• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keberadaan dan Status Fungi Mikoriza Arbuskula pada Lahan Kakao Dataran Rendah dan Dataran Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keberadaan dan Status Fungi Mikoriza Arbuskula pada Lahan Kakao Dataran Rendah dan Dataran Tinggi"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Kakao

Kakao (Theobroma cacao L.) termasuk salah satu komoditas perkebunan

yang dikembangkan untuk kepentingan ekspor dan untuk memenuhi kebutuhan

industri makanan dan minuman dalam negeri. Komoditas kakao memberikan

kontribusi yang cukup besar terhadap penerimaan devisa negara setelah kelapa

sawit, karet, kelapa, dan kopi, meskipun produksi dan harga kakao di pasar dunia

selalu berfluktuasi (Herman, 2000).

Fungi Mikoriza Arbuskula

Mikoriza adalah suatu struktur yang dibentuk oleh akar tanaman dan

cendawan tertentu. Mikoriza merupakan suatu bentuk hubungan simbiose

mutualisme, antara fungi dengan perakaran tumbuhan tinggi. Istilah mikoriza

pertama kali digunakan oleh Robert Hartig pada tahun 1840, yang berasal dari

bahasa Latin "Myhes" yang berarti cendawan dan "Rhiza" yang berarti akar

(Hardiatmi, 2008).

Mikoriza dapat dikelompokan menjadi tiga golongan, yaitu;

Ektomikorhiza, Endomikoriza, dan Ektendomikoriza. Penggolongan tersebut

berdasarkan struktur tubuh buah dan cara infeksi terhadap tanaman

(2)

FMA (Fungi Mikoriza Arbuskular) adalah salah satu jasad renik tanah dari

kelompok jamur yang bersimbiosis dengan akar tanaman. Jamur ini mempunyai

sejumlah pengaruh yang menguntungkan bagi tanaman yang bersimbiosis

dengannya. FMA mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman karena status hara

tanaman tersebut dapat ditingkatkan dan diperbaiki. Kemampuannya yang tinggi

dalam meningkatkan penyerapan air dan hara terutama P (Hapsoh, 2008).

Di dalam tanah mikoriza dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pH,

suhu, Fe, Al, dan mikro organisme tanah. Glomus berkembang dengan baik pada

pH 5,5 sampai 6,5 dan Acaulospora pada pH 5,0 (Sasli, 1999).

Glomus memiliki hifa yang relatif lurus, menjulur sepanjang kortek akar

sering kali membentuk percabangan tipe H yang memungkinkan hifa tumbuh ke

dua arah yang berbeda. Acaulospora, hifa pada titik masuk (entry point) memiliki

karakteristik bercabang-cabang. Hifa pada kortek terluar biasanya memiliki

percabangan yang lebih tidak teratur, lebih ikal, atau keriting dibandingkan

dengan hifa Glomus (Nusantara, 2012).

Jenis mikoriza dapat dikelompokan menjadi tiga golongan berdasarkan

bentuk tubuh dan cara infeksi terhadap tanaman inang, yaitu ektomikoriza,

endomikoriza, dan ektendomikoriza (Setiadi, 1989). Ada beberapa jenis mikoriza

yang dikenal, yaitu sheating, “vesikula - arbuskula”, “orchidaceous”,

“miscellaneous”, dan “pseudomikoriza”. “Sheating - Mycorrhiza disebut juga

sebagai ektomikoriza, sedangkan “vesikula - arbuskula”, “orchidaceous”, dan

“miscellaneous” digolongkan ke dalam endomikoriza. Pseudomikoriza atau

(3)

“jarring hartig” dan mantel jamur yang merupakan ciri khusus dari ektomikoriza

(Sastrahidayat, 1992).

Hifa yang ada di dalam sel atau akar tanaman terdiri dari hifa yang tidak

bercabang yang terletak di antara sel, hifa intraseluler. Selain itu, terdapat hifa

intraseluler yang bercabang secara diktomi (arbuskular) atau yang membengkak

menjadi bulat atau bulat memanjang (vesikel) dan hifa mengering (hifa gelung)

(Anas, 1993).

Syarat Tumbuh Kakao

1. Iklim

Iklim merupakan faktor yang meliputi curah hujan, suhu, kelembapan

udara, penyinaran matahari, dan kecepatan angin yang antar unsur tersebut

mempunyai hubungan yang rumit. Sebaran curah hujan lebih berpengaruh

terhadap produksi kakao dibandingkan dengan jumlah curah hujan yang tinggi.

Proses fisiologi tanaman kakao juga dipengaruhi oleh suhu udara. Kecepatan

angin juga menentukan keberhasilan usaha tani kakao (PPKKI, 2004).

