• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Jurusan Pendidikan Agama Islam

pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Manado

Oleh :

SHALLY ROZALIA

NIM : 09.2.3.099

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(2)

ii

menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikasi, tiruan, plagiasi, atau dibuatkan oleh orang lain, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya, batal demi hukum.

Manado, 7 Mei 2015

Penyusun

Shally Rozalia

(3)

iii

Saudari Shally Rozalia, Nim : 09.2.3.099, Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado, telah diuji dan dipertahankan dalam sidang munaqasyah yang diselenggarakan pada hari Senin, 1 Juni 2015 M bertepatan dengan 14 Sya’ban 1436 H, dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI), Jurusan Pendidikan Agama Islam dengan beberapa perbaikan.

Manado, 17 September 2015

DEWAN MUNAQQASYAH

Ketua : DR. Muhammad. Idris, M.Ag (...) Sekretaris : Rizal. H. Arsjad, S.Ag, M.A (...) Munaqisy I : Mastang Ambo Baba, S.Ag, M.Ag (...) Munaqisy II : Feiby Ismail, S.Ag, M.Pd (...) Pembimbing I : Drs. Ishak Wanto Talibo, M.Pd.I (...) Pembimbing II : Ismail K. Usman, S.Ag, M.Pd.I (...)

Mengetahui

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Manado

(4)

iv

Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis sadar masih terdapat beberapa kekurangan maupun hambatan yang dihadapi. Namun, berkat pertolongan Allah swt, serta bimbingan dari dosen-dosen, dukungan dari teman-teman dan doa dari kedua orang tua, Alhamdulillah.. kekurangan dan hambatan-hambatan yang dihadapi dapat terselesaikan.

Tidak berlebihan kiranya, penulis menyampaikan ungkapan kerendahan hati untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu DR. Rukmina Gonibala, M.Si selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

2. Dr. Muh. Idris, M.Pd.I, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah, Wakil Dekan I Drs. Muhammad. Syakur. Rahman, M.Pd.I, Wakil Dekan II Sahari, S.Ag., M.Pd.I,Wakil Dekan III Rizal.H.Arsjad, S.Ag., M.Pd.I. yang telah banyak memberikan pelayanan selama menjadi Mahasiswa.

(5)

v

4. Ismail K. Usman, S.Ag., M.Pd.I, selaku pembimbing II yang bersedia membimbing penulis selama proses penyusunan skripsi.

5. Kepala perpustakaan IAIN Manado beserta staf yang telah menyediakan buku referensi dalam penulisan skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan segenap karyawan dan karyawati IAIN Manado. 7. Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Manado Dra. Brilly C.G.Lohoo, M.Si

beserta jajarannya yang telah membentu dalam penyelesaian skirpsi. 8. Kedua orang tua tercinta Ayah Mukmin Makalalag dan Ibu Sahria

Mansur yang selama ini telah menyekolahkan dari TK, SD, SMP, MA dan sampai Kuliah yang tak kunjung lelah serta selalu memberikan motivasi, do’a serta arahan untuk masa depan penulis yang lebih baik. 9. Adik tercinta, M. Zihdan Makalalag, yang memberi motivasi dan

memberikan penulis suport dalam rangka menyelesaikan skripsi.

10. teman-teman Mahasiswa angkatan 2009, Jurusan PAI 2, Posko 11 KKN

STAIN Manado yang telah memberikan pengalaman dan motivasi

kepada penulis.

11. Sahabat-sahabat tercinta yang ada di Manado dan Jakarta yang tidak bisa

disebut satu persatu oleh penulis yang telah memberikan motivasi dan

(6)

vi

Semoga Allah Swt. Senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Amin.

Manado, 7 Mei 2015

Penyusun

(7)

vii A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Definisi Operasional ... 6

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Guru Pendididikan Agama Islam ... ... .. 8

B. Hakikat Belajar dan Makna Hasil Belajar ... .. 23

C. Faktor-faktor Kendala yang dapat Meningkatkan dan Menghambat Hasil Belajar Siswa ... ... 35

D. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa ... .. 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 41

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

C. Sumber Data ... 45

D. Populasi dan Sampel ... 45

E. Prosedur Pengumpulan Data ... 48

F. Teknik Analisis Data ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 54

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 67

(8)

viii

Tabel 1. Keadaan Peserta Didik Agama Islam di SMA Negeri 4 Manado...54 Tabel 2. Gambaran Nilai Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 4 Manado... 56 Tabel 3. Gambaran Konversi Skor Penilaian dan Predikat dari Hasil Belajar

Peserta Didik SMA Negeri 4 Manado Tahun Ajaran 2014/2015

(9)

ix

Judul :“Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di SMANegeri 4 Manado”

Skripsi ini berjudul “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan Hasil Belajar Siswa di SMA Negeri 4 Manado. Skripsi ini membahas tentang apa saja yang menjadi upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan hasil belajar siswa beserta dengan solusi untuk mengatasi kendala tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan upaya guru Pendidikan Agama Islam dan untuk mengetahui kendala dan solusi guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan hasil belajar siswa di SMA Negeri 4 Manado.

Upaya untuk menemukan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas, dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif untuk mendapatkan data yang akurat. Deskriptif adalah mengumpulkan data berupa kata-kata, gambar dan bukan angka.

(10)

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan guru atau pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.1

Dalam dunia pendidikan khususnya dalam Pendidikan Agama Islam, guru Pendidikan Agama Islam dan kepala sekolah sangat menentukkan dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Seorang guru Pendidikan Agama Islam bukan hanya menguasai materi yang akan diajarkan pada siswa, lebih dari itu seorang guru Pendidikan Agama Islam harus bisa mengimplementasikan kemampuannya dalam pendidikan khususnya pada bidang Pendidikan Agama Islam secara nyata. Untuk itu seorang guru Pendidikan Agama Islam dituntut memiliki ilmu Pendidikan Agama Islam secara menyeluruh.

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan bagi guru di masa akan datang.

(11)

Pendidikan mempunyai posisi strategis dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia. Posisi yang strategis tersebut dapat tercapai apabila pendidikan yang dilaksanakan mempunyai kualitas.

Guru sangat penting dalam suatu lembaga pendidikan untuk mencerdaskan anak bangsa yang cerdas seperti yang dicita-citakan negara . Untuk itu peran guru dan kepala sekolah sangat penting dalam kedudukan ini guna membantu siswa agar mempunyai hasil belajar yang baik. Hasil belajar siswa akan baik jika guru yang mengajar mempunyai integritas mengajar yang baik dan begitu juga sekolah akan lebih di kenal oleh masyarakat jika mempunyai guru-guru yang berkualitas seperti sekarang telah di atur dalam pemerintah yaitu guru sertifikasi.

Kualitas pendidikan dapat diketahui dari dua hal, yaitu kualitas proses dan produk. Suatu pendidikan dikatakan berkualitas apabila proses belajar mengajar (PBM) dapat berlangsung secara efektif dan peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna. Pendidikan disebut berkualitas produk apabila peserta didik menunjukkan tingkat penguasaan yang tinggi terhadap tugas-tugas belajar sesuai dengan sasaran dan tujuan pendidikan.

(12)

Sekarang ini, banyak siswa khususnya di tingkat SMA hasil belajarnya menurun khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Untuk itu, seorang guru Pendidikan Agama Islam dituntut harus mempunyai upaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa agar supaya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat meningkat.

