K3
PERTAMBANGAN
1
Bahan Kuliah: K3 & UU Pertambangan
Program Studi Teknik Pertambangan
Fakultas teknik Jurusan Teknik Geologi
Universitas Hasanuddin
2011
DAFTAR ISI
1. Perencanaan & Operasi Tambang
2. Masalah K3 di Operasi Tambang Terbuka di Indonesia
3. Peraturan & Perundangan K3 di Pertambangan
4. Sistem Menejemen K3
5. Menejemen Darurat
1. PERENCANAAN &
OPERASI TAMBANG
4
TAHAPAN KEGIATAN PENAMBANGAN
Studi Konseptual
Penilaian karakteristik fisik & kuantitas OB dari beberapa metode, tataletak &
Sistem penambangan
Studi Rekayasa
Kuantifikasi & pembandingan konsep2 yg telah dihasilkan agar diperoleh
Rancangan & biaya yg pasti
Studi Rancangan Rinci Spesifikasi & gambar konstruksi
dari metode yg dipilih
Laporan Rekayasa Final Keputusan investasi, pengadaan
Penyelidikan Umum Studi Kelayakan AMDAL Menguntungkan Persiapan Penambangan Penambangan Pengolahan & Pemurnian Pengangkutan Eksplorasi Arsip
• Keberadaan mineral & batubara adalah
suatu karunia
• Lokasinya “given”, tersebar tidak merata &
tidak terbarukan
• Temuan cadangan ekonomis ±1% dari
total projek eksplorasi
• Padat modal & menggunakan peralatan
besar & berteknologi
• Resiko tinggi: ekonomi, politik,
sosial
(PETI),
K3 & lingkungan (PETI)
• Pionir pembuka daerah terpencil &
pembangkit perubahan ekonomi & sosial
dengan cepat
• Ongkos penambangan & nilai bijih fungsi
waktu
•
Mengubah rona lingkungan awal
• Harus selalu menemukan cadangan baru
• Karakteristik teknologi - digital
• Bersifat sementara, selanjutnya diikuti
dengan tahap rehabilitasi, reklamasi, dan
pengakhiran tambang (
mine closure
)
KLASIFIKASI PENGGALIAN
Lunak - keras
PENGANGKUTAN
BATUBARA
RONA MUKA
PENAMBANGAN
BIJIH
Tahapan Penerowongan
Pembongkaran
Pemuatan
ROOM & PILLAR DAN CUT
& FILL STOPING
TAMBANG BAWAH
TANAH
2. MASALAH K3 DI OPERASI
TAMBANG TERBUKA DI
RESIKO
Terjadi pada saat
energi atau orang
ditempatkan pada
suatu bahaya. Contoh
-orang berjalan diatas
tumpahan oli
13
BAHAYA
Sesuatu yang bisa
mencelakai. Contoh
ISU K3 UMUM DI DAERAH PERTAMBANGAN
Daerah terpencil tidak memiliki latar belakang pendidikan yang
cukup untuk kepedulian K3L
24 jam/hari, 365 hari/tahun,
Cuaca panas dan lembab
Curah hujan 3000-4000 mm/tahun
Intensif penggunaan tenaga kerja sebagai operator
3. PERATURAN & PERUNDANGAN
K3 PERTAMBANGAN
TIGA FAKTOR UTAMA
SELAMAT MOBIL/TRUK
Lakukan refresh training untuk semua pemilik pengemudi
Pit Acces
Rencanakan defensive driving training secara periodik
Lakukan precheck LV secara periodik dan pastikan follow
up action sekiranya dijumpai hal-hal yang dianggap dapat
melanggar aturan K3
LV masuk pit harus memiliki radio trunking dan harus
selalu hidup
Dilarang mengendarai LV jika salahsatu hand
brake-brake, steering wheel dan seat belt tidak berfungsi. Hanya
LV ber-doble garden yang boleh masuk pit & gunakan di
dalam pit
Tidak meninggalkan LV dalam keadaan hidup. Buat
mekanisme agar mesin mati dan rotari tetap hidup jika
ditambang.
