• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dermaga untuk pelayanan kapal perintis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dermaga untuk pelayanan kapal perintis"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Standar Nasional Indonesia

SNI XXXX:XXXX

Dermaga untuk pelayanan kapal perintis

(2)
(3)

i Daftar Isi

Daftar Isi ...i

Prakata ... iii

1 Ruang lingkup ... 1

2 Acuan normatif ... 1

3 Istilah dan definisi ... 1

4 Ketentuan umum ... 4

4.1 Sistem satuan ... 4

4.2 Jenis kapal ... 4

5 Ukuran pokok kapal ... 4

6 Jenis dermaga ... 5

7 Ukuran dermaga ... 7

7.1 Sketsa definisi ukuran dermaga ... 7

7.2 Ukuran tipikal dermaga ... 8

7.3 Kedalaman kolam dermaga ... 8

7.4 Panjang dermaga ... 9

7.5 Elevasi dermaga ... 10

7.6 Lebar apron ... 10

8 Fasilitas sandar dan tambat ... 10

8.1 Fender (bantalan sandar) ... 10

8.2 Alat penambat ... 13

9 Kekuatan struktur dermaga ... 13

9.1 Berat sendiri dermaga dan kelengkapannya ... 14

9.2 Beban operasi ... 14

9.3 Beban lingkungan ... 14

9.4 Perhitungan kekuatan struktur ... 14

10 Gambar tipikal dermaga ... 15

11 Kelengkapan dermaga ... 15

11.1 Pencahayaan ... 15

11.2 Pasokan daya listrik ... 15

11.3 Pasokan air bersih ... 15

11.4 Sistem drainase ... 15

11.5 Sistem pembuangan limbah cair domestik (sewage) ... 15

11.6 Tangga akses ... 16 11.7 Pagar pengaman ... 16 11.8 Kerb ... 16 11.9 Peralatan penyelamatan ... 16 Lampiran A ... 17 Bibliografi ... 18

(4)
(5)

iii Prakata

Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Standar Dermaga Untuk Pelayanan Kapal Perintis dimaksudkan sebagai standar bagi angkutan di daerah yang masih tertinggal atau wilayah terpencil. Standar ini merupakan elaborasi dari beberapa standar dan referensi dari standar di Indonesia dan Jepang dan pengembangan dari standar-standar lain yang ada di Indonesia dan di luar negeri untuk masalah struktur pantai. Standar Dermaga Untuk Pelayanan Kapal Perintis yang diberikan dalam rancangan ini memasukkan ketentuan yang bersifat umum dermaga untuk pelayanan kapal perintis, kriteria desain minimum yang harus dipenuhi dermaga untuk pelayanan kapal perintis, dan spesifikasi dermaga untuk kapal 350-1.000 DWT.

(6)
(7)

1 dari 18

Dermaga untuk pelayanan kapal perintis

1 Ruang lingkup

Standar ini menetapkan ukuran dan fasilitas dermaga untuk pelayanan kapal perintis. Standar ini tidak mengatur secara terperinci terkait perencanaan struktur dermaga, namun memberikan gambaran umum terkait pembebanan yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan struktur dermaga.

2 Acuan normatif

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008, Pelayaran. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009, Kepelabuhanan.

Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 20 Tahun 2010, Angkutan di Perairan.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 53 Tahun 2002, Tatanan Kepelabuhanan Nasional.

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 85 Tahun 2009, Standar Kapal Non Konvensi (non convention vessel standard) berbendera Indonesia.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 414 Tahun 2013, Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional.

BS 6349-1, Maritime structures – Part 1: Code of practice for general criteria. BS 6349-2, Maritime structures – Part 2: Design of quay walls, jetties and dolphins. BS 6349-4, Maritime structures – Part 4: Code of practice for design of fendering and mooring systems.

OCDI, 2002. Technical Standards and Commentaries for Port and Harbour Facilities in Japan. Tokyo: OCDI.

3 Istilah dan definisi

3.1

deadweight tonnage(DWT)

berat maksimum barang yang dapat dimuat ke atas kapal dalam satuan ton.

3.2

gross tonnage(GT)

ukuran kapasitas isi kapal berdasarkan konvensi Internasional dari IMO Tahun 1969 tentang International Convention on Tonnage Measurement of Ships; untuk kapal-kapal non-konvensi berdasarkan peraturan negara bendera kapal dan tercantum dalam Surat Ukur Kapal yang dinyatakan sebagai tonase kotor.

3.3 pasang surut

fluktuasi muka air laut sebagai fungsi waktu karena adanya gaya tarik benda-benda di langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut di bumi.

