• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal Penyuluhan 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Proposal Penyuluhan 1"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya (PNPK Kemenkes RI, 2015). Kanker payudara memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau lobus payudara (Monty, 2012). Pada awalnya hanya terdapat hiperplasia sel dengan perkembangan sel-sel yang atipikal. Sel-sel ini kemudian berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma (Price, 2005).

Berdasarkan data Global Burden Cancer (GLOBOCAN), International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat sekitar 14.067.894 kasus baru kanker dan sekitar 8.201.575 kematian akibat kanker di seluruh dunia (Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, 2015:8). Penyebab tertinggi kematian akibat kanker setiap tahunnya disebabkan oleh kanker paru, hati, perut, kolorektal dan kanker payudara (Infodatin Kemenkes RI, 2015).

Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui salah satu laman berita online disebutkan bahwa seorang anak perempuan berusia 8 tahun asal Amerika Serikat harus melakukan operasi mastektomi (pengangkatan payudara) karena sel kanker yang menggerogoti payudaranya (Syarifah, 2015).Berdasarkan estimasi GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui bahwa pada tahun 2012 insidens kanker payudara sebesar 40 per 100.000 perempuan (IARC, 2012). Menurut data sistem informasi rumah sakit, kasus rawat inap kanker payudara 12.014 kasus atau sekitar 28,7% (Departemen Kesehatan, 2010).

Di Indonesia, hasil survei Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi penderita kanker atau tumor pada penduduk di semua umur di Indonesia

(2)

sebesar 1,4 per 1000 penduduk. Kanker yang menempati urutan tertinggi di Indonesia pada perempuan adalah kanker serviks dan kanker payudara (Riset Kesehatan Dasar, 2013).

Wilayah Sumatera Selatan sendiri, hasil survei Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi penderita kanker atau tumor pada penduduk di semua umur sebesar 0,7 per 1000 penduduk yang mendiami wilayah Sumatera Selatan (Riset Kesehatan Dasar, 2013). Angka kejadian penyakit tidak menular khususnya kanker pada wilayah provinsi Sumatera Selatan tahun 2014 didapatkan lima penyakit kanker terbanyak yaitu kanker serviks, kanker payudara, kanker hati, leukimia, dan kanker kolorektal. Kanker payudara sendiri menempati urutan kedua setelah kanker serviks (797 kasus) dengan jumlah kasus sebanyak 207 kasus (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, 2014).

Beberapa cara untutak mendeteksi dini kanker payudara antara lain, Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI), mammografi, USG, biopsi tanpa pembedahan, pemeriksaan klinis payudara oleh dokter (Purwoastuti, 2008). Tingginya angka kejadian kanker payudara mengakibatkan tidak sedikit pula penderita kanker payudara yang berakhir pada kematian (Saryono, 2009). Jika tanda dan gejala kanker payudara dapat ditemui sedini mungkin maka peluang untuk sembuh akan semakin besar (Monty, 2012). Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah kanker payudara adalah dengan mengaplikasikangaya hidup sehat dan melakukan pemeriksaan payudara sendiri atau SADARI (Melda S, 2008).

Menurut Mikail (2011), kegiatan SADARI sangat efektif sampai dengan 90% dalam mendeteksi kanker payudara termasuk pada perempuan usia subur. Intervensi berupa pendidikan kesehatan sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang SADARI (Retnowati, 2007). Faktanya, lebih banyak kanker payudara

(3)

stadium dini dapat dideteksi dengan cara SADARI (Purwoastuti, 2008). Upaya remaja putri dalam pencegahan kanker payudara secara dini ini dipengaruhi oleh pengetahuan remaja putri mengenai cara melakukan SADARI. Pengetahuan adalah salah satu faktor yang memengaruhi perubahan perilaku individu, karena itu bagaimana pengetahuan remaja putri tentang cara melakukan SADARI juga akan terkait dengan kebiasaan remaja putri dalam melakukan SADARI (Sutjipto, 2008).

Terdapat beberapa penelitian terkait menurut Handayani (2012), mengenai pengetahuan remaja putri tentang cara melakukan SADARI didapatkan hasil sebanyak 65,8% responden memiliki pengetahuan kurang tentang cara melakukan SADARI, 45,5% responden memiliki pengetahuan kurang tentang prosedur SADARI, 47% responden memiliki pengetahuan kurang tentang waktu SADARI dan 46,5% responden memiliki pengetahuan kurang tentang hasil dari SADARI. Adapun penelitian lain yang dilakukan oleh Hidayati (2011), remaja putri di Bangkalan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) memiliki pengetahuan kurang sebesar 45,5%.

Hasil penelitian diatas mengindikasikan bahwa pemahaman siswi tentang pemeriksaan payudara sendiri masih rendah. Pemeriksaan payudara sendiri merupakan salah satu cara untuk mendeteksi dini kanker payudara, dimana perlu dikuasai dan dilakukan oleh remaja putri. Pengetahuan remaja putri mengenai SADARI sangat penting dalam pendeteksian dini serta penanggulangan kanker payudara, mengingat bahwa kejadian kanker payudara saat ini semakin banyak menyerang usia remaja (YKPJ, 2011).

Kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya remaja putri mengenai kanker payudara perlu disikapi dengan peningkatan upaya promotif-preventif. Upaya tersebut

(4)

salah satunya adalah dengan edukasi di berbagai elemen masyarakat. Edukasi akan lebih efektif jika dilakukan lebih awal, antara lain pada siswa sekolah (Depkes, 2013).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam memberikan dan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kanker payudara dan cara deteksi dini adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan (Nursalam&Effendi, 2009). Pendidikan kesehatan tidak hanya berhubungan dengan komunikasi informasi, tetapi juga berhubungan dengan adopsi motivasi, keterampilan dan kepercayaan diri untuk melakukan tindakan dalam memperbaiki kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

Peran perawat terkait dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah sebagai pendidik yaitu memberikan penyuluhan-penyuluhan kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) yang dapat meliputi pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri atau SADARI (Mubarak, 2007). Pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri akan menambah pengetahuan perempuan tentang pemeriksaan payudaranya sendiri sehingga dapat meningkatkan status kesehatan perempuan (Savitri, 2015).

