LAPORAN LENGKAP SEMENTARA
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK
DI SUSUN OLEH :
NURFADILAH AMALYA 1413042003
PENDIDIKAN KIMIA
LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan lengkap sementara praktikum kimia fisik yang berjudul “Percobaan ini berjudul “Pembuatan Cis dan Trans-Kalium Dioksalatodiakuokromat (III)” disusun oleh :
Nama : Nurfadilah Amalya
NIM : 1413042003
Kelompok : VII (Tujuh)
Kelas : Pendidikan Kimia
telah diperiksa oleh Asisten dan Koordinator Asisten yang bersangkutan dan dinyatakan diterima.
Makassar, 2016
Koordinator Asisten Asisten
Marwah Karim Venensia Aveline Sebatu
Mengetahui, Dosen Penanggung Jawab
Hardin, S.Si,S.Pd, M.Pd NIP. 19870807 201504 1 004
A. JUDUL PERCOBAAN
Pembuatan Cis dan Trans-Kalium Dioksalatodiakuokromat
B. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari pembuatan dan sifat-sifat isomer Cis dan Trans dari garam komleks Kalium dioksalatodiakuokromat (III).
A. LANDASAN TEORI
Logam transisi memiliki keunikan yang cenderung membentuk ion komplek. Senyawa koordinasi umumnya terdiri atas ion kompleks dan ion lawan (counter ion). Sifat senyawa koordinasi bermula dari karya klasik kimiawan Swiss bernama Alfred Werner, yang melakukan reaksi dan menemukan karakteristik dari banyak senyawa koordinasi. Pada tahun 1893, pada usia 26, Werner mengajukan apa yang sekarang biasa disebut teori koordinasi Werner. Para kimiawan abad ke-19 dibingungkan oleh segolongan reaksi yang tampaknya melanggar teori valensi. Sebagai contoh, valensi unsur-unsur dalam kobalt (III) klorida dan dalam amonia tampaknya sangat memuaskan, tetapi kedua zat ini bereaksi membentuk senyawa
stabil dengan rumus CoCl3.6NH3. Untuk menjelaskan perilaku ini Werner
mempostulatkan bahwa sebagian besar unsur menunjukkan dua jenis valensi: valensi primer dan valensi sekunder. Dalam terminologi modern, valensi primer searti dengan bilangan oksidasi dan valensi sekunder searti dengan bilangan
koordinasi dari unsur. Pada CoCl3.6NH3, menurut Werner, kobalt mempunyai
valensi primer 3 dan valensi sekunder 6. Rumus [Co[NH3)6]Cl3 digunakanuntuk
menyatakan bahwa molekul amonia dan atom kobalt membentuk ion kompleks, ion klorida bukan bagian dari kompleks tetapi terikat ke kompleks tersebut oleh gaya ionik. Kebanyakan, tetapi tidak semua, logam dalam senyawa koordinasi
adalah logam transisi
(Chang, 2004: 239). Bilangan koordinasi adalah bilangan yang menyatakan banyaknya atom donor dalam ligan yang terikat pada atom atau ion pusat dalam senyawa kompleks, bilangan oksidai dari atom yang berikatan adalah muatan yang dimiliki oleh atom tersebut apabila elektron-elektron dalam setiap ikatan diberikan pada atom yang lebih elektronegatif (Saputra, 2015 : 38). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa logam transisi cenderung membentuk
ion kompleks. Senyawa koordinasi terdiri dari ion kompleks. Dapat juga diketahui bahwa sebagian besar unsur menunjukkan dua jenis valensi: valensi primer dan valensi sekunder. Valensi primer sama dengan bilangan oksidasi sedangkan valensi sekunder sama dengan bilangan koordinasi dari unsur.
