• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Teknik Mesin, Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Teknik Mesin, Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 2252-4444

AIR CONDITIONER TOYOTA KIJANG SUPER

BERDASARKAN METODE ISMO

Putut Jatmiko Dwi Prasetio dan Achmad Singgih Kuswantoro Program Studi Perawatan dan Perbaikan Mesin Politeknik Kediri

Abstrak

Alat Peraga Air Conditioner Toyota Kijang Super merupakan salah satu peralatan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran di Jurusan Teknik Mesin - Politeknik Kediri. Agar peralatan tersebut tetap dapat berfungsi dengan baik dan dalam kondisi siap pakai, maka perlu adanya tindakan perencanaan perawatan pada peralatan tersebut.

Dalam perencanaan perawatan Alat Peraga Air Conditioner Toyota Kijang Super diperlukan beberapa langkah pekerjaan berdasarkan metode ISMO, yaitu berupa: mengidentifikasi kegiatan perawatan, penjadwalan perawatan, dan mengestimasi biaya perawatan.

Berdasarkan perencanaan perawatan Alat Peraga Air Conditioner Toyota Kijang Super yang telah dilakukan, didapatkan: 1) kegiatan perawatan berupa sembilan kali inspection, enam kali small repair, dan dua kali medium repair ; 2) penjadwalan perawatan dilaksanakan selama periode 2014 - 2027 ; 3) estimasi biaya perawatan sebesar 338.350 rupiah untuk inspection, 284.100 rupiah untuk small repair, 437.600 rupiah untuk medium repair, dan 3.092.800 rupiah untuk overhaul.

Kata Kunci: Perawatan, Alat Peraga, Air Conditioner,ISMO.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Perawatan merupakan suatu kegiatan untuk mencegah sejak dini kerusakan-kerusakan yang akan terjadi pada peralatan. Pentingnya perawatan pada peralatan, maka perlu adanya pemahaman yang baik mengenai perawatan peralatan yang dilakukan. Perawatan peralatan akan mempengaruhi keselamatan dan kerusakan lingkungan, kualitas produksi, proses produksi, umur peralatan, up time lebih tinggi, serta peralatan tersebut agar tetap dapat berfungsi dengan baik dalam kondisi siap pakai setiap waktu.

Di Program Studi Perawatan dan Perbaikan Mesin - Politeknik Kediri terdapat berbagai Laboratorium diantaranya Laboratorium Material,

Laboratorium Otomotif, Laboratorium Produksi, Laboratorium Perawatan Dasar, Laboratorium Otomasi, dan Laboratorium Fabrikasi. Didalam laboratorium otomotif terdapat bebagai macam peralatan salah satunya alat peraga Air Conditioner Toyota Kijang Super sebagai alat bantu proses pembelajaran. Karena alat peraga perawatan Air Conditioner Toyota Kijang Super tersebut belum memiliki pedoman dalam melakukan kegiatan perawatan yang harus dilakukan, maka dibuatlah perencanaan perawatan alat peraga perawatan Air Conditioner Toyota Kijang Super.

Perencanaan perawatan alat peraga perawatan Air Conditioner Toyota Kijang Super tersebut berisikan langkah-langkah pekerjaan perencanaan perawatan alat peraga Air Conditioner Toyota Kijang Super, penjadwalan perencanaan perawatan yang

(2)

ISSN 2252-4444

dilakukan, dan estimasi biaya perawatan yang dikeluarkan. Perencanaan, penjadawalan, dan estimasi biaya perawatan Alat Peraga Air Conditioner Toyota Kijang Super tersebut dilakukan berdasarkan metode ISMO. Sehingga perencanaan perawatan yang dihasilkan nantinya akan digunakan sebagai pedoman untuk melaksanakan perawatan pada mesin Alat Peraga Air Conditioner Toyota Kijang Super tersebut.

Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas,

maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana membuat kegiatan perawatan Alat Peraga Air Conditioner Toyota Kijang Super berdasarkan metode ISMO?

2. Bagaimana membuat penjadwalan perawatan Alat Peraga Air Conditioner Toyota Kijang Super berdasarkan metode ISMO?

3. Bagaimana menentukan estimasi biaya perawatan Alat Peraga Air Conditioner Toyota Kijang Super berdasarkan metode ISMO?

Batasan Masalah

Adapun batasan–batasan yang perlu diambil yaitu:

1. Perencanaan perawatan yang dilakukan meliputi: pengidentifikasian kegiatan perawatan, penjadwalan perawatan, dan pengestimasian biaya perawatan. 2. Perencanaan perawatan yang dilakukan

tidak mencakup Standard Operating Procedure (SOP) perawatan dan gambar teknik exploded.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Dapat membuat kegiatan perawatan Alat Peraga Air Conditioner Toyota

Kijang Super berdasarkan metode ISMO.

2. Dapat membuat penjadwalan perawatan Alat Peraga Air Conditioner Toyota Kijang Super berdasarkan metode ISMO.

3. Dapat menentukan estimasi biaya perawatan Alat Peraga Air Conditioner Toyota Kijang Super berdasarkan metode ISMO.

TINJAUAN PUSTAKA Definisi Perawatan

Perawatan adalah kegiatan untuk memelihara atau menjaga peralatan dan mengatasi kerusakan-kerusakan untuk sedapat mungkin dikembalikan ke keadaan semula, agar terjaganya suatu peralatan dengan kondisi yang baik dalam waktu yang lama sesuai dengan yang direncanakan, dan menghindari dari kerusakan yang fatal (Clifton, 1974).

