• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Model Bisnis Media Dalam Bertransformasi Digital: Studi Kasus Transformasi Digital Majalah Hai Menjadi Media Online

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi Model Bisnis Media Dalam Bertransformasi Digital: Studi Kasus Transformasi Digital Majalah Hai Menjadi Media Online"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.. Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP.

(2) IMPLEMENTASI MODEL BISNIS MEDIA DALAM BERTRANSFORMASI DIGITAL: STUDI KASUS TRANSFORMASI DIGITAL MAJALAH HAI MENJADI MEDIA ONLINE SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Persayaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom.). Petrus Tomy Wijanarko 13140110147. PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI MULTIMEDIA JOURNALISM FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA TANGERANG 2018. Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(3) Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(4) Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(5) Penyesalan Tak Akan Datang Terlambat, Selama Keadaan Masih Bisa Diubah.. iv Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(6) KATA PENGANTAR. Terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih berlimpah sehingga. saya bisa. menyelesaikan penelitian yang berjudul. “Implementasi Model Bisnis Media dalam Bertransformasi Digital: Studi Kasus Transformasi Digital Majalah HAI Menjadi Media Online”. Pada penyusunan skripsi ini, tidak sedikit hambatan yang peneliti temui. Maka dari itu, peneliti ingin menyampaikan rasa syukur dan terimakasih untuk beberapa pihak yang telah mendukung peneliti. Peneliti ingin secara khusus berterimakasih kepada: 1. Bapak Rony Agustino Siahaan selaku dosen pembimbing skripsi, yang dengan sabar meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Pihak HAI, terutama mas Rizki Ramadan dan mas Adhi Quardianto yang rela meluangkan waktu di sela-sela kesibukan untuk memberikan informasi kepada peneliti. 3. Orang tua peneliti yang telah membanting tulang demi mendanai kuliah, serta selalu memberikan dukungan moral dan semangat. 4. Para teman dan sahabat seperjuangan yang selalu memberikan semangat dan dorongan moral, khususnya Faris Dzaki, Regina Pertiwi, Akmal Azadine, Alif Gusti Mahardika, Dennis Tumiwa, dan namanama lain yang ada di keluarga “BESOK LULUS”. Semangat terus teman-teman.. v Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(7) Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(8) IMPLEMENTASI MODEL BISNIS MEDIA DALAM BERTRANSFORMASI DIGITAL: STUDI KASUS TRANSFORMASI DIGITAL MAJALAH HAI MENJADI MEDIA ONLINE ABSTRAK Oleh: Petrus Tomy Wijanarko Era digital yang menyelimuti dunia jurnalistik belakangan ini, membuat pamor koran atau majalah seakan tergusur dengan kepopuleran media online. Para pembaca kini perlahan meninggalkan format cetak, dan lebih memilih menggunakan gawainya masing-masing sebagai sumber mendapatkan informasi. Alhasil, pendapatan iklan dan oplah yang diraih industri media cetak terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Menghadapi fenomena tersebut, banyak industri media cetak yang mulai mencari cara lain agar tetap bisa bertahan hidup. HAI, yang terkenal sebagai majalah remaja pria, akhirnya memutuskan untuk melakukan transformasi digital pada Juni 2017. Mereka secara resmi menutup versi majalahnya, dan berfokus menyapa para pembacanya hanya lewat media online. Namun, transformasi digital tak hanya soal memanfaatkan teknologi saja. Penerapan transformasi digital juga akan disertai dengan terciptanya sebuah model bisnis baru. Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk menggambarkan transformasi digital yang diterapkan oleh HAI. Selain itu, penelitian ini juga ditujukan guna menggambarkan model bisnis HAI pasca transformasi digital. Demi menjawab dua rumusan masalah tersebut, penelitian ini menggunakan beberapa konsep, yaitu transformasi digital dan model bisnis. Hasil dari penelitian ini menemukan, bahwa dalam menjalankan transformasi digital, HAI melakukan beberapa perubahan pada struktur maupun sistem kerja redaksionalnya. Sementara pada model bisnisnya, HAI kini mengandalkan website, media sosial, dan para content aggregator sebagai medium distribusi serta pemasaran. HAI juga mengedepankan konten yang disesuaikan dengan ketertarikan khalayaknya. Pemasukan HAI pun kini datang dari beberapa sumber, seperti, iklan, penyelenggaraan HAI Day, serta hasil kerjasama dengan para content aggregator.. Kata Kunci: era digital, transformasi digital, model bisnis, HAI.. vii Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(9) THE IMPLEMENTATION OF MEDIA BUSINESS MODELS IN DIGITAL TRANSFORMATION: CASE STUDY HAI MAGAZINE’S DIGITAL TRANSFORM TO ONLINE MEDIA ABSTRACT By: Petrus Tomy Wijanarko Digital era that enveloped the world of journalism lately, making the prestige of newspapers or magazines as if displaced with the popularity of online media. The readers are now slowly leaving the print format, and prefer to use their respective grids as a source of information. As a result, advertising revenues and circulation of print media industry continues to decline every year. Faced with the phenomenon, many print media industries are beginning to look for other ways to survive. HAI, popularly known as teen magazines, finally decided to make a digital transformation in June 2017. They officially closed the magazine version, and focused on greeting their readers only through online media. However, digital transformation is not just about utilizing technology alone. The application of digital transformation will also be accompanied by the creation of a new business model. This research was made with the aim to describe the digital transformation applied by HAI. In addition, this study is also aimed at describing the business model of HAI post digital transformation. In order to answer the two formulation of the problem, this research uses several concepts, namely digital transformation and business model. The results of this study found, that in carrying out digital transformation, HAI made some changes to the structure and system editorial work. While on the business model, HAI now rely on websites, social media, and content aggregator as a medium of distribution and marketing. HAI also promotes content that is tailored to the interests of its audience. HAI income is now coming from several sources, such as, advertising, organizing HAI Day, and the results of cooperation with the content aggregator.. Keywords: digital era, digital transformation, business model, HAI.. viii Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(10) DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL …………………………………………... i. LEMBAR PERNYATAAN ……………………………………. ii. HALAMAN PENGESAHAN ………………………………... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………. iv. KATA PENGANTAR …………………………………………. v. ABSTRAK ……………………………………………………... vii. ABSTRACT …………………………………………………….. viii. DAFTAR ISI ……………………………………………………. ix. DAFTAR GAMBAR…………………………………………... xii. DAFTAR TABEL ……………………………………………... xiii. BAB I PENDAHULUAN ………………………………………. 1. 1.1 Latar Belakang ……………………………………………….. 1. 1.2.. Rumusan Masalah ……………………………………………. 6. 1.3. Tujuan Penelitian ……………………………………………. 6. 1.4. Manfaat Penelitian ………………………………………….. 6. 1.4.1. Manfaat Akademis ………………………………... 6. 1.4.2. Manfaat Praktis ……………………………………. 6. 14.2. Manfaat Sosial …………………………………….. 6. BAB II KERANGKA TEORI …………………………………. 7. 2.1. Penelitian Terdahulu …………………………………........... 7. 2.2. Konsep dan Teori ……………………………………………. 11. 2.2.1. Transformasi Digital …………………………………… ix Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018. 11.

(11) 2.2.2. Model Binis Media Daring …………………………….. 14. 2.3. Kerangka Pemikiran …………………………………………….. 26. BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………….. 28. 3.1. Jenis dan Sifat Penelitian ………………………………….... 28. 3.2. Metode Penelitian …………………………………............... 29. 3.3. Informan …………………………………………………….. 29. 3.4. Teknik Pengumpulan Data ………………………………….. 30. 3.6. Keabsahan Data ……………………………………………... 32. 3.7 Teknik Analisis Data…………………………………………. 33. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 34. 4.1. Subjek/Objek Penelitian …………………………………….. 34. 4.2. Hasil Penelitian ……………………………………………... 36. 4.2.1. Transformasi Digital di HAI………… …………….. 36. 4.2.2. Model Bisnis Media Daring……..…………………. 45. 4.2.2.1 Pembuatan Konten di HAI……………….. 45. 4.2.2.2 Pendistribusian Konten HAI…………….... 49. 4.2.2.3 Pemasaran Konten/Merek HAI………….... 54. 4.2.2.4 Pendapatan HAI…………………………... 56. 4.3. Pembahasan………………………………………………….. 59. 4.3.1. Transformasi Digital………………………...………... 59. 4.3.2. Model Bisnis Media Daring……… …………………. 63. 4.3.2.1. Content Models…………………………………. 63. 4.3.2.2. Distribution Models…………………………………. 65. x Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(12) 4.3.2.3. Marketing Models…………………………………. 66. 4.3.2.4. Revenue Models…………………………………. 68. BAB V SIMPULAN DAN SARAN ………………………………. 71. 5.1. Simpulan …………………………………….…………………. 71. 5.2. Saran …………………………………………………………. 74. 5.2.1. Saran Akademis ……………………………………. 74. 5.2.1. Saran Praktis ……………………………………….. 74. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN. xi Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(13) DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1. Logo HAI…………………. ………………………………. 34 Gambar 4.2. Tampilan Website HAI …………………………………….. 39 Gambar 4.3. Redaksional HAI…………………………. ……………….. 41. xii Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(14) DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu …………………………………….. xiii Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018. 8.