Pelaksanaan analisis anorganik kualitatif banyak digunakan reaksi-reaksi yang menghasilkan pembentukan kompleks. Suatu ion (atau molekul) kompleks terdiri dari satu atom (ion) pusat dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom (ion) pusat itu. Jumlah relatif komponen-komponen ini dalam kompleks yang stabil nampak mengikuti stoikiometri yang sangat tertentu, meskipun ini tak dapat ditafsirkan di dalam lingkup konsep valensi yang klasik. Atom pusat ini ditandai oleh bilangan koordinasi, suatu angka bulat, yang menunjukkan jumlah ligan (monodentat) yang dapat membentuk kompleks yang stabil dengan satu atom pusat. Pada kebanyakan kasus, bilangan koordinasi adalah 6 (seperti dlam kasus Fe2+, Fe3+, Zn2+, Cr3+, Co3+, Ni2+, Cd2+), kadang-kadang 4 (Cu2+, Cu+, Pt2+), tetapi
bilangan-bilangan 2 (Ag+) dan 8 (beberapa ion dari golongan platinum) juga
terdapat (Svehla, 1985: 95). Jumlah ligan yang mengelilingi atom pusat menyatakan bilangan koordinasi (Ramlawati, 2005 :1). Bilangan koordinasi ditentukan oleh ukuran atom logam pusat, jumlah elektron d, efek sterik ligan (Saito, 1996 : 118). Jumlah total ikatan logam dengan ligan dalam sebuah kompleks (biasanya dua sampai enam) disebut bilangan koordinasi (Oxtoby, 2001 :139). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam reaksi-reaksi pembentukan ion kompleks terdiri dari satu atom pusat dan sejumlah ligan yang terikat pada atom pusatnya. Bilangan koordinasi umumnya adalah 6 dan 4 dan terdapat pada logam-logam transisi khususnya yang berakhir pada kulit d.
Senyawa yang tersusun atas satu atom pusat, biasanya logam, atau
kelompok atom, seperti VO, VO2 dan TiO yang dikelilingi oleh sejumlah anion
atau molekul netral disebut senyawa kompleks. Anion atau molekul netral yang mengelilingi atom pusat atau kelompok atom itu disebut ligan. Jika ditinjau dari sistem asam-basa Lewis, atom pusat atau kelompok atom dalam senyawa kompleks tersebut bertindak sebagai asam Lewis, sedangkan ligannya bertindak
sebagai basa Lewis. Ikatan yang terjadi antara ligan dan atom pusat merupakan ikatan kovalen koordinasi, sehingga senyawa kompleks disebut pula senyawa koodinasi. Jumlah muatan kompleks ditentukan dari penjumlahan muatan ion pusat dan jumlah muatan ligan yang membentuk kompleks. Contoh, ion kompleks [Co(CN)6]2-, Co berperan sebagai atom pusat, CN- adalah ligan, angka enam
adalah bilangan koordinasi, dan 3- menyatakan muatan ion kompleks (Ramlawati, 2005:1). Suatu ikatan di mana kedua elektron yang digunakan bersama dalam ikatan hanya didonorkan oleh salah satu atom saja disebut ikatan kovalen koordinasi. Senyawa-senyawa yang mengandung ikatan semacam ini disebut senyawa koordinasi atau senyawa kompleks (Saputro, 2015 : 3). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa senyawa kompleks adalah senyawa logam yang tersusun dari satu atom pusat yang dikelilingi oleh sejumlah anion. Anion yang mengelilingi atom pusat disebut sebagai ligan.
Senyawa koordinasi dapat mengalami dua macam stereisomer, yaitu isomer geometri dan isomer optik. Isomer geometri terjadi antara dua isomer yang memiliki rumus kompleks sama tetapi penyusunan ruang dari beberapa ligan berbeda. Isomer geometri dapat dipisahkan dan harus dibedakan dengan isomer konformasi, yang terjadi dalam kesetimbangan dinamik antara yang satu dengan yang lain, dan ini disebabkan oleh perbedaan tenaga aktivasi. Isomer optik terjadi apabila suatu senyawa memutar bidang sinar polarisasi yang berbeda. Banyak molekul yang tidak memiliki titik atau bidang simetri (Ramlawati, 2005: 19). Isomeri adalah peristiwa terjadinya 2 atau lebih senyawa kimia umumnya senyawa organik yang memiliki rumus molekul sama tetapi rumus struktur (atau kedudukan atom-atom) dalam molekulnya berbeda. Isomeri dapat dibedakan sebagai isomeri struktur, isomeri gugus fungsi, isomeri ruang (stereoisomer). Jenis isomeri dimana 2 isomer atau lebih yang terjadi mempunyai rumus molekul sama tetapi gugus-gugus yang terikat pada kedua atom C-nya mempunyai kedudukan ruang yang berbeda. Jenis isomeri ini dapat dibedakan sebagai isomeri geometrik dan isomeri optik (Tim pustaka gama, 2014 : 182-184). Dari berapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa senyawa koordinasi terbagi menjadi isomer geometri dan isomer optik. Isomer geometri yaitu isomer yang memiliki rumus
molekul yang sama tetapi mempunyai rumus struktur yang berbeda. Sedangkan isomer optik yaitu isomer yang memutar bidang polarisasi yang berbeda.