Perencanaan Perawatan Berdasarkan Metode ISMO

Pekerjaan pertama yang paling mendasar dalam perawatan adalah membersihkan peralatan dari debu maupun kotoran-kotoran lain yang dianggap tidak perlu. Debu ini akan menjadi inti bermulanya proses kondensasi dari uap air yang berada di udara. Butir air yang terjadi pada debu tersebut lambat laun akan merusak permukaan kerja dari peralatan tadi sehingga secara keseluruhan peralatan tersebut akan menjadi rusak. Pekerjaan membersihkan ini pada umumnya diabaikan orang karena dianggap tidak penting, dan dalam melakukan pekerjaan ini perlu adanya petunjuk tentang (Clifton, 1974):

1. Bagaimana cara melakukan pekerjaan tersebut?

2. Kapan pekerjaan tersebut dilakukan? 3. Alat bantu apa saja yang diperlukan?

(3)

ISSN 2252-4444

4. Hal-hal apa saja yang harus dihindari dalam melakukan pekerjaan tersebut?

Pekerjaan kedua adalah memeriksa bagian-bagian dari peralatan yang dianggap perlu. Pemeriksaan terhadap unit instalasi perlu dilakukan secara teratur mengikuti pola jadwal tertentu. Jadwal ini dibuat atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang cukup mendalam antara lain (Clifton, 1974):

1. Berdasarkan pengalaman yang lalu dalam suatu jenis perkerjaan yang sama diperoleh informasi mengenai selang waktu atau frekuensi untuk melakukan pemeriksaan seminimal mungkin dan

seekonomis mungkin tanpa

menimbulkan resiko yang berupa kerusakan pada unit instalasi yang bersangkutan.

2. Berdasarkan sifat operasinya yang dapat menimbulkan kerusakan setelah unit instalasi beroperasi dalam selang waktu tertentu.

3. Berdasarkan rekomendasi dari pabrik pembuat unit instalasi yang bersangkutan.

Pekerjaan selanjutnya adalah memperbaiki bila terdapat kerusakan-kerusakan pada bagian unit instalasi sedemikian rupa sehingga kondisi unit instalasi tersebut dapat mencapai standar semula dengan usaha dan biaya yang wajar (Clifton, 1974).

Dengan perkembangan teknologi secara pesat dalam bidang industri maka perawatan terhadap peralatan produksi secara sadar dinilai sangat penting. Pada permulaan tumbuhnya industri, perawatan terhadap peralatan biasanya baru mendapat perhatian setelah peralatan tersebut mengalami kerusakan, karena tidak pernah mendapat perhatian yang layak. Beberapa kerusakan pada peralatan produksi tidak hanya berakibat terhentinya sebagian alat produksi tetapi seluruh peralatan produksi lainnya juga akat ikut berhenti (Clifton, 1974).

Dengan meningkatnya persaingan yang cukup ketat dalam bidang industri, jelas perhatian akan ditujukan kepada hal-hal yang menyangkut usaha-usaha untuk dapat meningkatkan produktifitas, meningkatkan kualitas dan menurunkan biaya operasi produksi dengan segala cara yang memungkinkan. Dalam hal ini adalah mengarah kepada peningkatan efektifitas perawatan peralatan dengan cara yang lebih ilmiah yang dikenalkan dengan perawatan terencana. Dalam perawatan terencana suatu peralatan akan mendapat giliran perbaikan sesuai dengan interval waktu atau disebut repair cycle yang telah ditentukan, dengan demikian kerusakan yang lebih besar dapat dihindari. Interval waktu perbaikan ini dapat ditentukan berdasarkan beban dan repair complexity dari peralatan yang bersangkutan (Garg, 1976).

Jadi dengan perawatan terencana diharapkan dapat memperpanjang umur pakai dari peralatan 3 sampai 4 kali lebih panjang dan dapat mengurangi terjadinya kerusakan yang tidak diharapkan. Disamping itu dengan perawatan terencana diharapkan pula dapat menjamin ketelitian peralatan produksi sehingga kualitas dan kelangsungan produksi dapat terpelihara dengan baik (Garg, 1976).

Repair Complexity

Repair complexity merupakan suatu nilai relatif dari tingkat kerumitan perawatan suatu mesin. Repair complexity setiap peralatan berbeda-beda. Repair complexity ditujukan untuk menentukan repair cycle, tipe produksi, bahan benda produksi yang dikerjakan, giliran kerja per hari (asumsi: 1 shift = 8 jam kerja per hari). Selain itu repair complexity juga berfungsi untuk menentukan periode antara dua masa dalam siklus dan dua masa bongkar total (overhoul) dalam tahun. Metode ini sangat berguna apabila tidak terdapat buku

(4)

ISSN 2252-4444

instruksi perawatan tentang penentuan siklus perawatan (Garg, 1976).

Repair complexity setiap peralatan ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 1. Repair Complexity Peralatan

N o. Type of Production Average Repair Complexity of Equipment

1 Rolling Mils (Steel) 15 2 Turbine (Steam and

Hydro) 14

3 Boiler 12

4 Steam Turbine for Ships 11.5 5

Avitation Engines, Heavy Diesel Engine, Heavy Machine Tool

11

6 Automobile, Heavy

Tractors, Ship, Aircraft 10

7 Tractor 9.5

8 Railway Wagon (Good and

Passenger) 9

9 Machine Tool (Medium) 9 10 Ball or Roller Bearing

Motor Cycles 8.5

11

Heavy Electrical Machines, Electric Trains, Precision Instruments

8.5

12

Cycles Tractor Spare Part, Machine for Chemicals,Iindustrial Paper Wood Pulp

8

13

Compressor, Hydraulic Machine, Light Machine Tools

8 14 Tool and Cutters 7.5 15

Textile, Food Industries Latter, Fire Protection Equipment

7.5 16 Gas Appararatus 7 17 Low Voltage Appararatus 7 18 Weighing Instruments 7 19 Electrical Instruments 6 20 Earth Moving Machinery

Shower, Bulldozers, ect. 6

21 Watches and Light

Instrument 5.5

Sumber: Garg, 1976

Repair Cycle

Metode perawatan terencana merupakan suatu bentuk pelaksanaan perawatan yang terjadwal. Oleh karena itu repair cycle menjadi penting keberadaannya. Klasifikasi kegiatan perawatan dalam perawatan terencana dapat dibagi menjadi 4 kategori, yaitu (Garg, 1976):

1. Inspection (I). 2. Small Repair (S). 3. Medium Repair (M). 4. Overhaul (O).

Inspection

Mempunyai batasan-batasan kerja secara umum, sebagai berikut (Garg, 1976): 1. Memeriksa fungsi dari mekanisme

kecepatan putar dan kecepatan potong. 2. Memeriksa dan menyetel kopling gesek,

kopling roda gigi, poros utama, bantalan, peluncur, rem, mur pembawa, dan lain-lain.