(15) BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Era digital yang menyelimuti dunia jurnalistik belakangan ini, seperti menjadi ancaman tersendiri bagi para industri media cetak. Pamor koran atau majalah, kini seakan sudah mulai tergusur dengan kepopuleran media online. Semua itu bermula saat teknologi internet berkembang pada 1990-an silam (Bungin, 2006, h.113). Internet disebut-sebut sebagai penemuan yang begitu memukau. Internet mampu menyediakan berbagai informasi dengan proses penyebaran yang begitu cepat, tanpa dibatasi zona ruang dan waktu (Bungin, 2006, h. 136). Kecanggihan internet kemudian diadaptasi oleh dunia jurnalistik dalam pendistribusian berita. Hal ini ditandai dengan banyaknya media online yang mulai bermunculan, baik di luar, maupun di dalam negeri. Di Inggris, Telegraph merilis situsnya yaitu telegraph.co.uk di akhir 1994 (Meek, 2006, para. 6). Sementara, di Indonesia, media online yang pertama kali muncul ialah Republika lewat republika.co.id pada 1994. Republika membuat konten ke versi online ini, setahun setelah Harian Republika terbit (Margianto dan Syaefullah, 2014, h. 1516). Namun, seiring berjalannya waktu, kehadiran media online justru mengancam eksistensi media cetak, seperti koran atau majalah. Zuhra (2017, para.. 1. Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(16) 26) mengungkapkan, masyarakat yang dahulu terbiasa mengonsumsi berita dari koran, kini telah kian perlahan meninggalkan cara itu. Masyarakat saat ini cenderung beralih menggunakan gawainya masing-masing dalam mendapatkan informasi. Berdasarkan riset yang dirilis Oxford University, dalam Reuters Institute Digital News Reports, masyarakat di negara-negara Eropa, seperti, Austria, Republik Ceko, Belanda, Polandia, Portugal, dan Turki, kini telah terbiasa mengonsumsi berita secara online (Fletcher dan Radcliffe, 2015, h. 8-9). Sama halnya dengan di Indonesia. Pada tahun 2015, lembaga riset global, GfK, dan Indonesian Digital Association menemukan, bahwa 96% masyarakat Indonesia yang hidup di kota-kota besar, lebih memilih media online sebagai sumber utama dalam mendapatkan berita (Afrianto, 2016, para. 2). Pada 2017, jumlah pengguna internet di Indonesia telah menembus angka 132 juta orang, atau dengan kata lain mencakup 51 persen dari 262 juta total penduduk. Jumlah pengguna internet pada 2017 tersebut, meningkat sekitar 50 persen dari jumlah pengguna internet tahun 2016 sebesar 88,1 juta Penetrasi internet terhadap total populasi di Indonesia tahun 2017, juga mengalami kenaikan yang signifikan ketimbang setahun sebelumnya. Penetrasi internet di Indonesia tahun 2017 mencapai 51 persen, sementara setahun sebelumnya berada di angka 34 persen (Manan, 2017, para. 4). Tirto pernah melakukan sebuah penelitian tentang perilaku Generasi Z di Indonesia dalam mendapatkan informasi dan berita. Generasi Z sendiri merupakan mereka yang lahir di medio 1990-an sampai 2000-an. Generasi Z dianggap. 2 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(17) sebagai generasi yang dekat dengan akses internet, sebab internet juga lahir pada medio 1900-an (Zuhra, 2017, para.10). Riset Tirto itu menemukan, bahwa dalam mendapatkan informasi serta berita, 83,6 persen Generasi Z di Indonesia menggunakan internet, 14,4 persen lainnya menonton televisi, dan hanya 1,7 persen saja yang membaca koran (Zuhra, 2017, para.19) Ancaman media online terhadap media cetak juga terlihat dari sektor periklanan. Pengamat media, Ignatius Haryanto, mengatakan, pada 2014, pendapatan iklan media cetak memang masih lebih tinggi ketimbang media online. Media cetak memperoleh sekitar Rp 10 triliun, sementara media online tertinggal di kisaran Rp 700-800 milar (Firdaus, 2016, para. 10). Akan tetapi, Daru Priyambodo, pemimpin redaksi Koran Tempo, (Firdaus, 2016, para. 16) menyebutkan, pendapatan media cetak dari sektor iklan sebenarnya terus mengalami penurunan sebesar 15 persen setiap tahunnya. Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan media online yang tiap tahunnya mengalami pertumbuhan pendapatan iklan sebesar 10 persen (Firdaus, 2016, para. 16). Sejalan dengan segala kondisi tersebut, perkembangan industri media cetak memang mengalami penurunan. Berdasarkan data Dewan Pers, jumlah media cetak di Indonesia pada 2017 berada di angka 1.500. Angka ini tertinggal jauh dari media online yang sudah berjumlah 43.000 (Manan, 2017, para. 5). Serikat Perusahaan Pers menyebutkan, bahwa sejak tahun 2011, pertumbuhan oplah koran nampak terus melambat. Pada 2011, pertumbuhan oplah. 3 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(18) koran hanya 5,85 persen. Pada 2012, pertumbuhan oplah semakin menurun menjadi 2,69 persen. Bahkan, tahun-tahun berikutnya, pertumbuhan oplah tak bisa mencapai satu persenpun (Zuhra, 2017, para.32). Menghadapi era digital, ketahanan para industri media cetak memang sedang diuji. Sebagian dari mereka ada yang memilih tutup, sebagian lain ada yang tetap mencoba bertahan dengan berpindah total ke media online (Bungin, 2006, h.367). Di Amerika, Chicago Tribune menutup versi cetaknya, dan hanya melayani pembaca ke dalam format media online saja. Langkah tersebut juga diikuti oleh koran yang berumur 176 tahun, Seattle Post Intelegencier (Bungin, 2006, h.366). Perpindahan total industri media cetak ke media online tersebut, merupakan perwujudan dari konsep transformasi digital. Transformasi digital berarti, mengalihkan bisnis, manajemen, serta sistem pengoperasian sebuah industri, dari cara yang bersifat tradisional, menuju pemanfaatan teknologi digital secara penuh (Rashid, 2017, para.1). Namun, penerapan transformasi digital tak hanya soal memanfaatkan teknologinya saja. Bagi para industri yang menerapkan tranformasi digital, mereka juga harus melakukan perubahan pada model bisnisnya (Rashid, 2017, para.4). Model bisnis merupakan hal yang dapat menjelaskan bagaimana kebiasaan serta praktik sebuah industri dalam mengelola bisnisnya. Pendeskripsian model bisnis sendiri dibagi menjadi empat model, yakni, model konten, model distribusi, model pemasaran, dan model pendapatan (Tassel, 2010, h. 326).. 4 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(19) Salah satu industri media cetak yang menerapkan transformasi digital ke dalam bisnisnya ialah HAI. Pertengahan Juni 2017 lalu, HAI yang sudah 40 tahun lamanya terkenal sebagai media sumber informasi bagi remaja pria, memutuskan untuk tidak membuat berita ke format majalah lagi (Dwi, 2017, para.1). HAI kini mengubah produksi beritanya dari format cetak menjadi digital. HAI beranggapan, bahwa platform digital dalam bentuk website, merupakan pilihan tepat untuk memberikan ruang yang lebih bebas dan lebih luas kepada pembaca tim produksi HAI serta pembaca (Dwi, 2017, para.3). Berdasarkan segala latar belakang di atas, penulis kemudian ingin mengetahui bagaimana model bisnis media di HAI sebagai topik dari penelitian. Peneliti melihat bahwa kasus transformasi digital yang dilakukan HAI cukup berbeda. Setelah lebih dari 40 tahun terkenal dengan format majalah, HAI kini hanya akan berfokus membuat pemberitaan ke dalam format online saja. Oleh karena itulah peneliti memilih HAI sebagai subjek penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan sifat deskriptif. Metode yang penulis gunakan adalah metode studi kasus, yang kemudian akan diperkuat oleh berbagai literature terkait.. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana transformasi digital yang dilakukan oleh HAI?. 5 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(20) 2. Bagaimana model bisnis yang digunakan oleh HAI pasca menjalankan tranformasi digital?. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menggambarkan transformasi digital yang dilakukan HAI 2. Menggambarkan model bisnis HAI pasca menjalankan tranformasi digital.. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Akademis Kegunaan akademis dari penelitian ini adalah dapat memberikan gambaran tentang model bisnis media yang menerapkan transformasi digital. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjabarkan model bisnis media yang digunakan oleh HAI.. 1.4.2 Kegunaan Praktis Kegunaan praktis dari penelitian merujuk kepada industri media cetak yang ingin melakukan transformasi digital. Hal ini didasari oleh banyaknya industri media cetak yang kesulitan dalam menghadapi era digital seperti sekarang.. 6 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(21) BAB II KERANGKA TEORI. 