulan secara teratur. Cara ini sangat efektif di Indonesia karena tidak semua rumah sakit menyediakan fasilitas pemeriksaan memadai. Kebiasaan ini memudahkan kita untuk menemukan perubahan pada payudara dan bulan ke bulan. Pemeriksaan optimum dilakukan pada sekitar 7-14 hari setelah awal siklus menstruasi karena pada masa itu retensi cairan minimal dan payudara dalam keadaan lembut dan tidak membengkak sehingga jika ada pembengkakan akan lebih mudah ditemukan. Jikan suadah menopause maka pilihlah satu hari tertentu, misalnya hari pertama untuk mengingatkan melakukan SADARI setiap bulan. 17,23 SADARI dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
2. Langkah 2 : Lebih diarahkan perhatian kecermin, tangkaplah kedua tangan di belakang kepal dan tekan ke depan (gambar 2).
3. Langkah 3 : Angkat lengan kanan. Pergunakan 3-4 jari tangan kiri
untuk memeriksa payudara kanan secara lembut, hati- hati dan secara menyeluruh. Dimulai dari bagian tepi sisi luar, tekankan ujung jari tangan membentuk lingkaran itu secara lambat seputar payudara. Secara bertahap lakukan kearah puting. Pastikan mencakup seluruh payudara. Berikan perhatian khusus di daerah antara payudara dengan ketiak, termasuk bagian ketiak kiri. akan untuk setiap ganjalan yang tidak biasa atau di bawah kulit (gambar 3 dan 4).
4. Langkah 4 : Dengan lembut, pijit puting susu dan lihat jika ada cairan yang keluar. Tidak normal apabila keluar darah atau adanya cairan yang spontan (gambar 5). 5. Langkah 5 : Ulangi langkah (3) dan (4) dengan posisi berbaring. Berbaringlah di
tempat dengan permukaan rata. Berbaringlah dengan lengan kanan dibelakang kepala dan bantal kecil atau lipatan handuk diletakan di bawah pundak. Posisi menyebabkan payudara menjadi rata dan membuat pemeriksaan lebih mudah. Lakukan gerakan melingkar yang sama seperti pada tahap (3) dan (4). Lakukan pula untuk payudara kiri (gambar 6)
c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk mengobati para penderita dan mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit kanker payudara melalui diagnosa dan deteksi dini dan pemberian pengobatan.
2.8 Penatalaksanaan
Adanya beberapa cara pengobatan kanker payudara yang penerapannya tergantung pada stadium klinik payudara. Pengobatan kanker payudara biasanya meliputi pembedahan/ operasi, radioterapi/ penyinaran, kemoterapi, dan terapi hormonal. Penatalaksanaan medis biasanya tidak dalam bentuk tunggal, tetapi dalam beberapa kombinasi yaitu :
1. Pembedahan/operasi
Pembedahan dilakukan untuk mengangkat sebagian atau seluruh payudara yang terserang kanker payudara. Pembedahan paling utama dilakukan pada kanker payudara stadium I dan II. Pembedahan dapat bersifat kuratif (menyembuhkan) maupun paliatif (menghilangkan gejala-gejala penyakit). Tindakan pembedahan atau operasi kanker payudara dapat dilakukan dengan 3 cars yaitu:
Masektomi radikal (lumpektomi), yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian pemberian terapi. Biasanya lumpektomi direkomendasikan pada penderita yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.
Masektomi total (masetomi), yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi bukan kelenjer di ketiak.
Modified Mastektomi radikal, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan disekitar ketiak.
2. Radioterapi
mempunyai efek kurang baik seperti tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit disekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cendrung menurun sebagai akibat dari radiasi. Pengobatan ini biasanya diberikan bersamaan dengan lumpektomi atau masektomi.
3. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infuse yang bertujuan membunuh sel kanker. Sistem ini diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker yang kemungkinan telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Dampak dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi. 4. Terapi hormonal
Pertumbuhan kanker payudara bergantung pada suplai hormone estrogen, oleh karena itu tindakan mengurangi pembentukan hormone dapat menghambat laju perkembangan sel kanker, terapi hormonal disebut juga dengan therapi anti estrogen karena system kerjanya menghambat atau menghentikan kemampuan hormone estrogen yang ada dalam menstimulus perkembangan kanker pada payudara.
2.9 Komplikasi 1. Limpedema
jumlah saluran limfatik kolateral yang diangkat selama pembedahan (Brunner & Suddharta,2011).
2. Sidroma hiperkalsemik
WOC
Faktor Reproduksi : menarche pada umur muda, menopause pada umur lebih tua, kehamilan pertama pada umur tua
Makanan dan berat badan : berat badan >>, hormon estrogen >>, gangguan
Hiperplasia pada sel mamae
Massa tumor mendesak jaringan luar BB menurun
MK: Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
MK: Gangguan Body Image
ulkus Perfusi jaringan
Odem pada mamae
MK: Nyeri Hipoksia
jaringan
MK: Kerusakan Integritas kulit
Nekrotik jaringan
Bakteri patogen
BAB III b) Riwayat penyakit dahulu :
Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti penyakit payudara jinak ,hyperplasia tipikal.
Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel proliferative mempunyai resiko dua kali lipat biasanya mengalami kanker payudara, wanita dengan hyperplasia tipikal mempunyai resiko empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini
Biasanya pasien mempunyai riwayat pemakaian terapi penggantian hormon dalam waktu yang lama (lebih dari 10-15 tahun)seperti estrogen suplemen.
c) Riwayat Kesehatan Sekarang :
Biasanya klien mengatakan timbul benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan, makin lama benjolan ini makin mengeras dan bentuknya tidak beraturan, Klien mengatakan terasa nyeri pada payudara saat benjolan mulai membesar, Klien mengeluh keluar nanah, darah atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang tidak hamil, Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk akibat neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting kulit, biasanya klien mengatakan tubuh terasa lemah, tidak nafsu makan , mual, muntah, ansietas.Terdapat edema ( bengkak) pada lengan atau kelainan kulit, ruam kulit, dan ulserasi.
d) Riwayat kesehatan keluarga :
Kemungkinan ada keluarga yang menderita kanker terutama ibu, anak perempuan serta saudara perempuan. Risikonya meningkat dua kali jika ibunya terkena kanker pada usia kurang dari 60 tahun. Risiko meningkat 4-6 kali jika terjadi pada dua orang saudara langsung.
Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara atau ovarium dibawah 40 tahun.
Adanya keluarga dari sisi yang sama yang terkena kanker payudara atau ovarium.Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga. e) Pemeriksaan Fisik
umum klien, biasanya di kaji tingkat kesadaran klien, BB,Tinggi badan, tekanan darah, suhu, RR, Nadi, Kepala, Rambut.Biasanya kulit kepala dan rambut klien akan rontok atau alopesia karna pengaruh kemoterapi, kulit kepala tidak tampak bersih.Wajah biasanya tidak terdapat edema atau hematon.
Mata :Biasanya mata simetris kiri dan kanan Konjungtiva anemis disebabkan oleh nutrisi yang tidak adekuat Sklera tidak
ikterik,palpebra tidak edema.
Hidung : Biasanya hidung kurang bersih, tampak sekret, adanya pernafasan cuping hidung yang disebabkan klien sesak nafas terutama pada pasien yang kankernya sudah bermetastase ke paru-paru.
Bibir : Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih.
Gigi :Biasanya gusi klien mudah terjadi pendarahan akibat rapuhnya pembuluh darah dan caries positif
Lidah : Lidah biasanya tampak pucat, dan lidah klien kurang bersih. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Dada atau Thorak.
f) Dada atau Thorak a) Inspeksi
Pada stadium 2 : biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang juga disebabkan payudara dengan ukuran dengan tumor 2,5-5 cm. Pada stadium 3A : biasanya dada klien juga tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan tumor yang sudah meluas dalam payudara besar tumor 5-10 cm.
Pada stadium 3B : bentuk dada juga tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan dan kanker sudah melebar ke seluruh bagian payudara,bahkan mencapai kulit, dinding dada,tulang rusuk,dan otot dada.Pada stadium 4 Bentuk dada tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan dan mestastase jauh keorgan lain seperti paru-paru.
g) Sistem intergument
Biasanya terjadi perubahan pada kelembaban kulit klien dan turgor kulit klien tidak elastis
1.6 Analisis Data
Data KEMUNGKINAN
PENYEBAB
DIAGNOSA KEPERAWATAN
KELUARGA Data subyektif :
Keluarga mengatakan belum mengerti tentang
Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota
perawatan penyakit Ca mamae
keluarga mengatakan belum mampu menjelaskan cara-cara untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien .
Rumusan Diagnosa Keperawatan :
Nyeri pada Ibu Y keluarga bapak X berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Ca Mama
Kerusakan integritas kulit pada ibu Y keluarga bapak X berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Skoring prioritas masalah
Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran ditandaidenganwajah ibu Y tampak meringis kesakitan, skala
Keluarga merasakan adanya masalah, tapi tidak ditangani. keluarga saat ini tidak minum obat dan tidak memeriksakan kondisinya ke dokter
Masalah lebih lanjut belum terjadi, adanya keinginan keluarga untuk sembuh serta adanya dukungan dari keluarga
Keluarga merasakan adanya masalah, tapi tidak ditangani. keluarga saat ini tidak minum obat anti diabetik, tidak diet dan tidak olah raga
Total skor 31/2
e. Sifat masalah : aktual
f. Kemungkinan masalah dapat diubah : tidak dapat
g. Potensial masalah tampak kemerahan, Terdapat push pada luka,Luka teraba hangat, Luka melebar dan membengkak.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
D
X
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
Umum Khusus Kriteria Standar
c. Keluarga mampu menjelaskan cara-cara mengurangi nyeri.
d. Keluarga mampu mengontrol
kondisinya ke dokter
Verbal
teratur yaitu 2x sehari untuk mengurangi nyeri c. Keluarga dapat
menyebutkan cara-cara mengurangi nyeri yaitu eknik distraksi seperti : membaca buku, dan teknik relaksas seperti : nafas dalam.
LAPORAN KASUS PADA PASIEN DENGAN CA MAMAE A. Kasus :