3. Membersihkan filter oli pelumas dan oli pendingin, sistem pengolian dan

penyalur oli, serta serbuk kotoran dan debu dari pengarah.

4. Mengencangkan mur-mur dan baut-baut pengikat, ganti bila perlu.

Small Repair

Mempunyai batasan-batasan kerja secara umum, sebagai berikut (Garg, 1976): 1. Kerjakan semua kegiatan yang

dilakukan pada inspection.

2. Membongkar 2-3 unit bagian peralatan yang kemungkinan besar akan aus atau kotor dan membersihkannya, jika diperlukan lamak lagi kantong-kantong oli, ganti bagian yang sudah rusak lalu rakit dan setel.

3. Mengadakan perbaikan bila diperlukan atau yang telah dicatat pada inspection.

Medium Repair

Mempunyai batasan-batasan kerja secara umum, sebagai berikut (Garg, 1976):

(5)

ISSN 2252-4444

1. Kerjakan semua kegiatan perawatan yang dilakukan di small repair, ditambah dengan membongkar semua bagian yang kemungkinan akan aus dan harus diganti atau diperbaiki.

2. Mengecat permukaan mesin yang sudah rusak.

3. Kalibrasi ulang dengan melakukan levelling pada mesin.

Overhaul

Mempunyai batasan-batasan kerja secara umum, sebagai berikut (Garg, 1976): 1. Ulangi semua tindakan perawatan yang

dilakukan pada medium repair, tetapi pembongkaran yang menyangkut setiap unit, semua komponen yang sudah rusak dan aus diganti dengan komponen baru.

2. Pemeriksaan pondasi mesin (pemasangan kedalaman pondasi) dan perbaikijika diperlukan.

3. Gerinda/lamak semua permukaan pengarah (guide surface).

4. Mengecat semua permukaan yang harus dicat dengan cat yang baru.

Repair cycle setiap peralatan ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 2. Repair Cycle Peralatan

Jumlah

M S I 1 2 3 1 2 3

O-I1-S1-I2-S2-I3-M1-I4-S3-I5-S4-I6-M2-I7-S5-I8- Baja Karbon dan Cor 6.0 3.0 2.0 9.5 4.5 3.0 S6-I9-O Aluminium Cor 6.5 3.5 2.5 10.0 5.0 3.5 Perunggu 7.0 3.5 2.5 10.0 5.5 3.5 Baja Konstruksi 8.5 4.5 3.0 13.0 6.5 4.5 Baja Karbon dan Cor 8.0 4.0 3.0 12.0 6.0 4.0 Aluminium Cor 9.0 4.5 3.0 13.0 6.5 4.5 Perunggu 9.5 4.5 3.0 13.5 7.5 4.5 Baja Konstruksi 11.5 6.0 4.0 17.0 8.5 6.0 Baja Karbon dan Cor 9.5 4.5 3.0 14.0 7.0 4.5 Aluminium Cor 10.0 5.0 3.5 15.0 7.5 5.0 Perunggu 10.0 5.5 3.5 16.0 8.0 5.5 Baja Konstruksi 13.0 6.5 4.6 19.5 10.0 6.5 O-I1-I2-I3-S1-I4-I5-I6-S2-I7-I8-I9-M1-I10-I11-I12- Baja Karbon dan Cor 4.0 2.0 1.5 12.5 6.5 4.0 S3-I13-I14-I15-S4-I16-I17-I18-M2-I19-I20-I21-S5- Aluminium Cor 4.5 2.5 1.5 13.5 7.0 4.5 I22-I23-I24-S6-I25-I26-I27-O Perunggu 5.0 2.5 1.5 14.5 7.0 5.0 Baja Konstruksi 6.0 3.0 2.0 18.0 9.0 6.0 Baja Karbon dan Cor 5.5 2.5 2.0 16.0 8.0 5.5 Aluminium Cor 5.5 3.0 2.0 17.5 9.0 6.0 Perunggu 6.5 3.0 2.0 18.5 9.5 6.5 Baja Konstruksi 8.0 4.0 2.5 23.5 11.5 8.5 Baja Karbon dan Cor 6.5 3.0 2.0 18.5 9.5 6.5 Aluminium Cor 6.5 3.5 2.5 20.0 10.0 6.5 Perunggu 7.0 3.5 2.5 21.5 11.0 7.0 Baja Konstruksi 7.0 3.5 2.5 26.5 26.5 9.0 O-I1-I2-S1-I4-I5- Baja Karbon dan Cor 5.0 2.5 2.0 21.0 10.5 7.5 Aluminium Cor 5.0 3.0 2.0 22.5 11.5 8.5

dst dst

Periode Antara Dua Masa Perawatan Periode Antara Dua Overhaul Repair Complexity

Repair Cycle

Tipe Produksi Bahan Benda Produksi Siklus Dalam Tahun (T) Giliran Kerja/Hari Masal Seri Unit Dalam Bulan (t) Giliran Kerja/Hari Seri dst dst 0 s/d 30 Masal Seri Unit 2 6 27 2 6 9 30 s/d 150 Diatas 150 2 9 36 Sumber: Garg, 1976 Keterangan:

T : Lamanya waktu dari repair cycle yaitu ditunjukan oleh waktu antara overhaul pertama dengan overhaul berikutnya (O ke O).

t : Periode antara dua tingkatan yang berurutan dari kategori perawatan terencana (ISMO).

