• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PERILAKU BERISIKO (ATRISK BEHAVIOR) PADA PEKERJA LAS DI CVUSAHA JAYA KUDUS TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "GAMBARAN PERILAKU BERISIKO (ATRISK BEHAVIOR) PADA PEKERJA LAS DI CVUSAHA JAYA KUDUS TAHUN 2015"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

i

GAMBARAN PERILAKU BERISIKO

(AT-RISK

BEHAVIOR)

PADA PEKERJA LAS DI CV.USAHA

JAYA KUDUS TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

Dian Setyo Nugroho NIM. 6411409134

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

Gambaran Perilaku Berisiko (at-risk behavior) pada Pekerja Las Di CV. Usaha Jaya Kudus Tahun 2015

VI + 81 halaman + 4 tabel + 9 lampiran

Perilaku berisiko pada pekerja las di CV. Usaha Jaya Kudus memberikan kontribusi yang besar untuk kecelakaan kerja, baik itu kecelakaan kerja ringan, sedang, berat. Bahaya yang terdapat di tempat pengelasan ini seperti, hasil sisa-sisa gas sewaktu pengelasan, pencahayan yang tajam, lordosis, radiasi.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif yaitu untuk melihat faktor-faktor perilaku beresiko pada pekerja las.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Pekerja las di CV. Usaha Jaya Kudus menunjukkan perilaku berisiko sehingga mengalami kecelakaan kerja yang sangat tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku keselamatan pekerja las terdiri dari 6 faktor yaitu pengetahuan pekerja, tidak adanya pelatihan, tidak adanya peraturan tentang K3, kurangnya pengawasan, tidak adanya promosi keselamatan kerja diruang kerja pengelasan, serta tidak adanya hukuman atau penghargaan kepada pekerja atas perilaku menerapkan K3.

Berdasarkan hasil penelitian pekerja las disarankan untuk menggunakan APD dan pemilik segera mungkin untuk membuat SOP serta meyediakan APD yang memadai.

Kata Kunci : Perilaku berisiko, Pekerja las, Usaha Jaya

(3)

iii

The Description of Risky Behavior among welding workes in CV. Usaha Jaya Kudus 2015.

VI + 81 pages + 5 tables + 9 appendices

Risk behavior in welding workers at CV. Usaha Jaya Kudus provide a major contribution for work accidents, both occupational accidents mild, moderate, severe. Hazards are in place such as welding, the result of the remnants of gas during welding, the lighting sharp, lordosis, radiation.

This is a descriptive study using qualitative methods is to look at the factors of risk behavior in welding workers.

The results showed that the Workers weld in CV. Usaha Jaya Kudus demonstrate risky behavior so that a work accident is very high. Factors that influence the behavior of the safety of workers welding consists of six factors, knowledge workers, lack of training, lack of legislation about K3, lack of supervision, lack of promotion of occupational safety in the room work welding, and no penalties or rewards to employees for behavior apply K3.

Based on the results of the study suggested welding workers to use APD and the owners as soon as possible to make the SOP as well as providing adequate APD.

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

 Anugrah terindah adalah ketika kita diberi kesempatan untuk hidup, ketika kita dapat bertemu dengan Allah dan menjadi kekasihnya, dan ketika kita menjadi umat Muhammad SAW (Ki Abi Mansyur/ Ki Bodo)

 Kita berdoa kalau sedang kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga berdoa dalam kegembiraan besar saat rezeki melimpah (Kahlil Gibran)

 Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah (Thomas Alva Edison)

 Saya tidak berani mengatakan diri saya muslim karena yang berhak mengatakan saya muslim atau tidak itu ALLAH SWT (Cak Nun).

PERSEMBAHAN

Persembahan untuk :

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur hanya kepada Allah SWT. Rasa syukur penulis panjatkan atas limpahan berkat dan rahmat, serta hidahyah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Perilaku Berisiko (AT-Risk Behavior) pada Pekerja Las Di CV. Usaha Jaya Kudus Tahun 2015”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang (UNNES).

Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari partisipasi dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Prof. Dr. Tandiyo Rahayu, M.Pd.

2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Irwan Budiono, S.KM, M.Kes. atas ijin serta persetujuan dilaksakannya sidang ujian Skripsi

3. Dosen pembimbing, Drs. Herry Koesyanto, M.S. atas bimbingan dan arahan serta masukannya dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak dan ibu dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat, atas bekal ilmu yang telah diberikan selama kuliah.

5. Bapak safi’i dan Saudara Heri selaku pemilik dan Manager CV. Usaha Jaya Kudus atas pemberian ijin penelitian ditempat tersebut.

6. Kedua Orang tuaku atas doa, semangat, dukungan, dan kasih sayang yang tak terhingga serta tak ternilai harganya.

7. Teman-teman angkatan 2009, atas kebersamaan di bangku perkuliahan

(9)

ix

9. Teman – teman kos arjuna, Prayit, Mirza, Oglek, Zuli, Maulana atas bantuan dan motivasinya dalam penyelesaian skripsi ini.

10.Saudaraku Galih Adrianto, Ifah Pratiwi, Wahyu Utami Ekasari dan Keponakanku Rafandra Damar Djati, yang selalu memberikan motivasi.

11.Kepada Aida Rahmita Sari, S.Pd. yang telah memberi dukungan dan selalu sabar menanti.

12.Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Maka penulis menerima saran dan kritik guna meyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua orang.

