• Tidak ada hasil yang ditemukan

skenario 2 MPT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "skenario 2 MPT"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

K

Keettu

ua

a

:

: R

Raattn

na

a K

Ku

urrn

niiaan

niin

ng

gssiih

h

1

11

10

02

20

01

12

22

22

28

8

S

Seek

krreettaarriiss

:

: M

Mu

uttiia

a T

Trri

i P

Pu

ujjiiaan

nttii

1

11

10

02

20

01

12

21

18

84

4

A

An

ng

gg

go

ottaa

:

: M

Maay

ya

a D

Dw

wi

i A

An

ng

gg

grraaeen

nii

1

11

10

02

20

01

11

11

15

57

7

P

Pu

uttrri

i E

Erriiccaa

1

11

10

02

20

01

12

22

21

15

5

R

Raad

deen

n A

Ag

giil

l W

Wiid

djjaay

yaa

11

1

10

02

20

01

12

22

22

21

1

R

Ro

oeessa D

a Daah

hlliiaan

na I

a Ib

brraah

hiim

m

11

1

10

02

20

01

11

12

24

43

3

R

Ru

um

mi

i A

Au

ulliiaa

1

11

10

02

20

01

12

22

25

57

7

S

Seelllly

y V

Viiaan

nii

1

11

10

02

20

01

12

22

26

67

7

S

Seep

ptth

ha

a A

Am

meelliia

a D

Deew

wii

11

1

10

02

20

01

12

22

26

69

9

S

(2)

SKENARIO 2 SKENARIO 2

REAKSI ALERGI REAKSI ALERGI

Seorang perempuan berusia 25 tahun, datang ke dokter dengan keluhan demam dan sakit Seorang perempuan berusia 25 tahun, datang ke dokter dengan keluhan demam dan sakit menelan sejak 2 minggu yang lalu. Dokter memberikan antibiotik golongan penicilin. Setelah menelan sejak 2 minggu yang lalu. Dokter memberikan antibiotik golongan penicilin. Setelah minum antibiotik tersebut timbul gatal dan bentol-bentol merah yang hampir merata

minum antibiotik tersebut timbul gatal dan bentol-bentol merah yang hampir merata diseluruh tubuh, timbul bengkak pada kelopak mata

diseluruh tubuh, timbul bengkak pada kelopak mata dan bibir. Ia memutuskan untuk kembalidan bibir. Ia memutuskan untuk kembali  berobat ke dokter. Pada pemeriksaan fisik didapatkan angioedema di mata dan b

 berobat ke dokter. Pada pemeriksaan fisik didapatkan angioedema di mata dan bibir, danibir, dan urtikaria di seluruh tubuh. Dokter menjelaskan keadaan ini diakibatkan oleh reaksi alergi urtikaria di seluruh tubuh. Dokter menjelaskan keadaan ini diakibatkan oleh reaksi alergi (hipersensitivitas tipe cepat), sehingga ia mendapatkan obat antihistamin dan kortikosteroid. (hipersensitivitas tipe cepat), sehingga ia mendapatkan obat antihistamin dan kortikosteroid. Dokter memberikan saran agar selalu berhati-heti dalam meminum obat.

(3)

SASARAN BELAJAR  SASARAN BELAJAR 

LI. 1. Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas LI. 1. Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas

L

LOO. . 11..11 DDeeffiinniissi i HHiippeerrsseennssiittiivviittaass LO.

LO. 1.2 1.2 Klasifikasi Klasifikasi HipersensitivitasHipersensitivitas LO.

LO. 1.3 1.3 Pemeriksaan Pemeriksaan HipersensitivitasHipersensitivitas

LI. 2. Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas Tipe I LI. 2. Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas Tipe I

LO.

LO. 2.1 2.1 Definisi Definisi Hipersensitivitas Hipersensitivitas Tipe Tipe II L

LOO. . 22..22 MMeekkaanniissmme e HHiippeerrsseennssiittiivviittaas s TTiippe e II L

LOO. . 22..33 MMaanniifefessttasasi Ki Klliinniis s HHiippeerrsesennsisittiivviitatas Ts Tiippe Ie I LO.

LO. 2.4 2.4 Penanganan Penanganan Hipersensitivitas Hipersensitivitas Tipe Tipe II LI. 3. Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas Tipe II LI. 3. Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas Tipe II

L

LOO. . 33..11 DDeeffiinniissi i HHiippeerrsseennssiittiivviittaas s TTiippe e IIII LO.

LO. 3.2 3.2 Mekanisme Mekanisme Hipersensitivitas Hipersensitivitas Tipe Tipe IIII LO.

LO. 3. 3. 3 3 Manifestasi Manifestasi Klinis Klinis Hipersensitivitas Hipersensitivitas Tipe Tipe IIII LO.

LO. 3.4 3.4 Penanganan Penanganan Hipersensitivitas Hipersensitivitas Tipe Tipe IIII LI. 4. Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas Tipe III LI. 4. Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas Tipe III

LO.

LO. 4.1 4.1 Definisi Definisi Hipersensitivitas Hipersensitivitas Tipe Tipe IIIIII L

LOO. . 44. . 22 MMeekkananiismsme e HHiippeersrseennssiittiivviittaas s TTiippe e IIIIII LO.

LO. 4. 4. 3 3 Manifestasi Manifestasi Klinis Klinis Hipersensitivitas Hipersensitivitas Tipe Tipe IIIIII L

LO O 44. . 44 PPeennaannggaannaan n HHiippeerrsseennssiittiivviittaas Ts Tiippe Ie IIIII LI. 5. Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas Tipe IV LI. 5. Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas Tipe IV

L

LOO. 5. 5. . 11 DDeeffiinniissi Hi Hiippeerrsseennssiittiivviittaas Ts Tiippe Ie IVV L

LOO. 5. 5. 2. 2 MMeekkaanniissmme He Hiippeerrsseennssiittiivviittaas Ts Tiippe Ie IVV LO.

LO. 5. 5. 3 3 Manifestasi Manifestasi Klinis Klinis Hipersensitivitas Hipersensitivitas Tipe Tipe IVIV L

LOO. . 55. . 44 PPeennaannggaannaan n HHiippeersrseennsisittiivviittaas s TTiippe e IIVV

LI. 6. Memahami dan Menjelaskan Antihistamin dan Kortikosteroid LI. 6. Memahami dan Menjelaskan Antihistamin dan Kortikosteroid

L

LOO. . 66..11 AAnnttiihhiissttaammiinn L

LOO. . 66..22 KKoorrttiikkoosstteerrooiidd

LI. 7. Memahami dan Menjelaskan Hukum Islam untuk Menentukan 2 Pilihan yang Terbaik  LI. 7. Memahami dan Menjelaskan Hukum Islam untuk Menentukan 2 Pilihan yang Terbaik 

(4)

LI. 1.

LI. 1. Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas

Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas

LO. 1.1 Definisi Hipersensitivitas

LO. 1.1 Definisi Hipersensitivitas

Hipers

Hipersensitivensitivitas itas adalah peningkaadalah peningkatan tan reaktireaktivitas vitas atau atau sensitsensitivitas ivitas terhadterhadap ap antigantigenen yang pernah dipajankan atau dikenal sebelumnya. Reaksi hipersensitivitas terdiri atas yang pernah dipajankan atau dikenal sebelumnya. Reaksi hipersensitivitas terdiri atas  berbagai kelainan yang heterogen yang dapat dibagi men

 berbagai kelainan yang heterogen yang dapat dibagi menurut berbagai cara.urut berbagai cara.

(Baratawidjaja, 2009)

(Baratawidjaja, 2009)

LO. 1.2

LO. 1.2 Klasifikasi Hipersensitivitas

Klasifikasi Hipersensitivitas

 Menurut Waktu Timbulnya ReaksiMenurut Waktu Timbulnya Reaksi

o

o Reaksi cepatReaksi cepat

-- Terjadi dalam hitungan detik, menghilang dalam 2 jamTerjadi dalam hitungan detik, menghilang dalam 2 jam

-- Ikatan silang antara allergen dan IgE pada permukaan sel mast menginduksiIkatan silang antara allergen dan IgE pada permukaan sel mast menginduksi  pelepasan mediator vasoaktif 

 pelepasan mediator vasoaktif 

-- Manifestasi reaksi cepat berupa anafilaksis sistemik atau anafilaksis localManifestasi reaksi cepat berupa anafilaksis sistemik atau anafilaksis local

o

o Reaksi intermedietReaksi intermediet

-- Terjadi setelah beberapa jam dan menghilang dalam 24 jamTerjadi setelah beberapa jam dan menghilang dalam 24 jam

-- ReaReaksi ksi ini ini melmelibaibatkatkan n pempembenbentuktukkan kan komkomplepleks ks imuimun n IgG IgG dan dan kerkerusausakankan  jaringan melalui aktivasi komplemen dan sel NK/ADCC

 jaringan melalui aktivasi komplemen dan sel NK/ADCC -- Manifestasi klinis dapet berupa:Manifestasi klinis dapet berupa:

• Reaksi transfusi darah, eritoblastosis fetalis dan anemia hemolitik autoimunReaksi transfusi darah, eritoblastosis fetalis dan anemia hemolitik autoimun •

• Reaksi arthus local dan reaksi sistemik Reaksi arthus local dan reaksi sistemik  •

• Reaksi intermediet diawali oleh IgG dan kerusakan jaringan pejamu yangReaksi intermediet diawali oleh IgG dan kerusakan jaringan pejamu yang

disebabkan oleh sel NK atau sel netrofil disebabkan oleh sel NK atau sel netrofil

o

o Reaksi lambatReaksi lambat

-- Terlihat sekitar 48 jam setelah terjadi pajanan dengan antigen yang terjadi olehTerlihat sekitar 48 jam setelah terjadi pajanan dengan antigen yang terjadi oleh aktivasi sel Th

aktivasi sel Th

-- Contoh: dermatitis kontak, reaksi tuberculosis.Contoh: dermatitis kontak, reaksi tuberculosis.