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian pertama yang dijadikan rujukan ialah penelitian milik Jesse Nieminen dari Aalto University. Penelitian tersebut berjudul Understanding and Managing Digital Transformation – A case study of a large Nordic retailer, dan bertujuan untuk menggambarkan cara-cara yang dipakai perusahaan dalam memahami dan menangani transformasi digital. Penelitian itu dibuat dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus (Nienimen, 2014, h. 42). Menggunakan konsep transformasi digital dan kerangka arsitektur perusahaan, penelitian tersebut menemukan hasil bahwa transformasi digital memerlukan adanya komunikasi yang lebih jelas pada setiap elemen internal perusahaan, khususnya dalam pengadaptasian teknologi ke dalam kerangka arsitektur perusahaan (Nienimen, 2014, h. 75). Meski dijadikan rujukan, penelitian tersebut memiliki perbedaan dengan yang dilakukan peneliti sendiri. Penelitian milik Jesse Nieminen hanya fokus meneliti transformasi digital. Sedangkan, peneliti sendiri turut mengkaji model bisnis yang diterapkan sebuah perusahaan setelah melakukan transformasi digital. Peneliti juga menggunakan penelitian lainnya sebagai rujukan, yakni penelitian milik Ahmad Bijakharisman yang dibuat pada 2017. Penelitian tersebut berjudul Model Bisnis Media Baru: (Studi kasus Pada perusahaan Portal Berita. 7 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(22) Online Rappler dan Tirto), dan bertujuan untuk mengambarkan model bisnis portal berita online yang baru muncul di Indonesia. Penelitian itu dibuat dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus. Menggunakan konsep serta teori new media, model bisnis, management media, dam media development strategy, penelitian tersebut menemukan hasil bahwa masing-masing portal berita online mengemas konten yang mereka miliki secara beragam, sesuai dengan target pembaca yang mereka tuju. Portal berita online juga menggunakan media sosial dan content aggregator sebagai jalur distribusi, serta memiliki banyak sumber pemasukan. Meski dijadikan rujukan, penelitian tersebut memiliki beberapa perbedaan dengan yang dilakukan peneliti sendiri. Ahmad Bijakharisman meneliti model bisnis media online yang baru muncul di Indonesia. Sementara, peneliti sendiri lebih memilih untuk mengkaji model bisnis media yang melakukan transformasi digital. Lewat penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kedua penelitian yang dijadikan rujukan, tidak ada yang membahas mengenai transformasi digital sebuah media. Maka dari itu, penelitian ini diharapkan menambah pemahaman ilmu jurnalistik, khususnya mengenai media di era digital.. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 1. Hal yang dikaji Judul penelitian. Penelitian terdahulu 1 Understanding and Managing Digital Transformation – A case study of a large. Penelitian terdahulu 2 Model Bisnis Media Baru: (Studi kasus Pada perusahaan. Penelitian ini Implementasi Model Bisnis Media dalam Bertransformasi. 8 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(23) 2 3. Tahun penelitian Nama peneliti. Nordic retailer. Portal Berita Online Rappler dan Tirto). 2014. 2017. Jesse Nieminen. 4. Tujuan penelitian. Menggambarkan cara-cara yang dipakai perusahaan dalam memahami dan menangani transformasi digital... 5. Rumusan masalah. Bagaimana cara perusahaan dalam memahami dan menangani transformasi digital?. 6. Pendekatan penelitian Metode Konsep dan Teori. Kualitatif. 7 7. 8. Hasil penelitian. Studi kasus Transformasidigital, kerangka arsitektur perusahaan. Transformasi digital memerlukan adanya komunikasi yang lebih jelas pada setiap elemen internal perusahaan,. Digital: Sudi Kasus Transformasi Digital Majalah HAI Menjadi Media Online 2018. Ahmad Petrus Tomy Bijakharisman Wijanarko Mengambarkan Menggambarkan model bisnis transformasi yang digunakan digital yang oleh portal dilakukan HAI, berita online dan yang baru dalam menggambarkan masa merintis model bisnis untuk bersaing HAI pasca dengan portal transformasi berita online digital media konvensional. Bagaimana Bagaimana model bisnis transformasi portal berita digital yang online yang baru dilakukan HAI, berdiri dalam Bagaimana persaingan ketat model bisnis antara portal HAI pasca berita online. transformasi digital Kualitatif Kualitatif Studi kasus New media, model bisnis, management media, media development strategi. Masing-masing portal berita online mengemas konten yang mereka miliki. Studi kasus Transformasi digital, model bisnis. Transformasi digital yang dilakukan HAI disertai dengan beberapa perubahan, 9. Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(24) khususnya dalam pengadaptasian teknologi ke dalam kerangka arsitektur perusahaan. secara beragam. diantaranya, Sesuai dengan perubahan target pembaca medium dari yang mereka majalah ke tuju. Karena media online dengan saja, struktur perbedaan dan sistem kerja pengemasan redaksional, konten media serta mereka akan memunculkan lebih mendapat model bisnis perhatian dari baru. Model pembaca.Portal bisnis HAI berita online sendiri selain mengandalkan memanfaatkan konten yang website sebagai sesuai dengan jalur distribusi, daya tarik mereka juga khalayak, memanfaatkan khususnya anak media sosial dan muda usia 16-19 konten tahun. HAI juga aggregator. mengandalkan Portal berita website, media online memiliki sosial, dan lebih dari satu content sumber aggregator pendapatan sebagai medium untuk distribusi dan menghidupi pemasaran. keberlangsungan Sumber portal berita pemasukan HAI mereka. berasal dari iklan, content aggregator, serta penyelenggaraan acara HAI day.. 10 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(25) 2.2 Konsep dan Teori 2.2.1 Transformasi Digital Transformasi digital adalah perkembangan baru dalam penggunaan teknologi digital pada sebuah organisasi. Target utama dari konsep transformasi digital ialah para organisasi bisnis atau perusahaan (Bonfour, 2016, 20). Konsep tranformasi digital pada organisasi bisnis, berarti mengalihkan sistem pengoperasian industri, dari mode yang bersifat tradisional, menuju mode pemanfaatan teknologi digital secara penuh (Rashid, 2017, para.1). Kelahiran konsep transformasi digital sendiri tak lepas dari dampak merajalelanya internet. Maka dari itu, transformasi digital sejatinya merupakan proses yang melibatkan penyebaran internet pada sektor permintaan dan penawaran sebuah organisasi bisnis (Bonfour, 2016, h. 20). Bagi perusahaan media, transformasi digital berarti mengganti platform penyebaran informasi dari media analog ke media digital. Radio, televisi, koran, dan majalah, merupakan contoh dari media analog. Sementara, websites, social media, broadband, dan mobile phone, merupakan contoh dari media digital (Einav, 2015, h. 13-14). Media digital itu sendiri termasuk ke dalam bentuk digital platform (situs dan aplikasi), digitized content (tulisan, audio, video, dan gambar), serta sektor jasa (informasi, hiburan, dan komunikasi) (Nayyar, 2016, h. 5).. 11 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(26) Media online menjadi senjata utama perusahaan media cetak dalam melakukan transformasi digital. Penyebaran konten berita tak lagi menggunakan format koran atau majalah, melainkan melalui sebuah situs (Kirchhoff, 2015, h.12). Media online sendiri memiliki beberapa karakteristik, diantaranya (Romli, 2014, h. 15-30): 1) Immediacy: mengutamakan kecepatan dalam penyampaian konten berita. 2) Multiple Pagination: menghadirkan ratusan halaman yang bisa saling berkaitan satu sama lain. 3) Multimedia: penyajian konten dapat berupa teks, gambar, dan video. 4) Flexibility Delivery Platform: tidak dibatasi ruang dan waktu, sehingga pembuatan konten berita dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. 5) Archieving: konten berita dikelompokan ke dalam rubrik-rubrik. 6) Relationship with Reader: memungkinkan adanya interaksi langsung dengan para pembaca. Sukses tidaknya transformasi digital tergantung pada tingkat kematangan sebuah organisasi bisnis dalam menggunakan aplikasi internet. Tingkat kematangan tersebut dinilai berdasarkan dua kriteria, yaitu intensitas digital serta intensitas manajemen transformasi, dan dibagi ke dalam empat level (Bonfour, 2016, h. 20-21):. 12 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(27) 1) Digital beginners, merupakan perusahaan yang tingkat implementasi intensitas digital dan transformasinya sangat rendah. 2) Digital fashionistas, merupakan perusahaan yang tingkat implementasi intensitas digitalnya sudah tinggi,. namun tingkat. transformasinya masih rendah. 3) Digital conservatives, merupakan perusahaan yang sudah menyadari pentingnya transformasi digital, tapi pekerjaannya masih terbagi dengan cara tradisional. 