• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN HUKUM MENGENAI LETTER OF CREDIT SEBAGAI SALAH SATU CARA PEMBAYARAN DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN HUKUM MENGENAI LETTER OF CREDIT SEBAGAI SALAH SATU CARA PEMBAYARAN DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL SKRIPSI"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

KAJIAN HUKUM MENGENAI LETTER OF CREDIT SEBAGAI SALAH SATU CARA PEMBAYARAN DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN

INTERNASIONAL

SKRIPSI

DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS DAN MEMENUHI SYARAT UNTUK MENCAPAI GELAR SARJANA HUKUM

OLEH:

OLOAN JOHANES SIRAIT 050200230

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

Disetujui oleh:

KETUA DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

PROF.DR. TAN KAMELLO, S.H, M.S NIP. 131764556 KOMISI PEMBIMBING: Pembimbing I Pembimbing II

AZWAR MAHYUZAR, S.H ZULKIFLI SEMBIRING, S.H NIP.131460768 NIP. 131796140

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009. USU Repository © 2009 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang………....1 B. Permasalahan………..………5

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan………...…………..6

D. Keaslian Penulisan……….7

E. Kerangka Teori………..8

F. Metode Penulisan………...………..10

G. Sistematika Penulisan……….………..11

BAB II: PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. Pengertian perdagangan internasional……….14

B. Proses terjadinya transaksi perdagangan internasional………16

C. Jenis transaksi dalam perdagangan internasional………18

D. Sistem pembayaran dalam transaksi perdagangan internasional……….20

BAB III: LETTER OF CREDIT A. Sejarah, pengertian, dan dasar hukum L/C………..25

(3)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

C. Prosedur pembukaan L/C………45

D. Pencairan L/C………..51

BAB IV: ASPEK HUKUM DALAM PEMBAYARAN YANG MENGGUNAKAN L/C A. Hubungan hukum para pihak dalam L/C………57

B. Dokumen dalam pelaksanaan L/C………..70

C. Pilihan hukum dalam transaksi L/C…...……….…85

D. Akibat hukum dari transaksi L/C…...……….…93

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………...115

B. Saran……….117

DAFTAR PUSTAKA

(4)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

ABSTRAK

Prof. Dr. Budiman Ginting , SH.M.Hum * Dr. Mahmul Siregar , SH.M.Hum **

Oloan Johanes Sirait ***

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal pada dasarnya adalah kompromi antar kepentingan Indonesia sebagai negara penerima modal dan kepentingan investor. Disatu sisi, UU ini memberikan kemudahan untuk menarik minat investor menanamkan modalnya, tapi di sisi lain, UU ini menetapkan syarat-syarat dan ketentuan tentang investor, yang pada dasarnya bertujuan untuk mengantisipasi kemungkinan dampak negatif dari kegiatan penanaman modal. Salah satunya adalah menetapkan secara tegas kewajiban dan tanggung jawab penanam modal.

Permasalahan dalam skripsi ini ialah mengenai hak, kewajiban dan tanggung jawab penanam modal menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Penulisan ini menggunakan penelitian hukum normatif .Data sekunder dikumpulkan melalui tinjauan pustaka yaitu (library research). Selanjutnya dianalisis dengan metode analisis kualitatif. Hasil analisis diuraikan untuk mendapatkan diskripsi yang sistematis.

Pasal 15, 16 Undang Undang Penanaman Modal bahwa yang menjadi kewajiban Penanam Modal yaitu menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik, melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Kordinasi Penanam Modal, menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal, dan mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan. Dan yang menjadi tanggung jawabnya yaitu menjamin tersedianya modal yang berasal daru sumber yang tidak bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan, menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak, menciptakan iklim usaha yang sehat, mencegah praktik monopoli dan hal lain yang merugikan negara, menjaga kelestarian lingkungan hidup, menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja, dan mematuhi segala ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tujuan penetapan kewajiban dan tanggung jawab tersebut pada dasarnya adalah untuk mengantisipasi kemunkinan terjadinya dampak negatif dari keberadaan dan kegiatan penanaman modal terhadap perekonomian Indonesia, misalnya kerusakan lingkungan hidup, stabilitas sosial, persaingan usaha yang tidak sehat, dominasi ekonomi, dan praktik curang dalam menjalankan usaha.

(5)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

* Staf Pengajar Fakultas Hukum ** Staf Pengajar Fakultas Hukum

*** Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala kebaikan dan

penyertaan dan kasih karunia-Nya yang dirasakan oleh penulis semenjak mengikuti proses perkuliahan sampai proses penulisan skripsi, sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini.

Skripsi merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa pada umumnya dan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada khususnya guna melengkapi tugas-tugas dan syarat-syarat umtuk memperoleh gelar Sarjana Hukum. Tertarik atas perkembangan penanaman modal di Indonesia terutama tentang peranan penanam modal dalam perkembangan ekonomi Indonesia dan penulis memilih judul “KAJIAN MENGENAI LETTER OF CREDIT SEBAGAI SALAH SATU CARA

PEMBAYARAN DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL”

untuk dituangkan dalam suatu tulisan ( skripsi ).

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan, baik itu disebabkan kekurangan literatur maupun pengetahuan dan kemampuan penulis sendiri untuk memunculkan pemikiran serta menuangkannya dalam tulisan ini. Untuk itu penulis akan menerima bahkan mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.

(6)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

Penulis juga mengucapkan termah kasih kepada :

1.Bapak Prof.DR. Runtung Sitepu, SH, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof.DR. Suhaidi, SH,MH, selaku Pembantu Dekan I, Syafruddin Hasibuan, SH,M.Hum selaku Pembantu Dekan II ,Mohammad Hoesni,SH selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr Bismar Nasution selaku ketua jurusan Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr Budiman Ginting SH.M.HUM Selaku dosen pembimbing I 5. Bapak Dr Mahmul Siregar SH. M.HUM Selaku dosen pembimbing II 6. Bapak Deni Purba SH,LLM, selaku Dosen Wali.

7. Seluruh staff pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis ketika duduk di bangku kuliah.

8. Seluruh Pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Teristimewa kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda V. SIRAIT dan Ibunda G. Br Butar- Butar yang telah banyak membantu, baik materi maupun moril sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Akhir kata penulis memanjatkan doa dan puji kehadirat-Nya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua.

Medan, Juli 2008 Penulis

(7)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009. USU Repository © 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan zaman yang menuju ke era globalisasi dan modernisasi memberikan pengaruh yang berdampak banyak dalam kehidupan manusia. Hal tersebut dapat dilihat dari kompleksitas kebutuhan hidup manusia. Dalam perjalanannya dari waktu ke waktu, manusia dengan segala daya dan upaya yang dimilikinya akan selalu berusaha untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya dengan melakukan hubungan-hubungan yang dianggap perlu seperti hubungan-hubungan politik, pribadi, maupun dagang.

Hubungan-hubungan manusia tersebut merupakan sesuatu yang bisa saja berbentuk hubungan dagang, hubungan politik, maupun juga hubungan pribadi. Khusus pada saat ini penulis akan mengkonsentrasikan cakupan bahasan kepada hubungan dagang maupun bisnis. Hal besar yang menjadi pertanyaan kemudian adalah mengapa manusia berdagang?. Kegiatan perdagangan internasional sebagai salah satu bentuk hubungan dagang tersebut didasari oleh kondisi bahwa tidak ada suatu negara yang benar-benar mandiri karena satu sama lain saling mengisi dan membutuhkan. Setiap negara memiliki karateristik yang berbeda baik dari segi sumber daya alam, iklim, geografi, demografi, struktur ekonomi, dan struktur sosial. Perbedaan tersebut

(8)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

menyebabkan perbedaan komoditas yang dihasilkan, komposisi biaya yang diperlukan, kualitas, dan kuantitas.1

Dalam setiap transaksi perdagangan selalu menimbulkan hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak untuk melakukan pembayaran serta menyerahkan barang.Apabila pembeli dan penjual sama-sama berada dalam suatu negara,maka untuk pemenuhan hak dan kewajiban masing-masing pihak dapat mudah dilaksanakan dan tidak banyak mempunyai problem atau masalah karena dapat dilakukan secara cash and carry. Tetapi

Dengan demikian sebagai akibat adanya perbedaan ini, maka masing-masing negara memiliki keunggulan dan di sisi lain memiliki kekurangan. Bisa saja dijumpai hasil produksi suatu negara berlebih sehingga dapat mengekspornya ke negara lain yang kekurangan atau membutuhkannya dan sebaliknya.