Commented [DA1]:

Sumber: BS 6349-1: 2000, Maritime structures - Part 1: Code of practice for general criteria.

Sumber: Technical Standards and Commentaries For Port and Harbour Facilities In Japan, Edisi 2002, The Overseas Coastal Area Development Institute of Japan (OCDI).

Commented [DA2]: Sumber: http://www.dephub.go.id/knkt/ntsc_maritime/maritime_glossary.htm

Commented [DA3]:

(8)

2 dari 18 3.4

spring tides

kondisi pasang surut yang terjadi dua kali dalam satu bulan dimana rentang rata-rata dua pasang mencapai nilai tertinggi.

3.5

mean high water springs (MHWS)

nilai rata-rata elevasi muka air laut dalam kondisi pasang tertinggi yang dihitung dalam jangka panjang.

3.6

mean low water springs (MLWS)

nilai rata-rata elevasi muka air laut dalam kondisi surut terendah yang dihitung dalam jangka panjang.

3.7

mean sea level (MSL)

nilai rata-rata elevasi muka air laut yang dihitung dalam jangka panjang, misalnya dalam jangka waktu 18,6 tahun, atau nilai rata-rata elevasi muka air laut dalam kondisi tidak terjadi pasang surut.

3.8 pelabuhan

tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau muat-bongkar barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.

3.9 . pelabuhan laut

pelabuhan yang dapat digunakan untuk melayani kegiatan angkutan laut dan/atau angkutan penyeberangan yang terletak di laut atau di sungai.

3.10

pelabuhan sungai dan danau

pelabuhan yang digunakan untuk melayani angkutan sungai dan danau yang terletak di sungai dan danau.

3.11 pelayaran

satu kesatuan sistem yang terdiri atas angkutan di perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan, serta perlindungan lingkungan maritim.

3.12 jaringan trayek

Kumpulan dari trayek yang menjadi satu kesatuan pelayanan angkutan penumpang dan/ atau barang dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya.

Commented [DA4]: two occasions in a lunar month when the average range of two successive tides is greatest Sumber: BS 6349-1: 2000, Maritime structures - Part 1: Code of practice for general criteria.

Commented [DA5]: average, over a long period of time, of the heights of two successive high waters at springs Sumber: BS 6349-1: 2000, Maritime structures - Part 1: Code of practice for general criteria.

Commented [DA6]: average, over a long period of time, of the heights of two successive low waters at springs Sumber: BS 6349-1: 2000, Maritime structures - Part 1: Code of practice for general criteria.

Commented [DA7]: average level of the sea surface over a long period, preferably 18.6 years (one cycle of the moon’s nodes), or the average level that would exist in the absence of tides

Sumber: BS 6349-1: 2000, Maritime structures - Part 1: Code of practice for general criteria.

Commented [DA8]: Sumber: Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009, Kepelabuhanan., Pasal 1 butir 1

Commented [DA9]: Sumber: Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009, Kepelabuhanan., Pasal 1 butir 7.

Commented [DA10]: Sumber: Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009, Kepelabuhanan., Pasal 1 butir 8.

Commented [DA11]: Sumber: Undang-Undang 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 1 Butir 1.

(9)

3 dari 18 3.13

trayek tetap dan teratur (liner)

pelayanan angkutan yang dilakukan secara tetap dan teratur dengan berjadwal dan menyebutkan pelabuhan singgah.

3.14

trayek tidak tetap dan tidak teratur (tramper)

pelayanan angkutan yang dilakukan secara tidak tetap dan tidak teratur.

3.15

Pelayaran-Perintis

Pelayanan angkutan di perairan pada trayek-trayek yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk melayani daerah atau wilayah yang belum atau tidak terlayani oleh angkutan perairan karena belum memberikan manfaat komersial.

3.16 kapal

Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah.

3.17

Standar kapal non konvensi

Kapal non konvensi berbendera Indonesia meliputi kapal penumpang yang hanya berlayar di pelayaran Indonesia, seluruh kapal niaga yang tidak berlayar keluar negeri, kapal barang berukuran GT dibawah 500 yang berlayar ke luar negeri, kapal yang bergerak tidak dengan tenaga mekanis (tongkang, pontoon, kapal layar), kapal-kapal kayu atau kapal layar motor (KLM) dengan mesin penggerak, kapal-kapal penangkap ikan, kapal-kapal pesiar, kapal-kapal dengan rancang bangun baru dan tidak biasa (novel), kapal-kapal Negara yang difungsikan untuk niaga, dan semua kapal yang ada, yang mengalami perubahan fungsi.

