PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DENGAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DENGAN RESIKORESIKO PERILAKU KEKERASAN DIRUANG NUSA INDAH RSUD
PERILAKU KEKERASAN DIRUANG NUSA INDAH RSUD Dr.SOEDOMODr.SOEDOMO KABUPATENTRENGGALEK KABUPATENTRENGGALEK STUDI KASUS STUDI KASUS Disusun Oleh : Disusun Oleh : FERI CHRISTIAN FERI CHRISTIAN NIM : 15.014 NIM : 15.014 PEMERINTA
PEMERINTAH H KABUPATEN TRENGGALEKKABUPATEN TRENGGALEK DINAS KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
AKADEMI KEPERAWATAN PEMKAB TRENGGALEK AKADEMI KEPERAWATAN PEMKAB TRENGGALEK
EE -m
-ma
aiil :
l : a
akpe
kperr_ga@ya
_ga@yaho
hoo
o.co
.co.i.id
d
Web
Websi
site
te : : w
www
ww.akpe
.akperr-tr
-tre
eng
ngggale
alekk.co.i
.co.id
d
Jln. Dr. Soetomo No. 5 Telp/Fax (0355) 791293 Kode Pos 66312 Jln. Dr. Soetomo No. 5 Telp/Fax (0355) 791293 Kode Pos 66312
TRENGGALEK TRENGGALEK
2017 2017
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DENGAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DENGAN RESIKORESIKO PERILAKU KEKERASAN DIRUANG NUSA INDAH RSUD
PERILAKU KEKERASAN DIRUANG NUSA INDAH RSUD Dr.SOEDOMODr.SOEDOMO KABUPATENTRENGGALEK
KABUPATENTRENGGALEK
Diajukan Sebagai
Diajukan Sebagai PersyarPersyaratan Menyelesaikan Pendidikan atan Menyelesaikan Pendidikan DIII KeperawatanDIII Keperawatan Pada Akademi Keperawatan Pemkab. Trenggalek
Pada Akademi Keperawatan Pemkab. Trenggalek
Disusun oleh : Disusun oleh : FERI CHRISTIAN FERI CHRISTIAN NIM : 15.042 NIM : 15.042 PEMERINTA
PEMERINTAH H KABUPATEN TRENGGALEKKABUPATEN TRENGGALEK DINAS KESEHATAN, PENGENDALIAN
DINAS KESEHATAN, PENGENDALIAN PENDUDUKPENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA
DAN KELUARGA BERENCANA
AKADEMI KEPERAWATAN TRENGGALEK AKADEMI KEPERAWATAN TRENGGALEK
E-mail ; akper
E-mail ; akper ga@yahoo.com ga@yahoo.com Website :
Website : www.akper-trwww.akper-trenggalek.co.idenggalek.co.id
Jln. Dr. Soetomo No.5 Telp./Fax (0355) 791293 Kode Pos 66312 Jln. Dr. Soetomo No.5 Telp./Fax (0355) 791293 Kode Pos 66312
TRENGGALEK TRENGGALEK
2017 2017
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DENGAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DENGAN RESIKORESIKO PERILAKU KEKERASAN DIRUANG NUSA INDAH RSUD
PERILAKU KEKERASAN DIRUANG NUSA INDAH RSUD Dr.SOEDOMODr.SOEDOMO KABUPATENTRENGGALEK
KABUPATENTRENGGALEK
Diajukan Sebagai
Diajukan Sebagai PersyarPersyaratan Menyelesaikan Pendidikan atan Menyelesaikan Pendidikan DIII KeperawatanDIII Keperawatan Pada Akademi Keperawatan Pemkab. Trenggalek
Pada Akademi Keperawatan Pemkab. Trenggalek
Disusun oleh : Disusun oleh : FERI CHRISTIAN FERI CHRISTIAN NIM : 15.042 NIM : 15.042 PEMERINTA
PEMERINTAH H KABUPATEN TRENGGALEKKABUPATEN TRENGGALEK DINAS KESEHATAN, PENGENDALIAN
DINAS KESEHATAN, PENGENDALIAN PENDUDUKPENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA
DAN KELUARGA BERENCANA
AKADEMI KEPERAWATAN TRENGGALEK AKADEMI KEPERAWATAN TRENGGALEK
E-mail ; akper
E-mail ; akper ga@yahoo.com ga@yahoo.com Website :
Website : www.akper-trwww.akper-trenggalek.co.idenggalek.co.id
Jln. Dr. Soetomo No.5 Telp./Fax (0355) 791293 Kode Pos 66312 Jln. Dr. Soetomo No.5 Telp./Fax (0355) 791293 Kode Pos 66312
TRENGGALEK TRENGGALEK
2017 2017
DAFTAR RIWAYAT HIDUP DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
Nama : Feri Christian: Feri Christian Tempat tangg
Tempat tanggal lahir al lahir : Trengg: Trenggalek, 02 alek, 02 Juli 1997Juli 1997 Agama
Agama : : IslamIslam Alamat
Alamat : : RT.15 RT.15 RW.03 RW.03 Ds. Ds. NgadimulyoNgadimulyo
Kecamatan Kampak, Kabupaten Trenggalek Kecamatan Kampak, Kabupaten Trenggalek
Riwayat Pendidikan : Riwayat Pendidikan :
1.
1. SD SD lulus lulus tahun tahun 2003 2003 - - 2009 2009 :: SDN 4 NgadimulyoSDN 4 Ngadimulyo 2.
2. SMP SMP lulus lulus tahun tahun 2009 2009 - - 2012 2012 :: SMPN 1 KampakSMPN 1 Kampak 3.
3. SMA/MA SMA/MA lulus lulus tahun tahun 2012 2012 - - 2015 2015 :: SMAN 1 Kampak SMAN 1 Kampak 4.
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini saya :
Nama : Feri Christian
Tempat tanggal lahir : Trenggalek, 02 Juli 1997
NIM : 15.014
Menyatakan bahwa studi kasus yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Pada Pasien Skizofrenia Dengan Resiko Perilaku Kekerasan Diruang Nusa Indah Rsud dr.Soedomo Trenggalek ’’ adalah karya tulis saya sendiri dan bukan hasil karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya dan apabila surat pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi dari akademik.
Trenggalek, Yang menyatakan,
FERI CHRISTIAN NIM 15.014
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG PROPOSAL
Proposal ini disusun oleh NIM Dengan Judul : : : Feri Christian 15.014
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Skizofrenia Dengan Resiko Perilaku Kekerasan Diruang Nusa Indah Rsud dr.Soedomo Trenggalek
Telah disetujui untuk diujikan ke hadapan dewan penguji Sidang Proposal Karya Tulis Ilmiah pada tanggal, - - 2017
Oleh :
Pembimbing I
Awan Hariyanto, S.Kep.Ns. M. Kes NIDN. 304607801
Pembimbing II
Ns.Dewi Wulandari, S.Kep NIDN:3411118101
LEMBAR PENGESAHAN
Proposal ini disusun oleh NIM Dengan Judul : : : Feri Cristian 15.042
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Skizofrenia Dengan Resiko Perilaku Kekerasan Diruang Nusa Indah Rsud dr.Soedomo Trenggalek
Telah disetujui dan dipertahankan di hadapan dewan penguji Proposal Karya Tulis Ilmiah Akademi Keperawatan Trenggalek pada tanggal, - - 2017
Tim Penguji
Penguji 1 : Awan Hariyanto, S.Kep.Ns.M.Kes NIDN. 3407078001
Penguji 2 :Ns.Dewi Wulandari,S.Kep NIDN:3411118101
Tanda Tangan
( )
( )
Mengetahui
Direktur Akademi Keperawatan Trenggalek
Ns. Rahayu Niningasih, S. Kep. M. Kes NIP.19691121 199203 2 005
MOTTO MOTTO
KEGAGALAN AKAN MENGALAHKAN KEJENIUSAN KEGAGALAN AKAN MENGALAHKAN KEJENIUSAN
ORANG YANG BERBAKAT ORANG YANG BERBAKAT
YANG DI TEMPUH DENGAN USAHA DAN KERJA KERAS YANG DI TEMPUH DENGAN USAHA DAN KERJA KERAS
MAKA DARI ITU MAKA DARI ITU
JANGAN PERNAH MENYERAH SEBELUM BERUSAHA JANGAN PERNAH MENYERAH SEBELUM BERUSAHA
LAKUKAN APA YANG KAU BISA LAKUKAN APA YANG KAU BISA
MESKIPUN ITU KECIL MESKIPUN ITU KECIL
LEMBAR PERSEMBAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN Tiada yang maha pengasih dan maha
Tiada yang maha pengasih dan maha penyayang selain Engkau ya Allah... Syukurpenyayang selain Engkau ya Allah... Syukur alhamdulillah berkat rahmat dan karunia-Mu ya Allah saya bisa men
alhamdulillah berkat rahmat dan karunia-Mu ya Allah saya bisa men yelesaikan Karya Tulisyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Ilmiah ini.
