• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. By: Samuel Hananiel Rory

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. By: Samuel Hananiel Rory"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi By: Samuel Hananiel Rory

 Definisi: cabang ilmu kedokteran yang mempelajari kelainan/penyakit berkaitan dengan neuro musculo skeletal cardio respirasi beserta dampaknya.

 IKFR meliputi upaya preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.  Tujuan rehabilitasi: meniadakan kecacatan bila mungkin, mengurangi

kecacatan semaksimal mungkin, serta melatih pasien dengan sisa kecacatannya dapat hidup dan bekerja.

 Gangguan fungsi:

a. Impairment: kehilangan/ketidak normalan kondisi psikologi, fisiologi, anatomi, atau fungsi.

b. Disability: keterbatasan/kekurangan kemampuan untuk melakukan aktivitas yang wajar, disebabkan oleh impairment

c. Handicap (kecacatan): hambatan individu akibat impairment dan disability yang membatasi peran wajar seseorang.

 Tim rehabilitasi:

a. Dokter: Ax-PF-PPprogram terapi

b. Fisioterapis: Ax-PFpelaksana terapi dingin, panas, masase, traksi, stimulasi listrik, terapi latihan, dll.

c. Terapis okupasi: Ax-PFpelaksana terapi motorik halus (ADL: makan, minum, berpakaian, mandi)

d. Terapis wicara: Ax-PFprogram sesuai problem bicara dan pendengaran. e. Ortetis (alat bantu) dan Prostetis (alat pengganti: kaki palsu, tangan

palsu). Terapi Fisiatrik

 Tindakan yang dilakukan di poli rehab: obat, terapi fisiatrik, modalitas dan latihan.

 Terapi fisiatrik meliputi: Fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara, ortotik-prostetik

 Fisioterapi:

a. Terapi dingin:

- Indikasi: Trauma akut (2-3 hari: Protection-Rest-Ice-Compression-Elevation), radang sendi akut, luka bakar akut

- Tehnik: kompres es, rendam air dingin,spray kloroetil b. Terapi panas

- Indikasi: analgesik, antiinflamasi, relaksasi, sedasi, vasodilatasi - KI mutlak: radang akut, trauma akut, gangg vaskuler, perdarahan,

keganasan. KI relatif: kehamilan, bayi, sakit jantung, DM.

- Alat: superficial heating (IR, kompres panas, parafin bath, heat pad), deep heating (USD, SWD, MWD).

- Komplikasi: Luka bakar, katarak, nekrosis, dehidrasi. c. Masase

(2)

d. Traksi leher dan pinggang:

- Indikasi: cervical root syndrome, gangguan otot (spasme,sprain,strain), gangg diskogenik (misal HNP grade 1-2 tpi klo uda grade 3-4 gak boleh ditraksi)

e. Rangsang listrik:

- Tujuan: kontraksi otot (misal TENS pada Bells palsy), menghilangkan nyeri, miofeedback, elektrodiagnosis (EMG).

f. Hidroterapi g. Penjaruman

 Modalitas: terapi latihan dengan menggunakan alat.  Terapi latihan: adapun macam latihan:

a. Latihan mobilitas sendi (ROM exercise):

- Pasif: bila kekuatan otot 0 (poor) atau 1 (trace) - Active assistive: bila kekuatan otot 2 (poor) - Active: bila kekuatan otot 3 (fair) ke atas

- Active resistive: bila kekuatan otot 4 ke atastermasuk latihan strengthening.

b. Latihan peregangan (Stretching) c. Latihan penguatan (strengthening):

Syarat: bila kekuatan otot 3 ke atas, dan beban yang digunakan diatas 35% kemampuan otot

- Isometrik/statik: kontraksi otot tanpa gerak sendi

- Isotonik: kontraksi otor bersamaan dengan gerak sendi (konsentrik/memendek dan eksentrik/memanjang)

- Isokinetik: prinsip gabungan isometrik dan isokinetik (perlu alat khusus yg dapat mengatur beban secara dinamik namun kec gerak

tetap/statik

d. Latihan daya tahan (endurance):