Pada umumnya peralatan dapat dilakukan perawatan terencana berdasarkan metode ISMO hingga 2-3 kali repair cycle, selebihnya dari segi biaya perawatan sudah tidak ekonomis (Garg, 1976).

Biaya Perawatan

Biaya yang dikeluarkan untuk merawat suatu peralatan merupakan salah satu unsur yang penting dalam pengelolaan perusahaan, sebab biaya sangat menentukan didalam perolehan keuntungan. Biaya perawatan diusahakan dengan biaya seminimum mungkin, dan peralatan dapat dioperasikan secara maksimum guna memperoleh kelancaran proses produksinya (Kodoatie, 2005).

Biaya perawatan diklasifikasikan sebagai berikut (Pujawan, 2009):

1. Biaya Perawatan Pencegahan.

Biaya untuk menjaga keawetan dan efisiensi peralatan.

2. Biaya Perawatan Koreksi.

Biaya untuk menentukan komponen-komponen, baik yang untuk diperbaiki atau diganti.

3. Biaya Perawatan Overhaul.

Biaya untuk pembongkaran peralatan yang telah mengalami penurunan efisiensi, baik secara per bagian atau menyeluruh.

4. Biaya Perawatan Total.

Biaya yang merupakan penjumlahan seluruh biaya perawatan: pencegahan, koreksi, dan overhaul.

Dalam perhitungan biaya perawatan (pencegahan, koreksi, dan overhaul) masing-masing menggunakan formula sebagai berikut (Pujawan, 2009):

F = P ( 1 + i )n Keterangan:

F : Nilai uang masa depan, (Rp). P : Nilai uang masa sekarang, (Rp).

i : Tingkat suku bunga bank per periode, (%).

(6)

ISSN 2252-4444 Definisi Alat Peraga

Alat peraga adalah alat yang dapat dipertunjukkan dalam Proses pembelajaran dan berfungsi sebagai pembantu untuk memperjelas konsep atau pengertian contoh benda (www.wordpress.com, 2014). Definisi Air Conditioner

Air Conditioner adalah suatu alat yang digunakan untuk mengatur atau mengkondisikan kualitas udara yang meliputi sirkulasi udara, mengatur kelembaban udara, mengatur kebersihan udara dan untuk memurnikan udara (Purification). Menurut Wilbert F.Stoecker dan J.W. Jones (Associate Professor of Mechanical Engineering University of Texas at Austin) menjelasakan tentang refrigerasi dan pengkondisian udara, bahwa dalam kebanyakan bangunan berukuran sedang dan besar, energi panas dipindahkan dengan menggunakan udara, air dan kadang-kadang refrigerant. Perpindahan energi panas ini seringkali dengan membawa energi tersebut dari suatu ruangan ke suatu penyerap kalor sentral (unit refrigerasi) atau membawa kalor dari sumber kalor (pemanas atau ketel) ke ruangan.

Bagian-bagian Utama Air Conditioner

Komponen utama Air Conditioner terdiri dari kompresor, kondensor, katup ekspansi, dan evaporator. Gambar di bawah ini menunjukan rangkaian

komponen-komponen tersebut

(www.wikipedia.com, 2014).

Gambar 1. Komponen utama Air Conditioner

Sumber: www.wikipedia.com, 2014

1. Kompresor.

Kompresor merupakan komponen utama Air Conditioner yang berfungsi untuk mensirkulasikan refrigerant ke seluruh unit Air Conditioner dengan cara menaikkan tekanan refrigerant. Fungsi kompresor mirip dengan fungsi jantung pada tubuh manusia dan refrigerant sebagai darahnya. Kompresor memiliki dua saluran, yaitu saluran hisap (suction) dan saluran buang (discharge). Saluran hisap dihubungkan dengan evaporator dan merupakan sisi tekanan rendah, sedangkan saluran buang dihubungkan dengan kondensor dan merupakan sisi tekanan tinggi. Refrigerant dalam fase gas pada tekanan dan temperatur rendah dihisap oleh kompresor melalui saluran hisap kemudian dimampatkan sehingga tekanan dan temperaturnya naik selanjutnya mengalir ke kondensor melalui saluran buang.

Tipe kompresor dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tipe resipro (crankshaft), dan tipe swash plate.

a. Kompresor tipe resipro (Crank Shaft). Kompresor tipe ini bekerja dengan memanfaatkan gerak putar dari mesin yang diterima oleh crank shaft kompresor. Di dalam kompresor gerak putar dari crank shaft diubah menjadi menjadi gerak bolak balik torak untuk menghisap dan memampatkan refrigerant. Prinsip kerja kompresor torak terdiri dari dua langkah, yaitu langkah hisap dan langkah kompresi. Saat langkah hisap torak bergerak turun dari titik mati atas ke titik mati bawah, volume silinder mengembang sehingga tekanan di dalam silinder turun atau terjadi kevakuman di dalam silinder. Akibatnya katup hisap membuka dan refrigerant masuk ke dalam silinder. Proses ini

(7)

ISSN 2252-4444

berlangsung sampai torak mencapai titik mati bawah.

Pada langkah kompresi, torak bergerak naik dari titik mati bawah ke titik mati atas. Refrigerant mengalami pemampatan sehingga tekanan dan temperaturnya naik. Akibat tekanan refrigerant yang tinggi, katup hisap akan menutup dan katup buang membuka sehingga refrigerant keluar dan mengalir ke kondensor.

Gambar 2. Kompresor Resipro Sumber: www.wikipedia.com, 2014 b. Kompresor tipe Swash Plate.

Pada kompresor jenis ini, gerakan torak diatur oleh swash plate pada jarak tertentu dengan 6 atau 10 silinder. Ketika salah satu sisi pada torak melakukan langkah tekan, maka sisi yang lainnya melakukan langkah isap. Pada dasarnya, proses kompresi pada tipe ini sama dengan proses kompresi pada kompresor tipe crank shaft. Perbedaannya terletak pada adanya tekanan oleh katup isap dan katup tekan. Selain itu , perpindahan gaya pada tipe swash plate tidak melalui batang penghubung (Connecting Rod), sehingga getarannya lebih kecil.