Semarang, April 2016

(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACK... .. iii

PERSETUJUAN... .. iv

PENGESAHAN ... . v

MOTTO DAN PERSEMBAHAAN... vi

KATA PENGANTAR... . vii

DAFTAR ISI ... . x

DAFTAR TABEL ... . xv

DAFTAR GAMBAR ... . xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... . xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Hasil Penelitian ... 7

1.5 Keaslian Penelitian ... 8

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 10

(11)

xi

2.1.1 Las ... 12

2.1.2 Definisi Las ... 12

2.1.3 Proses mengelas ... 12

2.1.2.1 Perilaku ... 12

2.1.2.2 Definisi Perilaku... 12

2.1.2.3.1Perilaku Berisiko ... 13

2.1.2.3.2 Definisi Perilaku Berisiko ... 13

2.1.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku ... 14

2.1.2.4.1 Pengetahuan ... 14

2.1.2.4.2 Sikap ... 16

2.1.2.4.3 Tindakan Atau Praktik ... 18

2.1.3 Faktor Yang Mempengerahui Perilaku Berisiko... 18

2.1.3.1 Awarness Terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... . 18

2.1.3.2 Pengetahuan Terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja. ... .. 19

2.1.3.3 Ketersediaan Peralatan ditempat Kerja ... 19

2.1.3.4 Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 19

2.1.3.5 Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 20

2.1.3.6 Pengawasan ... 21

2.1.3.7 Ketersedian Peralatan Alat Pelindung Diri ... 22

2.1.4 Perilaku Berisiko Pada Pekerja Las ... 23

2.2 KerangkaTeori... 24

(12)

xii

3.2 Desain Penelitian ... 26

3.3 Fokus Penelitian ... 26

3.4 Lokasi Penelitian ... .. 26

3.4.1 Waktu Penelitian ... 27

3.4.2 Ruang Lingkup Materi ... 28

3.5. Subjek Penelitian ... 28

3.6. Sumber dan Jenis Data ... 28

3.6.1 Kata-Kata dan Tindakan ... 28

3.6.2.Sumber Tertulis ... 29

3.6.3 Foto ... 29

3.7. Teknik Pengumpulan Data ... 30

3.7.1 Observasi ... 30

3.7.2 Wawancara ... 30

3.7.3 Dokumentasi ... 30

3.8 Prosedur Penelitian... 31

3.9 Pemeriksaan Keabsahan Data ... 31

3.9.1 Ketekunan Pengamatan ... 32

3.9.2 Triangulasi... 32

3.9.3 Pengecekan ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN... ... 34

4.1 Gambaran Umum CV. Usaha Jaya Kudus... ... 34

4.2 Hasil Wawancara... ... 34

(13)

xiii

4.2.2 Gambaran Perilaku Berisiko pada Pekerja... 34

4.2.3 Gambaran Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Keselamatan Pekerja ... 39

4.2.4 Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Las CV. Usaha Jaya Kudus ... 52

4.2.5 Gambaran Kecelakaan Kerja yang Dialami Oleh Pekerja Las di CV.Usaha Jaya Kudus ... 54

BAB V PEMBAHASAN ... 58

5.1 Perilaku Berisiko pada Pekerja Las di CV. Usaha Jaya Kudus ... 58

5.2 Informan Triangulasi... ... 62

5.3 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Keselamatan Pekerja Las di CV. Usaha Jaya Kudus ... 64

5.4 Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Las di CV. Usaha Jaya Kudus ... 67

5.5 Kecelakaan Kerja yang Dialami Pekerja Las di CV. Usaha Jaya Kudus ... 68

5.6 Hambatan dan Kelemahan Penelitian... ... 69

5.6.1 Hambatan Penelitian... ... 69

5.6.2 Kelemahan Penelitian... ... 70

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 71

6.1 Simpulan ... 71

(14)

xiv

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Keaslian penelitian ... 9 Tabel 3.1 Prosedur Penelitian ... 35 Tabel 4.1 Karakteristik Informan Penelitian... 43 Tabel 5.1 Analisis Hazard dan Pengendalian Risiko di CV.Usaha Jaya

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.2 Kerangka Teori ... 27 Gambar 3.1 Alur Pikir ... 28 Gambar 4.1 Hasil Observasi Perilaku Berisiko Pekerja Las

CV. Usaha Jaya Kudus... 43 Gambar 4.2 Hasil Observasi Perilaku Berisiko Pekerja Las

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Kesedian menjadi Informan ... 80

Lampiran 2. Panduan Wawancara ... 81

Lampiran 3. Tabel Rekapitulasi Wawancara ... 82

Lampiran 4. Surat Keputusan Pembimbing... .. 83

Lampiran 5. Surat Ijin Observasi dari Fakultas... .. 84

Lampiran 6. Surat Ethical Clearance... .. 85

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas... . 86

Lampiran 8. Surat Selesai Penelitian dari CV.Usaha Jaya Kudus... 87

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG MASALAH

Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah Upaya pencegahan dari kecelakan dan melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan

traumatic injury (Colling, 1990 dalam Kondarus (2006). Secara keilmuan, kesehatan dan keselamatan kerja (K3) didefinisikan sebagai ilmu dan penerapan tentang teknologi pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja. Dengan memberikan perlindungan, diharapkan pekerja dapat bekerja dengan aman, sehat, dan produktif (Muh.Irfan, 2008).