3.18 kapal coaster

kapal laut kecil penyusur pantai biasanya bermotor digunakan untuk jarak pendek dalam lalu-lintas sepanjang pantai.

3.19 dermaga

bangunan tempat menambatkan kapal yang melakukan muat-bongkar barang dan menaik-turunkan penumpang.

3.20 wharf

dermaga yang paralel dengan pantai dan biasanya berimpit dengan garis pantai

3.21 pier

dermaga yang berada pada garis pantai dan posisinya tegak lurus dengan garis pantai (berbentuk jari)

Commented [DA13]: Sumber: Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutang Perairan, Pasal 1 butir 10.

Commented [DA14]: Sumber: Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutang Perairan, Pasal 1 butir 10.

Commented [DA15]: Sumber: Undang-Undang 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 1 Butir 5.

Commented [DA16]: Sumber: Undang-Undang 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 1 Butir 36.

Commented [DA17]: Sumber: Peraturan Menteri Perhubungan KM 85 Tahun 2009 tentang Standar Kapal Non Konvensi (non convention vessel standard) berbendera Indonesia

Commented [DA18]: Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Coastal_trading_vessel di unduh 16 september 2013

Commented [DA19]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.

(10)

4 dari 18 3.22

jetty

dermaga yang menjorok ke laut sedemikian sehingga sisi depannya berada pada kedalaman yang cukup untuk merapat kapal

3.23 apron

daerah yang terletak antara sisi dermaga dan sisi depan gudang (pada terminal barang umum) atau container yard (pada terminal peti kemas), di mana terdapat pengalihan kegiatan angkutan laut (kapal) ke kegiatan angkutan darat

3.24 deck on pile

konstruksi dermaga berupa struktur lantai dermaga yang ditumpu oleh pondasi tiang.

4 Ketentuan umum

4.1 Sistem satuan

Sistem satuan yang digunakan dalam standar ini adalah Sistem Internasional (SI). Konversi satuan antar berbagai sistem disajikan dalam Lampiran A.

4.2 Jenis kapal

Jenis kapal yang dilayani oleh dermaga pelayanan kapal perintis adalah:

1. kapal coaster berbendera Indonesia yang laik laut berukuran 200-1.000 DWT dilaksanakan dengan trayek tetap dan teratur;

2. kapal ferry dengan ukuran relatif kecil agar dapat menjangkau daerah-daerah yang terpencil dengan kedalaman perairan yang relative dangkal dilaksanakan dengan trayek tetap dan teratur; atau

3. kapal barang milik swasta dengan diberi dispensasi mengangkut penumpang dengan akomodasi penumpang secukupnya dilaksanakan dengan trayek tetap dan teratur.

5 Ukuran pokok kapal

Ukuran pokok kapal rencana dibutuhkan dalam perencanaan/penentuan ukuran fasilitas pelabuhan, seperti dermaga, kolam pelabuhan dan alur pelabuhan. Dalam perencanaan ukuran dermaga, kapal rencana yang digunakan adalah kapal terbesar yang akan dilayani. Definisi ukuran pokok kapal ditunjukkan pada Gambar 1.

Commented [DA21]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.

(11)

5 dari 18 Gambar 1 - Ukuran pokok kapal

Dimensi kapal diperlukan dalam perencanaan dimensi dermaga yakni panjang dermaga dan kedalaman perairan di depan dermaga. Dimensi kapal perintis ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Dimensi tipikal kapal perintis

Satuan dalam meter No Bobot kapal Panjang Lebar Draf maksimum

1 350 DWT (445 GT) 47,0 8,6 2,65

2 500 DWT (745 GT) 51,8 10,4 2,85

3 750 DWT (980 GT) 58,5 12,0 2,75

4 1000 DWT (1200 GT) 62,8 12,0 2,70

6 Jenis dermaga

Jenis dermaga dibedakan menurut orientasinya terhadap garis pantai dan menurut jenis strukturnya. Menurut orientasinya, dermaga dibedakan menjadi tipe wharf, pier dan jetty. Menurut jenis strukturnya, dermaga dibendakan menjadi dermaga dengan struktur terbuka dan tertutup. Beberapa jenis dermaga ditunjukkan pada Gambar 2.