 Menurut Gell dan CoombsMenurut Gell dan Coombs

o

o Hipersensitivitas immediate (tipe I) respon imun dimediasi oleh sel TH2, antibodiHipersensitivitas immediate (tipe I) respon imun dimediasi oleh sel TH2, antibodi

IgE, dan sel mast; yang pada akhirnya akan mengeluarkan mediator inflamasi. IgE, dan sel mast; yang pada akhirnya akan mengeluarkan mediator inflamasi.

o

o HiHipepersersensnsititivivititas as anantitibobodydy-me-medidiateated d (ti(tipe pe II) II) anantitibobodi di IgIgG G dadan n IgIgM M dadapapatt

menginduksi inflamasi dengan mempromosikan fagositosis atau lisis terhadap luka menginduksi inflamasi dengan mempromosikan fagositosis atau lisis terhadap luka

(5)

 pada

 pada sel. sel. Antibodi Antibodi juga juga mempengaruhi mempengaruhi fungsi fungsi selular selular dan dan menyebabkan menyebabkan penyakitpenyakit tanpatanpa ada luka jaringan.

tanpatanpa ada luka jaringan.

o

o Hipersensitivitas kompleks imun (tipe III) antibodi IgG dan IgM mengikat antigenHipersensitivitas kompleks imun (tipe III) antibodi IgG dan IgM mengikat antigen

yang biasanya ada di sirkulasi darah, dan kompleks antibodi-antigen mengendap di yang biasanya ada di sirkulasi darah, dan kompleks antibodi-antigen mengendap di  jaringan yang pada akhirnya akan meng

 jaringan yang pada akhirnya akan menginduksi proses inflamasi.induksi proses inflamasi.

o

o HiHipepersrsenensisititivivitatas s cecellll-m-medediaiateted d (t(tipipe e IVIV) ) luluka ka seselululeler r dadan n jajariringngan an akakanan

men

menyebyebabkabkan an tertersinsintesitesisnysnya a sel sel limlimfosifosit t T T (TH(TH1, 1, TH2TH2, , dan CTLs)dan CTLs). . Sel Sel TH2TH2 meng

mengindukinduksi lesi si lesi yang termasuyang termasuk kedalam hipersenk kedalam hipersensitivitsitivitas as tipe I, tidak termasuk tipe I, tidak termasuk  hipersensitivitas tipe IV.

hipersensitivitas tipe IV. Berdasa

Berdasarkan rkan penempenemuan-peuan-penemunemuan an dalam dalam penelpenelitian itian imunoimunologi, logi, telah telah dikemdikembangbangkankan  beberapa

 beberapa modifikasi modifikasi klasifikasi klasifikasi Gell Gell dan dan Coombs Coombs yang yang membagi membagi lagi lagi tipe tipe IV IV dalamdalam  beberapa

 beberapa subtype subtype reaksi. reaksi. Meskipun Meskipun reaksi reaksi tipe tipe I, I, II, II, dan dan III III dianggap dianggap sebagai sebagai reaksireaksi humoral, sebetulnya reaksi-reaksi tersebut masih memerlukan bantuan sel T atau peran humoral, sebetulnya reaksi-reaksi tersebut masih memerlukan bantuan sel T atau peran seluler. Oleh karena itu pembagian Gell dan Coombs telah dimodifikasi lebih lanjut seluler. Oleh karena itu pembagian Gell dan Coombs telah dimodifikasi lebih lanjut seperti terlihat pada table dibawah ini.

seperti terlihat pada table dibawah ini.

Klasifikasi Gell dan Coombs yang dimodifikasi (Tipe I-VI) Klasifikasi Gell dan Coombs yang dimodifikasi (Tipe I-VI)

T

Tiippee//mmeekkaanniissmmee GGeejjaallaa CCoonnttoohh

I. IgE I. IgE Anafilaksis, urtikaria, Anafilaksis, urtikaria, angioedema, mengi, angioedema, mengi,

hipotensi, nausea, muntah, hipotensi, nausea, muntah, sakit abdomen, diare

sakit abdomen, diare

Penisilin dan β-laktam Penisilin dan β-laktam lainnya, enzim, antiserum, lainnya, enzim, antiserum,  protamin, heparin antibodi  protamin, heparin antibodi

monoklonal, ekstrak alergen, monoklonal, ekstrak alergen, insulin

insulin

II. sitotoksik (IgG II. sitotoksik (IgG

dan IgM) dan IgM) Agranulositosis Agranulositosis Anemia hemolitik  Anemia hemolitik  Trombositopenia Trombositopenia Metamizol, fenotiazin Metamizol, fenotiazin Penisilin, sefalosporin, Penisilin, sefalosporin, β-laktam, kinidin, metildopa laktam, kinidin, metildopa Karbamazepin, fenotiazin, Karbamazepin, fenotiazin, tiourasil, sulfonamid, tiourasil, sulfonamid,

antikonvulsan, kinin, kinidin, antikonvulsan, kinin, kinidin,  parasetol, sulfonamid, propil,  parasetol, sulfonamid, propil,

tiourasil, preparat emas tiourasil, preparat emas III. kompleks imun

III. kompleks imun (IgG dan IgM) (IgG dan IgM)

Pa

Pananas, s, ururtitikakariria, a, atatraralglgiaia,, limfadenopati limfadenopati Serum sickness Serum sickness β-laktam, sulfonamid, β-laktam, sulfonamid, fenotiazin, streptomisin fenotiazin, streptomisin serum xenogenik, penisilin, serum xenogenik, penisilin, globulin anti-timosit

(6)

IV.

IV. hiperhipersensitisensitivitasvitas selular 

selular 

E

Ekkssiim m ((jjuugga a ssiisstteemmiikk)) eritema, lepuh, pruritus

eritema, lepuh, pruritus

Fotoalergi Fotoalergi

Fixed drug eruption Fixed drug eruption Lesi makulopapular  Lesi makulopapular 

Penisilin, anestetik lokal, Penisilin, anestetik lokal, antihistamin topikal, antihistamin topikal,

neomisin, pengawet, eksipien neomisin, pengawet, eksipien (lanolin, paraben), (lanolin, paraben), desinfekstan desinfekstan Salislanilid (halogeneted), Salislanilid (halogeneted), asam nalidilik  asam nalidilik  Barbiturat, kinin Barbiturat, kinin

Penisilin, emas, barbiturat, Penisilin, emas, barbiturat, β- blocker 

 blocker  V

V. . rreeaakkssi i ggrraannuulloommaa GGrraannuulloommaa EEkkssttrraak k aalleerrggeenn, , kkoollaaggeen n llaarruutt VI.

VI. hiperhipersensitisensitivitasvitas stimulasi

stimulasi

(LE yang diinduksi obat) (LE yang diinduksi obat) Resistensi insulin

Resistensi insulin

Hidralazin, prokainamid Hidralazin, prokainamid Antibodi terhadap insulin Antibodi terhadap insulin (IgG)

(IgG)

LO. 1.3

LO. 1.3 Pemeriksaan Hipersen

Pemeriksaan Hipersensitivitas

sitivitas

Ada beberapa macam tes alergi, yaitu : Ada beberapa macam tes alergi, yaitu : 1.

1. Skin Skin Prick Prick Test (TTest (Tes tuses tusuk kuuk kulit).lit). Tes ini

Tes ini untuk memeriuntuk memeriksa ksa alergi terhadap alergen hirup dan alergi terhadap alergen hirup dan makanmakanan, misalnya debu,an, misalnya debu, tungau debu, serpih kulit binatang, udang, kepiting dan lain-lain. Tes ini dilakukan di tungau debu, serpih kulit binatang, udang, kepiting dan lain-lain. Tes ini dilakukan di kulit lengan bawah sisi dalam, lalu alergen yang diuji ditusukkan pada kulit dengan kulit lengan bawah sisi dalam, lalu alergen yang diuji ditusukkan pada kulit dengan mengg

menggunakunakan an jarum khusus (panjanjarum khusus (panjang g mata jarum mata jarum 2 2 mm), jadi mm), jadi tidak menimbutidak menimbulkan luka,lkan luka,  berdarah

 berdarah di di kulit. kulit. Hasilnya Hasilnya dapat dapat segera segera diketahui diketahui dalam dalam waktu waktu 30 30 menit. menit. Bila Bila positif positif  alergi terhadap alergen tertentu akan timbul bentol merah gatal.

alergi terhadap alergen tertentu akan timbul bentol merah gatal. Syarat tes ini :

Syarat tes ini :

- Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung antihistamin (obat - Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung antihistamin (obat

anti alergi) selama 3 – 7 hari, tergantung jenis obatnya. anti alergi) selama 3 – 7 hari, tergantung jenis obatnya. - Umur yang di anjurkan 4 – 50 tahun.

- Umur yang di anjurkan 4 – 50 tahun.

2.

2. PatPatch Tech Tes (Tes Ts (Tes Tempempel)el).. Te

Tes s inini i ununtutuk k memengngetetahahui ui alalerergi gi kokontntak ak terterhahadadap p babahahan n kikimimia, a, papada da pepenynyakakitit dermatitis atau eksim. Tes ini dilakukan di kulit punggung. Hasil tes ini baru dapat dermatitis atau eksim. Tes ini dilakukan di kulit punggung. Hasil tes ini baru dapat dibaca setelah 48 jam. Bila positif terhadap bahan kimia tertentu, akan timbul bercak  dibaca setelah 48 jam. Bila positif terhadap bahan kimia tertentu, akan timbul bercak  kemerahan dan melenting pada kulit.

kemerahan dan melenting pada kulit. Syarat tes ini :

Syarat tes ini :

-- Dalam 48 jam, pasien tidak boleh melakukan aktivitas yang berkeringat, mandi, posisiDalam 48 jam, pasien tidak boleh melakukan aktivitas yang berkeringat, mandi, posisi

tidur tertelungkup, punggung tidak boleh bergesekan. tidur tertelungkup, punggung tidak boleh bergesekan.

(7)

-- 2 hari sebelum tes, tidak boleh minum obat yang mengandung steroid atau anti2 hari sebelum tes, tidak boleh minum obat yang mengandung steroid atau anti

 bengkak. Daerah pungung

 bengkak. Daerah pungung harus bebas dari obat oles, krim atau salep.harus bebas dari obat oles, krim atau salep.

3.

3. RAST RAST (Radio (Radio AllergAllergo Sorbo Sorbent Tesent Test).t). Te

Tes s inini i ununtutuk k memengngetetahahui ui alalerergi gi teterhrhadadap ap alealergrgen en hihirurup p dadan n mamakakananan. n. TeTes s ininii memerlukan sampel serum darah sebanyak 2 cc. Lalu serum darah tersebut diproses memerlukan sampel serum darah sebanyak 2 cc. Lalu serum darah tersebut diproses dengan mesin komputerisasi khusus, hasilnya dapat diketahui setelah 4 jam.

dengan mesin komputerisasi khusus, hasilnya dapat diketahui setelah 4 jam. Kelebihan

Kelebihan  dapat dilakukan pada usia berapapun, tidak dipengaruhi oleh obat-obatan.dapat dilakukan pada usia berapapun, tidak dipengaruhi oleh obat-obatan.

4.

4. SkiSkin Ten Test (Tst (Tes kues kulitlit).).

Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap

Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang disuntikkan. Dilakukanobat yang disuntikkan. Dilakukan di kulit lengan bawah dengan cara menyuntikkan obat yang akan di tes di lapisan bawah di kulit lengan bawah dengan cara menyuntikkan obat yang akan di tes di lapisan bawah k

kuulliitt. . HHaassiil l ttees s bbaarru u ddaappaat t ddiibbaacca a sseetteellaah h 115 5 mmeenniitt. . BBiilla a ppoossiittiif f aakkaann timbul,bentol,merah,gatal.

timbul,bentol,merah,gatal. 5. Tes Provokasi.