Menurut Bird (1990) yang dikutip oleh Sialagan (2008), kecelakaan merupakan suatau kejadian yang tidak diinginkan dan membahayakan orang, menyebabkan kerusakan pada propeti atau kerugian pada proses. Kecelakan dan penyakit akibat kerja yang terjadi dapat mengganggu operasi perusahaan. Kerugian yang dialami perusahaan dapat berupa kerugian ekonomi dan non ekonomi. Kerugian ekonomi adalah kerugian yang dapat dinilai dengan uang, seperti rusaknya bangunan, peralatan, mesin, dan bahan, biaya untuk pengobatan, perawatan, dan santunan bagi tenaga kerja yang cidera atau sakit, serta hari kerja yang hilang karena operasi perusahan yang terhenti sementara. Kerugian non ekonomi antara lain yaitu rusaknya citra perusahaan, bahkan jika kejadian itu menimbulkan kematian pada tenaga kerja (Sahab, 1997).

(19)

2

(20)

3

berjumlah 121,9 juta orang yang sebagaian besar (59,81%) berada di sektor informal (BPS, 2014).

Data BPJS Ketenagakerjaan (2014) menunjukan bahwa sekitar 117 juta pekerja menjadi peserta program BPJS Ketenagakerjaan. Jumlah pekerja di sektor formal sekitar 40 juta lebih dan sekitar 77 juta bekerja di sektor informal. Pada tahun 2014, jumlah tenaga kerja yang mengalami kecelakan kerja sebanyak 192.911 orang, dengan 32,12 persen penyebabnya karena pekerja tidak memakai peralatan yang safety, selain itu 51,3 persen penyebabnya dikarenakan perilaku pekerja yang kurang memperhatikan prosedur kerjanya sehingga terjadi benturan dengan mesin atau alat yang digunakan pekerja, sumber penyebab cidera terbanyak sebesar 32,25 persen adalah mesin dikarenakan pekerja tidak fokus dengan pekerjaan yang dikerjakan pada saat itu. Hal ini menimbulkan suatu perilaku kerja yang tidak aman (unsafe act) dan kondisi kerja yang tidak aman

(21)

4

aman dulu (Siti H, 2010). Perkembangan dunia usaha pengelasan dan karoseri pembuatan bak-bak mobil serta pemotongan besi di daerah-daerah semakin hari semakin pesat, ini berdampak positif bagi sektor ekonomi. Karena membuka lapangan baru bagi para pencari kerja, disamping berdampak baik untuk lapangan pekerjaan, ini juga menjadi suatau tantangan bagi kita semua dimana lapangan pekerjaan yang baru akan menimbulkan bahaya yang baru (Widiyastuti, 2008).

(22)

5

membungkuk terlalu lama sehingga pekerja bisa terkena lordosis, ada faktor psikososial dimana jam kerja yang terlalu lama dapat menyebabkan pekerja kelelahan, faktor pekerja tidak memakai alat pelindung diri (APD) pekerja bisa terkena percikan api dan hasil sisa-sisa gas dari pengelasan.

Menurut bapak Prayitno percikan api las dan hasil dari sisa-sisa gas yang dihasilkan dari las terkadang menimbulkan luka yang cukup serius pada tangan dan beberapa bagian tubuh seperti mata serta gangguan pernafasan, dikarenakan para pekerja enggan atau merasa tidak nyaman memakai alat pelindung diri, pekerja hanya menggunakan alat pelindung diri seadanya tanpa memperhatikan efek yang ditimbulkan dari perilaku kerja mereka. Padahal, kecelakaan kerja akibat unsafe act yang terjadi di CV.Usaha Jaya Kudus ini karena pekerja tergesa-gesa dan kurang berhati-hati dalam bekerja, tidak memakai alat pelindung diri dengan baik seperti sarung tangan, sepatu dengan cap baja, bahkan para pekerja meletakan alat-alat yang digunakan waktu bekerja diletakan begitu saja tidak dikembalikan pada tempat semula atau tempat penyimpanan alat-alat. Penyebab lainnya adalah para pekerja las hanya mengandalkan insting kenyamanan mereka dan tidak mau ambil repot untuk membentuk prosedur kerja yang benar. Seringkali mereka juga harus membolak-balikkan benda kerja sehingga beban yang mereka tanggung selain ketidak nyamanan dalam bekerja akibat posisi kerja yang membungkuk terlalu lama. Seperti yang kita ketahui bahwa unsafe condition

(23)

6

kerja di CV. Usaha Jaya yaitu pekerja bekerja dalam kondisi yang tidak nyaman seperti terpaksa berjongkok, membungkuk, memiringkan badan terlalu lama pada saat proses pengelasan, hal ini selain mempengaruhi fisik pekerja juga mempengaruhi konsentrasi pekerja yang dibutuhkan saat mengelas. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka dilakukan penelitian mengenai “Gambaran Perilaku Berisiko (At-Risk Behavior) Pada Pekerja Las di CV. Usaha Jaya Kudus Tahun 2015”.

1.2RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Rumusan Masalah Umum

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran perilaku berisiko (At-Risk Behavior) pada pekerja lasa di CV.Usaha Jaya Kudus Tahun 2015?”

1.2.2 Rumusan Masalah Khusus

1) Bagaimana gambaran perilaku berisiko pada pekerja las di CV.Usaha Jaya Kudus?

2) Apa saja faktor yang mempengaruhi perilaku Keselamatan pekerja las di CV.Usaha Jaya Kudus?

3) Bagaimana gambaran intensitas penggunaan alat pelindung diri APD pada pekerja las di CV.Usaha Jaya Kudus?

(24)

7

1.3TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian berdasarkan latar belakang masalah di atas adalah “Untuk mengetahui gambaran perilaku berisiko (At-Risk Behavior) pada pekerja las CV.Usaha Jaya Kudus Tahun 2015”.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengetahui gambaran karakteristik pekerjaan dan perilaku berisiko pekerjanya di CV.Usaha Jaya Kudus tahun 2015?

