• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Model Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Prediksi Tingkat Kemiskinan Menggunakan Metode Triple Exponential Smoothing : Brown’s OneParameter Quadratic (Studi Kasus : Jawa Tengah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Model Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Prediksi Tingkat Kemiskinan Menggunakan Metode Triple Exponential Smoothing : Brown’s OneParameter Quadratic (Studi Kasus : Jawa Tengah)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Model Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Prediksi Tingkat

Kemiskinan Menggunakan Metode

Triple Exponential Smoothing

: Brown’s One

-Parameter Quadratic

(Studi Kasus : Jawa Tengah)

Artikel Ilmiah

Peneliti:

Asni Valentina (672013143) Dr. Kristoko Dwi Hartomo, M. Kom.

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vi

Model Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Prediksi Tingkat

Kemiskinan Menggunakan Metode

Triple Exponential Smoothing

: Brown’s One

-Parameter Quadratic

(Studi Kasus : Jawa Tengah)

1)Asni Valentina 2)Kristoko Dwi Hartomo

Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga

Email : 1)[email protected], 2)[email protected]

Abstract Parameter Quadratic. This study will also map the poverty rate in Central Java, data using Poverty Gap Index (P1), Poverty Severity Index (P2) and Head Count Index (P0), both the actual data and prediction data by using Geographic Information System (GIS) to visualize them into thematic maps of Central Java.

Abstrak

Kemiskinan adalah masalah yang cukup kompleks untuk Jawa Tengah. Setiap tahun, angka kemiskinan terus menurun namun penurunannya terasa sangat lambat. Pada akhir "Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah", yang akan berakhir pada 2018, Jawa Tengah memiliki target pengurangan kemiskinan 6,84%, yang berarti 1,36% per tahun, tetapi sampai saat ini pencapaian pengentasan kemiskinan di bawah 1 %. Penelitian ini dilakukan untuk memprediksi angka indeks kemiskinan menggunakan Triple Triple Exponential Smoothing: Brown's One – Parameter Quadratic. Penelitian ini juga akan memetakan tingkat kemiskinan di Jawa Tengah, data menggunakan Index Kedalaman (P1), Index Kedalaman (P2) dan Index Persentase (P0), baik data aktual dan data prediksi dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (GIS) untuk memvisualisasikan data kedalam bentuk peta tematik Jawa Tengah.

Kata Kunci : Kemiskinan , SIG, Triple Exponential Smoothing: Brown's One – Parameter Quadratic, Index Persentase (P0), Index Kedalaman (P1), Index Keparahan (P2)

1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Teknik Informatika, Universitas

Kristen Satya Wacana Salatiga.

(8)

1

1. Pendahuluan

Kemiskinan merupakan persoalan mendasar yang dihadapi oleh negara-negara berkembang di dunia, kemiskinan juga merupakan permasalahan kompleks yang bisa dilihat dari faktor penyebab maupun dampak yang terjadi, khususnya di Provinsi Jawa Tengah. Dalam rangka mempercepat penanggulangan kemiskinan yang dirasa sebagai masalah kompleks diperlukan upaya serius yang meliputi penetapan sasaran, perancangan dan keterpaduan program, monitoring dan evaluasi, serta efektifitas anggaran, program percepatan penanggulangan kemiskinan [1].

Perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode 2010

– 2014 terlihat cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada periode

Maret – September 2011 mengalami sedikit kenaikan, namun terjadi penurunan

kembali pada September 2011– September 2014 Gambar 1, sementara itu

persentase penduduk miskin pada periode yang sama mengalami penurunan dari 16,56 persen menjadi 13,58 persen [2]. Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan) di Jawa Tengah pada bulan Maret 2015 sebesar 4.577,04 ribu menurun 5 persen dari Maret 2014. Sementara persentase penduduk miskin pada Maret 2014 sebesar 14,46 persen turun menjadi 13,58 persen pada Maret 2015[2].

Target penurunan angka kemiskinan Provinsi Jawa Tengah dari 14,44

persen pada tahun 2013 menjadi 7,80 – 7,60 persen pada akhir periode Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yaitu pada tahun 2018, sebanyak 6,84 persen selama 5 tahun atau 1,36 persen per tahun sementara capaian setiap tahun masih dibawah 1 persen [3].

Gambar 1 Perkembangan Persentase Penduduk Miskin, Maret 2010 – September 2014 [2]

Salah satu faktor yang menyebabkan kurangnya penanggulangan terhadap daerah miskin pada suatu wilayah adalah kemiskinan spasial perkotaan serta hubungan antara perencanaan tata ruang kota dan upaya penanggulangan kemiskinan menunjukkan bahwa pemahaman para pemangku kepentingan, terutama Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)[4].