Karya Tulis Ilmiah ini kupersembahkan untuk: Karya Tulis Ilmiah ini kupersembahkan untuk:
KEDUA ORANG TUA KU TERCINTA KEDUA ORANG TUA KU TERCINTA Bapak NUR ZAINUDIN dan I
Bapak NUR ZAINUDIN dan Ibu TUMINAH bu TUMINAH ini anak mu yang mencobini anak mu yang mencoba memberikan yanga memberikan yang terbaik untukmu. Betapa diri ini ingin melihat kalian bangga pada anak mu ini. Betapa tak terbaik untukmu. Betapa diri ini ingin melihat kalian bangga pada anak mu ini. Betapa tak ternilai kasih sayang dan pengorbanan kalian padaku. Terimakasih atas semua dukungan baik ternilai kasih sayang dan pengorbanan kalian padaku. Terimakasih atas semua dukungan baik
moril maupun materil untukku selama ini. Aku sayang kalian.. moril maupun materil untukku selama ini. Aku sayang kalian..
Keluarga Keluarga
Untuk keluarga tersayang yang telah memberi semangat selama ini memberi
Untuk keluarga tersayang yang telah memberi semangat selama ini memberi dukungandukungan terima kasih atas semua
terima kasih atas semua doa untuk kesuksesanku.doa untuk kesuksesanku. DOSEN dan GURU
DOSEN dan GURU
Ucapan terimakasih yang tak terhingga untuk guru mulai SD, SMP dan SMA, serta tak Ucapan terimakasih yang tak terhingga untuk guru mulai SD, SMP dan SMA, serta tak terkecuali seluruh dosen Akper Pemkab Trenggalek yang telah memberikan ilmu, motivasi, terkecuali seluruh dosen Akper Pemkab Trenggalek yang telah memberikan ilmu, motivasi, perhatian yang tak henti-hentinya. Tak terlupakan do
perhatian yang tak henti-hentinya. Tak terlupakan dosen pembimbing akademikku Isen pembimbing akademikku Ibu Elokbu Elok Yulidaningsih, S.Kep dan Bapak Edi Yuswantoro, S.Kep.M.Kes yang telah sabar Yulidaningsih, S.Kep dan Bapak Edi Yuswantoro, S.Kep.M.Kes yang telah sabar memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah saya memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah saya
SAHABAT-SAHABA
SAHABAT-SAHABAT T ALMATERKUALMATERKU
Untuk teman-teman semua yang selalu memberi dukungan, semangat terima kasih untuk Untuk teman-teman semua yang selalu memberi dukungan, semangat terima kasih untuk semuanya. Tidak lupa ucapan terima kasih, semangat dan juga usaha jangan menyerah semuanya. Tidak lupa ucapan terima kasih, semangat dan juga usaha jangan menyerah untuk.Teman-teman seperjuanganku dikampus yang tidak dapat ku sebutkan satu
untuk.Teman-teman seperjuanganku dikampus yang tidak dapat ku sebutkan satu persatu.persatu. Semoga ilmu yang kita dapatkan dapat kita gunakan untuk mengabdi pada masyarakat dan Semoga ilmu yang kita dapatkan dapat kita gunakan untuk mengabdi pada masyarakat dan
membantu orang lain untuk tetap tersenyum bersama keluarga mereka. membantu orang lain untuk tetap tersenyum bersama keluarga mereka.
KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Alloh SWT, karena berkat rahmat dan Puji syukur saya panjatkan kehadirat Alloh SWT, karena berkat rahmat dan hidayah- Nya
Nya sehingga sehingga penulis penulis dapat dapat menyelesaikan menyelesaikan proposal proposal yang yang berjudulberjudul “ Asuhan“ Asuhan Keperawatan Pada Pasien Skizofrenia Dengan Resiko Perilaku Kekerasan Keperawatan Pada Pasien Skizofrenia Dengan Resiko Perilaku Kekerasan Diruang Nusa Indah Rsud dr.Soedomo Trenggalek ’’
Diruang Nusa Indah Rsud dr.Soedomo Trenggalek ’’tepat pada waktu yang sudahtepat pada waktu yang sudah ditentukan. Proposal ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh ditentukan. Proposal ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan di Akper Pemkab Trenggalek
gelar Ahli Madya Keperawatan di Akper Pemkab Trenggalek
Dalam penyususnan penulis mendapat banyak pengarahan dan bantuan dari Dalam penyususnan penulis mendapat banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai
berbagai pihak, pihak, untuk untuk itu itu dalam dalam kesempatan kesempatan ini ini penulis penulis tidak tidak lupa lupa mengucapkanmengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
terimakasih kepada yang terhormat :
1)
1) Ns. Ns. Rahayu Rahayu Niningasih, Niningasih, S.Kep,M.Kes S.Kep,M.Kes selaku selaku Direktur Direktur Akademi Akademi KeperawatanKeperawatan Pemkab Trenggalek yang telah banyak memberikan saran dalam pembuatan Pemkab Trenggalek yang telah banyak memberikan saran dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
Karya Tulis Ilmiah ini. 2)
2) Awan Harianto, S.Kep.Ns.M.Kes selaku pembimbing I penyusunan ProposalAwan Harianto, S.Kep.Ns.M.Kes selaku pembimbing I penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan dorongan, perhatian, bimbingan, Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan dorongan, perhatian, bimbingan, pengarahan
pengarahan serta serta saran saran dalam dalam pembuatan pembuatan Karya Karya Tulis Tulis Ilmiah Ilmiah ini ini mulai mulai dari dari awalawal sampai akhir.
sampai akhir. 3)
3) Dewi Wulandari, S.Kep.Ns selaku pembimbing II penyusunan Proposal KaryaDewi Wulandari, S.Kep.Ns selaku pembimbing II penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah yang telah banyak membantu dan memberikan saran dalam Tulis Ilmiah yang telah banyak membantu dan memberikan saran dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini. 4)
4) Semua dosen dan staf Akademi Keperawatan Pemkab Trenggalek yang telahSemua dosen dan staf Akademi Keperawatan Pemkab Trenggalek yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan Proposal ini
memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan Proposal ini 5)
6) Seluruh teman-teman yang telah memberikan masukan dalam penulisan proposal ini.
Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan proposal ini dengan sebaik- baiknya. Namun demikian penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu demi kesempurnaan, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak yang terkait untuk menyempurnakannya.
Trenggalek, - - 2017
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……….. RIWAYAT HIDUP……… LEMBAR PERNYATAAN………... LEMBAR PERSETUJUAN………. LEMBAR PENGESAHAN………... MOTTO……….. LEMBAR PERSEMBAHAN……… KATAPENGANTAR………... ABSTRAK……….. ABSTRACT……… DAFTAR ISI……….. DAFTAR TABEL……….. DAFTAR GAMBAR………. DAFTARLAMPIRAN……….. DAFTAR SINGKATAN………... DAFTAR ISTILAH………... BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……….. 1.2 Batasan Masalah……….. 1.3 Rumusan Masalah……… 1.4 Tujuan………. 1.5 Manfaat Penelitian………... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Skizofrenia
2.1.1 Epidemiologi Skizofrenia……….. 2.1.2 Etiologi Skizofrenia………... 2.1.3 Manifestasi Klinis Skizofrenia………. 2.1.4 Perjalanan Penyakit……….………. 2.1.5 Jenis- jenis Skizofrenia………..