2) Mengetahui bagaimana Gambaran kecelakaan kerja yang dialami oleh Pekerja las pada CV.Usaha Jaya Kudus tahun 2015?.

1.4MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Manfaat bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Dapat digunakan sebagai bahan pustaka,informasi dan refrensi yang dapat digunakan sebagai masukan untuk penelitian selanjutnya dalam pengembangan ilmu di Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang,khususnya mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

1.4.2 Manfaat bagi Peneliti

1) Sebagai proses belajar dan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan.

(25)

8

3) Memperdalam, mengembangkan pengetahuan serta menambah wawasan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.

4) Dapat digunakan sebagai pembanding antara teori yang didapatkan dibangku kuliah dengan kenyatan yang ada pada pekerja las.

1.4.3 Manfaat bagi Pekerja dan CV.Usaha Jaya Kudus

Manfaat yang diperoleh adalah peningkatan kesadaran pekerja mengenai pentingnya penerapan sistem Manajemen K3 dalam sebuah keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari satu orang dan mengandung resiko bahaya di dalam pelaksanaan kerjanya.

1.5KEASLIAN PENELITIAN

Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Pada penelitian 1 variabel yang diteliti adalah prilaku aman dan menganalisa faktor apa saja yang berhubungan denga perilaku tersebut,sedangkan pada variabel ini variabel yang diteliti adalah perilaku yang berisiko dan berusaha memberika gambaran secara detail bagaimana kondisi ditempat kerja.

(26)
(27)

10

1.6RUANG LINGKUP PENELITIAN

1.6.1 Ruang Lingkup Tempat

Lingkup tempat penelitian ini dilaksanakan di CV. Usaha Jaya Kudus Jalan Kudus Jepara Nomor 56 ,Kecamatan Kaliwungu Kudus, Jawa Tengah.

1.6.2 Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Febuari sampai Maret 2016.

1.6.3 Ruang Lingkup Materi

(28)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Landasan Teori

2.1.1 Las

2.1.1.1 Definisi Las

Las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair (Deutsche Industrie Normen) dalam (Harsono, 1991).

Sedangkan menurut Maman Suratman (2001:1) mengatakan las adalah salah satu cara menyambung dua bagian logam secara permanen dengan tenaga panas.

2.1.1.2 Proses Pengelasan

Proses pengelasan berkaitan dengan lempengan baja yang dibuat dari kristal besi dan karbon sesuai struktur mikronya dengan bentuk arah tertentu, lalu dipanaskan hingga meleleh kemudian tepi logam itu disatukan, terbentuklah sambungan (Harsono, 1996).

2.1.2.1Perilaku

2.1.2.2Definisi Perilaku

Perilaku adalah aktivitas atau kegiatan secara keseluruhan yang dilakukan organisme atau mahluk hidup yanng didasari atas pengetahuan atau ketidaktahuan sikap dan tindakan (Notoadmodjo S, 2010:43). Menurut Lawrence Green (1980) dalam (Notoadmodjo S, 2010:27), perilaku ditentukan oleh 3 faktor yaitu :

1) Faktor Predisposisi (predisposing factor)

Adalah faktor yang mempermudah atau mempersulit terjadinya perilaku pada diri seseorang pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, sistem, dan nilai di masyarakat. 2) Faktor pemungkin (enabling factors)

(29)

12

Adalah faktor pendukung terjadinya perilaku,terdiri dari fasilitas sarana, atau prasarana.

3) Faktor Penguat (reinfactoring factors)

Terdiri dari sikap dan perilaku tenaga kesehatan,tokoh masyarakat,dan lain-lain yang merupakan kelompok refrensi perilaku masyarakat. Selain itu peraturan undang-undang,surat-surat keputusan dari pemerintah juga merupakan faktor penguat perilaku.

2.1.2.3 Perilaku Berisiko 2.1.2.3.1 Definisi

Di antara berbagai perilaku, beberapa perilaku dinyatakan berisiko, dalam artian apabila dilakukan akan berpeluang untuk menimbulkan kerugian. Peluang tidak berarti bahwa pasti terjadi,tetapi bisa terjadi sekarang maupun di masa yang akan datang terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Kerugian dapat berupa kerugian material, fisik, harga diri, rasa malu, kehilangan kesempatan, kehilangan masa depan, dan seterusnya.(Azjen, 1991).

Perilaku berisiko dapat dipengaruhi oleh kuat lemahnya sikap yang dimiliki oleh seorang pekerja yang bergantung pada ekstremitas dan pengalaman pribadi masing-masing orang. Teori-teori tentang perilaku manusia berkembang seiring dengan perkembangan ilmu psikologi, yang merupakan ilmu yang mengkaji mengenai perilaku manusia. Berbagai konsep dan istilah tentang perilaku muncul, diantaranya adalah konsep tentang perilaku berisiko ( risk behavior) atau dikenal juga dengan perilaku pengambilan risiko (risk-taking behavior)

(30)

13

Beberapa perilaku pekerja memiliki peluang yang sangat tinggi untuk menimbulkan berbagai kerugian pada kedua pihak yang terlibat dalam kegiatan pekerjaan tersebut, baik pekerja maupun perusahaan atau tempat bekerjanya ( I Dewa Putu Sutjana. 2006).

Menurut Kwick dalam Notoadmojo (2003) mengatakan bahwa perilaku sebagai tindakan nyata, perilaku memerupakan perbuatan atau tindakan yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Dengan demikian arti perilaku disini adalah hasil dari pengalaman atau interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan bentukan tindakan terhadap situasi.