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan diatas dibutuhkan peran dan fungsi perawat dalam mengatasi masalah tersebut, salah satunya peran perawat sebagai pendidik (edukator). Oleh karena itu, kami tertarik untuk melakukan penyuluhan mengenai pendidikan kesehatan tentang SADARI kepada siswi SMAN KARYA IBU PALEMBANG.

B. Rumusan Masalah

A. Apakah terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang deteksi dini kanker payudara dengan SADARI menggunakan metode demonstrasi dan media poster terhadap pengetahuan remaja putri?

(5)

C.Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang deteksi dini kanker payudara dengan SADARI menggunakan metode demonstrasi dan media poster terhadap pengetahuan remaja putri.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

a. Mengidentifikasi pengetahuan remaja putri sebelum dilakukan pendidikan kesehatan tentang deteksi dini kanker payudara dengan SADARI menggunakan metode demonstrasi dan media poster.

b. Mengidentifikasi pengetahuan remaja putri sesudah dilakukan pendidikan kesehatan tentang deteksi dini kanker payudara dengan SADARI menggunakan metode demonstrasi dan media poster.

c. Menganalisis perbedaan pengetahuan remaja putriantara sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang deteksi dini kanker payudara dengan SADARI menggunakan metode demonstrasi dan media poster.

D. Manfaat Penyuluhan

Dengan dilaksanakan penyuluhan ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara lingkup teori maupun lingkup praktik, yaitu:

1. Secara Teoritis

Penyuluhan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peningkatan pengetahuan remaja putri yang berkaitan dengan SADARI sebagai upaya dalam mendeteksi dini kanker payudara serta sebagai tambahan literatur dan referensi perpustakaan.

(6)

2. Secara Praktis

a. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Sebagai bahan masukan untuk pelayanan kesehatan agar lebih mampu mengembangkan dan menggalakkan program pendidikan kesehatan mengenai SADARI agar dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya anak remaja sebagai upaya dalam mendeteksi dini kanker payudara.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Penyuluhan ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai inspirasi dalam melakukan pengabdian masyarakat mengenai pentingnya SADARI sebagai upaya dalam deteksi dini kanker payudara. Penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan siswi mengenai kanker payudara dan upaya deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Payudara

Payudara (Latin: Mammae) adalah organ tubuh bagian atas dada dari spesies mamalia berjenis kelamin betina, termasuk manusia (Astutik, 2004). Payudara dimiliki oleh perempuan maupun laki-laki. Namun, payudara yang berkembang dan tumbuh membesar hanya dialami oleh perempuan karena perempuan memiliki kelenjar mammae. Kelenjar ini akan tumbuh pada masa pubertas, sekitar usia 11-12 tahun dan akan semakin membesar selama serta sesudah hamil dan menyusui (Syaifuddin, 2006). Hal ini diperkuat oleh pandangan Macea dan Fregnani (2006) yang menyatakan bahwa berat payudara mencapai 150-225 gram dan mencapai 500 gram pada payudara ibu menyusui.

Payudara terletak di dalam fasia superfisialis di daerah pectoral antara sternum dan aksila yang melebar dari kira-kira iga kedua atau ketigasampai iga keenam atau ketujuh. Berat dan ukuran yang dimiliki perempuan beragam. Hal ini dipengaruhi oleh jaringan lemak di sekeliling alveoli dan duktus laktiferus, tetapi besar kecilnya payudara tidak mempengaruhi produksi ASI (Roesli & Yohmi, 2009).

Secara umum, payudara terdiri atas dua jaringan, yaitu jaringan glandular (kelenjar) dan jaringan stromal (penopang). Jaringan kelenjar meliputi kelenjar susu (lobus) dan salurannya (duktus), sedangkan jaringan penopang meliputi jaringan lemak dan jaringan ikat. Selain itu, payudara juga mempunyai sistem limfe. Aliran limfe payudara sering dikaitkan dengan timbulnya kanker maupun penyebaran (metastase) kanker payudara (Snell, 2006).

(8)

Setiap payudara terdiri atas 15-20 lobus yang tersusun radier dan berpusat pada papilla mamma. Saluran utama tiap lobus memiliki ampulla yang membesar tepat sebelum ujungnya yang bermuara ke papilla. Tiap papilla dikelilingi oleh daerah kulit yang berwarna lebih gelap yang disebut aerola mammae. Pada aerola mammae, terdapat tonjolan-tonjolan halus yang merupakan tonjolan dari kelenjar aerola di bawahnya (Snell, 2006).

Gambar 2.1: Anatomi Payudara (stfranciscare.org)

Jika dilakukan perabaan pada payudara, akan terasa perbedaan di tempat yang berlainan. Pada bagian lateral atas (dekat aksila), cenderung terasa bergumpal-gumpal besar. Pada bagian bawah, akan terasa seperti pasir atau kerikil, sedangkan bagian di bawah puting susu akan terasa seperti kumpulan biji yang besar, namun perabaan ini dapat berbeda pada orang yang berbeda (Snell, 2006).

Pada perempuan, perubahan dan perkembangan payudara terjadi setelah masa remaja atau pubertas karena terdapat penambahan jaringan kelenjar. Seorang perempuan mulai menstruasi pertama terjadi sedikit pembesaran payudara disebabkan pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan ovarium, lama-kelamaan payudara berkembang penuh dan penimbunan lemak menimbulkan pembesaran payudara yang tetap. Pada masa menopause,

(9)

lama-kelamaan ovarium berhenti berfungsi dan jaringan payudara mengerut (Syaifuddin, 2009).

