MAKALAH K
MAKALAH KESELAMATAN ESELAMATAN & & KESEHATAN KESEHATAN KERJAKERJA
IDENTIFIKASI PASIEN SAFETY DI RADIOLOGI IDENTIFIKASI PASIEN SAFETY DI RADIOLOGI
Disusun sebagai salah satu syarat un
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi Tugas Keselamatan datuk memenuhi Tugas Keselamatan dan Kesehatan Kerjan Kesehatan Kerja Dosen Pengampu: Ed
Dosen Pengampu: Edy Susanto, SH., S.Si, M.Ky Susanto, SH., S.Si, M.Kes dan Emi Murniati, S.ST, es dan Emi Murniati, S.ST, M.KesM.Kes
Disusun oleh : Disusun oleh : KELOMPOK 2
KELOMPOK 2
–
–
3A 3A TikhaTikha Kania Kania (P1337430116(P1337430116002)002) Glagah
Glagah Mahardika Mahardika (P1337430116031)(P1337430116031) Iqbal
Iqbal Afriansyah Afriansyah (P1337430116035)(P1337430116035) Aselia
Aselia Safitri Safitri (P1337430116(P1337430116038)038) Dwiputranti
Dwiputranti Hidayani Hidayani (P1337430116(P1337430116050)050) Ney Da Onney
Ney Da Onney (P1337430116(P1337430116053)053)
DIPLOMA III TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI SEMARANG DIPLOMA III TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI SEMARANG
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI POLITEKNIKRADIOTERAPI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Keselamatan dan Kesehatan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Kerja dengan judul Identifikasi Pasien Safety di Radiologi”dengan judul Identifikasi Pasien Safety di Radiologi”. Penulisan makalah kasus. Penulisan makalah kasus tersebut bertujuan
tersebut bertujuan untuk memenuhi untuk memenuhi tugas Keselamatan dan tugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja.Kesehatan Kerja.
Dalam penulisan makalah tersebut penulis menemui beberapa kendala, untuk itu penulis Dalam penulisan makalah tersebut penulis menemui beberapa kendala, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
mengucapkan terima kasih kepada : 1.
1. Bapak Edy Susanto SH., S.Si, M.KesBapak Edy Susanto SH., S.Si, M.Kes dan Ibu Emi Murniati, SST, M.Kes sebagai Dosendan Ibu Emi Murniati, SST, M.Kes sebagai Dosen pengampu Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
pengampu Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 2.
2. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan baik moral, spiritual maupunKedua orang tua yang selalu memberikan dukungan baik moral, spiritual maupun material.
material. 3.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalahpenyusunan makalah
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis
penulis mohon mohon saran saran dan dan masukan masukan dari dari semua semua pihak pihak yang yang membangun membangun demi demi kesempurnaankesempurnaan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk mahasiswa dan dijadikan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk mahasiswa dan dijadikan studi bersama.
studi bersama.
Semoga Allah SWT memberi rahmat dan balasan kebaikan kepada semua pihak yang Semoga Allah SWT memberi rahmat dan balasan kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu
telah membantu dalam menydalam menyelesaikan makalah ini. Semoelesaikan makalah ini. Semoga makalah ga makalah ini bermanfaat bini bermanfaat bagiagi pembaca
pembaca pada pada umumnya umumnya dan dan mahasiswa mahasiswa Program Program Studi Studi DIII DIII Teknik Teknik Radiodiagnostik Radiodiagnostik dandan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang pada khususnya.
Radioterapi Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang pada khususnya.
Semarang, Desember 2018 Semarang, Desember 2018
Penulis Penulis
DAFTAR ISI DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL JUDUL ... ... ii KATA
KATA PENGANTAR PENGANTAR ... ... iiii DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... ... iiiiii BAB
BAB I I PENDAHULUAN PENDAHULUAN ... . 11 A.
A. Latar Latar Belakang Belakang ... . 11 B.
B. Rumusan Rumusan Masalah Masalah ... ... 22 C.
C. Tujuan Tujuan Penulisan Penulisan ... ... 22 D.
D. Manfaat Manfaat Penulisan Penulisan ... ... 22 BAB
BAB II II TINJAUAN TINJAUAN PUSTAKA PUSTAKA ... ... 33 A.