Levental & Clearly ( dalam Cahyani, 1995) mengungkapkan bahwa,seseorang pekerja dalam berperilaku terdapat 4 tahapan. Sehingga perilaku itu dapat menimbulankan bahaya atau risiko.

1) Tahap Prepatory

Seorang pekerja mendapat gambaran yang menyenangkan dengan cara mendengar, melihat atau hasil dari bacaan. Bahwa bekerja dengan tidak memakai alat pelindung diri akan lebih leluasa untuk bergerak dan nyaman.

2) Tahap Initiation

Tahap perintisan berperilaku tidak aman dimana pada tahap ini seorang pekerja mulai melakukan pekerjaannya tanpa menggunakan perlengkapan yang aman. 3) Tahap Perilaku Berisiko

Pada tahap ini seorang pekerja telah terbiasa dengan perilaku bekerja dengan tidak menggunakan perlengkapan yang aman dengan baik.

(31)

14

Pada tahap ini seorang pekerja yang tidak menggunakan perlengkapan dengan aman, hal itu sudah menjadi bagian pengaturan dirinya (self regulating) untuk memperoleh efek nyaman dan menyenangkan.

2.1.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Berdasarkan beberapa penelitian dan teori perubahan perilaku, beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku . Menurut Benyamin Bloom (1908) dalam (notoatmodjo S,2010:50),membagi perilaku ke dalam 3 domain atau tingkah ranah,yaitu:

1) Pengetahuan (Knowledge) 2) Sikap (attitude)

3) Praktek atau tindakan (pratice)

2.1.2.4.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap suatau obyek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, kulit, telinga dan lidah). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan pengelihatan. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan presepsi terhadap objek (Notoadmojo S,2010:50). Secara umum,tingkat pengetahuan seseorang dibagi menjadi 6, yaitu:

1) Tahu (know)

(32)

15

2) Memahami (comprehension)

Adalah kemampuan secara benar mengenai objek atau materi harus dapat menjelaskan,menyebutkan contoh,meyimpulkan,meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (apllication)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan atau mengaplikasikan prinsip/hal yang telah diketahui pada situasi sebenarnya.

4) Analisis (analysis)

Adalah kemampuan untuk menjabarkan dan memisahkan komponen-komponen yang ada dalam suatu masalah/objek kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen tersebut.

5) Sintesis (synthesis)

Adalah kemampuan untuk merangkum komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki dalam satu hubungan atau formulasi baru dari hubungan-hubungan atau formasi-formasi yang ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Adalah kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek. Penilaian didasarkan atas kriteria-kriteria yang telah ditentukan.

Menurut Notoatmodjo S, (2010:51),pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor,seperti:

1) Pengalaman

(33)

16

Pendidikan dapat membawa pengetahuan dan wawasan seseorang. Pendidikan dapat berupa pendidikan formal dan non formal.

3) Keyakinan

Keyakinan umumnya dimiliki orang secara turun temurun tanpa melakukan pembuktian sendiri. Keyakinan dapat mempengaruhi seseorang baik bersifat positif ataupun negatif.

4) Fasilitas

Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, internet, koran, dan buku.

5) Pendapatan

Pendapatan tidak berpengaruh langsung terhadp pengetahuan seseorang.Namun seseorang yang berpendapatan besar akan lebih mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas informasi yang ada.

6) Sosial Budaya

Kebiasan keluarga dan kebudayan lingkungan tempat tinggal dapat mempengaruhi pengetahuan, presepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu. Lingkungan dan pergaulan sekitar tempat tinggal juga berperan dalam mempengaruhi sosial budaya seseorang.

2.1.2.4.2 Sikap

(34)

17

Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang emosional terhadap stimulus sosial (Soekidjo Notoadmodjo,2003:130).

Sikap sebagai produksi dari proses sosialisai dimana seseorang yang bereaksi dengan rangsangan yang diterimanya. Dengan demikian sikap merupakan respon. Respon akan timbul apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki respon individual. Respon yang dinyatakan sebagai sikap didasari oleh proses evaluasi dari dalam individu, yang memberikan kesimpulan nilai terhadap stimulus dalam bentuk baik atau buruk, positif atau negatif,menyenangkan atau tidak menyenangkan, suka atau tidak suka yang kemudian mengkristalkan sebagai potensi reaksi terhadap reaksi suatu obyek sikap. Ekspresi individu tergantung dari berbagai kondisi serta situasi yang betul bebas dari berbagai bentuk tekanan atau hambatan yang dapat mengganggu ekspresi sikapnya maka dapat diharapkan bahwa bentuk perilaku yang ditampakan merupakan ekspresi sikap sebenarnya.

Manusia dalam lingkungan yang komplek, Lingkungan merupakan himpunan dari semua kondisi luar yang berpengaruh pada kehidupan dan perkembangan pada suatu organisme, perilaku manusia atau kelompok masyarakat (budiono,2001: 39). Salah satu faktor yang mempengaruhi keadaan manusia adalah faktor lingkungan sosial. Faktor lingkungan sosial merupakan lingkungan yang mencakup hubungan yang kompleks antara faktor-faktor dan kondisi budaya,sistem nilai, adat, kebiasan, kepercayaan, sikap, moral, agama, pendidikan, pekerjaan, organisai sosial dan politik (Budioro B,2001:41).

(35)

18

statis sekecil-kecilnya, perlu dibuat dan ditentukan criteria dan ukuran baku tentang peralatan kerja yang sesuai dengan ukuran antropometri tenaga kerja, dan diupayakan bekerja dengan sikap kerja duduk berdiri secara bergantian.