PERATURAN & PERUNDANGAN DALAM K3
PERTAMBANGAN
UU No. 11 Tahun 1967 Tentang Ketentuan Pokok Pertambangan
PP No. 32 Tahun 1969 Tentang Pelaksanaan UU. No. 11/1967 Tentang Ketentuan Pokok Pertambangan
UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
PP No. 19 Tahun 1973 Tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan
PP No. 37 Tahun 1986 Tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan di Bidang Pertambangan Kepada Pemerintah Daerah Tingkat I
Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum No. 1245.K/26/DDJP/1993 Tentang Pelaksanaan Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Serta Lingkungan Pertambangan Bidang Pertambangan Umum
KepMen PE No. 2555.K/201/MPE/1993. Pelaksana Inspeksi Tambang (PIT) Bidang Pertambangan Umum
KepMen PE No. 555.K/26/MPE/1995 Tentang Keselamatan & Kesehatan Kerja Bidang Pertambangan Umum
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No:05/PERMEN/1996
21
KEPMEN PE NO. 555.K/26/MPE/1995. KESELAMATAN &
KESEHATAN KERJA BIDANG PERTAMBANGAN UMUM
Terdiri dari: 10 Bab
1 Bab. Ketentuan Peralihan 1 Bab. Penutup
Berisi: 555 Pasal
Bab. I. Ketentuan Umum (Pasal 1 s/d 51)
Bab. II. Bahan Peledak & Peledakan (Pasal 52 s/d 79) Bab. III. Lingkungan Tempat Kerja (Pasal 80 s/d 91)
Bab. IV. Sarana Tambang di Permukaan (Pasal 92 s/d 227) Bab. V. Pemboran (Pasal 228 s/d 238)
Bab. VI. Tambang Permukaan (Pasal 239 s/d 257) Bab. VII. Kapal Keruk (Pasal 258 s/d 294)
Bab. VIII. Tambang Bijih Bawah Tanah (Pasal 295 s/d 489) Bab. IX. Tambang Batubara Bawah Tanah (Pasal 490 s/d 551) Bab. X. Sanksi (Pasal 552)
Bab. XI. Ketentuan Peralihan (Pasal 553)
Bab. XII. Ketentuan Penutup (Pasal 554 dan 555)
Peraturan & SOP
22
TUJUAN PERATURAN K3 OPERASIONAL
PERTAMBANGAN
Dasar:
kenali resiko, peningkatan produktvitas, efisiensi dan biaya efektif, dan
dari peraturan yang bersifat rinci dan kaku menjadi umum, fleksibel &
operasional.
Tujuan:
untuk melindungi karyawan dari timbulnya penyakit, kecelakaan dan
kelangsungan usaha dari sebuah industri atau pengusahaan pertambangan
dengan memperhatikan kriteria & analisa resiko melalui menejemen resiko
KEPMEN PE NO. 555.K/26/M.PE/1995.
KEPALA TEKNIK TAMBANG
Setiap usaha pertambangan harus memiliki KTT sebagai penanggung jawab terhadap
dilaksanakannya/terlaksananya peraturan perundangan yg berlaku tentang K3 pada lingkungan
Pertambangan Umum. KTT juga sebagai moderator atas dilaksanakannya peraturan bidang K3L dan
perintah, larangan, petunjuk dari PIT setelah melakukan investigasi & inspeksi di lapangan.
KEPALA TEKNIK TAMBANG: seseorang yang mempunyai kedudukan jabatan tertinggi pada level kesatu
(top manajer) pada garis lini komando struktur organisasi di lapangan.
WAKIL KEPALA TEKNIK TAMBANG: seseorang yang mempunyai kedudukan jabatan level kedua pada
garis lini komando struktur organisasi di lapangan. Bisa menjabat KTT bila KTT tidak ada di tempat
(acting KTT). Dapat diusulkan orang yang mempunyai kedudukan jabatan pada level ketiga pada garis
lini komando struktur organisasi dilapangan, tetapi tidak bisa menjabat KTT bila KTT berhalangan /
tidak berada di tempat.