2. Fisiologis Payudara

Perkembangan dan fungsi payudara dimulai oleh berbagai hormon. Estrogen diketahui merangsang perkembangan duktus mamilaris. Progesteron memulai perkembangan lobulus-lobulus payudara juga diferensiasisel epitelial (Syaifuddin, 2009).

Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon, antara lain (Savitri, 2015:34-35):

a. Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.

b. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke-8 haid, payudara menjadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik terutama palpasi tidak mungkin dilakukan. Begitu haid dimulai, semuanya berkurang.

c. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada masa kehamilan, payudara menjadi lebih besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.

(10)

3. Fungsi Payudara a. Peranan Seksual

Payudara memegang peranan penting dalam kebiasaan seksual manusia. Payudara merupakan salah satu karakteristik seks sekunder serta memegang peranan penting dalam daya tarik seksual pada pasangannya dan kesenangan individual. Payudara juga merupakan daya tarik seksual seorang perempuan. Bila perempuan memiliki payudara seksi dan indah, tentunya perempuan akan bangga. Payudara juga menjadi daya tarik seksual laki-laki yang melihat bentuknya atau bisa disebut sebagai sex appeal (Astutik, 2004).

b. Alat Reproduksi Tambahan

Payudara berperan sebagai alat reproduksi tambahan yang tersusun dari jaringan kelenjar, jaringan ikat dan jaringan lemak. Tidak ada payudara pada makhluk lain berjenis kelamin betina selain pada manusia yang memiliki besar yang bervariasi, relatif terhadap seluruh bagian tubuh (Astutik, 2004).

A. Kanker Payudara

1. Pengertian Kanker Payudara

Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Peningkatan jumlah sel tidak normal ini umumnya membentuk benjolan yang disebut tumor atau kanker (Tjahjadi, 2008).

Kanker payudara (Carsinoma mammae) adalah keganasan yang menyerang kelenjar air susu, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara (Arkhan, 2008). Kanker payudara memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus dan lobus payudara (Price, 2005).

(11)

Kanker payudara dapat terjadi dibagian mana saja dalam payudara, tetapi mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar di mana sebagian besar jaringan payudara terdapat. Dalam menentukan lokasi kanker payudara, payudara dibagi menjadi empat kuadran, yaitu kuadran lateral (pinggir atas), lateral bawah, medial (tengah atas), dan median bawah (Savitri, 2015).

2. Etiologi dan Faktor Risiko Kanker Payudara

Kanker payudara terjadi karena adanya kerusakan gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sehingga sel ini tumbuh dan berkembang biak tanpa dapat dikendalikan (Mardiana, 2004). Penyebaran kanker payudara terjadi melalui kelenjar getah bening sehingga kelenjar getah bening aksila ataupun supraklavikula membesar. Kemudian melalui pembuluh darah kanker menyebar ke organ tubuh lain seperti hati, otak dan paru-paru (Olfah, 2013).

Perlu diingat, apabila seorang perempuan mempunyai faktor risiko, bukan berarti perempuan tersebut pasti akan menderita kanker payudara, tetapi faktor tersebut akan meningkatkan kemungkinannya untuk terkena kanker payudara. Banyak perempuan yang mempunyai satu atau beberapa faktor risiko tetapi tidak pernah menderita kanker payudara sampai akhir hidupnya (Rasjidi, 2009).

Beberapa faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh besar dalam terjadinya kanker payudara adalah riwayat keluarga, hormonal dan faktor lain yang bersifat eksogen atau faktor luar (Olfah, 2013).

3. Faktor yang Berkaitan dengan Kanker Payudara

Beberapa faktor yang berkaitan dengan kanker payudara sebagai berikut (Savitri, 2015):

(12)

1) Gender

Lahir sebagai perempuan merupakan faktor risiko utama kanker payudara. Mungkin penyebabnya karena perempuan memiliki lebih banyak hormon estrogen dan progesteron yang menjadi pemicu tumbuhnya sel kanker.

2) Pertambahan Usia

Risiko seorang perempuan menderita kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia. Semakin tua seorang perempuan, semakin tinggi risiko untuk menderita kanker payudara. Hanya sekitar 1 dari 8 kasus kanker payudara invasif (menyebar) ditemukan pada perempuan berusia dibawah 45 tahun.

3) Genetik

Perempuan yang memiliki one degree relatives (keturunan diatasnya) yang menderita atau pernah menderita kanker payudara atau kanker indung telur memiliki risiko kanker payudara yang lebih tinggi sebesar 1,7-4,0 kali dibanding dengan populasi yang ada. Sekitar 5-10% kasus kanker payudara diturunkan. Ini artinya bibit kanker tersebut merupakan hasil langsung dari kelainan gen (mutasi gen) yang diturunkan dari orangtuanya. Beberapa gen yang dapat bermutasi dan bisa diturunkan adalah:

a) Gen BRCA1 dan BRCA2 b) Gen TP53

c) Gen CHEK2 d) Gen PTEN e) Gen CDH1

(13)

f) Gen STK11 g) Gen PALB2

4) Riwayat Kanker Payudara dari Keluarga

Perempuan yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara berisiko 2-3 kali lebih besar, sedangkan apabila yang terkena bukan saudara perempuan maka risiko menjadi 6 kali lebih tinggi.

5) Riwayat Pribadi Kanker Payudara

Seorang perempuan dengan kanker pada satu payudara memiliki 3-4 kali lipat peningkatan risiko mengembangkan kanker baru pada payudara sebelahnya atau dibagian lain dari payudara yang sama (American Cancer Society, 2014).

