• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Jaminan Sosial Tenaga Kerja Terhadap Motivasi Dan Loyalitas Karyawan Pada Kantor Pusat Pt Pelindo I Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Jaminan Sosial Tenaga Kerja Terhadap Motivasi Dan Loyalitas Karyawan Pada Kantor Pusat Pt Pelindo I Medan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Pengertian jaminan sosial tenaga kerja adalah salah satu bentuk jaminan

sosial yang diperuntukkan khusus tenaga kerja. Manusia dalam hidupnya

menghadapi ketidakpastian, baik itu ketidakpastian spekulatif maupun

ketidakpastian murni yang selalu menimbulkan kerugian. Ketidakpastian ini

disebut dengan resiko (Asikin, 1993:165). Kebutuhan rasa aman merupakan

motif yang kuat dimana manusia menghadapi sejumlah ketidakpastian yang cukup

besar dalam kehidupan, misalnya untuk memperoleh pekerjaan, dan untuk

memperoleh jaminan kehidupan apabila karyawan tertimpa musibah.

Menurut Barrientos et al (2003:89), perlindungan sosial secara tradisional

dikenal sebagai konsep yang lebih luas dari jaminan sosial, lebih luas dari

asuransi sosial, dan lebih luas dari jejaring pengaman sosial. Saat ini perlindungan

sosial didefinisikan sebagai kumpulan upaya publik yang dilakukan dalam

menghadapi dan menanggulangi kerentanan, resiko dan kemiskinan yang sudah

melebihi batas.

International Labor Organization menyebutkan bahwa jaminan sosial merupakan bentuk perlindungan yang disediakan dalam suatu masyarakat untuk

masyarakat itu sendiri melalui berbagai upaya dalam menghadapi kesulitan

keuangan yang dapat terjadi karena kesakitan, kelahiran, pengangguran,

(2)

sosial terdiri dari asuransi sosial, bantuan sosial, tunjangan keluarga, provident

funds, dan skema yang diselenggarakan oleh employer seperti kompensasi dan program komplimenter lainnya.

Salah satu upaya pemberian perlindungan tenaga kerja adalah jaminan

sosial tenaga kerja seperti yang terdapat dalam Garis-garis Besar Haluan Negara

yang berbunyi sebagai berikut: Perlindungan tenaga kerja yang meliputi hak

berserikat dan berunding bersama, keselamatan dan kesehatan kerja, jaminan

sosial tenaga kerja yang mencakup jaminan hari tua, jaminan pemeliharaan

kesehatan, jaminan terhadap kecelakaan, dan jaminan kematian serta syarat-syarat

kerja lainnya perlu dikembangkan secara terpadu dan bertahap dengan

mempertimbangkan dampak ekonomi dan moneternya, kesiapan sektor terkait,

kondisi pemberian kerja, lapangan kerja dan kemampuan tenaga kerja ( Kansil,

1997: 127).

Senada dengan hal ini Kertonegoro mengatakan bahwa Jaminan sosial

merupakan konsepsi kesejahteraan yang melindungi resiko baik sosial maupun

ekonomi masyarakat dan membantu perekonomian nasional dalam rangka

mengoreksi keetidakadilan distribusi penghasilan dengan memberikan bantuan

kepada golongan ekonomi rendah (Sentanoe, 1993: 10). Jelas bahwa jaminan

sosial menjamin santunan sehingga tenaga kerja terlindungi terhadap

ketidakmampuan bekerja dalam penghasilan dan menjamin kebutuhan dasar bagi

keluarganya sehingga memiliki sifat menjaga nilai-nilai manusia terhadap

(3)

Perusahaan dapat berkembang dan lancar apabila di dukung oleh jumlah

tenaga kerja yang cukup , upah yang disesuaikan dengan kondisi kebutuhan dan

tersedianya Jamsostek. Terciptanya suasana hal diatas akan membentuk hubungan

kerja yang saling membutuhkan dan saling menguntungkan. Sebagai langkah

yang ditempuh dalam menjamin hidup karyawan, perusahaan sangat perlu untuk

mengikutsertakan para karyawannya dalam program Jamsostek.