A. Pengertian Pengertian pasien pasien safety safety ... ... 33 B.
B. Konsep Konsep dasar dasar pasien pasien safety safety ... ... 66 C.
C. Standar Standar pasien pasien safety safety di di rumah rumah sakit sakit ... ... 88 BAB
BAB III III HASIL HASIL DAN DAN PEMBAHASAN PEMBAHASAN ... . 1414 A.
A. Hasil Pengamatan Pasien Hasil Pengamatan Pasien Safety di Radiologi Safety di Radiologi ... 14... 14 B.
B. Paparan Paparan Kasus ..Kasus ... ... 1818 C.
C. Pembahasan... 18Pembahasan... 18 BAB
BAB IV IV PENUTUP PENUTUP ... ... 2222 A. A. Kesimpulan Kesimpulan ... ... 2222 B. B. Saran Saran ... ... 2222 LAMPIRAN ... LAMPIRAN ... ... 2323
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keamanan dan keselamatan pasien merupakan hal mendasar yang perlu diperhatikan oleh tenaga medis saat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit memberikan asuhan kepada pasien secara aman serta mencegah terjadinya cidera akibat kesalahan karena melaksanakan suatu tindakan atau tidak melaksanakan suatu tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut
dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008).
Setiap tindakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien sudah sepatutnya memberi dampak positif dan tidak memberikan kerugian bagi pasien. Oleh karena itu, rumah sakit harus memiliki standar tertentu dalam
memberikan pelayanan kepada pasien. Standar tersebut bertujuan untuk melindungi hak pasien dalam menerima pelayanan kesehatan yang baik serta sebagai pedoman bagi tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan kepada pasien. Selain itu, keselamatan pasien juga tertuang dalam undang-undang kesehatan. Terdapat beberapa pasal dalam undang-undang kesehatan yang membahas secara rinci mengenai hak dan keselamatan pasien.
Keselamatan pasien adalah hal terpenting yang perlu diperhatikan oleh setiap petugas medis yang terlibat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Tindakan pelayanan, peralatan kesehatan, dan lingkungan sekitar
pasien sudah seharusnya menunjang keselamatan serta kesembuhan dari pasien tersebut. Oleh karena itu, tenaga medis harus memiliki pengetahuan mengenai hak pasien serta mengetahui secara luas dan teliti tindakan yang dapat menjaga keselamatan diri pasien.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pelaksanaan pasien safety di Instalasi Radiologi Rumah Sakit di Jawa Tengah sesuai dengan pengalaman selama Praktek Kerja Lapangan?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulis membuat makalah ini adalah sebagai berikut : a. Tujuan Umun
Memenuhi tugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja b. Tujuan Khusus
Mengidentifikasi dan mengetahui pelaksanaan pasien safety di Instalasi Radiologi berbagai rumah sakit di Jawa Tengah sesuai dengan pengalaman selama Praktek
Kerja Lapangan D. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Makalah ini digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta mampu dijadikan untuk meningkatkan minat bakat dan kreatifitas penulis.
2. Bagi pembaca
Makalah ini dapat dijadikan sebagai sarana informasi untuk menambah wacana pengetahuan mahasiswa dan mahasiswi tentang identifikasi pasien safety.
BAB II
TIJNJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pasien Safety
Menurut Supari tahun 2005, patient safety adalah bebas dari cidera aksidental atau menghindarkan cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan.
Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan (DepKes RI, 2006).