Salah satu kegiatan penting yang senantiasa dilakukan dalam dunia bisnis adalah membuat beraneka ragam perjanjian (kontrak). Wahana yang lazim dipakai pada dasarnya merupakan hasil perjanjian antara 2 orang atau lebih. Oleh karena itu perlu diketahui adanya asas perjanjian yang disebut dengan kebebasan berkontrak (party

autonomy).

Asas kebebasan berkontrak yang dimaksud meliputi bentuk dan isi dari perjanjian. Bentuk perjanjian berupa kata sepakat (konsensus) saja sudah cukup, dan apabila dituangkan dalam suatu akta (surat) sebagai alat pembuktian semata saja. Sedangkan mengenai isinya, para pihak yang pada dasarnya bebas menentukan sendiri apa yang diinginkan.

1

Abdulkadir Muhammad: Hukum Dagang Indonesia, Penerbit Alumni.Bandung. 1989 halaman 26

(9)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

tidak demikian halnya di dalam perdagangan antar negara, pembeli dan penjual terpisah satu sama lainnya baik secara geografis maupun oleh batas kenegaraan. Begitu juga perbedaan jenis mata uang yang berlaku di tiap negara serta peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah negara masing-masing dalam bidang perdagangan luar negeri harus diperhatikan karena intinya adalah tetap dalam hal pembayaran selalu terbentur masalah.

Untuk menghindari segala risiko tersebut maka diperkenalkanlah metode pembayaran dengan Letter of Credit atau Surat Kredit Berdokumen2

Ketentuan dalam sistem pembayaran dengan L/C di banyak negara belum memiliki unifikasi walaupun sudah ada Uniform Customs and Practice for Documentary

Credit (UCP). Perlu diketahui, UCP yang belum sempurna serta multitafsir sangat rawan

dimana Bank berfungsi sebagai penengah antara penjual/eksportir dan pembeli/importir. Dari sekian banyak cara pembayaran, L/C memang diakui lebih banyak dipakai karena CISG (Convention of International Sale of Goods) telah mengeluarkan pedoman penggunaan L/C di banyak negara yang dinamakan UCP.

Oleh karena pelaksanaanya melibatkan kegiatan jasa perbankan yang masing-masing berada di negara berlainan, maka dirasa sangat perlu adanya kesesuaian cara pembayaran yang dilakukan oleh bank-bank itu dalam bentuk peraturan yang mengandung sifat keseragaman baik dalam cara maupun mengenai pengertiannya. Dalam skripsi ini nantinya, sengaja penulis menggunakan cara penulisan Letter of Credit dengan singkatan L/C untuk mempermudah pembahasan.

2

Hartono Hadisoeprapto. “Kredit berdokumen (Letter Of Credit) cara pembayaran dalam jual beli perniagaan”. Penerbit Liberty Yogyakarta.2 Mei 1984. Halaman 24

(10)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

menimbulkan sengketa bagi pihak yang melakukan transaksi dan cara pembayaran dengan L/C tersebut.

L/C yang merupakan primadona dalam pembayaran transaksi ekspor dan impor Indonesia ternyata terhadap pelaksanaannya adakalanya menimbulkan perbedaan pendapat diantara pihak terkait. Perbedaan pendapat timbul karena di Indonesia belum terdapat keseragaman pemahaman masalah-masalah L/C. Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1982 yang merupakan dasar hukum L/C di Indonesia tidak dapat dijadikan pedoman pelaksanaan L/C karena Peraturan Pemerintah tersebut tidak memuat aturan rinci mengenai L/C. Demikian juga peraturan Bank Indonesia yang berfungsi sebagai peraturan pelaksanaan atas Peraturan Pemerintah dimaksud belum mengatur L/C secara rinci.

Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 1982 mengatur bahwa Menteri Perdagangan dan Koperasi (sekarang Menteri Perindustrian dan Perdagangan) dan Gubernur Bank Indonesia bersama-sama atau masing-masing dalam bidangnya mengeluarkan peraturan pelaksanaan atas L/C. Jika dihubungkan dengan tugas Bank Indonesia di bidang pengaturan Bank sebagaimana dalam Undang-Undang No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, maka sejalan dengan Peraturan Pemerintah dimaksud Bank Indonesia sesuai dengan kewenangannya seharusnya telah mengeluarkan peraturan rinci mengenai L/C bagi perbankan. Namun, sampai saat ini Bank Indonesia baru mengatur L/C secara parsial dan tidak rinci yang dimuat dalam beberapa pengaturan Bank Indonesia.

Perbedaan pendapat rupanya tidak hanya terjadi dalam lingkup nasional, tetapi juga dalam skala antar Negara. Perbedaan pendapat dalam skala antarnegara dapat dibuktikan melalui pernyataan, komentar atau pertanyaan atas masalah-masalah yang

(11)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

sama dari L/C yang disampaikan oleh bank komersial luar negeri termasuk bank-bank umum Indonesia kepada International Chamber of Commerce (ICC), dalam hal terjadi perbedaan pendapat antar sesama bank atau antara bank dan nasabahnya. ICC diharapkan dapat meluruskan perbedaan pendapat yang dimaksud. Perbedaan pendapat secara internasional juga dapat dibuktikan dengan keberadaan kasus-kasus L/C yang diputus terutama oleh pengadilan-pengadilan Amerika dan Inggris.

Hak dan kewajiban para pihak dalam L/C adalah terpisah dengan hak dan kewajiban para pihak dalam kontrak dasar yang mendasari penerbitan L/C. Keterpisahan ini merupakan suatu prinsip yang harus benar-benar dipahami dan diterapkan secara konsisten agar terhindar dari sengketa dalam merealisasi pembayaran L/C. Oleh karena itu prinsip keterpisahan atau independensi L/C terhadap kontrak dasarnya termasuk pengecualiannya perlu mendapatkan pembahasan serius.

Hal-hal tersebut diatas adalah kiranya yang menjadi stimulus penulis dalam menulis skripsi ini sekaligus mengetengahkan permasalahan sebelum diuraikan lebih lanjut lagi dalam bab berikutnya.

B. Permasalahan

Berdasarkan apa yang diuraikan di atas maka beberapa masalah pokok yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pembukaan L/C sebagai salah satu instrument dalam transaksi perdagangan internasional

(12)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

2. Bagaimana pengaturan mengenai L/C menurut ranah hukum positif Indonesia dan

Uniform Customs and Practice for Documentary Credits (UCP)

3. Bagaimana tinjauan mengenai aspek hukum serta pembayaran sehingga suatu L/C dapat dilaksanakan

C. Tujuan dan Manfaat Pembahasan

Dengan diuraikannya beberapa hal esensial yang menjadi tema permasalahan dalam skripsi ini, maka penulis sudah sepatutnya juga memberikan uraian cermat dan jelas mengenai tujuan pembahasan dari permasalahan yang terdapat dalam skripsi ini. Secara rinci maka tujuan pokok dari pembahasan skripsi ini kurang lebih adalah sebagai berikut:

1. Menguraikan dan menganalisis bagaimana proses pembukaan L/C sebagai salah satu instrument dalam transaksi perdagangan internasional

2. Menjelaskan bagaimana pengaturan mengenai L/C menurut ranah hukum positif Indonesia dan Uniform Customs and Practice for Documentary Credits (UCP) 3. Mengetahui tinjauan mengenai aspek hukum serta pembayaran sehingga suatu

L/C dapat dilaksanakan

4. Tentu saja salah satu tujuan dari pembuatan dan pembahasan materi dalam skripsi ini merupakan salah satu prasyarat penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hal-hal yang dijelaskan pada bagian muka, maka beberapa manfaat yang penulis dapat petik dari pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut:

(13)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

1. Secara teoritis merupakan pelengkap terhadap kepustakaan L/C yang relatif masih terbatas ditulis oleh putra-putri Indonesia

2. Secara praktis merupakan sesuatu yang menjadi bahan masukan kepada para pelaku L/C, abdi hukum, para ahli, para akademisi, instansi pemerintah dan lembaga swasta yang mempunyai kepentingan dalam transaksi L/C khususnya dari segi hukum

D. Keaslian Penulisan

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi tentang L/C ini sebelumnya sudah pernah diulas dengan sudut pandang dan cara yang berbeda pula. Akan tetapi penulis jelaskan bahwa dalam skripsi ini penulis akan menjelaskan sudut pandang L/C dari kajian hukum (yuridis). Tentu saja yang dimaksud disini adalah pembahasan secara umum bagaimana penggunaan L/C sebagai instrumen transaksi dalam perdagangan internasional tetap memiliki celah dan menimbulkan masalah hukum.

Mengingat peran serta perbankan dalam perdagangan internasional, maka seluk-beluk pembayaran internasional melalui instrument L/C ini harus dibukakan kepada masyarakat luar khususnya kepada Mahasiswa/i sebagai kaum terpelajar. Hal ini menjadi pendorong bagi penulis untuk memberanikan diri mengurai seluk-beluk L/C, dari aspek teori Hukum Perdata Internasional maupun dari aspek praktek kenyataan pada perbankan dewasa ini.