Biasanya menggunakan beban rendah, frekuensi tinggi, waktu panjang e. Latihan koordinasi:

-Koordinasi jalan: parkinson, atalgic gait, hemiplegi

-Koordinasi tangan: menulis , main piano, pekerjaan lain (motorik kasar). f. Latihan khusus (tergantung penyakit)

Pemeriksaan Rehabilitasi Medik  Urutannya sbb:

a. Identitas

b. Anamnesa: KU, RPS, RPD, keluarga, lingkungan, sosek

c. PF: pemeriksaan rutin, pemeriksaan neurologi, pemeriksaan muskuloskeletal d. PP e. Diagnosa f. Problem list g. Plan h. Goal i. Prognosa  Pemeriksaan neurologi:

(3)

a. Kesadaran

b. Status mentalis (orientasi, memori) c. Komunikasi d. Nervus kranialis e. Motorik f. Sensorik g. Refleks  Pemeriksaan muskuloskeletal: a. Inspeksi b. Palpasi

c. ROM aktif-pasif: menilai LGS dengan menggunakan goneometer, untuk mengetahui adanya kekakuan sendi (stiffnes, kontraktur).

Fleksi: kedua tulang mendekat dalam satu sendi

Ekstensi: kedua tulang menjauh dalam satu sendi

Supinasi: rotasi lengan bawah, telapak tangan menhadap ke atas

Pronasi: rotasi lengan bawah, telapak tangan menghadap ke bawah

Abduksi: gerakan menjauhi garis tengah badan

Adduksi: gerakan mendekati garis tengah badan.

Plantarfleksi dorsoflekasi

Sendi bahu Flex-Ext: 180-60

Abduksi-adduksi: 180-75 Int rotasi-ext rotasi: 80-60 Sendi siku Fleksi: 0-150

Sendi perg tangan

Dorso-plantar (ekst-fleks): 70-80

Pronasi-supinasi Sendi jari Abduksi-adduksi Fleksi MCP: 0-90 Pleksi PIP: 0-100 Sendi panggul Fleksi-ekstensi

Abduksi-adduksi Int-ext rotasi

Sendi lutut Fleksi-hiperekstensi Sendi perg kaki Dorso-plantar: 20-50

Inversi-eversi d. Kekuatan otot (MMT)

0 (zero) Tidak terlihat dan teraba adanya kontraksi otot

1 (trace) Hanya terlihat dan teraba kontraksi otot, tidak ada pergerakan sendi yang dihasilkan

2 (poor) Gerakan aktif, LGS penuh bila gravitasi dihilangkan 3 (fair) Gerakan aktif. LGS penuh dengan melawan gravitasi

(4)

4 (good) Gerakan aktif, LGS komplit dengan melawan gravitasi, dengan tahanan moderat

5 (normal) Gerakan aktif, LGS komplit melawan gravitasi, dengan tahanan penuh

e. Stabilitas sendi

Cerebral Palsy

 Definisi: gangguan kontrol postur dan gerak yang non progresif dan terjadi saat otak belum mature.

 Tipe CP: a. CP spastik b. CP diskinetik: - Tipe atetosis - Tipe ataksik - Tremor c. CP campuran: - Spastik-diskinetik  Diagnosis CP (Anamnesa)

1. Identitas: tanyakan tingkat pendidikan ortu, pekerjaan ortu, jaminan kesehatan ortu,

2. RPS:

- Apa yang bisa dilakukan sekarang

- Apa yang tidak bisa dilakukan sekarang (gangguan berbicara, - Bandingkan dengan Milestone:

Head control 3 bulan

Turn Over 5 bulan

Sit up 7 bulan

Merangkak 8 bulan

Pulling to stand 10 bulan Berdiri sendiri 14 bulan Berjalan tanpa bantuan 15 bulan 3. RPD:

- Riwayat pre natal: Dari IBU (saat hamil apa ibu pernah menderita penyakit spt: kejang, tiroid, hipertensi,infeksi TORCH; trauma

kehamilan; perdarahan trim 3), dari JANIN (sungsang, komp plasenta, BBLR, prematur, gemelli)