Wharf dapat berfungsi sebagai penahan tanah yang ada dibelakangnya. Berbeda dengan wharf yang digunakan untuk merapat pada satu sisinya, pier bisa digunakan pada satu sisi atau dua sisinya; sehingga dapat digunakan untuk merapat lebih banyak kapal. Jetty digunakan untuk merapat kapal tanker atau kapal pengangkut gas alam, yang mempunyai ukuran sangat besar. Sisi muka jetty ini biasanya sejajar dengan pantai dan dihubungkan dengan daratan oleh jembatan yang membentuk sudut tegak lurus dengan jetty (Triatmodjo, 2009). Sketsa dermaga tipe wharf, pier dan jetty ditunjukkan pada Gambar 3.

freeboard draft

depth beam/breadth

Under keel clearance (UKC) LOA LWL LBP freeboard

draft

Under keel clearance (UKC)

(12)

6 dari 18 Struktur Dermaga

Pier

Wharf Jetty

Struktur Tertutup Struktur Terbuka

Tiang Pancang

Blok Beton Kaison Sel Turap Baja Dinding Penahan

Tanah Dinding Gravitasi Dinding Turap

Gambar 2 – Jenis dermaga

Gambar 3 – Jenis dermaga jetty, quay/wharf dan pier

Pemilihan tipe dermaga tergantung pada jenis kapal yang dilayani (kapal penumpang atau barang yang bisa berupa barang satuan, peti kemas, barang curah padat maupun cair, kapal ikan, kapal militer, dsb), ukuran kapal, kondisi topografi dan tanah dasar laut, kondisi hidrooseanografi (gelombang dan pasang surut). Tipe dermaga dipilih yang paling sesuai sehingga biaya pembangunannya seekonomis mungkin (Triatmodjo, 2009). Gambar 4 menunjukkan pertimbangan dalam menentukan tipe dermaga.

Jetty

Quay/Wharf Wilayah daratan

(13)

7 dari 18 Pengerukan Dasar pelabuhan Turap Wharf Jetty Tiang pancang Dasar laut

Muka air laut

Kapal

Kapal

Kapal Kedalaman yang dibutuhkan

Gambar 4 – Pertimbangan dalam menentukan tipe dermaga 7 Ukuran dermaga

7.1 Sketsa definisi ukuran dermaga

Sketsa definisi ukuran dermaga yang dihitung berdasarkan ukuran kapal rencana ditunjukkan pada Gambar 4.

(14)

8 dari 18

Gambar 5 – Sketsa definisi ukuran dermaga 7.2 Ukuran tipikal dermaga

Apabila kapal rencana tidak diketahui, maka ukuran tipikal dermaga dapat mengacu pada Tabel 2. Panjang dermaga dibulatkan ke atas dengan ketelitian 5 meter. Kedalaman kolam dermaga dibulatkan ke atas dengan ketelitian 0,5 meter, dan dihitung terhadap elevasi LLWL.

Perhitungan yang lebih teliti dengan mengacu pada ukuran kapal rencana disajikan pada sub bab berikutnya.

Tabel 2 Ukuran tipikal dermaga kapal perintis

DWT GT Panjang dermaga Kedalaman kolam dermaga Lebar apron (t) (t) (m) (m) (m) 350 445 60 5 15 500 745 65 5 15 750 980 75 5 15 1000 1200 80 5 15

7.3 Kedalaman kolam dermaga

Kedalaman standar kolam dermaga ditentukan dengan menambahkan ruang bebas di bawah lunas (under keel clearance) dengan draft maksimum kapal rencana. Untuk ruang bebas di bawah lunas, nilai 10% dari draft maksimum digunakan sebagai standar. Secara matematis, dinyatakan dalam persamaan berikut:

LOAmax

0,1 LOAmax 0,1 LOAmax

Panjang dermaga Apron freeboard draft beam/breadth UKC Apron

Dasar kolam dermaga Muka dermaga

(15)

9 dari 18 d = draftmax + UKC

= draftmax + 10% x draftmax = 1,1 × draftmax Keterangan

d adalah kedalaman kolam dermaga, dihitung terhadap elevasi muka air terendah (Lowest Low Water Level, LLWL)

draftmax adalah draf kapal terbesar dalam kondisi sarat (fully loaded)

UKC adalah under keel clearance, ruang bebas di bawah lunas, besarnya 10% draftmax Untuk dermaga yang digunakan oleh kapal dalam kondisi cuaca buruk (badai), margin untuk gerakan kapal oleh angin dan gelombang harus ditambahkan ke ruang bebas lunas.

7.4 Panjang dermaga

Panjang standar dermaga ditentukan dengan menambahkan panjang yang dibutuhkan oleh tali tambatan haluan dan buritan dengan panjang keseluruhan kapal rencana. Jika kapal ditambatkan sejajar dengan dermaga, konfigurasi tali tambat ditunjukkan pada Gambar 6. Tali tambat haluan dan buritan biasanya diatur pada sudut 30º sampai 45º terhadap muka dermaga, karena tali ini digunakan untuk mencegah pergerakan kapal pada arah longitudinal (pada arah haluan dan arah buritan) dan pada arah lateral (pada arah daratan dan lautan).