Jamsostek adalah singkatan dari jaminan sosial tenaga kerja, dan

merupakan program publik yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja

untuk mengatasi risiko sosial ekonomi tenaga kerja. Program Jamsostek (Jaminan

Sosial Tenaga Kerja) adalah hak setiap tenaga kerja, baik dalam hubungan kerja

maupun tenaga kerja luar hubungan kerja. Persyaratan dan tata cara kepesertaan

dalam program Jamsostek diatur lebih lanjut dalam PP No. 14 Tahun 1993

tentang Penyelenggaraan Jamsostek. Berikut program – program jaminan sosial

tenaga kerja:

1) Program Jaminan Hari Tua

Program Jaminan Hari Tua ditujukan sebagai pengganti terputusnya

penghasilan tenaga kerja karena meninggal, cacat, atau hari tua dan

diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua. Program Jaminan Hari

Tua memberikan kepastian penerimaan penghasilan yang dibayarkan pada

saat tenaga kerja mencapai usia 55 tahun atau telah memenuhi persyaratan

tertentu. Iuran Program Jaminan Hari Tua:

1. Ditanggung Perusahaan = 3,7%

(4)

2) Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Pemeliharaan kesehatan adalah hak tenaga kerja. Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan adalah salah satu program Jamsostek yang membantu tenaga

kerja dan keluarganya mengatasi masalah kesehatan. Mulai dari

pencegahan, pelayanan di klinik kesehatan, rumah sakit, kebutuhan alat

bantu peningkatan fungsi organ tubuh, dan pengobatan, secara efektif dan

efisien. Setiap tenaga kerja yang telah mengikuti program Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan akan diberikan KPK (Kartu Pemeliharaan

Kesehatan) sebagai bukti diri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

Manfaat Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi perusahaan yakni

perusahaan dapat memiliki tenaga kerja yang sehat, dapat konsentrasi

dalam bekerja sehingga lebih produktif. Jumlah iuran yang harus

dibayarkan:

Iuran JPK dibayar oleh perusahaan sesuai dengan Peraturan Pemerintah

No 53 Tahun 2012 tentang perubahan kedelapan atas Peraturan Pemeritah

Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial

Tenaga Kerja, dengan perhitungan sebagai berikut:

1. Tiga persen (3%) dari upah tenaga kerja (maks Rp 3.080.000 ) untuk

tenaga kerja lajang.

2. Enam persen (6%) dari upah tenaga kerja (maks Rp 3.080.000 ) untuk

tenaga kerja berkeluarga.

3. Dasar perhitungan persentase iuran dari upah setinggi-tingginya Rp

(5)

3) Program Jaminan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan risiko yang

harus dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Untuk

menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang

diakibatkan oleh adanya risiko-risiko sosial seperti kematian atau cacat

karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka diperlukan

adanya jaminan kecelakaan kerja. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)

memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi tenaga kerja yang

mengalami kecelakaan pada saat dimulai berangkat bekerja sampai tiba

kembali dirumah atau menderita penyakit akibat hubungan kerja.

4) Program Jaminan Kematian

Jaminan Kematian diperuntukkan bagi ahli waris dari peserta program

Jamsostek yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja. Jaminan

Kematian diperlukan sebagai upaya meringankan beban keluarga baik

dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang.

Pengusaha wajib menanggung iuran Program Jaminan Kematian sebesar

0,3% dengan jaminan kematian yang diberikan adalah Rp 21.000.000,-

terdiri dari Rp 14.200.000,- santunan kematian dan Rp 2.000.000 biaya

pemakaman dan santunan berkala. Program ini memberikan manfaat

kepada keluarga tenaga kerja seperti:

1. Santunan Kematian: Rp 14.200.000,-

2. Biaya Pemakaman: Rp 2.000.000,-

(6)

2.1.2 Motivasi

Menurut Hasibuan (2005:143) motivasi adalah daya penggerak yang

menciptakan kegairahan seseorang agar dapat dan mau bekerjasama, bekerja

efektif dan terintegritas dengan upayanya mencapai kepuasan. Nawawi

(2003:351) menyatakan bahwa motivasi memiliki kata dengan motif yang berarti

dorongan atau dasar seseorang untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian

motivasi berarti kondisi yang mendorong atau menjadi penyebab seseorang

melakukan suatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar.