6) Riwayat Tumor

Perempuan yang menderita tumor jinak (benign) mungkin memiliki risiko kanker payudara. Beberapa jenis tumor jinak seperti atypical ductal hyperplasia atau lobular carsinoma in situ cenderung berkembang sebagai kanker payudara suatu hari nanti.

7) Ras dan Etnis

Secara umum, perempuan ras kulit putih (kaukasia) memiliki risiko sedikit lebih tinggi menderita kanker payudara dibandingkan perempuan ras Afrika, Asia, dan Hispanik (Amerika Latin), namun perempuan dari ras Afrika, Asia dan Hispanik yang menderita kanker payudara memiliki risiko kematian yang lebih tinggi.

(14)

Perempuan dengan jaringan payudara yang padat memiliki risiko kanker payudara dua kali dari perempuan dengan kepadatan jaringan payudara rata-rata.

9) Paparan Hormon Estrogen

Perempuan yang mulai mengalami menstruasi pertama (menarche) di usia yang sangat muda atau memasuki masa menopause lebih lambat daripada umumnya memiliki risiko lebih tinggi menderita kanker payudara. Ini karena tubuh lebih lama terpapar hormon estrogen.

10) Paparan Radiasi

Peningkatan risiko untuk setiap radiasi pada perempuan muda dan anak-anak bermanifestasi setelah usia 30 tahun. Risiko tertinggi kanker payudara terjadi jika radiasi diberikan selama masa remaja, ketika payudara masih berkembang.

b. Faktor Risiko yang Berkaitan dengan Pilihan dan Gaya Hidup 1) Tidak Punya Anak dan Tidak Menyusui

Perempuan yang tidak pernah mempunyai anak dan tidak pernah menyusui memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara. Pasalnya masa menyusui secara aktif menjadi periode bebas kanker dan memperlancar sirkulasi hormonal. Pada masa menyusui, peran hormon estrogen menurun dan didominasi oleh hormon prolaktin.

2) Tidak Menikah atau Berhubungan Seksual

Perempuan yang tidak menikah (tidak berhubungan seksual) atau perempuan menikah yang jarang berhubungan seksual juga berisiko tinggi terkena kanker payudara. Tingkat keseringan seorang perempuan

(15)

melakukan hubungan seksual mempengaruhi kelancaran sirkulasi hormonal.

3) Kehamilan

Perempuan yang melahirkan anak pertama setelah usia 30 tahun atau yang belum pernah melahirkan memiliki risiko lebih besar daripada yang melahirkan anak pertama di usia belasan tahun.

4) Kontrasepsi Hormonal

Penelitian menemukan bahwa perempuan yang menggunakan kontrasepsi oral (pil KB) memiliki risiko sedikit lebih besar terkena kanker payudara dibandingkan perempuan yang tidak pernah menggunakannya. Selain pil KB, kontrasepsi hormonal lainnya seperti KB suntik yang diberikan setiap 3 bulan juga diketahui memberikan efek terhadap risiko kanker payudara.

5) Obesitas

Perempuan yang mengalami obesitas atau kelebihan berat badan setelah memasuki masa menopause memiliki risiko lebih tinggi menderita kanker payudara. Perempuan menopause yang mengalami obesitas memiliki tingkat estrogen yang jauh lebih tinggi daripada seharusnya, dimana hal itu dianggap menjadi peningkatan risiko kanker payudara. 6) Konsumsi Alkohol

Studi menunjukkan bahwa risiko kanker payudara meningkat berkaitan dengan asupan alkohol jangka panjang. Hal ini mungkin disebabkan karena alkohol mempengaruhi aktivitas estrogen. Hubungan antara

(16)

peningkatan risiko kanker payudara dengan intake alkohol lebih kuat didapatkan pada perempuan postmenopause.

7) Asap Tembakau

Asap rokok mengandung bahan kimia dalam konsentrasi tinggi yang menyebabkan kanker payudara. Bahan kimia dalam asap tembakau mampu mencapai jaringan payudara dan ditemukan dalam ASI.

8) Terapi Sulih Hormon (Hormone Replacement Therapy)

Ada dua jenis terapi hormon, yaitu yang menggunakan hormon estrogen dan yang menggunakan kombinasi estrogen-progesteron. Dari penelitian yang dilakukan di U.K, didapatkan bahwa penggunaan TSH kombinasi antara estrogen-progesteron, lebih besar meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara jika dibandingkan dengan hanya menggunakan TSH estrogen tunggal (Beral, V, 2003).

4. Risiko Terkait dengan Kejadian Kanker Payudara a. Risiko Tinggi

1) Usia lanjut

2) Anak lahir pertama setelah usia 30 tahun

3) Ikatan keluarga dekat (ibu, kakak, bibi dari ibu) menderita kanker payudara

4) Riwayat tumor payudara

5) Diagnosis sebelumnya kanker payudara b. Risiko Sedang

1) Menstruasi dini (sebelum umur 12 tahun) 2) Menopause lambat (sesudah umur 50 tahun) 3) Penggunaan hormon pada gejala menopause

(17)

4) Terkena radiasi berlebihan dibawah umur 35 tahun 5) Mempunyai riwayat kanker uterus, ovarium atau kolon c. Kemungkinan Risiko

1) Penggunaan reseprin prolaktin dalam waktu lama 2) Kegemukan, konsumsi lemak berlebihan

3) Stress psikologi kronik

5. Tanda dan Gejala Kanker Payudara

Tanda dan gejala umum yang menjadi keluhan terdiri dari keluhan benjolan atau massa di payudara, rasa sakit, keluar cairan dari puting susu, timbulnya kelainan kulit (dimpling, kemerahan, ulserasi, peau d’orange), pembesaran kelenjar getah bening atau tanda metastatis jauh. Berdasarkan fasenya, tanda dan gejala kanker payudara terdiri dari:

a. Fase Awal

Kanker payudara asimptomatik (tanpa tanda gejala). Tanda dan gejala yang paling umum adalah benjolan dan penebalan pada payudara, kebanyakan sekitar 90% ditemukan oleh penderita sendiri. Pada stadium dini, kanker payudara tidak menimbulkan keluhan.

