• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaturan Pengereman Regeneratif Pada Motor Induksi Tiga Fasa Dengan Microcontroller Atmega8

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaturan Pengereman Regeneratif Pada Motor Induksi Tiga Fasa Dengan Microcontroller Atmega8"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Motor Induksi Tiga Fasa

Motor induksi tiga fasa adalah mesin arus bolak – balik (AC) yang

berfungsi mengubah atau mengkonversi sumber tenaga listrik AC menjadi tenaga

mekanik dalam bentuk putaran rotor. Sesuai penamaannya, motor ini berputar

akibat adanya arus induksi yang disuplai ke bagian rotor. Arus induksi ini berasal

dari perbedaan relatif putaran rotor dan medan putar yang dihasilkan oleh stator

[1]. Sehingga motor ini sering disebut motor tidak serempak.

Motor induksi tiga fasa bekerja berdasarkan prinsip induksi

elektromagnetik, dimana arus yang mengalir pada kumparan – kumparan stator

mempunyai beda fasa 120°. Beda fasa ini akan menghasilkan medan putar pada

stator yang akan memotong kumparan rotor sehingga menginduksi tegangan pada

rotor. Karena rotor adalah rangkaian tertutup maka arus akan mengalir pada

kumparan rotor. Arus pada rotor ini akan menimbulkan momen (gaya) yang akan

memutar rotor.

2.1.1 Konstruksi Motor Induksi Tiga Fasa

Pada prinsipnya motor dan generator induksi tiga memiliki konstruksi yang

sama. Hanya aja fungsi dan prinsip kerja dari keduanya berbeda. Generator

memanfaatkan energi gerak untuk menghasilkan tenaga listrik sementara motor

(2)

Gambar 2.1 berikut menunjukkan bentuk fisik dari sebuah motor induksi tiga fasa.

Dari gambar 2.1 dapat kita lihat bagian stator dan rotor motor induksi tiga fasa.

Gambar 2.1 Penampang stator dan rotor motor induksi tiga fasa

Konstruksi atau bagian utama dari motor induksi tiga fasa adalah :

• Stator, adalah bagaian yang diam pada motor induksi tiga fasa. Pada bagian

ini dihubungkan ke sumber tegangan tiga fasa. Stator terdiri dari lapisan

laminasi inti yang memiliki alur yang menjadi tempat kumparan dililitkan

yang berbentuk silindris. Gambar 2.2 dibawah menunjukkan bentuk fisik

dari stator motor induksi tiga fasa.

(3)

Tiap lapisan laminasi inti dibentuk dari lempengan besi. Tiap lempengan

besi tersebut memiliki beberapa alur dan beberapa lubang pengikat untuk

menyatukan inti. Tiap kumparan tersebar dalam alur yang disebut belitan

fasa dimana untuk motor tiga fasa, belitan tersebut terpisah secara listrik

sebesar 120° [2]. Sesaat setelah dihubungkan dengan sumber tegangan tiga

fasa, maka akan dihasilkan medan putar pada stator.

• Rotor, adalah bagian yang berputar pada motor induksi tiga fasa. Rotor

terdiri dari susunan belitan jangkar yang disusun sedemikian rupa. Medan

putar pada stator akan memotong belitan pada rotor. Karena rotor adalah

rangkaian tertutup maka arus akan mengalir pada belitan rotor. Arus ini

akan menimbulkan gaya yang akan menggerakkan rotor searah putaran

medan stator. Rotor pada motor induksi tiga fasa ada dua jenis yaitu rotor

belitan dan rotor sangkar. Pada penelitian ini akan digunakan jenis rotor

belitan. Rotor belitan terdiri dari satu set lengkap belitan tiga fasa yang

merupakan bayangan dari belitan statornya. Belitan tiga fasa pada rotor

belitan biasanya terhubung Y, dan masing-masing ujung dari tiga kawat

belitan fasa rotor tersebut dihubungkan pada slip ring yang terdapat pada

(4)

Gambar 2.3 Rotor belitan

Gambar 2.4 Skematik diagram motor induksi rotor belitan

Pada gambar 2.4 dapat dilihat bahwa slip ring hanya berfungsi sebagai

penghubung belitan rotor dengan tahanan luar. Tahanan luar ini digunakan

sebagai pembatas ataupun pengatur arus mula yang besar pengasutan saat

start motor. Besar tahanan akan dikurangi secara perlahan hingga nilainya

nol sebagaimana motor akan berputar hingga kecepatan nominalnya.