2. Tanah

Sifat tanah yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman

adalah sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Sifat kimia tanah meliputi kadar unsur

hara mikro dan makro dalam tanah, kejenuhan basa, kapasitas pertukaran kation,

pH atau keasaman tanah, dan kadar bahan organik relatif mudah diperbaiki

dengan teknologi yang ada. Sementara itu, sifat fisik tanah yang meliputi tekstur,

(4)

suatu unsur (konkresi) relatif sulit diperbaiki meskipun teknologi perbaikannya

telah ada. Sifat biologi tanah belum menjadi pertimbangan dalam melakukan

penilaian kesesuaian lahan, karena hubungannya belum banyak diketahui secara

pasti (PPKKI, 2004).

a. Sifat Kimia Tanah

Keasaman (pH) tanah yang baik untuk kakao adalah netral atau berkisar

5,6-6,8. Tanaman kakao membutuhkan tanah berkadar bahan organik tinggi, yaitu

di atas 3% (PPKKI, 2004).

b. Sifat Fisik Tanah

Jeluk mempan atau kedalaman tanah yang dapat dijangkau akar secara

aktif (effective depth) tidak identik dengan ketebalan solum tanah. Tekstur tanah

menunjukan perbandingan tertentu antara tiga fraksi tanah, yaitu pasir, debu, dan

lempung (PPKKI, 2004).

3. Timbulan

Faktor ini meliputi elevasi, topografi, dan tinggi tempat. Kakao tumbuh

baik pada lahan datar atau kemiringan tanah kurang dari 15%. Suhu udara

idealnya sekitar 28˚C, sehingga semakin tinggi tempat semakin rendah tingkat

kesesuaiannya. Faktor timbulan yang berpengaruh adalah lereng, ini berkaitan

dengan tingkat kesuburan, manajemen pemeliharaan, dan pemanenan

(5)

Faktor Yang Mempengaruhi Keberadaan FMA

1. Spesies FMA dan Tanaman Inang

Persentase kolonisasi tergantung pada spesies FMA dan tanaman inang,

sering dihubungkan pertumbuhan akar dan kepekaan tanaman

(Smith dan Read, 1997). Terdapat korelasi antara produksi spora dan kolonisasi

akar antara spesies tanaman untuk masing-masing FMA

(Hedrick dan Bloom, 1986).

2. Suhu, Kelembaban, dan pH Tanah

Persentase kolonisasi meningkat pada 30˚ C, tetapi beberapa kombinasi

cendawan - tanaman berkembang secara normal pada 35˚ C atau lebih

(Bowen 1987, diacu dalam Smith & Read 1997). Kedelai yang diinokulasi FMA

dapat membentuk kolonisasi sebesar 61% pada pH 5,6 dan meningkat menjadi

75% pada pH 6,4 (Nurlaeny et al., 1996).

3. Cahaya

Radiasi rendah, hari pendek dan fotosintesis yang rendah, mengurangi

penyebaran akar yang bermikoriza (Gianinazzi - Pearson dan Gianinazzi, 1983).

Beberapa laporan mengungkapkan kolonisasi berkurang pada cahaya rendah

dalam hubungannya dengan suplai karbohidrat (Smith dan Read, 1997).

4. Ketersediaan Hara

Ada interaksi antara N dan P dalam pertumbuhan tanaman dan

pengaruhnya terhadap kolonisasi, yakni P lebih tersedia pada tanaman cukup N

dibandingkan dengan tanaman yang kekurangan N (Smith dan Read, 1997).

(6)

menghambat kolonisasi. Penambahan sedikit fosfat akan meningkatkan kolonisasi

(Simanungkalit, 1997).

5. Pestisida

Pestisida meliputi methyl bromida, khloropikrin, dan berbagai macam

racun fungi menurunkan kolonisasi FMA di lapangan (Fakuara, 1988). Aplikasi

fungisida seperti Benomyl, PCNB, dan Captan menurunkan persentase kolonisasi

akar oleh FMA bila dibandingkan dengan tanpa fungisida

(Schreiner dan Bethlenfalvay, 1996).

Peranan FMA

Status kesuburan lahan erat berkaitan dengan kondisi mikrobia tanah yang

berlimpah, memiliki fungsi simbiosis dengan perakaran tanaman, serta

ditunjukkan dengan pertumbuhan tanaman yang baik (Corryanti, 2011).

Proses infeksi dimulai dari pembentukan appresorium yaitu struktur yang

berupa penebalan masa hifa yang kemudian menyempit seperti tanduk.