KEDUDUKAN KTT: harus di lapangan dimana kegiatan usaha pertambangan dilakukan.
BILA KTT TIDAK BERADA DI TEMPAT: karena cuti atau mendapat tugas atau mengikuti kursus dll, harus
menyerahkan tugasnya kepada wakil KTT atau yang ditunjuk dan menuliskan pada buku tambang
serta mengirim kopinya kepada KAPIT
PENGERTIAN KECELAKAAN
Insiden: kontak yg dapat menyebabkan kerugian atau kerusakan. Penyebab
potensial kecelakaan adalah kontak dengan energi diatas kemampuan tubuh atau
struktur. Contoh: benda terbang atau bergerak mengandung energi kinetik yg
berpindah ke tubuh. Apabila energi yg berpindah terlalu besar dapat menyebabkan
kerugian atau kerusakan. Kenyataan bahwa tidak hanya energi kinetik, tetapi juga
energi listrik, energi panas, maupun energi kimia.
Kecelakaan: sesuatu yg tidak diinginkan yg mengakibatkan kerugian pada
manusia, kerusakan pada bangunan dan kerugian pada proses. Umumnya
Kecelakaan terjadi akibat hasil kontak substansi (zat) dengan sumber energi
(kimia, panas, akustik, mekanik, listrik, dan lain lain) diatas batas kemampuan
tubuh atau struktur.
Kecelakaan tambang memenuhi 5 Kriteria
1. Benar-benar terjadi
2. Mengakibatkan cidera pekerja tambang atau orang yang diberi izin oleh
Kepala Teknik Tambang
3. Akibat kegiatan usaha pertambangan
4. Terjadi pada jam kerja pekerja tambang yang mendapat cedera atau setiap
saat orang yang diberi izin dan
5. Terjadi didalam wilayah kegiatan usaha pertambangan atau wilayah proyek
KepMen PE No. 555.K/26/M.PE/95.
Kecelakaan Tambang & Kejadian Berbahaya
-Pasal 39
Slide 25
KEPMEN PE NO. 555.K/008/M.PE/1995. KATEGORI CIDERA
AKIBAT KECELAKAAN TAMBANG - PASAL 40
1. Cidera ringan
Cidera akibat kecelakaan tambang yg menyebabkan pekerja tambang tdk mampu melakukan tugas semula selama > dari 1 hari; Tumpahan yang relatif kecil; Dapat diatasi oleh sumber daya yang ada di perusahaan; Tidak ada potensi untuk eskalasi
2. Cidera berat
Cidera akibat kecelakaan tambang yg menyebabkan pekerja tambang tdk mampu melakukan tugasnya semula selama > 3 mg termasuk minggu & hari hari libur; Cidera akibat kecelakaan tambang yg
menyebabkan pekerja tambang cacat tetap (invalid) yg tidak mampu menjalankan tugasnya semula; Cidera akibat kecelakaan tambang yg tidak tergantung dari lamanya pekerjaan tambang tidak mampu melakukan tugasnya semula, tetapi mengalami cidera seperti salah satu dibawah ini: keretakan tengkorak kepala, tulang punggung, pinggul, lengan bawah, lengan atas, paha atau kaki; pendarahan di dalam, atau pingsan
disebabkan kekurangan oksigen; luka berat atau luka terbuka/terkoyak yang dapat mengakibatkan ketidakmampuan tetap; persendian yang lepas yang sebelumnya tidak pernah terjadi; Tumpahan bahan berbahaya yang cukup besar; Memerlukan sumber daya dari luar untuk menangani; Berpotensi untuk eskalasi walaupun terbatas
3. Mati / Meninggal Dunia
Kecelakaan tambang yg mengakibatkan pekerja tambang mati dalam waktu 24 jam terhitung dari waktu terjadinya kecelakaan tersebut; Tumpahan bahan berbahaya dalam jumlah yang sangat besar; Berdampak terhadap property atau proses produksi; Bantuan dari luar mutlak diperlukan; Mempunyai potensi yang signifikan untuk eskalasi
CATATAN KESELAMATAN KERJA
Lost Time Injuries (LTI):
adalah jumlah Lost Day Injuries (LDI) dan Restricted Work Duty Injuries (RWDI).