5. Tes Provokasi.

Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum, makanan, Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum, makanan, dapat juga untuk alergen hirup, contohnya debu. Tes provokasi untuk alergen hirup dapat juga untuk alergen hirup, contohnya debu. Tes provokasi untuk alergen hirup dinamakan tes provokasi bronkial. Tes ini digunakan untuk penyakit asma dan pilek  dinamakan tes provokasi bronkial. Tes ini digunakan untuk penyakit asma dan pilek  alergi. Tes

alergi. Tes provoprovokasi bronkiakasi bronkial l dan makanan sudah jarang dan makanan sudah jarang dipakdipakai, karena ai, karena tidak nyamantidak nyaman unt

untuk uk paspasien ien dan dan berberisikisiko o tintinggi ggi terjterjadiadinya nya seraserangangan n asmasma a dan dan syosyok. k. tes tes proprovokvokasiasi  bronkial

 bronkial dan dan tes tes provokasi provokasi makanan makanan sudah sudah digantikan digantikan oleh oleh Skin Skin Prick Prick Test Test dan dan IgEIgE spesifik metode RAST.

spesifik metode RAST.

Untuk tes provokasi obat, menggunakan metode DBPC (Double Blind Placebo Control) Untuk tes provokasi obat, menggunakan metode DBPC (Double Blind Placebo Control) ata

atau u ujuji i samsamar ar gagandnda. a. cacararanynya a papasiesien n miminunum m obobat at dedengngan an dodosis sis didinanaikikkakan n secsecaraara  bertahap,

 bertahap, lalu ditunggu lalu ditunggu reaksinya reaksinya dengan interval dengan interval 15 – 15 – 30 menit. 30 menit. Dalam sDalam satu hari atu hari hanyahanya  boleh satu macam

 boleh satu macam obat yang dites, untuk tes obat yang dites, untuk tes terhadap bahan/zat lainnya harus terhadap bahan/zat lainnya harus menunggumenunggu 48 jam kemudian. Tujuannya untuk mengetahui reaksi alergi tipe lambat.

48 jam kemudian. Tujuannya untuk mengetahui reaksi alergi tipe lambat.

LI. 2. Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas Tipe I

LI. 2. Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas Tipe I

LO. 2.1 Definisi Hipersensitivitas Tipe I

LO. 2.1 Definisi Hipersensitivitas Tipe I

Reaksi hipersen

Reaksi hipersensitivisitivitas tas tipe I tipe I merupmerupakan reaksi akan reaksi alergi yang terjadi alergi yang terjadi karenkarena a terpapterpapar ar  antigen spesifik yang dikenal sebagai alergen. Terpapar dengan cara ditelan, dihirup, antigen spesifik yang dikenal sebagai alergen. Terpapar dengan cara ditelan, dihirup,

(8)

di

disusuntntikik, , atatauaupupun n kokontntak ak lanlangsgsunung. g. PePerbrbededaaaan n anantartara a resrespopon n imimun un nonormrmal al dadann hipersensitivitas tipe I adalah adanya sekresi IgE yang dihasilkan oleh sel plasma.

hipersensitivitas tipe I adalah adanya sekresi IgE yang dihasilkan oleh sel plasma.

Mediator yang sudah ada dalam granula sel mast

Mediator yang sudah ada dalam granula sel mast

Terdapat 3 jenis mediator yang penting yaitu histamin,

Terdapat 3 jenis mediator yang penting yaitu histamin, eosinophil chemotactic factor of eosinophil chemotactic factor of  anaphylactic

anaphylactic (ECF-A), dan(ECF-A), dan neutrophil chemoctatic factor neutrophil chemoctatic factor (( NCF  NCF ).).

1. Histamin

1. Histamin

Hi

Histastamimin n didibebentntuk uk dadari ri asaasam m amaminino o hihiststididin in dedengngan an peperanrantartaraaaan n enenzizim m hihististididinn dekarb

dekarboksiloksilase. ase. SetelaSetelah h dibebdibebaskan, histamin dengan cepat askan, histamin dengan cepat dipecdipecah ah secara enzimatik secara enzimatik  serta berada dalam jumlah kecil dalam cairan jaringan dan plasma. Kadar normal dalam serta berada dalam jumlah kecil dalam cairan jaringan dan plasma. Kadar normal dalam  plasma adalah kurang dari 1 ng/μL akan tetapi dapat meningk

 plasma adalah kurang dari 1 ng/μL akan tetapi dapat meningkat sampai 1-2 ng/μL setelahat sampai 1-2 ng/μL setelah uji provokasi dengan alergen. Gejala yang timbul akibat histamin dapat terjadi dalam uji provokasi dengan alergen. Gejala yang timbul akibat histamin dapat terjadi dalam  beberapa

 beberapa menit menit berupa berupa rangsangan rangsangan terhadap terhadap reseptor reseptor saraf saraf iritan, iritan, kontraksi kontraksi otot otot polos,polos, serta peningkatan permeabilitas vaskular.

serta peningkatan permeabilitas vaskular. Manifes

Manifestasi tasi kliniklinis s pada berbagai organ tubuh bervariasi. Pada pada berbagai organ tubuh bervariasi. Pada hidunhidung g timbutimbul l rasa gatal,rasa gatal, hipersekresi dan tersumbat. Histamin yang diberikan secara inhalasi dapat menimbulkan hipersekresi dan tersumbat. Histamin yang diberikan secara inhalasi dapat menimbulkan kontraksi otot polos bronkus yang menyebabkan bronkokonstriksi. Gejala kulit adalah kontraksi otot polos bronkus yang menyebabkan bronkokonstriksi. Gejala kulit adalah reaksi gatal berupa

reaksi gatal berupa wheal and flarewheal and flare,, dan pada saluran cerna adalah hipersekresi asamdan pada saluran cerna adalah hipersekresi asam lambung, kejang usus, dan diare. Histamin mempunyai peran kecil pada asma, karena itu lambung, kejang usus, dan diare. Histamin mempunyai peran kecil pada asma, karena itu antihi

antihistamin hanya dapat stamin hanya dapat mencemencegah sebagian gejala gah sebagian gejala alergi pada alergi pada mata, hidung dan mata, hidung dan kulitkulit,, tetapi tidak pada bronkus.

tetapi tidak pada bronkus.

Kadar histamin yang meninggi dalam plasma dapat menimbulkan gejala sistemik berat Kadar histamin yang meninggi dalam plasma dapat menimbulkan gejala sistemik berat (anafilaksis). Histamin mempunyai peranan penting pada reaksi fase awal setelah kontak  (anafilaksis). Histamin mempunyai peranan penting pada reaksi fase awal setelah kontak  dengan alergen (terutama pada mata, hidung dan kulit). Pada reaksi fase lambat, histamin dengan alergen (terutama pada mata, hidung dan kulit). Pada reaksi fase lambat, histamin membantu timbulnya reaksi inflamasi dengan cara memudahkan migrasi imunoglobulin membantu timbulnya reaksi inflamasi dengan cara memudahkan migrasi imunoglobulin dan sel peradangan ke jaringan. Fungsi ini mungkin bermanfaat pada keadaan infeksi. dan sel peradangan ke jaringan. Fungsi ini mungkin bermanfaat pada keadaan infeksi. Fungsi histamin dalam keadaan normal saat ini belum banyak diketahui kecuali fungsi Fungsi histamin dalam keadaan normal saat ini belum banyak diketahui kecuali fungsi  pada

 pada sekresi sekresi lambung. lambung. Diduga Diduga histamin histamin mempunyai mempunyai peran peran dalam dalam regulasiregulasi tonustonus mik

mikrovrovaskaskulaular. r. MelMelalualui i resereseptoptor r H2 H2 dipdiperkerkirakirakan an hishistamtamin in jugjuga a memmempunpunyai yai efeefek k  modulasi respons beberapa sel termasuk limfosit.

modulasi respons beberapa sel termasuk limfosit.

2. Faktor kemotaktik eosinofil-anafilaksis (ECF-A)

2. Faktor kemotaktik eosinofil-anafilaksis (ECF-A)

Mediator ini mempunyai efek mengumpulkan dan menahan eosinofil di tempat reaksi Mediator ini mempunyai efek mengumpulkan dan menahan eosinofil di tempat reaksi rad

radang ang yanyang g dipdiperan eran oleoleh h IgE IgE (al(alergergi). i). ECFECF-A -A mermerupaupakan kan tettetraprapepteptida ida yanyang g sudsudahah terbentuk dan tersedia dalam granulasi sel mast dan akan segera dibebaskan pada waktu terbentuk dan tersedia dalam granulasi sel mast dan akan segera dibebaskan pada waktu degranulasi (pada basofil segera dibentuk setelah kontak dengan alergen).

degranulasi (pada basofil segera dibentuk setelah kontak dengan alergen).

Mediator lain yang juga bersifat kemotaktik untuk eosinofil ialah leukotrien LTB4 yang Mediator lain yang juga bersifat kemotaktik untuk eosinofil ialah leukotrien LTB4 yang terd

terdapaapat t daldalam am bebbeberaperapa a harhari. i. WalWalaupaupun un eoseosinoinofilfilia ia mermerupaupakan kan hal hal yanyang g khakhas s padpadaa  penyakit alergi,

 penyakit alergi, tetapi tidak tetapi tidak selalu patognomonik untuk keterlibatan selalu patognomonik untuk keterlibatan sel mast sel mast atau basofilatau basofil karena ECF-A dapat juga dibebaskan dari sel yang tidak mengikat IgE.

karena ECF-A dapat juga dibebaskan dari sel yang tidak mengikat IgE.

3. Faktor kemotaktik neutrofil (NCF)

(9)

 NCF

 NCF ((neutrophyl chemotactic factor neutrophyl chemotactic factor )) dapat ditemukan pada supernatan fragmen parudapat ditemukan pada supernatan fragmen paru manusi

manusia a setelah provoksetelah provokasi asi dengdengan an alergealergen n tertentertentu. Keadaan ini tu. Keadaan ini terjadterjadi i dalam beberapadalam beberapa menit dalam sirkulasi penderita asma setelah provokasi inhalasi dengan alergen atau menit dalam sirkulasi penderita asma setelah provokasi inhalasi dengan alergen atau sete

setelah lah timtimbulbulnya nya urturtikaikaria ria fisfisik ik (di(dingingin, n, panpanas as atau atau sinsinar ar matmatahaahari). ri). OleOleh h karkarenaena med

mediatiator or ini ini terbterbententuk uk dendengan gan cepcepat at makmaka a diddiduga uga ia ia mermerupaupakan kan medmediatoiator r priprimermer.. Mediator tersebut mungkin pula berperan pada reaksi hipersensitivitas tipe I fase lambat Mediator tersebut mungkin pula berperan pada reaksi hipersensitivitas tipe I fase lambat yang akan menyebabkan banyaknya neutrofil di tempat reaksi. Leukotrien LTB4 juga yang akan menyebabkan banyaknya neutrofil di tempat reaksi. Leukotrien LTB4 juga  bersifat kemotaktik terhadap neutrofil.

 bersifat kemotaktik terhadap neutrofil.  Mediator yang te

 Mediator yang terbentuk kemudrbentuk kemudianian

Mediator yang terbentuk kemudian terdiri dari hasil metabolisme asam arakidonat, faktor  Mediator yang terbentuk kemudian terdiri dari hasil metabolisme asam arakidonat, faktor  aktivasi trombosit, serotonin, dan lain-lain. Metabolisme asam arakidonat terdiri dari aktivasi trombosit, serotonin, dan lain-lain. Metabolisme asam arakidonat terdiri dari  jalur

 jalur siklooksigenase siklooksigenase dan dan jalur jalur lipoksigenase lipoksigenase yang yang masing-masing masing-masing akan akan mengeluarkanmengeluarkan  produk yang berperan sebagai mediator bagi berbagai proses inflamasi.

 produk yang berperan sebagai mediator bagi berbagai proses inflamasi.