Menurut Kohn, Corrigan & Donaldson tahun 2000, patient safety adalah tidak adanya kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan. Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko. Meliputi : assessment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal berhubungan dengan risiko pasien,pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
a. Tujuan Sistem Patient safety
Tujuan Sistem Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah: 1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasie dan masyarakat 3. Menurunnya KTD di Rumah Sakit
4. Terlaksananya program program pencegahan sehingga tidak terjadi penanggulangan KTD
Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah: 1. Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar)
2. Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang efektif) 3. Improve the safety of high alert medications (meningkatkan keamanan dari
pengobatan resiko tinggi)
4. Eliminate wrong site, wrong-patient, wrong procedure surgery (mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien, kesalahan prosedur operasi)
5. Reduce the risk of health care- associated infections (mengurangi risiko infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan)
6. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien terluka karena jatuh)
b. Urgensi Patient safety
Tujuan utama rumah sakit adalah merawat pasien yang sakit dengan tujuan agar pasien segera sembuh dari sakitnya dan sehat kembali sehingga tidak dapat ditoleransi bila dalam perawatan di rumah sakit pasien menjadi
lebih menderita akibat dari terjadinya risiko yang sebenarnya dapat dicegah, dengan kata lain pasien harus dijaga keselamatannya dari akibat yang timbul karena error. Bila program keselamatan pasien tidak dilakukan akan berdampak pada terjadinya tuntutan sehingga meningkatkan biaya urusan
hukum, menurunkan efisisiensi, dll.
c. Isu, Elemen, dan Akar Penyebab Kesalahan yang Paling Umum dalam Patient safety :
1. Lima isu penting terkait keselamatan (hospital risk) yaitu : a. keselamatan pasien
b. keselamatan pekerja (nakes)
c. keselamatan fasilitas (bangunan, peralatan) d. keselamatan lingkungan
e. keselamatan bisnis 2. Element pasien safety
a. Advers drug events (ADE) / medication errors (ME) (ketidakcocokan obat/kesalahan pengobatan)
b. Restraint use (kendali penggunaan)
c. Nosocomial infections (infeksi nosokomial) d. Surgical mishaps (kecelakaan operasi)
e. Pressure ulcers (tekanan ulkus)
f. Blood product safety/administration (keamanan produk darah/administrasi)
g. Antimicrobial resistance (resistensi antimikroba) h. Immunization program (program imunisasi) i. Falls (terjatuh)
j. Blood stream-vascular catheter care (aliran darah- perawatan kateter pembuluh darah)
k. Systematic review, follow-up, and reporting of patient/visitor incident reports (tinjauan sistematis, tindakan lanjutan, dan pelaporan pasien/pengunjung laporan kejadian)
3. Most Common Root Causes of Error (Akar Penyebab Kesalahan yang Paling Umum):
a. Communication problems (masalah komunikasi)
b. Inadequate information flow (arus informasi yang tidak memadai) c. Human problems (masalah manusia)
d. Patient-related issues (isu berkenaan dengan pasien)
e. Organizational transfer of knowledge (organisasi transfer pengetahuan) f. Staffing patterns/work flow (pola staf/alur kerja)
g. Technical failures (kesalahan teknis)
h. Inadequate policies and procedures (kebijakan dan prosedur yang tidak memadai) [AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality)Publication,2003].
B. Konsep dan Prinsip Pasient Safety
Patient safety adalah pasien bebas dari cedera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari cedera yang potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik/social psikologis, cacat, kematian) terkait dengan pelayanan kesehatan (KKP-RS,2008). Patient Safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu system dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungand enganrisiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (DepKes,2006).
1. Kebijakan DepKes tentang keselamatan pasien rumah sakit antara lain: a. Terciptanya budaya keselamatan pasien dirumah sakit.
b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
c. Menurunnya kejadian Tak Diharapkan (KTD).
d. Terlaksananya program pencegahan sehingg tidak terjadi pengulangan KTD.
2. Kebijakan patient safety di rumah sakit antara lain:
a. Rumah Sakit wajib melaksanakan sistim keselamatan pasien
b. Rumah Sakit wajib melaksanakan 7 langkah menuju keselamatan pasien.
c. Rumah Sakit wajib menerapkan standart keselamatan pasien.
d. Evaluasi pelaksanaan keselamatan pasien akan dilakukan melalui program akreditasi rumah sakit.
3. Sistem keselamatan pasien rumah sakit :
a. Pelaporan insiden, laporan bersifat anonim dan rahasia.
b. Analisa, belajar, riset masalah dan pengembangan taxonomy. c. Pengembangan dan penerapan solusi serta monitoring/evaluasi.
d. Penetapan panduan, pedoman, SOP, standart indikator keselamatan pasien berdasarkan pengetahuan dan riset.
C. Standar Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
Tujuh Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada “Hospital Patient Safety Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health Organizations, Illinois, USA, tahun 2002), yaitu:Standar I.