4) Digitary: perusahaan yang sangat memahami nilai transformasi digital dan bagaimana cara memanfaatkannya Kriteria intensitas digital dijelaskan dari tingkat perusahaan dalam memanfaatkan teknologi digital. Teknologi digital tersebut merupakan alat bagi. perusahaan. untuk. lebih. dekat. dengan. para. pelanggan,. memberdayakan karyawan, serta mengubah proses bisnis internalnya (Westerman, Bonnet, dan McAfee, 2014, h. 13). Sementara, pada kriteria intensitas manajemen transformasi, penjelasannya dapat dilihat dari tingkat kebijakan serta koordinasi perusahaan dalam menjalankan transformasi digital itu sendiri. Terutama, bagaimana pihak pemimpin perusahaan membangun visi masa depan yang jelas, memulai beberapa kebijakan vital, dan kemudian mengkoordinasi karyawan agar bisa sejalan dengan visi yang ada (Westerman, Bonnet, dan McAfee, 2014, h. 14).. 13 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(28) Sebuah organisasi bisnis atau perusahaan, bisa diidentifikasi sebagai pelaku transformasi digital, apabila telah memenuhi beberapa kriteria, yakni, melakukan perubahan pada cara berbisnisnya, perubahan dalam penugasan, serta mencari kemampuan baru yang sesuai dengan kebutuhan dunia digital. Kriteria tersebut nantinya juga berguna bagi perusahaan untuk memperluas cara pandangnya dalam penerapan transformasi digital (Bonfour, 2016, h. 22). Transformasi digital berpengaruh terhadap empat aspek rencana bisnis perusahaan, yaitu scoop, scale, speed, dan source. Pada aspek scoop,. transformasi. digital. memengaruhi. perusahaan. untuk. mengembangkan pendekatan digital dalam ekosistem bisnisnya. Pada aspek scale, perusahaan perlu memanfaatkan sumber utama ekonomi dunia digital, yaitu data. Speed, berarti perusahaan harus membuat percepatan pada sektor peluncuran produk, pembuatan kebijakan, serta pembangunan relasi. Sementara pada aspek source, perusahaan akan mencari nilai penciptaan produk dan pemasukan yang baru (Bonfour, 2016, h. 22-23).. 2.2.2 Model Bisnis Media Daring Bagi sebuah perusahaan, model bisnis merupakan salah satu bagian dari keseluruhan rencana bisnis. Adapun konsep rencana bisnis tersebut mencakup beberapa hal, yakni, karakteristik organisasi, manajemen, produk, analisis pasar dan kompetisi, analisis pelanggan potensial dan. 14 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(29) konsumen, analisis pemasaran dan penjualan, model bisnis, serta rancangan finansial dan tujuan ke depan (Tassel, 2010, h.326). Model bisnis sendiri berguna untuk menggambarkan logika dasar bisnis sebuah perusahaan. Model bisnis juga menjelaskan berbagai kompetensi yang dimiliki oleh perusahaan, seperti, bagaimana cara perusahaan menciptakan nilai lewat produk dan pelayanannya, apa yang menjadikan produk yang dibuat berbeda dengan para pesaing, bagaimana perusahaan mengatasi keperluan operasionalnya, bagaimana perusahaan membangun lalu menjaga hubungannya dengan para customer dan partner, serta bagaimana cara perusahaan dalam menghasilkan uang (Picard, 2011, h. 8). Tassel (2010, h.326) membagi model bisnis ke dalam empat komponen utama, antara lain: 1) Content Models Content models menjelaskan tentang cara membuat sebuah konten yang menarik bagi para konsumen, cara mempertahankan para konsumen, dan cara memengaruhi para konsumen. Lebih jauh, content models juga terkait soal jenis serta karakteristik konten yang ditawarkan, dan bagaimana konten akan menarik para konsumen (Tassel, 2010, h. 327). Content models sendiri dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu content aggregation models, audience aggregation models, audience segmentation models (Tassel, 2010, h. 329).. 15 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(30) Content aggregation models berfokus pada cara-cara pembuatan konten yang menarik bagi khalayak. Cara pertama yang bisa. dipakai. ialah. consumer. experience. model.. Dalam. penerapannya, consumer experience model berusaha membuat konten yang bisa memberikan pengalaman menyenangkan bagi khalayak. Faktor-faktor menyenangkan yang dimaksud, bisa didapat dari segi kemudahan akses konten, ataupun tingginya manfaat konten bagi khalayak (Tassel, 2010, h. 330-331). Cara kedua ialah bundling and buckets. Pada cara ini, sebuah perusahaan akan membuat serta menyajikan sebanyak mungkin konten kepada khalayak. Selanjutnya, khalayak diberi kebebasan untuk memilih sendiri konten mana yang bermanfaat untuk mereka (Tassel, 2010, h. 331-332). Cara ketiga, interface control model, beranggapan bahwa khalayak akan kebingungan dalam memilih jika sebuah perusahaan terlalu banyak membuat serta menyajikan konten. Maka dari itu, interface control model berusaha mengatur dan memandu konten mana saja yang harus dikonsumsi oleh khalayak (Tassel, 2010, h. 332-333). Interface control model bisa diterapkan pada bagian homepage sebuah website, atau juga dengan menempatkan sebuah tautan pada sebuah konten, yang mana tautan tersebut nantinya akan mengarahkan khalayak kepada konten lainnya (Tassel, 2010, h. 333-334).. 16 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(31) Selanjutnya, cara keempat yang bisa dipakai ialah usercreated model. Pada cara ini, perusahaan menjadikan khalayak sebagai pembuat konten. Cara ini sudah dipakai oleh beberapa perusahaan digital, seperti, Youtube, Twitter, dan Facebook (Tassel, 2010, h. 334). Cara kelima atau cara terakhir yang dapat diterapkan adalah syndication and licensing. Cara ini memberikan kebebasan bagi pemilik perusahaan untuk menyajikan konten apapun tanpa perlu memikirkan biaya pegawai editorial. Melalui beberapa perjanjian kontrak, si pemilik perusahaan bisa menampilkan konten yang dibuat oleh perusahaan lainnya (Tassel, 2010, h. 335). Audience aggregation models sebenarnya merupakan kebalikan dari content aggregation models. Pada content aggregation models, perusahaan mengumpulkan konten terlebih dahulu, baru setelah itu mencari khalayak yang akan mengonsumi konten tersebut. Sementara itu pada audience aggregation models, tahap pertamanya justru lebih dulu mengumpulkan khalayak, baru selanjutnya mencari konten yang bisa menarik khalayak tersebut (Tassel, 2010, h. 336). Ada dua cara yang bisa diterapkan pada audience aggregation models, yaitu horizontal portals and destination, serta free service models. Dalam horizontal portals and destination, sebuah perusahaan akan membuat berbagai macam materi konten. 17 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(32) yang sekiranya bisa menarik perhatian banyak orang. Horizontal portals and destination bertujuan untuk menaikan nama situs perusahaan agar berada di urutan teratas search engine (Tassel, 2010, h. 337). Sementara itu, pada cara kedua, yakni free service models, sebuah perusahaan akan berupaya memberikan konten yang atraktif serta bernilai tinggi untuk menarik para khalayak. Cara ini biasanya diterapkan dengan memberikan layanan gratis lewat internet kepada khalayak, dan mendapat dukungan dari iklan (Tassel, 2010, h. 338). Audience segmentation models pembahasannya berfokus pada khalayak, dan pembuatan konten yang menarik untuk khalayak yang ditargetkan (Tassel, 2010, h. 339). Audience segmentation models berusaha memanfaatkan internet untuk menarik orang-orang yang memiliki beberapa pengalaman atau minat yang sama (Tassel, 2010, h. 338). Ada dua cara yang bisa diterapkan pada audience segmentation models, yaitu vertical portals and destination model dan internet community models. Cara pertama, vertical portals and destination models, mengharuskan perusahaan untuk lebih dulu menargetkan khalayak yang memiliki minat khusus, kemudian baru berikan konten yang menarik untuk khalayak tersebut.. 18 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(33) Segmentasi dan jenis konten menjadi hal yang terpenting dalam penerapan cara ini (Tassel, 2010, h. 339). Cara yang kedua ialah internet community models. Pada cara ini, sebuah perusahaan akan membuat konten yang menarik untuk sebuah kelompok masyarakat atau komunitas. Penerapan internet. community. models. memungkinkan. komunitas untuk bisa saling berinteraksi,. para. anggota. berdiskusi, dan. berkomentar, lewat jaringan internet (Tassel, 2010, h. 339). Internet community models sendiri telah diterapkan oleh sebuah perusahaan game online, World of Warcraft, dengan menambahkan konten diskusi. untuk. komunitas. di situs. utama. mereka. http://www.worldofwarcraft.com/community/ (Tassel, 2010, h. 340). 2) Distribution Models Distribution model membahas tentang bagaimana cara penyebaran konten agar dapat menggapai para konsumen. Distribution model juga menguraikan bagaimana konten akan menjangkau konsumen,. dan bagaimana kondisi konsumen. sehingga bisa mengakses konten (Tassel, 2010, h. 327). Distribution model sendiri dibagi ke dalam tiga kategori, antara lain, windowing model, cross-media platform, dan walled garden (Tassel, 2010, h. 350).. 