1. Produk

1. Produk siklooksigenase

siklooksigenase

Pertubasi membran sel pada hampir semua sel berinti akan menginduksi pembentukan Pertubasi membran sel pada hampir semua sel berinti akan menginduksi pembentukan satu atau lebih produk siklooksigenase yaitu prostaglandin (PGD2, PGE2, PGF2) serta satu atau lebih produk siklooksigenase yaitu prostaglandin (PGD2, PGE2, PGF2) serta tromboksan A2 (TxA2).

tromboksan A2 (TxA2). Ti

Tiap ap sel sel memempmpununyayai i prprododuk uk spspesiesifik fik yayang ng beberbrbededa. a. SeSel l mamast st mamanunusia sia mimisalsalnynyaa membentuk PGD2 dan TxA2 yang menyebabkan kontraksi otot polos, dan TxA2 juga membentuk PGD2 dan TxA2 yang menyebabkan kontraksi otot polos, dan TxA2 juga dapat mengaktiv

dapat mengaktivasi asi trombtrombosit. Prostaglanosit. Prostaglandin din juga dibentuk oleh juga dibentuk oleh sel sel yang berkumpuyang berkumpul l didi mukosa bronkus selama reaksi alergi fase lambat (neutrofil, makrofag, dan limfosit). mukosa bronkus selama reaksi alergi fase lambat (neutrofil, makrofag, dan limfosit). Pro

Prostagstaglanlandin din E E memmempunpunyai yai efek efek dildilataatasi si brobronkunkus, s, tettetapi api tidtidak ak dipdipakaakai i sebsebagaagai i obaobatt  bronkodilator

 bronkodilator karena karena mempunyai mempunyai efek efek iritasi iritasi lokal. lokal. Prostaglandin Prostaglandin F F (PGF2) (PGF2) dapatdapat menimbulkan kontraksi otot polos bronkus dan usus serta meningkatkan permeabilitas menimbulkan kontraksi otot polos bronkus dan usus serta meningkatkan permeabilitas vaskular. Kecuali PGD2, prostaglandin serta TxA2 berperan terutama sebagai mediator  vaskular. Kecuali PGD2, prostaglandin serta TxA2 berperan terutama sebagai mediator  sekunder yang mungkin menunjang terjadinya reaksi peradangan, akan tetapi peranan sekunder yang mungkin menunjang terjadinya reaksi peradangan, akan tetapi peranan yang pasti dalam reaksi peradangan pada alergi belum diketahui.

yang pasti dalam reaksi peradangan pada alergi belum diketahui.

2. Produk lipoksigenase

2. Produk lipoksigenase

Leukotrien merupakan produk jalur lipoksigenase. Leukotrien LTE4 adalah zat yang Leukotrien merupakan produk jalur lipoksigenase. Leukotrien LTE4 adalah zat yang membentuk 

membentuk  slow  slow reacting reacting substance substance of of anaphylaxisanaphylaxis (SRS-A).(SRS-A). LeuLeukotkotrien rien LTLTB4B4 merupakan kemotaktik untuk eosinofil dan neutrofil, sedangkan LTC4, LTD4 dan LTE4 merupakan kemotaktik untuk eosinofil dan neutrofil, sedangkan LTC4, LTD4 dan LTE4 adalah zat yang dinamakan SRS-A. Sel mast manusia banyak menghasilkan produk  adalah zat yang dinamakan SRS-A. Sel mast manusia banyak menghasilkan produk  lip

lipoksoksigeigenasnase e sertserta a mermerupaupakan kan sumsumber ber hamhampir pir semusemua a SRSSRS-A -A yanyang g dibdibebaebaskan skan dardarii  jaringan paru yang tersensitisasi.

 jaringan paru yang tersensitisasi.

Mediator primer utama pada hipersensitivitas tipe I

Mediator primer utama pada hipersensitivitas tipe I

(10)

Mediator sekunder utama pada hipersensitivitas Tipe I

Mediator sekunder utama pada hipersensitivitas Tipe I

Mediator Efek 

Mediator Efek 

L

LTTR R ((SSRRSS--AA)) PPeenniinnggkkaattaan n ppeerrmmeeaabbiilliittaas s vvaassccuullaarr,,

vasodilatasi, sekresi mucus, kontraksi otot vasodilatasi, sekresi mucus, kontraksi otot  polos paru, kemotaktik neutrofil

 polos paru, kemotaktik neutrofil P

PGG VVaassooddiillaattaassii, , kkoonnttrraakkssi i oottoot t ppoolloos s ppaarruu,, agregasi trombosit, kemotaktik neutrophil, agregasi trombosit, kemotaktik neutrophil,  potensiasi mediator lainnya.

 potensiasi mediator lainnya. B

Brraaddiikkiinniinn PPeenniinnggkkaattaan n ppeerrmmeeaabbiilliittaas s kkaappiilleerr,,

vasodilatasi, kontraksi otot polos, stimulasi vasodilatasi, kontraksi otot polos, stimulasi ujung saraf nyeri

ujung saraf nyeri

Sitokin Bervariasi

Sitokin Bervariasi

IILL--1 1 ddaan n TTNNFF--αα AAnnaaffiillaakkssiiss, , ppeenniinnggkkaattaan n eekksspprreessi i CCAAM M ppaaddaa sel endotel venus

sel endotel venus

IILL--4 4 ddaan n IILL--1133 PPeenniinnggkkaattaan n pprroodduukkssi i IIggEE IL-3, IL-5, IL-6, IL-10, TGF-β dan

IL-3, IL-5, IL-6, IL-10, TGF-β dan GM-CSF

GM-CSF

Berbagai efek (dapat dilihat pada sitokin) Berbagai efek (dapat dilihat pada sitokin) IILL44, , PPMMNN, , ddeemmaam m TTNNFF- - αα AkAkttiivvaassi i mmoonnoossiitt, , eeoossiinnoopphhiill, , ddeemmaamm F

FGGFF FFiibbrroossiiss

IInnhhiibbiittoor r pprrootteeaassee MMeenncceeggaah h kkiimmaassee L

Liippookkssiinn BBrroonnkkookkoonnssttrriikkssii L

Leueukokotrtrin in (L(LTTC4 C4 LTLTD4 D4 LLTETE4)4) KoKonntrtrakaksi si oototot pt pololoos (s (jajanngkgka la lamama)a),, meningkatkan permeabilitas, kemotaksis meningkatkan permeabilitas, kemotaksis L

Leeuukkoottrriin n BB44, , 1155--HHEETTEE SSeekkrreessi i mmuuccuuss

Mediator Efek 

Mediator Efek 

Histamin

Histamin H1: Permeabilitas H1: Permeabilitas vaskular vaskular meningkat,meningkat, vasodilatasi, kontraksi otot polos

vasodilatasi, kontraksi otot polos

H2: Sekresi mukosa gaster, aritmia jantung H2: Sekresi mukosa gaster, aritmia jantung H3: SSP

H3: SSP H4: Eosinofil H4: Eosinofil E

ECCFF--AA KKeemmoottaakkssiis s eeoossiinnooffiill  NCF-A

 NCF-A Kemotaksis neutrofilKemotaksis neutrofil P

Prrootteeaase se ((TTrriippttaasese, , kkririmmaasese)) SSeekkrreesi si mmuukkuus s bbrroonnkkiiaall, , ddeeggrraaddasasii, , mmeemmbbrranan  basal pembuluh darah, pembentukan produ  basal pembuluh darah, pembentukan produk k   pemecahan komplomen

 pemecahan komplomen E

Eoossininoopphhiil Cl Chheemmoottaaccttic ic FFacacttoorr KKeemmoottakakttiik uk unnttuuk ek eoosisinnooffiill  Neutrofil Chemotactic Factor

 Neutrofil Chemotactic Factor Kemotaktik untuk neutrofilKemotaktik untuk neutrofil H

Hiiddrroollaasse e AAssaamm DDeeggrraaddaassi i mmaattrriikks s eekkssttrraasseelluulleer  r   P

PAAFF AAggrreeggaassi i ddaan n ddeeggrraannuullaassi i ttrroommbboossiitt, , kkoonnttrraakkssii otot polos paru

otot polos paru  NCA

 NCA Kemotaksis neutrofilKemotaksis neutrofil B

BKK--AA KKaalliikkrreeiinn: : kkiinniinnooggeennaassee Proteoglikan

Proteoglikan Heparin, Heparin, kondrotin kondrotin sulfat, sulfat, sulfat sulfat dermatan:dermatan: mencegah komplemen yang menimbulkan mencegah komplemen yang menimbulkan koagulasi

koagulasi Enzim

(11)

P

PAAFF KKeemmoottaakkssiiss, , ((tteerruuttaamma a eeoossiinnoopphhiill)),,  bronkospame

 bronkospame

LO. 2.2 Mekanisme Hipersensitivitas Tipe I

LO. 2.2 Mekanisme Hipersensitivitas Tipe I

Urutan kejadian reaksi tipe I adalah sebagai berikut: Urutan kejadian reaksi tipe I adalah sebagai berikut: 1.

1.

Fase

Fase Sens

Sensitisa

itisasi

si

, , yaiyaitu tu wakwaktu tu yanyang g dibdibutuutuhkahkan n untuntuk uk pempembenbentuktukan an IgE IgE sampsampaiai diikatnya oleh reseptor spesifik (Fcε-R) pada permukaan sel mast dan basofil.

diikatnya oleh reseptor spesifik (Fcε-R) pada permukaan sel mast dan basofil. 2.

2.

Fase Aktivasi

Fase Aktivasi

, yaitu waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan antigen, yaitu waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan antigen yang spesifik dan sel mast melepas isinya yang berisikan granul yang menimbulkan yang spesifik dan sel mast melepas isinya yang berisikan granul yang menimbulkan reaksi.

reaksi. 3.

3.