• Celah udara, adalah bagian atau celah sempit yang memisahkan antara

bagian stator dan rotor. Bagian ini memungkinkan rotor dapat berputar di

dalam stator. Celah udara ini berjarak 0,4 mm sampai 4 mm [2].

(5)

2.1.2 Medan Putar Tiga Fasa

Bila kita menghubungkan terminal belitan stator dengan sumber tegangan

tiga fasa ( R, S, T ), maka arus sinusoidal IR, IS, dan IT akan mengalir menuju

belitan stator. Arus ini akan menimbulkan ggm ( gaya gerak magnet) pada belitan

stator. Gaya gerak magnet tersebut menghasilkan fluks yang berputar sehingga

tercipta medan putar pada belitan stator [2]. Medan magnet yang demikian kutub

kutubnya tidak diam pada posisi tertentu, tetapi melakukan pergeseran posisinya

disekitar stator.Untuk melihat bagaimana medan putar dibangkitkan, maka dapat

diambil contoh pada motor induksi tiga fasa dengan jumlah dua kutub. Fluks yang

dihasilkan oleh arus bolak - balik pada belitan stator adalah :

a) ΦR= Φm sin ωt ………...…... (2.1a)

b) ΦS= Φmsin (ωt – 120°)………..… (2.1b)

c) ΦT= Φm sin (ωt – 240° )……….… (2.1c)

Gambar 2.5 Arus fasa seimbang

(6)

Gambar 2.6 Diagram fasor fluksi tiga fasa seimbang

a) Pada keadaan 1 (gambar 2.6), ωt = 0; arus dalam fasa R bernilai nol

sedangkan besarnya arus pada fasa S dan fasa T memiliki nilai yang sama

dan arahnya berlawanan. Dalam keadaan seperti ini arus sedang mengalir ke

luar dari konduktor sebelah atas dan memasuki konduktor sebelah bawah.

Sementara resultan fluks yang dihasilkan memiliki besar yang konstan yaitu

sebesar 1,5 Φm dan dibuktikan sebagai berikut :

ΦR= 0

ΦS= Φm sin ( -120° ) =-1,5 Φm

ΦT= Φm sin ( -240° ) = 1,5 Φm

b) Pada keadaan 2, arus bernilai makasimum negatif pada fasa S, sedangkan

pada fasa R dan fasa T bernilai 0,5 maksimum pada fasa R dan fasa T, dan

pada saat ini ωt = 30°, oleh karena itu fluks yang diberikan masing – masing

fasa :

ΦR= Φm sin ( -120° ) = 0,5 Φm

ΦS= Φmsin ( -90° ) =- Φm

(7)

ΦT= Φm sin ( -210°) = 0,5 Φm

c) Pada keadaan 3 ωt = 60°, arus pada fasa R dan fasa T memiliki besar yang

sama dan arahnya berlawan, oleh karena itu fluks yang diberikan oleh

masing – masing fasa :

ΦR= Φmsin ( 60° ) = 1,5 Φm

ΦS= Φmsin ( -60° ) =-1,5 Φm

ΦT= Φm sin ( -180°) = 0 Φm

d) Pada keadaan 4 ωt = 90°, arus pada fasa R maksimum (positif), dan arus

pada fasa S dan fasa T = 0,5 Φm, oleh karena itu fluks yang diberikan oleh

masing – masing fasa :