Adapun landasan hukum yang menjelaskan tentang penjelasan di atas adalah QS. al-Hasyr/59:18 yaitu

Terjemahnya:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.2

Ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa setiap orang yang beriman hendaknya apa yang telah diperbuatnya hari esok, menurut M. Quraish Shihab dalam tafsirAl-Misbah disebutkan bahwa perintah memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok, dipahami oleh Thabathaba’i sebagai perintah untuk melakukan evaluasi terhadap amal-amal yang telah dilakukan. Ini seperti seorang tukang yang telah menyelesaikan pekerjaannya. Ia dituntut untuk memperhatikannya kembali agar menyempurnakannya bila telah baik, atau memperbaikinya bila masih ada

2Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: CV.Karya

(13)

kekurangan, sehingga jika saatnya diperiksa, tidak ada lagi kekurangan dan barang tersebut tampil sempurna.3

Dengan adanya komponen evaluasi maka didapatkannya hasil belajar, yang mana hasil belajar tersebut merupakan perubahan sikap, pengetahuan siswa selama proses belajar mengajar.

Hasil belajar siswa adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya dalam proses belajar mengajar yang meliputi tiga ranah (domain) yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.4

Berdasarkan observasi peneliti bahwa guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 4 Manado, hanya memiliki 1 orang guru Pendidikan Agama Islam PNS dan 1 orang guru Pendidikan Agama Islam honorer sedangkan jumlah siswa yang beragama Islam 144 siswa yang terdiri dari kelas X laki-laki dan perempuan 52 siswa, kelas XI laki-laki dan perempuan 46 siswa dan kelas XII laki-laki dan perempuan 46 siswa.

Dengan melihat data diatas maka perlu adanya kreatifitas dari guru Pendidikan Agama Islam dengan melalui berbagai upaya-upaya seperti kegiatan ekstrakurikuler, mengingat jumlah jam mengajar setiap kelas hanya 2 jam pelajaran. Dengan demikian upaya yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 4 Manado dalam proses pembelajaran dilakukan dengan melalui kegiatan

3M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan,Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Vol. 14

(Jakarta: Lentera Hati,2002),h. 130.

(14)

Rohis, Tadzkir, dan Pesantren Kilat. Dalam kegiatan tersebut selalu disesuaikan dengan materi-materi pelajaran Pendidikan Agama Islam yang disampaikan pada saat proses belajar mengajar baik materi kelas X, kelas XI, dan kelas XII dengan demikian peningkatan hasil belajar siswa dapat dicapai.

Berdasarkan pendahuluan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul“Upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan hasil belajar siswadi SMA Negeri 4 Manado”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 4 Manado?

2. Apa saja kendala dan solusi guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 4 Manado ?

(15)

C. Definisi Operasional

Judul yang diangkat dalam skripsi ini adalah “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di SMA Negeri 4 Manado. Untuk menghindari persepsi dan kesalahan penafsiran tentang maksud judul skripsi ini, maka penulis perlu menjelaskan variabel judul yang dianggap penting yaitu: 1. Upaya adalah “usaha (syarat) untuk menyampaikan sesuatu,akal,ikhtiar.5

2. Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu.6

3. Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya ia dapat memahami apa yang terkandung di dalam Islam secara keseluruhan serta berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.7

5Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cet. VIII,

(Jakarta:Balai Pustaka,1989), h. 1132.

6Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014),

h.125.

7Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama dalam Keluarga, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

(16)

4. Hasil Belajar adalah sesuatu yang menjadi akibat dari usaha, pendapatan dan proses perubahan perilaku seorang siswa berdasarkan pengalamannya berinteraksi dengan

lingkungan.8

Upaya guru dalam proses belajar mengajar serta berperan dengan tanggung jawabnya, dalam memberikan Pendidikan Agama Islam dengan memberikan bimbingan dan asuhan yang cukup sehingga anak didik dapat mempelajari dengan baik.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Peneliti

a. Untuk mengetahui upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan hasil belajar siswa di SMA Negeri 4 Manado.

b. Untuk mengetahui kendala dan solusi guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan hasil belajar siswa di SMA Negeri 4 Manado.

2. Kegunaan Penelitian

a. Teoritis adalah untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi penulis tentang upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan hasil belajar siswa di SMA Negeri 4 Manado.

b. Praktis adalah Sebagai sumbangan pemikiran bagi pembaca, sehingga dapat menjadi bahan informasi bagi siapa saja yang membaca hasil penelitian ini

(17)

A. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Guru merupakan unsur dasar pendidikan yang sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan. Dalam perspektif pendidikan Islam keberadaan peran dan fungsi guru merupakan keharusan yang tak dapat diingkari. Tidak ada pendidikan tanpa kehadiran guru. Guru merupakan penentu arah dan sistematika. Pembelajaran mulai dari kurikululm, sarana, bentuk pola samapai bagaimana usaha anak didik seharusnya belajar yang baik dan benar dalam rangka mengakses diri akan pengetahuan dan nilai-nilai hidup.

Dalam pengertian bahasa, guru adalah orang yang pekerjaannya mata pencahariannya, profesinya mengajar atau orang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik.

Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 39 ayat 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dikemukakan bahwa:

Guru atau pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyaraka terutama pendidik pada perguruan tinggi.1

Proses interaksi edukatif dengan tugas dan peranan yang berbeda. Guru yang mengajar dan mendidik dan siswa yang belajar dengan menerima bahan pelajaran dari guru di kelas. Guru dan siswa berada dalam koridor kebaikan. Oleh

1Departemen Pendidikan Republik Indonesia, Undang-Undang Sistem Pendidikan

(18)

karena itu, walaupun mereka berlainan secara fisik dan mental, tetapi mereka tetap seiring dan setujuan untuk mencapai kebaikan akhlak, kebaikan moral, kebaikan hukum, kebaikan sosial, dan sebagainya.2

Pengertian guru Pendidikan Agama Islam dalam bahasa Arab dikenal sebagai al mu’alim atau ustadz yang bertugas memberikan ilmu dalam majelis ta’lim (tempat belajar) dengan tujuan mencerdaskan dan membina akhlak peserta didik agar menjadi orang yang berkepribadian baik.3

Dalam hal ini guru mempunyai pengertian orang yang mempunyai tugas untuk membangun aspek spiritual manusia, sehingga dari beberapa definisi diatas pengertian guru menjadi semakin luas, tidak hanya terbatas pada kegiatan keilmuan yang bersifat kecerdasan spiritual (spiritual intelligence) dan kecerdasan intelektual (intellectual Intelligence), tetapi juga menyangkut kecerdasan kinestik jasmaniah (bdily kinesthetic). Semua kecerdasan itu pada hakikatnya menjadi bagian dari kecerdasan ganda (multiple Intelligence). Guru dapat diartikan sebagai orang yang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan emosional intelektual, fisikal maupun aspek lainnya.4

Selain itu juga guru sering diidentifikasikan kepada pengertian pendidik. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sardiman A.M, bahwa

2Syaiful Bahri Djamarah. Psikolgi Belajar (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), h. 107.