Fase Efektor

Fase Efektor

, yaitu waktu terjadi respons yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek , yaitu waktu terjadi respons yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek  mediator-mediator yang dilepas sel mast dengan aktivitas farmakologik 

mediator-mediator yang dilepas sel mast dengan aktivitas farmakologik 

Pajana

Pajanan n dengadengan n mengmengaktifkaktifkan sel an sel Th2 yang merangsanTh2 yang merangsang g sel B sel B berkeberkembang menjadmbang menjadi i selsel  plasma

 plasma yang yang memproduksi memproduksi IgE. IgE. Molekul Molekul IgE IgE yang yang dilepas dilepas diikat diikat oleh oleh FceR1 FceR1 pada pada selsel mast dan basofil (banyak molekul IgE dengan berbagai spesifisitas dapat diikat FceR1). mast dan basofil (banyak molekul IgE dengan berbagai spesifisitas dapat diikat FceR1). Pajanan kedua dengan alergen menimbulkan ikatan silang antara antigen dan IgE yang Pajanan kedua dengan alergen menimbulkan ikatan silang antara antigen dan IgE yang diikat sel

diikat sel mast, memacu penglepasamast, memacu penglepasan n mediamediator farmakologtor farmakologis is aktif (amin aktif (amin vasoakvasoaktif) daritif) dari sel

sel mast dan mast dan basofibasofil. l. MediatMediator-medor-mediator tersebut menimbulkiator tersebut menimbulkan an kontrkontraksi otot aksi otot polospolos,, me

meniningngkakatktkan an pepermrmeabeabililitaitas s vavaskskulular ar dadan n vavasosodidilalatatasi, si, kekerurusasakakan n jarjariningagan n dadann anafilaksis.

anafilaksis.

LO. 2.3 Manifestasi Klinik

LO. 2.3 Manifestasi Klinik Hipersensitivitas Tipe I

Hipersensitivitas Tipe I

a. Reaksi lokal

a. Reaksi lokal

Reaksi hipersensitifitas tipe 1 lokal terbatas pada jaringan atau organ spesifik yang Reaksi hipersensitifitas tipe 1 lokal terbatas pada jaringan atau organ spesifik yang  biasanya

 biasanya melibatkan melibatkan permukaan permukaan epitel epitel tempat tempat alergan alergan masuk. masuk. Kecenderungan Kecenderungan untuk untuk  men

menunjunjukkukkan an reareaksi ksi TipTipe e 1 1 adaadalah lah ditdituruurunkankan n dan dan disdisebuebut t atoatopi. pi. SedSedikiikitnytnya a 20%20%  populasi

 populasi menunjukkan penyakit menunjukkan penyakit yang teryang terjadi jadi melalui melalui IgE sIgE seperti eperti rinitis rinitis alergi, alergi, asma asma dandan dermatitis atopi. IgE yang biasanya dibentuk dalam jumlah sedikit, segera diikat oleh sel dermatitis atopi. IgE yang biasanya dibentuk dalam jumlah sedikit, segera diikat oleh sel

(12)

mast/basofil. IgE yang sudah ada pada permukaan sel mast akan menetap untuk beberapa mast/basofil. IgE yang sudah ada pada permukaan sel mast akan menetap untuk beberapa minggu. Sensitasi dapat pula terjadi secara pasif bila serum (darah) orang yang alergi minggu. Sensitasi dapat pula terjadi secara pasif bila serum (darah) orang yang alergi dimasukkan ke dalam kulit/sirkulasi orang normal. Reaksi alergi yang mengenai kulit, dimasukkan ke dalam kulit/sirkulasi orang normal. Reaksi alergi yang mengenai kulit, mata, hidung dan saluran nafas.

mata, hidung dan saluran nafas.  b. Reaksi sistemik – anafilaksis  b. Reaksi sistemik – anafilaksis

Anafilaksisi adalah reaksi Tipe 1 yang dapat fatal dan terjadi dalam beberapa menit Anafilaksisi adalah reaksi Tipe 1 yang dapat fatal dan terjadi dalam beberapa menit saja. Anafilaksis adalah reeaksi hipersensitifitas Gell dan Coombs Tipe 1 atau reaksi saja. Anafilaksis adalah reeaksi hipersensitifitas Gell dan Coombs Tipe 1 atau reaksi alergi yang cepat, ditimbulkan IgE yang dapat mengancam nyawa. Sel mast dan basofil alergi yang cepat, ditimbulkan IgE yang dapat mengancam nyawa. Sel mast dan basofil merupakan sel efektor yang melepas berbagai mediator. Reaksi dapat dipacu berbagai merupakan sel efektor yang melepas berbagai mediator. Reaksi dapat dipacu berbagai alergan seperti makanan (asal

alergan seperti makanan (asal laut, kacang-klaut, kacang-kacangaacangan), obat n), obat atau sengatan serangga danatau sengatan serangga dan  juga

 juga lateks, lateks, latihan latihan jasmani jasmani dan dan bahan bahan anafilaksis, anafilaksis, pemicu pemicu spesifiknya spesifiknya tidak tidak dapatdapat diidentifikasi.

diidentifikasi.

c. Reaksi pseudoalergi atau anafilaktoid c. Reaksi pseudoalergi atau anafilaktoid

Reaksi pseudoa

Reaksi pseudoalergi atau lergi atau anafilanafilaktoiaktoid d adalah reaksi adalah reaksi sistemisistemik k umum yang umum yang melibmelibatkanatkan  pengelepasan

 pengelepasan mediator mediator oleh oleh sel sel mast mast yang yang terjadi terjadi tidak tidak melalui melalui IgE. IgE. MekanismeMekanisme  pseudoalergi

 pseudoalergi merupakan merupakan mekanisme mekanisme jalur jalur efektor efektor nonimun. nonimun. Secara Secara klinis klinis reaksi reaksi iniini menye

menyerupai reaksi rupai reaksi Tipe I Tipe I seperti syok, seperti syok, urtikurtikaria, bronkosparia, bronkospasme, anafilaksisasme, anafilaksis, , pruritpruritis,is, tetapi tidak

tetapi tidak berdasberdasarkan atas arkan atas reaksi imun. Manifestasi klinisnya sering reaksi imun. Manifestasi klinisnya sering serupaserupa, , sehingsehinggaga kulit dibedakan satu dari lainnya. Reaksi ini tidak memerlukan pajanan terdahulu untuk  kulit dibedakan satu dari lainnya. Reaksi ini tidak memerlukan pajanan terdahulu untuk  menim

menimbulkabulkan n sensitasensitasi. si. Reaksi anafilaktoiReaksi anafilaktoid d dapat dapat ditimditimbulkbulkan an antimantimikrobikroba, a, proteiprotein,n, kontras dengan yodium, AINS, etilenoksid, taksol, penisilin, dan pelemas otot.

kontras dengan yodium, AINS, etilenoksid, taksol, penisilin, dan pelemas otot.

JJeenniis

s A

Alleerrggii

A

Alleerrggeen

n U

Um

muum

m

G

Gaam

mbbaarraann

Anafilaksis

Anafilaksis Obat, serum, kacang-Obat, serum, kacang-kacangan

kacangan

Edema dengan peningkatan Edema dengan peningkatan

 permeabilitas kapiler, okulasi trakea ,  permeabilitas kapiler, okulasi trakea ,

koleps sirkulasi yang dapat koleps sirkulasi yang dapat menyebabkan kematian menyebabkan kematian U

Urrttiikkaarriis s aakkuutt SSeennggaattaan n sseerraannggggaa BBeennttooll, , mmeerraahh R

Riinniittiis as alleerrggii PPoolleenn, t, tuunnggaau du deebbu ru ruummaahh EEddeemma da daan in irriittaassi mi muukkoossa na naassaall A

Assmmaa PPoolleenn, , ttuunnggaau u ddeebbu u rruummaahh

Konstriksi bronkial, peningkatan Konstriksi bronkial, peningkatan  produksi mukus, inflamasi saluran  produksi mukus, inflamasi saluran

nafas nafas Makanan

Makanan Kerang, susu, telur, ikan,Kerang, susu, telur, ikan,  bahan asal gandum

 bahan asal gandum

Urtikaria yang gatal dan potensial Urtikaria yang gatal dan potensial menjadi anafilaksis

menjadi anafilaksis Ekzem atopi

Ekzem atopi Polen, tungau debu runah,Polen, tungau debu runah,  beberapa makanan

 beberapa makanan

Inflamasi pada kulit yang terasa gatal, Inflamasi pada kulit yang terasa gatal,  biasanya merah dan ada kalanya

 biasanya merah dan ada kalanya vesikular 

vesikular 

LO. 2.4 Penanganan Hipersensitivitas Tipe I

LO. 2.4 Penanganan Hipersensitivitas Tipe I

(13)

Usaha penanganan dan pengobatan apabila terserang reaksi hipersensitivitas tipe I adalah Usaha penanganan dan pengobatan apabila terserang reaksi hipersensitivitas tipe I adalah sebagai berikut :

sebagai berikut :

o

o Ringan :Ringan :

-- SSttoop p AAlleerrggeenn -- BBereri ai annti ti hhisistatamminin

o

o Sedang :Sedang :

-- SaSama ma dedengngan an pepenanatatalaklaksansanaan aan dederarajajat t rinringagan n diditatambmbah ah amamininofofiliilin n ataatau u ininjejeksksii adrenalin1/1000 0,3 ml SC/IM. Dapat diulang tiap 10-15menit sampai sembuh, adrenalin1/1000 0,3 ml SC/IM. Dapat diulang tiap 10-15menit sampai sembuh, maksimal 3 kali

maksimal 3 kali

-- AmAmanankakan jan jalalan nan nafafas, os, oksksigigenenasiasi

o

o Berat (Syok) :Berat (Syok) :

-- SaSama ma dedengngan an pepenanatatalalaksksananaaaan n dederajrajat at sedsedanang g diditatambmbahahpoposissisi i teterlrlenentatangng, , kakakiki diatas

diatas

-- InInfufus Ns Nacacl 0l 0,9 ,9 %/ %/ D5D5%%

-- HidHidrokrokortortisoison 10n 100 mg a0 mg atau dtau dekseksameametasotason IV tin IV tiap 8 jaap 8 jamm

-- Bila gBila gatal : atal : beri dberi difenhifenhidramiidramin Hcl n Hcl 60-80 60-80 mg IV mg IV secarapsecarapelan > elan > 3 men3 menitit

-- JikJika alergea alergen adalan adalah h sunsuntiktikan, pasaan, pasang manng manset diataset diatasbesbekas suntkas suntikaikan (dilepn (dilepas setiapas setiap 10-15 menit) dan beriadrenalin 0,1-0,5 ml IM pada bekas suntikan

10-15 menit) dan beriadrenalin 0,1-0,5 ml IM pada bekas suntikan -- AwaAwasi tsi tensiensi, n, nadiadi, su, suhu hu tiatiap 30 p 30 menmenitit

-- SeSetetelalah h sesemumua a upupayaya a didilalakukukakan, jika dalan, jika dalam m 1 1 jajam m titidadakakada da peperbrbaiaikakan n rurujujuk k keke RSUD

RSUD

Penanganan menurut gambaran klinik: Penanganan menurut gambaran klinik: 1.

1. AnaAnafilfilatoatoksiksis los localcal

• Menghindari allergen dan makanan yang dapat menyebabkan alergi.Menghindari allergen dan makanan yang dapat menyebabkan alergi. •

• BilBila a allallergergen en sulisulit t dihdihindindari ari (sep(seperterti i polpollenlen, , debdebu, u, spospora, ra, dlldll) ) dapdapat at digdigunaunakankan

ant

antihiihistamstamin in untuntuk uk menmenghaghambambat t pelpelepaepasan san hishistamtamine ine dardari i sel sel matmatosiosit, t, sepsepertertii Chr

Chromoomolyn lyn sodsodium ium menmenghaghambambat t degdegranranulaulasi si sel sel masmast t kemkemungungkinkinan an dendengangan menghambat influx Ca.

menghambat influx Ca.

• BilBila a terjterjadi adi sesasesak k nafnafas as penpengobgobatan atan dapdapat at berberupa upa brobronkonkoditditaloalor r (le(leukoukotritrieneene

receptor blockers. Seperti Singulair, Accolate) yang dapat merelaksasi otot bronkus receptor blockers. Seperti Singulair, Accolate) yang dapat merelaksasi otot bronkus dan ekspektoran yang dapat mengeluarkan mucus.

dan ekspektoran yang dapat mengeluarkan mucus. 2.

(14)

• Pengobatan harus dilakukan dengan cepat dengan menyuntikan epinefrinPengobatan harus dilakukan dengan cepat dengan menyuntikan epinefrin

(meningkatkan tekanan darah) atau antihistamin (memblok pelepasan histamine) (meningkatkan tekanan darah) atau antihistamin (memblok pelepasan histamine) secara intravena.

secara intravena.

LI. 3. Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas Tipe II

LI. 3. Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas Tipe II

LO. 3.1 Definisi Hipersensitivitas Tipe II

LO. 3.1 Definisi Hipersensitivitas Tipe II

Reaksi hipersensitivitas tipe II disebut juga reaksi sitotoksik atau sitolitik, terjadi Reaksi hipersensitivitas tipe II disebut juga reaksi sitotoksik atau sitolitik, terjadi karena dibentuk antibodi jenis IgG atau IgM terhadap antigen yang merupakan bagian sel karena dibentuk antibodi jenis IgG atau IgM terhadap antigen yang merupakan bagian sel  pejamu.

 pejamu. Reaksi Reaksi diawali diawali oleh oleh reaksi reaksi antara antara antibodi antibodi dan dan determinan determinan antigen antigen yangyang merupakan bagian dari membran sel tergantung apakah komplemen atau molekul asesori merupakan bagian dari membran sel tergantung apakah komplemen atau molekul asesori dan metabolisme sel dilibatkan. Istilah sitolitik lebih tepat mengingat reaksi yang terjadi dan metabolisme sel dilibatkan. Istilah sitolitik lebih tepat mengingat reaksi yang terjadi disebabkan lisis dan bukan efek toksik. Antibodi tersebut dapat mengaktifkan sel yang disebabkan lisis dan bukan efek toksik. Antibodi tersebut dapat mengaktifkan sel yang memiliki reseptor Fcγ-R dan juga sel NK yang dapat berperan sebagai sel efektor dan memiliki reseptor Fcγ-R dan juga sel NK yang dapat berperan sebagai sel efektor dan menimbulkan kerusakan melalui ADCC. Reaksi tipe II dapat menunjukkan berbagai menimbulkan kerusakan melalui ADCC. Reaksi tipe II dapat menunjukkan berbagai manifestasi klinik.

manifestasi klinik.

LO. 3.2 Mekanisme Hipersensitivitas Tipe II

LO. 3.2 Mekanisme Hipersensitivitas Tipe II

Contoh reaksi tipe II ini adalah distruksi sel darah merah akibat reaksi transfusi, penyakit Contoh reaksi tipe II ini adalah distruksi sel darah merah akibat reaksi transfusi, penyakit anemia hemolitik, reaksi obat dan kerusakan jaringan pada penyakit autoimun.

anemia hemolitik, reaksi obat dan kerusakan jaringan pada penyakit autoimun. Mekanisme reaksinya adalah sebagai berikut :

Mekanisme reaksinya adalah sebagai berikut :

1. Fagositosis sel melalui proses apsonik adherence atau immune adherence 1. Fagositosis sel melalui proses apsonik adherence atau immune adherence

2. Reaksi sitotoksis ekstraseluler oleh sel K (Killer cell) yang mempunyai reseptor untuk  2. Reaksi sitotoksis ekstraseluler oleh sel K (Killer cell) yang mempunyai reseptor untuk 

Fc Fc

3. Lisis sel karena bekerjanya seluruh sistem komplemen 3. Lisis sel karena bekerjanya seluruh sistem komplemen Hip

Hiperseersensinsitivtivitaitas s tiptipe e II II dipdiperanerantaratarai i oleoleh h antantiboibodi di yanyang g diadiarahrahkan kan untuntuk uk melmelawanawan antigen target pada permukaan sel atau komponen jaringan lainnya. Antigen tersebut antigen target pada permukaan sel atau komponen jaringan lainnya. Antigen tersebut dapat merupakan molekul intrinsic normal bagi membrane sel atau matriks ekstraseluler  dapat merupakan molekul intrinsic normal bagi membrane sel atau matriks ekstraseluler  atau

atau dapdapat at mermerupaupakan kan antantigeigen n ekseksogeogen n yanyang g diadiabsobsorbsrbsi i (mi(misalnsalnya ya metmetaboabolit lit obaobat).t). Respon hipersensitivitas disebabkan oleh pengikatan antibodi yang di ikuti salah satu Respon hipersensitivitas disebabkan oleh pengikatan antibodi yang di ikuti salah satu dari tiga mekanisme bergantung antibodi, yaitu:

dari tiga mekanisme bergantung antibodi, yaitu: 1.

1. OpsonOpsonisasi dan Fagoisasi dan Fagositosis yansitosis yang diperang diperantarai Komptarai Komplemen danlemen dan Fc Receptor  Fc Receptor  Sel

Sel-sel ya-sel yang menng menjadjadi targei target antibt antibodi odi diodiopsopsonisnisasi olasi oleh moleh molekuekul-mol-moleklekul ul yanyangg mam

mampu pu menmenariarik k fagfagosiosit, t, sehisehinggngga a selsel-sel -sel tertersebusebut t menmengalgalami ami depdeplesilesi.. Saat Saat antibantibodiodi (IgG/Ig

(IgG/IgM) M) terikaterikat t pada permukaan sel, pada permukaan sel, terjadi pengaktiterjadi pengaktifan fan sistem komplemensistem komplemen. . AktivAktivasiasi komplemen terutama menghasilkan C3b dan C4b, yang akan terikat pada permukaan sel. komplemen terutama menghasilkan C3b dan C4b, yang akan terikat pada permukaan sel. C3b dan C4b ini akan dikenali oleh fagosit yang mengekspresikan reseptor C3b dan C4b. C3b dan C4b ini akan dikenali oleh fagosit yang mengekspresikan reseptor C3b dan C4b. Sebagai tambahan, sel-sel yang di-opsonisasi oleh antibodi IgG dikenali oleh fagosit Sebagai tambahan, sel-sel yang di-opsonisasi oleh antibodi IgG dikenali oleh fagosit resepto

reseptor Fc. r Fc. Hasil akhirnHasil akhirnya yaitu fagositoya yaitu fagositosis dari sel yang di-opsonsis dari sel yang di-opsonisasi, kemuisasi, kemudian seldian sel tersebut dihancurkan. Aktivasi komplemen juga menyebabkan terbentuknya

tersebut dihancurkan. Aktivasi komplemen juga menyebabkan terbentuknya membranemembrane attack complex

attack complex, yang mengganggu integritas membran dengan membuat ‘lubang-lubang’, yang mengganggu integritas membran dengan membuat ‘lubang-lubang’ menembus lipid bilayer, sehingga terjadi lisis osmotik sel.

menembus lipid bilayer, sehingga terjadi lisis osmotik sel. Ke

Kerurusaksakan an sel sel yayang ng didimemedidiasi asi anantitibobodi di dadapapat t teterjarjadi di memelalalului i prprososes es lalain in yayaitituu antibody-dependent cellular cytotoxicity

(15)

melibatkan fiksasi komplemen melainkan membutuhkan kerjasama leukosit. Sel yang di melibatkan fiksasi komplemen melainkan membutuhkan kerjasama leukosit. Sel yang di selubungi dengan IgG konsentrasi rendah lalu dibunuh oleh berbagai macam sel efektor  selubungi dengan IgG konsentrasi rendah lalu dibunuh oleh berbagai macam sel efektor  yang berik

yang berikatan pada sel target dengan atan pada sel target dengan reseptoreseptor untuk fragmen Fc dari IgG dan sel akanr untuk fragmen Fc dari IgG dan sel akan lisi

lisis s tantanpa pa menmengalgalami fagosami fagositoitosis. sis. ADCADCC C dapdapat at dipdiperanerantaratarai i oleoleh h berberbagbagai ai macmacamam leukosit, termasuk neutrofil, eosinofil, makrofag, dan sel NK. Meskipun secara khusus leukosit, termasuk neutrofil, eosinofil, makrofag, dan sel NK. Meskipun secara khusus ADCC diperantarai oleh antibodi IgG, dalam kasus tertentu (misalnya, pembunuhan ADCC diperantarai oleh antibodi IgG, dalam kasus tertentu (misalnya, pembunuhan  parasit

 parasit yang diperantarai yang diperantarai oleh eosinofil) oleh eosinofil) yang digunakaan yang digunakaan adalah adalah IgE. Peran IgE. Peran dari dari ADCCADCC dalam hipersensitivitas masih belum dapat dipastikan.

dalam hipersensitivitas masih belum dapat dipastikan. 2.

2. InflamInflamasi yang asi yang diperadiperantarai Kontarai Komplemmplemen danen dan Fc Receptor  Fc Receptor  Saa

Saat t antantiboibodi di teriterikat kat padpada a jarijaringangan n eksekstrastraseluelular lar (me(membrmbran an basbasal al dan dan matmatrikriks),s), kerusakan yang dihasilkan merupakan akibat dari inflamasi, bukan fagositosis/lisis sel. kerusakan yang dihasilkan merupakan akibat dari inflamasi, bukan fagositosis/lisis sel. Ant

Antiboibodi di yanyang g teriterikat kat terstersebuebut t akaakan n menmengakgaktifktifkan an komkompleplemenmen, , yanyang g selselanjanjutnutnyaya menghasilkan terutama C5a (yang menarik neutrofil dan monosit). Sel yang sama juga menghasilkan terutama C5a (yang menarik neutrofil dan monosit). Sel yang sama juga  berikatan

 berikatan dengan dengan antibodi antibodi melalui melalui reseptor reseptor Fc. Fc. Leukosit Leukosit aktif, aktif, melepaskan melepaskan bahan-bahanbahan-bahan  perusak

 perusak (enzim (enzim dan dan intermediate intermediate oksigen oksigen reaktif), reaktif), sehingga sehingga menghasilkan menghasilkan kerusakankerusakan  jaringan. Reaksi

 jaringan. Reaksi ini berperan ini berperan pada glomerulonefritis pada glomerulonefritis dandan vascular rejectionvascular rejection dalam organdalam organ  grafts

 grafts.. 3.

3. DisfunDisfungsi sel yangsi sel yang diperg diperantaraantarai oleh antii oleh antibodybody

Pada beberapa kasus, antibodi yang diarahkan untuk melawan reseptor permukaan sel Pada beberapa kasus, antibodi yang diarahkan untuk melawan reseptor permukaan sel merusak atau mengacaukan fungsi tanpa menyebabkan jejas sel atau inflamasi. Oleh merusak atau mengacaukan fungsi tanpa menyebabkan jejas sel atau inflamasi. Oleh karena itu, pada miastenia gravis, antibodi terhadap reseptor asetilkolin dalam motor  karena itu, pada miastenia gravis, antibodi terhadap reseptor asetilkolin dalam motor  end-plate otot-otot rangka mengganggu transmisi neuromuskular disertai kelemahan otot. end-plate otot-otot rangka mengganggu transmisi neuromuskular disertai kelemahan otot.

Da

Dari ri pepembmbahahasasan an di di atatasas, , ddapapat at didisisimpmpululkkan an bbahahwa wa ppririnnsisip p dadari ri rereakaksisi hipersensitivitas tipe II adalah adanya mediasi dari antibodi untuk menyebabkan sitolitik  hipersensitivitas tipe II adalah adanya mediasi dari antibodi untuk menyebabkan sitolitik   pada sel terinfeksi

 pada sel terinfeksi melalui opsonisasi antigen yang menempel melalui opsonisasi antigen yang menempel pada permukaan membranpada permukaan membran sel. Kasus pada pemicu akibat adanya pengaruh obat bisa menjadi reaksi hipersensitivitas sel. Kasus pada pemicu akibat adanya pengaruh obat bisa menjadi reaksi hipersensitivitas tipe II melalui adanya pembentukan kompleks antigen-antibodi. Namun, hal tersebut tipe II melalui adanya pembentukan kompleks antigen-antibodi. Namun, hal tersebut sulit untuk dibuktikan karena efek reaksi obat yang begitu cepat lebih mengarah pada sulit untuk dibuktikan karena efek reaksi obat yang begitu cepat lebih mengarah pada adanya anafilaktik obat yang merupakan manifestasi dari reaksi hipersensitivitas tipe I. adanya anafilaktik obat yang merupakan manifestasi dari reaksi hipersensitivitas tipe I.

LO. 3. 3

LO. 3. 3 Manifestasi Klinis Hipersensitivitas Tipe II

Manifestasi Klinis Hipersensitivitas Tipe II

Manifestasi khas : reaksi transfusi, eritroblastosis fetalis, anemia hemolitik autoimun . Manifestasi khas : reaksi transfusi, eritroblastosis fetalis, anemia hemolitik autoimun . Reaksi Transfusi

Reaksi Transfusi

a. Sejumlah besar protein dan glikoprotein pada membran SDM disandi oleh berbagai a. Sejumlah besar protein dan glikoprotein pada membran SDM disandi oleh berbagai

gen. gen.  b.

 b. Individu Individu golongan golongan darah darah A A mendapat mendapat transfusi transfusi golongan golongan B B terjadi terjadi reaksi reaksi transfusi,transfusi, kar

karena ena antantiB iB isoisohemhemaglaglutiutinin nin berberikaikatan tan dendengan gan sel sel dardarah ah B B yanyang g menmenimbimbulkulkanan kerusakan darah direk oleh hemolisis masif intravascular. Reaksi dapat cepat atau kerusakan darah direk oleh hemolisis masif intravascular. Reaksi dapat cepat atau lambat .

lambat .

-- RReeaakkssi i cceeppaatt

Disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah ABO yang dipacu oleh IgM. Dalam Disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah ABO yang dipacu oleh IgM. Dalam  beberapa

 beberapa jam jam hemoglobin bebas hemoglobin bebas dapat ditemukan dapat ditemukan dalam dalam plasma plasma dan disardan disaring melaluiing melalui gin

ginjal jal dan dan menmenimbimbulkulkan an hemhemaglaglobiobinurnuria. ia. BebBeberaerapa pa hemhemaglaglobiobin n diudiubah bah menmenjadjadii  bilirubin yang pada kadar tinggi bersifat toksik.

 bilirubin yang pada kadar tinggi bersifat toksik. Gej

Gejala ala khakhas s : : DemDemam, am, menmenggiggigilgil, , naunausea, sea, bekbekuan uan daldalam am pempembulbuluh uh dardarah, ah, nyenyeriri  pinggang bawah, dan hem

(16)

-- RReaeakksi si llaammbbaatt

Terjadi pada orang yang mendapat transfusi berulang dengan darah yang kompatibel Terjadi pada orang yang mendapat transfusi berulang dengan darah yang kompatibel ABO namun inkompatibel dengan golongan darah yang lain. Terjadi 2-6 hari setelah ABO namun inkompatibel dengan golongan darah yang lain. Terjadi 2-6 hari setelah transfusi. Darah yang ditransfusikan memacu pembentukan IgG terhadap berbagai transfusi. Darah yang ditransfusikan memacu pembentukan IgG terhadap berbagai antigen membran golongan darah, tersering adalah golongan resus, Kidd, Kell, dan antigen membran golongan darah, tersering adalah golongan resus, Kidd, Kell, dan Duffy.

Duffy.

Reaksi Antigen Rhesus Reaksi Antigen Rhesus

Ada sejenis reaksi transfusi yaitu reaksi inkompabilitas Rh yang terlihat pada bayi Ada sejenis reaksi transfusi yaitu reaksi inkompabilitas Rh yang terlihat pada bayi  baru

 baru lahir lahir dari dari orang tuanya orang tuanya denga denga Rh yang Rh yang inkompatibel (inkompatibel (ayah ayah Rh+ dan Rh+ dan ibu ibu Rh-). Rh-). JikaJika anak yang dikandung oleh ibu Rh- menpunyai darah Rh+ maka anak akan melepas anak yang dikandung oleh ibu Rh- menpunyai darah Rh+ maka anak akan melepas seba

sebagiagian n erieritrotrositnsitnya ya ke ke daldalam am sirksirkulaulasi si ibu ibu wakwaktu tu parpartustus. . HanHanya ya ibu yang ibu yang sudsudahah disensitasi yang akan membentuk anti Rh (IgG) dan hal ini akan membahayakan anak  disensitasi yang akan membentuk anti Rh (IgG) dan hal ini akan membahayakan anak  yang dikandung kemudian. Hal ini karena IgG dapat melewati plasenta. IgG yang diikat yang dikandung kemudian. Hal ini karena IgG dapat melewati plasenta. IgG yang diikat antigen Rh pada permukaan eritrosit fetus biasanya belum menimbulkan aglutinasi atau antigen Rh pada permukaan eritrosit fetus biasanya belum menimbulkan aglutinasi atau lisis. Tetapi sel yang ditutupi Ig tersebut mudah dirusak akibat interaksi dengan reseptor  lisis. Tetapi sel yang ditutupi Ig tersebut mudah dirusak akibat interaksi dengan reseptor  Fc pada fagosit. Akhirnya terjadi kerusakan sel darah merah fetus dan bayi lahir kuning, Fc pada fagosit. Akhirnya terjadi kerusakan sel darah merah fetus dan bayi lahir kuning, Transfusi untuk mengganti darah sering diperlukan dalam usaha menyelamatkan bayi. Transfusi untuk mengganti darah sering diperlukan dalam usaha menyelamatkan bayi. Anemia Hemolitik autoimun

Anemia Hemolitik autoimun

Akibat suatu infeksi dan sebab yang belum diketahui, beberapa orang membentuk Ig Akibat suatu infeksi dan sebab yang belum diketahui, beberapa orang membentuk Ig terhadap sel darah merah sendiri. Melalui fagositosis via reseptor untuk Fc dan C3b, terhadap sel darah merah sendiri. Melalui fagositosis via reseptor untuk Fc dan C3b, terj

terjadi adi aneanemia mia yanyang g proprogregresif. sif. AnAntibtibodi odi yanyang g dibdibententuk uk berberupa upa aglaglutiutinin nin panpanas as atauatau dingin, tergantung dari suhu yang dibutuhkan untuk aglutinasi.

dingin, tergantung dari suhu yang dibutuhkan untuk aglutinasi.

Antibiotik tertentu seperti penicilin, sefalosporin dan streptomisin dapat diabsorbsi Antibiotik tertentu seperti penicilin, sefalosporin dan streptomisin dapat diabsorbsi nonspesifik pada protein membran SDM yang membentuk kompleks serupa kompleks nonspesifik pada protein membran SDM yang membentuk kompleks serupa kompleks molekul hapten pembawa. Pada beberapa antibodi yang selanjutnya mengikat obat pada molekul hapten pembawa. Pada beberapa antibodi yang selanjutnya mengikat obat pada SDM dan dengan bantuan komplemen menimbulkan lisis dengan dan anemia progresif. SDM dan dengan bantuan komplemen menimbulkan lisis dengan dan anemia progresif. (Baratawidjaja, 2009) (Baratawidjaja, 2009) Reaksi Obat

Reaksi Obat Ob

Obat at dadapapat t bebertrtinindadak k sesebabagagai i hahaptpten en dadan n didiikikat at papada da pepermrmukukaaaan n erieritrtrososit it yayangng men

menimbimbulkulkan an pempembenbentuktukan an Ig Ig dan dan kerkerusausakan kan sitositotoktoksiksik. . SedSedormormid id dapdapat at menmengikgikatat tro

trombombosit sit dan dan Ig Ig yanyang g dibdibententuk uk terhterhadaadapnypnya a akaakan n menmenghaghancuncurkarkan n trotrombombosit sit dandan menimbulkan purpura. Chloramfenicol dapat mengikat sel darah putih, phenacetin dan menimbulkan purpura. Chloramfenicol dapat mengikat sel darah putih, phenacetin dan chloropromazin mengikat sel darah merah.

chloropromazin mengikat sel darah merah.

LO. 3.4 Penanganan Hipersensitivitas Tipe II

LO. 3.4 Penanganan Hipersensitivitas Tipe II

Un

Untutuk k pepenynyakakit it akakibibat at hihipepersrsenensisititivivitatas s titipe pe II II inini i titidadak k adada a obobatatnynya, a, kakarerenana  patogenesisnya

 patogenesisnya adalah adalah antibodi antibodi tubuhnya tubuhnya sendiri. sendiri. Usaha Usaha penanganan penanganan yang yang dilakukandilakukan untuk penderita reaksi hipersensitivitas tipe II hanya bertujuan mengendalikan gejala untuk penderita reaksi hipersensitivitas tipe II hanya bertujuan mengendalikan gejala saja.

saja.