ΦR= Φmsin ( 90° ) = Φm

ΦS= Φmsin ( -30° ) =-0,5 Φm

ΦT= Φm sin ( -150°) = -0,5 Φm

2.1.3 Prinsip Kerja Motor Induksi Tiga Fasa

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, apabila sumber tegangan tiga fasa

dihubungkan pada terminal belitan stator maka akan timbul medan putar dengan

kecepatan :

�� = 120�... (2.2)

Medan putar stator menghasilkan fluksi yang berubah – ubah tiap satuan

(8)

pada belitan rotor timbul tegangan induksi (ggl). Karena belitan rotor adalah

rangkaian tertutup, maka ggl (E) akan menghasilkan arus (I). Arus pada rotor

menimbulkan medan magnet pada rotor. Medan magnet pada rotor akan

menghasilkan fluksi. Interaksi antara fluksi medan stator dan fluksi medan rotor

menimbulkan gaya putar (F) yang akan memutar rotor. Bila kopel mula yang

dihasilkan gaya (F) pada rotor yang cukup besar untuk memikul kopel beban,

rotor akan berputar searah dengan medan putar stator [1].

Agar rotor berputar maka diperlukan perbedaan relatif antara kecepatan

medan magnet putar stator ( ns ) dengan kecepatan putar rotor ( nr ). Perbedaan

kecepatan antara ns dan nr disebut slip ( S ) dinyatakan dengan :

�= (��−��)

�� × 100%... ... (2.3)

Karena belitan rotor merupakan rangkaian tertutup, baik melalui cincin

ujung (end ring) ataupun tahanan luar, maka arus akan mengalir pada

konduktor-konduktor rotor. Karena konduktor-konduktor-konduktor-konduktor rotor yang mengalirkan arus

ditempatkan di dalam daerah medan magnet yang dihasilkan stator, maka akan

terbentuklah gaya mekanik (gaya lorentz) pada konduktor-konduktor rotor. Hal ini

sesuai dengan hukum gaya lorentz yaitu bila suatu konduktor yang dialiri arus

berada dalam suatu kawasan medan magnet, maka konduktor tersebut akan

mendapat gaya elektromagnetik (gaya lorentz) sebesar :

F = B.i.l.sin θ...(2.4)

dimana,

(9)

B = kerapatan fluks magnetik (Wb/m2)

i = besar arus pada konduktor (A)

l = panjang konduktor (m)

θ = sudut antara konduktor dan vektor kerapatan fluks magnetik

Gaya F ini adalah hal yang sangat penting karena merupakan dasar dari

bekerjanya suatu motor listrik.

Arah dari gaya elektromagnetik tersebut dapat dijelaskan oleh kaidah tangan

kanan (right-hand rule). Kaidah tangan kanan menyatakan, jika jari telunjuk

menyatakan arah dari vektor arus i dan jari tengah menyatakan arah dari vektor

kerapatan fluks B, maka ibu jari akan menyatakan arah gaya F yang bekerja pada

konduktor tersebut.

Gaya F yang dihasilkan pada konduktor-konduktor rotor tersebut akan

menghasilkan torsi (τ). Bila torsi mula yang dihasilkan pada rotor lebih besar

daripada torsi beban (τ0 > τb), maka rotor akan berputar searah dengan putaran

medan putar stator.

Bila nr = ns, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan mengalir

pada belitan rotor, dengan demikian tidak dihasilkan kopel. Kopel motor akan

timbul apabila nr < ns [1].

2.1.4 Pengereman Motor Induksi Tiga Fasa

Pengereman dalam motor listrik adalah suatu usaha untuk mengurangi atau

(10)

sesuai dengan waktu yang dibutuhkan. Dalam perancangan sebuah pengereman

pada motor induksi tiga fasa perlu diperhatikan beberapa aspek yang dapat

mempengaruhi sistem kerja motor induksi tiga fasa. Beberapa diantaranya adalah

waktu yang diperlukan relatif singkat sehingga tidak mempengaruhi waktu

operasi motor, pengereman yang baik diusahakan tidak menimbulkan rugi – rugi

mekanis yang dapat menghasilkan panas pada motor.

Ada beberapa sistem pengereman yang dapat diterapkan pada motor induksi

tiga fasa, yaitu pengereman mekanis dan pengereman elektrodinamis. Pada

pengereman elektrodinamis dibagi atas tiga jenis, yaitu pengereman dinamis,

pengereman regeneratif, pengereman plugging.

• Pengereman Mekanik

Pada sistem ini pengereman dilakukan dengan menahan putaran rotor

menggunakan sepatu rem atau drum rem. Sepatu rem atau drum dipasang

pada poros rotor. Sepatu rem ditekan untuk menghasilkan torsi yang

menahan putaran rotor. Dalam hal ini akan terjadi gesekan antara poros

rotor dengan sepatu rem. Gesekan ini akan menimbulkan panas dan debu di

sekitar komponen – komponen motor. Oleh karena itu untuk sistem

pengereman yang baik, pengereman mekanis tidak dianjurkan [1].

• Pengereman Dinamis

Pengereman dinamis ( Dynamic braking ) dilakukan dengan cara

menginjeksikan arus dan tegangan DC pada belitan stator motor induksi tiga

fasa sesaat setelah dilepaskan dari sumber tegangan tiga fasa. Arus searah

yang diinjeksikan pada kumparan stator akan mengembangkan medan

(11)

magnet. Medan magnet akan berputar dengan kecepatan yang sama dengan

rotor tetapi dengan arah yang berlawanan untuk menjadikan stasioner

terhadap rotor. Interkasi medan resultan dan gaya gerak magnet rotor akan

mengembangkan torsi yang berlawanan dengan torsi motor sehingga

pengereman terjadi [3].

• Pengereman Regeneratif

Pada prinspnya mesin listrik dinamis dapat bekerja sebagai motor ataupun

generator. Dalam sistem pengereman regeneratif, motor induksi tiga fasa

akan beralih fungsi sebagai generator. Saat pengereman dilakukan, energi

yang tersimpan pada putaran rotor dikembalikan ke jala – jala. Kondisi yang

harus dicapai agar pengereman ini terjadi ialah ketika Ea> Vt, yang

mengakibatkan daya kembali kepada sistem jala – jala untuk keperluan lain.

Pada saat daya dikembalikan ke jala – jala, kecepatan menurun dan proses

pengereman berlangsung seperti pada pengereman dinamis [1].

• Pengereman Plugging

Metode pengereman plugging dilakukan dengan cara membalikkan arah

putaran rotor sehingga motor dapat menghasilkan torsi penyeimbang dan

membentuk daya perlambatan. Medan magnet yang dihasilkan akan

berputar dengan kecepatan yang sama dengan rotor tetapi dengan arah yang

berlawanan. Interaksi antara medan resultan dan gaya gerak magnet rotor

akan mengembang torsi yang berlawanan dengan torsi awal rotor sehingga

pengereman terjadi [4].

(12)

2.2 Pengereman Regeneratif

Pengereman regeneratif (regenerative braking) menjadi salah satu model

pengereman yang dapat meminimalisir energi terbuang dari sebuah sistem

pengereman. Artinya pengereman ini disandingkan dengan sistem pengereman

lainnya. Secara etimologi regenerative berasal dari kata re-generate yang berarti

dibangkitkan kembali. Sehingga secara garis besar pengereman regeneratifdapat

digambarkan sebagai sebuah pengereman dengan jalan mengkonversikan energi

mekanis menjadi bentuk energi lain yang dapat disimpan untuk digunakan

kembali pada saat dibutuhkan.

Dalam penelitian ini sistem pengereman regeneratif dirancang untuk

mengefesiensikan penggunaan dan pemanfaatan energi pada motor induksi tiga

fasa. Metode pengereman regeneratif terjadi ketika rotor berputar lebih cepat

daripada kecepatan medan putar stator sehingga terjadi slip negatif dan mesin

menyuplai daya. Dengan kata lain motor berubah fungsi menjadi generator.

Proses yang terjadi ketika bekerja sebagai generator induksi ialah kebalikan

dari proses kerja motor induksi. Kopel pada rotor digerakkan oleh energi mekanik

sisa, adanya magnetisasi sisa pada rotor cukup untuk membangkitkan tegangan

awal. Untuk menguatkan magnetisasi pada rotor maka arus DC dialirkan ke rotor

melalui rangkaian DC chopper. Adanya medan magnet yang berputar di rotor

akan menginduksikan tegangan ke belitan stator sehingga pada terminal stator

akan timbul tegangan bolak – balik. Tegangan bolak – balik ini timbul karena

medan magnet yang berputar memotong kumparan stator yang terpisah secara

elektrik sebesar 120° dimana kumparan stator dirangkai secara Y.

(13)

2.3 Motor Induksi Sebagai Generator Induksi

Secara umum konstruksi motor induksi sama dengan generator induksi,

hanya saja generator induksi memerlukan adanya prime mover sebagai penggerak.

Oleh karena itu motor induksi tiga fasa dapat dioperasikan sebagai generator

dengan cara memutar rotor pada kecepatan di atas kecepatan medan putar stator,

sehingga menghasilkan slip (S) negatif. Untuk menjadikan motor induksi sebagai

generator maka mesin ini membutuhkan daya reaktif untuk membangkitkan arus

eksitasi. Oleh karena itu mesin induksi dapat beroperasi sebagai generator induksi

satu fasa maupun tiga fasa.

Gambar 2.7 Rangkaian ekivalen mesin induksi

2.3.1 Slip

Slip adalah nilai suatu dari perbedaan antara frekuensi listrik (rotasi dari

medan magnet internal dengan frekuensi gerak (rotasi dari rotor) pada mesin

listrik. Selisih antara kecepatan rotor dengan kecepatan sinkron disebut slip (S).

Slip dapat dinyatakan dalam putaran setiap menit, tetapi lebih umum dinyatakan

sebagai persen dari kecepatan sinkron.

���� (�) =��−��

�� × 100%...(2.3)

(14)

nr = kecepatan rotor

ns = kecepatan sinkron

Apabila nr<ns, (0 <s< 1), kecepatan dibawah sinkron akan menghasilkan

kopel, rotor dijalankan dengan mempercepat rotasi medan magnet, tenaga listrik

diubah ke tenaga gerak (putaran).

Bilanr= ns, (s = 0), tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan mengalir

pada kumparan rotor, sehingga tidak akan dihasilkan kopel.

Bila nr>ns, (s< 0), kecepatan di atas sinkron, rotor dipaksa berputar lebih cepat

daripada medan magnet. Tenaga gerak diubah ke tenaga listrik (daerah generator).

Dan bila s = 1, rotor ditahan, tidak ada transfer tenaga. Sedangkan s> 1, kecepatan

terbalik, rotor dipaksa bekerja melawan medan magnet (daerah pengereman).

2.3.2 Frekuensi Rotor

Ketika rotor masih dalam keadaan diam, dimana frekuensi arus pada rotor

sama seperti frekuensi masukan (sumber). Tetapi ketika rotor akan berputar, maka

frekuensi rotor akan bergantung kepada kecepatan relatif atau bergantung

tergantung besarnya slip. Untuk besar slip tertentu, maka frekuensi rotor sebesar f’

yaitu :

��− �� =120�′, diketahui bahwa �� = 120

Dengan membagikan dengan salah satu, maka didapatkan :

(15)

Telah diketahui bahwa arus rotor bergantung terhadap frekuensi rotor f’ =

sf dan ketika arus ini mengalir pada masing -masing fasa di belitan rotor, akan

memberikan reaksi medan magnet. Biasanya medan magnet pada rotor akan

menghasilkan medan magnet yang berputar yang besarnya bergantung atau relatif

terhadap putaran rotor sebesar sns.

Pada keadaan tertentu, arus rotor dan arus stator menghasilkan distribusi

medan magnet yang sinusoidal dimana magnet ini memilik magnitud yang

konstan dan kecepatan medan putar nsyang konstan. Kedua hal ini merupakan

medan magnetik yang berputar secara sinkron. Kenyataannya tidak seperti ini

karena pada stator akan ada arus magnetisasi pada kumparannya.

2.3.3 Syarat – Syarat Motor Induksi Sebagai Generator

Motor induksi tiga fasa dapat dioperasikan sebagai generator dengan cara

memutar rotor pada kecepatan di atas kecepatan medan putar (nr>ns) dan atau

mesin bekerja pada slip negatif (s <0).

�� = 120�...(2.2)

Dengan ns : Kecepatan medan putar (rpm)

f : Frekuensi sumber daya (Hz)

P : Jumlah kutub motor induksi

Sehingga ;

� =��−��

� × 100%,�� > ��...(2.6)

(16)

Dengan s : slip

ns : kecepatan medan putar stator (rpm)

nr : kecepatan putar rotor (rpm)

2.4 Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh

Fungsi penyearah atau rectifier didalam rangkaian catu daya adalah untuk

mengubah tegangan listrik bolak balik menjadi tegangan listrik arus searah [5].

Pada masalah ini akan dibahas penyearah gelombang penuh tiga fasa untuk

mengkonversi tegangan bolak balik yang diperoleh saat pengereman regeneratif

menjadi tegangan searah. Penyearah gelombang penuh tiga fasa merupakan

kombinasi dari tiga penyearah gelombang penuh yang bekerja secara bergantian

untuk setiap setengah gelombang dari gelombang masukan.

Penelitian ini menggunakan penyearah gelombang penuh dengan 6 dioda

untuk mengkonversi tegangan bolak - balik yang diperoleh dari energi kinetik sisa

saat pengereman menjadi tegangan searah. Skema rangkaian penyearah tiga fasa

gelombang penuh dapat dilihat pada gambar 2.8 berikut.

D1

D2 D4

D3 D5

D6

(17)

Gambar 2.8 Rangkaian penyearah gelombang penuh dengan 6 dioda

Prinsip kerja dari penyearah gelombang penuh dengan 6 dioda diatas sama

dengan prinsip kerja penyearah dengan 2 atau 4 dioda.Keluaran yang berdenyut

yang dihasilkan oleh penyearah, hanya sesuai untuk beberapa pemakaian. Tetapi

dalam banyak hal, denyut tersebut harus dikurangi dengan menggunakan

rangkaian penapis (filter). Rangkaian penapis ialah gabungan dari kumparan

induktansi dan kapasitor yang dirangkai sedemikian rupa sehingga energi yang

berdenyut disimpan secara bergantian didalam kumparan dan kapasitor, sehingga

arus yang mengalir dari penyearah lebih rata.

Gambar 2.9 Rangkaian filter yang digunakan untuk mengurangi denyut

keluaran penyearah

2.5 Mikrokontroler ATMega8

Mikrokontroler adalah komputer mikro dalam satu chip tunggal.

Mikrokontroler memadukan CPU, ROM, RWM, I/O paralel, I/O seri, counter

time, dan rangkaian clock dalam satu chip. Mikrokontroler pada umumnya

digunakan sebagai pengontrol kerja dari suatu sistem seperti kerja mesin dan

peralatan elektronik. Salah satu jenis mikrokontroler yang paling sering digunakan

adalah jenis AVR (Alv and Vegard’s Risc) 8 bit.

(18)

Atmega8 termasuk mikrokontroler dengan lebar jalur data 8 bit, hemat

energi dan memiliki kinerja tinggi (1 mega instruksi per detik). Kecepatan

clocknya dapat mencapai 16MHz. Memori untuk menyimpan program (PEROM)

berkapasitas 8 kilobyte. Memori untuk menyimpan data sementara (SRAM)

berkapasitas 1 kilobyte. Adapun memori untuk menyimpan data permanen

(EEPROM) berkapasitas 512 byte. Memori PEROM dapat dihapus tulis hingga

10.000 kali sedangkan memori EEPROM hingga 100.000 kali.

Mikrokontroler ATMega 8 terdiri dari 3 port utama yaitu PORTB, PORTC,

PORTD dengan total pin input/output 23 pin. Port ini digunakan sebagai

input/output digital. Adapun fungsi dari tiap pin adalah sebagai berikut :

ICP1, berfungsi sebagai timer counter 1 capture pin.

OC1A, OC1B, OC2, difungsikan sebagai keluaran PWM (pulse width modulation).

MOSI, MISO, SCK, SS, berfungsi sebagai jalur pemrograman serial.

TOSC2, difungsikan sebagai sumber clock eksternal untuk timer.

XTAL1, XTAL2, merupakan sumber clock utama mikrokontroler.

ADC6 channel digunakan untuk mengubah input tegangan analog menjadi data digital.

I2C digunakan untuk komunikasi dengan sensor atau device lain yang memiliki komunikasi data.

RESET digunakan untuk merestart program.

(19)

USART berfungsi untuk mengirimkan data serial (TXD) dan untuk menerima data serial (RXD).

Interupt berfungsi sebagai interupsi hardware.

XCX dapat digunakan sebagai sumber clock eksternal untuk USART.

T0 dan T1 berfungsi sebagai masukan counter eksternal untuk timer 1 dan timer 0.

AIN0 dan AIN1 berfungsi sebagai masukan input untuk analog comparator.

VCC berfungsi sebagai pin untuk sumber catu daya.

GND berfungsi sebagai grounding dari komponen.

AVCC merupakan pin untuk masukan tegangan ADC.

AREF merupakan input untuk tegangan referensi ADC.

Diagram pin – pin Atmega8 model PDIP dtunjukkan dalam gambar 2.10

[6].

(20)

Gambar 2.10Susunan penampang pin ATMega8

Dalam aplikasinya tidak semua pin pada ATMega8 digunakan sebagai

kontroler. Hal ini dikarenakan pada dasarnya port B, C dan D dapat digunakan

sebagai media input dan output. Port yang digunakan pada pengereman

regeneratif antara lain :

Port C6 (pin 1) : Port ini digunakan untuk me-reset atau mengatur ulang kembali program pada ATMega8 ke kondisi semula.sehingga intruksi akan dieksekusi dari

awal program.

Port D2 (pin 4) : Port ini digunakan untuk memberi instruksi mengizinkan program menjalankan eksekusi instruksi berikutnya apabila instruksi sebelumnya

telah selesai dieksekusi.

Port B6 dan B7 : Port ini digunakan sebagai clock eksternal. Dengan menambahkan komponen kristal dan kapasitor maka clock pada ATMega8 dapat

diatur guna mempercepat eksekusi perintah pada program.

(21)

Port B1 : Port ini digunakan untuk mengatur tegangan DC yang akan diinput ke rotor melalui transistor.

Port B3, B4 dan B5 : Port ini gunakan sebagai input penulisan baris program pada ATMega8.

Port B5 dan Port AVCC : Port ini digunakan sebagai kontrol switching rele.

Port C1, C2 dan D0 : Port ini digunakan untuk menampilkan parameter yang diukur melalui LCD

Port VCC : Port ini digunakan sebagai sumber catu daya pada ATMega8

Port GND : Port ini digunakan sebagai grounding dari tiap komponen pada ATMega8

2.6 Prinsip Kerja Peralatan

Peralatan dalam penelitian ini teridiri dari beberapa bagian utama yaitu :

1. Controller, bagian ini berfungsi sebagai pengatur sistem kerja dari

peralatan. Controller yang digunakan pada peralatan penelitian ini adalah

microcontroller ATMega 8. Bagian ini akan mengatur bagaimana

pengereman dan penyearahan bekerja secara berurutan. Agar bekerja sesuai

dengan kebutuhan maka microcontroller ATMega 8 harus diinput baris –

baris program yang sesuai dengan kerja peralatan yang diinginkan.

2. Penyearah gelombang penuh tiga fasa, bagian ini berfungsi untuk

menyearahkan tegangan ac menjadi tegangan dc pada saat pengereman

terjadi.