A D C C D B

Keterangan:

A adalah tali haluan (bow line) B adalah tali buritan (stern line) C adalah tali pengikat (spring lines) D adalah tali penahan (breast lines)

Gambar 6 – Konfigurasi tali tambat

Panjang dermaga untuk satu tambatan sama dengan panjang kapal terbesar yang menggunakan dermaga ditambah ruang bebas (clearance) sebesar 10% dari panjang kapal terbesar yang bersandar di dermaga. Secara matematis, panjang dermaga untuk satu tambatan dinyatakan dalam persamaan berikut:

Lp = 1,2 × Loa

Keterangan

Lp adalah panjang dermaga

Loa adalah panjang kapal terbesar yang dilayani.

Apabila dermaga digunakan oleh lebih dari satu tambatan kapal, di antara dua kapal yang berjajar diberi jarak sebesar 10% kali panjang kapal terbesar yang menggunakan

Commented [DA24]:

Sumber: OCDI, 2002. Technical Standards and Commentaries For Port and Harbour Facilities In Japan. Edisi 1999. Tokyo: OCDI.

Commented [DA25]:

Sumber: OCDI, 2002. Technical Standards and Commentaries For Port and Harbour Facilities In Japan. Edisi 1999. Tokyo: OCDI.

(16)

10 dari 18

pelabuhan. Secara matematis, panjang dermaga untuk beberapa tambatan dinyatakan dalam persamaan berikut:

Lp = n × Loa + (n + 1) × 10% × Loa

Keterangan

Lp adalah panjang dermaga

n adalah jumlah tambatan

Loa adalah panjang kapal terbesar yang dilayani

7.5 Elevasi dermaga

Elevasi lantai dermaga ditentukan dengan mempertimbangkan ukuran kapal rencana dan kondisi alam. Elevasi muka air yang digunakan sebagai datum dalam penentuan elevasi dermaga adalah MHWL. Elevasi minimum dermaga terhadap MHWL ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Elevasi minimum dermaga terhadap MHWL Satuan dalam meter Tunggang pasang

≥ 3,0 m Tunggang pasang < 3,0 m Dermaga untuk kapal besar

(kedalaman kolam ≥ 4,5 m) +0,5~1,5 +1,0~2,0 Dermaga untuk kapal kecil

(kedalaman kolam < 4,5 m) +0,3~1,0 +0,5~1,5 7.6 Lebar apron

Apron dengan luas yang memadai harus disediakan antara garis muka dermaga dan gudang atau lapangan penumpukan untuk memastikan keselamatan dan kelancaran kegiatan bongkar muat barang, naik turun penumpang dan lalu lintas kendaraan.

Lebar apron harus dirancang sedemikian rupa sesuai dengan ukuran dan penggunaan dermaga, dan struktur gudang di belakang dermaga dan penggunaannya.

Lebar standar apron ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4 Lebar apron minimum Satuan dalam meter Kedalaman kolam dermaga,

Dp

Lebar apron minimum, Wa

Dp < 4,5 10

4,5 ≤ Dp < 7,5 15

Dp ≥ 7,5 20

8 Fasilitas sandar dan tambat

8.1 Fender (bantalan sandar)

Fender pada prinsipnya adalah medium yang memisahkan antara kapal dengan dermaga. Medium ini berfungsi untuk menyerap sebagian energi kinetik dari kapal sehingga mengurangi risiko rusaknya badan kapal dan badan dermaga (PIANC, 2002).

Commented [DA27]:

Sumber: OCDI, 2002. Technical Standards and Commentaries For Port and Harbour Facilities In Japan. Edisi 1999. Tokyo: OCDI.

Commented [DA28]:

(17)

11 dari 18

Perencanaan fender, baik dari tipe dan sistem pemasangannya, harus dilakukan secara berkesinambungan dengan perencanaan struktur dermaga. Fender harus dirancang sedemikian sehingga:

1. Penyandaran kapal ke dermaga dilakukan tanpa menimbulkan kerusakan baik terhadap dermaga maupun kapal itu sendiri;

2. Kapal dan dermaga (termasuk fender) tidak mengalami kerusakan pada saat kapal bertambat;

3. Periode operasi dan tingkat keselamatan terjaga secara berkelanjutan. Tipe fender yang digunakan dan penempatannya pada sisi depan dermaga harus dapat melindungi dan menyerap energi benturan dari semua jenis dan ukuran kapal untuk berbagai elevasi muka air laut. Gambar 7 menunjukkan posisi penempatan fender terhadap beberapa ukuran kapal.