Hak pasien
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya kejadian tak diharapkan.
Kriteria:
a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan.
c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan dan prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan
KTD
Standar II Mendidik pasien dan keluarga.
Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung pasien dalam asuhan pasien. Keselamatan pasien dalam pemberian pelayanan dapat di tingkatkan dengan keterlibatan pasien yang merupakan patner dalam proses pelayanan. Karena itu di rumah sakit harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
Kriteria :
a. Memberi informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti. d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa. g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
Standar III. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
Rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriteria :
a. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari rumah sakit.
b. Terdapat koordinasi pelayanan yang di sesuaikan dengan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan transaksi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
c. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya. d. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.
Standar IV : Rumah sakit harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan
data menganalisi secara intensif , dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
Kriteria:
a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perencanaan yang baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat dan faktor-faktor lain yang berpotensi resiko bagi pasien sesuai dengan ” langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit”
b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja antara lain yang terkait dengan : pelaporan insiden, akreditasi, menejemen resiko, utilisa mutu pelayanan, keuangan.
c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua KTD/KNC, dan secara proaktif melakukan evaluasi suatu proses kasus resiko tinggi.
d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis untuk menentukan perubahan sistem yang di perlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin.
Standar V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan”7 langkah
menuju keselamatan pasien rumah sakit”.
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi KTD/KNC.
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang akuat ntuk mengukur, mengkaji dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan keselamatan pasien.
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan kinerja Rumah Sakit dan keselamatan pasien.
Kriteria :
a. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien. b. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan
dan program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis kejadian yang memerlukan perhatian, mulai dari KNC(Near miss) sampai dengan KTD(Adverse event).
c. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.
d. Tersedia prosedur ”cepat tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
e. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden termasuk penyediaan informasi yang benar danjelas tentang analisis akar masalah (RCA) kejadian pada saat programkeselamatan pasien mulai di laksanakan.
f. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden atau kegiatan proaktif untuk memperkecil resiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan dengan kejadian.
g. Terdapat kolaburasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar pengelola pelayanan di dalam Rumah Sakit dengan pendekatan antar disiplin.
h. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang di butuhkan dalam kegiatan perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan sumber daya tersebut.
i. Tersedia sasaran terukur dan pengumpulan informasi menggunakan criteria obyektif untuk mengevaluasi efektifitas perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya.
Standar VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
1. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup keterkaiatan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas.
2. Rumah sakit menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta
mendukung pendekatan inter disiplin dalam pelayanan pasien. Kriteria:
a. Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik tentang keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing.
b. Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice training dan memberi pedoman
yang jelas tentang pelaporan insiden.
c. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama
d. kelompok guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaburati dalam rangka melayani pasien.
Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamataan pasien
1. Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat. Kriteria:
a. Perlu di sediaka anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien
b. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi m anajemen informasi yang ada.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan Pasien Safety di Radiologi 1. Surat Permintaan Foto/ Radiologi
Pasien safety yang dilaksanakan di Instalasi Radiologi dimulai dari penerimaan pasien oleh radiografer dengan membawa surat permintaan radiologi, dibaca, dan diteliti dengan baik oleh radiografer. Penyesuaian identitas di surat permintaan dengan pasien atau keluarga pasien secara langsung meliputi nama,
alamat, tempat dan tanggal lahir beserta keluhan yang dirasakan. 2. Inform Consent
Untuk pemeriksaan radiografi konvensional dengan kontras maupun pemeriksaan CT-Scan dengan kontras, dilakukan inform consent atau lembar persetujuan antara dokter/radiografer pemegang dengan pasien dan keluarga pasien tentang bagaimana pemeriksaan dilakukan, obat yang akan dimasukkan, risiko obat, pemasukan obat, dan fungsi obat itu sendiri secara lengkap kepada pasien dan keluarga pasien secara jelas serta anamnase alergi pasien juga dilakukan oleh radiografer pemegang.
Tanda ini diletakkan di depan pintu ruangan pemeriksaan CT-Scan atau pemeriksaan yang membutuhkan dosis radiasi yang tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari paparan radiasi yang tinggi untuk fetus atau ibu hamil dan mencari solusi yang lain apabila bisa dilakukan pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan selain pemeriksaan beradiasi tinggi tersebut.