(22)

3. DC Chopper, bagian ini mengatur jumlah arus DC yang akan dialirkan

untuk mengatur putaran rotor.

4. Rele, bagian ini berfungsi sebagai pemutus hubungan motor induksi tiga

fasa dengan sumber tegangan tiga fasa.

Sistem bekerja dimulai pada saat motor induksi tiga fasa dihubungkan

dengan sumber tegangan tiga fasa. Arus sinusoidal akan mengalir pada kumparan

stator sehingga timbul medan magnet putar pada kumparan stator dengan

kecepatan putar ns. Medan magnet putar ini akan memotong kumparan jangkar

rotor. Medan magnet ini akan menginduksikan tegangan (ggl) sebesar E. Karena

rotor adalah rangkaian tertutup maka arus akan mengalir pada kumparan jangkar.

Arus pada kumparan jangkar akan berinteraksi dengan medan magnet stator

menghasilkan gaya mekanik yang akan memutar rotor.

Motor dibiarkan berputar hingga mencapai putaran nominalnya. Durasi

waktu motor berputar diatur oleh mikrokontroler ATMega 8. Sesaat setelah durasi

kerja motor maka mikrokontroler ATMega 8 akan meng-energize rele sehingga

terminal stator motor akan terputus hubungannya dari sumber tegangan tiga fasa.

Pada saat yang bersamaan mikrokontroler mengatur dc chopper untuk

menginjeksikan arus dc ke rotor motor. Pada kondisi ini rotor dalam keadaan

masih berputar untuk beberapa saat hingga akhirnya berhenti. Beberapa saat

sebelum berhenti motor akan bekerja sebagai generator.

Sesuai dengan prinsip kerja generator, apabila kumparan yang dialiri arus

listrik diputar dalam medan magnet maka akan timbul tegangan induksi. Rotor

(23)

bolak balik pada kumparan stator. Ketika pengereman terjadi terminal stator

terhubung dengan rangkaian penyearah tiga fasa gelombang penuh.Sehingga

tegangan bolak balik yang dihasilkan pada kumparan stator akan disearahkan

menjadi tegangan searah. Demikianlah peralatan ini memanfaatkan energi kinetik

putaran rotor saat pengereman, digunakan seolah - olah sebagai penggerak mula

untuk memutar rotor. Rotor yang dialiri arus listrik akan berputar dalam medan

magnet stator untuk beberapa saat sehingga motor induksi tiga fasa akan berubah

fungsi menjadi generator dan menyuplai tegangan. Sehingga model pengereman

ini disebut sebagai pengereman regeneratif.

Gambar

Gambar 2.1 Penampang stator dan rotor motor induksi tiga fasa
Gambar 2.4 Skematik diagram motor induksi rotor belitan
Gambar 2.5 Arus fasa seimbang
Gambar 2.6 Diagram fasor fluksi tiga fasa seimbang
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pakan yang diberikan selama pemeliharaan benih ikan Kakap Putih harus sesuai dengan kebutuhan benih yang dipelihara, baik dari segi jumlah, waktu, syarat fisik (ukuran dan bentuk)

efikasi dirinya sendiri. Dukungan sosial diharapkan mampu membantu remaja untuk menumbuhkan efikasi diri guna mencapai keberhasil dalam tugas perkembangannya dan

Dari hasil analisis data yang dapat dilihat pada tabel hasil uji korelasi product moment di atas, menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan pada 149 pengguna

Tidak mengherankan, konsumen dari budaya yang memiliki perbedaan nilai, berbeda pula reaksi mereka pada produk asing, iklan, dan sumber yang lebih disukai dari suatu

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh yaitu rendahnya pemahaman konsep siswa pada materi laju reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman konsep

[r]

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh modifikasi permainan terhadap teknik dasar bounce pass bola basket, antara kelas VIII C sebagai kelas kontrol dan VIII D

However, the situation changes in 2nd cycle when the teacher keep repeating the commands and showing actions used as the technique to clarify the meaning of the