Pada gambar Gambar 7(a) fender dapat melindungi dermaga benturan kapal besar, tetapi untuk ukuran kapal yang lebih kecil fender tersebut tidak berfungsi dengan baik. Untuk dapat melindungi dermaga terhadap benturan kapal dari berbagai ukuran maka digunakan fender yang lebih panjang dengan penempatan seperti terlihat dalam gambar Gambar 7(b) dan (c). K apa l te rb es ar K apa l ter ke ci l Fender K apa l te rb es ar K apa l ter ke ci l Fender K apa l te rb es ar K apa l ter ke ci l Fender

Gambar 7 – Posisi kapal terhadap fender

Dalam arah horisontal jarak antara fender harus ditentukan sedemikian rupa sehingga dapat menghindari kontak langsung antara kapal dan dinding dermaga. Gambar 8 adalah posisi kapal yang membentur fender pada waktu bergerak merapat ke dermaga.

Commented [DA29]:

Sumber: MARCOM WG 33, 2002. Guidelines for the design of fender systems. Brussel: PIANC.

(18)

12 dari 18 Kapal

Fender

Gambar 8 – Posisi kapal pada waktu membentur fender Persamaan berikut dapat digunakan untuk menentukan jarak maksimum antara fender:

2 2 ) ( 2 r r h L   Keterangan:

L adalah jarak maksimum antar fender (m) r adalah jari-jari kelengkungan sisi haluan kapal (m) h adalah tinggi fender

r

h

L

Gambar 9 – Variabel dalam penentuan jarak maksimum antar fender OCDI (1991) memberikan jarak interval antara fender sebagai fungsi kedalaman air seperti diberikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 5 Jarak antara fender Satuan dalam meter Kedalaman air Jarak antara fender

4 - 6 4 – 7

6 – 8 7 – 10

8 - 10 10 - 15

Perencanaan fender merupakan bagian tak terpisahkan dari perencanaan struktur dermaga secara keseluruhan. Perencanaan fender tidak dibahas dalam standar ini;

Commented [DA31]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.

Commented [DA32]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.

Commented [DA33]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset. Commented [DA34]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.

(19)

13 dari 18

Beberapa literatur yang dapat digunakan sebagai acuan dalam perencanaan fender adalah sebagai berikut:

1. British Standard BS 6349-4, Maritime structures – Part 4: Code of practice for design of fendering and mooring systems.

2. MARCOM WG 33, 2002. Guidelines for the Design fo Fender Systems. Brussel: PIANC.

8.2 Alat penambat

Tiang penambat yang digunakan dalam cuaca buruk (badai) harus dipasang pada kedua ujung dermaga sejauh mungkin di belakang garis depan dermaga. Bollard harus dipasang di dekat garis depan dermaga, agar dapat digunakan untuk menambatkan kapal pada kondisi cuaca biasa dan untuk menyandarkan kapal. Untuk menentukan jarak dan jumlah minimum bollard per tambatan, tabel di bawah ini dapat digunakan sebagai acuan:

Tabel 6 Jumlah minimum dan interval bollard per tambatan Ukuran Kapal (GT) Interval maksimum (m) Jumlah minimum

GT < 2000 10-15 4

2000 ≤ GT < 5000 20 6

5000 ≤ GT < 20.000 25 6

20.000 ≤ GT < 50.000 35 8

50.000 ≤ GT < 100.000 45 8

Kapasitas bollard harus dihitung berdasarkan ukuran kapal yang akan ditambatkan. Kapasitas minimum bollard ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 7 Kapasitas minimum bollard Satuan dalam ton Displasemen kapal Kapasitas bollard 20.000 – 50.000 80

50.000 – 100.000 100 100.000 – 200.000 150 > 200.000 200

Perencanaan alat penambat merupakan bagian tak terpisahkan dari perencanaan struktur dermaga secara keseluruhan. Perencanaan alat penambat tidak dibahas dalam standar ini; Beberapa literatur yang dapat digunakan sebagai acuan dalam perencanaan alat penambat adalah sebagai berikut:

1. British Standard BS 6349-4, Maritime structures – Part 4: Code of practice for design of fendering and mooring systems.

2. OCDI, 2002. Technical Standards and Commentaries for Port and Harbour Facilities in Japan. Tokyo: OCDI.

9 Kekuatan struktur dermaga

Beban yang bekerja pada struktur dermaga merupakan kombinasi dari beban struktur itu sendiri, peralatan mekanikal dan beban operasional yang berada di atas struktur, dan beban lingkungan. Beban-beban bekerja yang disebutkan di atas bekerja pada arah lateral dan vertikal pada struktur.