Gambar dibawah ini

memperlihatkan bagian-bagian dari kompresor tipe swash plate.

Gambar 3. Kompresor Swash Plate Sumber: www.wikipedia.com, 2014 2. Kondensor.

Kondensor merupakan alat penukar kalor yang berfungsi memindahkan kalor dari refrigerant ke udara lingkungan dengan bantuan ekstra fan. Konstruksi kondensor sama dengan konstruksi radiator, terdiri dari susunan pipa-pipa persegi dan sirip-sirip yang berfungsi untuk memperbesar laju perpindahan kalor. Kondensor ditempatkan di depan radiator agar memperoleh aliran udara maksimum. Gambar di bawah ini menunjukkan konstruksi kondensor.

Gambar 4. Kondensor Sumber: www.wikipedia.com, 2014 Refrigerant dalam fase uap pada tekanan dan temperatur tinggi, mengalir ke dalam kondensor melalui saluran masuk yang terletak di bagian atas. Di dalam kondensor, refrigerant mengalami proses pendinginan dan perubahan fase dari gas menjadi cair akibat pelepasan kalor ke udara lingkungan, sehingga keluar dari kondensor, refrigerant ada dalam fase cair pada temperatur rendah.

(8)

ISSN 2252-4444

3. Filter Dryer berfungsi sebagai penyaring kotoran pada saluran refrigerant Air Conditioner. Selain berfungsi sebagai penyaring kotoran dan menjaga kebersihan refrigrant, filter dryer juga berfungsi sebagai penghilang kelembaban dan uap air di dalam saluran refrigerant Air Conditioner.

Gambar 5. Filter Dryer

Sumber: www.bramservice.com, 2014 4. Katup Ekspansi.

Komponen ini berfungsi menurunkan tekanan dan temperatur refrigerant, sehingga menimbulkan efek dingin pada evaporator. Ada dua jenis katup ekspansi yang digunakan dalam system AC mobil, yaitu katup ekspansi jenis termostatik dan katup ekspansi jenis pipa orifice. Gambar di bawah ini menunjukkan kostruksi katup ekspansi termostatik. Bagian-bagian katup ekspansi terdiri dari orifice, sensor, pipa kapiler, diafragma, pen penekan, plat dan bola, dan pegas.

Gambar 6. Katup Ekspansi Sumber: www.wikipedia.com, 2014

5. Evaporator.

Evaporator merupakan alat penukar kalor yang berfungsi memindahkan kalor dari udara yang dikondisikan ke refrigerant. Seperti kondensor, evaporator tersusun dari pipa-pipa dan sirip-sirip dalam jumlah yang banyak. Refrigerant masuk evaporator dalam bentuk kabut pada tekanan dan temperatur rendah. Udara dari kabin dihembuskan oleh blower melewati kisi-kisi evaporator. Udara yang bertemperatur lebih tinggi daripada refrigerant yang mengalir dalam evaporator, akan melepaskan kalor dan diserap oleh refrigerant, sehingga temperatur udara turun menjadi lebih dingin yang selanjutnya akan mendinginkan udara dalam kabin. Refrigerant keluar dari evaporator dalam fase uap.

Gambar 7. Evaporator Sumber: www.wikipedia.com, 2014 Prinsip Kerja Air Conditioner

Siklus refrigerasi kompresi-uap ideal merupakan kebalikan siklus Carnot, di mana fluida kerja (Refrigerant) harus menguap seluruhnya sebelum dikompresi pada kompresor, sehingga turbin digantikan peranannya oleh katup ekspansi (bisa berupa katup throttle atau pipa kapiler). Seperti terlihat pada skema dan diagram T-s dibawah, ada empat proses yang terjadi, yaitu proses 1-2 kompresi isentropik pada kompresor, proses 2-3 pelepasan kalor pada tekanan konstan di kondensor, proses 3-4 ekspansi isentropik

(9)

ISSN 2252-4444

pada katup ekspansi, dan proses 4-1 penyerapan kalor pada tekanan konstan di evaporator.

Gambar 8. Siklus Kompresi Uap Sumber: www.ipb.ac.id, 2014 Dari gambar di atas, alur refrigerant dimulai pada kondisi 1 saat masuk kompresor sebagai uap jenuh kemudian dikompresi secara isentropik sampai tekanan kondensor. Temperatur refrigerant naik selama proses kompresi ini di atas temperatur lingkungan. Refrigerant kemudian masuk ke kondensor sebagai uap superheated pada tingkat keadaan 2 dan keluar sebagai cairan jenuh pada tingkat keadaan 3 sehingga terjadi pelepasan kalor ke lingkungan. Refrigerant pada tingkat keadaan 3 ini diekspansi sampai tekanan evaporator melalui katup ekspansi atau pun pipa kapiler. Temperatur refrigerant menjadi turun di bawah temperatur ruangan yang dikondisikan selama proses ini. Refrigerant masuk ke evaporator pada tingkat keadaan 4 (diidealisasi sebagai ekspansi isentropik pada tingkat keadaan 4) sebagai campuran saturasi dua-fasa (cair-uap) dengan kualitas rendah, kemudian refrigerant menguap seluruhnya dengan menyerap kalor dari ruangan yang dikondisikan tersebut. Refrigerant keluar dari evaporator sebagai uap jenuh dan masuk kembali ke kompresor pada tingkat keadaan 1. Seluruh proses siklus di atas bersifat reversibel secara internal, kecuali untuk proses ekspansi yang irreversibel (karena throttle tidak mungkin isentropik sehingga perlu diidealisasi atau berperan

sebagai turbin untuk memudahkan analisis).