Dalam hal ini, isomer-isomer mempunyai sifat-sifat sama, demikian pula harga pemutaran bidang polarisasi sinar tertukutub, hanya arahnya berlawanan. Zat yang dapat memutar bidang polarisasi sinar tekutup disebut juga zat optis aktif. Yang memutar ke kanan disebut dextro (d atau +) dan yang memutar ke kiri disebut levo (l atau -). Suatu molekul atau ion bersifat optis aktif, bila molekul atau ion tersebut tidak mempunyai bidang simetri, artinya zat tersebut tidak mungkin dapat dibagi menjadi dua bagian yang tepat sama (Ramlawati. 2005 : 22). Isomer geometrik cis dan trans mungkin diamati pada senyawa kompleks dengan dua jenis ligan, dan pertama kali dicatat oleh A. Werner ketika mensintesis senyawa berkoordinat 4 [PtCl2(NH3)2]. Karena kompleks tetrahedral tidak akan menghasilkan isometri geometri, Werner menyimpulkan bahwa senyawa kompleksnya adalah bujur sangkar. Baru-baru ini
cis-[PtCl2(NH3)2] (cisplatin) telah digunakan untuk terapi tumor dan dan patut
dicatat bahwa yang aktif hanyalah isomer cis (Saito, 1996 : 120). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa isomer optik yang memutar bidang polarisasi ke kanan disebut dextro (d atau +) sedangkan isomer optik yang memutar bidang polarisasi ke kiri disebut dengan levo (l atau -). Isomer geometrik
cis dan trans dapat juga diamati pada senyawa kompleks dengan dua jenis ligan,
yang menyimpulkan bahwa senyawa kompleks dari [PtCl2(NH3)2] adalah bujur sangkar.
Isomer cis-trans adalah cara yang paling umum diguakan untuk menunjukkan konfigurasi alkena. Dengan sistem ini tidak lagi dijumpai keraguan isomer manakah yang diberi nama cis-2 butena dan manakah trans-3 heksena. Untuk alkena yang lebih kompleks, orientasi atom-atom pada rantai utama menentukan apakah alkena termasuk cis atau trans. Misalnya rumus struktur isomer cis-3,4-dimetil-2-pentena. Pada contoh ini, atom-atom karbon rantai utama nomor 1 dan 4 terletak pada sisi yang sama terhadap ikatan rangkap, sehingga diberi nama cis (Parlan, 2005: 47). Isomer cis-trans adalah keisomeran geometris senyawa karbon yang timbul karena rintangan terhadap putaran bebas melalui
ikataan rangkap dua atau karena akibat struktur lingkaran (Pudjaatmaka, 2002 : 338). Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa isomer cis dan trans merupakan cara yang paling umum digunakan untuk menunjukkan konfigurasi alkena. Dari isomer cis dan trans dapat diketahui cara pemberian nama senyawa tersebut.
Isomer cis dan trans dapat dibedakan oleh : (a) momen dipol , senyawa
trans dari [Pt (PEt2 ) 2 Cl2] akan mempunyai momen dipol yang dapat diabaikan
karena adanya penghilangan momen ikatan dari masing-masing ikatan, tetapi isomer cis akan mempunyai momen dipol yang berani, (b) spektroskopi IR. Isomer trans memberikan spektrum lebih sederhana daripada isomer cis karena
pengurangan frekuensi stretching ikatan M2A dan M-B dalam isomer trans, (c)
metode reaktivitas kimia. Dengan asumsi bahwa tidak ada perubahan struktur dari ligan, sederetan reaksi dapat dipakai untuk membedakan antara isomer cis dan trans. Untuk kompleks oktahedral, isomer cis-trans terjadi pada senyawa-senyawa rumus umum :
[MA4X2] : contoh [Cr(NH3)4Cl2]
-[M(AA)2X2] : contoh [C0(en)2Cl2]4
[M A4XY] : contoh [C0 (NH3)4Cl Br]
-[M(AA)2XY] : contoh [C0(en)2Cl Br]
(Ramlawati, 2005 : 20-21).