Berdasarkan para ahli, motivasi juga bisa didefinisikan sebagai alasan

yang mendasari perbuatan seorang individu, walaupun beberapa orang

mengartikan motivasi sebagai semangat yang dimiliki oleh seorang individu

dalam mencapai tujuannya.

1. Jenis Motivasi

Atas dasar asal dorongan, motivasi dapat dibedakan menjadi dua

(Ismail dkk, 2009 : 41) yaitu :

1) Intrinsic motivation, yaitu motivasi yang dorongannya berupa

faktor-faktor yang berasal dari dalam dirinya. Faktor-faktor

intrinsik dalam diri seseorang itu adalah nilai-nilai hidup yang

dihayati dengan sepenuh jiwa. Misalnya hidup untuk bekerja,

bekerja adalah dalam rangka ibadah, atau bekerja adalah jati diri,

sikap hidup pantang menyerah dan lain sebagainya.

(7)

diri manusia misalnya harapan akan karir, gaji, bonus dan

penghargaan masyarakat.

Tingkatan motivasi kerja seseorang akan berbeda satu dengan lainnya

tergantung seberapa tinggi faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal

dapat mempengaruhi perilakunya. Namun peningkatan motivasi dapat

dilakukan dengan pelatihan-pelatihan motivasi dalam rangka penyegaran

dan penyadaran kembali arti penting untuk apa seseorang bekerja.

Karyawan dengan motivasi tinggi akan lebih mudah diajak bersama-sama

mencapai tujuan perusahaan. Maka menjadi kewajiban manajemen untuk

menjaga motivasi berprestasi karyawan dan para manajer.

2. Indikator-indikator Motivasi

Indikator-indikator yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan

menurut Veithzal Rifai (2004:179) adalah:

1. Rasa aman dalam bekerja

Keadaan yang mempengaruhi kegiatan perusahaan, kondisi kerja yang

akan mendorong motivasi kerja karyawan seperti keamanan, dan

keselamatan kerja.

2. Mendapatkan gaji yang adil dan kompetitif

Upah yang dibayarkan kepada pegawai disesuaikan dengan ketetapan

yang telah ditentukan perusahaan, tanpa membedakan pegawai satu

(8)

3. Lingkungan kerja yang menyenangkan

Kondisi kerja yang akan mendorong motivasi kerja karyawan seperti

ketenangan, kondisi tempat kerja yang memiliki fasilitas yang lengkap

serta sarana lain yang mendukung.

4. Penghargaan terhadap prestasi kerja

Setiap perusahaan hendaknya memberi kesempatan kepada

karyawan.Karyawa diberi penghargaan yang sesuai. Penghargaan

tersebut dapat berupa pengakuan yang kemudian disertai pujian, hadiah,

kenaikan gaji, kenaikan jabatan, perpindahan dan sebagainya atas

prestasi mereka.

5. Perlakuan yang adil dari manajemen

Setiap karyawan pada dasarnya ingin diperlakukan dengan adil.

Karyawan juga ingin suaranya didengar jika perusahaan melakukan hal

yang kurang atau bahkan tidak berkenan dengan tujuan karyawan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi

1. Kompensasi

Kompensasi merupakan hal yang penting dan mungkin juga fungsi

manajemen personalia yang paling membingungkan. Tidak hanya

merupakan dorongan utama seseorang menjadi karyawan, tetapi juga

karena kompensasi yang diberikan ini besar pengaruhnya terhadap

semangat dan kegairahan kerja karyawan itu sendiri. Dengan demikian

(9)

paling tepat sehingga dapat menompangtercapainya tujuan perusahaan

secara lebih efektif dan lebih efesien.

2. Hubungan dengan Atasan

Hubungan atasan dengan karyawan dapat dilihat dan perhatian yang

diberikanatasan kepada bawahannya serta komunikasi yang terjalin

diantara mereka.Salah satu syarat utama agar komunikasi tersebut dapat

berjalan baik, makadalam pelaksanaan komunikasi perlu dilandasi

saling mengerti antara pembaridan penerima.

3. Saluran Komunikasi dalam Organisasi

Saluran komunikasi formal ditentukan oleh sruktur organisasi atau

ditunjukkanoleh berbagai sarana formal lainnya. Ada tiga tipe

saluran-saluran dasar komunikasi.