Lost Day Injury (LDI):
adalah cedera kerja yang mengakibatkan satu atau dua hari absent dari kerja. Korban
meninggal terhitung dalam LDI.
Restricted Work Duty Injury (RWDI):
adalah kecelakaan kerja sebagai akibat di mana(1) pekerja ditugaskan ke pekerjaan
lain secara sementara, atau (2) pekerja bekerja secara permanen kurang dari waktu
penuh., atau (3) pekerja bekerja secara permanent dalam pekerjaan yang diberikan
tetapi tidak dapat melaksanakan tugasnya secara normal.
LOST TIME INJURY FREQUENCY RATE (LTIFR):
TINGKAT TERJADINYA LTI PER 200.000 JAM
KERJA:
Jam
Unjuk
Kerja
x
200.000
LTI
Insident
LTIFR
Lost Time Injury Severity Rate (LTISR): tingkat
dimana hari atau shift kerja normal yg terdaftar
hilang sebagai konsekuensi dari LTI per
200.000 jam kerja
200.000
x
Kerja
Unjuk
Jam
LTI
Insident
LTISR
s
All Injury Frequency Rate (AIFR): tingkat
terjadinya semua cidera per 200.000 jam kerja.
Jam
Unjuk
Kerja
x
200.000
Cidera
Semua
AIRFR
Potensial Fatality Frequensi Rate (PFFR):
tingkat terjadi insiden yang berpotensial
mematikan per 200.000 jam kerja.
200.000
x
Kerja
Unjuk
Jam
Fatality
Potensial
PFFR
Definisi
4. SISTEM MENEJEMEN
KESEHATAN & KESELAMATAN
KERJA
PENGALAMAN STATISTIK K3 FRANK E BIRD
(1969)
Cacat/cidera berat
Cidera/luka ringan
Kecelakaan dengan harta
MODEL 5 PRINSIP PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PP MENAKER NO. PER. 05/MEN/96
31
Jiwa manusia/karyawan adalah segala-galanya
Patuh kepada semua peraturan terkait
Mencegah dampak K3L Perbaikan berkesinambungan Lingkungan kerja yang aman
VISION
Membantu operasi tambang untuk mencapai pencegahan fataliti sekaligus
mengelola dampak lingkungan yang dihasilkan dari operasi tambang yang
efektif & efisien untuk meningkatan kualitas hidup manusia yang terlibat
dengan operasi
KepMen PE No. 555.K/201/MPE/1995 Tentang Pelaksana Inspeksi Tambang Bidang Total Commitment
Top Management untuk Perbaikan Berkelanjutan Peninjauan & Peningkatan Pencapaian oleh Menejemen Pengukuran & Evaluasi SMK3 Inspeksi & Audit Tindakan Koreksi Penerapan SMK3 Tindakan & Komitmen & Kebijakan Pengorganisasian SMK3 Perencanaan Obyektif & Target, Identifikasi Bahaya Pembuatan Manual
Standard SMK3. Terukur, Tercapai & Realistis
PERENCANAAN STRATEGI PROGRAM K3
Komponen
Catatan
VISI Operasi tanpa kematian, cedera dan penyakit
TARGET
Nil kecelakaan kematian
Kurangi kecelakaan potensi kematian
Kurangi LTI
PRIORITAS
Tingkatkan leadership baris menejemen menegah & frontline
Identifikasi resiko K3 di setiap aktivitas operasi & yg mengarah ke kematian
Perbaiki Sistem Menejemen K3, laksanakan Standard Perusahaan
Terapkan sistem Menejemen K3 kepada kontraktor
Cegah kematian dengan menerapkan praktek K3 terbaik
TINDAKAN YANG DIPERLUKAN
Perbaiki kualitas proses identifikasi, menaksir dan menilai resiko
Perbaiki material pelatihan dari upaya pencegahan kematian
Berikan dukungan & perkuat kepatuhan dengan contoh kepemimpinan
DEFINISI JOB SAFETY ANALYSIS
ANALISA KESELAMATAN KERJA
Analisis Keselamatan Kerja (Job Safety Analysis) merupakan suatu sistem
perencanaan suatu pekerjaan dengan keselamatan kerja sebagai prioritas utama.