Appresorium membantu hifa menembus ruang sel epidemis melalui permukaan

akar, atau rambut-rambut akar dengan cara mekanis dan enzimatis. Hifa yang

telah masuk ke lapisan korteks kemudian menyebar di dalam dan diantara sel-sel

korteks, hifa ini akan membentuk benang-benang bercabang yang mengelompok

disebut arbuskula yang berfungsi sebagai jembatan transfer unsur hara, antara

cendawan dengan tanaman inang. Arbuskula merupakan hifa bercabang halus

yang dapat meningkatkan luas permukaan akar, dua hingga tiga kali. Pada sistem

(7)

disekitar daerah perakaran dan berfungsi sebagai alat pengabsorbsi unsur hara.

Hifa yang terletak diluar ini dapat membantu memperluas daerah penyerapan hara

oleh akar tanaman (Hardiatmi, 2008).

Sejumlah percobaan telah membuktikan hubungan saling menguntungkan,

yaitu adanya cendawan mikoriza sangat meningkatkan efisiensi penyerapan

mineral dari tanah. Mikoriza juga bisa memberikan kekebalan bagi tumbuhan

inang. Mikoriza ini menjadi pelindung fisik yang kuat, sehingga perakaran sulit

ditembus penyakit (patogen), sebab jamur ini mampu membuat bahan antibotik

untuk melawan penyakit. Cendawan mikoriza bisa membentuk hormon seperti

auxin, citokinin, dan giberalin yang berfungsi sebagai perangsang pertumbuhan

tanaman (Hardiatmi, 2008).

Mikoriza menyebabkan terjadinya peningkatan ketahanan tumbuhan

terhadap infeksi patogen dan parasit akar. Hal ini dikarenakan terdapatnya

penghalang mekanis berupa mantel jamur yang dapat menghambat penetrasi

patogen dan adanya kemampuan beberapa jamur mikoriza untuk memproduksi

antibiotik. Mikoriza juga dapat merangsang inang untuk membentuk

senyawa-senyawa penghambat dan meningkatkan persaingan kebutuhan hidup di rizosfer

(Chakravarty dan Chatapaul, 1988).

Hubungan FMA Dengan Kakao

FMA adalah salah satu jasad renik tanah dari kelompok jamur yang

bersimbiosis dengan akar tanaman. Jamur ini mempunyai sejumlah pengaruh yang

(8)

FMA banyak mendapat perhatian karena kemampuannya berasosiasi

membentuk simbiosis mutualistik dengan hampir 80% spesies tanaman

(Steussy, 1992). Menurut beberapa peneliti (Daniels dan Trappe, 1980; Van

Nuffelen dan Schenck, 1983; Bianciotto et al., 1989; Al Raddad, 1995; Kabirun

dan Widada, 1995; Nurlaeny et al., 1996; Simanungkalit, 1997; Hapsoh, 2003),

kompatibilitas FMA dengan tanaman inang sangat bervariasi bergantung pada

spesies FMA, spesies tanaman inang dan kondisi lingkungannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian mikoriza dapat

meningkatkan pertumbuhan bibit kakao yang lebih baik dibanding bibit tanpa

mikoriza. Ini terlihat dari tingginya nilai rata-rata untuk hampir semua peubah

yang diamati dibanding bibit yang tidak bermikoriza. Tinggi bibit di akhir

penelitian meningkat sampai 133% terhadap kontrol yang justru terdapat pada

tanaman dengan tingkat kekeringan 70% air tersedia. Ini menunjukkan bahwa

bibit yang bermikoriza sebenarnya tidak terlalu bemasalah pada kondisi

kekeringan oleh karena adanya hifa ekstemal cendawan mikoriza yang masih

dapat menyerap air dari pori-pori tanah. Bobot kering bibit yang bermikoriza juga

menunjukkan adanya perbedaan nyata dibanding kontrol. Pada akhir penelitian,

bibit bermikoriza meningkatkan bobot kering tajuk dan akar masing-masing

(9)

Tahapan Kolonisasi FMA

1. Prekolonisasi

Kolonisasi akar diawali dari pertumbuhan hifa dari ketiga sumber

inokulum (spora, hifa, atau potongan akar terinfeksi FMA). Rangsangan

prekolonisasi disebabkan oleh adanya flavonoid hasil eksudat akar

(Smith dan Read, 1997).

2. Kontak dan Penembusan

Kontak hifa dengan akar diikuti oleh pelekatan dan setelah sekitar 2-3 hari,

pembentukan apresorium yang membengkak. Penembusan dinding sel-sel

tumbuhan selalu terjadi dengan pengecilan diameter hifa membentuk ujung yang

agak runcing, diikuti dengan ekspansi hifa memasuki lumen sel

(Smith dan Smith, 1996; Smith dan Read, 1997).