(9)

2

SIG sebagai sistem komputer yang digunakan untuk memanipulasi data geografi, sistem ini diimplementasikan dengan perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang berfungsi untuk akusisi dan verifikasi data, kompilasi data, penyimpanan data, perubahan dan pembaharuan data, manajemen dan pertukaran data, manipulasi data, pemanggilan dan presentasi data serta analisa data [5]. Selain memetakan daerah miskin pada penelitian ini juga akan dikembangkan sistem prediksi atau meramalkan angka kemiskinan. Metode prediksi untuk deret data yang memiliki kecenderungan (tren) seperti data indeks kemiskinan yang ada

di Provinsi Jawa Tengah adalah metode Triple Exponential Smoothing : Brown’s

One-Parameter Quadratic. Model prediksi yang dilakukan masih tergolong

peramalan jangka pendek karena hanya meramalkan 1 tahun kedepan.

Dari data dan informasi diatas maka pada penelitian ini disimpulkan bahwa

diperlukan suatu “Model Sistem Informasi Geografis (SIG) Tingkat Kemiskinan

Menggunakan Metode Triple Exponential Smoothing : Brown’s One-Parameter

Quadratic” dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memudahkan peramalan dan pemetaan wilayah yang akan di visualisasikan dalam bentuk peta tematik Jawa Tengah. sehingga daerah yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah akan lebih terlihat, dan juga diharapkan dengan adanya sistem ini proses penentasan kemiskinan akan berjalan dengan baik dan tepat sasaran.

2. Kajian Pustaka

Peramalan dan pemetaan wilayah miskin telah banyak dilakukan untuk memprediksi angka kemiskinan yang terjadi di berbagai wilayah yang ada di Indonesia, penelitian yang berjudul Sistem Informasi Penduduk Miskin Berbasis GIS (Studi Kasus: Kotamadya Pekanbaru), membahas mengenai lokasi dan persebaran penduduk miskin di Kota pekanbaru. Data secara umum adalah

representasi fakta dari dunia nyata (real world), data disajikan dalam bentuk

antara lain seperti bentuk Tabular, bentuk grafik, bentuk diagram serta bentuk

peta. Untuk sistem informasi ini dikembangkan dari aplikasi GIS dan Map Server

untuk memetakan wilayah, sedangkan pembanding dari pemetaan wilayah agar

sesuai dengan kondisi aktualnya adalah menggunakan Google Map [6].

Penelitian yang berjudul Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan

Kemiskinan di Kabupaten Cilacap Berbasis Web (Studi Kasus di Badan Pusat

Statistik Kabupaten Cilacap), membahas mengenai pemetaan penduduk miskin di

Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah. Tools yang digunakan dalam

pembangunan sistem ini adalah Google Maps untuk membuat peta,

PHP/MapScript sebagai bahasa pemograman yang digunakan [7].

Artikel yang berjudul Perancangan Sistem Identifikasi dan Pemetaan Potensi Kemiskinan untuk Optimalisasi Program Kemiskinan, desain sistem yang dihasilkan dari penelitian ini digunakan untuk mengidentifikasi masyarakat miskin dan penentuan program penanggulangan kemiskinan untuk daerah di Kabupaten Bantul dan akan divisualisasikan dalam bentuk pemetaan potensi daerah miskin berbasis sistem informasi geografis (SIG). Metode identifikasi yang

dilakukan dengan menggunakan AHP (Analytical Hierarchy Process) [8].

Penelitian yang berjudul Model Prediksi Variabel Makro untuk Menentukan

(10)

3

Fuzzy MCDM (Studi Kasus: Provinsi Jawa Tengah), mengulas mengenai suatu

model prediksi variabel makro untuk menentukan kerentanan daerah yang akan

miskin pada periode mendatang menggunakan kombinasi metode Double

Exponential Smoothing dan Fuzzy MCDM untuk 29 kabupaten dan 6 kota di

Provinsi Jawa Tengah, metode Double Exponential Smoothing digunakan untuk

memprediksi data variabel makro. Hasil prediksi data variabel makro akan di

evaluasi dengan menggunakan metode Fuzzy MCDM untuk menentukan daerah

yang rentan miskin pada masa yang akan datang [9].