Perlu diperhatikan bahwa tidak setiap orang mengetahui dengan pasti cara
melakukan pekerjaannya dengan benar dan aman.
Proses formal
mengidentifikasi bahaya, mengevaluasi dan mengendalikan resiko
Langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan pekerjaan adalah
keselamatan menjadi pertimbangan utama
Pikirkan terhadap pekerjaan tersebut dan bahaya apa yang akan muncul sebelum
dimulai
ADA 3 CARA UNTUK MELAKUKAN JSA
1. Pengamatan langsung
2. Diskusi dalam suatu kelompok
PERTIMBANGKAN HAL-HAL BERIKUT
SEBELUM MEMBUAT JSA
1.
Apa yang akan saya lakukan?
2.
Dengan bahan-bahan apa sajakah saya akan berkerja?
3.
Peralatan dan perlengkapan apa yang saya gunakan?
4.
Kapan saya akan melakukan pekerjaan itu?
5.
Bagaimana pengaruh pekerjaan ini terhadap pekerjaan yang lain?
6.
Adakah pengaruh yang lain?
TAHAP-TAHAP JSA
1.
Pilih pekerjaan/tugas yang akan dianalisa
2.
Jabarkan pekerjaan/tugas ke dalam urutan yang logis
3.
Kenali bahaya/resiko dalam setiap urutan
4.
Tentukan cara mengendalikannya
Jenis
Mesin milling dan copy mill
APD
Google, gloves, masker, safety shoes, safety helmet
No Tahapan pekerjaan Potensial bahaya Tindakan yang dianjurkan
1. Pasang benda yang akan di
bentuk/dikikis (milling) di penjepit
Tangan terjepit Pemasangan dengan hati-hati
2. Pasang mata pisau (modul) sesuai kebutuhan
Tangan terkena mata mata pisau (modul)
Jangan memegang mata pisau (modul), gunakan sarung tangan 3. Nyalakan mesin, atur kecepatan putaran Tangan terkena mata pisau
Jaga jarak dengan mesin, jangan memegang mata pisau (modul), gunakan safety google
4. Matikan mesin setelah selesai me-milling benda kerja
Tangan terkena mata pisau (modul)
Tunggu sampai modul benar-benar berhenti berputar
A N A L I S A R E S I K O
Untuk identifikasi resiko yg berasosiasi dgn aktivitas dimana studi akan dilakukan
Menetapkan konsekuensi & peluang kejadian dari konsekuensi untuk sebuah resiko.