Commented [DA35]: Sumber: OCDI, 2002. Technical Standards and Commentaries for Port and Harbour Facilities in Japan. Tokyo: OCDI.

(20)

14 dari 18 9.1 Berat sendiri dermaga dan kelengkapannya

Dalam perhitungan kekuatan struktur dermaga, semua komponen bangunan dan kelengkapan dermaga harus diidentifikasi ukuran dan materialnya sehingga dapat dihitung berat sendirinya.

Komponen bangunan dermaga dan kelengkapan dermaga mencakup:

1. Pelat; 2. Balok; 3. Kepala tiang; 4. Tiang pancang; 5. Bollard (titik tambat); 6. Fender (bantalan sandar);

7. Kerb (curb, pembatas pergerakan kendaraan di dermaga);

8. Bangunan lain yang dipasang atau diletakkan pada dermaga, misalnya pipa air, pipa bahan bakar, fasilitas penerangan, tangga akses, dan lain-lain).

9.2 Beban operasi

Beban operasional merupakan beban hidup yang besarnya tergantung pada pemakaian dermaga, yang meliputi:

1. Beban yang bekerja pada lantai dermaga: a. aktivitas pejalan kaki,

b. kendaraan,

c. alat berat untuk muat-bongkar. 2. Beban dari operasi kapal

a. Sandar, b. Tambat. 9.3 Beban lingkungan

Gaya lingkungan yang harus diperhitungkan mencakup: 1. angin;

2. arus; 3. gempa; 4. gelombang;

9.4 Perhitungan kekuatan struktur

1. Perencanaan struktur dermaga harus mematuhi standar sebagai berikut atau standar terbaru yang menggantikannya.

a. SNI 03-2847-2002 (Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung) untuk dermaga beton.

b. SNI 03-1729-2002 (Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung) untuk dermaga baja.

c. SNI 03-1726-2002 (Standar perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung) untuk perhitungan gempa.

(21)

15 dari 18

2. Untuk dermaga baja dan beton, perhitungan kekuatan makro struktur harus dilaksanakan menggunakan perangkat lunak yang diakui luas dalam praktek jasa konstruksi.

10 Gambar tipikal dermaga

Gambar tipikal dermaga mengacu pada Standar Dermaga 2010 yang diterbitkan oleh Kementerian Perhubungan. Gambar rencana aktual dapat berbeda dari gambar tipikal karena kekhusan kondisi setempat atau ditetapkan lain oleh otoritas yang berwenang.

11 Kelengkapan dermaga

11.1 Pencahayaan

Struktur dermaga, jalan akses dan daerah terminal harus dilengkapi dengan pencahayaan yang sesuai dan memadai:

1. Pencahayaan selama operasi terminal dan bongkar/muat kapal 100 lux 2. Pencahayaan untuk keamanan area pelabuhan 30 lux

11.2 Pasokan daya listrik

Kabel yang digunakan untuk sistem pasokan bertegangan rendah dan tinggi untuk instalasi pelabuhan, keran dan pencahayaan harus diletakkan di bawah tanah. Titik pengambilan daya harus disediakan di sepanjang muka dermaga pada interval 50-200 m, tergantung tipe aktivitas dermaga.

11.3 Pasokan air bersih

Untuk menjamin keberlangsungan pasokan, dibutuhkan setidaknya dua jalur penyaluran air, yang masing-masing berdiri sendiri. Hidran harus dipasang pada interval 100-200 m.

11.4 Sistem drainase

Sistem drainase dermaga terdiri atas sistem drainase terbuka dan sistem drainase tertutup.

Sistem drainase terbuka dirancang untuk menyalurkan air laut dan air hujan, dengan kemiringan memanjang saluran pembuangan sebesar 1:40. Apabila permukaan dermaga tidak berisiko mengalami penurunan, kemiringan memanjang dapat diperkecil menjadi 1:100.

Sistem drainase tertutup dirancang untuk menyalurkan air yang tercemar, misalnya akibat ceceran minyak. Pada sistem ini, air yang tercemar dibuang ke sistem drainase terpisah untuk pengolahan lebih lanjut.

11.5 Sistem pembuangan limbah cair domestik (sewage)

Limbah cair domestik harus dibuang melalui sistem pipa khusus, yang disalurkan ke sistem pengolahan perkotaan atau fasilitas pengolahan khusus.

Commented [DA37]: Thoresen, 2003.

Commented [DA38]: Thoresen, 2003.

Commented [DA39]: Thoresen, 2003.