b. Fase Lanjut

1) Bentuk dan ukuran payudara berubah, berbeda dari sebelumnya 2) Luka pada payudara sudah lama tidak sembuh walau sudah diobati

3) Eksim pada puting susu dan sekitarnya sudah lama tidak sembuh walau sudah diobati

4) Puting susu sakit, keluar darah, nanah atau cairan encer dari puting susu atau keluar air susu pada wanita yang sedang hamil atau tidak menyusui 5) Puting susu tertarik ke dalam

(18)

6) Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peau d’orange) c. Metastase Luas

1) Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal 2) Hasil rontgen thorax normal dengan atau tanpa efusi pleura

3) Peningkatan alkali fosfatase atau nyeri tulang berkaitan dengan penyebaran ke tulang

4) Fungsi hati abnormal

Gambar 2.2: Luka pada payudara Gambar 2.3: peau d’orange

Gambar 2.4: Inflammatory breast cancer of the left breast showing peau d’orange and inverted nipple (http://www.stfranciscare.org)

(19)

6. Patofisiologi Faktor didapat; lingkungan, zat kimia Mutasi di dalam genom sel Mutasi yang diwariskan (faktor genetik) Aktivasi onkogen pembantu pertumbuhan Perubahan gen yang mengatur apoptosis Inaktivasi gen supresos kanker

Ekspresi produk gen yang sudah berubah dan hilangnya produk

gen regulator

Kanker Payudara Ekspansi klonal

Mutasi tambahan (progresif)

Heterogenitas

Sumber: Robbins, Stanley (1996)

(20)

7. Jenis-Jenis Kanker Payudara

Jenis-jenis kanker payudara antara lain (Savitri, 2015): a. Jenis-Jenis Kanker Payudara Paling Umum

1) Ductal Carsinoma In Situ

Ductal carsinoma in situ (DCIS) atau dikenal juga dengan intraductal carcinoma dianggap sebagai kanker payudara non-invasif (tidak menyebar) atau pre-invasif (belum menyebar). DCIS berarti bahwa sel pembentuk saluran susu berubah bentuk seperti sel kanker. Perbedaan antara DCIS dan kanker invasif adalah sel-selnya belum menyebar melalui dinding saluran susu atau jaringan sekitar payudara. Oleh karena itu, DCIS tidak bisa menyebar (metastatis) di luar payudara.

(21)

2) Invasive (Infiltrating) Ductal Carcinoma

Invasive Ductal Carcinoma (IDC) adalah jenis kanker payudara yang paling umum terjadi, berawal pada saluran susu, lalu menembus dinding saluran dan tumbuh pada jaringan lemak payudara. Pada tahap ini, IDC dapat menyebar (metastatis) ke bagian lain dari tubuh melalui sistem getah bening dan aliran darah. Sekitar 8 dari 10 kanker payudara invasif adalah infiltrating ductal carcinoma.

3) Invasive (Infiltrating) Lobular Carcinoma

Invasive Lobular Carcinoma (ILC) dimulai dari lobules yaitu jaringan yang memproduksi susu, dan menyebar ke bagian lain dari tubuh. Sekitar 1 dari 10 kanker payudara invasif adalah ILC. Invasive lobular carcinoma mungkin jauh lebih sulit dideteksi melalui mammogram dibandingkan invasive ductal carcinoma.

Gambar 2.6: Lobular Carcinoma In Situ (stfranciscare.org) 8. Stadium Kanker Payudara

Tahap-tahap stadium kanker payudara biasanya ditandai dengan skala 0 sampai IV (Savitri, 2015). Adapun tahapan stadium kanker payudara adalah sebagai berikut (Rasjidi, 2009):

(22)

a. Stage 0

Tahap sel kanker payudara tetap di dalam kelenjar payudara, tanpa invasi ke dalam jaringan payudara normal yang berdekatan.

b. Stage I

Tumor terbatas pada payudara dengan ukuran 2 cm atau kurang dan batas yang jelas (kelenjar getah bening).

Gambar 2.7: Stadium IA dan IB Kanker Payudara(stfranciscare.org) c. Stage IIA

Tumor tidak ditemukan pada payudara tetapi sel-sel kanker ditemukan di kelenjar getah bening ketiak, ATAU tumor dengan ukuran 2 cm atau kurang dan telah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak/aksiller, ATAU tumor yang lebih besar dari 2 tetapi tidak lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.

(23)

Gambar 2.8: Stadium IIA Kanker Payudara (stfranciscare.org) d. Stage IIB

Tumor yang lebih besar dari 2 cm, tetapi tidak ada yang lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke kelenjar getah bening yang berhubungan dengan ketiak, ATAU tumor yang lebih besar dari 5 cm tetapi belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.

Gambar 2.9: Stadium IIB Kanker Payudara (stfranciscare.org) e. Stage IIIA

Tidak ditemukan tumor di payudara. Kanker ditemukan di kelenjar getah bening ketiak yang melekat bersama atau dengan struktur lainnya, atau kanker ditemukan di kelenjar getah bening di dekat tulang dada, ATAU tumor dengan ukuran berapapun dimana kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening

(24)

ketiak, terjadi perlekatan dengan struktur lainnya, atau kanker ditemukan di kelenjar getah bening di dekat tulang dada.

Gambar 2.10: Stadium IIIA Kanker Payudara (stfranciscare.org) f. Stage IIIB

Tumor dengan ukuran tertentu dan telah menyebar ke dinding dada dan/atau kulit payudara dan mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak yang berlengketan dengan struktur lainnya, atau kanker mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening di dekat tulang dada. Kanker payudara inflamatori (berinflamasi) dipertimbangkan paling tidak pada tahap IIIB.