Resiko diidentifkasi melalui aktivitas diskusi yang menantang
“but nothing personal”
Rekaman Resiko
Nomor resiko
Detail resiko
Perlakuan resiko yang ada atau yang diusulkan
Analisa resiko yang ada – tingkat/bobot resiko dengan kontrol yang ada atau yang berlaku
Tingkat konsekuensi (CL-consequence level) – 1, 2, 3, 4, 5 (5 rendah dan 1 tinggi)
Tingkat peluang kejadian konsekuensi (LL-likelihood) – A, B, C, D, E (A berulang setiap tahun dan
E tidak mungkin terjadi selama umur tambang)
Tingkat resiko (RL-risk level) – kritikal, tinggi, medium atau rendah
Resiko juga di rangking dari 25 (rendah) sampai dengan 1 tinggi/kritikal
Rekomendasi perlakuan resiko
Tingkat resiko residual – tingkat resiko dengan penambahan kontrol yang direkomendasikan
MATRIKS KONSEKUENSI & PROBABILITAS-1
Peluang Kejadian ProbabilitasKonsekuensi
1. Fatal 2. Kerusakan Aset > USD 1 M 3. Penundaan produksi > 1 mg 1. Serious injury – permanent 2. Kerusakan Aset > USD 150K 3. Penundaan produksi 2 hari 1. Disabling Injury 2. Kerusakan Aset > USD 50K 3. Penundaan produksi 1 hari 1. Medical Treatment 2. Kerusakan Aset > USD 30K 3. Penundaan produksi 1 shift 1. Minor impact 2. Kerusakan Aset <USD 5K 3. Penundaan produksi ½ shift Harian 1 3 6 10 15 Bulanan 2 5 9 14 19 Tahunan 4 8 13 18 22 5 Tahunan 7 12 17 21 24 > 25 Thn LOM 11 16 20 23 25Resiko kritikal Resiko tinggi Resiko menengah Resiko rendah
39
Resiko kritikal 1-5: Hentikan aktivitas
Lakukan tindakan koreksi & preventif segera Hanya mulai jika kontrol terjadi
Resiko tinggi 6-12:
Lakukan tindakan koreksi & preventif segera
Tindakan kontrol dikaji atau ditentukan oleh menejemen
Resiko rendah 18-25:
Lakukan tindakan koreksi seperlunya
Resiko menengah 13-17:
40
Daerah Kerja
Beresiko
Tinggi
Tambang
Interaksi AAB (ADR)
Stabilitas lereng
Penangangan & pemakaian Bahan Peledak
Jalur angkutan
Peralatan mudah bakar
Penunjang Tambang
Interaksi kendaraan kecil
Mesin bergerak
Peralatan angkat
Bekerja di ketinggian
Isolasi peralatan bergerak
Logistik Bahan Peledak
Pengangkutan karyawan
Pekerjaan dekat air
Pekerjaan listrik
Pekerjaan uap panas
Pekerjaan bertekanan tinggi
Peraturan K3 Perusahaan harus dipatuhi setiap waktu
1. Harus mampu identifikasi hazard
2. Pekerjaan harus disupervisi
3. K3 Kendaraan kecil dan berat
4. Peraturan lalulintas
5. Isolasi & penguncian isolasi
6. K3 kelistrikan
7. Bekerja diketinggian
8. Bekerja diruang terbatas
9. Peralatan angkat dan beban
10. Bekerja dekat air
Kebutuhan PPE
Representatif perusahaan bertanggung jawab
untuk memastikan setiap karyawan yang bekerja
dengan resiko atau yang didaerah yang wajib
dilindungi dengan PPE berhak memiliki Personal
Protective Equipment (PPD) yang sesuai dan
ketika anda memasuki yang memerlukannya
Observasi Perilaku K3 (OPK-SBO) Laporan Pemantauan Kepatuhan Observasi Tugas Rencana (PTO) Inspeksi Mendadak
(OSI) Traffic Control
Monthly Inspection
Who • By two trained Prinasa auditors
• By two people from Safety Dept, and one form area responsible as a witness & escort
• Non trained Prinasa staff
• By Safety Deptstaff and one from area responsible as witness & escort
• By Safety Dept staff • Involve one staff from
area responsible as witness & escort e. g.: Mining area • By appointed staff from Department contractors Focus • Behavioral observation • Compliance to FPE and PN standards
• Behavioral and physical observation
• Focus to FPE standards compliance
• Behavioral observation • Focus to particular
procedure, e. g.: SOP, SWP, JSA, & Risk Assessment • Physical compliance observation • Relevant PN Standards • Traffic rules compliance montoring • Mobile equipment condition monitoring • Physical inspection • Relevant PN Standards How • No fixed schedule • No guided checklist • Interview
• Follow fixed schedule • Guided by set of
checklist • Interview
• No fixed schedule but min by 2 yearly basis per each procedure
• Guided by PTO standard form • May be replaced by Prinasa by focusing in specific procedure • Interview • No fixed schedule • No guided by specific checklist
• Identifying left current substandard conditions by Dept monthly inspections • Without interview
• Follow fixed schedule set by Safety Dept • And or follow accepted
special request by dept./ contractors • Guided by Traffic
Offence checklist & Mobile equipment condition checklist • Interview
• Monthly basis per area as PN Standards • Guided by set of
checklist that customized to the need of the Dept • Without interview Report • Use standard Prinasa form to report findings • Addressed to relevant observed persons or area supervisor if necessary • Report to Exco • Use standard CMR report template • Comprehensive report • Addressed to relevant
area manager and copied to relevant GM • The achievement in
percentage reported to Exco meeting
• Use standard PTO form • Revised SOP, SWP, JSA
or Risk Assessment • Addressed to relevant
supervisor/ the procedure user
• Use standard OSI report template
• Less comprehensive report than CMR • Addressed to area
manager
• Use standard Traffic Control report form • Addressed to area manager • Use standard inspection checklist from • Addressed to relevant area manager
43
Prinsip OPK
Make safety equal - Input
Observe people working
Use all senses
Enter into conversation - use questions only
Make agreements & give praise
Get the response - Output
Smile
Open
Friendly
Territory
Eye contact
Name
INSPEKSI
ISOLASI
KETINGGIAN
KECEPATAN
AUDIT K3
Audit adalah proses pengukuran dan evaluasi sebuah system
organisasi K3 dengan tujuan untuk melaksanakan perbaikan
berkelanjutan
Program Audit dilakukan secara regular baik untuk eksternal &
internal.
Eksternal:
Pemerintah
Badan Independent
Internal
Tipe pekerjaan diaudit sebelum sebuah kontraktor diberi pekerjaan
Tindak lanjut audit harus dilakukan untuk perbaikan
PELAPORAN
KepMen PE No. 555.K /26/ M.PE /95. Ketentuan Melapor
-Pasal 41
Semua insiden yang terjadi didalam kawasan proyek harus
dilaporkan ke Perusahaan dan dicatat dalam sistem K3
Database dan statistik perusahaan
Semua insident berakibat celaka serius atau kematian harus
segera dilaporkan ke Kepala Inspeksi Tambang oleh KTT
INVESTIGASI INSIDEN
KepMen PE No. 555.K /26/ M.PE /95. Penyelidikan Kecelakaan
Tambang & Kejadian Berbahaya - Pasal 46
Semua insiden atau kecelakaan harus di-investigasi terlepas kecil
atau besar/serius
Standard K3 Perusahaan memberikan rujukan proses investigasi
49
Statistik – Kecelakaan K3
27.08% 47.92% 19.79% 0.00% 5.21% 0 50 100 150 200 250 300 350 400 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 Korban Tahun Ringan Berat Mati TotalLifting & supporting load
Electrical safety
Cara kerja baik di ketinggian
INTERAKSI AAB &
KENDARAAN KECIL
Tanggal : Rabu 30 Mei 2007 Jam : 05.45am
Lokasi : South Waste Dump 2
Deskripsi: Sebuah DT 777A masuk ke South Waste Dump 2 dan berencana menumpahkan material ke bagian South Eastern
Tetapi operatornya kemudian mundur di tanggul sebelah timur dan menaikan baknya sekitar 2 meter dan ternyata
material disitu lunak sehingga DT berguling ke lantai bawah daerah bantingan
Hasil
Investigasi:
Gagal melakukan barikade pada daerah yang dianggap tidak aman dan menumpahkan material bukan pada tempat yang diizinkan Gagal untuk patuh kepada peraturan yg
berlaku utk tidak menumpahkan material pada sisi lereng yang tingginya >10 m
Gagal mencatat instruksi verbal saat pengalihan shift kerja
Melanggar Aturan Baku # 1-identify hazards & # 2-supervision of work
Horizontal distance 35 m; Vertical distance 19 m; Slope distance 40 m; Gradient: 54%