Efisiensi siklus refrigerasi ini dinyatakan dalam koefisien unjuk kerja (COP), di mana tergantung dari efek refrigerasi (Load/QL)

dan kerja netto (Wnet,in). Secara teoritis COP

maksimum ini tergantung dari temperatur dua sisi (Tcool dan Thigh), di mana COP akan

naik bila beda temperatur keduanya semakin kecil, dengan kata lain Tcool naik

atau Thigh turun (Stoecker danJones, 1994).

PEMBAHASAN

Repair Complexity

Berdasarkan tabel 1. tentang repair complexity peralatan, maka repair complexity untuk Alat Peraga Air Conditioner (Toyota Kijang Super): 8.

Repair Cycle

Berdasarkan tabel 2. tentang repair cycle peralatan, maka repair cycle untuk Alat Peraga Air Conditioner (Toyota Kijang Super) ditentukan sebagai berikut (asumsi giliran kerja/hari : 1):

Tabel 3. Repair Cycle Alat Peraga Air Conditioner (Toyota Kijang Super)

R ep ai r C om pl ex it y Repair Cycle t (Bu la n) T (Ta hu n) Si k lu s M S I 8 O-I1-S1-I2-S2-I3-M1 -I4-S3-I5-S4-I6-M2-I7 -S5-I8-S6-I9-O 2 6 9 9,5 14

Dengan demikian perawatan terhadap Alat Peraga Air Conditioner (Toyota Kijang Super) dilakukan setiap 9,5 bulan sekali sesuai dengan tingkatan siklus perawatan. Sedangkan Alat Peraga Air Conditioner (Toyota Kijang Super) tersebut akan di-overhaul setelah 14 tahun.

(10)

ISSN 2252-4444

Inspection

Kegiatan inspection pada Alat Peraga Air Conditioner (Toyota Kijang Super) meliputi:

1. Memeriksa kondisi Poros Motor. 2. Memeriksa temperatur Motor. 3. Memeriksa Bearing Motor.

4. Memeriksa atau menyetel kondisi Sabuk Dan Puli.

5. Memeriksa kesejajaran antar Puli. 6. Memeriksa kondisi Kopling Magnetik. 7. Memeriksa kondisi Kompresor.

8. Memeriksa kondisi Bearing pada Kompresor.

9. Memeriksa kebocoran Connecting Pipe pada Kompresor.

10.Memeriksa kondisi Sirip-sirip Kondensor.

11.Memeriksa kondisi kebocoran Kondensor.

12.Memeriksa Fan Kondensor.

13.Memeriksa kebocoran Connecting Pipe pada Kondensor.

14.Memeriksa kondisi Dryer pada Sightglass.

15.Memeriksa kebocoran Connecting Pipe pada Dryer.

16.Memeriksa kondisi Katup Ekspansi. 17.Memeriksa kebocoran Connecting Pipe

pada Katup Ekspansi. 18.Memeriksa kondisi Blower.

19.Memeriksa kondisi Sirip-sirip Evaporator.

20.Memeriksa tombol temperatur dan tombol On/Off Evaporator.

21.Memeriksa kebocoran Connecting Pipe Pada Evaporator.

22.Memeriksa kebocoran Refrigerant. 23.Memeriksa kondisi Baterai.

24.Memeriksa sistem Kelistrikan Roda Alat Peraga.

Small Repair

Kegiatan small repair pada Alat Peraga Air Conditioner (Toyota Kijang Super) meliputi:

1. Mengerjakan semua tindakan yang harus dilakukan pada inspection.

2. Memberi pelumas pada Bearing Kompresor dan Motor.

3. Menyetel Sabuk dan Puli.

4. Memriksa atau memperbaiki Fan Kondensor.

5. Membersihkan atau memperbaiki Filter Dryer.

6. Mengencangkan Connecting Pipe apabila ada kebocoran.

7. Memperbaiki Blower Evaporator. 8. Memperbaiki kelistrikan Evaporator. 9. Mengganti atau memperbaiki katup

pengisian Refrigerant.

10.Memberi Air Accu atau Charger pada Baterai.

11.Memberi pelumas pada Roda Alat Peraga.

Medium Repair

Kegiatan medium repair pada Alat Peraga Air Conditioner (Toyota Kijang Super) meliputi:

1. Mengerjakan semua tindakan yang harus dilakukan pada small repair. 2. Mengganti atau memperbaiki Kopling

Kompresor.

3. Mengganti atau memperbaiki Bearing Kompresor dan Motor.

4. Mengganti atau memperbaiki Poros Motor.

5. Mengganti atau menyetel Sabuk dan Puli.

6. Memperbaiki kopling magnetik pada Kompresor.

7. Mengganti atau memperbaiki Connecting Pipe pada Kompresor. 8. Mengganti atau memperbaiki Fan

Kondensor.

9. Mengganti Pipa Aluminium pada Kondensor.

10.Memperbaiki Filter Dryer.

11.Mengganti atau memperbaiki Connecting Pipe padaFilter Dryer.

12.Mengganti atau memperbaiki Katup Ekspansi.

(11)

ISSN 2252-4444

13.Mengganti atau memperbaiki Connecting Pipe pada Katup Ekspansi. 14.Mengganti atau memperbaiki Blower. 15.Mengganti atau memperbaiki

Connecting Pipe pada Evaporator. 16.Memperbaiki Roda Alat Peraga. 17.Mengganti Refrigerant.

Overhaul

Kegiatan overhaul pada Alat Peraga Air Conditioner (Toyota Kijang Super) meliputi:

1. Mengerjakan semua tindakan yang harus dilakukan pada medium repair. 2. Membongkar Motor.

3. Mengganti Bearing Motor.

4. Mengganti Poros Motor apabila aus. 5. Mengganti Sikat (Brushtle).

6. Mengganti Sabuk dan Puli. 7. Membongkar Kompresor. 8. Mengganti Selang Rfrigerant. 9. Membongkar Kondensor.

10.Memperbaiki dan membersihkan Kondensor.