2.1.6 Penatalaksanaan Terapi Skizofrenia………. 2.1.7 Pengertian Persepsi Sensori……….. 2.1.8 Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Sensori……… 2.2 Konsep Resiko Perilaku Kekerasan
2.2.1 Pengertian Resiko Perilaku Kekerasa ……... 2.2.2 Etiologi………... 2.2.3 Manifestasi Klinis Resiko Perilaku Kekerasan ……… 2.2.4 Pohon Masalah……….. 2.2.5 Rentang Respon Resiko Perilaku Kekerasan ………... 2.2.6Jenis-Jenis Resiko Perilaku Kekerasan ………... 2.2.7Fase – Fase Resik o Perilaku Kekerasan …...……… 2.2.8 Mekanisme Koping………... 2.2.9 Perilaku……….. 2.2.10 Proses Terjadinya Masalah………... 2.2.11 Komplikasi……….. 2.3 Konsep Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian Keperawatan………... 2.3.2 Diagnosa Keperawatan………... 2.3.3 Rencana Tindakan Keperawatan………... 2.3.4 Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan………... 2.3.5 Evaluasi Keperawatan………... BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian……….. 3.2 Batasan Istilah……….. 3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian………...………...…. 3.4 Subyek Penelitian atau Partisipan…………...………...…….. 3.5 Pengumpulan Data………... 3.6 Uji Keabsahan Data……...……….... 3.7 Analisis Data………...…... 3.8 Etik Penelitian……….. DAFTAR PUSTAKA……….…
BAB 1
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Schizofrenia merupakan suatu sindrome klinis atau proses penyakit yang mempengaruhi kognisi,persepsi, emosi, perilaku, dan fungsi sosial, tetapi schizofrenia
mempengaruhi setiap individu dengan cara yang berbeda.Derajat gangguan pada fase
akut atau fase psikotik dan fase kronis atau fase jangka panjang sangat bervariasi
diantara individu (Videbeck, 2008) Gejala utama dari Schizopernia adalah perilaku
kekerasan.Perilaku kekerasan merupakan ekspresi kekuatan fisik dengan menyerang diri
sendiri atau orang lain, serta pemaksaan keinginan seseorang kepada orang lain
(Townsend, 2009). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku
kekerasan merupakan bentuk kekerasan dan pemaksaan secara fisik maupun verbal yang
ditujukan kepada diri sendiri maupun orang lain. Gejala mayor skizofrenia digolongkan
menjadi dua yaitu gejala positif dan negatif. Gejala positif yang muncul yaitu halusinasi
(90%), delusi (75%), waham, perilaku agitasi dan agresif, serta gangguan berpikir dan
pola bicara. Gejala negatif yaitu afek datar, alogia (sedikit bicara), apatis, penurunan
perhatian dan penurunan aktifitas sosial (Varcarolis, Carson & Shoemaker, 2006;
Slowik, 2011). Perilaku kekerasan muncul karena adanya dorongan alami atau timbul
sebagai bentuk mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan tindakan konstruktif
atau destruktif yang secara langsung ditujukan pada diri sendiri atau orang lain. Perilaku
kekerasan biasanya berupa kekerasan secara fisik atau kekerasan secara verbal. Perilaku
kekerasan biasanya timbul untuk menutupi kekurangan seseorang, misalnya rendahnya
percaya diri (Townsend, 2009).
Menurut World Health Organization (WHO), Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan jiwa, dan memiliki sikap positif untuk
menggambarkan tentang kedewasaan serta kepribadiannya. Menurut data WHO pada tahun 2012 angka penderita gangguan jiwa mengkhawatirkan secara global, sekitar 450 juta orang yang menderita gangguan mental. Orang yang mengalami gangguan jiwa sepertiganya tinggal di negara berkembang, sebanyak 8 dari 10 penderita gangguan mental itu tidak mendapatkan perawatan (Kemenkes RI, dalam Kirana, 2014). Depertemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010, menyatakan jumlah penderita gangguan jiwa di indonesia mencapai 2,5 juta yang terdiri dari pasien resiko perilaku ke-kerasan. Diperkirakan sekitar 60% menderita resiko perilaku kekerasan di Indonesia (Wirnata, dalam Sari, 2015). Di jawa Timur,pada tahun 2014orang orang yang mengalami gangguan jiwa 63.483 orang yang mengalami gangguan jiwa. Angka kejadian ini merupakan penderita yang sudah terdiagnosa. Klien dengan perilaku kekerasan mengalami perubahan respon kognitif berupa gangguan proses pikir yaitu gangguan dalam mempersepsikan sesutu serta tidak mampu membuat
alasan (Boyd & Nihart, 2007). Respon kognitif merupakan hasil penilaian terhadap kejadian yang menekan ,pilihan koping yang digunakan, reaksi emosional, fisiologis, perilaku dan sosial individu akan menampilkan respon afektif yang dimunculkan dengan emosi berupa marah ,gembira,sedih,menerima,antisipasi atau respon emosi lainnya(Stuart & Laraia, 2005). Peryataan – peryataan diatas dapat disimpulkan bahwa pada klien perilaku kekerasan mengalami perubahan pada respon kognitif yang nantinya akan berpengaruh terhadap respon afektif yang dimunculkan dalam bentuk emosi seperti kemarahan. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi yang diberikan pada klien perilaku kekerasanjuga perlu mengacu kepada emosi selain kognitif dan perilaku. Di Trenggalek, jumlah penderita ganngguan jiwa Skizofrenia tahun 2O15 mencapai 349 orang yang tersebar di 14 kecamatan (Dinas Kesehatan Pemkab Trenggalek, 2016).
Permasalahan utama yang sering terjadi pada pasien Schizofrenia adalah perilaku kekerasan.Hal ini sesuai dengan diagnosa keperawatan NANDA yang biasa ditegakkan berdasarkan pengkajian gejala psikotik atau tanda positif. Kondisi ini harus segera
ditangani karena perilaku kekerasan yang terjadi akan membahayakan diri pasien, orang lain, dan lingkungan. Hal ini yang menjadi alasan utama pasien Schizofrenia dibawa ke rumah sakit. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,orang lain, maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart danSundeen,2006). ).Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari rasa marah atau ketakutan yang mal adaptif (panik). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri sering dipandang sebagai suatu dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi yang lain. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain, sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap suatustressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol (Stuart dan Laraia, 2005),
Keliat (2003), menyebutkan bahwa pemberian tindakan keperawatan generalis untuk perilaku kekerasan menghasilkan kemampuan mencegah perilaku kekerasan secara mandiri sebesar 86,6% dan secara signifikan menurunkan perilaku kekerasan. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih (2009) membuktikan bahwa terjadi penurunan sebesar 87,4% respon perilaku, sosial dan kognitif pada klien yang diberikan terapi generalis dan asertiveness training jika dibandingkan dengan klien yang hanya diberikan terapi generalis saja. Ini menunjukkan bahwa dengan pemberian asertiveness training dan terapi generalis terbukti lebih baik dari pada diberikan terapi generalis saja. Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses memberikan masukan berupa informasi – informasi kesehatan agar seseorang dapat merubah perilaku kesehatannya sesuai yang diharapkan. Pendidikan kesehatan jiwa adalah strategi untuk memampukan individu keluarga, komunitas, kelompok mengotrol kesehatan jiwa dan faktor yang
mempengaruhi yaitu lingkungan, kebiasaan dan pola hidup Widyatuti (2009) cit Suryana (2012). Perawat wajib berperan sebagai pendidik kegiatan yaitu mendengar, memerintahkan, menyarankan, menjelaskan, mendiskusikan dan membantu memutuskan.Dengan pendidikan kesetatan jiwa yang diberikan di klinik keperawatan oleh perawat membuat pasien dan keluarga tahu, yakin, memutuskan dan melakukan informasi dan latihan yang diberikan Widyatuti (2009) cit Suryana (2012) Mengingat latar belakang permasalahan di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang : Asuhan Keperawatan Skizofrenia Pada Klien dengan Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan diruang Nusa Indah RSUD dr.Soedomo Trenggalek.
1.2 Batasan Masalah
Pada Studi Kasus ini dibatasi pada pengambilan kasus Skizopenia dengan perilaku kekerasan tanpa penyerta diagnosa lain. Pengambilan masalah pada studi kasus ini dibatasi 2 diagnosa keperawatan utama.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalahnyasebagai berikut : “ Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Klien Skizofrenia Dengan Resiko Perilaku Kekerasan diruang Nusa Indah RSUD dr.Soedomo Trenggalek ?”