4. Teori-teori Motivasi

Teori dan pendapat ahli mengenai motivasi hingga saat ini sudah

sangat banyak, namun berikut adalah teori motivasi yang menjadi dasar

berkembangnya teori-teori yang ada saat ini dan masih digunakan dalam

menjelaskan motivasi karyawan:

1. Teori Abraham Maslow

Dalam teori yang terkenal dengan nama Teori Hierarki Kebutuhan ini,

Abraham Maslow membuat hipotesis bahwa dalam diri setiap manusia

terdapat hierarki dari lima kebutuhan, yaitu:

a. Fisiologis: meliputi rasa haus, lapar, berlindung, dan kebutuhan

(10)

b. Rasa aman: meliputi rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan

emosional.

c. Sosial: meliputi kebutuhan akan kasih sayang, penerimaan,

persahabatan, dan kepemilikan.

d. Penghargaan: meliputi faktor penghargaan internal seperti

otonomi, hormat diri, pencapaian; dan faktor penghargaan

eksternal seperti pengakuan, status dan perhatian.

e. Aktualisasi diri: dorongan untuk menjadi seseorang sesuai

kecakapannya, yang meliputi pertumbuhan, pencapaian potensi

dan pemenuhan diri sendiri.

2. Teori Douglas McGregor

McGregor menyatakan dua pandangan nyata mengenai manusia:

pandangan pertama pada dasarnya negatif, disebut Teori X, dan yang

kedua pada dasarnya positif, disebut Teori Y.

Menurut Teori X, asumsi yang dimiliki oleh manajer adalah:

a. Karyawan pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan dan sebisa

mungkin menghindarinya.

b. Karena tidak menyukai pekerjaannya, karyawan harus dipaksa,

dikendalikan, dan diancam dengan hukuman agar dapat mencapai

tujuan.

c. Karyawan akan menghindari tanggung jawab dan mencari

(11)

d. Sebagian karyawan menempatkan keamanan di atas semua faktor

lain terkait pekerjaan dan hanya menunjukkan sedikit ambisi.

Bertentangan dengan pandangan negatif mengenai sifat manusia

pada Teori X, McGregor menyebutkan empat asumsi positif yang

disebut Teori Y:

a. Karyawan menganggap kerja sebagai hal yang menyenangkan.

b. Karyawan akan berlatih mengendalikan diri dan emosi untuk

mencapai berbagai tujuan.

c. Karyawan bersedia belajar untuk menerima, bahkan mencari,

tanggung jawab.

d. Karyawan mampu membuat keputusan inovatif yang diedarkan

ke seluruh populasi, bukan hanya bagi mereka yang menduduki

posisi manajemen.

3. Teori Frederick Herzberg

Teori yang dinamakan Teori Dua Faktor ini merupakan teori yang

mengubungkan faktor-faktor intrinsik dengan kepuasan kerja,

sementara mengaitkan faktor-faktor ekstrinsik dengan ketidakpuasan

kerja.

Faktor-faktor intrinsik yang dapat mendorong kepuasan kerja, yaitu

kemajuan, pengakuan, tanggung jawab, dan pencapaian. Sementara

itu, faktor-faktor ekstrinsik yang mengakibatkan ketidakpuasan kerja

misalnya pengawasan, imbalan kerja, kebijaksanaan organisasi dan

(12)

4. Teori David McClelland

Teori kebutuhan McClelland menyatakan bahwa pencapaian,

kekuatan, dan hubungan adalah tiga kebutuhan penting yang

membantu menjelaskan motivasi.

a. Kebutuhan pencapaian: dorongan untuk melebihi, mencapai

standar-standar dan berusaha keras untuk berhasil.

b. Kebutuhan kekuatan: kebutuhan untuk membuat individu lain

berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan

berperilaku sebaliknya.

c. Kebutuhan hubungan: keinginan untuk menjalin suatu hubungan

antarpersonal yang ramah dan akrab.