(14)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

Hakikat L/C adalah alat pembayaran dan oleh karena itu keseimbangan hak dan kewajiban para pihak-pihak dalam L/C yang melakukan “issuing” maupun

“beneficiary”3

1. Titik taut primer (pembeda). Dalam L/C, perbedaan kewarganegaraan atau domisili dapat menjadi titik taut primer

harus dipertahankan secara adil dan terbuka. Keadilan dan keterbukaan dalam pelaksanaan L/C merupakan suatu keharusan karena inti L/C adalah perwujudan pembayaran uang senilai L/C. Pembukaan L/C sebagai alat atau cara pembayaran Internasional adalah suatu peristiwa perdata Internasional, karena tersangkut dua atau lebih sistem hukum yang berbeda yang berlaku sehingga mau tidak mau diperlukan Hukum Perdata Internasional. Adanya perbedaan kewarganegaraan dan domisili dari pihak-pihak yang tersangkut dalam pembukaan L/C (baik orang maupun badan hukum) menjadi alasan pertama untuk mengklasifikasikan peristiwa yang semacam ini sebagai peristiwa perdata internasional.

Perbedaan domisili/kewarganegaraan tersebut dapat dilihat jelas dari perjanjian jual beli yang ada antara penjual/eksportir dan pembeli/importir sebagai dasar dibukanya L/C untuk menyelesaikan transaksi ekspor impor mereka. Jadi dengan dibukanya L/C oleh importir untuk kepentingan beneficiary berarti dengan sendirinya telah terjadi peristiwa perdata internasional, karena pihak bank semata-mata berperan sebagai pihak yang dikuasakan dalam hal ini. Hukum Perdata Internasional baru bertugas bilamana pada suatu hubungan hukum perdata yang mengandung unsur asing terdapat titik taut. Dalam Hukum Perdata Internasional ada dikenal 2 (dua) titik taut, yaitu:

3

Penerima (beneficiary) L/C disebut juga sebagai penjual. Istilah ini akan digunakan secara bergantian tergantung pokok bahasan. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 29/KEP/DIR tanggal 31 Desember 1996 menggunakan istilah penerima

(15)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

2. Titik taut sekunder (penentu). Pilihan hukum kepada UCP yang berlaku mengatur untuk pembayaran internasional merupakan titik taut sekunder dalam L/C

Begitu juga dengan hubungan hukum yang tersangkut dalam pembukaan L/C secara rinci dapat dijelaskan terdiri dari:

1. Hubungan hukum antara importir (pembeli) dan bank yang merupakan perjanjian

lastgeving (pemberian kuasa) dan perjanjian melakukan beberapa macam

pekerjaan.

2. Hubungan hukum antara penjual dan pembeli yang terdapat dalam sales contract (perjanjian jual beli) yang menjadi dasar dibukanya L/C

3. Hubungan hukum antara bank dan penjual yang dapat ditinjau dari 2 segi yaitu kredit yang revocable dan irrevocable

F. Metode Penulisan

Dalam rangka menjawab permasalahan, mencapai tujuan dan menunjang kerangka teori, maka skripsi ini ditulis dengan meneliti kepustakaan hukum berkenaan dengan L/C yang berlaku di Indonesia dan secara internasional yang terutama terdiri dari:

a) Pustaka hukum b) Jurnal hukum

c) Peraturan perundang-undangan d) Surat-surat

(16)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

f) L/C

g) UCP 600 yang berlaku sejak tanggal 1 Juli 2007

h) Putusan pengadilan dari pengadilan Indonesia dan pengadilan luar negeri terutama pengadilan Amerika dan pengadilan Inggris

Dengan demikian skripsi ini merupakan hasil penelitian normatif. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Penelitian ini bertitik tolak dari pendekatan kualitatif dilihat dari sudut pandang hukum bisnis normative khususnya dalam L/C

b) Pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan

Pada masyarakat hukum Indonesia, Amerika, dan Inggris terdapat baik kebutuhan khusus masing-masing negara maupun kebutuhan universal ketiga negara. Dalam kaitannya dengan kebutuhan universal di bidang hukum L/C di ketiga negara telah melakukan penundukan sukarela kepada UCP sesuai dengan asas kebebasan berkontrak. Sementara untuk masalah-masalah L/C yang pelaksanaannya merupakan wewenang masing-masing negara diatur sesuai kebutuhan khusus masing-masing negara. Contoh kebutuhan khusus ini ialah pelaksanaan pembayaran L/C yang dikaitkan dengan fasilitas pembiayaan perbankan yang pengaturannya dapat berbeda dari suatu negara dengan negara yang lainnya.

Penelitian kepustakaan dilakukan untuk dapat mengetahui sebanyak mungkin pendapat dan atau konsep para ahli yang telah melakukan penelitian atau penulisan terlebih dahulu di bidang L/C. Sasaran utama yaitu hak dan kewajiban para pelaku L/C.

Oleh karena L/C, pada dasarnya merupakan kontrak baku dan bank-bank umum berpedoman pada UCP dan peraturan Bank Indonesia ditambah kebijakan intern di

(17)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

bidang penerimaan dan penerbitan L/C relatif sama di setiap bank umum untuk seluruh kantornya, maka dengan meneliti sejumlah L/C baik yang diterima bank-bank umum di Indonesia dari bank komersial luar negeri maupun yang diterbitkan bank-bank umum ke luar negeri, penelitian tersebut dianggap cukup. Penelitian L/C dilakukan untuk melihat klausul-klausul yang dimuat dalam masing-masing L/C dan kemudian dilakukan analisis untuk melihat dampak negatif dan positifnya

G. Sistematika Penulisan

Sebelum penulis menguraikan tulisan dalam skripsi ini lebih lanjut maka penulis terlebih dahulu akan membuat suatu sistematika mengenai apa yang akan penulis uraikan secara panjang lebar pada bab berikutnya. Sistematika ini dimaksudkan untuk mengetahui secara garis besar akan isi skripsi ini. Pada penyusunan skripsi ini, penulis menguraikan pembagian skripsi dalam 5 bab, yang mana setiap bab nya terdiri dari beberapa sub bab. Adapun gambaran isi dari skripsi ini adalah sebagai berikut:

1) BAB I: Bab ini merupakan pendahuluan atau awal dari isi skripsi ini. Di dalamnya dikemukakan terlebih dahulu mengenai Latar belakang, permasalahan, tujuan pembahasan, manfaat pembahasan, kerangka teori, metode penulisan serta sistematika penulisan

2) BAB II: Bab ini merupakan isi dan penjelasan dari permasalah pertama dalam skripsi ini. Diantaranya secara berturut-turut dipaparkan mengenai pengertian perdagangan internasional, jenis transaksi perdagangan internasional, serta sistem pembayaran dalam transaksi perdagangan internasional

(18)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

3) BAB III: Pada bab ini kita dapat melihat secara jelas mengenai pengaturan dan alas hukum serta berbagai macam kualifikasi yang menyangkut L/C. Hal yang dimaksud disini adalah pengertian serta dasar hukum dan funsi L/C, Jenis L/C, prosedur pembukaan L/C, dan juga pencarian L/C

4) BAB IV: Bab IV ini mengusung tema tentang Aspek hukum dalam pembayaran yang menggunakan L/C. Bisa diuraikan hal yang dimaksud disini merupakan penjelasan atas permasalah ketiga dalam skripsi ini.Hubungan hukum para pihak dalam L/C, Dokumen dalam pelaksanaan L/C, pilihan hukum dalam transaksi L/C, serta akibat hukum dari transaksi L/C merupakan isi dari bab ini

5) BAB V: Bab ini merupakan bagian pamungkas dari isi skripsi ini. Pada bab tersebut penulis mengemukakan kesimpulan dan saran yang didapat sewaktu penulis mengerjakan skripsi ini mulai dari awal hingga pada akhirnya.

Demikianlah gambaran ini dari skripsi ini. Sebagai pelengkap skripsi ini, pada bagian terakhirnya akan penulis sertakan daftar kepustakaan dan lampiran yang dianggap perlu.

(19)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

BAB II

PERDAGANGAN INTERNASIONAL

A. Pengertian perdagangan internasional

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Perekonomian suatu negara berhubungan dengan dan dipengaruhi oleh perekonomian negara lain. Hubungan ini meliputi transaksi ekonomi berupa perdagangan barang-barang, jasa-jasa dan sumber-sumber serta transaksi investasi penanaman modal dan transaksi finansial utang-piutang.