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif serta menganalisa kesenjangan antara fakta dan teori pada pasien yangmenderita Skizofrenia dengan Resiko Perilaku Kekerasan Diruang Nusa Indah RSUD dr.Soedomo Trenggalek.
1. Melakukan penkajiandan menganalisamasalah yang munculpada pasienSkizofrenia dengan Resiko Perilaku Kekerasan.
2. Merumuskan serta membandingkan diagnose keperawatanyang muncul secarafakta dan teori pada pasien Skizofreniadengan Resiko Perilaku Kekerasan.
3. Mengidentifikasi rencana tindakan yang tepat sertamenganalisateori dan fakta pada pasien Skizofrenia denganResiko Perilaku Kekerasan.
4. Melaksanakan tindkan yang tepat serta menganalisa antara teoridan fakta pada pasien Skizofrenia dengan Resiko Perilaku Kekerasan.
5. Mengevaluasi tindakan serta menganalisa antara teori danfaktapada pasien Skizofrenia dengan Resiko Perilaku Kekerasan.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil studi kasus ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dalampengembangan ilmu keperawatan yang berkaitan dengan asuhankeperawatan pada pasien Skizofrenia dengan Resiko Perilaku Kekerasan.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Institusi Puskesmas
Dapat digunakan sebagai bahan masukan dan evaluasi yang dipergunakan dalam pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan khususnya pada pasien Skizofrenia dengan Resiko Perilaku Kekerasan.
2. Bagi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai masukan dalam proses keperawatanserta dalam memberikan asuhan keperawatan yang berhubungandengan perawatan pasien
Skizofreniadengan Resiko Perilaku Kekerasan, sehingga dapat dijadikan bahan penelitian selanjutnya yanglebih mendalam.
3. Bagi Pasien
Dapat memberikan pengetahuan atau informasi dalamperawatanpada pasien Skizofrenia dengan Resiko Perilaku Kekerasan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DefinisiSkizofrenia
Skizofreniaadalah biasanya ditandai dengan dua kategori gejala utama, positif dan negatif. Gejala positif berfokus pada distorasi fungsi normal , Sementara gejala negatif mengindikasikan hilangnya fungsi normal.(linda carman 2007)
Skizofrenia merupakan suatu bentuk yang sering dijumpai di mana mana sejaak kala. Meskipun demikian pengetahuan kita tentang sebab-sebabnya dan patogenesanya kurang(Willy F. Maramis 2005)
2.1.1 Epidemiologi
Hal ini disebabkan karena beban kehidupan dan pikiran manusia yang semakin berat.Masyarakat dihadapkan dalam berbagai permasalahan kehidupan yang sangat kompleks. Setiap orang mempunyai kemampuan yang tidak sama untuk beradaptasi dengan perubahan kondisi sosial budaya. Jika individu kurang atau tidak mampu dalam beradaptasi dengan perubahan tersebut, maka individu akan mengalami berbagai penyakit fisik maupun mental (timbul stres s dan terjadi perilaku kekerasan ) dimana seseorang pernah atau mempunyairiwayat melakukan
tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain atau lingkungan baik secara fisik atau emosional atau seksual dan verbal (Keliat, 2010).
2.1.2 Etiologi
Terdapat beberapa pendekatan yang dominan dalam menganalisa penyebab skizofrenia, antara lain :
1) Faktor genetic
Menurut Maramis (2005), factor keturunan juga menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga keluarga penderita skizofrenia terutama anak-anak kembar satu telur. Angka kesakita bagi saudara tiri ialah 0,9-1,8%; bagi saudara kandung 7-15%; bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita skizofrenia 7-16%; bila kedua orang tua menderita skizofrenia 40-68%; bayi kembar dua telur (Heterozigot) 2-15%; Bayi kembar satu telur
(monozigot) 61-80%. Skizofrenia melibatkan lebuh dari satu gen,sebuah fenomena yang disebut quantitative trait loci. Skizofrenia yang paling sering kita lihat mungkin disebabkan oleh beberapa gen yang berlokasii di tempat-tempat yang berbeda di seluruh kromosom. Ini juga mengklarifikasikan mengapa ada gradasi tingkat keparahan pada orang orang yang mengalami gangguan ini (dari ringan sampai berat) dan mengapa resiko untuk mengalami skizohrenia semakin tinggi dengan semakin banyaknya jumlah anggota keluarga yang memiliki penyakit ini (Maramis, 2005).
2) Faktor Biokomia
Sizofrenia mungkin berasal dari ketidakseimbangan kimiawai otak yang disebut neurotransmitter, yaitu kimiawi otak yang memungkinkan neuron-neuron berkomunikasi satu sama lain. Beberapa ahli mengatakan bahwa skizofenia berasal dari aktivitas neurotransmitterdopamine yang berlebihan di bagian-bagian tertentu otak atau dikarenakan sensitivitas yang abnormal terhadap dopamine. Banyak ahli yang berpendapat bahwa aktifitas dopamine yang berlebihan saja tidak cukup untuk skizofrenia. Beberapa neurotransmitter lain seperti serotonin dan norepinephrin tampaknya juga memainkan peranan
(Maramis, 2005).
3) Faktor Psikologis dan Sosial
Faktor psikososial meliputi adanya kerawanan herediter yang semakin
lama semakin kuat, adanya trauma yang bersifat kejiwaan, adanya hubungan orang tua anak yang bersifat patogenik, serta interaksi yang patogenik dalam keluarga. Banyak penelitian yang mempelajari bagaimana interaksi dalam keluarga mempengaruhi penderita skizofrenia. Sebagai contoh, istilah schizophregenic mother kadang-kadang digunakan untuk mendeskripsikan tentang ibu yang memiliki sifat dingin, dominan , dan penolak, yang diperkirakan menjadi penyebab skizofrenia pada anak anaknya (Maramis, 2005).
Menurut Coleman dan Maramis (,2005), keluarga pada masa kanak-kanak memegang peranan penting dalam pembentukan kepribadian. Orang tua terkadang bertindak terlalu banyak untuk anak-anak dan tidak member kesempatan anak untuk berkembang, ada kalanya orang tua bertindak sedikit dan tidak merangsang anak,
atau tidak member bimbingan dan anjuran yang dibutuh kannya .
2.1.3 Manifestasi Klinis Skizofrenia 1) Gambaran gangguan jiwa
Gambaran gangguan jiwa skizofrenia beraneka ragam mulai dari Gangguan pada alam pikir, perasaan, dan perilaku yang mencolok sampai Yang tersamar. Gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer dan sekunder. (Menurut Bleuder 1938, dikutip dalam buku Maramis 2005)
a) Delusi atau waham, yaitu suatui keyakinan yang tidak rasional meskipun telah dibuktikan secara objektif bahwa keyakinan itu tidak rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya.
b) Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus). Misalnya mendengar suara-suara/bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara bisikan tersebut.
c) Kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraan. Misalnya berbicara kacau sehingga tidak dapat mengikuti alur pikirannya.
d) Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat dan gembira berlebihan .
e) Merasa dirinya “orang besar”, merasa serba mampu, serba hebat dan sejenisnya. f) Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau sekan – akan ada ancaman terhadap
dirinya. (Maramis, 2005). 3) Gejala Sekunder
a) Alam perasaan (affect) “tumpul” atau “mendatar”. Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menumjukkan ekspresi.
b) Menarik diri atau ,mengasingkan diri. c) Kontak emosional amat miskin, pendiam. d) Pasif dan apatis.
e) Sulit dalam berfikir abstrak. f) Pola pikir stereotip.
g) Tidak ada atau kehilangan dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif, tidak ada upaya dan usaha, tidak ada spontanitas, monoton, serta tidak ingin apa-apa. (Maramis, 2005).