- Riwayat perinatal: partus macet, distosia, asfiksia - Riwayat posnatal: trauma, meningitis, ensefalitis - Riwayat imunisasi

4. Riwayat keluarga dengan CP  Pemeriksaan Fisik:

(5)

a. Asymmetrical tonic neck reflex: anak dalam posisi telentang, putar kepala ke satu sisi dan sisi lainfleksi anggota gerak atas bawah pada sisi skull dan ekstensi pada sisi wajah. Normal sampai usia anak 7 bulan.

b. Neck Righting reflex: ketika kepala diputar se satu sisi maka badan dan bahu secara simultan akan bergerak mengikuti. Normal sampai usia anak 10 bulan.

c. Moro reflex: refleks ini dibangkitkan dengan rangsangan yang tiba2 seperti: suara yang keras , memukul meja atau ekstensi leher tiba2 (tangan kanan megang punggung dan tangan kiri pegang

kepala)fleksi paha dan lutut bayi, jari tangan menyebar kemudian mengepal, kedua tangan mulanya bergerak ke luar kemudian

bersama-sama seperti hendak memeluk. Normal sampai usia 6 bulan. d. Symmetrical tonic neck reflex: anak dalam posisi merangkak, lakukan

fleksi leherfleksi forelimb dan ekstensi hind-limb tapi sebaliknya kalai ekstensi leherekstensi forelimb dan fleksi hind limb. Normal sampai usia 6 bulan.

e. Extensor thrust: anak diangkat lalu diturunkan sehingga kedua kaki menyentuh lantainormal kedua kaki akan fleksi (abnormal bila ekstensi).

f. Parachute: normal muncul setelah usia anak 11 bulan g. Stepping.

2. Tipenya spastik atau flaksid

3. Bila bisa berjalan perhatikan gait yang abnormal: rolling, combat, w sitting.

4. Kalau bayi: iritabel, isapan lemah, high pitch cry

5. Apa ada deformitas: tilting of the pelvic bone dan skoliosis 6. Cek refleks fisiologis umumnya meningkat

 gangguan (problem list pasien CP): gangguan pertumbuhan, gangguan pergerakan, gangguan penglihatan dan pendengaran, gangguan berbicara, gangguan menelan, gangguan gigi, gangguan bowel dan bladder.

 Tujuan rehab pasien CP:

a. Mencegah timbulnya komplikasi b. Meningkatkan skill motorik

c. Komunikasi, ADL, mobilisasi, walking

 Komplikasi CP: gangguan nutrisi berat akibat sulit menelan, atrofi dan kontraktur, inkotinesia urine, kelemahan otot tengggorokan mulut dan lidah shg anak berliur.

 Tehnik rehab pasien:

a. Nilai refleks primitif yang masih ada pada anak dan perlakukan anak sesuai dengan usia refleks primitifnya

b. Salah satu penghambat perkembangan motorik ialah adanya refleks primitif, segera hilangkan refleks primitif dengan gerakan yang

(6)

c. Fisioterapi: Cegah komplikasi atrofi dengan melakukan peregangan pada otot yang spastik (stretching), latih kekuatan otot secara pasif dan aktif (strengthening)  Ajar latihan duduk, berdiri dan berjalan ,

d. Terapis okupasi: latih motorik halus (memegang bola,dll)

e. Terapis wicara: Ajar anak untuk menghisap, menelan, berbicara. f. Orthetik (alat bantu jalan) dan prostetik

g. Bowel dan bladder training  Prognosis pasien CP: ATNR 1 Neck right 1 Moro 1 STNR 1 Ext thrust 1

Parachute (sebaiknya ada) 1 poin bila absent Stepping (sebaiknya ada) 1 poin bila absent Bila skor 2 atau lebih = prognosis buruk berjalan