19 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(34) Windowing model merupakan konsep pendistribusian konten yang dilakukan ke dalam beberapa tahapan waktu. Pada masing-masing. tahapan. waktu,. pendistribusiannya. akan. menggunakan platform media yang berbeda-beda. Pembahasan windowing model sebenarnya juga berkaitan dengan marketing model dan revenue model. Bila dibahas sebagai marketing model, maka konsep windowing model akan bertujuan untuk menjangkau para pelanggan yang kurang bersemangat. Sementara bila dibahas sebagai revenue model, penerapan windowing model bertujuan untuk menetapkan harga yang lebih rendah (Tassel, 2010, h. 350). Cross media platform beranggapan bahwa di era digital, setiap. pelanggan. memiliki. caranya. masing-masing. untuk. menikmati konten. Ada yang lebih nyaman menonton video, membaca artikel, melihat gambar, atau bahkan ada pula yang lebih nyaman dengan menggabungkan kesemuanya. Maka dari itu, penerapan cross media platform berusaha untuk mendistribusikan konten dengan menggunakan berbagai platform media (Tassel, 2010, h. 351). Walled garden adalah konsep pendistribusian konten yang berusaha mengarahkan konsumen untuk datang ke satu tempat saja. Perusahaan akan berupaya membuat para konsumen tidak meninggalkan. tempat. tersebut. dengan. menerapkan. sistem. berlangganan. Jadi, kebebasan konsumen dalam memilih konten. 20 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(35) hanya berpusat pada satu tempat, yakni di perusahaan penyedia konten (Tassel, 2010, h. 352). 3) Marketing Models Marketing. models. menjelaskan. bagaimana. proses. konsumen potensial bisa berubah menjadi konsumen sebenarnya (Tassel, 2010, h.327). Marketing models juga menjelaskan bagaimana. pelanggan. mencari tahu. tentang. konten yang. disediakan, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk mengakses atau membelinya (Tassel, 2010, h. 344). Marketing models sendiri dibagi ke dalam lima kategori, yakni, spiral models, viral models, affinity models, data mining, dan longitudinal cohort models (Tassel, 2010, h. 344-345). Sprial models adalah cara pemasaran yang mengarahkan para calon konsumen dari satu platform media, ke platform media lainnya, sampai akhirnya mereka yakin untuk mengakses atau membeli konten. Produk yang ditawarkan pada masing-masing platform media tetaplah sama, hanya cara memengaruhinya yang berbeda. Spirals models beranggapan bahwa setiap platform media bisa digunakan sebagai alat pemasaran, asal dimanfaatkan sesuai karakteristiknya masing-masing (Tassel, 2010, h. 344-345). Viral models berusaha membuat konten yang akan dibagikan oleh satu konsumen ke konsumen lainnya, baik secara pribadi, maupun jaringan, sampai konsumen lainnya tersebut. 21 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(36) menjadi yakin untuk mengakses atau membeli konten. Dalam hal ini, viral models berarti turut memposisikan para konsumen sebagai agen pemasaran (Tassel, 2010, h. 347). Cara pemasaran pada affinity models ialah menjalin kerjasama dengan perusahaan lain yang kontennya bisa saling berkaitan. atau. saling. melengkapi,. serta. bertujuan. untuk. menjangkau orang-orang yang berpotensi untuk melihat atau membeli konten. Demi memaksimalkan sisi komersial, pada sistem kemitraannya, perusahaan-perusahaan terkait harus menjalin kesepekatan terlebih dahulu mengenai tautan mana yang bisa diakses konsumen (Tassel, 2010, h. 347). Pada data mining, cara pemasarannya ialah dengan mengumpulkan sebanyak-banyaknya. informasi. tentang para. konsumen yang sudah pernah mengakses konten. Data dan informasi yang didapat berguna untuk menentukan nilai jual perusahaan bagi para konsumen. Selain itu, data dan dan informasi tersebut, juga bisa dijadikan sebagai panduan kegiatan perusahaan selanjutnya. Semakin banyak data dan informasi yang didapat, akan semakin memudahkan perusahaan dalam menjangkau dan menargetkan konsumen (Tassel, 2010, h. 348). Longitudinal cohort models ialah cara pemasaran yang berusaha mengikuti segmen demografis konsumen tertentu. Perusahaan akan berupaya memasarkan konten yang sesuai dengan. 22 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(37) selera segmen tersebut (Tassel, 2010, h. 345). Kunci utama dari longitudinal cohort models adalah kesetiaan perusahaan dalam mengikuti segmen tertentu. Perusahaan harus terus menerus melayani segmen tersebut dari waktu ke waktu (Tassel, 2010, h. 349).. 4) Revenue Model Revenue model menjelaskan rincian bagaimana sebuah industri. dapat. menghasilkan. uang.. Revenue. model. juga. menunjukan bagaimana keterkaitan antara konten-konten yang dibuat dalam menghasilkan uang (Tassel, 2010, h.327). Penjelasan revenue model sendiri dijabarkan ke dalam 12 kategori, yakni, multiple revenue stream, ad-supported model, transactional payper, bundling and tiering, big bite model, subscription model, commerce-supported model,. usage fees,. piggyback model,. licensing fee, revenue sharing model, affiliate revenue sharing, cybermediary model, consumer generated content, dan data sales model (Tassel, 2010, h.354). Multiple Revenue Stream merupakan sistem pendapatan yang dihasilkan lebih dari satu sumber. Selain iklan, dan penjualan konten, perusahaan media juga kerap memasarkan produk lainnya dan dijadikan sebagai aliran pemasukan baru (Tassel, 2010, h.353).. 23 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(38) Ad-supported model merupakan sistem pendapatan yang berasal dari iklan. Perusahaan media biasanya akan memberikan tempat khusus di halaman situsnya untuk diisi oleh para pengiklan (Tassel, 2010, h.354). Transactional pay-per merupakan sistem pendapatan yang diperoleh langsung dari konsumen ketika mereka mengakses konten. Layanan di internet, memungkinkan perusahaan langsung mendapatkan pemasukan dari setiap video, foto, atau artikel yang diakses konsumen (Tassel, 2010, h.355). Bundling and tiering adalah sistem pendapatan yang mana perusahaan akan menyajikan berbagai macam konten secara bersamaan, lalu menetapkan harga untuk tiap paketnya. Penetapan harga tiap paket pada bundling and tiering dikelompokan berdasarkan tema kontennya, misalnya olahraga atau tema populer lainnya. Bundling and tiering sudah cukup sering digunakan oleh para perusahaan televisi berbayar (Tassel, 2010, h.356). Big bite model adalah sistem pendapatan yang langsung menguangkan konten sejak pertama kali dirilis. Big bite model beranggapan, bila konten yang dibuat sudah banyak tersebar di internet, maka harga jualnya akan cepat turun. Pembuat konten pun harus segera mendapatkan uang sejak konten pertama kali dirilis (Tassel, 2010, h.356).. 24 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(39) Subscription model ialah cara perusahaan mendapatkan uang dengan menerapkan sistem berlangganan kepada para konsumennya. Jadi, pelanggan akan membayar sejumlah uang untuk bisa mengakses konten tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Bundling and tiering kerap dijadikan tambahan dari subscription model (Tassel, 2010, h.356-357). Commerce-supported model, merupakan sistem pendapatan yang akan mengratiskan konten, namun tetap didukung dari hasil penjualan produk lainnya. Pembuatan konten hanyalah strategi untuk menarik orang-orang saja. Setelah tertarik, orang-orang tersebut kemudian ditargetkan sebagai konsumen dari penjualan produk (Tassel, 2010, h. 357). Usage fees, sistem pendapatan ini besar uangnya tergantung dari layanan yang dikonsumsi pelanggan. Layanan yang dimaksud, biasanya dikelompokan ke dalam bentuk layanan tetap, layanan jaringan, atau layanan akses (Tassel, 2010, h. 358). Piggyback model berfokus pada strategi untuk memiliki satu konten sebagai pendukung konten lainnya. Cara ini biasanya diterapkan oleh para stasiun televisi. Mereka kerap menyiarkan acara yang memiliki rating tertinggi terlebih dahulu, guna membangun penonton untuk acara-acara lainnya (Tassel, 2010, h. 358).. 25 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(40) Licensing fee adalah sistem pendapatan yang berusaha memertahankan hak cipta. Lincensing fee memungkinkan konten untuk dijual atau didistrubusikan kembali oleh pihak ketiga (Tassel, 2010, h. 358). Revenue sharing models berfokus pada strategi berbagi pelanggan dan pendapatan dengan mitra perusahaan. Total pendapatan dibagi secara adil sesuai kesepakatan awal kepada masing-masing perusahaan yang bekerjasama (Tassel, 2010, h. 358-359). Affiliate revenue sharing berfokus pada sistem kemitraan pembagian hasil dengan penyedia konten untuk meningkatkan jumlah konsumen. Sistem kemitraan tersebut biasanya terjadi antara pihak penyedia konten dan e-commerce. Situs dari pemilik konten akan menempatkan logo atau tulisan yang akan menghubungkan konsumen dengan e-commerce. Jika konsumen kemudian membeli produk e-commerce, maka pihak e-commerce harus membagi hasil pendapatannya dengan sang penyedia konten (Tassel, 2010, h. 359). Cybermediary model adalah versi online dari distributor penjualan grosir. Cybermediary model memudahkan pertukaran antara penjual dan pembeli secara online (Tassel, 2010, h. 360). Consumer generated content memungkinkan konsumen untuk turut menyediakan konten, lalu membayar konsumen. 