1) Tipe paranoid
Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah waham yang mencolok atau halusinasi auditorik dalam
konteks terdapatnya fungsi kognitif dan afektif yang relative masih terjaga.Waham biasanya adalah waham kejar atau waham kebesaran atau keduanya, tetapi waham
dengan tema lain (misalnya waham kecemburuan, keagamaan, atau somalisas) mungkin juga muncul. Ciri-ciri lainnya meliputi ansietas, kemarahan,menjaga jarak dan suka berargumentasi dan agresif. Tipe paranoid merupakan skizofrenia yang
dikarakteristikkan dengan adanya kecurigaan yang ekstrim terhadap orang lain dengan halusinasi dan waham kejar atauwaham kebesaran (Townsend, 2009)
2) Tipe Disorganized (tidak terorganisasi)
Ciri utama skizofrenia tipe disorganized adalah pembicaraan kacau,
tingkah laku yang kacau dan afek yang datar atau inappropriate. Pembicaraan yang kacau dapat disertai kekonyolan dan tertawa yangtidak erat kaitannya dengan isi pembicaraan.Disorganisasi tingkah lakudapat membawa pada gangguan yang serius pada berbagai aktivitassehari-hari.Menurut (Arif, 2006) Skizofrenia tidak terinci
merupakansejenis schizophrenia dimana gejala-gejala yang muncul sulit untukdigolongkan pada tipa Skizofrenia pada tipe tertentu.Skizofrenia tidaktertentu dikarakteristik dengan perilaku disorganisasi dan gejala-gejalapsikologis yang mungkin memenuhi lebih dari satu tipe/kelompok criteriakizofrenia (Townsend, 2009). Menurut FKUI (2002), Klien skizofreniamerupakan gangguan jiwa yang
memenuhu kriteria umum skizofreniatetapi tidak memenuhi kriteria untuk memenuhi criteria residual ataudepresi pasca skisofrenia. Skizofrenia tidak terinci (undifferentiated)didiagnosis dengan memenuhi criteria umum untuk diagnosa skizofrenia,tidak memenuhi criteria untuk skizofrenia paranoid,
hebefrenik,katatonik,dan tidak memenuhi criteria untuk skizofrenia tidak terinci ataudepresi pasca skizofrenia (Liza, 2008).
3) Skizofrenia Hibefrenik
Merupakan jenis skizofrenia yang ditandai dengan adanya percakapan dan perilaku yang kacau serta afek yang datar, gangguan asosiasi dan mempunyai sikap yang aneh, menunjukkan perilaku menarik diri secara sosial yang ekstrim, mengabaikan higiene dan penampilan diri dan terjadi sebelum usia 25 tahun (Isaac, 2005).
4) Tipe Katatonik
Ciri utama pada skizofrenia tipe ini adalah gangguan pada psikomotor yang dapat meliputi ketidakbergerakan motorik (waxy flexibility). Aktivitas motor yang berlebihan, negativism yang ekstrim, sama sekali tidak mau berbicara dan berkomunikasi (mutism) gerakan-gerakan yang tidak terkendali, mengulang ucapan orang lain (echolalia) atau mengikuti tingkah laku orang lain (echopraxia). (Issac, 2005).
5) Tipe Undifferentiated
Tipe undifferentiated merupakan tipe skizofrenia yang menampilkan perubahan pola simtomp-simtomp yang cepat menyangkut semua indikator skizofrenia. Misalnya, indikasi yang sangat ruwet, kebingungan (confusion), emosi yang tidak dapat dipegang karena berubah-ubah, adanya delusi, referensi yang berubah ubah atau salah adanya ketergugahan yang sangat besar, autism yang seperti mimpi, depresi dan sewaktu-waktu juga ada fase yang menunjukkan ketakutan. (Iyus Yosep, 2008). 6) Schizoaffective
Schiziaffective merujuk kepada perilaku yanag berkarakteristik skizofrenia, ada tambahan indiikasi kelainan alam perasaan, seperti depresi atau mania (Iyus Yosep, 2008). 7) Tipe Residual
tetapi masih memperlihatkan gejala-gejala residual atau sisa, seperti keyakinan-keyakinan negative, atau mungkin masih memiliki ide-ide tidak wajar yang tidak sepenuhnya delusiaonal. Gejala-gejala residual itu dapat meliputi menarik diri secara sosial, pikiran-pikiran ganjil, inaktivitas, dan afek datar.Tipe residual merupakan eksentrik tetapi gejala-gejala psikosis saat perilaku diperiksa/dirawat tidak menonjol.Menarik diri dan afek yang serasi merupakan karakteristik dari kelainan ini, pasien memiliki riwayat paling sedikit satu episode skizofrenia dengan gejala-gejala yang menonjol (Iyus Yosep 2008).
2.2 Konsep Resiko Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah reaksi sekelompok psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu termasuk fungsi berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterprestasikan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi dan berperilaku secara rasional. Gejala positif atau sering disebut psikotik adalah tanda-tanda yang berlebihan, yang biasanya kebanyakan pada orang tidak ada namun pada klien skiz ofrenia justru muncul, yaitu penurunan efek, kurang motivasi, penurunan interaksi sosial, dan penurunan perhatian.(Iyus Yosep 2011).Resiko perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untukmelikai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis.respon ini dapat menimbulkan keriugian baik pada diri sendiri,orang lain,maupun lingkungan(Budi ana keliat,2009) Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis, (Harnawati 2002).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart dan Sundeen, 2005).) Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya
sendiri maupuin orang lain, disertai amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol (Farida Kusumawati dan Yudi Hartono 2010).
2.2.1 Etiologi
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keingina, (Iyus Yosep, 2011).
2.2.2 Faktor-faktor yang menyebabkan perilaku kekerasan (nita fitria 2010) 1) Faktor Predisposisi
Ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan menurut teori biologic, teori psikologik, dan teori sosiokultural yang dijelaskan oleh Towsend
(1996 dalam Purba dkk, 2008) adalah : a) Teori Biologik
Teori biologic terdiri dari beberapa pendangan terhadap perilaku : (1) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif, system limbic, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls agresif. Sistem
limbic merupakan system informasi, ekspresi, perilaku, dan memori. Apabila ada gangguan pada system ini maka akan meningkatkan atau menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus frontal maka
individu tidak mampu membuat keputusan kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif.Beragam komponen dari system neurologis mempunyai implikasi memfasilkitasi dan menghambat impuls agresif.Sistem
limbic terlambat dalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif.Pusat otak atas secara konstan berinteraksi dengan pusat agresi, yang dijelaskan oleh towsend (1996 dalam Purba dkk, 2008).
(2) Biokimia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine, asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight atau flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang respons terhadap stress, yang dijelaskan oleh Towsend (1996 dalam Purba dkk, 2008).
(3) Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubunga langsung antara perilaku agresif dengan genetic karyotype XYY, yang dijelaskan oleh Towsend (1996 dalam Purba dkk, 2008).
(4) Gangguan Otak
Sindroma otal organic terbukti sebagai factor predispossisi perilaku agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang system limbik dan lobus temporal: trauma otak, yang menimbulkan perubahan serebral, dan penyakit sperti ensefalitis, dan epilepsy, khususnya lobus temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan, yang dijelaskan
Towsend (1996 dalam Purba dkk, 2008). b) Teori psikologik
c) Teori psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan dan rsa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan konsep diri rendah.Agresi dan tindak kekerasan memberikan kekuatan dan
prestise yang dapat meningkatkan citra diri dan memberikan arti dalam
kehidupannya. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan merupakan
pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya
harga diri, yang dijelaskan oleh Towsend (1996 dalam Purba dkk, 2008)
d) Teori pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoih peran mereka, biasanya orang
tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena dipersepsikan sebagai
prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut diikuti dengan pujian yang
positif. Anak memiliki persepsi ideal tentang orang tua mereka selama tahap
perkembangan awal. Namun, dengan perkembangan yang dialami mereka mulai
meniru pola perilaku guru, teman, dan orang lain. Individu yang dianiyaya
ketika masih kanak-kanak atau Mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak
mereka dengan hukuman fisik akan cenderung untuk berperilakukekerasan
setelah dewasa, yang dijelaskan oleh towsend (1996 dalam Purba dkk, 2008).
e) Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh factor budaya dan dtruktur sosial
terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum menerima
perilaku kekeraan sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya. Masyarakat
juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan, apabilla individu menyadari
bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara konstruktif.