Bila skor 1 = mungkin berjalan Bila skor 0 = prognosis baik Stroke

 Problem list pasien stroke: a. Hemiplegia

b. Disartria dan afasia c. Disfagia, drooling d. Neurogenic bladder e. Neurogenic bowel

f. Subluksasi dan nyeri bahu

 Prinsip rehabilitasi pasien stroke ialah: tahapan latihan penderita haruslah mengikuti tahapan perkembangan refleks. Awalnya refleks primitif mungkin dimanfaatkan, namun kemudian ditekan dan selanjutkan digantikan dengan refleks/reaksi yang lebih tinggi, yaitu reaksi tegak dan reaksi keseimbangan.  Kapan memulai rehabilitasi pada pasien stroke:

a. SNH: rehabilitasi sedini mungkin (hari 2-3) namun bila dengan komplikasi infark (minggu 2-3)

b. SH: rehabilitasi mulai hari 8-9  Tindakan rehabilitasi:

a. Bed proper positioning: intinya ialah membuat pasien dalam kondisi yang comfortable:

- Penderita diletakkan dalam posisi yang melawan spastisitas. Posisi ini dapat dilakukan dalam posisi miring kanan-telentang-miring kiri (@2 jam).

Bahu tertarik ke belakang dan bawah Ganjal bantal di bawah bahu Lengan atas endorotasi Lengan atas eksorotasi

Siku fleki Siku ekstensi

(7)

Pergelangan tangan dan jari fleksi Ekstensi pergelangan tangan dan jari sedikit fleksi serta abduksi ibu jari (gunakan botol aqua)

Panggul retraksi Ganjal bantal di di bawah panggul agar panggul protraksi

Paha eksorotasi Paha endorotasi

Sendi lutut ekstensi Sendi lutut fleksi

Pergelangan kaki plantar fleksi Pergelangan kaki dorsofleksi b. Secara bertahap naikkan sandaran kepala tempat tidur sebelum memulai

latihan duduk. Mulai dari 30 derajat selama 30 menit dan setelah stabil (cek tensi tidak ada hipotensi postural) naikkan 5-10 derajat lagi hingga posisi duduk. Inget untuk latihan duduk harus melalui tahap

perkembangan motorik anak melalui latihan rolling: telentang-tengkurap-telentang.

c. Setelah duduk, lakukan sitting balance exercise: badan didorong ke kanan-kiri-muka-belakang.

d. Lakukan latihan ROM secara pasif dan berlanjut aktif, latihan meliputi stretching-strengthening-endurance.

e. Latih motorik kasar dan motorik halus pasien. Inget bahwa pasien stroke hemiplegik cenderung untuk mengabaikan sisi sakit, oleh karena itu selalu sertakan sisi yang sakit.

f. Latihan berdiri: tahapan latihan berdiri melalui jalur: lying

(baring)-rolling(tengkurap)-propping(tengkurap secara kuadripedal bertumpu pada kedua siku dan lutut)-kneeling-sitting-standing (dibantu caranya latihan berdiri dari posisi duduk). Inget syarat latihan berdiri hanya bila MMT otot ekstremitas bawah 3 ke atas dan sudah mencapai keseimbangan duduk. g. Latihan berjalan: di parallel bars dan walker bertujuan untuk melatih

keseimbangan, simetri, dan toleransi berdiri. h. Latihan transfer pasien hemiplegia:

i. Latihan terapi wicara untuk problem kesulitan menelan, drooling dan disartria: latihan mengatup dan membuka mulut, merapatkan bibir, mengunyah. Masukkan makanan lunak minta pasien untuk mengunyah dapat dibantu secara pasif.

j. Bladder training: kateterisasi berkala (clean unsterile) k. Bowel training: evakuasi manual feses

l. Ankle pumping

m. Latihan nafas (breatthing exercise) selalu disertakan dalam setiap latihan yang dilakukan.

Nyeri Bahu  Anamnesis:

1. KU pasien ialah nyeri bahu. Tanyakan intensitas nyeri dan keterbatasan LGS, meningkat dari hari ke hari yg memaksa untuk mencari pengobatan. 2. Tanyakan apa nyeri menyebabkan gangguan aktivitas sehari hari, spt

(8)

3. Tanyakan apa ada riwayat jatuh dengan posisi lengan teregang

4. Tanyakan jenis pekerjaan pasien (berhub dengan nyeri bahu) biasanya petenis, atlet volley, penebang pohon, bahkan ibu rumah tangga, wanita sering memakai tas di satu sisi.