Gambar 2.11: Stadium IIIB Kanker Payudara (stfranciscare.org) g. Stage IIIC

(25)

Ada atau tidak tanda kanker di payudara atau mungkin telah menyebar ke dinding dada dan/atau kulit payudara dan kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening baik di atas atau di bawah tulang belakang dan kanker mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau ke kelenjar getah bening di dekat tulang dada.

Gambar 2.12: Stadium IIIC Kanker Payudara (stfranciscare.org) h. Stage IV

Kanker telah menyebar atau metastase ke bagian lain dari tubuh.

Gambar 2.13: Stadium IV Kanker Payudara (stfranciscare.org)

(26)

Berdasarkan data Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (PERABOI) didapatkan data rata-rata prognosis harapan hidup penderita kanker payudara (survival rate) per stadium sebagai berikut (Rasjidi, 2009):

a. Stadium 0 : 10-years survival rate 98% (non breast cancer yang terdeteksi oleh mamografi/USG)

b. Stadium I : 5-years survival rate 85% c. Stadium II : 5-years survival rate 60-70% d. Stadium III : 5-years survival rate 30-50% e. Stadium IV : 5-years survival rate 15%

10. Pemeriksaan Penunjang

Ada beberapa pemeriksaan penunjang untuk menuju diagnosis pasti suatu kanker payudara, yaitu (Gale, 2000):

1) Termografi yaitu suatu cara yang menggunakan sinar inframerah

2) Mammografi yaitu pemeriksaan dengan metode radiologis sinar x yang diradiasikan pada payudara. Kelebihan mammografi adalah kelebihannya mendeteksi tumor yang belum teraba (radius 0,5 cm) sekalipun masih dalam stadium dini. Waktu yang tepat untuk melakukan mammografi pada perempuan usia produktif adalah hari ke 1-14 dari siklus haid. Pada perempuan usia nonproduktif dianjurkan untuk kapan saja. Ketepatan pemeriksaan ini berbeda-beda berkisar antara 83-95%.

3) Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah pemeriksaan dengan magnet, gelombang radio dan komputer untuk menghasilkan gambar secara detail

(27)

dari kedua payudara. Pemeriksaan ini dapat juga disebut Nuclear Magnetic Resonance Imaging (NMRI).

4) Ultrasonografi (USG), metode ini dapat membedakan lesi/tumor solid dan kistik, dan hanya dapat membuat diagnosis dengan berdasarkan pemantulan gelombang suara.

5) Scintimammografi adalah teknik pemeriksaan radionuklir dengan menggunakan radioisotop.

Dalam protokol penanganan kanker payudara, pemeriksaan yang dianjurkan adalah mammografi dan ultrasonografi. Pemeriksaan gabungan ultrasonografi dan mammografi memberikan angka ketepatan diagnostik yang lebih tinggi.

11. Pencegahan

Usaha pencegahan kanker payudara dapat berupa pencegahan primordial, pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier (Elisabeth, 2001).

a. Pencegahan Primordial

Pencegahan sangat dini atau sangat dasar ini ditujukan kepada orang sehat yang belum memiliki faktor risiko dengan memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak berkembang yaitu dengan membiasakan pola hidup sehat sejak dini dan menjauhi faktor risiko changeable (dapat diubah) kejadian kanker payudara.

b. Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah usaha mencegah timbulnya kanker pada orang sehat yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan primer

(28)

dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara.

c. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan diagnosis dini terhadap penderita kanker payudara dan biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker payudara agar dapat dilakukan pengobatan dan penanganan yang tepat. Penanganan yang tepat pada penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecacatan, mencegah komplikasi penyakit, dan memperpanjang harapan hidup penderita. d. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier dapat dilakukan dengan perawatan paliatif dengan tujuan mempertahankan kualitas hidup penderita dan memperlambat progresifitas penyakit dan mengurangi rasa nyeri dan keluhan lain serta perbaikan di bidang psikologis, sosial dan spiritual (Pane, 2002).

Untuk mengurangi ketidakmampuan dapat dilakukan rehabilitasi supaya penderita dapat melakukan aktivitasnya kembali. Upaya rehabilitasi baik secara mental, fisik, maupun sosial, seperti menghilangkan rasa nyeri, harus mendapatkan asupan gizi yang baik, dukungan moral dari orang-orang terdekat terhadap penderita pasca operasi (Arlinda, 2002).

B. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) 1. Pengertian SADARI

SADARI adalah pemeriksaan yang dilakukan sebagai deteksi dini kanker payudara. Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang sangat mudah dilakukan oleh setiap perempuan untuk mencari benjolan atau kelainan lainnya. SADARI dilakukan dengan posisi tegak menghadap cermin dan berbaring, dilakukan

(29)

pengamatan dan perabaan payudara secara sistematis (Dalimartha, 2007). SADARI adalah pemeriksaan atau perabaan sendiri untuk menemukan timbulnya benjolan abnormal pada payudara (Otto, S, 2005). Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan cermin dan dilakukan oleh perempuan yang berusia 20 tahun ke atas (Olfah, 2013).

2. Tujuan SADARI

Tujuan dilakukannya pemeriksaan kanker payudara adalah untuk deteksi dini. Indikasi utama SADARI adalah untuk mendeteksi terjadinya kanker payudara dengan mengamati payudara dari depan, sisi kiri dan sisi kanan, apakah ada benjolan, perubahan warna kulit, puting susu bersisik dan pengeluaran cairan atau nanah dan darah (Pamungkas, 2011). Perempuan yang melakukan SADARI akan dapat menunjukkan tumor yang kecil dan masih pada stadium awal, hal ini memberikan prognosis yang baik. Sebagian perempuan berpikir untuk apa melakukan SADARI, apalagi yang masih berusia dibawah 30 tahun, kebanyakan beranggapan bahwa kasus kanker payudara jarang ditemukan pada usia dibawah 30 tahun. Seorang perempuan yang melakukan SADARI sejak dini akan membantu deteksi kanker payudara pada stadium dini sehingga kesempatan untuk sembuh lebih besar (Otto, S, 2005).