(22)

16 dari 18 11.6 Tangga akses

Tangga akses harus ditempatkan pada interval 50 m sepanjang muka dermaga. Agar dapat diakses dari laut, tangga harus diperpanjang 1 m di bawah LAT. Tangga harus dirancang dengan pembebanan horizontal dan vertikal sebesar 1,0 kN/m.

11.7 Pagar pengaman

Pagar pengaman harus disediakan pada kedua sisi walkway dan pada tepi dermaga, apabila tidak mengganggu penanganan muatan atau penambatan kapal. Tinggi pagar pengaman setidaknya 1 m di atas lantai dermaga.

11.8 Kerb

Kerb dengan tinggi minimum 200 mm harus disediakan di sekeliling dermaga, untuk mencegah kendaraan terjatuh ke laut.

11.9 Peralatan penyelamatan

Peralatan penyelamatan harus dipasang di semua dermaga. Pelampung penyelamat harus dipasang pada interval 50 m di sepanjang muka dermaga.

Commented [DA41]: Thoresen, 2003.

Commented [DA42]: Thoresen, 2003.

(23)

17 dari 18 Lampiran A

(informatif) Faktor Konversi Unit

Besaran Satuan non-SI Satuan SI

Panjang 1 μ 1 μm Massa 1 kgfs2/m 9,0665 kg Percepatan 1 Gal 0.01 m/s2 Gaya 1 kgf 9.80665 N 1 dyn 10 μN Momen gaya 1 kgfm 9,80665 Nm Tekanan 1 kgf/cm2 9,80655 x 104 Pa 9,80655 x 10-2 MPa 9,80655 x 10-2 N/mm2 1 mHg 133,322 kPa Tegangan 1 kgf/cm2 9,80655 x 104 Pa 9,80655 x 10-2 MPa 9,80655 x 10-2 N/mm2 Usaha (Energi) 1 kgfm 9,80665 J 1 erg 100 nJ Daya 1 PS 735,499 W 1 HP 746,101 W Panas 1 cal 4,18605 J 4,18605 Ws

Konduktivitas termal 1 cal/(hm°C) 0,001163 W/( m°C)

Koefisien konduksi panas 1 cal/(hm2°C) 0,001163 W/( m2°C) Kapasitas panas spesifik 1 cal/(kg°C) 4,18605 J/(kg°C)

(24)

18 dari 18 Bibliografi

Standard Design Criteria for Ports in Indonesia, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Departemen Perhubungan, 1984.

Thoresen, Carl A. Port Design Guidelines and Recommendations. Trondheim: Tapir Publishers, 1988.

Thoresen, C. A., 2003. Port Designer's Handbook: Recommendations and Guidelines. London: Thomas Telford.

Gambar

Tabel 1    Dimensi tipikal kapal perintis
Gambar 2 – Jenis dermaga
Gambar 4 – Pertimbangan dalam menentukan tipe dermaga  7  Ukuran dermaga
Gambar 5 – Sketsa definisi ukuran dermaga  7.2  Ukuran tipikal dermaga
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dengan melihat kondisi tersebut, perlu dilakukan analisa terhadap ukuran dermaga apakah masih layak digunakan berdasarkan ukuran kapal yang melakukan tambat didermaga sekarang

Dalam penelitian ini studi yang dilakukan adalah menganalisa kelayakan ukuran panjang dermaga, gudang bongkar muat barang dan sandar kapal pada terminal Cuarah Cair pangkalan

Besarnya energi benturan yang disebabkan oleh kapal yang merapat ke dermaga dapat diperoleh dengan menentukan koefisien blok pada kapal, koefisien massa kapal,

Dalam hal ini telah dibuat beberapa model modifikasi dari ukuran utama kapal eksisting dengan cara menambah tinggi dan atau menambah lebar kapal lalu diperiksa performa

berlabuh dengan panjang total (L oa ) = 44,30, Lebar = 9,0 m, dan draft (d) = 2,3 m. 2) Perencanaan Dermaga Perintis Wakde merupakan tipe jetty pier menghadap arah barat

Perencanaan jenis dermaga disesuaikan dengan kebutahan yang akan dilayani, ukuran kapal, arah gelombang dan angin, kondisi topografi dan tanah dasar laut, dan tinjauan ekonomis

Selain itu data yang digunakan untuk perencanaan dermaga adalah data kapal1. Data kapal digunakan untuk menentukan dimensi dermaga dan ukuran

Maksud danTujuan Optimasi Fender Tujuan • Dapat mengetahui tipe fender yang mampu menyerap energi yang ditimbulkan oleh benturan pada setiap karakteristik kapal yang digunakan •