2.1.3 Loyalitas

Hasibuan (2005:95), mengemukakan bahwa loyalitas atau kesetiaan

merupakan salah satu unsur yang digunakan dalam penilaian karyawan yang

mencakup kesetiaan terhadap pekerjaannya, jabatannya dan organisasi. Kesetiaan

ini dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga dan membela organisasi

didalam maupun diluar pekerjaan dari rongrongan orang yang tidak

bertanggungjawab. Poerwopoespito (2004:27), menyebutkan bahwa loyalitas

kepada pekerjaan tercermin pada sikap karyawan yang mencurahkan kemampuan

dan keahlian yang dimiliki, melaksanakan tugas dengan tanggungjawab, disiplin

serta jujur dalam bekerja.

Sudimin (2003:3) mengemukakan bahwa loyalitas berarti kesediaan

(13)

ikut serta mencapai tujuan perusahaan dan menyimpan rahasia perusahaan serta

tidak melakukan tindakan-tindakan yang merugikan perusahaan selama orang itu

masih berstatus sebagai karyawan.

Nitisemito (1997:6) menyatakan bahwa loyalitas dapat ditumbuh

kembangkan dalam sebuah perusahaan dengan cara pemberian gaji yang cukup

dan perhatian terhadap kebutuhan keamanan dan kesehatan. Dengan demikian

dapat terlihat hubungan antara pemberian jaminan sosial kesehatan terhadap

loyalitas karyawan.

1. Indikator-indikator Loyalitas

Loyalitas menurut Gouzali (1996:485) memiliki beberapa indikator yaitu:

1 Ketaatan atau kepatuhan

Ketaatan yaitu kesanggupan seorang pegawai untuk mentaati segala

peraturan kedinasan yang belaku dan mentaati perintah dinas yang

diberikan atasan yang berwenang, serta sanggup tidak melanggar larangan

yang ditentukan. Ciri-ciri ketaatan yaitu :

a. Mentaati segala peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang

berlaku.

b. Mentaati perintah kedinasan yang diberikan atasan yang berwenang

dengan baik.

c. Selalu mentaati jam kerja yang sudah ditentukan.

d. Selalu memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan

(14)

2 Bertanggungjawab

Tanggungjawab adalah kesanggupan seorang karyawan dalam

menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan baik, tepat

waktu, serta berani mengambil resiko untuk keputusan yang dibuat atau

tindakan yang dilakukan. Ciri-ciri tanggungjawab yaitu :

a. Dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu.

b. Selalu menyimpan atau memelihara barang-barang dinas dengan

sebaik-baiknya.

c. Mengutamakan kepentingan dinas dari kepentingan golongan.

d. Tidak pernah berusaha melemparkan kesalahan yang dibuatnya

kepada orang lain.

3 Pengabdian

Pengabdian yaitu sumbangan pemikiran dan tenaga secara ikhlas kepada

perusahaan.

4 Kejujuran

Kejujuran adalah keselarasan antara yang terucap atau perbuatan

dengan kenyataan. Ciri-ciri kejujuran yaitu :

a. Selalu melakukan tugas dengan penuh keikhlasan tanpa merasa

dipaksa.

b. Tidak menyalahgunakan wewenang yang ada padanya.

(15)

2. Unsur-unsur Loyalitas

Unsur-unsur loyalitas yang lain dikemukakan oleh Hasibuan (2005:101)

berhubungan dengan sikap yang akan dilakukan karyawan, dan merupakan proses

psikologis terciptanya loyalitas kerja dalam perusahaan, antara lain :

1. Dorongan yang kuat untuk tetap menjadi anggota perusahaan, kekuatan

aspek ini sangat dipengaruhi oleh keadaan individu, baik kebutuhan,

tujuan maupun kecocokan individu dalam perusahaan.

2. Keinginan untuk berusaha semaksimal mungkin bagi perusahaan.

Kesamaan persepsi antara karyawan dan perusahaan dan yang didukung

oleh kesamaan tujuan dalam perusahaan mewujudkan keinginan yang kuat

untuk berusaha maksimal, karena dengan pribadi juga perusahaan akan

terwujud.

3. Kepercayaan yang pasti dan penerimaan yang penuh atas nilai-nilai

perusahaan. Kepastian kepercayaan yang diberikan karyawan tercipta dari

operasional dari perusahaan yang tidak lepas dari kepercayaan perusahaan

terhadap karyawan itu sendiri untuk melaksanakan pekerjaannya.