Berdasarkan rekomendasi dari The American Cancer Society, menginformasikan bahwa keuntungan untuk melakukan SADARI saat mencapai usia 20 tahun (Mayo Clinic, 2007). SADARI dilakukan karena dapat mendeteksi kista, tumor jinak, serta kanker payudara (Hirsch, 2007).

(30)

3. Waktu Pelaksanaan SADARI

SADARI dianjurkan dilakukan secara intensif pada perempuan mulai usia 20 tahun, segera ketika mulai pertumbuhan payudara sebagai gejala pubertas. Pada perempuan muda, agak sedikit sulit karena payudara mereka masih berserabut (fibrous), sehingga dianjurkan sebaiknya mulai melakukan SADARI pada usia 20 tahun karena umumnya pada usia tersebut jaringan payudara sudah terbentuk sempurna (Otto, S, 2005). Perilaku sebaiknya melakukan SADARI sekali dalam satu bulan. Jika perilaku menjadi familiar terhadap payudaranya dengan melakukan SADARI secara rutin, maka dia akan lebih mudah mendeteksi keabnormalan pada payudaranya sejak awal atau mengetahui bahwa penemuannya adalah normal atau tidak berubah selama bertahun-tahun. Perempuan yang belum menopause sebaiknya melakukan SADARI setelah menstruasi sebab perubahan hormonal meningkatan kelembutan dan pembengkakan payudara sebelum menstruasi. SADARI sebaiknya dilakukan sekitar satu minggu setelah menstruasi. Setelah menopause, SADARI sebaiknya dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulan sehingga aktivitas rutin dalam kehidupan perempuan tersebut (Burroughs, 1997).

4. Langkah-Langkah Melakukan SADARI

Menurut Depkes RI (2009), cara melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dapat dilakukan dengan cara:

a. Melihat perubahan payudara dihadapan cermin

1) Lihat pada cermin, bentuk dan keseimbangan bentuk payudara (simetris atau tidak).

(31)

Gambar 2.14: SADARI dengan melihat payudara (breastcancer.org)

2) Melihat perubahan bentuk dan besarnya payudara, perubahan puting susu, serta kulit payudara di depan kaca. Sambil berdiri tegak depan cermin, posisi kedua lengan lurus ke bawah disamping badan.

3) Periksa payudara dengan tangan diangkat di atas kepala. Dengan maksud untuk melihat retraksi kulit atau perlekatan tumor terhadap otot atau fascia dibawahnya.

Gambar 2.15: SADARI dengan mengangkat kedua tangan (breastcancer.org)

4) Berdiri tegak di depan cermin dengan tangan disamping kanan dan kiri. Miringkan badan ke kanan dan kiri untuk melihat perubahan payudara.

(32)

Gambar 2.16: SADARI dengan tangan disamping (breastcancer.org)

5) Menegangkan otot-otot bagian dada dengan berkacak pinggang atau tangan menekan pinggul dimaksudkan untuk menegangkan otot di daerah aksila.

Gambar 2.17: SADARI dengan berkacak pinggang (breastcancer.org) b. Memeriksa Perubahan Bentuk Payudara dengan Posisi Berbaring

1) Dimulai dengan payudara sebelah kanan

2) Baring menghadap ke kiri dengan membengkokkan kedua lutut dengan meletakkan bantal atau handuk mandi yang telah dilipat di bawah bahu sebelah kanan untuk menaikkan bagian yang akan diperiksa

3) Kemudian letakkan tangan kanan dibawah kepala 4) Gunakan tangan kiri untuk memeriksa payudara kanan

5) Gunakan telapak jari-jari untuk memeriksa sembarang benjolan atau penebalan

(33)

Gambar 2.18: SADARI dengan posisi berbaring (breastcancer.org) c. Periksa payudara dengan menggunakan Vertical Strip dan Pemutaran

1) Memeriksa seluruh bagian payudara secara vertical, dari tulan selangka di bagian atas ke batas bawah payudara, dan garis tengah antara kedua payudara ke garis tengah bagian ketiak.

2) Gunakan tangan kiri untuk mengawali pijatan pada ketiak. Kemudianputar dan tekan kuat untuk merasakan benjolan.

3) Gerakkan tangan dengan perlahan-lahan ke batas bawah payudara dengan putaran ringan dan tekan kuat di setiap tempat. Di bagian batas bawah payudara, bergerak kurang lebih 2 cm ke kiri dan terus ke arah atas menuju tulang selangka dengan memutar dan menekan payudara.

4) Bergeraklah ke atas dan ke bawah mengikuti pijatan dan meliputi seluruh bagian yang ditunjuk.

Gambar 2.19: SADARI dengan Vertical Strip(breastcancer.org)

d. Memeriksa Payudara secara Memutar

(34)

2) Bergeraklah sekeliling payudara dengan memperhatikan benjolan yang luar biasa

3) Buatlah sekurang-kurangnya tiga putaran kecil sampai ke puting payudara 4) Lakukan sebanyak 2 kali. Sekali dengan tekanan ringan dan sekali dengan

tekanan kuat. Jangan lupa periksa bagian bawah aerola mammae.

Gambar 2.20: SADARI dengan pemutaran (breastcancer.org)

e. Pemeriksaan Cairan di Puting Payudara

Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara untuk melihat adanya cairan abnormal dari puting payudara.