 Pemeriksaan fisik:

1. Nyeri tekan/nyeri gerak pada jaringan lunak yang cedera

2. Saat berjalan, tangan sisi yang sakit ditopang posisi adduksi dan internal rotasi

3. Spasme/atrofi otot, mungkin ada tanda-tanda radang atau fraktur. 4. Keterbatasan LGS:shrugging mekanisme (abduksi dan eksternal rotasi) 5. Appley scratch: merupakan tes tercepat untuk mengetahui LGS aktif. Pada

frozen shoulder, pasien tidak dapat melakukannya: menggaruk angulus medial skapula dengan tangan sisi kontralateral melewati belakang kepala. \  Pemeriksaan penunjang: 1. Foto polos 2. Artrografi 3. CT scan 4. MRI 5. Lab

 Beberapa keadaan yang menyebabkan nyeri bahu: 1. Dislokasi atau subluksasi sendi bahu

2. Ruptur tendon

3. Ruptur rotator cuff/otot sekitarnya 4. Tendinitis, pericapsulitis, bursitis 5. Fraktur

6. Painfull hemiplegic shoulder 7. Heterotrophic osifikans  Tujuan/goal:

1. Sehubungan dengan nyeri

2. Mempertahankan dan menaikkan ROM 3. Mengurangi spasme, atrofi, kontraktur 4. Menaikkan kekuatan otot

5. Modifikasi aktivitas  Penatalaksanaan:

1. Pilihan awal terapi medikamentosa

2. Bila belum membaik kombinasikan dengan rehabilitasi medik: a. Terapi panas: bila kronik

b. Terapi latihan: stretching-strengthening-endurance untuk menaikkan ROM dan kekuatan otot.

c. Terapi okupasi: terutama untuk aktivitas ADL seperti gerakan menyisir, mengancing baju, menggosok punggung

d. Ortotik: alat bantu seperti sling n bidai untuk fase akut 48 jam pertama untuk imobiliasasi shg mengurangi pergerakan dan rasa nyeri.

(9)

Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)  Etiologi:

1. Mekanik: deformitas, trauma yg menyebabkan cedera pada tulang, sendi, ligamen

2. Degeneratif: osteoartritis

3. Infeksi: osteomyelitis, abses subarakhnoid, TB 4. Metabolik: osteoporosis, osteomalacia

5. Neoplasma: myeloma, hodgkin, ca pankreas, metastase ca dari mammae, prostate, lung.

6. GI: pankreatitis, kolelitiasis, IBD 7. Renal: batu ginjal

8. Ginekologik: ca uterus dan ca ovarium, dismenorea 9. Psikogenik

10.Kelainan postur: akibat lordosis berlebihan  Anamnesa:

1. Tanyakan apa nyeri belokasi setempat atau menjalar ke ekstremitas bawah

2. Tanyakan tentang etiologi

3. Tanyakan ttg kebiasaan: memakai high heel 4. Tanyakan riwayat pekerjaan

 Pemeriksaan fisik: 1. Inspeksi:

a. Leher: tortikolis b. Bahu: asimetris c. Pelvic obliquity

d. Café au lait, cicatrix, benjolan 2. Palpasi: nyeri tekan, spasme otot 3. Periksa LGS

4. Pemeriksaan neurologi: motorik dan sensorik  Pemeriksaan penunjang:

1. Lab : DL, UL

2. Foto polos: Ap/lateral/oblik 3. Mielografi

4. CT scan  Rehabilitasi:

1. Terapi panas: IR, UV, SWD.

2. Stimulasi listrik: memblok rangsang sakit 3. Traksi lumbal: menurut indikasi

4. Terapi latihan: stretching ligamen, strengthening otot (pelvic tilt, cat and camel, gluteal stretch, dll)

5. Terapi edukasi: mengajarkan teknik pemeliharaan sendi dan cara gerak tubuh yang benar

- Bagaimana cara mengangkat barang

- Bagaimana posisi berdiri (bersandar), duduk, dan tidur (tidak memakai bantal ukuran besar)