Dalam upayanya memberi batasan atau definisi perdagangan internasional, Rafiqul

Islam menekankan keterkaitan erat antara perdagangan internasional dan hubungan keuangan (financial relations). Pada pokoknya, kebiasaan perdagangan internasional ini terdiri dari

(20)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

Internasional4. Hubungan financial terkait erat dengan perdagangan internasional. Keterkaitan erat ini tampak karena hubungan-hubungan keuangan ini mendampingi transaksi perdagangan antara para pedagang (dengan pengecualian transaksi barter atau counter trade). Dengan adanya keterkaitan erat antara perdagangan internasional dan keuangan (international trade and finance law), Rafiqul Islam mendefinisikan hukum perdagangan dan keuangan sebagai suatu kumpulan aturan, prinsip, norma dan praktik yang menciptakan suatu pengaturan (regulatory regime) untuk transaksi-transaksi perdagangan transnasional dan sistem pembayarannya, yang memiliki dampak terhadap perilaku komersial lembaga lembaga perdagangan. Kegiatan-kegiatan komersial tersebut dapat dibagi ke dalam kegiatan komersial yang berada dalam ruang lingkup hukum perdata internasional atau conflict of law5; perdagangan antar pemerintah atau antar negara yang diatur oleh hukum internasional publik6

Hubungan-hubungan dagang yang sifatnya lintas batas dapat mencakup banyak jenisnya. Dari bentuknya yang sederhana, yaitu dari barter, jual beli barang atau komoditi (produk-produk pertanian, perkebunan, dan sejenisnya), hingga hubungan atau transaksi

. Dalam hal ini Rafiqul Islam memberi batasan perdagangan internasional sebagai : “……. A wide ranging, transnational, commercial exchange of goods and services

between individual business persons, trading bodies and states.”

Dari batasan tersebut tampak bahwa ruang lingkup hukum perdagangan internasional sangat luas. Karena ruang lingkup kajian bidang hukum ini sifatnya adalah lintas batas atau transnasional, konsekuensinya adalah terkaitnya lebih dari satu sistem hukum yang berbeda.

4

Soedjono Dirdjosisworo. Pengantar Hukum Dagang Internasional.Penerbit Refika ADITAMA.Bandung.2006 Halaman 72

5

Sudargo Gautama. Hukum Perdata Internasional Indonesia. Buku keempat penerbit alumni. Bandung.1989

6

(21)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

dagang yang kompleks. Kompleksnya hubungan atau transaksi dagang internasional ini sedikit banyak disebabkan oleh adanya jasa teknologi (khususnya teknologi informasi). Sehingga, transaksi-transaksi dagang semakin berlangsung dengan cepat. Batas-batas negara bukan lagi halangan dalam bertransaksi. Bahkan dengan pesatnya teknologi, dewasa ini para pelaku dagang tidak perlu mengetahui atau mengenal siapa rekanan dagangnya yang berada jauh di belahan bumi lain. Tujuan perdagangan internasional yang dimaksud disini sebenarnya tidak berbeda dengan tujuan GATT7

1. Untuk meningkatkan volume perdagangan dunia dengan menciptakan perdagangan yang menarik dan menguntungkan bagi pembangunan ekonomi semua Negara;

(General Agreement on

Tariffs and Trade), yang termuat dalam pembukaannya. Adapun tujuan dari hukum

perdagangan internasional adalah :

2. Meningkatkan standar hidup umat manusia; dan 3. Meningkatkan lapangan kerja;

4. Mengembangkan sistem perdagangan multilateral;

5. Meningkatkan pemanfaatan sumber-sumber kekayaan dunia dan meningkatkan produk dan transaksi jual beli barang.

B. Proses terjadinya transaksi perdagangan internasional

Hubungan-hubungan perdagangan internasional antar negara sudah ada sejak lama. Hubungan-hubungan ini sudah ada sejak adanya negara-negara dalam arti negara kebangsaan, yaitu bentuk-bentuk awal negara dalam arti modern. Perjuangan

7

Simanjuntak, Djisman S. et al., GATT 1994 Peluang dan Tantangan-Dokumen dan analisis. Jakarta: TP, 14 Juni 1994 halaman 36

(22)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

negara ini untuk memperoleh kemandirian dan pengawasan (kontrol) terhadap ekonomi internasional telah memaksa negara-negara ini untuk mengadakan hubungan-hubungan perdagangan yang mapan dengan negara-negara lainnya. Mereka menyadari bahwa perdagangan adalah satu-satunya cara untuk pembangunan ekonomi mereka. Seperti telah dikemukakan di awal tulisan ini, sejak dulu dan bahkan dewasa ini semakin banyak negara sadar bahwa kebijakan menutup diri sudah jauh-jauh ditinggalkan. Pendirian ini semakin mendorong negara untuk memperluas aktivitas perdagangannya. Cara pandang ini sedikit banyak dilatarbelakangi dan dipengaruhi oleh beberapa aliran atau teori ekonomi. Pada awal perkembangannya, terutama abad ke-15 dan ke-16, teori atau aliran yang mula lahir adalah teori merkantilisme. Para merkantilis berpendirian perdagangan internasional sebagai instrument kebijakan nasional. Mereka menekankan pentingnya ekspor sebesar-besarnya dan menekan impor serendah-rendahnya. Keuntungan dari selisih ekspor - impor merupakan keuntungan bagi negara (yang waktu itu diwujudkan dalam bentuk emas).

Dalam kecenderungan ini pun peran perjanjian internasional menjadi semakin penting. Semakin pentingnya peran perjanjian-perjanjian di bidang ekonomi atau perdagangan ini pun telah melahirkan aturan-aturan yang mengatur perdagangan internasional di bidang barang, jasa dan penamaman modal di antara negara-negara. Ada pula yang menyatakan bahwa aturan-aturan perdagangan internasional juga pada analisis akhirnya akan menciptakan perdamaian dan keamanan internasional. Manakala dua atau lebih negara berhubungan dan bertransaksi dagang dan mereka memperoleh keuntungan dari perdagangan tersebut, otomatis keadaan dunia menjadi sedikit banyak lebih baik. Artinya, situasi dan kondisi dunia akan semakin kondusif.

(23)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

Dengan demikian secara terperinci maka hal hal yang menjadi faktor pendorong timbulnya perdagangan internasional8

1. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri adalah sebagai berikut:

2. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara

3. Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi

4. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk tersebut.

5. Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi.

6. Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.

7. Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain. 8. Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup

sendiri.

C. Jenis transaksi dalam perdagangan internasional

Seperti telah disinggung di muka dikatakan bahwa karena adanya berbagai macam perbedaan, yang terutama disebabkan faktor letak geografis yang berbeda dengan segala konsekuensi hukumnya, maka tentunya para pelaku transaksi perdagangan

8

Pakpahan, Normin S. Pembaharuan Hukum di Bidang Kegiatan Ekonomi-Makalah pada temu karya hukum perseroan. Jakrta 22-23 Januari 1991. Halaman 8

(24)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

internasional perlu mengetahui terlebih dahulu apa saja jenis dari transaksi dalam perdagangan internasional. Jenis-jenis perdagangan dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Menurut pekerjaan yang dilakukan pedagang

a. Perdagangan mengumpulkan (produsen – tengkulak – pedagang besar – eksportir)

b. Perdagangan menyebarkan (importir – pedagang besar – pedagang menengah – konsumen)

2. Menurut jenis barang yang diperdagangkan

a. Perdagangan barang yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan jasmani manusia. Contoh: (hasil pertanian, pertambangan, pabrik)

b. Perdagangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan rohani manusia. Contoh (kesenian, musik)

c. Perdagangan uang dan kertas-kertas berharga (bursa efek)

3. Menurut daerah, tempat perdagangan itu dilakukan a. Perdagangan dalam negeri

b. Perdagangan internasional : perdagangan ekspor, perdagangan impor c. Perdagangan meneruskan (perdagangan transito)

(25)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

Perkembangan evolusi yuridis dalam system pembayaran dari benda yang diperjualbelikan secara internasional, yaitu awalnya pembayaran barang dengan barang atau barter sampai dengan metode pembayaran dengan memakai uang, dan kemudian yang dikenalnya metoda pembayaran canggih yang terjadi saat ini, yaitu metoda pembayaran yang dapat memproteksi kepentingan kedua belah pihak, misalnya lewat pembayaran dengan system Letter of Credit (L/C)9

Lebih jauh, bagaimana sistem pembayaran perdagangan internasional yang digunakan di negara kita. Di Indonesia, sistem pembayaran dalam perdagangan internasional merujuk pada Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1982

. Semua metode pembayaran tersebut secara yuridis sah asal sesuai kesepakatan kedua belah pihak. Namun perlu diperhatikan bahwa terhadap beberapa bentuk pembayaran, terdapat pengaturan yuridis dalam sistem hukum lokal di negara tertentu. Adapun terhadap beberapa bentuk, bahkan terdapat konvensi internasional yang perlu diperhatikan oleh kedua belah pihak.