Penduduk yang ramai/padat dan lingkungan yan g rebut dapat beresiko untuk
perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial dapat menimbulkan kekerasan
dalam kehidupan individu. (Iyus Yosep 2011).
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan dengan (Yosep, 2008):
a) Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau symbol solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
b) Ekspresi dari tidak nterpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi. c) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
e) Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
f) Kematian anggota keluarga yang yang terpenting, kehilangan
pekerjaan, perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga, (Yosep, 2008).
2.2.3 Tanda dan Gejala
Nita Fitria (2010) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
1) Fisik
a) Muka merah dan tegang
b) Mata melotot/pandangan tajam c) Tangan mengepal
e) Postur tubuh kaku f) Jalan mondar mandir 2) Verbal
a) Bicara kasar
b) Suara tinggi, membentak atau berteriak c) Mengancam secara verbal atau fisik d) Mengumpat dengan kata-kata kotor e) Suara keras
3) Perilaku
a) Melempar atau memukul benda/orang lain b) Menyerang orang lain
c) Merusak lingkungan d) Amuk/agresif
4) Emosi
a) Tidak adekuat
b) Tidak aman dan nyaman
c) Rasa terganggu, dendam dan jengkel d) Tidak berdaya
e) Bermusuhan
f) Mengamuk, ingin berkelahi g) Menyalahkan dan menuntut 5) Intelektual
Mendominasi,cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme. 6) Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain, tidak peduli dan kasar.
7) Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran. 8) Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual. 2.2.4 Rentang Respon
Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart dan Sundeen, 2005).Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dan marah atau (panik). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri sering dipandang sebagai suatu rentang, dimana agresif verbal di suatu sisi dari perilaku kekerasan di sisi yang lain.
Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan menantang merupakan respon yang maladaptive, yaitu agresif kekerasan perilaku yang menampakkan mulai rendah sampai yang tinggi, yaitu :
Asertif : Mengemukakan pendapat/ekspresi tidak senang/tidak setuju tanpa menyakiti lawan bicara. Hal ini menimbulkan ketegangan.
Pasif : Perilaku yang ditandai dengan perasaan tidak mampu untuk mengungkapkan perasaannya sebagai usaha mempertahankan hak-haknya merasa kurang mampu, HDR, pendiam, malu, sulit diajak bicara.
Agresif : Suatu perilaku yang menyertai marah merupakan dorongan mentak untuk bertindak dan masi terkontrol.
Kekerasan : Sering juga disebut gaduh-gaduh atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, member kat-kata ancaman-ancaman,
melukai disertai melukai pada tingkat ringan, dan yang paling berat adalah melukai/merusak secara serius. Klien tidak mampu mengendalikan diri. (Nita Fitria, 2010).
2.2.5 Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah setiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian mesalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri.Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah (Iyus Yosep, 2011)
1) Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal. (Iyus Yosep, 2008).
2) Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik. (Iyus Yosep, 2009).
3) Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kea lam sadar. 4) Reaksi Formasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan mengguanakannya sebagai rintangan. (Iyus Yosep,
2008).
5) Displacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu.
(Iyus Yosep, 2008) 2.2.6 Perilaku
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
1) Menyerang atau menghindar, pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom beraksi terhadap sekresi epinephrine yang menyebabkan tekanan darah meningakat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCL meningkat, peristaltic gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat disertai ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat. (Iyus Yosep, 2008).
2) Menyatakan secara asertif, perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif, dan asertif. (Iyus Yosep, 2008).
3) Memberontak, perilaku yang biasanya disrtai alkibat konflik perilaku “acting out” untuk menarik perhatian orang lain. Perilaku kekerasan.Tindak kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. (Iyus Yosep, 2008).
2.2.7 Akibat Dari Perilaku Kekerasan
Kien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri, lingkungan dan orang lain. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/membahayakan diri, orang lain, dan lingkungan. (Iyus Yosep, 2008).
2.2.8 Penatalaksanaan 1) Pengobatan medik
Beberapa obat yang digunakan untuk mengatasi perilaku agresif antara lain : (Iyus Yosep, 2008).
b) Anti depresan, contohnya Amitriptilin.
c) Mood stabilizer, contohnya : Lithium, Carbamazepin.
d) Antipsikotik contohnya : Chlorpomazine, Haloperidol, dan Stelazine e) Obat lain : Naltrexone, Propanolol
f) ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkanklien bila mengarah pada keadaan amuk. (Maramis, 2005).
2) Penanganan Secara keperawatan
Strategi tindakan keperawatan perilaku kekerasan disesuaikan sejauh man tindakan kekerasan yang dilakukan klien. Strategi tindakan tersebut terdiri dari :
a) Strategi preventive, terdiri daro penyuluhan klien dan latihan asertif.
b) Strategi pengekangan, terdirin manajemen krisis, pengasingan, dan pengikatan. (Nita Fitria, 2010).
4) Penyuluhan
Penyuluhan yang diberikan pada klien untuk mencegah perilaku kekerasan berisi : a) Bantu klien menyelesaikan masalah
b) Berikan kesempatan untuk marah c) Praktekkan ekspresi marah
d) Terapkan ekspresi marah dalam situasi nyata
e) Identifikasi alternative cara mengekspresikan marah 5) Latihan Asertif
Adapun tujuan dari latihan asertif klien bisa berperilaku asertif yang ditandai dengan cirri-ciri sebagai berikut :
a) Berkomunikasi langsung dengan orang lain
c) Mampu menyatakan keluhan
d) Mengekspresikan apresiasi yang sesuai
Tahap latihan meliputi :
(1) Diskusikan bersama klien cara ekspresi marah selama ini
(2) Tanyakan apakah dengan cara ekspresi marah tersebut dapat menyelesaikan
masalah atau justru menimbulkan masalah baru
(3) Anjurkan klien untuk memperagakannya
(4) Anjurkan klien untuk menerapkan asertif dalam situasi nyata. (Nita Fitria,
2010)
2.3 Patofisiologi
Perjalanan penyakit skizofrenia sangat bervariasi pada tiap-tiap
individu.Perjalanan klinis skozofrenia berlangsung secara perlahan-lahan,
meliputi beberapa fasi yang dimulai dari keadaan premorbid, prodromal,
fase aktif dan keadaan residual (Sadock, 2005).Pola gejala premorbid
merupakan tanda pertama penyakit skizofrenia, walaupun gejala yang ada
dikenali hanya secara retrospektif. Karakteristik gejala skizofrenia yang
dimulai dari masa remaja akhir atau permulaan masa dewasa akan diikuti
dengan perkembangan gejala prodormal yang berlangsung beberapa hari
sampai beberapa bulan. Tanda dan gejala prodormal skozofrenia dapat
berupa cemas, gundah, (gelisah), merasa diteror atau depresi. Penelitian
retrospektif terhadap pasiendengan skizofrenia menyatakan bahwa
sebagian penderita mengeluhkan gejala somatic, seperti nyeri jkepala, nyeri
pinggung dan otot, kelemahan dan masalah pencernaan (Sadock, 2005)
Fase aktif skizofrenia ditandai dengan gangguan jiwa yang nyata secara
perilaku.Penilaian pasien skizofrenia terhadap realita terganggu dan pemahaman diri (tilikan) buruk sampai tidak ada.Fase residual ditandai denga tidak menghilangnya beberapa gejala klinis skizofrenia. Yang tinggal hanya satu atau dua gejala sisa yang tidak terlalu nyata secara klinis, yaitu dapat berupa penarikan diri (withdrawal) dan perilaku aneh (Buchanan, 2005)
2.4 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien skizofrenia dapat berupa terapi biologis, dan terapi psikososial. 2.4.1 Terapi Biologis
Pada penatalaksanaan terapi biologis terdapat tiga bagian yaitu terapi dengan menggunakan obet anti psikosis, terapi elektrokonvulsif, dan pembedahan bagian otak.Terapi dengan menggunakan obat anti psikosi dapat meredakan gejala-gejala skizofrenia. Obat yang digunakan adalah
chlorpromazine (thorazin) dan fluphenazine decanoate (prolixin). Kedua obat tersebut termasuk kelompok phenothiazines, reserpine (serpasil), dan haloperidol (haldol).Obat ini disebut obat penenang utama.Obat tersebut dapat menimbulkan rasa kantuk dan kelesuan, tetapi tidak mengakibatkan tidur yang lelap, sekalipun dalam dosis yang sangat tinggi (orang tersebut dapat dengan mudah terbangun).Obat ini cukup tepat bagi penderita skizofrenia yang tampaknya tidak dapat menyaring stimulus yang tidak relevan (Maramis, 2005).