11.Mengganti Fan Kondensor. 12.Mengganti Filter Dryer. 13.Mengganti Katup Ekspansi. 14.Membongkar Evaporator. 15.Memperbaiki Motor Blower.

16.Memperbaiki dan membersihkan Evaporator.

17.Mengganti Refrigerant.

18.Mengecat permukaan Alat Peraga yang terkelupas.

Penjadwalan Perawatan Peralatan Jadwal Perawatan Alat Peraga Air Conditioner

(Toyota Kijang Super) Tahun 2014

Jadwal Perawatan Alat Peraga Air Conditioner

(Toyota Kijang Super) Tahun 2015

Jadwal Perawatan Alat Peraga Air Conditioner

(Toyota Kijang Super) Tahun 2016

Jadwal Perawatan Alat Peraga Air Conditioner

(Toyota Kijang Super) Tahun 2017

Jadwal Perawatan Alat Peraga Air Conditioner

(Toyota Kijang Super) Tahun 2018

Jadwal Perawatan Alat Peraga Air Conditioner

(Toyota Kijang Super) Tahun 2019

Jadwal Perawatan Alat Peraga Air Conditioner

(Toyota Kijang Super) Tahun 2020

Jadwal Perawatan Alat Peraga Air Conditioner

(12)

ISSN 2252-4444

Jadwal Perawatan Alat Peraga Air Conditioner

(Toyota Kijang Super) Tahun 2022

Jadwal Perawatan Alat Peraga Air Conditioner

(Toyota Kijang Super) Tahun 2023

Jadwal Perawatan Alat Peraga Air Conditioner

(Toyota Kijang Super) Tahun 2024

Jadwal Perawatan Alat Peraga Air Conditioner

(Toyota Kijang Super) Tahun 2025

Jadwal Perawatan Alat Peraga Air Conditioner

(Toyota Kijang Super) Tahun 2026

Jadwal Perawatan Alat Peraga Air Conditioner

(Toyota Kijang Super) Tahun 2027

Estimasi Biaya Perawatan Peralatan Estimasi Biaya Perawatan Inspection

Estimasi Biaya Perawatan Small Repair

Estimasi Biaya Perawatan Medium Repair

Estimasi Biaya Perawatan Overhaul

Estimasi Biaya Perawatan Per Tahun Dalam perhitungan biaya perawatan (inspection, small repair, medium repair, dan overhaul).

1. Estimasi Biaya Perawatan Tahun 2014 Pada tahun 2014, kegiatan perawatan meliputi I1 dan S1, sehingga biaya

perawatannya sebesar: F = [P ( 1 + i )n ]I1+[P ( 1 + i )n ]S1

F = [338.350 ( 1 + 0,075 )1 ]I1+[284.100 ( 1 + 0,075 )1 ]S1

(13)