10

Dengan metode ini, yang dimaksudkan adalah suatu sistem pembayaran dimana pihak eksportir akan mengirim barang dagangannya setelah dia menerima pembayaran harga barang tersebut

tentang Pelaksanaan Ekspor, Impor, dan Lalu-lintas Devisa. Beberapa sistem tersebut adalah sebagai berikut:

1. Metode pembayaran terlebih dahulu (Advance)

11

Tentunya sistem pembayaran seperti ini sangat menguntungkan dan sangat aman bagi pihak eksportir (penjual) tetapi sangat tidak aman bagi pihak importir (pembeli).

.

9

Dr. Ramlam Ginting. Letter of Credit-Tinjauan Aspek Hukum dan Bisnis. Penerbit SALEMBA EMPAT.Jakarta .2000 halaman 35

10

ibid halaman 37 11

(26)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

Sebab setelah uang diterima oleh pihak eksportir, berbagai kemungkinan atas barang objek jual beli dapat terjadi. Bisa jadi barang tersebut tidak sesuai dengan pesanan, hilang di tengah jalan, ataupun karena sesuatu dan lain hal bahkan barang tersebut tidak dikirim sama sekali oleh pihak eksportir.

Karena itu metode pembayaran secara advance ini sangat jarang diikuti dalam praktek kecuali dalam hal seperti ini:

a) Jika nama besar dan kejujuran pihak eksportir sudah dikenal di kalangan pedagang secara luas

b) Jika ada hubungan khusus antara eksportir dengan importir, misalnya ada hubungan saudara, hubungan teman atau hubungan antara perusahaan yang terafiliasi dalam satu grup usaha

c) Jika transaksi tersebut terhadap order barang-barang yang harganya relatif rendah. Misalnya pemesanan dengan surat atas pembelian buku, atau benda lainnya. 2. Metode pembayaran secara Open Account

Metode pembayaran secara Open Account ini adalah sebagai kebalikan dari metode pembayaran terlebih dahulu (advance). Terhadap metode dengan Open Account tersebut, barang yang bersangkutan dikirim terlebih dahulu kepada importir berhubung adanya kemungkinan pembayaran yang tidak sesuai dengan perjanjian, kurang atau terlambat pembayaran, atau bahkan karena sesuatu dan lain hal, harga tidak dibayar sama sekali.

(27)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

Sistem pembayaran secara open account ini sering dilakukan antara induk perusahaan dengan anak perusahaan atau dengan perusahaan yang terafiliasi, ataupun dilakukan jika terdapat good record dari pihak importer12

a) Apakah dengan langsung mengirim harga kepada pihak eksportir setelah dipotong selisih harga untuk tiap jual beli

.

Salah satu variasi dari sistem pembayaran secara open account ini adalah jika barang dikirim secara rutin sedangkan pembayaran dilakukan secara periodik, misalnya dibayar tiap tiga bulan sekali.

3. Metode pembayaran berdasarkan konsinyasi

Metode pembayaran berdasarkan konsinyasi ini merupakan suatu variasi lain dari sistem pembayaran dengan open account. Dalam sistem konsinyasi, pihak investor baru akan membayar harga setelah barang diterimanya.Hanya saja dalam hal ini , pihak importir menerima barang tersebut untuk kemudian menjual lagi kepada pihak ketiga. Kemudian setelah barang tersebut laku terjual kepada pihak ketiga dan telah dibayar harganya oleh pihak ketiga tersebut, baru kemudian harganya dipotong selisihnya, dikirim kepada pihak eksportir (penjual semula). Pembayaran secara konsinyasi kepada pihak eksportir (penjual semula) tersebut biasanya dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

b) Atau harga baru dibayar kepada eksportir dalam waktu tertentu setelah barang laku terjual kepada pihak ketiga.

12

(28)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

c) Ataupun jika jual beli dilakukan secara rutin, harga dibayar setelah pihak ketiga membayar harga, tetapi kepada eksportir (penjual semula) oleh importer dibayar harganya secara periodic. Berarti sekali bayar untuk beberapa pengiriman.

4. Metode pembayaran secara Documentary Collection

Banyak juga transaksi dagang internasional yang melakukan pembayaran harga barang secara documentary collection, yaitu lewat penggunaan dokumen yang disebut

bill of exchange.

Dalam hal ini pihak importer harus membayar harga barang setelah shipping documents tiba di bank importer. Pembayaran harga barang tersebut dipertukarkan dengan shipping documents yang bersangkutan. Karena itu, tanpa pembayaran harga barang, shipping documents tidak akan diberikan oleh pihak bank. Dan tanpa shipping

documents di tangannya pihak importer tidak dapat mengambil barang impor yang

bersangkutan.

Dalam praktek ada dua macam bills of exchange, yaitu clean bills dan documentary bills. Adapun yang dimaksud dengan clean bills adalah bill of exchange yang tidak memerlukan dokumen kepemilikan atas barang tersebut seperti bill of lading dan sebagainya.

Sementara bentuk lain adalah apa yang disebut dengan documentary bills. Bentuk ini yang lebih lazim dipraktekkan. Dalam hal ini, satu bills of exchange haruslah diperkuat oleh dokumen-dokumen supportive lainnya, seperti dokumen kepemilikan barang, dan lain-lain.

(29)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

Untuk menjembatani kepentingan pihak eksportir agar barang dikirim setelah harga dibayar, sementara pihak importer punya kepentingan agar harga dibayar setelah barang diterima, maka dipakailah sistem pembayaran dengan Documentary Credit. Dalam hal ini suatu pembayaran dilakukan via bank sebagai perantara, tanpa terlebih dahulu menunggu tibanya barang atau tibanya dokumen. Kewajiban ini dilakukan dengan kewajiban dari pihak importer untuk membuka letter of credit (L/C) di bank di negara importir, untuk kemudian oleh bank tersebut diteruskan kepada bank di negara eksportir.

Sistem pembayaran lewat L/C ini dewasa ini sudah diterima secara meluas di kalangan lalu lintas perdagangan internasional. Transaksi perdagangan internasional dengan sistem pembayaran yang meliputi beberapa metode akan memudahkan pelaksanaan dan bisnis internasional ini, karena masing-masing pihak tidak perlu lagi mengadakan pembicaraan secara tatap muka, melainkan hanya memilah metode yang mana.

BAB III

LETTER OF CREDIT

A. Sejarah, pengertian, dan dasar hukum L/C

Sejak kapan Letter of Credit sebagai sistem pembayaran dalam transaksi perdagangan mula-mula dipergunakan tidak dapat dinyatakan dengan pasti13

13

Hartono Hadisoeprapto. Kredit berdokumen (Letter of Credit)-Cara Pembayaran Dalam Jual Beli Perniagaan. Penerbit Liberty Yogyakarta. 1997 halaman 23

. Meskipun demikian sudah dapat diduga bahwa cara pembayaran ini dalam salah satu bentuknya

(30)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

telah dipergunakan orang pada masa ramainya perdagangan di Rom tatkala negara tersebut memegang peran penting dalam perdagangan dunia. Perkembangan bentuk yang sederhana sampai menjadi bentuk kredit yang modern dimulai kira-kira pada abad ke-17 dan di negara Inggris lah kredit dokumenter ini berkembang menjadi bentuknya seperti yang sekarang. Apa sebab bentuk kredit ini mengalami kemajuan pesat disana; hal ini disebabkan karena sebegitu jauh di negara tersebut tersedia kondisi-kondisi yang membantu berkembangnya kredit dokumenter itu.

Sebelum tahun 1914 di London telah menguasai monopoli dalam bidang lalu lintas perdagangan luar negeri. Kota ini telah memiliki pula pasar uang dan modal yang telah maju dan sangat luas. Selain daripada itu para banker di London memiliki pengalaman-pengalaman yang luas dalam bidang pembiayaan internasional, sehingga mereka mendapatkan kepercayaan dari seluruh dunia. Posisi yang sedemikian baik ini telah mengakibatkan mata uang poundsterling dapat diterima di negara manapun dan menjadi valuta dunia. Akibat turutan lain daripadanya ialah pembiayaan dan pembayaran dari transaksi perdagangan antar negara baik antara Amerika utara dan Amerika selatan maupun antara negara di Eropa dapat diselesaikan dengan baik melalui London.