(10)

Sindroma dekondisi

Komplikasi yang biasanya menyertai pasien dengan hemiplegia, paraplegia, maupun kuadriplegia ialah komplikasi akibat imobilisasi yang lama. Adapun komplikasi itu meliputi:

a. Kelemahan dan atrofi otot. Untuk mencegahnya lakukan latihan penguatan otot (isometrik, isokinetik dan isotonik)

b. Kontraktur sendi (terbatasnya LGS akibat pemendekan struktur jaringan lunak sendi). Untuk mencegahnya lakukan latihan ROM secara pasif atau aktif (10-15x gerakan, 1x per hari). Sementara untuk koreksi kontraktur lakukan:

- Terapi panas untuk fleksibiltas jaringan lunak dan mengurangi nyeri - Lakukan stretching (peregangan)

- Berikan cast atau brace

- Bila sudah tidak berhasil (mank biasanya kontraktur sudah harus pisauterapi): lakukan kapsulotomi, tendon lengthening, dll). c. Ulkus dekubitus

Penderita yang biasanya terjadi ulkus dekubitus: - Penderita SCITetraplegia, paraplegia - Penderita post strokehemiplegia

- Penderita post operasi dgn imobilisasi lama - Pasien inkotonensia urin

- Pasien infeksi, anemia, hipoproteinemia - Pasien DM’

Ulkus biasanya terjadi dimana saja: - Oksiput

- Margo inferior skapula - Sakrum

- Tuber iskiadikum - SIAS

- Trokanter - Maleolus lateral

Bagaimana MENCEGAH ulkus dekubitus:

- Bed proper positioning untuk mencegah terjadinya friksi - Mengubah posisi tiap 2 jam (termasuk saat penderita tidur) - Nutrisi yg cukup

- Hygiene yang baik (kulit selalu kering dan bersih) Bagaimana MERAWAT ulkus dekubitus:

- Hilangkan tekanan

- Tindakan debridement luka (bersihkan) - Pencegahan dan terapi infeksi

- Tindakan bedah bila ulkus sudah mencapai derajat 4 (mengenai tulang)

d. Gangguan metabolik: Keseimbangan negatif nitrogen dan Keseimbangan negatif kalsiumosteoporosis dan hiperkalsiuria. Untuk mencegah: segera lakukan mobilisasi, latihan penguatan otot, diet tinggi protein, kurangi diet kalsium.

(11)

f. Gangguan kardiovaskuler dan pulmonal: hipotensi ortostatik(untuk mencegah: latihan dimulai dengan menaikkan sandaran kepala),

Tromboemboli (trombosis vena/DVT dan emboli paru)untuk mencegah latihan ekst bawah dengan ankle pumping.

g. Deterorisasi psikologis: deteorisasi intelektual dan emosi. Untuk mencegah perlu dukungan keluarga, dokter, ahli psikologis, dll.

Yg kemarin didiskusikan dokter mirna

 Pasien post op Total hip replacement: untuk tidur diberi ganjal guling di antara kedua kaki untuk mencegah adduksi dan internal rotasi sendi panggul dan mencegah lepasnya femur dari asetabulum

Bed positioning (referat k aidil)

 Tujuan utamanya ialah agar pasien senyakan mungkin dan menghindari terjadi komplikasi yg tidak diinginkan akibat salahnya postur dan imobilisasi.  Alat penunjang: bed (20-30 inch), foot board, short ride rails.

 Langkah:

a. Posisikan pasien telentang, diganjal bantal, lakukan mobilisasi di temopat tidur miring kanan dan miring kiri (@tiap 2 jam dasarnya ialah 2 jam menyebabkan aliran darah vaskuler terganggu). Posisi: ganjal bantal di bawah bahu yang sakit, bahu abduksi, siku ekstensi dan tangan

supinasimencegah subluksasi bahu dan tumbuhnya jamur. Sementara wrist ekstensi dan jari fleksi dengan memegang botol akua kecil.

b. Setelah itu mulai naikkan tempat tidur bgn kepala awal 30 selama 30 menit lalu naikkan 10 sampai posisi dukuk