ISSN 2252-4444

2. Estimasi Biaya Perawatan Tahun 2015 Pada tahun 2015, kegiatan perawatan meliputi I2, sehingga biaya

perawatannya sebesar: F = [P ( 1 + i )n ]I2

F = [338.350 ( 1 + 0,075 )2 ]I2 F = 391.006 Rupiah

3. Estimasi Biaya Perawatan Tahun 2016 Pada tahun 2016, kegiatan perawatan meliputi S2, sehingga biaya

perawatannya sebesar: F = [P ( 1 + i )n ]S2

F = [284.100 ( 1 + 0,075 )3 ]S2 F = 352.937 Rupiah

4. Estimasi Biaya Perawatan Tahun 2017 Pada tahun 2017, kegiatan perawatan meliputi I3, sehingga biaya

perawatannya sebesar: F = [P ( 1 + i )n ]I3

F = [338.350 ( 1 + 0,075 )4 ]I3 F = 451.856 Rupiah

5. Estimasi Biaya Perawatan Tahun 2018 Pada tahun 2018, kegiatan perawatan meliputi M1dan I4, sehingga biaya

perawatannya sebesar: F = [P ( 1 + i )n ]M1+[P ( 1 + i )n ]I4

F = [437.600 ( 1 + 0,075 )5 ]M1+[338.350 ( 1 + 0,075 )5 ]I4

F = 1.113.977 Rupiah

6. Estimasi Biaya Perawatan Tahun 2019 Pada tahun 2019, kegiatan perawatan meliputi S3, sehingga biaya

perawatannya sebesar: F = [P ( 1 + i )n ]S3

F = [284.100 ( 1 + 0,075 )6 ]S3 F = 438.451 Rupiah

7. Estimasi Biaya Perawatan Tahun 2020 Pada tahun 2020, kegiatan perawatan meliputi I5, sehingga biaya

perawatannya sebesar: F = [P ( 1 + i )n ]I5

F = [338.350 ( 1 + 0,075 )7 ]I5 F = 561.339 Rupiah

8. Estimasi Biaya Perawatan Tahun 2021

Pada tahun 2021, kegiatan perawatan meliputi S4dan I6, sehingga biaya

perawatannya sebesar: F = [P ( 1 + i )n ]S4+[P ( 1 + i )n ]I6

F = [284.100 ( 1 + 0,075 )8 ]S4+[338.350 ( 1 + 0,075 )8 ]I6

F = 1.110.126 Rupiah

9. Estimasi Biaya Perawatan Tahun 2022 Pada tahun 2022, kegiatan perawatan meliputi M2, sehingga biaya

perawatannya sebesar: F = [P ( 1 + i )n ]M2

F = [437.600 ( 1 + 0,075 )9 ]M2 F = 838.984 Rupiah

10. Estimasi Biaya Perawatan Tahun 2023 Pada tahun 2023, kegiatan perawatan meliputi I7, sehingga biaya

perawatannya sebesar: F = [P ( 1 + i )n ]I7

F = [338.350 ( 1 + 0,075 )10 ]I7 F = 697.350 Rupiah

11. Estimasi Biaya Perawatan Tahun 2024 Pada tahun 2024, kegiatan perawatan meliputi S5, sehingga biaya

perawatannya sebesar: F = [P ( 1 + i )n ]S5

F = [284.100 ( 1 + 0,075 )11 ]S5 F = 629.454 Rupiah

12. Estimasi Biaya Perawatan Tahun 2025 Pada tahun 2014, kegiatan perawatan meliputi I8dan S6, sehingga biaya

perawatannya sebesar: F = [P ( 1 + i )n ]I8+[P ( 1 + i )n ]S6

F = [338.350 ( 1 + 0,075 )12 ]I8+[284.100 ( 1 + 0,075 )12 ]S6

F = 1.482.539 Rupiah

13. Estimasi Biaya Perawatan Tahun 2026 Pada tahun 2026, kegiatan perawatan meliputi I9, sehingga biaya

perawatannya sebesar: F = [P ( 1 + i )n ]I9

F = [338.350 ( 1 + 0,075 )13 ]I9 F = 866.316 Rupiah

(14)

ISSN 2252-4444

Pada tahun 2027, kegiatan perawatan meliputi O, sehingga biaya

perawatannya sebesar: F = [P ( 1 + i )n ]O

F = [338.350 ( 1 + 0,075 )14 ]O F = 8.512.759 Rupiah

KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka didapatkan simpulan sebagai berikut:

1. Kegiatan perawatan pada Alat Peraga Air Conditioner Toyota Kijang Super berdasarkan metode ISMO diperlukan sembilan kali inspection, enam kali small repair, dan dua kali medium repair. 2. Penjadwalan perawatan pada Alat

Peraga Air Conditioner Toyota Kijang Super berdasarkan metode ISMO dilaksanakan selama periode tahun 2014 - 2027.

3. Perhitungan estimasi biaya perawatan pada Alat Peraga Air Conditioner Toyota Kijang Super berdasarkan metode ISMO didapatkan biaya inspection sebesar 338.350 rupiah, biaya small repair sebesar 284.100 rupiah, biaya medium repair sebesar 437.600 rupiah, dan biaya overhaul sebesar 3.092.800 rupiah. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka didapatkan saran sebagai berikut:

1. Perlu dilanjutkan dengan pembuatan Standard Operating Procedure (SOP) perawatan pada Alat Peraga Air Conditioner Toyota Kijang Super untuk menunjang perencanaan perawatan tersebut.

2. Perlu dilanjutkan dengan pembuatan gambar teknik exploded untuk menunjang pelaksanaan Standard Operating Procedure (SOP) perawatan

pada Alat Peraga Air Conditioner Toyota Kijang Super.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2008). Pengertian AC. http://ridha078.wordpress.com/2008/12 /26/ pengertian-ac. Diakses tanggal 10 Januari 2014.

Anonim. (2010). Definisi Air Conditioner. http://id.shvoong.com/exact-sciences/

physics/2276642-definisi-air-conditioner/. Diakses tanggal 9 Januari 2014.

Anonim. (2010). Komponen AC. http://www.mediaproyek.com/mari-

mengenal-komponen-ac-pada-kendaraan.htm. Diakses tanggal 9 Januari 2014.

Anonim. (2012). Fungsi dan Kegunaan AC. http://www.liektoyota.com/mobil--perawatan/july-13th-2012. Diakses tanggal 6 Januari 2014.

Anonim. (2012). Siklus Kompresi Uap. http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning /media/sikluskompresiuap/bab3.php. Diakses tanggal 12 Januari 2014.

Anonim. (2014). Penyejuk Udara. http://id.wikipedia.org/wiki/Penyejuk_ udara. Diakses tanggal 10 Januari 2014. Clifton, R. H. (1974). Principles of Planned

Maintenance.London: Arnold.

Garg, H. P. (1976). Industrial Maintenance. New Delhi: S. Chand.

Kodoatie, R. J. (2005). Analisis Ekonomi Teknik. Yogyakarta: Andi

Pujawan, I. N. (2009). Ekonomi Teknik. Surabaya: Guna Widya.

Stoecker, W. F., dan Jones, J.W. (1994). Refrigerasi dan Pengkondisian Udara. Jakarta: Erlangga.

Wahjudi, S. (2012). Inspeksi. Malang: Politeknik Negeri Malang.

Gambar

Tabel 1. Repair Complexity Peralatan
Gambar 1. Komponen utama Air  Conditioner
Gambar 2. Kompresor Resipro  Sumber: www.wikipedia.com, 2014  b.  Kompresor tipe Swash Plate
Gambar 5.  Filter Dryer  Sumber: www.bramservice.com, 2014  4.  Katup Ekspansi.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pada teori diatas maka perawatan adalah kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas, mesin dan peralatan pabrik, mengadakan perbaikan, penyesuaian

Preventive maintenace adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang di lakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan kerusakan yang tidak terduga dan menemukan kondisi atau

Pemilihan jenis mesin pemindah bahan atau conveyor didasarkan kepada sifat bahan yang akan dipindahkan, kapasitas peralatan, arah dan panjang pemindahan, penyimpanan

Dalam perencanaan perawatan Alat Peraga Mesin Toyota Soluna diperlukan beberapa langkah pekerjaan berdasarkan metode ISMO , yaitu berupa: mengidentifikasi kegiatan

Perhitungan estimasi biaya perawatan pada Mesin Sekrap (Merek Qing Dao, Tipe BC-6063) berdasarkan Metode ISMO didapatkan biaya inspection sebesar 733.500 rupiah, biaya small

Pemeliharaan atau perawatan (m aintenance) merupakan kegiatan untuk menjaga atau memelihara fasilitas-fasilitas dan peralatan pabrik, serta mengadakan perbaikan, penyesuaian

 Pengertian perawatan maintenance itu sendiri dapat diartikan sebagai kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas atau peralatan pabrik dan mengadakan kegiatan pemeliharaan,

 Pengertian perawatan maintenance itu sendiri dapat diartikan sebagai kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas atau peralatan pabrik dan mengadakan kegiatan pemeliharaan,