Dengan pecahnya Perang Dunia I ternyata membawa akibat adanya perubahan keadaan secara radikal. Sebagai akibat dari penjualan senjata, Amerika Serikat telah mengalami jaman keemasannya dan segera dapat menarik sebagian besar dari lalu lintas keuangan dunia. Sebaliknya posisi London dalam perdagangan dunia semakin lama semakin kurang maju. Dengan diterimanya Federal Reserve Act pada tahun 1914 pasar diskonto di New York semakin berkembang dan akhirnya New York menjadi pusat keuangan dunia menggeser kedudukan London.

(31)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

Kemudian dalam beberapa tahun berikutnya dunia pengangkutan barang-barang dalam perdagangan internasional mengalami perkembangan pesat sehubungan dengan kemajuan teknologi. Barang tidak lagi diangkut sebagai barang-barang yang terpisah-pisah tetapi sudah dimasukkan ke dalam suatu container. Hal semacam itu menjadi pendorong untuk meninjau kembali Uniform Customs and Practice yang telah ada, sampai pada akhirnya pada tahun 1974 dengan Publication No. 290 yang mulai berlaku sejak tanggal 1 Oktober 1975 International Chamber of Commerce berhasil mengadakan revisi.

Setiap cabang ilmu, baik ilmu eksakta maupun ilmu social, memerlukan adanya definisi dengan maksud agar memudahkan pengertian untuk menangkap apa yang menjadi objek cabang ilmu tersebut. Demikian pula halnya dengan L/C yang merupakan salah satu segi dari cabang ilmu keuangan dan perbankan, oleh para ahli telah diberikan berbagai macam pengertian.

Salah satu definisi sederhana yang diberikan oleh O’Halloran14

14

Soepriyo Andhibroto. Letter of Credit Dalam Teori dan Praktek. Penerbit Dahara Prize.Yogyakarta.1984 halaman 59

mengatakan bahwa:“L/C is an instrument issued by a bank on behalf of one of its customers

authorizing an account under certain condition stipulated in the credit”. Dalam definisi

tersebut belum dijelaskan tentang siapa yang diberikan kuasa dan dalam bentuk tindakan apa kuasa itu diberikan.

Bank Indonesia berpendapat bahwa inti dari L/C adalah janji pembayaran. Pembayaran L/C kepada penerima dapat dilakukan langsung oleh bank penerbit atau melalui bank lain sebagai kuasanya.

(32)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

Seterusnya Emmy Pangaribuan Simanjuntak15

Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1982 merupakan dasar hukum L/C di Indonesia. Ketentuan pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1982 yang secara

mengatakan: “ Sebenarnya

pengertian L/C itu sendiri adalah suatu perintah membayar kepada seseorang atau beberapa orang yang dialamati untuk melakukan pembayaran sejumlah uang tertentu yang disebut dalam surat perintah itu kepada seorang tertentu. Biasanya yang memberi perintah itu adalah suatu bank dan yang dialamati adalah suatu bank juga”.

Inti dari definisi Emmy Pangaribuan Simanjutak adalah bahwa L/C merupakan “surat perintah membayar”. Beliau melihat L/C sebagai perintah atau kuasa dari bank penerbit kepada bank pembayar.

Berikutnya, Agoes Moerjono melihat hakikat L/C sebagai suatu perikatan. Berikutnya lagi, Amir M.S. penulis dan pelaku dagang mengatakan: “ Letter of Credit atau biasa disingkat L/C adalah suatu surat yang dikeluarkan oleh suatu bank atas permintaan importer langganan bank tersebut yang ditujukan kepada eksportir di luar negeri yang menjadi relasi importir tersebut, yang memberikan Hak kepada eksportir itu untuk menarik wesel-wesel atas importir bersangkutan untuk sejumlah uang yang disebutkan dalam surat itu”.

Pada umumnya L/C digunakan untuk membiayai kontrak penjualan barang jarak jauh antara pembeli dan penjual yang belum saling mengenal dengan baik. Dengan kata lain, L/C digunakan untuk membiayai transaksi perdagangan internasional. Tetapi, L/C bukan merupakan garansi atau surat berharga yang dapat dipindahtangankan.

Sementara, UCP mengatakan bahwa L/C adalah janji dari bank penerbit untuk melakukan pembayaran atau memberi kuasa kepada bank lain untuk melakukan pembayaran kepada penerima atas penyerahan dokumen-dokumen. Inti dari pengertian L/C menurut UCP ialah bahwa L/C merupakan “janji pembayaran”. Bank penerbit melakukan pembayaran kepada penerima baik langsung ataupun melalui bank lain adalah atas instruksi pemohon yang berjanji membayar kembali kepada bank penerbit.

15

(33)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

rinci mengatur L/C belum ada. Sesuai dengan kenyataan bahwa dalam praktik perbankan Indonesia telah digunakan UCP sebagai ketentuan L/C sejak tahun 1970 an, maka Bank Indonesia mendukung keberadaan praktik tersebut. Bank Indonesia mendukung UCP dijadikan sebagai ketentuan L/C. Bank Indonesia melihat bahwa rasa aman tercipta jika L/C tunduk pada ketentuan UCP.

Namun demikian, menurut Herbet A. Getz, seorang sarjana berkebangsaan Amerika, mengatakan bahwa UCP tidak memiliki kekuatan hukum mengikat (force of

law). UCP bukan produk hukum legislatif. UCP juga bukan merupakan produk hukum

yudikatif. UCP merupakan kompilasi kebiasaan dan praktik internasional mengenai L/C. Tetapi UCP diberlakukan secara sukarela di lebih 160 negara. Oleh karena itu C.F.G Sunaryati Hartono berpendapat bahwa UCP dapat dikatakan merupakan hukum kebiasaan yang berlaku secara internasional.

Bank Indonesia dalam Surat Edaran No. 26/34 tanggal 17 Desember 199316

Isi Surat Edaran Bank Indonesia tersebut dilatarbelakangi status UCP yang bukan sebagai produk hukum yang memiliki kekuatan hukum mengikat. Jika Bank Indonesia dalam Surat Edaran tersebut secara eksplisit mengharuskan L/C yang diterbitkan bank umum tunduk pada UCP, ini berarti Bank Indonesia menjadikan UCP bagian dari hukum nasional dan mempunyai kekuatan hukum mengikat. Bank Indonesia tidak menghendaki mengatur bahwa L/C diterbitkan bank devisa (bank umum) boleh tunduk atau tidak pada ketentuan UCP. Bank Indonesia secara yuridis formal memberikan kebebasan kepada Bank Devisa di Indonesia untuk menentukan sikap.

16

Gunawan Widjaja & Ahmad Yani. Transaksi Bisnis Internasional-Seri Hukum Bisnis.Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.2006 halaman 80

(34)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

hal ini. Namun demikian, secara implisit Bank Indonesia mendukung agar L/C yang diterbitkan bank umum tunduk pada UCP.

Dasar hukum dari suatu L/C adalah klausula dalam kontrak jual beli yang menundukkan diri kepada Uniform Customs and Practices for Documentary Credit (disingkat UCP), hukum setempat (di Indonesia termasuk peraturan di bidang perbankan), dan kebiasaan dalam perdagangan (trade usage). International Chamber of

Commerce (ICC) pada tahun 1933 telah menyeragamkan L/C dengan terbentuknya Uniform Customs and Practices for Documentary Credir (UCP).

UCP pertama diterbitkan pada tahun 1933 dengan brosur Nomor 82. Selanjutnya UCP pertama itu mengalami revisi-revisi agar memenuhi kebutuhan bisnis internasional yang terus berkembang. Revisi pertama terjadi pada tahun 1951, kedua pada tahun 1962, ketiga pada tahun 1972, keempat pada tahun 1983 yang dikenal dengan nama UCP 400, dan kelima atau terakhir pada tahun 1993 dengan terbitan Nomor 500 sehingga lebih populer dengan sebutan UCP 500.

Secara umum materi pokok Sales Contract berisi hal-hal berikut ini.

1. Nama Penjual (Seller) 2. Nama Pembeli (Buyer)

3. Barang yang diperjualbelikan dengan spesifikasi tertentu (berat, ukuran, kualitas, packing, dll.)

4. Harga

(35)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

a. FOB (Free on Board) b. C & F (Cost and Freight) c. CIF (Cost Insurance & Freight) 6. Pelabuhan Asal

7. Pelabuhan Tujuan 8. Transportasi

Pengalihan diperbolehkan/dilarang (Transhipment: Allowed/ Prohibited) 9. Pengiriman Barang

10. Ketentuan Pembayaran

a. L/C : Letter of Credit

b. D/P : Document Againts Payment c. D/A : Document Againts Acceptance 11. Sertifikat-sertifikat

a. COO (Certificate of Origin)

b. Export License

12. Dan lain-lain yang dianggap perlu.

B. Jenis L/C

L/C berdasarkan fungsi, terdiri dari 2 (dua) klasifikasi yaitu L/C sebagai alat pembayaran dan L/C sebagai alat penjaminan. Sebagai alat pembayaran, L/C memberikan rasa aman kepada pihak terjamin. L/C sebagai alat pembayaran dapat dilaksanakan jika semua dokumen yang diminta L/C telah dipenuhi penerima. Sebaliknya

(36)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

L/C sebagai alat penjaminan dapat dilaksanakan jika pelaksanaan kontrak dasar yang dijamin L/C tidak dapat dilakukan pihak terjamin.