Gambar 2.21: SADARI dengan Memeriksa Puting (breastcancer.org)

f. Memeriksa Ketiak

Letakkan tangan kanan ke samping dan merasakan ketiak dengan teliti, apakah teraba benjolan abnormal atau tidak.

(35)
(36)

BAB III KESIMPULAN A. KESIMPULAN

Kanker payudara (Carsinoma mammae) adalah keganasan yang menyerang kelenjar air susu, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara (Arkhan, 2008). Kanker payudara merupakan salah satu kanker yang paling sering terjadi di Indonesia selain kanker serviks. Tahun 2012, insiden kanker payudara sebesar 40 per 100.000 perempuan di dunia (IARC, 2012). Menurut data sistem informasi rumah sakit di Indonesia, kasus kanker payudara sebesar 28,7% (Departemen Kesehatan, 2010), sedangkan prevalensi terjadinya kanker payudara di wilayah Sumatera Selatan sebesar 0,7 per 1000 penduduk (Riset Kesehatan Dasar, 2013) Kanker payudara dapat menyerang semua kelompok umur (Riset Kesehatan Dasar, 2013). Insiden kanker payudara meningkat sesuai dengan pertambahan umur (Luwia, 2003; dikutip Handayani & Sundamiarti, 2012), namun usia muda bukan jaminan aman dari kanker payudara (Handayani & Sundamiarti, 2012). Saat ini kecenderungan kanker payudara dialami oleh perempuan berusia 15-20 tahun (Septiani & Suara, 2013).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan prevalensi kanker payudara adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan deteksi dini periksa payudara sendiri (SADARI). SADARI merupakan pemeriksaan fisik sederhana yang dapat mendeteksi kista, tumor jinak, serta kanker payudara (Hirsch, 2007). Menurut Mikail (2011), kegiatan SADARI sangat efektif sampai dengan 90% dalam mendeteksi kanker payudara termasuk pada perempuan usia subur. Pengetahuan tentang SADARI masih kurang di kalangan remaja, didukung oleh penelitian yang dilakukan Septiani & Suara (2013) bahwa masih

(37)

rendahnya siswa yang melakukan SADARI ditandai dengan pengetahuan kurang tentang cara melakukan, prosedur, waktu dan hasil SADARI sebanyak 65,8%.

Peran perawat terkait dengan memberikan pendidikan kesehatan deteksi dini SADARI adalah sebagai edukator dengan memberikan penyuluhan kesehatan SADARI (Mubarak, 2007). Diharapkan dengan dilakukannya penyuluhan kesehatan deteksi dini SADARI akan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran remaja dalam pencegahan kanker payudara.

(38)

American Cancer Society. (2014). How Many People Have Breast Cancer. http://www.cancer.org diakses pada 11 Januari 2016.

Andari, FN. (2009). Pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri tentang keperawatan leucorrhea di SMA PGRI Indralaya. (Skripsi tidak dipublikasikan).

Arikunto, S. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

__________.(2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arlinda, S.W. (2002). Analisis Ketahanan Hidup 5 Tahun pada Penderita Kanker Payudara

di RS Kanker Dharmais. Jakarta: FK UI.

Astutik, R.Y. (2014). Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba Medika.

Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. (2015). Situasi Penyakit Kanker. Pusat Data

dan Informasi. Kemenkes

RI.http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin-kanker.pdfdiakses pada 13 Maret 2017

Dahlan, M.S. (2011). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Dariyo & Agoes. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor Selatan: Galia Indonesia. Departemen Kesehatan RI. (2010). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI diperoleh

melalui http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-profil-kesehatan.html diakses pada 13 Maret 2017.

Departemen Kesehatan RI. (2014). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar(RISKESDAS) Indonesia tahun 2013. Jakarta diperoleh melalui http://terbitan.litbang.depkes.go.id/penerbitan/index.php/blp/catalog/book/152diakses pada 13 Maret 2017

Dinas Kesehatan Sumatera Selatan. (2014). Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan

Tahun 2014 diperoleh melalui

http://dinkes.sumselprov.go.id/downlot.php?file=PROFILDINASKESEHATAN2015. pdfdiakses pada 13 Maret 2017

Gambar

Gambar 2.1: Anatomi Payudara (stfranciscare.org)
Gambar 2.4: Inflammatory breast cancer of the left breast showing peau d’orange  and inverted nipple (http://www.stfranciscare.org)
Gambar 2.5: Ductal Carcinoma In Situ (stfranciscare.org)
Gambar 2.6: Lobular Carcinoma In Situ (stfranciscare.org)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Apabila anda ingin membuat halaman, dengan output berupa form masukan dari user atau pengunjung web, maka anda dapat menggunakan template feedback form.. Berikut adalah contoh

Hasil penelitian uji Escherichia coli pada jamu gendong beras kencur menunjukkan dari 15 sampel yang diambil, 6 sampel menunjukkan hasil yang positif mengandung bakteri

Kendala-kendala yang terdapat dalam organisasi P3A adalah kualitas bendungan jaringan irigasi dan kualitas air irigasi yang kurang baik, masalah pembukuan, kurangnya wawasan

Belt conveyor adalah mesin pemindah bahan menggunakan sabuk karet (belt) yang tidak berujung, terdiri dari beberapa lapisan yang diperkeras dengan serat baja

Proses pembuatan alat shot peening dimulai dengan membentuk plat sesuai dengan box plastik kemudian dirakit dengan menggunakan las listrik.. Pada kerangka baja

Cahaya matahari sangat diperlukan rumput laut dalam proses fotosintesis seperti yang disampaikan oleh Ismail dan Pratiwi (2002) bahwa rumput laut memerlukan sinar matahari

TAHUN ANGGARAN 2020 PEMERINTAH DESA

Pada gambar di atas ABCD adalah persegi panjang..Jika PQRS adalah persegi, hitung keliling bangun yang diarsir.. ABCD adalah persegi dengan panjang sisi