2.4.2 Terapi elektrokonvolsif
Terapi elektrokonvulsif juga dikenal sebagai terapi electroshock pada pelaksanaan terapi biologis. Pada akhir 1930-an , electroconvulsive therapy(ECT) diperkenalkan sebagai penanganan untuk skizofrenia. Tetapi terapi ini telah menjadi pokok perdebatan dan keprihatinan masyarakat karena beberapa alasa.ECT ini digunakan
beberapa rumah sakit jiwa pada berbagai gangguan jiwa, termasuk skizofrenia. Menurut Fink dan Sackeim (1996) antusiasme awal terhadap ECT semakin memudar karena metode ini kemudian diketahui tidak menguntungkan bagi sebagian besar penderita skizofrenia meskipun pengguanaan terapi ini masih dilakukan hingga saat ini. Sebelum prosedur ECT yang lebih manusiawi dikembangkan, ECT merupakan pengalaman yang sangat menakutkan pasien. Pasien seringkali tidak bangun lagi setelah aliran listrik dialirkan ke tubuhnya dan mengakibatkan ketidaksadaran sementara, serta seringkali menderita kerancuan pikiran dan hilangnya ingatan setelah ini. Adakalanya, intensitas kekejangan otot yang menyertai serangan otak mengakibatkan berbagai cacat fisik (Maramis, 2005).
2.4.3 Terapi Psikososial
Gejala-gejala gangguan skizofrenia yang kronik mengakibatkan situasi pengobatan di dalam maupun di luar Rumah Sakit Jiwa (RSJ) menjadi monoton dan menjemukan. Secara historis, sejumlah penanganan psikososial telah diberikan pada pasien skizofrenia, yang mencerminkan adanya keyakinan bahwa gangguan ini merupakan akibat masalah adaptasi terhadap dunia karena berbagai pengalaman yang dialami di usia dini. Pada terapi psikososial terdapat dua bagian yaitu terapi kelompok dan terapi keluarga (Maramis, 2005).Terapi kelompok kelompok merupakan salah satu jenis terapi humanistic. Pada terapi ini beberapa klien berkumpul dan saling berkomunikasi dan therapist berperan sebagai fasilitator dan sebagai pemberi arah di dalamnya. Para peserta terapi saling memberikan feedback tentang pikiran dan perasaan yang
dialami. Peserta diposisikan pada situasi sosial yang mendorong peserta untuk berkomunikasi, sehingga dapat memperkaya pengalaman peserta dalam kemampuan berkomunikasi.Pada terapi keluarga merupakan suatu bentuk khusus dari terapi kelompok.Terapi ini digunakan untuk penderita yang telah keluar dari Rumah Sakit
Jiwa dan tinggal bersama keluarganya. Keluarga berusaha untuk menghindari
ungkapan-ungkapan emosi yang bisa mengakibatkan penyakit penderita kambuh
kembali. Dalam hal ini keluarga diberi informasi tentang cara cara untuk
mengekspresikan perasaan-perasaan, baik yang positif maupun negative secara
konstruktif dan jelas, dan untuk memecahkan setiap persoalan secara bersama-sama.
Keluarga diberi pengetahuantentang keadaan penderita dan cara-cara untuk
menghadapinya. Dari beberapa penelitian, seperti yang dilakukan oleh Fallon
(Davison, et al, 1994; Rathus, et al, 1991) ternyata campur tangan keluarga sangat
membantu dalam proses penyembuhan, atau sekurang-kurangnya mencegah
kambuhnya penyakit penderita.
2.5 Konsep Asuhan Keperawatan 2.5.1 Pengkajian
1) Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan meliputi :
a) Aspek biologis
Respon fisiologis timbul karena kegiatan
b) Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel,
frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan,
menyalahkan dan menuntut. (Maramis, 2005).
c) Aspek intelektual
Sebagian pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual,
peran panca indra sangat penting untukn beradaptasi dengan lingkungan yang
selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat
mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi dan diintegrasikan. (Budiana Keliat, 2003).
d) Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah yang sering merangsang kemarahan orang lain. (Budiana Keliat, 2009). e) Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimenifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
2) Klarifikasi data
Data yang didapat dari pengumpulan data dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu data subyektif dan data obyektif.Data subyektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga.Data ini didapatkan melalui wawancara perawat dengan klien dan keluarga.Sedangkan data obyektif yang ditemukan secara nyata.Data ini didapatkan melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat. (Budiana Keliat, 2009).
Pohon Masalah
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Perilaku Kekerasan
Gangguan konsep diri harga diri rendah
Koping individu inefektif Ketidakefektifan penatalaksanaan Kegagalan pada masa lalu regimen terapeutik
- Ketidaktahuan keluarga - Ketidak patuhan berobat dan Dalam mengenal masalah minum obat
Efect
Core Problem
Gambar 1 pohon masalah Resiko Perilaku Kekerasan
2.5.2 Diagnosa Keperawatan
1) Resiko perilaku kekerasan dapat diartikan sebagai keadaan ketika individu mengalami perilaku yang secara fisik dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain (Nita Fitria, 2010).
a) Data Subyektif
(1) Klien mengatakan benci atau kesal kepada seseorang.
(2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
(3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya b) Data obyektif
(1) Mata merah wajah agak merah.
(2) Nada suara tinggi danbkeras, bicara menguasai : berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.
(3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. (4) Merusak dan melempar barang-barang.
2 )Faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah perilaku kekerasan, antara lain sebagai berikut :
a) Ketidak mampuan mengendalikan dorongan marah b) Stimulus lingkungan
c) Konflik interpersonal d) Status mental
f) Penyalah gunaan narkoba/alcohol. 2.5.3 Intervensi Keperawatan (nita fitria 2010)
Rencana tindakan keperawatan pada klien dengan Resiko perilaku kekerasan 1) Tujuan umum : klien tidak mecederai diri sendiri.
2) Tujuan khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya. Kriteria hasil : Klien mau membalas salam, klien mau menjabat tangan, klien mau menyebut nama, klien mau tersenyum, klien mau kontak mata, klien mau mengenal nama perawat. Intervensi ;
a) Berikan salam atau panggil nama b) Sebutkan nama perawat
c) Jelaskan maksud hubungan interaksi d) Jelaskan akan kontrak yang akan dibuat e) Lakukan kontak singkat tapi sering
3) Klien mampu mengidentifikasi sisi penyebab perilaku kekerasan. Kriteria hasil : Klien mengungkapkan perasaannya, klien dapat mengungkapkan penyebab perasaannya jengkel/kesal (dari diri sendiri, lingkungan, maupun orang lain).
Intervensi :
a) Berikan kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
b) Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal. 4) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala perilaku kekerasan.
Kriteria hasil : Klien dapat mengungkapkan perasaannya saat marah/jengkel. Klien dapat menyampaikan tanda dan gejala jengkel/kesal yang dialaminya.Intervensi ; a) Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakannya
b) Observasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
5) Klien dapat mengidentifikasi mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Kriteria hasil ; Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Klien dapat bermain peran sesuai perilaku kekerasan yang bisa dilakukan. Klien dapat mengetahui cara yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Intervensi :
a) Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien
b) Bantu klien bermain peran sesuai perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
c) Bicarakan dengan klien tentang apakah yang dia lakukan sudah menyelesaikan masalah
6) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Kriteria hasil : Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien, akibat pada klien sendiri, akibat pada orang, akibat pada lingkungan. Intervensi : a) Bicarakan akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan klien
b) Bersama klien menyimpulkan akibat dengan cara yang dilakukan oleh klien c) Tanyakan kepada klien “Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat” 7) Klien mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan.