4. Desain Ruang dan Indikator Lampu Merah Tanda Pemeriksaan Berlangsung
Desain ruangan yang menggunakan timbal di setiap sisinya, begitu pula untuk daun pintu harus dilapisi dengan Pb. Indikator lampu merah sebagai tanda pemeriksaan berlangsung bertujuan untuk menghindari intervensi dari orang yang tidak seharusnya masuk ketika pemeriksaan berlangsung seperti keluarga pasien, karyawan cleaning service, staf radiologi, maupun petugas radiologi itu sendiri.
5. Tanda Ada Radiasi
Terdapatnya tanda radiasi ini dimaksudkan untuk keluarga pasien atau pun pengunjung yang tidak berkepentingan dalam pemeriksaan radiologi dapat mengerti bahwa dalam ruang lingkup itu terdapat radiasi yang dapat membahayakan diri mereka. Tanda-tanda ini biasa dipasang di depan pintu pemeriksaan ataupun di depan Instalasi Radiologi dimana tulisan terlihat jelas dan dapat dibaca oleh banyak orang.
6. Penanganan Risiko Pasien Jatuh
Pemakaian tanda ini dimaksudkan untuk pasien maupun keluarga ataupun pengunjung dapat berhati-hati saat melewati daerah yag terdapat tanda tersebut
dikarenakan daerah tesebut biasanya daerah licin, menurun, dan sebagainya. 7. Tanda Jalur Evakuasi
Jalur evakuasi ini dimaksudkan untuk apabila terdapat kejadian yang tidak diinginkan seperti gempa bumi, kebakaran, dan bencana alam lainnya, pengunjung rumah sakit dapat segera keluar melalui jalan yang bertanda jalur evakuasi ini. Jalur atau jalan yang bertanda ini biasanya mudah diakses dan mempunyai jarak yang dekat atau pendek untuk mencapai ruangan bebas atau di luar gedung.
8. Bed Carry
9. Prosedur Tetap Proteksi Radiasi untuk Pasien
Berikut prosedur tetap proteksi radiasi untuk pasien di Instalasi Radiologi RSUD dr. R. Soedjati Soemodiardjo Purwodadi Kabupaten Grobogan:
a. Pada saat melakukan pemotretan pergunakan diafragma sesuai obyek yang difoto/disinari
c. Pergunakan faktor eksposi yang sesuai standar sehingga tidak terjadi pengulangan foto
d. Berikan informasi awal sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan sehingga pasien dapat bekerja sama dengan petugas
e. Berikan proteksi pada organ yang sensitive / reproduksi sepanjang tidak mengganggu pemeriksaan
f. Setelah selesai kembalikan apron pada tempat yang sudah disediakan 10. Prosedur Tetap Proteksi Radiasi untuk Pendamping Pasien
Prosedur tetap proteksi radiasi untuk pendamping pasien di Instalasi Radiologi RSUD dr. R. Soedjati Soemodiardjo Purwodadi Kabupaten Grobogan adalah dengan menggunakan apron untuk meminimalkan paparan radiasi yang diterima pendamping pasien tersebut. Berikut prosedur tetapnya:
a. Pada saat melakukan pemotretan yang perlu pendamping, maka radiografer harus memberikan informasi/ prtunjuk cara pemakaian apron agar tidak terbalik atau keliru
b. Diinformasikan kepada pendamping bahwa pelindung diri / apron harus dipamkai agar aman
c. Setelah selesai pendamping dibantu melepaskan apron d. Kembalikan apron pada tempatnya agar tidak mudah rusak 11. Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat
Jika terjadi keadaan darurat, manajemen RSUD dr. R. Soedjati Soemodiardjo Purwodadi Kabupaten Grobogan telah menetapkan prosedur penanggulangan keadaan darurat yaitu dengan mematikan panel kendali pesawat, mencabut sakelar, memutuskan aliran listrik, mencatat detail posisi, arah berks, dan kondisi eksposi.
Petugas akan memberitahu kepada PPR. Rekaman kejadian akan dibuat dalam bentuk laporan kejadian dan disampaikan ke BAPETEN.