Bila empat ligan berkoordinasi pada logam, koordinasi tetrahedral (Td) adalah geometri yang paling longgar, walaupun sejumlah kompleks bujur sangkar (D4h) juga dikenal. [CoBr4]2-, Ni(CO)4, [Cu(py)4]+, [AuCl4]- adalah contoh-contoh
kompleks tetrahedral. Ada beberapa kompleks bujur sangkar dengan ligan identik,
seperti [Ni(CN)4]2-, atau [PdCl4]2-. Dalam kasus kompleks ligan campuran,
sejumlah kompleks bujur sangkar ion d8, Rh+, Ir+, Pd2+, Pt2+, dan Au3+, telah
dilaporkan. Contohnya termasuk [RhCl(PMe3)3], [IrCl(CO)(PMe3)2],
[NiCl2(PEt3)2], dan [PtCl2(NH3)2] (Et =C2H5) (Saito, 1996 : 120). Dari pendapat di
atas dapat diketahui bahwa isomer trans memberikan spectrum yang lebih sederhana daripada isomer cis karena pengurangan frekuensi stretching ikatan
Katalis Ni/γAl2O3 yang dipreparasi melalui impregnasi menggunakan
pelarut methanol mempunyai aktivitas yang tinggi untuk mereduksi ikatan rangkap karbon-karbon pada eugenol, trans-isoeugenol, dan cis-isoeugenol. Tingkat reaktivitas eugenol pada reaksi hidrogenasi menggunakan katalis Ni/γ--Al2O3 paling tinggi karena faktor-faktor stereokimia yang meliputi struktur geometri, kepadatan substituen, pengaruh tingkat polaritas dan kuat interaksi nikel dengan ikatan π lebih mendukung. Perbandingan konversi terhadap produk dihasilkan adalah 100 : 18 : 66 (Muchalal, 2004: 104).
Proses menggoreng adalah salah satu cara memasak bahan makanan mentah (raw food) menjadi makanan matang menggunakan minyak goreng. Umumnya, proses ini dilakukan oleh industri pengolahan makanan, restoran, jasa boga, penjual makanan jajanan maupun tingkat rumah tangga. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium yang dilakukan di Laboratorium Gizi Kesehatan Masyarakat FKM-UI serta Laboratorium terpadu IPB, Bogor, pada bulan Desember tahun 2005 sampai Maret 2006. Penelitian dilakukan dengan 2 macam perlakuan (sampel minyak hasil penggorengan singkong dan daging) dengan 4 kali pengulangan setiap perlakuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh menggoreng dengan cara deep
frying (suhu tinggi dan jangka waktu lama) serta berulang terhadap pembentukan
asam lemak trans. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam lemak yang paling banyak terkandung pada minyak goreng adalah asam oleat (bentuk cis). Asam lemak trans (elaidat) baru terbentuk setelah proses menggoreng (deep frying) pengulangan ke-2, dan kadarnya meningkat sejalan dengan pengulangan penggunaan minyak. Hasil uji korelasi antara asam elaidat (trans) dan asam oleat
(cis) menunjukkan asosiasi negatif (r = - 0,8; p = 0,016). Dilihat dari mulai
terbentuknya asam lemak trans, maka disarankan untuk menggunakan minyak goreng tidak lebih dari 2 (dua) kali pengulangan (Sartika, 2009: 23).
Teknik dalam penelitian ini telah diujikan pada data yang diperoleh dari Wright (2004) yaitu tentang reaksi isomerisasi cis- dan trans-1-etil-2-metil siklopropana dan suatu soalan yang dinyatakan sebagai reaksi isomerisasi oleh Wilkinson (1980). Kedua data tersebut dinyatakan berlangsung menuruti
mekanisme reaksi order ke-satu pada kedua arah. Berdasarkan deviasi standar, maka bisa diambil kesimpulan bahwa reaksi balik dari isomerisasi cis-1-Etil-2-metil siklo-propana adalah order ke-satu terhadap senyawaan cis dan harga kb
pada t yang paling awal (= 400 detik) adalah 1,65x10-4 detik-1
(Patiha, 2013: 27-28).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat.
a. Gelas kimia 100 ml 1 buah
b. Gelas kimia 500 ml 1 buah
c. Gelas arloji 2 buah
d. Pembakar spritus 1 buah
e. Kaki tiga dan kasa asbes 1 buah
f. Corong biasa 1 buah
g. Batang pengaduk 2 buah
h. Cawan pengaduk 1 buah
i. Mortar 1 buah
j. Gelas ukur 10 ml 1 buah
k. Erlenmeyer 25 ml 1 buah
l. Botol semprot 1 buah
m. Pipet tetes 3 buah
n. Neraca analitik 1 buah
2. Bahan
a. Asam oksalat dihidrat ( H2C2O4..2H2O)
b. Kalium dikromat (K2Cr2O7) c. Etanol C2H6O d. Amonia (NH3) encer e. Aquades (H2O) f. Tissue g. Aluminium foil E. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan Isomer trans-kalium dioksalato diakuakuokromat (III)
a) H2C2O4.2H2O ditimbang sebanyak 12 gram.
b) Kristal dilarutkan dengan air panas.
c) K2Cr2O7 ditimbang sebanyak 4 gram.
d) Kristal dilarutkan dengan air panas. e) Kedua larutan di atas dicampurkan f) Gelas kimia ditutup dengan kaca arloji
g) Larutan diuapkan hingga volumenya tinggal separuh. h) Larutan diuapkan pada suhu kamar hingga tinggal 1/3. i) Larutan didinginkan menggunakan es batu
k) Kristal dicuci dengan aquades l) Kristal dicuci dengan alkohol m) Kristal dikeringkan
n) Kristal ditimbang.
2. Pembuatan isomer cis-kalium dioksalato diakuokromat (III)
a) H2C2O4.2H2O ditimbang sebanyak 12 gram
b) K2Cr2O7 ditimbang sebanyak 4 gram
c) Kedua kristal dicampurkan dalam cawan penguap d) 1 tetes aquades ditambahkan
e) Larutan ditutup dengan kaca arloji f) Etanol 95% ditambahkan
g) Menyaring kristal menggunakan corong buchner
h) Mencucin kristal dengan H2O dan etanol 95%
i) Mengeringkan kristal dalam oven j) Menimbang kristal
3. Uji kemurnian isomer
a)Kristal diambil sedikit pada kertas saring
b)Kristal dicuci dengan NH3
c)Perubahan warna diamati F. HASIL PENGAMATAN
1. Pembuatan isomer cis-kalium dioksalato dikuokromat (III)
NO. Aktivitas Hasil
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Menimbang 12,000 g H2C2O4 Melarutkan H2C2O4 dengan H2O Menimbang 4,0805 g K2Cr2O7
MelarutkanK2Cr2O7 dengan H2O panas
Larutan K2Cr2O7 ditambahkan ke dalam
larutan H2C2O4 lalu ditutup dengan kaca arloji
Larutan dibiarkan pada suhu kamar Larutan hitam didiamkan selama 1 malam Lalu disaring
Kertas saring kosong : 0,006 g Kristal
Kristal berwarna putih Larutan bening (homogen
Kristal berwarna orange Larutan berwarna orange
Larutan hitam yang meletup-letup / mendidih dan sangat
panas. ½ Vawal = 40 mL
1/3 Vawal = 26,6 mL
-Tidak terbentuk kristal
-2. Pembuatan Isomer Cis-Kalium dioksalatodiakuokromat (III)
NO. Aktivitas Hasil
1. 2. 3. 4. 5. 6. 4,0295 g K2Cr2O7 (orange) + 12,000 g H2C2O4
(putih) lalu diaduk
Serbuk berwarna orange muda + 1 tetes H2O
(bening) ditutup
Cairan hitam kental + 20 mL etanol , lalu ditutup
Endapan hitam didekantir Disaring dengan sarig Kristal Hijau kehitaman Kertas saring kosong : 0,006 g Kristal : 10,6352 g – 0,0006 g
Serbuk berwarna orange muda
Cairan hitam kental meletup-letup Endapan hitam menggumpal Endapan hitam Hijau kehitaman 10,6292 gram 3. Uji kemurnian
NO. Aktivitas Hasil
1. 2. Kristal Cis + NH4OH Kristal Cis + NH4OH Larutan menyebar ke kertas saring