26 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(41) tersebut sesuai pekerjaannya. iStockphoto kerap membayar konsumen yang membuat konten foto ke situsnya sebesar 20 sampai 40 persen dari total pendapatan tiap fotonya. Beberapa situs blogging juga kerap membagi hasil pendapatan iklan kepada para blogger yang produktif menghasilkan tulisan (Tassel, 2010, h. 363). Data sales model adalah sistem pendapatan dengan menjual data-data mengenai konsumen dan pengguna konten. Data tersebut memang menjadi hal yang paling berharga bagi perusahaan. Selain berguna sebagai daya tawar kepada mitra perusahaan, data-data tentang konsumen juga bisa dijual dan dijadikan uang (Tassel, 2010, h. 363).. 2.3 Kerangka Pemikiran Memasuki era digital, banyak perusahaan media cetak yang mengalami kesulitan. Para pembaca kini telah berangsur meninggalkan konsumsi koran atau majalah, dan beralih menuju media online. Pertumbuhan pendapatan media cetak juga terus menurun. Mereka pun harus mencari cara untuk tetap bertahan hidup. Transformasi digital menjadi salah satu cara yang kerap ditempuh para perusahaan media cetak dalam menghadapi situasi tersebut. Mereka tak lagi membuat pemberitaan ke dalam format koran atau majalah, melainkan hanya mengandalkan versi online saja.. 27 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(42) Namun, penerapan transformasi digital tak hanya sekedar beradaptasi dengan sisi teknologinya saja. Menerapkan transformasi digital, berarti juga harus disertai dengan perubahan pada model bisnis yang dianut. HAI, merupakan salah satu perusahaan media cetak di Indonesia yang sudah berdiri selama 40 tahun. Pada medio Juni 2017 lalu, HAI akhirnya harus menyudahi versi majalahnya dan hanya berfokus ke media online. Melihat segala konsep tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tentang model bisnis yang dianut HAI pasca melakukan transformasi digital. Pembahasannya akan menggunakan konsep model bisnis yang sesuai dengan HAI. Grafik 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian. Era Digital. Transformasi Digital. HAI. Model Bisnis HAI Pasca Transformasi Digital. 28 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(43) BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sifat Penelitian Peneliti Menggunakan. memilih pendekatan. untuk. menggunakan. kualitatif,. berarti. pendekatan penelitian. kualitatif. ini. akan. mendeskripsikan data yang berasal dari tulisan atau ucapan, serta perilaku subjek-subjek yang diamati (Bogdan dan Taylor, 1992, h. 21-22). Peneliti juga memilih untuk menggunakan penelitian deskriptif. Menggunakan deskriptif, berarti penelitian ini akan memaparkan sebuah peristiwa yang pembahasannya dibuat secara naratif (Jallaludin, 2014, h. 2425). Sementara itu, paradigma yang digunakan pada penelitian ini adalah post-positivis. Paradigma post-positivis menjelaskan, bahwa kesemua elemen yang terdapat di dalam penelitian, merupakan hal yang logis, dapat direduksi, serta berdasarkan data-data empiris. Fokus dari paradigma post-positivis adalah keterkaitan antara penyebab dan efek dari sebuah kasus (Creswell, 2007, h. 20). Paradigma post-positivis akan menghasilkan sejumlah logika mengenai tema penelitian. Selain itu, post-positivis juga meyakini adanya banyak sudut pandang dalam sebuah realitas tunggal, serta mengumpulkan data dengan beberapa cara, dan kemudian dianalisis melalui pendekatan kualitatif (Creswell, 2007, h. 20).. 28 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(44) 3.2 Metode Penelitian Peneliti memilih untuk menggunakan metode studi kasus pada penelitian ini. Pengertian studi kasus adalah sebuah strategi penelitian yang pokok pertanyaannya berkenaan dengan how dan why. Bila menggunakan studi kasus, berarti peneliti tidak memiliki kontrol atas peristiwa yang diamati, dan fokus penelitiannya tertuju pada fenomena kehidupan nyata masa kini (Yin, 2013, h. 1). Pada metode studi kasus, fenomena yang diamati harus berada di dalam konteks kehidupan nyata. Namun, batas-batas antara fenomena dan konteksnya sendiri nampak tidak begitu jelas. Selain itu, studi kasus juga mewajibkan peneliti untuk memanfaatkan sumber yang berbeda (Yin, 2013, h.18). Terdapat tiga tipe studi kasus, yaitu eksploratoris, deskriptif, dan eksplanatoris. Pada studi kasus eksploratoris, pemakaiannya bertujuan untuk mengembangkan sebuah hipotesis. Studi kasus deskriptif, berguna untuk mendeskripsikan suatu fenomena. Studi kasus eksplanatoris ditujukan kepada pertanyaan how dan why (Yin, 2013, h. 8-9). Peneliti sendiri lebih condong untuk memakai studi kasus deskriptif. Meski begitu, ternyata masih banyak wilayah eksploratoris, eksplanatoris, dan deskriptif yang tumpang tindih, sehingga ketiganya tetap bisa dipakai secara bersamaan (Yin, 2013, h. 7).. 3.3 Key Informan dan Informan Peneliti akan berfokus kepada media HAI. Pemilihan HAI dikarenakan HAI merupakan media di Indonesia yang telah melakukan transformasi digital. 29 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(45) pada bisnisnya. Media yang berdiri sejak 40 tahun lalu ini, pada Juni 2017 kemarin akhirnya menutup versi cetaknya dan beralih hanya kepada media online saja. Peneliti kemudian mencari data dan informasi melalui beberapa informan terkait HAI. Adapun informan tersebut adalah: 1. Adhi Quardianto, (Business Manager HAI) 2. Rizki Ramadan, (Managing Director HAI). 3.4 Teknik Pengumpulan Data Yin (2013, h. 101) menjelaskan, bahwa ada enam cara yang bisa dilakukan untuk mengumpulkan data pada studi kasus, antara lain, dokumen, rekaman arsip, wawancara, pengamatan langsung, observasi partisipan, dan perangkat-perangkat fisik lainnya. Berdasarkan pemaparan Yin tersebut, peneliti memutuskan untuk menggunakan dua cara saja, yaitu wawancara, dan pengamatan langsung. 1) Wawancara Wawancara merupakan salah satu teknik yang sangat penting pada metode studi kasus. Teknik wawancara sendiri terbagi ke dalam tiga jenis, yakni, wawancara open-ended, terfokus, dan terstruktur (Yin, 2013, h. 108-110). Bentuk. wawancara. yang. pertama,. yaitu. open-ended,. memungkinkan seorang peneliti untuk mendapatkan data, sekaligus opini dari sang narasumber. Jadi, sang narasumber bisa turut. 30 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(46) memberikan saran kepada peneliti tentang sumber-sumber lain yang dapat mendukung kesuksesan penelitian (Yin, 2013, h. 109). Selanjutnya, bentuk wawancara terfokus, merupakan teknik wawancara yang dilakukan dalam rentang waktu relatif singkat, misalnya satu jam. Pada teknik wawancara terfokus, daftar pertanyaan yang disusun haruslah spesifik dan terarah. Hal ini bertujuan agar peneliti bisa langsung mendapatkan informasi tambahan yang sesuai dengan kebutuhan ( Yin, 2013, h. 108-109). Sementara, pada bentuk ketiga, yakni wawancara terstruktur, proses wawancara dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih terstruktur. Bentuk yang ketiga ini bisa dibilang sangat mirip dengan teknik survei. Penyusunannya pun bahkan juga akan meliputi elemenelemen yang biasa dipakai pada teknik survei, seperti sampling misalnya (Yin, 2013, h. 110). Peneliti sendiri memilih menggunakan jenis wawancara openended. Hal ini bertujuan agar peneliti bisa mendapatkan data sekaligus opini dari narasumber yang diwawancarai. 2) Observasi Langsung Observasi langsung merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan kunjungan lapangan. Teknik ini bermanfaat untuk mendapatkan data mengenai perilaku serta kondisi sosial dari objek atau tempat yang diteliti (Yin, 2013, h. 112).. 31 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(47) Observasi langsung sendiri dapat dilakukan secara formal, ataupun informal. Bila secara formal, observasi langsung dimasukan ke protokol utama penelitian. Peneliti akan melakukan pengamatan yang diukur dan dibatasi dalam jangka waktu tertentu (Yin, 2013, h. 113). Sementara. itu,. bila pada observasi langsung. informal,. pengamatan merupakan bagian di luar protokol utama penelitian. Observasi dapat sekaligus dilangsungkan saat peneliti melakukan wawancara atau teknik-teknik lainnya (Yin, 2013, h. 113). Peneliti sendiri memilih menggunakan observasi. langsung. informal. Observasi tersebut pelaksanaannya dilakukan bersamaan saat peneliti melakukan proses wawancara, dan mengolah hasil penelitian. Objek-objek yang diobservasi terdiri dari redaksional, website, serta media sosial milik HAI, dan juga content aggregator yang bekerja sama dengan HAI.. 3.5 Keabsahan Data Keabsahan data pada penelitian ini menggunakan teknik validitas konstruk. Menurut Yin (2013, h. 41), terdapat tiga taktik yang bisa meningkatkan validitas konstruk, yaitu: 1) Memakai beberapa sumber sebagai bukti dalam mengumpulkan data penelitian. 