B. Paparan Kasus
Seorang pasien anak berumur 5 tahun berjenis kelamin perempuan bernama An. R datang ke Instalasi Radiologi bersama kedua orang tuanya membawa lembar pemeriksaan radiologi yang bertuliskan pemeriksaan CT-Scan kepala dengan
diagnosa CKR yang dikirimkan oleh dokter spesialis saraf. Keluhan yang dialami adalah terus menerus muntah dan merasa pusing. Kondisi umum pasien masih baik, masih bisa berjalan. Namun, saat akan dilakukan pemeriksaan, pasien merasa ketakutan akan pemeriksaannya.
C. Pembahasan
Ketepatan identifikasi pasien sebelum dilakukan melalui pengecekan nama, nomor RM, tempat dan tanggal lahir, alamat selalu dilakukan agar tidak terjadi kesalahan. Tidak lupa dilakukan anamnase singkat dengan pasien bertujuan untuk menyesuaikan antara diagnosa, keluhan dan dengan proyeksi foto yang akan dilakukan. Ketepatan identifikasi ini sangat penting dikarenakan apabila terjadi kesalahan dalam pemotretan ataupun dengan identitas pasien menjadi kesalahan fatal apabila sampai salah dalam diagnosis dan tindakan dokter selanjutnya.
Inform consent harus selalu dilakukan untuk pemeriksaan intervensi atau pemeriksaan yang memasukkan media atau benda lain ke dalam tubuh pasien. Inform consent ini dilakukan di radiologi sebelum pemeriksaan dengan memasukkan media kontras sebagai penyangat gambar ke dalam tubuh pasien. Inform consent ini berisi tentang riwayat alergi pasien beserta tanda tangan dari dokter radiologi dengan pendamping pasien. Tujuan inform consent ini dilakukan agar apabila nantinya terjadi
kejadian alergi atau apapun yang berkaitan dengan media kontras akan dapat dipertanggungjawabkan.
Peringatan tanda ibu hamil harap lapor ke petugas sudah dengan jelas untuk melindungi janin yang ada yang dimana apabila dilakukan pemeriksaan akan mengakibatkan dampak buruk bagi janin sehingga sebaik-baiknya ibu hamil untuk tidak harus menunggu di sekitar instalasi radiologi atau apabila melakukan pemeriksaan radiologi diharuskan konsultasi dahulu mencari jalan keluar untuk dapat melakukan pemeriksaan lainnya selain radiologi mengingat janin sangat rentan terkena radiasi yang ditakutnya akan menyebabkan perubahan fisiologi pada balita.
Kondisi kamar pemeriksaan yang menggunakan Pb di setiap dinding kamar dan di daun-daun pintu untuk mencegah radiasi hambur keluar dari ruang pemeriksaan dimana luar ruang pemeriksaan masih terdapat pengunjung yang tidak
seharusnya terkena radiasi hambur. Pemasangan tanda radiasi di bagian depan instalasi radiologi dan di tempat tempat instalasi radiologi yang mudah dilihat banyak pengunjung dimaksudkan agar pengunjung lebih baik menjauh keluar instalasi apabila tidak berkepentingan. Tanda ini dipasang dengan warna merah yang mencolok dan skema yang mudah dipahami oleh pembaca dan diletakkan di tempat yang mudah dilihat oleh pengunjung maupun pasien. Pemasangan dan dihidupkannya lampu merah sebagai tanda dimulai pemeriksaan juga diharapkan memberi tahu pengunjung atau pendamping bahwa pemeriksaan dengan radiasi sedang berlangsung.
Pemberian simbol resiko jatuh dan jalur evakuasi dimaksudkan agar pasien dapat lebih mengerti mengenai daerah yang bersimbol tersebut. Simbol resiko jatuh dimaksudkan agar tidak ada kejadian jatuh pengunjung maupun pasien yang ditakutkan akan menambah cedera yang tidak diinginkan bagi pasien ataupun pengunjung. Tanda jalur evakuasi dilakukan untuk dapat menyelamatkan pasien dan
pengunjung dengan melewati jalur evakuasi yang dimana jalur ini menghubungkan daerah lapang dan mudah untuk menemukan jalan keluar untuk menghindari atau menjauh dari sumber bahaya.