Osteoartritis  Anamnesis:

a. Faktor resiko: obesitas, usia>50 tahun, wanita, trauma pekerjaan, kebiasaan memakai sepatu hak tinggi.

b. Penyebab: OA primer idiopatik, OA sekunder penyebabnya antara lain: post trauma, infeksi, avaskuler nekrosis, dll

c. Gejala: nyeri meningkat dengan pergerakan, asimetris, tanda radang.  PF:

a. Tanda radang

b. Abnormalitas anatomi sendi

c. LGS sendi yang terbatas karena nyeri d. Kontraktur

 PP:

a. Foto rontgen (osteofit dan penyempitan celah sendi) b. Artroskopi

c. MRI

(12)

a. Edukasi: kurangi BB, jangan pakai sepatu hak, jangan angkat berat, pegangan saat naik tangga, jangan berdiri terlalu lama.

b. Terapi dingin untuk fase akut (24-48 jam)

c. Terapi panas (IR,dll) untuk mengurangu nyeri dan mencegah kekakuan sendi.

d. Terapi latihan untuk pasien artritis (referat amel):

1. Fase akut: sebaiknya bed rest dahulu selama 2 hari kemudian datang kontrol. Kemudian dipasang bidai atau splint selama 2 hari juga untuk imobilisasi dan dilakukan latihan isometrik. Setelah bidai dilepas

lakukan latihan gentle joint movement yakni latihan strengthening dan ROM exercise secara aktif dibantu.

2. Fase subakut: merupakan periode antara fase akut dan kronik

kekambuhan. Penting untuk menjaga kesehatan umum dan mencegah kekambuhan pada pasien. Latihan dilanjutkan dengan menggunakan alat bantu dengan menggunakan kruk, crutches.

3. Fase kronik: pada tahap ini bila dibiarkan, pasien akan jatuh dalam kontraktur sendi. Oleh karena itu pentingnya melakukan terapi latihan di fase akut dan subakut agar tidak jatuh dalam kontraktur.

Intinya ada 2 terapi latihan artritis:

1. Terapi latihan stretching,strengthening, enduranceuntuk mencegah atrofi, meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.

2. Latihan ROM pasif dan aktif.  Inget Goal terapi artritis:

a. Kontrol pain b. Increase mobility

c. Increase strength and endurance Skoliosis

 Faktor resiko:

a. Struktural: kongenital, CP, artritis

b. Non struktural: Leg length discrepancy, spasme otot punggung, habitual asymmetric posture

 Klasifikasi skoliosis:

a. Skoliosis ringan: kurva < 20 b. Skoliosis sedang: 20-50 c. Skoliosis berat >50  Diagnosis:

a. Anamnesis: riwayat etiologi, kebiasaan, postur, pekerjaan

b. PF: Postural assesment (inspeksi anterior, lateral dan posterior: level bahu asimetris, skapula yang prominens di sisi konveks, protrusi hip satu sisi, pelvic obliquity), flexibility of the curve (lateral dan forward bending untuk melihat adanya hump), periksa chest ekspansi (total lung capasity)

c. PP: Radiologis.  Komplikasi skoliosis:

a. Deformitas b. Kelainan jantung

(13)

c. Kelainan paru  Tujuan terapi:

a. Mencegah progresifitas dan mempertahankan keseimbangan b. Mempertahankan fungsi respirasi

c. Mengurangi nyeri dan memperbaiki status neurologis d. Kosmetik

 Tiga kategori penanganan penderita skoliosis:

a. Skoliosis ringan: cukup diterapi dengan latihan, massage, dan modalitas b. Skoliosis sedang: selain latihan, massage, modalitas, dan dianjurkan

memakai spinal brace.

c. Skoliosis berat: umunya uda gak dapat diatasi dengan terapi sebelumnya, jadi perlu operasi.

1. Nah untuk observasi, saat pertama datang kan pasien foto, lalu foto kontrol dilakukan 3 bulan kemudian, lalu 6-9 bulan berikutnya bagi derajat <20 dan 4-6 bulan bagi yang derajatnya >20.