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan terkait Sistem Informasi Geografis dan prediksi tingkat kemiskinan, maka akan dilakukan perancangan sistem informasi geografis serupa untuk menentukan tingkat kemiskinan suatu daerah yang terdapat di provinsi Jawa Tengah. Beberapa perbedaan dari penelitian sebelumnya, pada perancangan sistem ini akan digunakan MS4W

(Mapserver For Windows), MS4W digunakan sebagai webserver dalam

mengembangkan web GIS karena dapat mendukung pemrograman Mapscript

untuk memetakan suatu daerah.

Data yang digunakan adalah data makro yang bersifat sekunder, data diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah seperti, Persentase

Penduduk Miskin atau Head Count Index (HCI –P0) adalah persentase penduduk

yang berada dibawah garis kemiskinan, kemudian Indeks Kedalaman Kemiskinan

(Proverty Gap Index P1) adalah ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran

masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan, semakin tinggi nilai indeks semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan dan

indeks yang ketiga adalah Indeks Keparahan Kemiskinan (Proverty Severity

Index-P2) yaitu gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk

miskin. Semakin tinggi nilai indeks, maka semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin [2].

Metode yang akan digunakan untuk memprediksi indeks kemiskinan di

Provinsi Jawa Tengah adalah dengan motode Triple Exponential Smoothing :

Brown’s One-Parameter Quadratic sebagai metode untuk meramalkan tingkat

kemiskinan di tahun 2015 berdasarkan data yang ada yaitu data tahun 2006 –

2014, kemudian cakupan wilayah yang akan dipetakan adalah seluruh kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah.

Sistem Informasi Geografis, istilah geografis merupakan bagian dari spasial (keruangan), dari kedua istilah inilah muncul istilah yang ketiga yaitu geospasial. Istilah informasi geografis mengandung arti tempat-tempat yang terletak di permukaan bumi seperti mengenai posisi dimana suatu objek terletak di permukaan bumi atau mengenai keterangan-keterangan yang terdapat di permukaan bumi yang posisinya diberikan dan diketahui [10].

Banyak para ahli mencoba mendefinisikan SIG secara lebih operasional, menurut Burrough 1986 dalam jurnal yang berjudul Sistem Informasi Geografis dan Urgensinya dalam Pembangunan Nasional mengemukakan bahwa SIG adalah

perangkat alat (tools) yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan,

(11)

4

suatu “sistem” berbasis komputer yang memberikan empat kemampuan untuk

menangani data bereferensi geografis, yakni pemasukkan, pengelolaan atau manajemen data (penyimpanan dan pengaktifan kembali), manipulasi, analisis dan keluaran [10].

Sub sistem SIG adalah data atau informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang akan di pecahkan harus dipilih dan diolah melalui pemrosesan yang akurat. Untuk keperluan tersebut SIG menyediakan sejumlah komponen atau

sub sistem yaitu: Data Input, Data Manipulation dan Analysis, Data Management,

dan Data Output seperti yang telah digambarkan pada Gambar 2. Menampilkan

sebuah peta pada website dibutuhkan beberapa format file untuk meyimpan data

geografis vector seperti Shapefile yang merupakan seperangkat aplikasi SIG [10].

Gambar 2 Ilustrasi uraian subsistem SIG [6]

Shapefile dikembangkan oleh ESRI perusahaan pembuat ArcGIS, shapefile

sebenarnya adalah kumpulan beberapa file yang berbeda.Contohnya seperti

shapefile yang berisi data peta Jawa Tengah: *.shp, *.shx, *.dbf. Shapefile bahkan

mungkin memiliki beberapa file tambahan yang berisi informasi lainnya. Hal ini

tergantung dari apa yang dibutuhkan dan yang akan dilakukan dengan shapefile.

Triple Exponential Smoothing : Brown’s One-Parameter Quadratic Method seperti halnya dengan pemulusan eksponensial linear yang dapat digunakan untuk meramalkan data dengan suatu pola tren dasar, dalam bentuk pemulusan yang lebih tinggi dapat digunakan bila dasar pola datanya adalah

kuadratik, kubik, atau order yang lebih tinggi. Persamaan untuk triple exponential

smoothing (Brown’s One-Parameter Quadratic Method) adalah sebagai berikut :

(12)

5

Persamaan yang dibutuhkan untuk pemulusan kuadratik jauh lebih rumit dari pada persamaan untuk pemulusan tunggal dan linear. Walaupun demikian pendekatannya dalam menyesuaikan nilai ramalan dapat mengikuti perubahan

tren yang kuadratik adalah sama. Proses inisialisasi pada pemulusan exponential

quadratic dari brown bisa sangat sederhana, jika ditetapkan S1 = S 1= S 1.