Nilai-nilai keselamatan dan kesehatan kerja yang tercemin dalam bentuk prilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Tetapi, peran pengetahuan untuk terbentuknya suatau perilaku yang sesuai dengan nilai keselamatan dan kesehatan kerja perlu disertai dengan kepercayaan seseorang terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Petugas atau tenaga penyuluh keselamatan dan kesehatan kerja di masyarakat atau di perusahan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kepercayaan mereka tentang nilai keselamatan dan kesehatan kerja. Karena dengan mengetahui arti penting keselamatan dan kesehatan kerja dan didukung dengan kepercayaan tentang nilai buruk bagi kesejahteraan serta manfaatnya bagi dirinya sendiri dan keluarga, maka masyarakat akan menerima nilai keselamatan dan kesehatan kerja dalam berperilaku (Eko Suryani dan Hesty Widyasih,2008:41).

2.1.2.4.3 Tindakan/Praktik

Suatau sikap belum tentu secara otomatis terwujud dalam suatau tindakan/ praktik, sebab untuk terwujudnya suatu tindakan perlu faktor lain atau pendukung.

Menurut kualitasnya, tindakan/praktik dibedakan menjadi 3 tingkatan,yaitu: 1) Praktik terpimpin (guieded response)

(36)

19

2) Praktik secara mekanisme (mechanism)

Apabila subjek telah melakukan suatau tindakan secara otomatis/tanpa menunggu panduan atau perintah.

3) Adopsi (adoption)

Adopsi adalah tindakan atau praktik yang sudah dikembangkan, tidak sekedar rutinitas atau mekanisme.

Pada tingkat ini subjek sudah mampu mengembangkan atau memodifikasi suatu tindakan tanpa mengurangi nilai kebenaran dari tindakan tersebut.

2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Berisiko Pekerja

Meskipun fokus pada upaya mengubah perilaku tidak aman menjadi perilaku aman adalah lebih penting. Dengan hanya berfokus pada perubahan perilaku individu tanpa memperhatikan bagaimana orang tersebut termotivasi untuk berubah hanya menghasilkan perubahan pada gejalanya saja. Sementara penyebab dasar orang berperilaku tidak aman masih belum diketahui (Fleming M. & Lardner, 2002). Menurut Fleming M. & R. Lardner (2002:98), Perilaku berisiko pekerja banyak dipengaruhi oleh :

2.1.3.1 Awarness keselamatan dan kesehatan kerja

Mengembangkan kesadaran K3 pada setiap karyawan tidak cukup dengan satu dua kali briefing K3, setumpuk prosedur dan aturan kerja, bahkan tak cukup dengan penggunaan kekuasaan yang berupa ancaman dan hukuman. Kesadaran adalah masalah kepercayaan dan nilai-nilai yang ada dalam kepala, yang merubahnya jauh lebih sulit dari merubah bentuk baja. bentuk-bentuk pemaksaan bisa merubah apa yang dilakukan, tapi tidak bisa merubah apa yang ada dalam pikiran.

2.1.3.2 Pengetahuan tentang bahaya di tempat kerja

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan

(37)

20

indra pengelihatan, pendengar, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

2.1.3.3 Ketersediaan peralatan di tempat kerja

Ketersedian alat ditempat kerja sangaat mendukung pekerjaan,dimana pekerjaan akan lebih maksimal,tanpa harus mencari atau meminjam ketempat lain, dimana ini akan memakan waktu dan juga dapat menimbulkan beberapa permasalahan dalam bekerja apabila tidak terjadi kordinasi dengan baik terhadap pekerja yang lain.

2.1.3.4 Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Salah satu cara yang baik untuk mempromosikan keselamatan di tempat kerja adalah dengan memberikan pelatihan bagi pekerja. Pelatihan keselamatan awal harus menjadi bagian proses orientasi pekerja baru. Pelatihan selanjutnya diarahkan pada pembentukan pengetahuan yang baru, spesifik, dan lebih dalam serta memperbaharui pengetahuan yang sudah ada.

(38)

21

kesdaran terhadap potensi hazard. Sebagai tambahan, manajer, pengawas, dan pekerja harus familiar dengan prosedur untuk meminimalisir kerugian ketiga terjadi kecelakaan (Leamon dalam Dwinanda, 2007).

2.1.3.5 Peraturan

Peraturan merupakan dokumen tertulis yang mengkomunikan standar, norma, dan kebijakan untuk perilaku yang diharapkan (Geller, 2001). Peraturan memiliki peran besar dalam menentukan perilaku mana yang dapat diterima dan tidakdapat diterima (Roughton, 2002).

Notoatmodjo (1993) menyebutkan salah satu strategi perubahan perilaku adalah dengan menggunakan kekuatan atau kekuasaan misalnya peraturan dan perundangan yang harus dipatuhi oleh anggota masyarakat. Cara ini menghasilkan perilaku yang cepat, akan tetapi perubahan tersebut belum tentu akan berlangsung lama karena perubahan yang terjadi tidak atau belum didasari oleh kesadaran individu.

Peraturan keselamatan akan lebih efektif jika dibuat dalam bentuk tertulis dikomunikasikan dan didiskusikan dengan seluruh pekerja yang terlibat. Hubungan antara peraturan dan konsekuensi yang diterima akibat pelanggaran dapat didiskusikan bersama. Pekerja kemudian diminta untuk menandatangani kesepakatan bahwa telah membaca dan memahami peraturan tersebut. Jika pekerja ikut terlibat dalam perumusan peraturan, maka mereka akan lebih memahami dan mau mengikuti peraturan tersebut (Roughton, 2002). 2.1.3.6 Pengawasan

(39)

22

(Roughton, 2002). Oleh karena itu, dibutuhkan pengawasan untuk menegakkan peraturan di tempat kerja.