Kriteria hasil : Klien dapat menyebutkan contoh pencegahan perilaku kekerasan secara fisik : tarik nafas dalam, pukul kasur dan bantal, dll. Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan. Intervensi : a) Diskusikan kegiatan fisik yang bisa dilakukan klien. Berikan pujian atas fisik
klien yang bisa dilakukan.
b) Diskusikan dua cara yang fisik yang paling mudah dilakukan untuk mencegah perilaku kekerasan, yaitu : tarik nafas dalam, pukul kasur bantal.
c) Diskusikan cara melakukan nafas dalam dengan klien
Berikan contoh kepada klien tentang cara menarik nafas dalam.
d) Beri pujian positif atas kemampuan klien mendemonstrasikan cara menarik nafas dalam
e) Tanyakan perasaan klien setelah selesai
f) Anjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari saat marah atau jengkel
8) Klien dapat mendemonstrasikan cara sosial untuk mencegah perilaku kekerasan. Kriteria hasil : Klien dapat menyebutkan cara bicara (verbal) yang baik dalam mencegah perilaku kekerasan, meminta dengan baik, menolak dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik, bicara yang baik.Klien dapat mendemonstrasikan cara verbal yang baik. Itervensi :
a) Diskusikan cara bicara yang baik dengan klien
b) Meminta klien mengikuti contoh cara bicara yang baik, meminta dengan baik : “Saya minta uang buat beli makan”
c) Menolak dengan baik ‘ “Maaf saya tidak bisa melakukan, karena ada kegiatan yang lain.”
d) Mengungkapkan perasaan yang baik : “Saya kesal karena perminta an saya tidak dipenuhi.” Disertai nada yang rendah.
e) Minta klien mengulang sendiri f) Beri pujian klien atas keberhasilan.
9) Klien dapat mengikuti TAK : stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan. Kriteria hasil : Klien dapat menyebutkan jenis, dosis, pengobatan, dan waktu minum obat serta manfaat dari obat itu (prinsip 5 benar : benat orang, obat, dosis , waktu, dan cara pemberian).
Intervensi ;
a) Diskusikan tentang proses minum obat b) Klien memeriksa obat sesuai dosisnya
c) Klien maeminaum obat pada waktu yang tepat d) Susun jadwal minum obat bersama klien
2.5.4 Tindakan Keperawatan (Budiana Keliat, 2009) 1) Tujuan Keperawatan.
a) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan. b) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
c) Pasien dapat menyebutkan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan.
d) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya. e) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengendalikan perilaku kekerasan. f) Pasien dapat mencegah/mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik,
spiritual, sosial dan dengan terapi psikofarmaka. 2) Tindakan keperawatan
a) Bina hubungan saling percaya. (1) Mengucapkan salam terapeutik (2) Berjabat tangan
(3) Menjelaskan tujuan berinteraksi
(4) Membuat kontrak, topic, waktu, dan tempat setiap kali.
b) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan sekarang dan yang lalu.
c) Diskusikan perasaan, tanda dan gejala yang dirasakan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan.
(2) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara patologis.
(3) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial.
(4) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual.
(5) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada
saat marah.
(a) Verbal
(b) Terhadap orang lain
(c) Terhadap orang lain
(d) Terhadap lingkungan
(6) Diskusikan bersama pasien akibat perilaku kekerasan yang ia lakukan.
(7) Diskusikan bersama pasien cara mengendalikan perilaku kekerasan.
(a) Fisik pukul bantal/kasur dan tarik nafas dalam.
(b) Obat
(c) Sosial/verbal : Menyatakan secara asertif rasa marahnya
(d) Spiritual : Beribadah sesuai keyakinan pasien
(e) Bantu pasien mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik.
3) Strategi Pelaksanaan 1
a) Proses Keperawatan
(1) Kondisi Klien :
(a) Muka merah dan tegang, pandangan tajam
(b) Mengatupkan rahang dengan kuat, mengepalkan tangan
(c) Jalan mondar mandir, bicara kasar suara tinggi atau berteriak.
(d) Mengancam secara verbal dan fisik
(2) Diagnosa
Perilaku Kekerasan
(3) Tujuan Umum Klien Tidak Mencederai Diri Tujuan
(a) Klien dapat membina hubungan saling percaya
(b) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan (c) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
(d) Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya
(e) Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya
(f) Klien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik
b) Tindakan Keperawatan
(1) Membina hubungan saling percaya
(2) Mendiskusikan bersama klien penyebab perilaku nkekerasan saat ini dan yang lalu
(3) Mendiskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan (4) Mendiskusikan bersama klien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
pada saat marah
(5) Mendiskusikan bersama klien akibat dari perilakunya
(6) Mendiskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan (7) Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
c) SP 1 pasien : Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan,
akibat, dan cara mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama (latihan nafas dalam)
(1) Orientasi
(a) Salam terapeutik
“Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya Nugraha Dewantara, bisa dipanggil nugraha, saya yang akan merawat bapak selama 1 minggu, nama bapak siapa dan senang dipanggil siapa?”
(b) Evaluasi / validasi
“Bagaimana perasaan bapak saat ini? Masih ada perasaan kesal atau marah ?” (c) Kontrak
Topik : Bagaimana kalau sekarang kita berbincang tentang perasaan marah bapak?”
Waktu : Berapa lama bapak mau berbincang-bincang, bagaimana kalau selama 15 menit, bapak setuju?”
Tempat : ‘Dimana kira-kira tempat yang enak buat kita berbincang-bincang ? Bagaimana kalau di depan rumah?”
(2) Kerja
“Menurut bapak apa yang menjadi penyebab bapak marah?, apakah sebelumnya bapak pernah marah-marah? Kemudian menurut bapak penyebabnya apa? Apakah sama dengan yang terjadi sekarang?’‘Pada saat penyebab marah itu muncul, seperti bapak sering diolok-olok oleh tetangga atau sering diejek dan tidak dipedulikan oleh keliarga karena keinginannya tidak dituruti, apa yang bapak rasakan?” “Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot, rahang tertutup rapat,
dan tangan mengepal? “Setelah itu apa yang bapak lakukan? O begitu ya, jadi bapak merusak barang-barang yang ada di rumah dan memaki-maki etangga bapak apakah dengan ini masalah terselesaikan? Iya tentu tidak.Apa kerugian cara yang bapak lakukan/ Betul, barang-barang rumah tangga banyak yang rusak. Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?” “Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan bapak, salah satunya adalah dengan cara fisik, jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.” “’Bagaimana kalau kita belajar cara itu terlebih dahulu?” “Begini pak, kalau tanda-tanda marah bapak rasakan maka bapak berdiri, tarik nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan atau tiup perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus, tahan, dan tiup melalui mulut ‘Nah lakukan sampai bapak merasa nyaman. Bagus sekali bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya setelah latihan tarik nafas dalam?”Bagus bapak sudah mampu melakukannya. “Sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin ya?, dan bila sewaktu-waktu rasa marah itu
muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”. (3) Terminasi
(a) Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan. Evaluasi klien (subyektif)
“Bagaimana perasaan bapak sekarang setelah kita berbincang bincang tentang rasa marah yang bapak alami?”
Evaluasi perawat (perawat)
sebutkan, bagus sekali, kemudian yang dirasakan saat bapak marah ?
kemudian akibatnya? Coba bapak sebutkan.
(b) Rencana tindak lanjut
“Bapak, tadi kita sudah belajar cara marah secara fisik, bagus sekali bapak sudah bisa melakukannya, dilatih terus ya cara mengendalikan
marah dengan tarik nafas dalam yang saya ajarkan?’ (c) Kontrak yang akan datang
Topik : ‘Baiklah pak, untuk pertemuan hari ini saya cukupkan dulu, besok kita bertemu lagi dan saya ajarkan cara mengendalikan marah dengan
latihan fisik yang kedua yaitu memukul bantal bapak setuju?” Waktu ;“Besok kita ketemu setelah makan pagi ya? Selama 15 menit”
Tempat : “Diruang tamu saja ya? Sampai jumpa”. 4) Strategi Pelaksanaan 2
a) Proses Keperawatan
(1) Kondisi klien
(a) Klien mengatakan masih ada rasa marah dan kesal
(b) Klien mau mencoba latihan fisik dengan tarik nafas dalam
(c) Klien kurang tenang, tidak kooperatif, bicara kurang terarah
(2) Diagnosa
Perilaku kekerasan
(3) Tujuan
Klien dapat mencegah atau mengontrol perilaku kekerasannya
secara fisik.
(4) Tindakan keperwatan