Karyawan yang memiliki loyalitas tinggi akan memiliki sikap kerja yang

positif. Sikap kerja yang positif meliputi :

1. Kemauan untuk bekerja sama

bekerja sama dengan orang-orang dalam suatu kelompok akan

memungkinkan perusahaan dapat mencapai tujuan yang tidak mungkin

(16)

2. Rasa memiliki

Adanya rasa ikut memiliki karyawan terhadap perusahaan akan membuat

karyawan memiliki sikap untuk ikut menjaga dan bertanggungjawab

terhadap perusahaan sehingga pada akhirnya akan menimbulkan loyalitas

demi tercapainya tujuan perusahaan.

3. Hubungan antar pribadi

karyawan yang mempunyai loyalitas karyawan tinggi mereka akan

mempunyai sikap fleksibel kearah hubungan antara pribadi. Hubungan

antara pribadi ini meliputi, hubungan sosial diantara karyawan. Hubungan

yang harmonis antara atasan dan karyawan, situasi kerja dan sugesti dari

teman sekerja.

4. Suka terhadap pekerjaan

perusahaan harus dapat menghadapi kenyataan bahwa karyawannya tiap

hari datang untuk bekerja sama sebagai manusia seutuhnya dalam hal

melakukan pekerjaan yang akan dilakukan dengan senang hati.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas

Membangun loyalitas karyawan adalah hal yang penting bagi perusahaan

karena karyawan adalah aset perusahaan. Namun ada hal yang menyebabkan

rendahnya loyalitas pegawai, Gouzali (2006:420) menyatakan bahwa yang

menyebabkan rendahnya loyalitas diantaranya adalah:

1) Suasana pekerjaan tidak menyenangkan

2) Tingkat kompensasi dan jaminan kesehatan yang kurang memadai

(17)

4) Pekerjaan yang tidak menantang

5) Motivasi yang rendah

6) Kurang ada pengembangan karir

Mengingat persoalan loyalitas karyawan memiliki dampak serius

terhadapa perkembangan perusahaan di masa mendatang, maka langkah-langkah

yang dapat dilakukan untuk meningkatkan loyalitas adalah:

1) Penyemurnaan sistem kompensasi dan jaminan kesehatan, sehingga

mencerminkan keadilan eksternal.

2) Mengkaji ulang selururh pekerjaan atau jabatan yang ada di dalam

perusahaan dan menyusun uraian pekerjaan yang benar.

3) Pemimpin perusahaan perlu memberikan perhatian yang lebih terhadap

kepuasan pegawai.

4) Melibatkan pegawai dalam berbagai pelatiha, sesuai dengan tugasnya

masing-masing.

5) Meningkatkan kualitas sistem penilaian kerja karyawan.

6) Meningkatkan keterbukaan sistem pengembangan karier.

7) Meningktkan efektifitas komunikasi dalah perusahaan sehingga ada umpan

balik terhadap hasil pekerjaan.

8) Meningkatkan fleksibilitas waktu kerja.

3.2 Penelitian Terdahulu

Anna Fitriana (2010). Pengaruh Jaminan Sosial Tenaga Kerja terhadap

(18)

variabel bebas (Y) jaminan sosial tenaga kerja dan variabel terikat loyalitas (X).

Menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara variabel jaminan

sosial tenaga kerja dan variabel loyalitas karyawan. Artinya dengan

meningkatnya kualitas jaminan sosial tenaga kerja akan meningkatkan loyalitas

karyawan. Dimana hasil perhitungan hasil uji t sebesar 6,623, t hitung > t tabel

yaitu 6,623>1,112.

Ririn Wahyu Arida (2012). Pengaruh Jaminan Sosial Tenaga Kerja terhadap

Motivasi Kerja Karyawan pada Universitas Islam Kadiri Kediri. Adapun variabel

dalam penelitian ini adalah variable Jaminan kecelakaan kerja (X1), jaminan

kematian (X2), jaminan hari tua (X3), jaminan pemeliharaan kesehatan (X4) dan

motivasi kerja (Y). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh

karyawan UNISKA Kediri dari berbagai bagian yang diikutkan jamsostek. Dan

yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah karyawan yang diikutkan

Jamsostek yang berjumlah 33 orang. Penelitian ini menggunakan teknik analisis

regresi linier berganda. Hasil analisis korelasi parsial diperoleh variable

X1sebesar 0,199, X2 sebesar 0,230, X3 sebesar 0,208, X4 sebesar 0,471. Hasil

uji F yang mana Fhitung > F table yaitu 33,818 > 2,71. Hasil hipotesis uji t yang t

hitung > t table yaitu 4,050>2,042 untuk pemeliharaan kesehatan (X4).