3Muhaimin. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2005), h. 44

4Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:

(19)

guru memang pendidik, sebab dalam pekerjaannya ia tidak hanya mengajar seseorang agar tahu beberapa hal, tetapi guru juga melatih beberapa keterampilan dan terutama sikap mental peserta didik.5

Kedua istilah tersebut (pendidik dan guru) mempunyai kesesuaian, artinya perbedaannya adalah istilah guru yang sering kali dipakai di lingkungan pendidikan formal, sedangkan pendidik dipakai di lingkungan pendidikan formal, non formal maupun informal. Untuk mengetahui pengertian guru, dari beberapa para ahli pendidikan, di antaranya:

a. Menurut A. Muri Yusuf berpendapat, guru adalah individu yang mampu melaksanakan tindakan mendidik dalam situasi pndidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Individu yang mampu tersebut adalah orang dewasa yang bertanggung jawab, orang yang sehat jasmani dan rohani dan individu yang mampu berdiri sendiri serta mampu menerima resiko dari segala perbuatannya.6

b. Menurut Basyiruddin Usman guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar, fasilitas belajar mengajar dan peranan lainnya memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.7

5Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar (Jakarta: Raja Grafindo, 1990), h. 135.

6A. Muri Yusuf, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986

), h. 53.

7Basyiruddin Usman, Strategi Belajar Mengajar dan Media Pendidikan (Jakarta:

(20)

c. Menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis mengemukakan bahwa guru adalah semua orang yang telah memberikan suatu ilmu tertentu atau kepandaian kepada seseorang atau sekelompok orang.8

Dari berbagai pendapat para ahli di atas, dapat dipahami bahwa guru atau pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab, sehat jasmani dan rohani sehingga anak mampu hidup mandiri dan bertanggung jawab. Pemberian pertolongan bukan berarti bahwa peserta didik makhluk yang lemah tanpa memiliki potensi, hanya saja potensi tersebut belum mencapai tingkat optimal. Karena itulah perlunya bimbingan dari guru.

Setelah dijelaskan pengertian guru secara umum, maka selanjutnya akan mengemukakan pengertian guru Pendidikan Agama Islam (PAI). Secara umum pengertian guru Pendidikan Agama Islam dapat diartikan guru yang mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.9

Menurut Ahmad D. Marimba bahwa pendidik Islam atau guru Pendidikan Agama Islam adalah orang yang bertanggung jawab mengarahkan dan membimbing anak didik berdasarkan hukum-hukum agama Islam.10

Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa guru Pendidikan Agama Islam adalah orang yang mengajarkan bidang studi Pendidikan Agama Islam.

8Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Rosda

Karya, 1994), h. 126.

9Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:

Balai Pustaka, 1998 ), h. 228.

(21)

Guru Agama Islam juga dijadikan sebagai orang dewasa yang memiliki kemampuan Agama Islam secara baik dan diberi wewenang untuk mengajarkan bidang studi Pendidikan Agama Islam untuk dapat mengarahkan, membimbing dan mendidik peserta didik berdasarkan hukum-hukum Islam untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat.

1. Syarat-syarat Guru Pendidikan Agama Islam

Soejono sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Tafsir mengatakan, bahwa syarat-syarat guru adalah:

a. Tentang umur, harus sudah dewasa

b. Tentang kesehatan, harus sehat jasmani dan rohani c. Tentang kemampuan mengajar, ia harus ahli d. Harus berkesusilaan dan berdedikasi tinggi.11

Dari pendapat pakar di atas dapat dipahami bahwa syarat untuk menjadi guru harus sudah dewasa usianya, sehat jasmani artinya seorang guru tidak boleh mempunyai penyakit, misalnya penyakit menular, seorang guru juga memiliki kemampuan mengajar serta harus berkesusilaan dan mempunyai dedikasi tinggi. Oleh karena itu seorang guru harus bisa memenuhi syarat tersebutdi atas.

Menurut Nur Uhbiyati bahwa syarat-syarat untuk menjadi guru agama adalah:

a. Dia harus orang yang beragama.

b. Mampu bertanggung jawab atas kesejahteraan agama.

11Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya,

(22)

c. Dia tidak kalah dengan guru sekolah umum lainnya dalam membentuk warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa dan tanah air.

d. Dia harus memiliki perasaan panggilan murni.12

Jadi, syarat yang paling utama yang harus dimiliki oleh guru Agama Islam adalah harus beragama Islam dan mengamalkan ajaran agama Islam dengan baik. Maksudnya, mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah swt dan meninggalkan segala larangan-Nya serta mengetahui hukum-hukum yang ada dalam Islam. Selain harus beragama Islam, guru Agama Islam mesti bertanggung jawab terhadap dirinya, keluarganya dan juga peserta didiknya disekolah serta bertanggung jawab terhadap kesejahteraan Agama Islam, dalam arti kata guru Agama Islam mesti mengajar sambil berdakwah supaya orang yang diajarkannya memiliki kesadaran dalam menjalankan kewajibannya sebagai hamba Allah swt dan membentuk anak didiknya menjadi warga Negara yang demokratis. Selain itu, seorang guru Agama Islam harus memiliki perasaan panggilan murni didalam hatinya untuk menyebarkan dan mengajarkan Agama Islam.

Menurut Ramayulis ada enam syarat yang harus dipenuhi oleh seorang guru agama, antara lain sebagai berikut:

1. Syarat Fisik

Seorang guru harus berbadan sehat, tidak memiliki cacat gejala-gejala penyakit yang menular. Dalam persyaratn fisik ini juga menyangkut kerapian, kebersihan dan keindahan.

(23)

2. Syarat Psikis

Seorang guru harus sehat rohaninya, tidak mengalami gangguan jiwa, stabil emosinya, sabar, ramah, mempunyai jiwa pengabdian, bertanggung jawab dan memiliki sifat-sifat positif lainnya.

3. Syarat Keagamaan

Seorang guru harus seorang yang beragama dan mengamalkan agamanya. Di samping itu ia menjadi sumber norma dari segala norma agama yang ada.

4. Syarat Teknis

Seorang guru harus memiliki ijazah pendidikan guru, seperti ijazah Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Tarbiyah atau ijazah keguruan lainnya. Ijazah tersebut harus disesuaikan dengan tingkatan lembaga pendidikan tempat ia mengajar.

5. Syarat Paedagogis

(24)

6. Syarat Administratif

Seorang guru harus diangkat oleh pemerintah yayasan atau lembaga lain yang berwenang mengangkat guru, sehingga ia diberi tugas untuk mendidik dan mengajar.13

Dari pendapat di atas, dapat dipahami bahwa selain harus sehat jasmani dan rohani, guru juga harus memiliki ijazah keguruan dan harus menguasai materi yang akan diajarkan dan harus mengetahui psikologi, terutama psikologi anak dan psikologi pendidikan supaya bisa memberikan pelajaran dan bimbingan sesuai dengan perkembangan peserta didik.

Jadi, untuk menjadi seorang guru agama Islam itu tidaklah mudah, beberapa syarat yang harus dipenuhi supaya proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Apabila seorang guru Agama Islam tidak memenuhi persyaratan tersebut maka tujuan yang ditetapkan tidak akan tercapai dengan baik.

2. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam

Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, peranan guru tidak bisa digantikan oleh siapapun, karena guru merupakan salah satu faktor yang paling menetukan dalam proses pembelajaran.

13Ramayulis, Pengantar Ilmu Pendidikan (Padang: The Minangkabau Foundation press,

(25)

Tugas guru yang paling utama adalah mengajar dan mendidik. Sebagai pengajar guru merupakan perantara aktif (medium) antara peserta didik dengan ilmu pengetahuan.14

Sasaran tugas guru sebagai pendidik tidak hanya terbatas pada pencerdasan otak (intelegensi) saja, melainkan juga berusaha membentuk seluruh pribadi peserta didik menjadi manusia dewasa yang berkemampuan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan pengembangannya untuk kesejahteraan hidup umat manusia. Kemampuan tersebut berkembang menurut sistem nilai-nilai yang dijiwai oleh norma-norma agama serta perikemanusiaan.15

Menurut Syaiful Bahri Djamarah ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar peseta didik, yaitu:

1) Menggairahkan peserta didik

Dalam kegiatan pembelajaran guru harus berusaha menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan. Guru harus memelihara minat peserta didik dalam belajar yaitu dengan memberikan kebebasan tertentu bagi peserta didik menurut cara dan kemampuannya sendiri. Untuk dapat meningkatkan kegairahan peserta didik, guru harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai keadaan awal setiap peserta didiknya.