Menurut Roughton (2002:205-206), beberapa tipe individu yang harus terlibat dalam mengawasi tempat kerja yaitu:

1) Setiap pengawas yang ditunjuk harus mendapatkan pelatihan mengenai bahaya yang mungkin akan ditemui dan juga bagaimana pengendaliaannya.

2) Pekerja ini merupakan salah satu cara untuk melibatkan pekerja dalam proses keselamatan. Setiap pekerja harus mengerti mengenai potensi bahaya dan cara melindungi diri dan rekan kerjanya dari bahaya tersebut. Mereka yang terlibat dalam pengawasan membutuhkan pelatihan dalam mengenali dan mengendalikan potensi hazard.

3) Safety professional harus menyediakan bimbingan dan petunjuk tentang metode inspeksi. Safety professional dapat diandalkan untuk bertanggung jawab terhadap kesuksesan atau permasalahan dalam program pencegahan dan pengendalian bahaya. 4) Safety promotion secara visual merupakan cara yang efektif untuk mempromosikan

keselamatan. Hal-hal yang dapat meningkatkan efektifitas safety. 2.1.3.7 Ketersedian Alat Pelindung Diri

(40)

23

Alat pelindung diri tidak secara sempurna dapat melindungi tubuhnya,tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi. Pengendalian ini sebaiknya tetap dipadukan dan sebagai pelengkap pengendalian teknis atau pengendalian administratif. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang no.1 tahun 1970 tentang keselamatn kerja,antara lain mengenai :

1) Kewajiban pengurus untuk menunjukan dan menjelaskan pada setiap tenaga kerja baru tentang semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerja, Alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.

2) Kewajiban memasuki tempat kerja,untuk siapapun wajib menaati semua petunjuk keselamatan kerja dan semua wajib memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan. 3) Kewajiban pengurus untuk meyediakan semua alat perlindungan diri secara sukarela

yang diwajibkan tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut.

2.1.4 Perilaku Berisiko pada Pekerja Las

Hasil penelitian Fathul Masruri Syaaf, dkk tahun 2008 tentang perilaku berisiko (at-risk behavior) pada pekerja unit usaha las di Bali. Menunjukan bahwa permasalahan yang dihadapi adalah pengetahuan para pekerja tentang prosedur kerja atau langkah kerja yang aman, peralatan yang tidak memadai, dan kondisi lingkungan fisik yang buruk. Sehingga tingkat kecelakan kerja masih tinggi.

(41)

24

2.2Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

(42)

71

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1Simpulan

1. Pekerja las di CV. Usaha Jaya Kudus menunjukkan perilaku berisiko

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku keselamatan pekerja las di CV. Usaha Jaya Kudus terdiri dari 6 faktor yaitu pengetahuan pekerja, tidak adanya pelatihan, tidak adanya peraturan tentang K3, kurangnya pengawasan, tidak adanya promosi tentang keselamatan dan kesehatan kerja diruang kerja pengelasan dan tidak adanya hukuman atau penghargaan kepada pekerja atas perilaku menerapkan K3.

3. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada Pekerja Las Di CV.Usaha Jaya Kudus selama ini tidak menjadi prioritas untuk menghindarkan dari kecelakaan kerja. Penggunaan APD terbatas pada sarung tangan dan kacamata las ketika ketika melakukan pengelasan dalam waktu cukup lama dan mengganggu penglihatan.

4. Kecelakaan kerja yang dialami oleh pekerja las di CV. Usaha Jaya Kudus tergolong dalam kategori kecelakaan ringan seperti lecet, terpercik api, dan tertimpa besi, sedangkan kecelakaan kerja yang berat pernah terjadi seperti terpotong jari tangan pada saat melakukan pemotongan besi.

6.2Saran-Saran

1. Untuk Pekerja Las

Bagi pekerja las agar menggunakan APD,seperti Helm untu melindungi kepala dari benturan, masker yang menutupi mulut dan hidung, kaca mata pelindung, sarung tangan yang terbuat dari kulit atau asbes lunak, pakaian kerja atau (apron) terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dari bahan kulit atau asbes lunak, Sepatu las dimana sepatu las ini harus terbuat dari bahan kulit dan diujung sepatu ada plat besi pelindung untuk melindungi kaki dari benda-benda tajam yang jatuh mengenai kaki. Diharapkan untuk lebih meningkatkan kesadaran tentang pentingnya penggunaan alat pelindung diri pada

(43)

72

saat bekerja sehingga harapannya semua pekerja las menggunakan alat pelindung diri agar dapat terhindar dari kecelakaan kerja.

2. Untuk Pemilik CV. Usaha Jaya Kudus

Pemilik CV. Usaha Jaya Kudus diharapkan untuk melaksanakan pengawasan, memberikan pelatihan dan menyediakan APD yang lengkap berupa Helm untu melindungi kepala dari benturan, masker yang menutupi mulut dan hidung, kaca mata pelindung, sarung tangan yang terbuat dari kulit atau asbes lunak, pakaian kerja atau (apron) terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dari bahan kulit atau asbes lunak, Sepatu las dimana sepatu las ini harus terbuat dari bahan kulit dan diujung sepatu ada plat besi pelindung untuk melindungi kaki dari benda-benda tajam yang jatuh mengenai kaki, sarung tangan kepada pekerja agar tidak terjadi kejadian kecelakaan kerja.