1. L/C sebagai alat pembayaran

L/C dalam UCP

L/C sebagai alat pembayaran diatur oleh UCP tetapi pada umumnya pengaturannya tidak rinci. Oleh karena itu pengaturan UCP tersebut harus dipadukan dengan konsepsi yang berkembang dalam transaksi perbankan internasional baik berasal dari rumusan para pakar L/C, putusan pengadilan mengenai L/C maupun kebiasaan dan praktik L/C.

a. Revocable L/C

Revocable L/C, menurut UCP adalah L/C yang dapat diubah atau dibatalkan oleh

bank penerbit setiap saat tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada penerima. Akan tetapi, menurut UCP bank penerbit harus melakukan pembayaran kembali kepada Bank yang ditunjuk telah melakukan pembayaran L/C kepada penerima atas dasar dokumen-dokumen yang diajukan sesuai dengan persyaratan L/C, dan tidak menerima pemberitahuan perubahan dan pembatalan pembayaran L/C sebelum dilakukan pembayaran yang dimaksud. Penyelesaian pembayaran L/C tersebut dapat dilakukan dengan cara pembayaran unjuk, akseptasi, negosiasi, dan pembayaran kemudian.

Kasus Revocable L/C di Bali

Pengusaha garmen (penjual) di Bali menerima L/C yang dapat diubah atau dibatalkan dari pembeli di Jerman untuk pembelian pakaian dengan jumlah yang relatif

(37)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

besar yang desainnya ditentukan sendiri oleh pembeli17

Kasus diatas

. Desain pakaian yang dibuat oleh pembeli belum pernah dibuat oleh pengusaha garmen di Bali.

Pengusaha garmen kemudian melakukan pengadaan sejumlah pakaian sesuai dengan permintaan pembeli dalam L/C. Akan tetapi, sebelum pengapalan barang dilakukan oleh penjual, L/C yang bersangkutan dibatalkan oleh penerbit di Jerman secara sepihak atas permintaan pembeli; sementara, penjual di Bali telah melakukan pengadaan barang sampai batas mendekati selesai. Demi mencegah risiko kerugian yang besar pada penjual, penjual dan pembeli melakukan negosiasi harga kembali dan hasilnya dengan terpaksa penjual harus menyetujui untuk memberikan potongan harga kepada pembeli.

18

UCP hanya menyebutkan istilah irrevocable L/C tanpa memberikan uraian lebih jauh. Namun demikian, karena irrevocable L/C merupakan lawan dari revocable L/C, terjadi karena keterbatasan pengetahuan pengusaha terutama pengusaha kecil mengenai L/C. Penjual di Bali tidak mengetahui kalau revocable L/C dapat dibatalkan secara sepihak oleh pembeli melalui bank penerbit di Jerman. Penjual lebih banyak mengandalkan rasa percaya terhadap pembeli yang sebelumnya datang ke Bali sebagai turis dan telah berkenalan dengan pengusaha garmen yang dimaksud. Dampak negatif keterbatasan pengetahuan tersebut ialah bahwa penjual harus memberikan potongan harga kepada pembeli, dan sebenarnya hal inilah terutama yang dikehendaki oleh pembeli yang mengetahui dengan baik seluk-beluk L/C

b. Irrevocable L/C

17

Rajagukguk Erman, “Keputusan Pengadilan Mengenai Beberapa Masalah Arbitrase”. Makalah seminar pada Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta 28 Maret 2000 halaman 12

18

(38)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

maka pengertian irrevocable L/C secara implisit dapat dimengerti. irrevocable L/C adalah L/C yang perubahan atau pembatalannya harus dengan persetujuan penerima.

Jika bank penerbit memberikan kuasa kepada bank lain untuk memberikan konfirmasi terhadap L/C yang diterbitkannya, maka konfirmasi tersebut merupakan janji pasti dari bank lain (bank pengkonfirmasi) dimaksud sebagai tambahan terhadap janji pasti dari bank penerbit untuk membayar L/C sepanjang dokumen yang diajukan sesuai dengan persyaratan L/C.

Putusan Pengadilan Inggris

Dalam kasus Hamzeh Malaz & Sons Vs. British Imex Industries Ltd,pemohon (penggugat), perusahaan Jordan, menandatangani kontrak penjualan dengan penerima (tergugat), perusahaan Inggris, untuk membeli sejumlah reinforced steel rods. Barang ini dikirim kepada pemohon dalam 2 L/C yang dikonfirmasi, masing-masing untuk setiap kali pengiriman. Kedua L/C tersebut diterbitkan oleh Midland Bank, London dan dikonfirmasi oleh bank pengkonfirmasi. L/C yang pertama diterbitkan telah direalisasi berdasarkan pengiriman barang yang pertama pula.

Sengketa terjadi terhadap L/C yang kedua. Pemohon mengklaim bahwa pengiriman barang yang pertama tidak sesuai dengan kualitas barang dalam kontrak penjualan dan meminta pengadilan mengeluarkan putusan sela yang melarang penerima untuk menarik wesel guna menarik pembayaran L/C yang kedua. Pengadilan menolak untuk mengeluarkan putusan sela karena pengadilan tidak mau melakukan intervensi atas kelaziman praktik L/C.

(39)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

Dalam kasus ini hakim Inggris telah bertindak sesuai dengan makna Irrevocable L/C yang diatur UCP. Larangan penarikan wesel dalam rangka implementasi irrevocable L/C hanya dapat dilakukan jika penerima menyetujuinya.

c. Sight Payment L/C

Sight Payment L/C adalah L/C yang pembayarannya dilakukan secara tunai. UCP

tidak menguraikan lebih jauh mengenai jenis L/C ini. Jika bank penerbit menerbitkan sight payment L/C, maka bank penerus diinstruksikan untuk melakukan pembayaran atau mengatur pembayaran kepada penerima pada saat pengajuan dokumen-dokumen yang dipersyaratkan L/C. Pembayaran L/C semacam ini dinamakan pembayaran berdasarkan dokumen-dokumen. Jika wesel untuk ditarik dalam rangka sight payment L/C, maka fungsi wesel hanya sebagai tanda terima pembayaran

d. Acceptance L/C

Acceptance L/C adalah L/C19

Dalam acceptance L/C, akseptasi dilakukan atas wesel berjangka yang ditarik oleh penerima. Akseptasi atas wesel berjangka berarti jaminan pembayaran pada saat jatuh tempo. Wesel berjangka yang sudah diaksep bersifat dapat dipindahtangankan. yang pembayarannya secara berjangka. L/C yang dibayar pada saat pembayaran jatuh tempo, tidak pada saat pengajuan dokumen-dokumen. UCP tidak memuat uraian lebih lanjut mengenai cara pembayaran dengan akseptasi.

19

Amir MS: Teknik Perdagangan Luar Negeri, cetakan ke IV, Penerbit BAHTERA KARYA AKSARA. 1983 halaman 81-83

(40)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

Melalui akseptasi penerima dapat memperoleh janji tanpa syarat (Unconditional

commitment) dari bank untuk membayar pada saat wesel berjangka jatuh tempo.

Terhadap wesel berjangka yang sudah diaksep dapat dijual kepada bank dengan cara diskonto.

Di Indonesia, bank yang mendiskonto wesel berjangka berdasarkan transaksi ekspor dapat menerbitkan wesel bank untuk dijual secara diskonto juga kepada Bank Indonesia. Selain itu, bank yang mendiskonto tagihan ekspor yang akan datang berdasarkan kontrak penjualan atau pesanan pembelian atau L/C dalam rangka ekspor juga dapat menerbitkan wesel bank untuk dijual secara diskonto kepada Bank Indonesia. Penjualan ke Bank Indonesia secara diskonto ini tidak berlaku lagi sejak berlakunya UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.

e. Negotiation L/C

Negotiation L/C adalah L/C yang pembayarannya dengan cara membeli wesel atau dokumen yang diajukan penerima. Jika negosiasi dilakukan oleh bank penerbit atau bank pengkonfirmasi selalu tanpa disertai hak regres terhadap penerima, sedangkan negosiasi oleh bank lainnya selalu dengan hak regres. Negosiasi dapat dilakukan atas wesel unjuk dan wesel berjangka. Tujuan negosiasi adalah untuk memberikan kesempatan kepada bank untuk menegosiasi wesel dan dokumen dari penerima dan kemudian mengajukannya kepada bank penerbit untuk memperoleh pembayaran sesuai dengan persyaratan L/C. Penerima, dapat pembayaran segera dan bank penegosiasi dijanjikan untuk memperoleh pembayaran dari bank penerbit sepanjang diajukan dokumen sesuai dengan persyaratan L/C.