2) Memberikan harapan realistis

14Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar (Penerapan dalam Pendidikan Agama)

(Surabaya: Citra media, 1996), h. 54.

15Arifin Muzayyin, Kapita Selekta Pendidikan Islam ( Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h.

(26)

Guru perlu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keberhasilan atau kegagalan akademis setiap peserta didik di masa lalu. Dengan demikian guru dapat membedakan antara harapan-harapan yang realistis, pesimis atau terlalu optimis. Apabila peserta didik telah banyak mengalami kegagalan, maka guru harus memberikan sebanyak mungkin keberhasilan peserta didik harapan yang diberikan tentu saja terjangkau dan dengan pertimbangan yang matang. Harapan yang tidak realistis adalah kebohongan dan itu yang tidak disenangi peserta didik.

3) Memberikan insentif

Apabila peserta didik mengalami keberhasilan, guru diharapkan memberikan hadiah bisa berupa pujian, angka yang baik dan sebagainya atas keberhasilannya, sehingga peserta didik terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.

4) Mengarahkan perilaku peserta didik

Mengarahkan perilaku peserta didik adalah tugas guru. Di sini kepada guru dituntut untuk memberikan respon terhadap peserta didik yang tidak terlibat langsung dalam kegiatan belajar di kelas. Peserta didik yang diam yang membuat keributan dam sebagainya harus diberikan teguran secara bijaksana. Cara mengarahkan perilaku peserta didik dapat berupa penugasan, bergerak mendekati, memberi hukuman yang mendidik, menegur dengan sikap lemah lembut dan dengan perkataan yang ramah dan baik.16

16Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif ( Jakarta:

(27)

3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam

Allah Swt berfirman dalam Q.S. Luqman /31:13 sebagai berikut : Terjemahnya:

Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepada mereka: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.17

Kemuliaan dan ketinggian derajat guru yang diberikan oleh Allah Swt disebabkan mereka mengajarkan ilmu kepada orang lain. Secara umum dapat dikatakan bahwa tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh guru Pendidikan Agama Islam adalah memberikan pelajaran kepada peserta didiknya untuk tidak mempersekutukkan Allah. Tugas tersebut identik dengan dakwah Islamiyah yang juga bertujuan mengajak peserta didik untuk beriman kepada Allah agar mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhiratnya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, guru Pendidikan Agama Islam berkewajiban membantu perkembangan anak menuju dewasa yang sesuai tujuan yang agamis yaitu membentuk agar manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt.

Dengan demikian bahwa tugas dan tanggung jawab guru, terutama guru agama Islam adalah menyampaikan ajaran Allah dan Sunnah rasul sesuai dengan sabda Rasulullah yang berbunyi:

17Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang:

(28)

Diriwayatkan oleh Abi Kabsah, dari Abdullah bin Umar bahwasanya Nabi bersabda: Sampaikanlah dari ajaranku walaupun satu ayat”.(HR.

Bukhari).18

Berdasarkan hadis di atas dapat dipahami bahwa tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh orang yang mengetahui termasuk pendidik atau guru adalah menyampaikan apa yang diketahuinya (ilmu) kepada orang yang tidak mengetahui. Apabila dilihat dari rincian tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh guru terutama guru agama Islam, M. Athiyah Al-Abrasyi yang mengutip pendapat Imam Ghazali mengemukakan bahwa:

a. Seorang guru harus memiliki rasa kasih sayang terhadap murid-muridnya dan memperlakukan mereka seperti terhadap anaknya sendiri.

b. Tidak mengharapkan balas jasa ataupun ucapan terima kasih, tetapi dengan mengajar itu bermaksud mencari keridhaan Allah dan mendekatkan diri kepadanya.

c. Memberikan nasehat kepada anak murid pada setiap kesempatan. d. Mencegah murid dari suatu akhlak yang tidak baik.

e. Memperhatikan tingkat akal pikiran dan berbicara dengan mereka menurut kadar akalnya.

f. Jangan menimbulkan rasa benci pada diri murid mengenai suatu cabang ilmu yang lain.

18Muhammad bin Ismail bin Ibrahim (Al-Bukhari), Shahih Al-Bukhari (Beirut: Darul

(29)

g. Memberikan pelajaran yang jelas dan pantas sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh anak.

h. Seorang guru harus mengamalkan ilmu-ilmu yang dimilikinya dan jangan berlainan antara perkataan dan perbuatan.19

Tugas dan tanggung jawab guru sebagaimana yang dikemukakan di atas menunjukkan tugas dan tanggung jawab yang mesti dilaksanakan ketika seorang guru melaksanakan proses pembelajaran. Dengan kata lain, ketika berlangsungnya interaksi belajar mengajar terdapat tugas tersendiri yang mesti dilaksanakan oleh guru di luar materi pelajaran, sebagaimana tugas dan tanggung jawab di atas. Menurut Henry Noer Ali tugas guru Pendidikan Agama Islam adalah:

a. Tugas pensucian, guru hendaknya mengembangkan dan membersihkan jiwa peserta didik agar dapat mendekatan diri kepada Allah, menjauhkan dari keburukan dan menjaga agar tetap berada pada fitrahnya.

b. Tugas pengajaran, guru hendaknya menyampaikan berbagai pengetahuan dan pengalaman kepada peserta didik untuk diterjemahkan dalam tingkah laku dan kehidupannya.20

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa guru merupakan orang yang mempunyai peranan penting dalam membina kepribadiaan siswa. Guru tidak sekedar menuangkan ilmu ke dalam otak anak didik. Sementara jiwa dan wataknya tidak dibina. Memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik adalah

19M. Athiyah Al-Abrasy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam,Terj. Bustami A. Gani

(Jakarta: Bulan Bintang, 1987), h. 143-144.

(30)

suatu perbuatan mudah, tetapi untuk membentuk jiwa dan watak anak didik itulah yang sukar, sebab anak didik yang dihadapi adalah makhluk hidup yang memiliki otak dan potensi yang perlu dipengaruhi dengan sejumlah norma hidup sesuai dengan ideologi, falsafah dan apalagi agama. Menjadi tanggung jawab guru untuk memberikan sejumlah norma itu kepada anak didik agar tahu mana perbuatan yang susila dsan asusila, mana perbuatan moral dan amoral. Semua norma itu tidak mesti guru berikan ketika ada di kelas, di luar kelas pun sebaiknya guru harus mencontohkan melalui sikap, tingkah laku, dan perbuatan. Pendidikan dilakukan tidak semata-mata dengan perkataan, tetapi dengan sikap, tingkah laku dan perbuatan.

Secara umum tanggung jawab guru Agama meliputi tiga hal: a. Tanggung jawab dalam upaya pengembangan kurikulum b. Tanggung jawab mengembangkan profesi

c. Tanggung jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat.21 Tanggung jawab dalam upaya pengembangan kurikulum mengandung arti guru selalu dituntut untuk mencari gagasan baru atau ide-ide baru, menyempurnakan praktek pendidikan khususnya dalam bidang pengajaran.Tanggung jawab dalam pengembangan profesi pada dasarnya adalah panggilan untuk mencintai, menghargai, menjaga dan meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya dan tugas dan tanggung jawabnya tidak bisa dilakukan

(31)

oleh orang lain. Sebagian tugas dan tanggung jawab profesi guru harus dapat membina hubungan baik dengan masyarakat dalam meningkatkan pendidikan.