2. Latihan: prinsip derotasi, elongasi, fleksibilitas.Tujuan latihan adalah menguatkan otot stabilitator trunk, dan secara aktif mengoreksi kurva 3. Massage: tujuan untuk relaksasi dan mengurangi spasme. Tehnik:

effleurage, stripping, friction.

4. Modalitas: Traksi dan elektrostimulasi dilakukan di sisi konveks yaitu otot yang lemah.

Hernia Nuleus Pulposus  Anamnesis:

1. Gejala: nyeri punggung bawah yang menja;ar ke salah satu tungkai/kaki 2. Riwayat pekerjaan, trauma, dan etiologi yang lain

3. Aktivitas apa yang terbatas sekarang 4. Gangguan BAK dan BAB

5. Ada kelumpuhan/kelemahan otot 6. Riwayat sosek

 PF:

1. Gait/cara berjalan (antalgic gait) dan Postur

2. Look, fell, move vertebrae lumbal (apa ada spasme paravertebral) 3. Neurologis: ROM, sensorik, motorik, refleks

4. Laseque, patrick, kontrapatrick  PP:

1. Laboratorium

2. Foto rontgen thoraks 3. MSCT lumbosacral 4. EMG

 Goal terapi:

1. Mengurangi/menghilangkan nyeri 2. Memperbaiki postur tubuh

3. Memperbaiki kekuatan otot punggung dan abdomen  Terapi rehabilitasi:

(14)

2. Terapi panas setelah fase akut

3. Latihan penregangan dan penguatan otot pasien LBP 4. Masase

5. Edukasi cara mengangkat benda yag benar, posisi tubuh yang benar  Operasi pada HNP dilakukan bila terjadi kelemahan, nyeri hebat, dan

gangguan bladder, bowel. Brachial Palsy

 Nah kalo brachial karena trauma lahir ada 2 yakni: erb paralisis dan Klumpke dejerine palsy.

 Anamnesis:

a. Tanyakan riwayat kelahiran, apa ada partus macet/distosia bahu. b. Tanyakan apgar scorenya

c. Trauma setelah lahir  PF:

a. Inspeksi dan palpasi: ada kemerahan, fraktur,dll  PP:

a. Foto polos bahu b. EMG

 Rehabilitasi:

Yang penting ialah abduksikan bahu dan ekstensikan siku selama 3 bulan untuk mengurangi edema dan penekanan pada saraf brachialis

Bells palsy

 Definisi: gangguan kelumpuhan otot wajah karena parese N 7 perifer.  Etiologi: penekanan pada N 7 perifer

 Gejala: d.

Referensi

Dokumen terkait

SD MITRA pembaca Penggunaan Bahasa Indo- nesia yang baik dan benar : Bahasa Indo- nesia yang baik dan benar di- gunakan dalam penulisan tabel Bahasa Indonesia yang

Cara pembentukan endapan dengan menambahkan bahan pengendap tidak dalam bentuk jadi, melainkan sebagai suatu senyawa yang dapat menghasilkan pengendap tersebut.. Exp: Hidrolisa

Munculnya internet kedalam kehidupan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat khusunya di SMA N 2 Lubuk Basung Kabupaten Agam yang telah ada jaringan internet

Berdasarkan validasi yang dilakukan oleh praktisi lapangan yaitu guru Biologi SMAN 1 Lawang didapatkan hasil bahwa media layak digunakan dalam pembelajaran materi

Ketika dilaksanakan perkemahan regu Rajawali terdiri atas 9 anggota, setiap anggota membawa beras sebanyak ½ kg?. 20% apel

Tebal total perkerasan lentur landas pacu untuk tipe High Strength Bound Base Material diperolah setebal 621 mm, yang terdiri atas 40 mm Marshall Asphalt Surface Course , 60 mm

Kun kahden renkaan kuormitus on sama, suuri-ilmatilaisen renkaan ilmanpaine voi olla pienempi kuin pieni-ilmatilaisen.. Osittain tähän perustuu matalaprofiilirenkaissa

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu untuk menganalisis pengaruh ekspektasi pelanggan, kualitas produk, harga, lokasi, promosi