3. Perkembangan Kolonisasi

Setelah pembentukan apresorium dan penembusan sel-sel epidermis dan

eksodermis, percabangan hifa ke dalam korteks bagian tengah dan dalam akar

(dalam mikoriza tipe Arum), tumbuh memanjang di ruang-ruang interseluler

membentuk koloni. Koloni ini disebut ’kolonisasi’ untuk menggambarkan asosiasi

mutualistik fungi - tumbuhan (Smith dan Smith, 1996; Smith dan Read, 1997).

4. Pergantian Arbuskula

Meskipun hifa fungi menembus dinding sel korteks akar, membran

plasmanya tidak dirusak (ditembus) tetapi berkembang mengelilingi bentuk

arbuskula, menghasilkan bentuk kompartemen apoplastik baru disebut

(10)

oleh membran masing-masing yaitu matriks bidang kontak yang tipis dari

tumbuhan dan dinding sel fungi yang tipis, dengan lebar kompartemen bidang

kontak antara 80-100 nm (Harrison, 1997).

5. Pertumbuhan Hifa Eksternal dan Produksi Spora

Sekali fungi berkembang di dalam akar dan tumbuh subur di dalam tanah,

hifa eksternal merupakan sumber inokulum penting untuk kelanjutan kolonisasi

sistem perakaran yang sama. Percabangan hifa yang halus ini sebagai bentuk

adaptasi untuk mengeksplorasi pori-pori tanah dan juga selalu berasosiasi dengan

bahan organik tanah, di mana mineralisasi hara terjadi (Smith dan Read, 1997).

Manfaat FMA

1. Meningkatkan Serapan Hara dan Air

FMA mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman karena status hara

tanaman tersebut dapat ditingkatkan dan diperbaiki. Kemampuannya yang tinggi

dalam meningkatkan penyerapan air dan hara terutama P (Jakobsen, 1992; Smith

dan Read, 1997; Bryla dan Duniway, 1997; Hapsoh, 2003). Dijelaskan Sieverding

(1991) bahwa FMA yang menginfeksi sistem perakaran tanaman inang akan

memproduksi jalinan hifa secara intensif sehingga tanaman bermikoriza akan

mampu meningkatkan kapasitasnya dalam menyerap unsur hara dan air.

2. Pelindung Biologi Bagi Patogen Akar

Mikoriza dapat berfungsi sebagai pelindung biologi bagi terjadinya infeksi

patogen akar. Dari penelitian Sastrahidayat (1995) dilaporkan bahwa mikoriza

(11)

pada tanaman tomat dengan rata-rata sekitar 47,44% dan penyelamatan produksi

sebesar 148,26%.

3. Meningkatkan Produksi Hormon Auksin

Selain itu fungi mikoriza dapat meningkatkan produksi hormon seperti

auksin, sitokinin. Auksin dapat berfungsi meningkatkan elastisitas dinding sel dan

mencegah atau memperlambat proses penuaan akar, dengan demikian fungsi akar

sebagai penyerap unsur hara dan air diperpanjang

(Subashini dan Natarajan, 1997; Hapsoh, 2003).

4. Meningkatkan Produksi Tanaman

Selain fungsi yang telah disebutkan FMA dapat meningkatkan hasil

tanaman pada tanah mineral masam tropika (Widada dan Kabirun, 1997).

Peningkatan hasil juga dilaporkan pada berbagai jenis tanaman antara lain pada

jagung (93,0%), kedelai (56,2%), padi gogo (25,0%), kacang tanah (23,8%), cabai

(22,0%), bawang merah (62,0%), dan semangka (77,0%) (Sastrahidayat 1995),

Referensi

Dokumen terkait

Demikian Addendum Dokumen Pengadaan ini dibuat dengan sebenarnya dan penuh rasa tanggung jawab dan Addendum ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen pengadaan. Pokja

[r]

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan melakukan penelusuran problematika pemanfaatan buku Pelajaran Agama Islam di Sekolah Dasar serta melakukan

Capaian Kinerja dalam penyelenggaraan urusan wajib Pekerjaan Umum Bidang Pengairan dalam hal ini mengenai Luas Irigasi Kabupaten dalam Kondisi Baik. Namun pada Akhir Tahun Anggaran

Raden sinom pradapa anunggil, maratuwa ngarsane kang raka, para mantri pepak kabeh, duta pacalang matur, lamun wonten baris geng prapti, prajurit ing jenggala,

Karena setiap kegiatan ritual/upacara agama Hindu di Serangan selalu memanfaatkan tumbuhan, maka kegiatan konservasi perlu terus dilakukan untuk menghindarkan tumbuhan dari

Seseorang yang kedua hipokampusnya mengalami kerusakan atau telah diangkat tidak akan memiliki masalah untuk mengingat informasi sebelum kerusakan atau pengangkatan

Diharapkan agar dihadiri langsung Oleh Direktur Perusahaan serta Pimpinan Teknik. Demikian Surat undangan ini, atas perhatiannya diucapkan