Tugas guru Pendidikan Agama Islam itu mencakup tiga hal, selain mengajar dan mendidik ia juga bertugas sebagai pemimpin yang akan memimpin dirinya dan orang lain. Hal ini senada dengan pendapat Paul Suparno, ia mengatakan bahwa:

Tugas guru Pendidikan Agama Islam itu adalah mendidik dan mengajar. Mendidik artinya mendorong dan membimbing peserta didik agar maju menuju kedewasaan secara utuh yang mencakup kedewasaan intelektual, emosional, sosial, fisik, spiritual, dan moral. Sedangkan mengajar adalah membantu dan melatih peserta didik agar mau belajar untuk mengetahui sesuatu dan mengembangkan pengetahuan.22

Dengan demikian, Tugas guru agama Islam itu mencakup tiga hal, selain mengajar dan mendidik ia juga bertugas sebagai pemimpin yang akan memimpin dirinya dan orang lain. Samsul Nizar juga mengungkapkan bahwa mendidik merupakan rangkaian mengajar, memberi dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan.23

Jadi, tugas pendidik bukan hanya sekedar mengajar, di samping itu juga bertugas sebagai motivator dan fasilitator dalam proses pembelajaran, sehingga seluruh potensi peserta didik dapat teraktualisasi secara baik dan dinamis.

22Paul Suparno, Guru Demokrasi di Era Reformasi (Jakarta: Grasindo, 2004), h. 26.

23Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Teoritis dan Praktis, (Jakarta:

(32)

Dari uraian di atas penulis dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa tugas guru Pendidikan Agama Islam adalah membimbing dan mengenal kebutuhan atau kesanggupan peserta didik. Tugas seorang guru juga harus dapat menciptakan situasi yang kondusif bagi berlangsungnya proses pendidikan, menambah dan mengembangkan ilmu yang dimiliki guna ditransformasikan kepada peserta didik, dan membentuk peserta didik menjadi manusia yang berakhlak mulia.

B. Hakikat Belajar dan Makna Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Pengertian belajar banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi pendidikan. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.

Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami hal belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.

(33)

Slameto mengatakan bahwa : Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dan berinteraksi dengan lingkungannya.25

Pasaribu mengatakan bahwa : Belajar (dari segi ilmu mendidik) berarti perbaikan, perbaikan tingkah laku (memperoleh tingkah laku baru) dan kecakapan. Dengan belajar terdapat perubahan-perubahan (perbaikan) fungsi kejiwaan. Hal mana menjadi syarat bagi perbaikan tingkah laku dan berarti pula menghilangkan tingkah laku dan kecakapan yang mempersempit belajar.26

Ketiga pengertian di atas menunjukkan suatu pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku peserta didik sebagai hasil dan interaksi dengan lingkungannya. Jadi belajar dalam makna ini yaitu perubahan tingkah laku peserta didik ke arah yang lebih baik.

Selain itu pengertian belajar didefinisikan oleh 3 tokoh pendidikan di luar negeri, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Cronbach memberikan definisi: Belajar merupakan perubahan perilaku atau tingkah laku seseorang yang ditampilkan sesuai dengan pengalaman.

24Pasaribu, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Tarsito, 1983), h. 59.

25Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta : Bina aksara,

1994), h. 53.

(34)

2. Harold Spears memberikan batasan: Belajar adalah untuk mengamati, untuk baca, untuk meniru, untuk mencoba sesuatu, untuk mendengarkan, untuk mengikuti arah.

3. Geoch, mengatakan: Belajar adalah sebagai sebuah hasil dari praktek perubahan kinerja seseorang.

Dari ketiga definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik.27

Di samping definisi-definisi tersebut, ada beberapa pengertian lain dan cukup banyak, baik yang dilihat secara mikro maupun makro, dilihat dalam arti luas ataupun terbatas/khusus. Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Relevan dengan ini, ada pengertian bahwa belajar adalah “penambahan pengetahuan”. Definisi atau konsep ini dalam praktiknya banyak dipakai di sekolah-sekolah. Para guru berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan siswa giat untuk mengumpulkan/menerimanya. Dalam kasus demikian, guru hanya berperan sebagai “pengajar”. Sebagai konsekuensi

27Sardiman A. M, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar Cet. 22 (Jakarta: Rajawali Pers,

(35)

dari pengertian terbatas ini, kemudian muncul banyak pendapat yang mengatakan bahwa belajar itu menghafal. Hal ini terbukti, misalnya kalau siswa (subjek belajar) itu akan ujian, merekaakan menghafal terlebih dahulu. Sudah barang tentu pengertian seperti ini, secara esensial belum memadai.28

Selanjutnya ada, yang mendefinisikan: “belajar adalah berubah”. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi seseorang. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, rana kognitif, afektif, dan psikomotorik.29

Jadi, pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Untuk melengkapi pengertian mengenai makna belajar, perlu kiranya dikemukakan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan belajar. Dalam hal ini ada beberapa prinsip yang penting untuk diketahui, antara lain:

28Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar ( Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2003), h. 2.

(36)

a. Belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan kelakuannya.

b. Belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri para siswa.

c. Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi, terutama motivasi dari dalam/dasar kebutuhan/kesadaran atau intrinsic motivation, lain halnya belajar dengan rasa takut atau dibarengi dengan

rasa tertekan dan menderita

d. Dalam banyak hal, belajar merupakan proses percobaan (dengan kemungkinan berbuat keliru) dan conditioning atau pembiasaan.

e. Kemampuan belajar seseorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka menentukkan isi pelajaran.

f. Belajar dapat melakukan tiga cara yaitu: 1) Diajar secara langsung;

2) Kontrol, kontak, penghayatan, pengalaman langsung (seperti anak belajar bicara, sopan santun, dan lain-lain;

3) Pengenalan dan/atau peniruan.

g. Belajar melalui praktik atau mengalami secara langsung akan lebih efektif mampu membina sikap, keterampilan, cara berpikir kritis dan lain-lain, bila dibandingkan dengan belajar hafalan saja.

(37)

i. Bahan pelajaran yang bermakna/berarti, lebih mudah dan menarik untuk dipelajari, daripada bahan yang kurang bermakna.

j. Informasi tentang kelakuan baik, pengetahuan, kesalahan serta keberhasilan siswa, banyak membantu kelancaran dan gairah belajar. k. Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas,

sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau mengalaminya sendiri.30

Tahapan dalam belajar tergantung pada fase-fase belajar, salah satu tahapannya adalah yang dikemukakan oleh Witting yaitu:

a) Tahap acquissition, yaitu tahapan perolehan informasi; b) Tahap storage, yaitu tahapan penyimpanan informasi;

c) Tahap retrieval, yaitu tahapan pendekatan kembali informasi.31

Menurut Ausubel belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang sudah ada. Adapun struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.32

30Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar (Jakarta: Bumi

Askara,1997), h. 54.

31Asep Jihad, Abdul Haris. Eualuasi Pembelajaran (Yogyakarta: Multi Presindo, 2012),

h. 2.