LI. 4.

LI. 4. Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas Tipe III

Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas Tipe III

LO. 4.1 Definisi Hipersensitivitas Tipe III

(17)

Hipersensitivitas tipe III adalah reaksi imun kompleks antigen-antibodi. Kompleks Hipersensitivitas tipe III adalah reaksi imun kompleks antigen-antibodi. Kompleks antige

antigen-antin-antibodi bodi menstimenstimulumulus s inflaminflamasi asi pada pada jaringjaringan an seperti dinding seperti dinding kapilkapiler. er. AntigAntigen- en-antibo

antibodi di kompkompleks dapat leks dapat merangmerangsang respon sang respon inflaminflamasi asi akut yang akut yang mengmengarah arah aktivaktivasiasi komplemen dan leukosit PMN infiltrasi. Kompleks imun terbentuk baik oleh antigen komplemen dan leukosit PMN infiltrasi. Kompleks imun terbentuk baik oleh antigen eksoge

eksogen seperti n seperti dari mikroba atau dengan antigen endogen seperti DNA. Mediasi dari mikroba atau dengan antigen endogen seperti DNA. Mediasi imunimun kompleks dapat berupa sistemik atau lokal. Pada sistemik, antigen-antibodi kompleks kompleks dapat berupa sistemik atau lokal. Pada sistemik, antigen-antibodi kompleks dipro

diproduksi dalam sirkulduksi dalam sirkulasi, disimpaasi, disimpan dalam n dalam jaringjaringan, dan memulai peradangan, dan memulai peradangan. an. ImunImun kompleks

kompleks disimpan dalam jaringan, kodisimpan dalam jaringan, komplemen adalah tetap, dan mplemen adalah tetap, dan PMNs adalah tertarik PMNs adalah tertarik  ke situs. Enzim lisosomal dilepaskan, mengakibatkan cedera jaringan.

ke situs. Enzim lisosomal dilepaskan, mengakibatkan cedera jaringan.

LO. 4. 2

LO. 4. 2 Mekanisme Hiperse

Mekanisme Hipersensitivitas Tipe III

nsitivitas Tipe III

Dalam keadaan normal, kompleks imun yang terbentuk akan diikat dan diangkut oleh Dalam keadaan normal, kompleks imun yang terbentuk akan diikat dan diangkut oleh eritrosit ke hati,

eritrosit ke hati, limpa dan paru untuk dimusnahkan oleh sel fagosit limpa dan paru untuk dimusnahkan oleh sel fagosit dan PMN. Kompleksdan PMN. Kompleks imun yang besar akan mudah untuk di musnahkan oleh makrofag hati. Namun, yang imun yang besar akan mudah untuk di musnahkan oleh makrofag hati. Namun, yang menjad

menjadi i masalah pada reaksi masalah pada reaksi hiperhipersensitisensitivitas tipe vitas tipe III adalah III adalah kompkompleks imun kecil leks imun kecil yangyang tidak bisa atau sulit dimusnahkan yang kemudian mengendap di pembuluh darah atau tidak bisa atau sulit dimusnahkan yang kemudian mengendap di pembuluh darah atau  jaringan.

 jaringan.

1. Kompleks Imun Mengendap di Dinding Pembuluh Darah 1. Kompleks Imun Mengendap di Dinding Pembuluh Darah

Mak

Makrofrofag ag yanyang g diadiaktiktifkafkan n kadkadang ang belbelum um dapdapat at menmenyinyingkigkirkarkan n kokomplmpleks eks imuimunn sehingga makrofag dirangsang terus menerus untuk melepas berbagai bahan yang dapat sehingga makrofag dirangsang terus menerus untuk melepas berbagai bahan yang dapat merusak jaringan. Kompleks yang terjadi dapat menimbulkan:

merusak jaringan. Kompleks yang terjadi dapat menimbulkan:

o

o Agregasi trombositAgregasi trombosit o

o Aktivasi makrofagAktivasi makrofag o

o Perubahan permeabilitas vaskuler Perubahan permeabilitas vaskuler  o

o Aktivasi sel mastAktivasi sel mast o

o Produksi dan pelepasan mediator inflamasiProduksi dan pelepasan mediator inflamasi o

o Pelepasan bahan kemotaksisPelepasan bahan kemotaksis o

(18)

2. Kompleks Imun Mengendap di Jaringan 2. Kompleks Imun Mengendap di Jaringan

Hal

Hal yanyang g memmemungungkinkinkan kan komkomplepleks ks imuimun n menmengengendap dap di di jarjaringingan an adaadalah lah ukuukuranran kompleks imun yang kecil dan permeabilitas vaskuler yang meningkat. Hal tersebut kompleks imun yang kecil dan permeabilitas vaskuler yang meningkat. Hal tersebut terjadi karena histamin yang dilepas oleh sel mast. Hipersensitifitas ini terjadi karena terjadi karena histamin yang dilepas oleh sel mast. Hipersensitifitas ini terjadi karena adanya reaksi antara antigen dan antibodi yang mengendap dalam jaringan yang dapat adanya reaksi antara antigen dan antibodi yang mengendap dalam jaringan yang dapat  berkembang

 berkembang menjadi menjadi kerusakan kerusakan pada pada jaringan jaringan tersebut. tersebut. Reaksi Reaksi ini ini terjadi terjadi jika jika antigenantigen  berada

 berada dalam dalam bentuk larbentuk larutan utan dan dan dapat dapat terjadi terjadi baik baik pada pada jaringan jaringan atau atau sirkulasi. sirkulasi. PotensiPotensi  patogenik

 patogenik kompleks kompleks imun imun tergantung tergantung pada pada ukurannya. ukurannya. Ukuran Ukuran agregat agregat yang yang besar besar akanakan mengikat komplemen dan segera dibersihkan dari peredaran darah oleh sistem fagosit mengikat komplemen dan segera dibersihkan dari peredaran darah oleh sistem fagosit mononuklear sedang agregat yang lebih kecil ukurannya cenderung diendapkan pada mononuklear sedang agregat yang lebih kecil ukurannya cenderung diendapkan pada  pembuluh

 pembuluh darah. darah. Di Di sana, sana, terjadi terjadi dimulai dimulai kerusakan kerusakan melalui melalui ikatan ikatan reseptor reseptor Fc Fc dandan komponen komplemen pada permukaan endotel yang berakibat pada kerusakan dinding komponen komplemen pada permukaan endotel yang berakibat pada kerusakan dinding  pembuluh darah. Contoh k

 pembuluh darah. Contoh kasus reaksi tipe III ialah vaskulitis nekrotikans.asus reaksi tipe III ialah vaskulitis nekrotikans.

Antigen yang membentuk kompleks imun dapat berasal dari luar, seperti protein asing Antigen yang membentuk kompleks imun dapat berasal dari luar, seperti protein asing yan

yang g diidiinjenjeksiksikan kan ataatau u dihdihasilasilkan kan mikmikrobroba. a. JugJuga, a, berberasal asal dardari i daldalam am jikjika a seseseseoraorangng men

menghaghasilsilkan kan antantiboibodi di melmelawaawan n komkompoponennennya nya sendsendiri iri (au(autoitoimunmun). ). PenPenyakyakit it yanyangg dimediasi oleh kompleks imun ini dapat bersifat sistemik jika terbentuk di sirkulasi dan dimediasi oleh kompleks imun ini dapat bersifat sistemik jika terbentuk di sirkulasi dan terd

terdepoeposit sit padpada a berberbagbagai ai orgorgan an ataatau u terlterlokaokalislisasi asi padpada a orgorgan an terttertententu u sepseperti erti ginginjaljal (gl

(glomeomerulruloneonefritfritis)is), , sensendi di (art(artritritis) is) atau atau pempembulbuluh uh dardarah ah keckecil il padpada a kulkulit. it. ReaReaksiksi hip

hiperseersensinsitiftifitaitas s tiptipe e III III setesetempampat t dapdapat at dipdipicu icu daldalam am jarijaringangan n kulkulit it indindiviividu du yanyangg ters

tersensensitiitisasisasi, , yanyang g memmemilikiliki i antantiboibodi di IgG IgG yanyang g spespesifisifik k terhterhadaadap p antantigeigen n pempemicuicu sensitisasi tersebut. Apabila antigen disuntikan ke dalam individu tersebut, IgG yang sensitisasi tersebut. Apabila antigen disuntikan ke dalam individu tersebut, IgG yang telah berdifusi ke jaringan kulit akan membentuk senyawa kompleks imun setempat. telah berdifusi ke jaringan kulit akan membentuk senyawa kompleks imun setempat. Ko

Kompmplelek k imimun un tertersebsebut ut akakan an memengngikikat at resresepeptotor r Fc Fc papada da pepermrmukukaaaan n sesel l dadan n jujugaga mengaktifkan komplemen sehingga C5a yang terbentuk akan memicu r

mengaktifkan komplemen sehingga C5a yang terbentuk akan memicu r espon peradanganespon peradangan setempat disertai

setempat disertai

LO. 4. 3

Gambar

Tabel perbandingan potensi relatif dan dosis ekuivalen beberapa sediaan kortikosteroidTabel perbandingan potensi relatif dan dosis ekuivalen beberapa sediaan kortikosteroid

Referensi

Dokumen terkait

(3) HTCK Kasetum Polri dengan Asisten Kapolri Bidang Perencanaan dan Anggaran (Asrena Kapolri), bersifat Horizontal dan bentuk hubungan adalah (garis) koordinasi

Mahasiswa akan melakukan sebuah penelitian deskriptif korelasional yang akan dilaporkan dalam bentuk artikel penelitian ilmiah serta menganalisis data penelitian dengan

Kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan antara lain kelompok Bahan Makanan sebesar 0,88 pesen; kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau sebesar

.Adil Najam, Portrait of a Giving Community.. Kondisi Islam sebagai minoritas ternyata mendorong kesadaran umatnya untuk memanfaatkan masjid semaksimal mungkin sebagai

Saat ini ada jutaan orang Indonesia yang sudah memiliki perangkat seperti PDA, iPhone, Blackberry, serta jenis smart phone lainnya yang dapat digunakan untuk membaca ebook

Pengangkatan Pamong Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2) dan ayat (3), dan Pasal 39 ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan Lurah Desa berdasarkan Peraturan Desa

Setelah mengamati gambar, siswa dapat mengurutkan bilangan dari kelompok benda yang banyaknya 41 sampai dengan 99 dari terkecil atau terbesar, angka dari bilangan terkecil

(Multi Steps Advance) Aplikasi : Tune Up/Racing/Kompetisi F E1 KURVA PENGAPIAN BTDC RPM E2 F E1 KURVA PENGAPIAN BTDC RPM E2 F E1 KURVA PENGAPIAN BTDC RPM E2 F E1 KURVA PENGAPIAN