Tidak terbentuk kristal
G. ANALISIS DATA
Diketahui :
m K2Cr2O7 = 4 gram (Mm = 294 gram/mol )
Mm K[Cr(C2O4)2(H2O)] = 303 gram/mol
m kristal trans (praktek) = 7,2 gram
m kristal cis (praktek) = 2,2 gram
m H2Cr2O4..H2O = 12 gram (Mm = 126 gram/mol)
Ditanyakan rendemen kristal trans dan cis = .... % ? Penyelesaian : n H2C2O4.H2O = gram Mm = 12 gram 126 gr /mol = 0,095 mol n K2Cr2O7 = gram Mm = 4 gram 294 gr /mol = 0,014 mol 7H2C2O4.2H2O + K2Cr2O7 2K [Cr(C2O4)2(H2O)] + 17 H2O + 6CO2 M 0,095 mol 0,014 mol -
S - 0,012 mol 0,027 mol 0,0230 mol 0,081 mol
m K[Cr(C2O4)2(H2O)2] = 303 gram/mol. 0,027 mool
= 8,181 gram Maka :
Rendemen untuk trans = gtam praktekgram teori x 100%
= 8,181 gram x 100%0 gram = 0%
Rendemen untu cis = gram praktekgram teori x 100%
= 10,6292 gram8,181 gram x 100% = 130%
H. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari cara pembuatan dan sifat-sifat isomer cis dan trans dari garam kompleks Kalium dioksalatodiakuokromat (III). Isomer merupakan isomer yang disebabkan oleh perbedaan letak gugus di dalam ruang. Isomer geometri juga disebut dengan isomer cis-trans. Cis merupakan isomer geometri dimana ligan yang terikat pada atom pusat berada pada sisi yang sama. Sedangkan trans merupakan isomer geometri dimana ligan yang terikat pada atom pusat berada pada sisi yang berseberangan.
1. Pembuatan isomer trans-kalium dioksalatodiakuokromat (III)
Percobaan ini bertujuan untuk membuat isomer trans-kalium dioksalatodiakuokromat (III). Krom (III) merupakan atom pusat, dan ligannya terdiri darin 2 molekul oksalat (C2O4) dan 2 molekul air (H2O). Strukturnya
dikatakan trans karena molekul ligan yang sama letaknya berseberangan dalam struktur senyawanya. Untuk membuat kristal trans, kristal asam oksalat dan kalium dikromat dilarutkan masing-masing dengan aquades panas. Aquades panas ditambahkan karena asam oksalat dan kalium dikromat kurang larut dalam air dingin. Kedua larutan dicampurkan dan ditutup dengan gelas arloji yang bertujuan untuk mengurangi letupan-letupan yang terjadi pada saat bereaksi. Kemudian
diuapkan dengan tujuan membuang air dan karbon dioksida yang terbentuk agar diperoleh kristal yang murni. Setelah itu, diuapkan di suhu kamar karena molekul
H2O yang akan diikat adalah 2 molekul H2O. Kemudian disaring dengan tujuan
untuk memisahkan kristal dengan air. Lalu dicuci dengan etanol untuk mengikat sisa-sisa air. Adapun reaksinya yaitu:
K2Cr2O4 (aq) + 7H2C2O4.2H2O → 2K[Cr(H2O)2(C2O4)2] + 6CO2 ↑ +
17H2O
Dari percobaan tidak diperoleh kristal trans yang disebabkan oleh aquades yang ditambahkan pada larutan tidak terlalu panas sehingga pada saat dilakukan penguapan, volume larutan tidak berkurang dan tidak mengendap menjadi kristal.
2. Pembuatan cis-kalium dioksalatodiakuokromat (III)
Percobaan ini dilakukan dengan mencampurkan K2CrO7 dan H2C2O4.2H2O
ditambahkan satu tetes H2O yang bertujuan untuk menggeser kesetimbangan
cis-trans kea rah cis karena cis-kalium dioksalatodiakuokromat (III) memiliki kelarutan yang rendah sehingga kristal dapat diperoleh.