(38)

Sudjana berpendapat, belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar. Sedangkan menurut John Dewey, belajar merupakan bagian interaksi manusia dengan lingkungannya. Bagi John Dewey, pelajar harus dibimbing kearah pemanfaatan kekuatan untuk melakukan berpikir reflektif. Belajar mempunyai bentuk dan jenis yang sangat beragam, mengambil ruang di berbagai tempat baik dalam format pendidikan formal, informal maupun non formal dengan komleksitas yang berbeda mulai dari yang sederhana sampai yang canggih.33

Hamalik, menyajikan dua definisi yang umum tentang belajar, yaitu: a. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

pengalaman

b. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.34

Menurut Herman Hudojo, belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan keterampilan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Karena itu seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatang yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku.

33Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996) , h. 4.

(39)

2. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melakukan kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.35

Menurut Benjamin S. Bloom tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut A.J. Romizowski hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemprosesan masukan (input). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja(performance).

Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotorisk dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Selanjutnya Benjamin S. Bloom berpendapat bahwa hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam yaitu pengetahuan dan keterampilan.

Pengetahuan terdiri dari empat kategori, yaitu: a. Pengetahuan tentang fakta;

b. Pengetahuan tentang prosedural; c. Pengetahuan tentang konsep; d. Pengetahuan tentang prinsip.

(40)

Keterampilan juga terdiri dari empat kategori, yaitu: a. Keterampilan untuk berpikir atau keterampilan kognitif; b. Keterampilan untuk bertindak atau keterampilan motorik; c. Keterampilan bereaksi atau bersikap;

d. Keterampilan berinteraksi.

Untuk memperoleh hasil belajar, dilakukan evaluasi atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian penilaian hasil belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Menurut Uzer Usman bahwa hasil belajar, yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya yang dikelompokkan kedalam tiga kategori, yakni domain kognitif, afektif, dan psikomotor.36

a. Domain Kognitif

1. Pengetahuan (Knowledge). Jenjang yang paling rendah dalam kemampuan kognitif meliputi pengingatan tentang hal-hal yang bersifat khusus atau universal, mengetahui metode dan proses, pengingatan terhadap suatu pola, strukturatau seting. Dalam hal ini tekanan utama pada pengenalan kembali fakta, prinsip.

36Uzer Usman, “Menjadi Guru Profesional”( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h.

(41)

2. Pemahaman (comprehension). Jenjang setingkat di atas pengetahuan ini akan meliputi penerimaan dalam komunikasi secara akurat, menempatkan hasil komunikasi dalam bentuk penyajian yang berbeda, mereorganisasikannya secara setingkat tanpa merubah pengertian dan dapat mengeksporasikan.

3. Aplikasi atau penggunaan prinsip atau metode pada situasi yang baru. 4. Analisa. Jenjang keempat ini akan menyangkutterutama kemampuan anak

dalam memisah-misah (breakdown) terhadap suatu materi menjadi bagian yang membentuknya, mendeteksi hubungan di antara bagian-bagian itu dan cara materi itu diorganisir.

5. Sintesa. Jenjang yang sudah satu tingkat lebih sulit dari analisa ini adalah meliputi anak untuk menaruhkan/ menempatkan bagian-bagian atau elemen satu/bersama sehingga membentuk suatu keseluruhan yang koheren.

6. Evaluasi. Jenjang ini adalah yang paling atas atau yang dianggap palig sulit dalam kemampuan pengetahuaan anak didik. Di sini akan meliputi kemampuan anak didik dalam pengambilan keputusan atau dalam menyatakan pendapat tentang nilai sesuatu tujuan, idea, pekerjaan, pemecahan masalah, metode, materi dan lain-lain. Dalam pengambilan keputusan ataupun dalam menyatakan pendapat, termasuk juga kriteria yang dipergunakan, sehingga menjadi akurat dan standar penilaian/ penghargaan.

(42)

1. Menerima atau memperhatikan. Jenjang pertama ini akan meliputi sifat sensitif terhadap adanya eksistensi suatu fenomena tertentu atau suatu stimulus dan kesadaran yang merupakan perilaku kognitif. Termasuk di dalamnya juga keinginan untuk menerima atau memperhatikan.

2. Merespon. Dalam jenjang ini anak didik dilibatkan secara puas dalam suatu subjek tertentu, fenomena atau suatu kegiatan sehingga ia akan mencari-cari dan menambah kepuasan dari bekerja dengannya atau terlibat didalamnya.

3. Penghargaan. Pada level ini perilaku anak didik adalah konsisten dan stabil, tidak hanya dalam persetujuan terhadap suatu nilai tetapi juga pemilihan terhadapnya dan keterlikatannya pada suatu pandangan atau ide tertentu.

4.Mengorganisasikan. Dalam jenjang ini anak didik membentuk suatu sistim nilai yang dapat menuntun perilaku. Ini meliputi konseptualisasi dan mengorganisasikan.

5. Mempribadi (mewatak). Pada tingkat terakhir sudah ada internalisasi, nilai-nilai telah mendapatkan tempat pada diri individu, diorganisir ke dalam suatu sitem yang bersifat internal, memiliki kontrol perilaku.

c. Domain Psikomotorik.

1. Menirukan. Apabila ditunjukkan kepada anak didik suatu action yang dapat diamati (observable), maka ia akan mulai membuat suatu tiruan terhadap action itu sampai pada tingkat sistim otot-ototnya dan dituntun oleh

(43)

2. Manipufasi. Pada tingkat ini anak didik dapat menampilkan suatu action seperti yang diajarkan dan juga tidak hanya pada seperti yang diamati. 3. Keseksamaan (Precision). Ini meliputi kemampuan anak didik dalam

penampilan yang telah sampai pada tingkat perbaikan yang lebih tinggi dalam mereproduksi suatu kegiatan tertentu.

4. Artikulasi (articulation). Yang utama disini anak didik telah dapat mengkoordinasikan serentetan action dengan menetapkan urutan/sikuen secara tepat di antara action yang berbeda-beda.

5. Naturalisasi. Tingkat terakhir dari kemampuan psikomotorik adalah apabila anak telah dapat melakukan secara alami satu action atu sejumlah action yang urut. Keterampilan penampilan ini telah sampai pada kemampuan yang paling tinggi dan action trsebut ditampilkan dengan pengeluaran energi yang minimum.

Perubahan salah satu atau ketiga domain yang disebabkan oleh prosesbelajar dinamakan hasil belajar. Hasil belajar dapat dilihat dari adatidaknya perubahan ketiga domain tersebut yang dialami siswa setelah menjalani proses belajar.

(44)

proses pembelajaran dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, maka seharusnya hasil belajar yang diperoleh siswa akan semakin tinggi sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.

Menurut Winarno Surakhmad hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan keberhasilan siswa.37

Dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukkan tingkah laku seseorang. Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar dapat dikataakn berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan filsafatnya.

C. Faktor-faktor Kendala yang dapat meningkatkan dan menghambat hasil

belajar siswa

Hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran tidak dapat terlepas dari faktor-faktor kendala yang dapat meningkatkan dan menghambat hasil belajar siswa. Sejak awal dikembangkannya ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia, banyak dibahas mengenai bagaimana mencapai hasil belajar yang efektif. Para pakar dibidang pendidikan dan psikologi mencoba mengidentifikasikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar. Dengan diketahuinya faktor-faktor yang berpengaruh pada hasil belajar, para

(45)

pelaksana maupun pelaku kegiatan belajar dapat memberi intervensi positif untuk meningkatkan hasil belajar yang akan diperoleh.

Secara implisit, ada dua faktor yang mempengaruhi dalam meningkatkatkan dan menghambat hasil belajar siswa, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.38

1. Faktor Internal

Faktor internal meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis. Faktor fisiologis sangat menunjang atau melatar belakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang sehat akan lain pengaruhnya dibanding jasmani yang keadaannya kurang sehat. Untuk menjaga agar keadaan jasmani tetap sehat, nutrisi harus cukup. Hal ini disebabkan, kekurangan kadar makanan akan mengakibatkan keadaan jasmani lemah yang mengakibatkan mudah mengantuk dan lelah.

Faktor psikologis, yaitu yang mendorong atau memotivasi belajar. Faktor-faktor tersdebut diantaranya:

a) Adanya keinginan untuk tahu

b) Agar mendapatkan simpati dari orang lain c) Untuk memperbaiki kegagalan

d) Untuk mendapatkan rasa aman.

38Koes, Partowisastro. Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar Jilid 2 (Jakarta:

(46)

2. Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri anak yang ikut mempengaruhi hasil belajar siswa, yang antara lain berasal dari orang tua, sekolah, dan masyarakat.

1) Faktor yang berasal dari orang tua

Faktor yang beasal dari orang tua ini utamanya adalah cara mendidik orang tua terhadap anaknya. Dalam hal ini dapat dikaitkan sebagi suatu teori, apakah orang tua mendidik secara demokratis, otoriter, atau laisses faire. Cara atau tipe mendidik yang demikian masing-masing mempunyai kebaikannya dan adapla kekurangannya.

Prinsip kepemimpinan Pancasila sangat manusiawi, karena orang tua akan bertindak ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Dalam kepemimpinan Pancasila ini berarti orang tua melakukan kebiasaan-kebiasaan positif kepada anak untuk diteladani. Orang tua juga selalu memperhatikan anak selama belajar baik langsung maupun tidak langsung, dan memberikan arahan-arahan ketika akan melakukan tindakan yang kurang tertib dalam belajar.

2) Faktor yang berasal dari sekolah

(47)

nilai yang diperolehnya tidak sesuai dengan yan diharapkan. Keterampilan, kemampuan, dan kemauan belajar siswa tidak dapat dilepaskan dari pengaruh atau campur tangan orang lain. Oleh karena itu menjadi tugas guru untuk membimbing siswa dalam belajar.

3) Faktor yang berasal dari masyarakat

Siswa tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Faktor masyarakat bahkan sangat kuat pengaruhnya terhadap pendidikan siswa. Pengaruh masyarakat bahkan sulit dikendalikan. Mendukung atau tidak mendukung perkembangan siswa, masyarakat juga ikut mempengaruhi.

Selain beberapa faktor internal dan eksternal di atas, faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat disebutkan sebagai berikut:39

a) Minat b) Kecerdasan c) Bakat

D. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan Hasil Belajar

Siswa

Ada 7 upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan hasil belajar siswa:40

39Ibid., h. 46

40Soetomo, Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar (Surabaya: Usaha Offset Printing,

(48)

1. Menyiapkan Fisik dan Mental siswa

Persiapkanlah fisik dan mental siswa. Karena apabila siswa tidak siap fisik dan mentalnya dalam belajar, maka pembelajaran akan berlangsung sia-sia atau tidak efektif. Dengan siap fisik dan mental, maka siswa akan bisa belajar lebih efektif dan hasil belajar akan meningkat. Semuanya diawali dengan sebuah niat yang baik. Mulailah dengan mengajari mereka memulai dengan baik.

2. Meningkatkan konsentrasi

Lakukan sesuatu agar konsentrasi belajar siswa meningkat. Hal ini tentu akan berkaitan dengan lingkungan di mana tempat mereka belajar. Kalau di sekolah pastikan tidak ada keributan yang membuat mereka terganggu.

3. Meningkatkan motivasi belajar

Motivasi sangatlah penting. Motivasi juga merupakan faktor penting dalam belajar. Tidak akan ada keberhasilan belajar diraih apabila siswa tidak memiliki motivasi yang tinggi. Guru dapat mengupayakan berbagai cara agar siswa menjadi termotivasi dalam belajar.

4. Menggunakan strategi belajar

(49)

penguasaan belajar mata pelajaran umum akan berbeda dengan pelajaran Pendidikan Agama Islam.

5. Belajar sesuai gaya belajar

Setiap siswa punya gaya belajar yang berbeda-beda satu sama lain. Guru harus mampu memberikan situasi dan suasana belajar yang memungkinkan agar semua gaya belajar siswa terakomodasi dengan baik. Guru harus bisa memilih strategi, metode, teknik, dan model pembelajaran yang sesuai akan berpengaruh. Gaya belajar yang terakomodasi dengan baik juga akan meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga mereka dapat berkonsentrasi dengan baik dan tidak mudah terganggu oleh hal-hal lain di luar kegiatan belajar yang berlangsung. Siswa juga diajarkan untuk menerapkan strategi sendiri jika memang siswa tersebut memilikinya.

6. Belajar secara menyeluruh

Maksudnya disini adalah mempelajari secara menyeluruh adalah mempelajari semua pelajaran yang ada, tidak hanya sebagiannya saja. Perlu untuk menekankan hal ini kepada siswa, agar mereka belajar secara menyeluruh tentang materi yang sedang mereka pelajari. Bagi sangat perlu bagi guru untuk bisa mengajarkan kepada siswanya untuk bisa belajar secara menyeluruh.

7. Membiasakan berbagi

(50)

Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan untuk dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis berarti proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.1

A. Pendekatan Penelitian

Pada dasarnya memilih pendekatan tertentu dalam kegiatan penelitian harus disadari bahwa ia memiliki konsekuensi tersendiri sebagai suatu proses yang harus diikuti secara konsisten dari awal hingga akhir agar memperoleh hasil yang maksimal dan bernilai ilmiah.

1Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,

(51)

Penelitian pada hakikatnya adalah suatu kegiatan untuk memperoleh kebenaran mengenai masalah dengan menggunakan metode ilmiah.2

Seperti yang dikatakan Vernon Van Dyke dalam Khoizin Afandi sebuah pendekatan mengisyaratkan sejumlah kriteria untuk menyeleksi data yang dianggap relevan. Dengan kata lain, sebuah pendekatan mencakup di dalamnya standar dan cara kerja atau prosedur tertentu dalam proses penelitian termasuk misalnya memilih dan merumuskan masalah, menjaring data serta menentukan unit analisis yang akan digunakan.3

Jadi, untuk memperjelas pendekatan penelitian ini maka penelitian mengambil pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Karena menurut pandangan peneliti pendekatan tersebut sangat cocok dan mempermudah peneliti dalam mendeskripsikan masalah yang berkaitan dengan Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di SMA Negeri 4 Manado.

Metode Kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden. Ketiga,metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.4

2Moh. Kasiram, Metode Penelitian (Yogyakarta: UIN MALIKI PRESS, 2008), h. 4

3Khoizin Afandi, Kualitatif Dasar-Dasar Penelitian (Surabaya: Usaha Nasional, 1993) ,

h. 30

4Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h.

(52)

Metode deskriptif kualitatif, memungkinkan peneliti memahami masyarakat secara personal dan memandang responden sebagaimana responden sendiri mengungkapkan pandangan dunianya. Peneliti mengambil pengalaman-pengalaman responden dalam perjuangan responden sehari-hari dalam lingkungan masyarakat. Peneliti mengkaji tentang kelompok dan pengalaman-pengalaman yang sama sekali belum peneliti ketahui.

Akhirnya metode deskriptif kualitatif memungkinkan peneliti membuat dan menyusun konsep-konsep yang hakiki. Konsep-konsep seperti indah, menderita, keyakinan, penderitaan, frustasi, harapan dan cinta dapat dikaji dan memang ada definisinya juga dialami oleh masyarakat secara rill dalam kehidupan mereka.5

Selain itu metode penelitian deskriptif kualitatif menunjuk kepada prosedur-prosedur riset yang menghasilkan data-data deskriptif seperti ungkapan atau catatan orang itu sendiri atau tingkah laku responden yang terobservasi. Pendekatan ini mengarah kepada keadaan-keadaan dan individu secara holistik. Metode-metode yang peneliti pakai untuk memahami orang sudah tentu mempengaruhi tentang bagaimana peneliti memahami responden. Dalam arti pemahaman peneliti terhadap orang atau masyarakat bergantung pada metode apa yang peneliti terapkan.6

5Khoizin Afandi, op. cit., h. 31

6Arif Furchan, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif ( Surabaya: Usaha Nasional,

(53)

Untuk lebih jelasnya metode deskriptif kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif seperti ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang itu sendiri. Pendekatan ini langsung menunjukan setting dan individu-individu yang ada dalam setting itu secara keseluruhan subyek penyelidikan baik berupa organisasi atau individu, tidak dipersempit menjadi variabel yang terpisah atau menjadi hipotesis, melainkan dipandang sebagai suatu keseluruhan.7

Dalam pada itu, sesuai dengan hakikatnya penelitian maka penggunaan penelitian kualitatif dalam pendidikan bertujuan untuk:8

1. Mendeskripsikan suatu proses kegiatan pendidikan berdasarkan apa yang terjadi di lapangan sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk menemukan kekurangan dan kelemahan pendidikan sehingga dapat ditentukan upaya penyempurnaannya.

2. Menganalisis dan menafsirkan suatu fakta, gejala, dan peristiwa pendidikan serta situasi peka dan lingkungan pendidikan secara alami.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan disekolah SMA Negeri 4 Manado yang berlagsung di Jalan Manguni No. 11 Kelurahan Perkamil Kecamatan Tikala Kota Manado sejak tanggal 29 bulan Januari s/d bulan Maret 2015.

7Ibid., h. 22

8Amirul Hadi dan Haryono, Metode Penelitian Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo

(54)

C. Sumber Data

1. Primer

Sumber data ini berasal dari Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum, guru Pendidikan Agama Islam dan beberapa peserta didik yang beragama Islam di SMA Negeri 4 Manado.

2. Sekunder

Sumber data sekunder berupa dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian yang dapat ditemukan oleh penulis.

D. Populasi dan Sampel

(55)

XI IPA 2 4 3 7

Sumber Data : SMA Negeri 4 Manado

Tabel ini menunjukkan populasi secara keseluruhan siswa yang beragama Islam di SMA Negeri 4 Manado sebanyak 144 orang, dari jumlah tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa antusiasme peserta didik yang beragama Islam untuk masuk di SMA Negeri 4 Manado cukup tinggi. Dimana rata-rata peserta didik yang beragama Islam masuk di sekolah yang mayoritas agama Islam seperti : Madrasah Aliyah Negeri maupun swasta.

2. Sampel

(56)

Tehnik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang sesuai dengan ukuran sampel yang akan digunakan sebagai sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penjabaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif atau benar-benar mewakili.9 Berdasarkan hal tersebut di atas, maka sampel penelitian ini ditetapkan dengan menggunakan pertimbangan tertentu. Berdasarkan pertimbangan yang dimaksud, yang ditentukan sebagai sampel dalam penelitian ini berjumlah 11 siswa.

Sumber : SMA Negeri 4 Manado

E. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang di tetapkan. Hal ini

9Hadar Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Cet. II; Yogyakarta : Gajahmada

(57)

dimaksudkan agar data yang diperoleh akurat serta sesuai dengan masalah yang diteliti. Adapun langkah-langkah yang digunakan peneliti sebagai berikut:

1. Observasi

Peneliti terjun langsung ketempat yang menjadi lokasi penelitian, hal ini dilakukan agar peneliti dapat melakukan pengamatan secara langsung terhadap sekolah tersebut. Adapun yang menjadi objek observasi peneliti adalah sekolah yang menjadi tempat penelitian yakni SMA Negeri 4 Manado yang meliputi, guru-guru, siswa, dan komponen pendidikan lainnya yang ada di sekolah tersebut. Hal ini di lakukan guna mendapatkan gambaran dan pendapat sementara terhadap sekolah tersebut terkait dengan apa yang akan diteliti.

(58)

misalnya peristiwa tersebut diamati melalui film, rangkaian slide, atau rangkaian foto.10

2. Wawancara (interview)

Peneliti melakukan wawancara secara langsung dengan guru pendidikan agama Islam guna mengatahui Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan hasil belajar siswa, selanjutnya peneliti akan mewawancarai wakil kepala sekolah selaku penangung jawab dibidang kurikulum, juga kepada guru yang ingin penulis wawancarai seperti misalnya guru Bahasa Indonesia yang beragama Islam, berikut ada 8 siswa dari setiap 2 kelas yaitu kelas X dan XI hanya sebagian saja yang diwawancarai oleh penulis.

Ini di maksudkan agar terjadi Take and give (memberi dan menerima). Dalam arti bahwa peneliti mengajukan sejumlah pertanyaan terkait dengan masalah yang diteliti, kemudian yang diwawancarai memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti. Dengan demikian peneliti dapat mengetahui kondisi phisikologis informan dari jawaban-jawaban yang diperoleh.

Wawancara ini dilaksanakan dengan terstruktur. Dikarenakan dari hasil observasi sebelum mengadakan wawancara peneliti mengetahui bagaimana aktivitas yang berlangsung di dalam lingkungan sekolah yang mana untuk mencari waktu dan tempat dalam rangka mewawancarai para

10Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT. Remaja

Gambar

Tabel 1Jumlah Populasi
Tabel ini menunjukkan populasi secara keseluruhan siswa yang beragama
Tabel 2Jumlah Sampel
Tabel 1
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dikarenakan pembelajaran IPS di MTs Negeri Sragen khususnya kelas IX masih konvensional (Teacher centered learning) dimana siswa hanya duduk, mendengarkan

Hasil perbandingan perubahan nilai warna basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas dan nilon termoplastis sebelum dan setelah perendaman dengan larutan coklat selama

Our main contributions can be summarized as follows: (i) we show that classi fi er ensembles formed by diversi fi ed components are promis- ing for tweet sentiment analysis; (ii)

Penerapan model role playing dengan media gambar seri adalah suatu cara yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan imajinasi dan menemukan jati diri

suara yang menimbulkan bisingnya. b) Menggunakan penyekat dinding dan langit-langit yang kedap suara. c) Mengisolasi mesin-mesin yang menjadi sumber kebisingan. d) Substitusi mesin

H UMUR 21 TAHUN G2P0A1 DARI KEHAMILAN DENGAN SUSPECT LETAK LINTANG, PERSALINAN DENGAN SUSPECT CPD, MASA NIFAS, BAYI BARU LAHIR, DAN KELUARGA BERENCANA DI

Pemberian ransum dengan ekstrak daun murbei yang difermentasi dengan cairan rumen (0,06% dan 0,12%) mampu mengurangi pengaruh negatif senyawa DNJ dalam menghambat

Pada temperatur rendah, proses nukleasi per molekul dan per cluster berjalan relatif lambat dalam kondisi gerakan molekul air yang relatif lebih lambat dan stabil