2.3 Kerangka Konseptual

Untuk memperjelas pelaksanaan penelitian dan sekaligus mempermudah

dalam pemahaman, maka perlu dijelaskan suatu kerangka konseptual sebagai

(19)

adalah gambaran berpikir tentang hubungan antara variabel yang akan diteliti,

yang akan disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan.

Pemerintah juga menerbitkan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem

Jaminan Sosial Nasional, yang berhubungan dengan Amandemen UUD 1945

dengan perubahan pada pasal 34 ayat 2, dimana Majelis Permusyawaratan Rakyat

(MPR) telah mengesahkan Amandemen tersebut, yang kini berbunyi: "Negara

mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan

masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan".

Manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan rasa aman kepada pekerja

sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatan motivasi maupun

produktivitas kerja.

Menurut Teori Abraham Maslow kebutuhan akan rasa aman merupakan

tingkat kebutuhan yang kedua setelah kebutuhan psikologi seperti makan, minum,

sandang, papan, dan kebutuhan fisiologinya. Kebutuhan akan rasa aman ini

bermacam-macam, salah satunya yakni rasa akan aman masa depan dan

sebagainya. Untuk menghadapi resiko ini diperlukan alat yang dapat mencegah

atau mengurangi timbulnya resiko itu yang disebut jaminan sosial.

Abraham Maslow juga mengemukakan adanya kebutuhan yang harus

dipenuhi sesuai dengan tingkatannya mempengaruhi motivasi kerja seseorang.

Motivasi seseorang melakukan pekerjaan adalah mengharapkan suatu

penghasilanuntuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Beberapa faktor yang

mempengaruhi motivasi kerja pegawai adalah pemberian gaji, insentif, tunjangan

(20)

Nitisemito (1997:6) menyatakan bahwa loyalitas dapat ditumbuh

kembangkan dalam sebuah perusahaan dengan cara pemberian gaji yang cukup

dan perhatian terhadap kebutuhan keamanan dan kesehatan. Dengan demikian

dapat terlihat hubungan antara pemberian jaminan sosial kesehatan terhadap

loyalitas karyawan.

Menurut Hasibuan (2009:216) tujuan pemberian motivasi (pemotivasian)

adalah untuk mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan. Pemotivasian

dilakukan sebagai cara untuk mendorong gairah kerja bawahan agar mereka mau

bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya demi

mewujudkan tujuan perusahaan.

Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan, maka model kerangka

konseptual dapat digambarkan pada Gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.6 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka hipotesis

dari penelitian ini adalah:

1. Jaminan sosial tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap

motivasi kerja pada Kantor Pusat PT Pelindo I.

2. Jaminan sosial tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan secara

langsung terhadap loyalitas karyawan Kantor Pusat PT Pelindo I.

(21)

3. Motivasi karyawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan pada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

hasil penelitian terhadap pengaruh kompetensi dan motivasi kerja pada RM.. Bandung Milk Centre terhadap hasil kinerja

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan tersebut, bersama ini kami sampaikan pengumuman nama-nama guru peserta PLPG tahap I – tahap II yang dinyatakan (a) LULUS, (b) MENGIKUTI

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Penunjukan Kuasa Pengguna Anggaran,

(2007), Pembelajaran KTP UNY Information Literacy bagi Siswa Pendidikan Tinggi , Majalah Ilmiah. Workshop Blog sebagai

2 silabi-dina silabi-pergerakan-baru silabi-rpp-kkl-2-2014 silabi-rpp-sej-ind-baru-2014 silabus-dan-rpp-man-dan-kebud-2014 silabus-pkn-implementasi-nilai wasantara transparansi

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Penunjukan Pejabat Kuasa Bendahara Umum