2) Menyusun rangkaian bukti yang ditemukan. 3) Meminta para informan untuk meninjau kembali hasil penelitian.. 32 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(48) Peneliti sendiri memakai ketiga taktik yang terdapat dalam validitas konstruk tersebut. Pertama, penelitian ini memakai multisumber bukti, yakni dari hasil wawancara dan hasil observasi. Kedua, peneliti menyusun kesemua bukti sesuai dengan konsep yang dipakai. Kemudian yang terakhir, peneliti meminta kepada informan kunci, Adhi Quardianto, untuk meninjau ulang kembali segala hasil penelitian yang sudah ada.. 3.6 Teknis Analisis Data Pada teknik analisis data, peneliti menggunakan teknik penjodohan pola. Penjodohan pola tersebut dilakukan dengan memerhatikan relevansi hasil penelitian terhadap variabel-variabel yang ditentukan sebelum pengumpulan data (Yin, 2013, h. 140). Peneliti turut menambahkan penggunaan variabel-variabel nonequivalen sebagai pola. Penelitian ini bisa memiliki pola-pola alternatif dari nilai-nilai yang telah diprediksi sebelumnya (Yin, 2013, h. 140-141).. 33 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(49) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Subjek/Objek Penelitian Gambar 4.1 Logo HAI. (Sumber: hai.grid.id). HAI merupakan media yang menjadi objek dalam penelitian ini. Lebih spesifik, objek penelitian akan tertuju pada model bisnis HAI pasca mereka melakukan transformasi digital. Kemunculan HAI sebagai salah satu media di Indonesia, ditandai dengan diterbitkannya majalah perdana mereka pada 5 Januari 1977 silam. HAI sendiri merupakan media yang berada di bawah naungan Kelompok Kompas Gramedia (KKG), dan dikoordinasi langsung oleh anak perusahaan KKG, PT Gramedia Majalah (Tomy, 2017, h. 6). Cikal bakal HAI berawal dari Majalah MIDI (Muda Mudi) yang terbit pada 1972. Namun, empat tahun berselang, Majalah MIDI terpaksa. 34 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(50) tutup akibat tak mampu bertahan di tengah persaingan industri media massa kala itu (Tomy, 2017, h. 6). Posisi yang ditinggalkan MIDI tersebut, kemudian digantikan oleh HAI. Penamaan HAI sendiri merupakan sebuah akronim dari Hibur, Asuh, Ilmu. Tiga kata tersebut, lantas menjadi pedoman HAI untuk menjadi media massa yang bisa memberikan hiburan, informasi, serta pendidikan, kepada para pembacanya (Tomy, 2017, h. 6). Rizki Ramadhan, selaku Managing Editor HAI, menyebutkan bahwa HAI merupakan media yang merepresentasikan kaum remaja pria. Pembaca utama HAI sendiri ialah anak muda yang berusia 18-24 tahun, khususnya para pelajar SMA. Konten yang dibahas pun tentu sangat lekat dengan kehidupan para remaja, yakni, musik, pop culture, pengembangan diri, dan pendidikan.: “Pembaca utama HAI itu ada di umur 18 sampe 24 tahun, tapi itu pembaca idealnya di umur-umur SMA, atau baru lulus SMA. Jadi HAI itu memposisikan diri sebagai kakak bagi anak-anak SMA, dan menceritakan masa-masa kuliah juga. Terus positioning HAI itu adalah cowok yang agak bandel tapi tetep mikirin sekolah dan pinter, keren tapi pinter, tapi nakal juga. Terus konten-konten yang dibahas itu secara garis besar ada empat pilar, pertama ak a, kedua pop culture, seperti movie, art, anime, kayak gitu-gitu di bawah pop culture. Terus yang ketiga self improvement, dan satu lagi itu pendidikan, semacam kayak berita-berita sekolah atau kampus.” HAI terus beradaptasi dengan perkembangan zaman. Gaya bahasa HAI selalu disesuaikan dengan tren yang berkembang. Hal ini ditujukan agar artikel-artikel yang disajikan HAI bisa selalu dekat dengan psikologis para pembaca remaja (Tomy, 2017, h. 7).. 35 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(51) Sejak 1977 sampai 2016, majalah HAI terbit setiap minggunya. Namun, pada pertengahan 2016, HAI mengubah jadwal penerbitan majalahnya menjadi sebulan sekali (HAI, 2018, para. 3). Selain format majalah, pada tahun 2000 HAI juga mulai menyapa para pembacanya lewat media online, dengan meluncurkan HAI-online. Namun, kala awal-awal mengudara, isi konten yang ada di HAI-online hanyalah merupakan copy-paste dari versi majalahnya. Barulah pada 2007, HAI Online benar-benar menciptakan isi kontennya sendiri (Tomy, 2017, h. 7). Memasuki pertengahan Juni 2017, HAI melakukan sebuah perubahan yang cukup besar. Mengusung moto We Need More Space, HAI resmi menutup versi majalahnya, dan bertransformasi ke platform digital secara penuh. Manajemen HAI berpendapat, bahwa kebijakan tersebut diambil untuk memberikan ruang yang lebih luas, baik kepada tim HAI sendiri, ataupun kepada para pembaca (Dwi, 2017, para. 1-3).. 4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Transformasi Digital di HAI Transformasi digital yang diterapkan oleh HAI menjadi tema besar dalam penelitian ini.. Rizki Ramadan. selaku. Managing. Editor,. menjelaskan awal mula perencanaan HAI, sampai akhirnya transformasi digital tersebut benar-benar terjadi.. 36 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(52) Wacana transformasi digital dalam tubuh HAI sebenarnya sudah muncul sejak tahun 2016. Namun, kala itu, HAI lebih memilih untuk mengubah jadwal penerbitan majalahnya terlebih dahulu, ketimbang langsung bertransformasi ke digital. “Sebenarnya keputusan mau pindah dari cetak ke digital itu wacananya udah muncul di tahun 2016. Tapi waktu itu pengen uji coba dulu kalau kita nggak jadi digital langsung, tapi jadi majalah bulanan. Kan sebelumnya HAI itu mingguan. Yaudah jadi bulanan sejak bulan Oktober 2016, nyoba sampai bulan Mei 2017.” Sementara itu, menurut Business Manager HAI, Adhi Quardianto, sembari HAI dalam masa uji coba menerbitkan majalah sebulan sekali, tim internal HAI turut melakukan riset tentang peluang di dunia digital. Hasil riset itu menemukan, bahwa generasi Z dan generasi Y yang menjadi target. pembaca. HAI,. telah. meninggalkan. majalah,. dan beralih. menggunakan media online di gawainya masing-masing sebagai sumber untuk mendapatkan informasi. Selain itu, hasil riset juga menunjukan adanya penurunan pendapatan yang diperoleh HAI dari penjualan majalah. “Jadi, pada awalnya itu, impactnya sudah mulai kerasa gitu kan. Yang tadinya terbit mingguan, lalu menjadi terbit bulanan. Tapi long the way, setelah perjalanan yang kita lakukan melalui strategi yang tadi, dari terbit mingguan ke bulanan, kami coba review lagi selama 6 bulan. Nah, yang kami temukan itu tetap menunjukan bahwa pendapatan kami juga tidak meningkat, kedua sirkulasi dan oplah perputarannya juga gak baik, banyak returnya, dan di bulan keenam tersebut kami perkuat dengan data insights yang sesuai sama target audiens HAI gitu. Di kala itu, target audiens itu lekat banget sama generasi y dan generasi z, jadi yang milenial sama generasi z. Kita coba pelajari sebenernya behavior mereka itu dalam konsumsi news content seperti apa. Nah, banyak sih sebenernya banyak banget variabelnya nih yang kita temukan. Cuma, coba kita ringkas aja, pertama itu datanya ternyata anak muda gak baca lagi tuh namanya majalah, ak an ada yang baca, tapi kan presentasenya gak banyak. Sehingga, anak muda ini kalo. 37 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(53) baca berita pada ke mana sih? Mereka lewat smartphone, nyari kontennya kebanyakan dari SEO.” Rizki Ramadan menjelaskan, bahwa keputusan HAI untuk benarbenar menerapkan transformasi digital itu terjadi pada Juni 2017. Kala itu, keputusan HAI bertransformasi ke digital turut diikuti dengan moto We Need More Space. Moto tersebut mengartikan bahwa HAI perlu sebuah medium baru yang lebih besar dalam berkreasi dan menyapa pembacanya. “Baru benar-benar digitalnya tuh di tahun 2017 kemarin, bulan Juni. Saat itu di edisi terakhir majalah, kita bawa kampanye We Need More Space. Jadi intinya si HAI ini pindah ke HAI online bukan karena meninggalkan media, tapi karena HAI butuh ruang yang lebih besar lagi untuk mengeksplor konten, bikin konten, dan lebih akrab lagi menyapa anak muda. Itu misi yang dibawa sama HAI.” Menurut penjelasan Rizki Ramadan, langkah transformasi digital yang diambil HAI, ternyata sejalan dengan rencana dari Kompas Gramedia Majalah. HAI sendiri memang salah satu media yang berada di bawah naungan dan koordinasi Kompas Gramedia Majalah. Sudah sejak awal 2017, Kompas Gramedia Majalah menyiapkan strategi khusus bagi media-media naungannya untuk menghadapi transformasi digital. Kompas Gramedia Majalah membentuk sekaligus mengganti namanya menjadi Grid Id Network. Kemudian, Grid Id Network ini menjadi payung transformasi digital bagi 13 media di bawahnya, termasuk HAI. “Jadi sejak 2017 kan pengen hijrah ke digital, yaudah sekalian bikin konsep baru, jadi kita bikinlah grid network. Jadi Kompas Gramedia Magazine itu berubah nama jadi Grid Network. Jadi di bawah Grid Network itu ada empat bidang, pertama digital satu, digital satu itu, sebentar ulang. Di bawah grid itu ada empat. 