Peramalan di mulai dari periode 2 dan seterusnya, dapat dikatakan bahwa periode

2 nilai S2 , S 2 dan S 2 dapat dihitung dengan menggunakan pemulusan pertama

pada persamaan (1) kemudian dilanjutkan dengan pemulusan kedua dan ketiga dengan menggunakan persamaan (2) dan Persamaan (3) [11].

Untuk mendapatkan angka pemulusan dari suatu nilai maka dapat digunakan persamaan (4-6). Hasil pemulusan dari persamaan (1-6) akan

digunakan untuk mendapatkan nilai peramalan atau forecast dengan

menggunaknan persamaan (7). Metode peramalan yang paling sesuai umumnya

menggunkan metode yang memiliki kesalahan rata-rata (ME = Mean Error) dan

kesalahan persentase absolut (MAPE = Mean Absolut Prosentase Error) yang

paling kecil [11].

Jenis dan Pola Data digunakan sebagai acuan untuk pemilihan metode dalam melakukan prediksi. Pola data dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:

stationer, musiman, siklis dan tren [11]. Secara lebih jelas beberapa pola data

tersebut dapat dilihat seperti pada gambar 11, dengan keterangannya masing-masing.

Gambar 3 Pola data [11]

Data stationer merupakan pola data horizontal yang berfluktuasi disekitar

(13)

6

kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang dalam data seperti pada Gambar 3d.

3. Metode Perancangan

Metode perancangan yang akan dilakukan pada penelitian ini akan dierjelas

dengan menggunakan flowchart. Tahap-tahap yang digambarkan dalam flowchart

tersebut akan saling berkaitan antara satu dan yang lainnya. Untuk lebih memahami tahapan penelitian mulai dari awal hingga tahap akhir tahapan penelitian secara runtut dapat dilihat pada Gambar 4.

Identifikasi Masalah

Gambar 4Flowchart tahapan penelitian

Sesuai dengan Gambar 4. Langkah pertama adalah melakukan identifikasi masalah kemiskinan, masalah kemiskinan merupakan permasalahan yang cukup kompleks seperti data indeks angka kemiskinan yang menunjukkan perubahan terus menurun tetapi dalam frekuensi yang lambat. Maka untuk memaksimalkan pemantauan daerah yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah dapat dikembangkan sistem prediksi dan pemetaan daerah, sehingga daerah yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah akan lebih terlihat dengan pemetaan yang dilakukan, kemudian dengan prediksi yang dilakukan dapat membantu pertimbangan untuk melakukan penentasan kemiskinan untuk periode kedepan. Diharapkan dengan adanya sistem ini proses penentasan kemiskinan akan berjalan dengan baik dan tepat sasaran.

Tahap kedua dilakukan penelusuran pustaka dan data sehingga penelitian yang dilakukan tidak menimbulkan tindak plagiasi. Dalam penelitian ini telah dilakukan penelusuran pustaka sehingga pada penelitian ini telah didapatkan beberapa perbedaan dari penelitian sebelumnya. Perancangan sistem akan dilakukan pemetaan dan peramalan jangka pendek yaitu 1 periode kedepan terkait

kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah dengan menggunakan metode Triple

Exponential Smoothing: Brown’s One-Parameter Quadratic. Sumber data yang

digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari website Badan Pusat

Statistik Jawa Tengah (BPS Jateng) yaitu dari tahun 2006 - 2014.

(14)

7

Kedalaman (P1) dan Index Keparahan (P2). Tahap ketiga yaitu mendesain

pemodelan sistem dan desain user interface dari sistem yang akan dikembangkan,

pada tahap ini akan menggguakan Unified Modeling Language (UML). Adapun

diagram yang dibuat adalah Use case Diagram dan Activity Diagram. Untuk lebih

memahami use casediagram dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 use casediagram

Seperti pada Gambar 5 menu utama yang ditawarkan untuk user adalah

melihat data indeks kemiskinan setiap daerah yang ada di Provinsi Jawa Tengah dalam bentuk peta tematik Provinsi Jawa Tengah. Penyajian data indeks kemiskinan dimaksudkan sehingga untuk melihat persentase kemiskinan setiap daerah akan lebih mudah, dengan kemudahan pemantauan dengan menggunakan peta dirasa akan sangat membantu untuk melihat daerah mana saja yang masi tergolong ke dalam kelompok daerah yang tinggi angka indeks tingkat kemiskinannya. Selain penyajian data dalam bentuk peta tematik Provinsi Jawa Tengah data juga di sajikan dalam bentuk tabel dan grfaik. Setelah melihat penyajian data dalam bentuk tabel sistem juga mempunyai fungsi extend yaitu

user mempunyai hak untuk mengunduh data dalam bentuk tabel dengan ekstensi

.xls, tetapi jika user hanya ingin melihat data yang telah di sediakan, maka user

tidak perlu mengunduh data tersebut. Sistem ini juga menyediakan penyajian data

dalam bentuk grafik, fungsi penggunaan grafik dimaksudkan untuk memudahkan

user yang ingin melihat perbandingan setiap kabupaten/kota.