3. Untuk Peneliti Selanjutnya

(44)

73

DAFTAR PUSTAKA

Suryani, 2007, Lima Pekerja Tewas Setiap Hari Karena Kecelakaan Kerja, (http://www.antara.co.id/arc/2007/8/16 /lima-pekerja-tewas-setiap-hari-karena-kecelakaan-kerja/) diakses pada 12 Maret 2015.

Suwondo, 2014. Peserta Jamsostek Alami Kecelakaan Kerja. ( http://ekbis.sindonews.com/read/836859/34/192-911-peserta-jamsostek-alami-kecelakaan-kerja-1392713047) diakses pada 12 Maret 2015

Dwinanda, Bayu, 2007, Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Selamat Dalam Bekerja Pada Karyawan Unit Produksi PT. Goodyear Indonesia Tbk Tahun 2007. Depok, FKM UI.

Effendi, Fikri, 2007, Ergonomi Bagi Pekerja Sektor Informal, Jakarta, Cermin Dunia Kedokteran.

Fleming, M & R. Lardner, 2002. Strategies To Promote Safe Behavior As Port Of A Health And Safety Management System. Norwich, Health And Safety Executive. (www.hse.gov.uk/research/crr.pdf/2002/crr02430.pdf) diakses pada 13 Maret 2015. Goestch, David L, 1996, Occupational Safety And Health In The Age Og High Technology:

For Technologist, Engineers, And Managers, 2nd Edition Englewood Cliffs, New Jersey. Prentice-hall Inc.

Geller, E Scott, 2001. The Psychology Of Safety Handbook. US, CRC Press LLC.

Graeff, Judith A, John P. Elder & Elizabeth Mills Booth, 2006, Communication For Health And Bahavior Change: A Developing Countries Perspective. (Hassanbasri Terj). Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.

International Labor Office (ILO), 1989, Pencegahan Kecelakaan: Buku Pedoman Trans. Adiwardana. Jakarta. PT Pustaka Binaman Pressindo.

Maharani Perdini, 2012, Hubungan Pengetahuan Dan Perilaku Berisiko Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Tahun 2012, Unnes Journal Of Public Health.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Bandung: Rineka Cipta.

Miles, Matthew B dan A. Michael Huberman. 2002. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta : UI Press.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

(45)

74

McSween, Terry E, 2003, The Values-Based Safety Process: Improving Your Safety Culture with Behavior-Based Safety 2nd Edition. New Jersey, John Wiley & Sons inc.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo, 2005, Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta. Rineka Cipta O’Donnel, M.P., J.S harris. 2004. Health Promotion in The Workplaces 2nd Edition. New

York. The Thompson Corporation.

Pusdatinaker. 2014. Tipe Kecelakaan Kerja Di Indonesia, Triwulan IV 2014. (http://pusdatinaker.balitfo.depnakertrans.go.id/viewpdf.php?id=398)

Depnakertrans. Diakses pada 12 Maret 2015.

Eko Budiarto, 2002 Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: EGC

Hendra, 2008, Konsep Pengetahuan, Jakarta : Nobel Edumedia

Alwasilah,Chaedar A. 2002. Pokoknya Kualitatif, Jakarta: Pustaka Jaya

Bandura, A. 1977. Self-efficacy: toward a unifying theory of behavioral change. Psychological Review.

Harson, Wiryosumarto. 2000. Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta: Pradnya Paramita Green, L. W, and Kreuter, M. W. 1999. Health Promotion Planning: An Educational and

Ecological Approach, 3rd edition. Mountain View, CA: Mayfield

Suma’mur, 1996, Keselataman Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta, Gunung Agung. Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta, Bandung.

Sugiyono, 2007, Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D, Alfabeta, Bandung.

Prabowo, Riyadi 2007. Analisis Risiko Kegiatan Proses Pengelasan Dengan Menggunakan Mesin Las PSW (Portable Spot Welding) welding PT. Indomobil Suzuki International Plant Tambun II Tahun 2007, Skripsi Program Pasca Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Denison,Julie,2007. Behavior Change – A Summary of Four Major Theories, AIDSCAP Behavioural Research Unit

(46)

75

Syaaf, Ridwan Z. 2006,Occupational Health and Safety Behavior. Bahan Kuliah

Gambar

Tabel 1.1 Keaslian penelitian .....................................................................
Gambar 3.1 Alur Pikir ................................................................................
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Gambar 2.1 Kerangka Teori

Referensi

Dokumen terkait

Kondom pada Komunitas Waria di Kota Ternate Nur Eda, Bagoes Widjanarko, Laksmono Widagdo 2012, Ternate Explanatory Research dengan pendekatan Cross sectional

Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah yaitu mencuci tangan dengan air mengalir dan memakai sabun, mengkonsumsi jajanan sehat

Perilaku menggunakan peralatan tidak sesuai tujuan penggunaannya ini dapat terjadi disebabkan karena beberapa anteseden yang kurang memadai seperti pemberian

Dari analisis di atas dapat diketahui bahwa upaya guru dalam menangani perilaku menyontek pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di MTs Negeri 1 Kudus baik guru

seorang pekerja karena mengalami kecelakaan kerja atau sakit akibat pekerjaan yang dideritanya, dialihkan sementara ke pekerjaan lain atau pekerja tetap bekerja pada

Kasus kecelakaan kerja banyak terjadi akibat tidak menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan sewaktu kerja sehingga tangannya mengalami luka, tidak