(41)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

f. Deferred payment L/C

Deferred payment L/C adalah L/C yang pembayarannya dilakukan di kemudian hari. UCP tidak memuat pengaturan lebih jauh mengenai pembayaran di kemudian hari. Dalam L/C jenis ini tidak termasuk wesel sebagai dokumen yang diajukan dalam rangka pembayaran L/C. Penerima merasa aman akan mendapat pembayaran pada waktu yang ditentukan karena ada jaminan dari bank penerbit. Namun, jika pemohon harus menerima barang, pemohon harus memperoleh dokumen dari bank penerbit.

g. Confirmed L/C

Confirmed L/C20 diatur dalam UCP. Jika L/C dikonfirmasi oleh bank pengkonfirmasi maka tanggung jawab pengkonfirmasi sama dengan tanggung jawab bank penerbit. Bank pengkonfirmasi yang mengkonfirmasi L/C, menjamin kewajiban bank penerbit dengan menyatakan komitmennya sendiri untuk membayar L/C. Bank pengkonfirmasi tidak dapat menarik diri dari kewajibannya kepada penerima. Bank pengkonfirmasi dan bank penerbit sama-sama memberikan kepastian pembayaran dalam L/C. Dalam confirmed L/C tercipta kepastian pembayaran ganda. Dengan perumusan lain, konfirmasi atas irrevocable L/C merupakan janji pasti dari bank pengkonfirmasi sebagai tambahan terhadap janji pasti dari bank penerbit21

Dalam confirmed L/C, bank pengkonfirmasi tidak memiliki hak regres terhadap penerima, walaupun cara pembayaran L/C atas dasar negosiasi. Bank pengkonfirmasi

.

20

Amir MS op.cit halaman 74 21

(42)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

baru memiliki hak regres jika bank pengkonfirmasi melakukan pembayaran kepada penerima dengan under reserve atau dengan penandatanganan letter of indemnity oleh penerima.

Pembayaran dengan under reserve dilakukan terhadap dokumen yang memuat discrepancy. Bank pengkonfirmasi yang melakukan pembayaran atas dokumen yang discrepancy berdasarkan kondisi under reserve berhak menagih kembali nilai yang dibayarkannya kepada penerima jika bank pengkonfirmasi tidak memperoleh pembayaran kembali dari bank penerbit atau reimbursing bank. Pembayaran dengan menandatangani letter of indemnity sama dengan pembayaran dengan kondisi under reserve. Bedanya, letter of indemnity ditujukan kepada nasabah inti. Pada letter of

indemnity nasabah menandatangani pernyataan bersedia membayar kembali kepada bank

pengkonfirmasi, sedangkan pada under reserve, janji membayar kembali pada dasarnya dilakukan secara lisan saja.

h. Transferable L/C

UCP mengatur lebih rinci L/C yang dapat dialihkan (Transferable L/C). UCP mengatur bahwa L/C dapat dialihkan oleh penerima kepada pemasok melalui perantaraan bank jika bank penerbit menyatakan demikian dalam L/C. Pengalihan ini hanya dapat dilakukan satu kali proses kecuali L/C menentukan sebaliknya. Pengalihan dapat dilakukan terhadap sebagian atau keseluruhan L/C dan dapat dialihkan kepada satu atau lebih pemasok22

22

UCP 600, artikel 48 .

(43)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

Nilai L/C yang dialihkan pada dasarnya lebih rendah dari nilai L/C yang semula diterima dari bank penerbit. Selisih nilai ini merupakan keuntungan penerima. Penerima akan menerima pembayaran L/C dari bank penerbit lebih besar dari pembayaran yang akan dibayarkan penerima kepada pemasok melalui bank pengalih.

i. Assignment L/C

UCP mengatur Assignment L/C yaitu L/C yang membolehkan pengalihan hasil pembayaran atas L/C kepada pihak lain atas permintaan penerima. Terlepas dari L/C merupakan transferable L/C atau bukan, hak atas pembayaran L/C dapat diserahkan kepada pihak lain sesuai dengan hukum yang berlaku.

L/C di luar UCP

Selain jenis L/C sebagai alat pembayaran yang diatur dalam UCP tersebut, terdapat juga beberapa jenis L/C yang berkembang dalam praktik tdan tidak diatur dalam UCP. Adapun jenis L/C yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Back to back L/C

Transaksi L/C anak (back to back L/C) melibatkan satu L/C sebagai pelindung atau pengamanan untuk L/C yang lain yang dinamakan L/C anak. Kedua L/C tersebut berdasarkan hukum L/C masing-masing berdiri sendiri, tetapi persyaratannya sama kecuali untuk nilai L/C dan tanggal jatuh tempo L/C. L/C sebagai jaminan yang disebut juga L/C induk (master) nilainya relatif lebih besar disbanding nilai L/C anak. Dan, tanggal jatuh tempo L/C induk lebih lama dibanding tanggal jatuh tempo L/C anak.

(44)

Oloan Johanes Sirait : Kajian Hukum Mengenai Letter Of Credit Sebagai Salah Satu Cara Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional, 2009.

USU Repository © 2009

Selisih nilai antara L/C anak dan L/C induk merupakan keuntungan penerima L/C induk. Sementara, tanggal jatuh tempo L/C induk lebih lama dibanding tanggal jatuh tempo L/C anak dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada penerima L/C induk untuk mengganti faktur dan wesel yang diterima dari penerima L/C anak untuk disesuaikan dengan nilai L/C induk. L/C anak lahir karena penerima dari L/C induk tidak memiliki barang yang diminta L/C induk oleh karena itu harus menerbitkan kepada pemasok L/C anak dengan perlindungan dari L/C induk tersebut. Sebagai pemohon terhadap L/C anak, penerima berkewajiban mereimburs bank penerbit dari L/C anak yang telah melakukan reimburse L/C anak kepada bank pembayar. Reimburse ini wajib dilakukan oleh penerima terlepas apakah penerima sudah dibayar atau belum berdasarkan L/C induk.

b. Red Clause L/C

Red Clause L/C adalah L/C yang dibayar di muka. Di dalam jenis L/C ini dimuat

suatu klausul yang secara tradisional dicetak dengan “warna merah” yang isinya memungkinkan penerima menarik pembayaran L/C di muka sebelum dilakukan pengiriman barang. Penarikan di muka tersebut dapat terhadap seluruh nilai atau terhadap sebagian nilai L/C.

Fasilitas pembayaran di muka diberikan kepada penerima tanpa disertai dengan pengajuan dokumen kepada bank pembayar pada saat menerima pembayaran di muka. Dokumen yang dipersyaratkan diproses dan disampaikan kepada bank pembayar sama halnya dengan dalam L/C pada umumnya. Dokumen-dokumen diajukan kepada bank pembayar setelah dilakukan pengiriman barang oleh penerima. Informasi yang diperlukan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian Irsyad (2005) yang menguji hubungan antara bagi hasil terhadap simpanan mudharabah dan dapat disimpulkan bahwa hubungan antara bagi hasil di

: PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA TENTANG PERUBAHAN ATAS PBRATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR T6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN SERI,. KODE, DAN

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan baik melalui studi literatur, observasi langsung serta wawancara, salah satu permasalahan yang terdapat pada Museum Seni

Penyair bebas berkreasi di ruang alam bawah sadar atau mimpi mereka, sehingga mereka terkadang menulis puisi dalam bentuk larik bebas (tidak terikat

Selain variabel kualitas kehidupan kerja, hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel persepsi peluang kerja juga memiliki peran terhadap intensi pindah kerja pada

Penyusunan Rencana Kerja (RENJA) Tahun 2021 ini merupakan kewajiban bagi setiap Perangkat Daerah (PD) yang berfungsi sebagai pedoman/acuan kerja dan dokumen RENJA ini

KPR BRISyariah iB adalah Pembiayaan Kepemilikan Rumah kepada Perorangan untuk memenuhi sebagian atau keseluruhan kebutuhan akan hunian dengan menggunakan prinsip

Tidak adanya alasan tertentu dalam memberikan nama toko pun didasari oleh beberapa pendapat seperti pemilik toko tidak mengetahui secara detail dari pertimbangan pendiri