Pasien safety di Instalasi Radiologi lainnya adalah penetapan prosedur tetap proteksi radiasi untuk pasien ataupun pendamping pasien. Dengan pembatasa n daerah kolimasi, menghindari pemotretan foto, pengaturan jarak pemotretan diharapkan radiasi yang diterima pasien dapat optimal atau sebisa mungkin menjadi lebih kecil begitu pula untuk pendamping pasien diharuskan untuk menggunakan apron agar
radiasi yang diterima juga dapat berkurang.
Prosedur tetap apabila dalam keadaan darurat juga disediakan untuk dapat melakukan segera mungkin sesuai prosedur agar tujuan menyelamatkan pengunjung, pasien, pesawat radiologi dan barang dapat terselamatkan dengan cepat tanpa rusak
suatu apapun.
Pada kasus yang telah dipaparkan, identifikasi pasien safety antara lain: 1. Lembar permintaan pemeriksaan radiologi
a. Memastikan benar identitas pasien di lembar permintaan dengan bertanya langsung kepada orang tua pasien
b. Sesuai dengan asas Justifikasi, walaupun radiasi CT-Scan memang besar tetapi pemeriksaan yang bisa menegakkan diagnosa pasien berkaitan dengan keluhan
yang dialami adalah CT-Scan
c. Menanyakan kembali dan memberitahu orangtua pasien mengenai cara, tujuan dan risiko pemeriksaan, biaya pemeriksaan dsb
2. Persiapan Pemeriksaan
a. Memastikan kembali benar identitas pasien di lembar permintaan dengan bertanya langsung kepada orang tua pasien
b. Bekerja sama dengan orang tua pasien untuk menenangkan pasien dan membujuk pasien agar bisa dilakukan pemeriksaan
c. Melepaskan seluruh benda logam di sekitar kepala pasien
d. Memberi proteksi radiasi terhadap kedua orang tua pasien yaitu dengan dikenakan apron
e. Menanyakan apakah ibu dari pasien sedang dalam keadaan hamil
f. Memberi pasien body strap agar tidak bergerak dan menghindari risiko jatuh g. Memberitahukan kedua orang tua memegang tangan pasien tetapi juga
memberitahu agar tidak berada di sekitar kepala pasien dan sejauh mungkin berdiri dari gantry
h. Memberitahukan tentang pergerakan tabung kepada pasien dan orang tua pasien dan apa yang harus dilakukan saat meja bergerak
i. Menutup dengan rapat pintu ruangan CT-Scan 3. Saat pemeriksaan
a. Menggunakan scan parameter yang biasanya CT-Scan kepala rutin menjadi CT-Scan Kepala anak
b. Menggunakan waktu scanning yang cepat 4. Post pemeriksaan
a. Membantu melepaskan body strap pasien dan apron yang dikenakan oleh kedua orang tua
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pasien safety di Instalasi Radiologi dimulai dengan desain instalasi itu sendiri meliputi desain ruangan yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, pemasangan tanda radiasi yang dapat terbaca dengan jelas oleh pengunjung dan pasien, pemasangan tanda ibu hamil dilarang masuk atau ibu hamil diharap lapor ke petugas. Masuk dalam pemeriksaan dengan menyesuaikan dengan tepat dan teliti antara lembar permintaan foto dengan anamnase kepada pasien secara langsung agar didapatkan ketepatan dalam foto maupun diagnosis. Inform consent juga diperlukan apabila melakukan pemeriksaan dengan menggunakan media kontras. Pemasangan simbo-simbol safety untuk pengunjung seperti lampu merah tanda pemeriksaan berlangsung, simbol resiko jatuh dan simbol jalur evakuasi dimaksudkan untuk perlindungan pengunjung maupun pasien. Penggunaan apron saat pendamping pasien diharuskan untuk ikut dalam pemeriksaan pasien termasuk pasien safety.
B. Saran
Setiap rumah sakit masih terdapat kekurangan entah dari prosedur tetap, simbol keselamatan pasien, dan kekurangan dalam melakukan suatu prosedur diharapkan dapat melengkapinya sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan oleh BAPETEN.
LAMPIRAN (INFORM CONSENT)
LAMPIRAN (INFORM CONSENT)
LAMPIRAN