Proses reaksi yang terjadi sama dengan perlakuan pada trans yaitu
eksoterm dan melepaskan CO2 dan H2O. Kemudian ditambahkan etanol untuk
mengikat sisa-sisa air. Kristal disaring, sehingga diperoleh berupa padatan kristal hijau kehitaman dengan persamaan reaksi:
K2Cr2O4 (aq) + 7H2C2O4.2H2O → 2K[Cr(H2O)2(C2O4)2] + 6CO2 ↑ +
17H2O
Dari analisis data diperoleh rendemen sebesar 130 %
3. Uji Kemurnian isomer
Untuk mengetahui kemurnian kristal cis yang diperoleh dapat dilakukan dengan menambahkan beberapa tetes amilum hidroksida encer pada kristal tersebut di atas kertas saring. Pada kristal cis- kalium dioksalatodiakuokromat (III) setelah ditambahkan dengan larutan amonia encer, kristal tersebut melarut dan menyebar ke kertas saring dan warnanya hijau kehitaman. Hal ini telah sesuai dengan teori dimana kristal cis dapat menyebar saat ditambahkan dengan amonia encer, artinya kristal yang diperoleh telah murni.
H-O-H
O = C O O
O = C Ni3+ C = O K
O O C = O
H-O-H
I. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Pembuatan kristal cis K[Cr(H2O)2(C2O4)2] dapat dilakukan dengan
mencampurkan kristal kalium dikromat dengan kristal asam oksalat dihidrat dan
ditambahkan dengan 1 tetes aquades. Sedangkan trans K[Cr(H2O)2(C2O4)2] dapat
diperoleh dengan mencampurkan larutan asam oksalat dan larutan kalium dikromat. Pada pengujian isomer cis K[Cr(H2O)2(C2O4)2] diperoleh rendemen
sebesar 130 % dengan warna hijau kehitaman dan pada pengujian isomer trans
K[Cr(H2O)2(C2O4)2] diperoleh rendemen 0 %.
2. Saran
Diharapkan agar praktikan lebih berhati-hati pada saat penambahan aquades pada campuran kristal cis karena reaksinya akan berlangsung dengan cepat.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Muchalal, M. 2004. Pengaruh Stereokimia Molekul Eugenol, cis-Isoeugenol, dan
trans-Isoeugenol Pada Reaksi Hidrogenasi Katalitik. Indonesian Journal of Chemistry Vol 4. No. 2. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Parlan dan Wahjudi. 2005. Kimia organik 1.Malang: UM Press.
Patiha. 2013. Penentuan Tetapan Laju Reaksi Balik dan tetapan Kesetimbangan dengan Pendekatan Reaksi Searah dan Hukum Laju Reaksi Maju.
ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 9, No. 2. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.
Rasyid, Muhaidah. 2009. Kimia Organik 1. Makassar: Badan Penerbit UNM Ramlawati. 2005. Kimia Anorganik Fisik. Universitas Negeri Makassar: Makassar Sartika, Ratu Ayu Dewi. 2009. Pengaruh Suhu dan Lama Proses Menggoreng
(Deep Frying) Terhadap Pembentukan Asam Lemak Trans. MAKARA,
SAINS, VOL. 13, NO. 1. Jakarta: universitas Indonesia.
Svehla, G. 1985. Vogel Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi
Kelima Bagian 1. PT. Jakarta: Kalman Media Pusaka.
Tim Dosen Kimia Anorganik. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
DOKUMENTASI
Melarutkan H2C2O4 yang telah Melarutkan K2Cr2 yang telah
ditimbang
ditimbang 12 gram dengan H2O 4,0805 gram H2O panas
Larutan K2Cr2 + H2C2O4 menghasilkan larutan
Hitam meletup/mendidih dan ditutup dengan gelas arloji.
2. Pembuatan Isomer Cis-kaliumdioksalatodiokuokromat (III)
Larutan hitam didiamkan selama 1 malam lalu di saring. Tapi pada percobaan ini tidak terbentuk kristal Trans
K2Cr2 (orange)+ H2C2O4 (putih), di campur. Serbuk setelah proses
penggerusan
Ditambahkan 1 tetes air, cairan hitam hasil penyaringan, dan
diperoleh
Kental dan meletup-letup + etanol 20 ml, kristal hijau
kehitaman
Didekantir dan disaring
3. Uji Kemurnian
Kristal cis + NH4O
Larutan menyebar ke kertas saring
Kristal trans + NH4O.