Pada simsitem informasi geografis ini Admin sangat berperan penting

(15)

8

menambah data baru setiap tahun, mengubah data jika terjadi kesalahan penginputan data, serta menghapus data yang dirasa tidak diperlukan untuk sistem

informasi ini untuk menampilkan data tersebut. User juga dapat melihat pemetaan

wilayah sesuai dengan angka indeks yang telah diprediksi, hasil prediksi ini hanya satu periode kedepan setelah data aktual.

Gambar 6 Diagram Activity Admin

Activity Diagram menggambarkan bagaimana admin akan menjalankan

sistem mulai dari awal hingga selesai digunakan. Admin pada sistem ini akan

mengolah semua data yang ada di website seperti pada Gambar 6, langkah awal

yang harus dilakukan seorang admin adalah harus mengisi form Login jika

username dan password salah maka akan dikembalikan ke halaman form Login,

tetapi jika benar proses akan masuk ke halaman utama. Pada halaman utama

website admin akan terdapat beberapa fungsi yaitu diantaranya adalah tampilkan

data, menambahkan data aktual serta hasil prediksi, mengubah data, dan

menghapus data. Kemudian admin akan memilih salah satu, setelah itu data yang

mengalami perubahan akan diproses untuk diperbaharui, dan data akan segera ditampilkan dalam bentuk peta.

Tahap keempat yaitu pengujian, penggunaan bahasa R digunakan untuk

(16)

9

metode Triple Exponential Smoothing : Brown’s One-Parameter Quadratic,

karena data yang diperoleh masih berupa data didalam table, sedangkan pembanding dari pemetaan wilayah agar sesuai dengan kondisi aktualnya adalah

menggunakan Shapefile (file .shp). Sehingga digunakan MS4W (Mapserver For

Windows) sebagai webserver dalam mengembangkan web GIS karena dapat

mendukung pemrograman Mapscript untuk memetakan suatu daerah. Database

yang akan digunakan adalah PhpMyAdmin untuk menyimpan data aktual dan data hasil prediksi.

Pengolahan data untuk mengklasifikasikan persentase warga miskin tiap daerah yang akan dibagi kedalam tiga keadaan yang dilambangkan dengan warna, warna tersebut adalah merah untuk daerah yang persentasenya tergolong tinggi, kuning untuk daerah yang tergolong normal, sedangkan hijau untuk menggolongkan wilayah yang persentase kemiskinannya dibawah angka normal. Metode yang digunakan untuk mengklasifikasikan persentase kemiskinan mengacu dari pengolahan data yang dilakukan oleh badan Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) [12].

4. Hasil dan Pembahasan

Hasil dari sistem yang dibangun adalah berupa website dengan fitur utama

yaitu pemetaan indeks persentase kemiskinan (P0), indeks kedalaman kemiskinan

(P1) dan indeks keparahan kemiskinan (P2), kemudian pada website ini juga

dilakukan peramalan untuk ketiga indeks. Peramalan yang dilakukan adalah peramalan jangka pendek karena peramalan yang dilakukan yaitu satu periode kedepan yaitu tahun 2015 karena data aktual yang digunakan adalah data indeks kemiskinan P0, P1 dan P2 dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2014.

Model prediksi indeks kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah dilakukan dengan cara menentukan terlebih dahulu pola data dari data indeks kemiskinan Provinsi Jawa Tengah. Indikasi pola data pada data indeks kemiskinan adalah pola data tren seperti pada Gambar 7 dengan menggunakan 5 sample data kabupaten yang mewakili tingkat kemiskinan yang ada dari tahun 2006 sampai dengan 2014, menunjukkan bahwa pergerakan deret data aktual mengalami penurunan.

Gambar 7. Indikasi Pola Data

Berdasarkan hasil pengamatan pola data yang diindikasikan berpola data tren maka metode yang akan digunakan untuk melakukan proses prediksi adalah

dengan menggunakan metode Triple Exponential Smoothing : Brown’s One

-Parameter Quadratic. Sampel data aktual yang digunakan adalah satu kabupaten

(17)

10

atau persentase kemiskinan, P1 atau indeks kedalaman kemiskinan, dan P2 atau indeks keparahan kemiskinan pada tahun 2014 yang di tunjukkan seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Angka Error Hasil Prediksi indeks P0, P1 dan P2(Kabupaten Wonosobo) tahun 2014

Indeks Kemiskinan ME RMSE MAE MPE MAPE EE

P0 -0.52 3.47 2.93 -9.73 24.9 9.20

P1 0.01 0.44 0.38 -7.53 31.72 8.86

P2 0.02 0.18 0.16 -22.93 64.92 25.81

Berdasarkan data Tabel 1, hasil error yang ditunjukkan dari hasil prediksi

metode Triple Exponential Smoothing menghasilkan beberapa nilai galat seperti

ME, RMSE, MAE, MPE, MAPE, dan EE. Nilai error tersebut menunjukkan nilai

yang relatif kecil, pengujian akurasi dilakukan dengan menggunakan nilai

konstanta α=0,2 untuk memperlihatkan kesesuaian yang baik. Melalui hasil

pengujian prediksi dan nilai error ME mendekati angka 0 maka metode TES

Brown’s One-Parameter Quadratic Method akan baik jika digunakan untuk melakukan prediksi dengan pola data tren. Berikut merupakan algoritma

menggunakan metode TES Brown’s One-Parameter Quadratic

Algoritma 1. Triple Exponential Smoothing : Brown’s One-Parameter Quadratic

Algoritma 1 digunakan untuk melakukan proses prediksi pada data indeks

(18)

11

kemiskinan menggunakan metode TES Brown’s One-Parameter Quadratic.

Proses pertama dilakukan untuk melakukan proses inisialisasi peramalan seperti pada kode baris (2-10). Pada potongan kode (12) merupakan inisialisasi untuk nilai I = 1 sampai dengan data sebanyak N, baris (13) inisialisasi nilai alpha = 0.1. Jika nilai I bernilai 1 maka akan mengerjakan baris (14- 20), tetapi jika nilai I

lebih besar dari 1 maka program akan menjalankan baris (22 – 27).

Proses forecasting sendiri dimulai dari indeks data ketiga dikarenakan

dalam mencari nilai forecasting pada indeks pertama tidak dapat dilakukan karena

nilai , dan ct tidak dapat dicari dan untuk indeks data kedua dalam mencari

nilai forecasting diperlukan nilai , dan ct dari indeks sebelumnya sehingga

dapat diketahui rumus yang digunakan dalam menentukan nilai forecasting

menggunakan metode TES Brown’s One-Parameter Quadratic adalah kode baris

(30). Dengan menggunakan data P0 pada Tebel 2, maka perhitungan dilakukan untuk periode 10, dengan mengambil = 0.2.

dan

Sehingga

Demikian juga untuk peramalan periode 10 atau tahun 2015

Sampel hasil percobaan menggunakan TES Brown’s One-Parameter

Quadratic Method dengan data aktual dari tahun 2006 sampai dengan 2014 pada

(19)

12

penurunan tetapi tidak begitu banyak. Perubahn angka pada variabel lainnya seperti P0 (Index Persentase), P1 (Index Kedalaman) dan P2 (Index Keparahan) setiap tahun dapat dilihat seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Prediksi dengan TES Brown’s One-Parameter Quadratic Method(Kab. Wonosobo)

Metode yang digunakan untuk mengklasifikasikan tingkat kemiskinan suatu daerah mengacu dari pengolahan data yang dilakukan oleh badan Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) [12], secara umum dapat digambarkan dengan algoritma sebagai berikut

Algoritma 2 Metode Klasifikasi Tingkat Kemisknan

Baris 2 sampai dengan baris 5 pada algoritma 2 merupakan inisialisasi untuk menjalankan algoritma, baris 7 dan 8 merupakan kondisi dimana jika nilai dari indeks kemiskinan lebih kecil atau sama dengan 0 maka akan ditampilkan warna hitam pada peta. Baris 9 dan 10, jika nilai dari indeks kemiskinan lebih besar dari 0 dan nilai indeks kemiskinan lebih kecil atau sama dengan nilai rata-rata indeks

Tahun Variabel

2 Nilai = nilai indeks kemiskinan Kab./Kota

3 Ind = nilai rata-rata Indeks Kemiskinan Indonesia

4 Jateng = Nilai rata-rata Indeks Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah

(20)

13

Indonesia maka akan di tampilkan warna hijau. Baris 11 dan baris 12, tetapi jika nilai indeks kemiskinan suatu daerah lebih besar dari nilai rata-rata indeks kemiskinan Indonesia dan nilai lebih kecil atau sama dengan nilai rata-rata indeks kemiskinan Jawa Tengah maka akan ditampilkan warna kuning, pada bari 13 dan baris 14 jika nilai lebih besar dari semua rata-rata indeks kemiskinan baik Indonesia maupun Jawa Tengah maka akan ditampilkan warna merah pada peta.

Nilai rata-rata indeks kemiskinan Indonesia dan Jawa Tengah didapat dari

website resmi BPS Jateng, sedangkan nilai untuk rata-rata Indeks Indonesia dan

Jawa Tengah untuk batasan peramalan, nilai tersebut juga di ramalkan sehingga setiap nilai yang gunakan akan di dilakukan peramalan terlebih dahulu kemudian mengkalsifikasikannya seperti pada Algoritma 2.

Berdasarkan data aktual variabel indeks kedalaman kemiskinan Pada tahu

2014 Hasil yang akan ditampilkan pada halaman web dapat dilihat pada Gambar

9. Terdapat 16 kabupaten/ kota yang tergolong tingkat kemiskinannya rendah daerah tersebut adalah Kab. Jepara, Kab. Pati, Kab. Kudus, Kab. Tegal, Kab. Wonogiri, Kab. Sukoharjo, Kab. Boyolali, Kab. Batang, Kab. Temanggung, Kab. Semarang, Kota Magelang, Kota Surakarta, Kota Salatiga, Kota Semarang, Kota Tegal, Kota Pekalongan. Untuk daerah yang tergolong tingkat kemiskinannya sedang atau berada diantara rata-rata indeks kemiskinan Indonesia dan Provinsi Jawa Tengah terdapat 9 kabupaten/ kota yaitu Kota Pekalongan, Kab. Blora, Kab. Sragen, Kab. Purworejo, Kab. Demak Kab. Karanganyar, Kab. Kendal, Kab. Pekalongan, Kab. Klaten. Daerah yang tergolong tingkat kemiskinannya tinggi ada 10 kab/Kota seperti Kab. Rembang, Kab. Grobogan, Kab. Wonosobo, Kab. Kebumen, Kab. Cilacap, Kab. Banyumas, Kab. Purbalingga, Kab. Pemalang, Kab. Brebes, Kab. Banjarnegara

Gambar 9. Hasil Pemetaan data indeks kedalaman tahun 2014

Pada menu prediksi tidak berbeda jauh dari menu pemetaan karena penyajian keluaran data dari hasil prediksi akan divisualisasikan dalam bentuk peta tematik Provinsi Jawa Tengah dan hasil prediksi hanya 1 periode kedepan

(21)

14

dilihat seperti pada Gambar 10 yang merupakan hasil pemetaan angka indeks Kedalaman Kemiskinan yaitu tahun 2015.

Gambar 10. Hasil Prediksi Indeks P1 tahun 2015

Hasil dari pemetaan indeks kemiskinan yang telah di prediksi terlihat banyak daerah yang tergolong tinggi angka kemiskinannya. Indeks kemiskinan yang yang diramalakan tidak hanya kab/kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah, pada peneliatan ini, juga dilakukan peramalan Indeks kemiskinan di Indonesia dan Indeks kemiskinan Jawa Tengah sehingga untuk menentukan daerah sesuai dengan golongannya dapat dilakukan. Meskipun hasil dari prediksi kab/kota menunjukkan pola data yang cenderung menurun tetapi karena hasil prediksi indeks kemiskinan Indonesia dan Jawa Tengah tidak terlalu banyak mengalami penurunan sehingga jika dibuat perbandingan antara data kab/kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah dan Indonesia kob/ kota yang ada masih terhitung tinggi karena banya kab/ kota yang mempunyai nilai lebih tinggi dari hasil peramalan inkdeks jawa tengah.

5. Kesimpulan

Hasil prediksi yang dilakukan menggunakan metode Triple Exponential

Smoothing : Brown’s One-Parameter Quadratic dengan data indeks kemiskinan P0, P1 dan P2 seluruh kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan. Peramalan yang dilakukan pada indeks kemiskinan Indonesia dan Jawa Tengah yang merupakan pembanding indeks kemiskinan juga mengalami penurunan tetapi tidak banyak, sehingga hasil pemetaan yang

dilakukan pada website dengan menggunakan SIG banyak daerah yang akan

tinggi indeks kemiskinannya atau berwarna merah pada periode 2015.

(22)

15

format tersebut adalah seperti: Jateng.shx atau file indeks dalam ArcView,

Jateng.dbf atau atribut layer pada peta, Jateng.shp atau hasil digitasi untuk tiap

layer objek pemetaan, Jateng.png dan Jateng.jpg yaitu file gambar yang akan

digunakan dalam sistem.

Dari hasil pemodelan sistem informasi geografis ini diharapkan untuk pengembangan selanjutnya dapat mempersempit daerah seperti setiap kecamatan agar pemantauan tingkat kemiskinan bisa lebih spesifik.

6. Daftar Pustaka

[1] Republik Indonesia, 2014, PERPRES No.166 Tahun 2014 tentang

Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, Sekretariat Kabinet RI. Jakarta

[2] Badan Pusat Statistika (BPS), 2014, Data dan Informasi Kemiskinan Jawa

Tengah 2010 – 2014.ISSN : 2407-3369,No. Publikasi : 33520.1604, Katalog

BPS : 3205008.33

[3] Taslim Gunarto W, 2015, Kondisi Umum Kemiskinan Provinsi Jawa

Tengah, http://binsos.jatengprov.go.id. Diakses tanggal 10 Oktober 2016

[4] SMERU Research Institute, 2012, Mengintegrasikan Aspek Kemiskinan ke

dalam Perencanaan Spasial Perkotaan: Solusi Untuk Mengatasi Kemiskinan Perkotaan, Catatan Kebijakan, No. 01/2012. Jakarta: Indonesia.

[5] Bernhardsen, T, 2002, Geographic Information Systems: An Introduction,

3rd Edition, John Wiley & Sons Ltd, Canada.

[6] Mardiana, Rina, 2011, Sistem Informasi Penduduk Miskin Berbasis GIS,

Tugas Akhir, Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau, Universitas

Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau – Pekanbaru.

[7] Dimas Prawesta, Putra, 2014, SistemInformasi Geografis Untuk Pemetaan

Kemiskinan di Kabupaten Cilacap Berbasis Web (Studi Kasus : Badan

Pusat Statistik Cilacap), Other Tesis, UPN “Veteran” Yogyakarta.

[8] Redjeki, Sri. Et al, 2014, Perancangan Sistem Identifikasi dan Pemetaan

Potensi Kemiskinan untuk Optimalisasi Program Kemiskinan, Jurnal Sistem Informasi (JSI), Vol. 6 No 2, pp.731-743.

[9] Baramuli, Alessandro C. et al, 2014, Model Prediksi Variabel Makro untuk

Menentukan Daerah Menggunakan Kombinasi Metode Double Exponential

Smoothing dan Fuzzy MCDM (Studi Kasus: Provinsi Jawa Tengah),

Laporan Penelitian Master of computer science, UKSW-Salatiga

[10] Suwandi Adi, Annisa, Jaya A.K, 2000, Peramalan Data Time Series dengan

Metode Penghalusan Exponensial Holt-winters,http://repository.unhas.ac.id

/bitstream/handle/123456789/13834/JURNAL.pdf?sequence=1. Diakses

tanggal 14 Oktober 2016.

[11] Makridakis, S, dkk, 1999, Metode dan Aplikasi Peramalan, Jilid 1, Edisi kedua, Binarupa Aksara, Jakarta

Gambar

Gambar 1  Perkembangan Persentase Penduduk Miskin, Maret 2010 – September 2014 [2]
Gambar 2 Ilustrasi uraian subsistem SIG [6]
Gambar 3 Pola data [11]
Gambar 4  Flowchart tahapan penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini yang berjudul “ STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU (INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION) PADA PT

Dengan menggunakan analisis regresi multilinier, sebanyak 20 senyawa xanton yang sudah diketahui nilai IC50-nya digunakan sebagai senyawa fitting untuk mendapatkan

Kemitraan yang dijalin oleh RSUD “X” dengan pihak investor swasta ditandai dengan ditandatanganinya Nota Kesepahaman (MoU) yaitu tanggal 10 Oktober 1994 dimana kemitraan yang

Analisis komponensial adalah penguraian unsur-unsur yang membentuk makna kosakata tertentu.. dalam analisis komponensional adalah penemuan kandungan makna kata atau

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan Karya Tulis

Pada saat ini lebih mengarah kepada pelestarian budaya, sehingga geisha pada saat ini pada umumnya merupakan para wanita yang terpelajar dan terampil dalam semua bidang

Simpulan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa kelas IV SDN Se-Gugus IV Kecamatan Limapuluh Kota Pekanbaru terbagi

Metode ini pada umumnya melibatkan proses pencampuran bahan-bahan baku berupa serbuk karbonat, serbuk oksida, serbuk hidoksida atau serbuk garam dengan jumlah yang sesuai