38 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(54) bidang, pertama penerbitan cetak, itu yang make percetakan kan Nova, Natgeo, Nakita. Terus ada yang namanya digital. Nah digital itu di bawahnya ada dua, pertama digital satu dan digital dua. Yang di digital satu itu HAI, Cewekbanget, Intisari, Grid. Digital dua itu memayungi Grid Oto, Bolasport. Terus yang di divisi ketiga ini ada yang semacam agensi. Jadi si Kompas Gramedia itu bikin agensi gitu untuk menerima pekerjaan dari klien. Misalkan ada klien Pertamina minta diurusin media sosialnya, terus Grid Factory yang turun tangan. Terus satu lagi, namanya Grid Voice, ini semacam bikin manajemen influencer. Itu kayak manajemen untuk para youtuber gitu. Tapi cakupannya gak Cuma youtuber, lebih luas lagi.” Gambar 4.2 Tampilan Website HAI. (Sumber: hai.grid.id) Sejak penerapan transformasi digital tersebut, Rizki Ramadan merasakan banyak perubahan yang terjadi dalam tubuh HAI. Pertama ialah. 39 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(55) perubahan dari medium yang dipakai. Bila dahulu HAI hadir dalam versi majalah dan online, kini HAI hanya menyapa para pembacanya lewat format online saja, yakni menggunakan website, dan media sosial. “Formatnya berubah jadi digital online. Di online itu kita kontennya jadi lebih banyak, multimedia. Pertama kita bikin konten utamanya di Web. Web-nya itu HAIonline.com yang ada di subdomain Grid. Di situ tuh kita ngeshare kayak artikel-artikel harian. Terus, sebagai cabangnya HAI online itu kita punya IG untuk ngepost berita-berita singkat, terus ada Twitter, FB, Line, tiga itu dipakai untuk ngeshare berita-berita dari HAI online. Sama Youtube juga. Youtube tuh untuk video, untuk mengupload kontenkonten video.” Hal kedua yang berubah menurut Rizki Ramadan ialah dari struktur redaksional HAI. Semenjak transformasi digital, struktur organisasi keredaksian HAI mengalami perombakan yang cukup signifikan. Dahulu, saat masih ada majalah, keredaksian HAI diisi oleh 20 orang yang terbagi ke dalam beberapa posisi, seperti, pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, editor, reporter, redaktur foto, redaktur desain, designer, illustrator, serta stylist. Namun, setelah melakukan transformasi digital, keredaksian HAI hanya menyisakan empat orang saja, dengan posisi inti managing editor, editor, dan dua reporter. Selain itu, redaksional HAI juga dibantu oleh satu orang pemimpin redaksi yang membawahi beberapa media sekaligus. Ada pula beberapa pekerja lepas yang menempati posisi reporter dan pengelola media sosial. “Struktur organisasi berubah, yaitu mengikuti manajemen di sini secara keseluruhan. Yang tadinya strukturnya agak banyak, sekarang jadi dirampingin. Dulu si HAI itu bisa sampe 20 orang. Ada pemimpin redaksi, ada redaktur pelaksana, ada editor desk,. 40 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(56) reporter. Di urusan visual, ada redaktur foto, redaktur desain, desainer, ilustrator dan stylist. Awak HAI pun banyak yg memilih untuk cabut. Hingga sekarang tersisa 4 orang. Di struktur redaksi sekarang, posisi inti yang ada adalah managing editor, editor, dan dua reporter. Hai juga ada pekerja lepas di posisi reporter dan admin media sosial. Pemimpin redaksi HAI juga dilebur. Satu pemred sekarang membawahi beberapa media sekaligus.”. Gambar 4.3 Redaksional HAI. (Sumber: hai.grid.id) Perubahan pada struktur organisasi tersebut, turut berdampak pada sistem kerja redaksional HAI. Berdasarkan penuturan Rizki Ramadan, dahulu, sebelum bertransformasi, sistem kerja redaksional HAI tidak hanya berfokus ke media online saja. Redaksional HAI masih harus membagi fokus kerjanya untuk pembuatan konten di majalah. Proses pembuatan konten majalah diawali dengan rapat redaksi setiap tiga minggu sebelum penerbitan. Rapat redaksi berguna untuk. 41 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(57) menentukan ide artikel rutin setiap rubrik, ide artikel topik lepas, dan ide artikel liputan khusus. Pengerjaan kontennya sendiri, baik liputan, penulisan, maupun penyuntingan, harus diselesaikan dua minggu sebelum majalah diterbitkan. Baru setelah itu di tahap terakhir, tim designer menyusun desain majalah yang akan diterbitkan. “Saat masih ada majalah redaksi dibagi dua, yang ngurus cetak sama yang ngurus digital. Sistem kerja rutin anak majalah, yang pertama ada perencanaan, di mana setiap edisi sudah dirapatin tiga minggu sebelumnya. Kami rapat tiap Senin. Ada tiga jenis artikel yang dirapatin. Artikel rutin setiap rubrik, jadi di rapat itu, reporter tiap rubrik ngajuin ide artikelnya. gue megang rubrik sekolah, Jeanett film, Agasi kampus, Rian musik, Meri kesehatan. Artikel topik lepas, ini semacam artikel in-depth tentang suatu isu, bebas topiknya. Artikel lipsus, ini artikel indepth kalau ada edisi khusus. Setelah rapat, kami uda bisa nyicil kerjain. Tapi baru bener-bener diselesaikan di minggu kedua sebelum terbit. Inti alur kerjanya yaitu meeting redaksi, liputan, nulis, edit, desain, dan cetak.” Sementara, setelah kini bertransformasi digital, sistem kerja redaksional HAI hanya berfokus ke media online saja. Redaksi HAI dituntut untuk memproduksi konten secara lebih cepat dan lebih banyak setiap harinya. Selain itu, redaksi HAI juga perlu pintar dalam membuat artikel-artikel yang berasal dari satu tema, namun dibuat ke dalam banyak sudut pandang. “Sekarang kita harus makin cepat, dalam penentuan tema, lihat apa yang lagi trending, terus kita harus bisa bikin artikel saat itu juga. Gak cukup satu artikel, jadi ya harus banyakin angle beritanya. Pokoknya perbanyak angle hanya dari satu tema. Dan karena semua bisa dihitung banget di dunia digital itu jadi suatu tantangan buat kita. kita ditargetin satu bulan itu HAI harus mencapai let say 4 juta page view. Itu harus dikejar banget, jadi kalau pun kita belum mencapai target itu ya harus cari cara untuk bikin konten yang banyak mendatangkan audiens.”. 42 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

(58) Pola rapat redaksi tetap diberlakukan pada sistem kerja redaksional HAI pasca bertransformasi digital. Rizki Ramadan menyebut, bahwa rapat redaksi HAI dibagi menjadi dua tipe, yakni rapat redaksi bulanan dan rapat redaksi mingguan. Rapat redaksi bulanan ditujukan untuk proses evaluasi, penentuan ide konten artikel liputan khusus, serta konten video di Youtube. Sedangkan, rapat redaksi mingguan akan membahas perencanaan produksi konten mengenai isu-isu menarik yang terjadi selama seminggu. “Nah, sistem kerja anak digital sekarang ini, rapat ada dua jenis, yaitu rapat bulanan dan rapat mingguan. Di bulanan ngomongin evaluasi konten, dan ngerencanain artikel lipsus bulanan, ngomongin konten video. Di rapat mingguan, kita ngebahas isu apa yang kira-kira menarik di seminggu itu. Dijabarin juga ide-ide artikel dari isu itu.” HAI kini juga melakukan pembagian rubrik pada sistem kerja redaksionalnya. HAI sendiri memiliki beberapa rubrik, yakni, trending news, musik, olahraga, sekolah, dan self improvement. Namun, dikarenakan jumlah sumber daya manusia yang ada di redaksional HAI terbilang sedikit, maka tiap orangnya akan merangkap beberapa rubrik sekaligus. Rizki Ramadan selaku managing editor menangani rubrik sekolah dan teknologi. Rahardian Sidik selaku editor menangani rubrik olahraga dan musik. Alvin Bahar selaku editorial staffs menangani rubrik trending news, gaya hidup, dan fashion. Sementara, Fadli Adzani yang juga menjabat Editorial Staffs, ditunjuk untuk menangani rubrik olahraga dan teknologi. “Kalo dari sistem redaksi tetep ada pembagian-pembagian rubrik, ada penjaga tiap rubrik. Fokusnya tuh ke musik film, trending news olahraga sekolah sama self improvment, tapi karena sekarang. 43 Implementasi Model Bisnis..., Petrus Tomy Wijanarko, FIKOM, 2018.

Gambar

Gambar 4.1. Logo HAI…………………. ……………………………….  34  Gambar 4.2. Tampilan Website HAI …………………………………….
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu …………………………………….  8
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu  No  Hal yang  dikaji  Penelitian terdahulu 1  Penelitian  terdahulu 2  Penelitian ini  1  Judul  penelitian  Understanding and Managing Digital  Transformation – A  case study of a large
Grafik 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait