• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV SUNTINGAN TEKS. A. Inventarisasi Naskah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV SUNTINGAN TEKS. A. Inventarisasi Naskah"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

33

A. Inventarisasi Naskah

Langkah kerja awal dalam penyuntingan teks adalah inventarisasi naskah. Inventarisasi naskah adalah kegiatan mengumpulkan informasi mengenai naskah yang akan dijadikan sumber penelitian. Inventarisasi naskah penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu studi katalog dan studi lapangan.

Studi katalog adalah kegiatan mengumpulkan informasi mengenai naskah yang akan diteliti melalui katalog naskah, baik katalog terbitan maupun katalog digital. Dari hasil studi katalog, ditemukan sebanyak 17 koleksi teks HDT, sebagai berikut.

1. Katalog Maleische en Minangkabausche Handscriften in de Leidsche

Universiteits – Bibliotheek yang disusun oleh Van Ronkel pada 1921

memuat 3 teks HDT, yaitu OPH. 54. A.; Cod.Or. 6078 D. ; dan Sn. H. 97. D.

2. Katalog Malay Manuscripts: a Bibliography Guide yang disusun oleh Joseph H. Howard pada 1966 memuat 7 teks HDT, yaitu Bat.Gen 42 B; Bat.Gen 198 B; Bat.Gen 421 E; Bat.Gen 124 B; Microfilm 196 Cod. Or. 6078 D.; Microfilm 392 Cod. Or. 7324; serta Microfiche 1 Oph. 54 A

(2)

P & K yang disusun oleh Amir Sutaarga, dkk. pada 1972 memuat 5 teks

HDT, yaitu Ml. 42 B; Ml. 198 B, Ml. 576 B (dari Br. 421); Ml. 578 (dari W. 124 B); dan Ml.496.

4. Katalog Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 4: Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia yang disusun oleh T. E. Behrend pada

1998 memuat 3 teks HDT, yaitu Ml. 198 B; W. 124 B; dan Ml. 496.

5. Katalog Catalouge of Malay and Minangkabau Manuscripts in the

Library of Leiden University and Other Collections in the Netherlands, Volume One yang disusun oleh Wieringa pada 1998, memuat 1 teks

HDT, yaitu Cod.Or. 1953 (dari Ml. 42 B. dari Bat.Gen. 42).

6. Katalog digital Open Collections Program at Harvard University.

Islamic Heritage Project memuat 1 teks HDT, yaitu MS Indo 26 (dari

Miss 881) dalam bentuk digital yang dapat diunduh pada laman http://iiif.lib.harvard.edu/manifests/view/drs:10637441$7i.

Berdasarkan hasil studi katalog diketahui bahwa ada 13 teks HDT dalam bentuk naskah, dan 4 teks dalam bentuk digital (2 teks dalam bentuk mikrofilm, 1 teks dalam bentuk mikrofis, dan 1 teks dalam bentuk softfile). Penyebaran masing-masing teks meliputi:

1. Houghton Library, Harvard University, Amerika Serikat, menyimpan 1 teks HDT;

2. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia menyimpan 2 teks HDT. Pada pertengahan 1980, 4 perpustakaan (Perpustakaan Museum Nasional,

(3)

Jakarta, dan Bidang Bibliografi dan Deposit, Pusat Pembinaan Perpustakaan) dilebur menjadi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, sebagai bentuk perwujudan dari penerapan dan pengembangan sistem nasional perpustakaan secara menyeluruh dan terpadu. Pada saat pemindahan naskah, terjadi beberapa kesalahan dan kelalaian yang menyebabkan naskah hilang atau rusak. Hal ini menyebabkan perbedaan jumlah koleksi teks HDT di Museum Pusat dan di Perpusnas. Setelah dilakukan studi katalog, ditemukan sebanyak 3 teks HDT di Perpusnas. Jadi, sebanyak 2 teks koleksi Museum Pusat, yaitu Ml. 42 B, Ml. 578, dan Ml. 576 B tidak ditemukan di Perpusnas;

3. Leidsche Universiteits, Leiden, Belanda, menyimpan 3 teks HDT;

4. University of Malaya Library, Kuala Lumpur, Malaysia, menyimpan 7 teks; dan

5. Library of Leiden University and other collections in the Netherlands, Belanda, menyimpan 1 teks.

Studi lapangan adalah kegiatan mengumpulkan informasi mengenai naskah yang akan diteliti dengan cara mendatangi tempat-tempat yang diperkirakan menyimpan informasi mengenai naskah ataupun orang-orang yang berhubungan langsung dengan naskah yang akan diteliti. Adapun studi lapangan yang dilakukan adalah mengunjungi Perpustakaan Program Studi Sastra Indonesia UNS, Perpustakaan FIB UNS, Perpustakaan Pusat UNS, Perpustakaan FIB UGM, Perpustakaan Pusat UGM, Perpustakaan Pascasarjana UNPAD, dan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Di samping itu, juga dilakukan pencarian informasi

(4)

http://tiim.ppim.or.id (Thesaurus of Indonesian Islamic Manuscripts) dan laman http://onesearch.id untuk mengetahui penelitian terdahulu yang mengkaji naskah dengan judul yang sama.

B. Deskripsi Naskah

Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terperinci (Sugono, 2008:320). Jadi, deskripsi naskah adalah gambaran mengenai seluk beluk keadaan naskah secara terperinci. Deskripsi naskah penelitian ini meliputi: judul naskah, nomor naskah, tempat penyimpanan naskah, keadaan atau kondisi naskah, ukuran dan tebal halaman naskah, jumlah baris pada setiap halaman, bahasa naskah, huruf, aksara, dan jenis tulisan, cara penulisan naskah, bahan naskah, bentuk teks, usia naskah, sejarah teks, yang meliputi pengarang atau penyalin naskah, tanggal dan tempat penulisan, waktu pemerolehan naskah oleh lembaga tempat penyimpanan, serta semua publikasi yang mengacu pada naskah, dan catatan-catatan lainnya.

Teks HDT tersimpan dalam sejumlah naskah Melayu. Penelitian ini telah menjangkau 2 naskah HDT, yang masing-masing tersimpan di Houghton Library, Harvard University, Amerika Serikat dengan kode naskah MS Indo 26 (dari Miss 881) dan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan kode naskah W 124 B. Naskah MS Indo 26 yang berangka tahun 1838 M, dengan ketebalan naskah 40 halaman, disebut naskah A. Adapun naskah W 124 B yang berangka tahun1856 M, dengan ketebalan naskah 14 halaman, disebut naskah B.

(5)

pertimbangan menurut Asep Yudha Wirajaya (2014:29), yaitu: 1. Umur naskah

Naskah yang diperkirakan paling tua diurutkan lebih dulu daripada naskah yang lebih muda.

2. Jumlah halaman naskah

Naskah yang memiliki jumlah halaman lebih banyak ditempatkan lebih dulu daripada naskah dengan jumlah halaman lebih sedikit. Perhatikan tabel berikut.

Tabel 1 Klasifikasi Data

No Kode

Naskah

Koleksi Tahun Umur

Naskah

Σ Halaman

Disebut Hijriah Masehi

1. MS Indo 26 Houghton Library, Harvard University, Amerika Serikat 1253 1838 178 tahun 40 halaman A 2. W 124 B Perpustakaan Nasional Republik Indonesia 1272 1856 160 tahun 14 halaman B

Selanjutnya, naskah-naskah tersebut akan diidentifikasi berdasarkan hasil pengamatan pada naskah melalui metadata, deskripsi pada katalog, dan hasil kajian terdahulu. Deskripsi naskah Hikayat Darma Taʻsiya secara terperinci sebagai berikut.

(6)

1) Judul Naskah

Dalam katalog naskah online Houghton Library, Harvard University, naskah ini berjudul Hikayat Darma Taʻsia, dan judul naskah setelah dilakukan penyuntingan teks adalah Hikayat Darma Taʻsiya. Terlihat dalam kutipan berikut:

Ini hikayat ada seorang perempuan yang bernama Darma Taʻsiya yang amat budiman lagi bijaksana kepada hal berbuat bakti kepada suaminya serta dengan sabar hatinya dan takut akan seksa Allah Taala. (HDT : 1) 2) Nomor Naskah

Naskah HDT yang tersimpan di Houghton Library, Harvard University,

Amerika Serikat (laman:

http://iiif.lib.harvard.edu/manifests/view/drs:10637441$7i) memiliki nomor naskah MS Indo 26 (dari Miss 881).

3) Tempat Penyimpanan Naskah

Naskah ini tersimpan di Houghton Library, Harvard University, Cambridge, MA 02138, Amerika Serikat, telepon: +1 617-495-1000.

4) Keadaan Naskah

Kondisi fisik naskah dalam keadaan baik. Artinya, naskah masih utuh dan berjilid, tulisannya dapat dibaca, dan tidak ditemukan kerusakan di dalam naskah.

5) Ukuran Naskah

Ukuran naskah yang sesungguhnya tidak diketahui karena naskah diperoleh dengan cara mengunduh dari internet pada laman http://iiif.lib.harvard.edu/manifests/view/drs:10637441$7i milik Houghton

(7)

metadata terdapat informasi mengenai ukuran lebar naskah, yaitu 22 cm. Penulis telah melakukan simulasi pengukuran naskas HDT koleksi Houghton Library, Harvard University pada kertas A4, dan diketahui bahwa ukurannya adalah sebagai berikut.

Ukuran naskah  Lebar naskah : 22 cm  Panjang naskah : 29,8 cm Ukuran teks  Lebar teks : 16,3 cm  Panjang teks : 22,4 cm

Jarak pias naskah

 Jarak pusat ke atas : 3,6 cm

 Jarak pusat ke bawah : 3,8 cm

 Jarak pusat ke kiri : 1,6 cm

 Jarak pusat ke kanan : 4,1 cm

6) Tebal Halaman

Di dalam naskah terdapat 3 teks, yaitu teks Hikayat Darma Taʻsiya, teks

Hikayat Putri Jauhar Mahaligai, dan teks Sabil al-Muhtadin lil-Tafaqquh fi Amr Al-Din. Tebal keseluruhan naskah adalah 194 halaman. Dengan rincian

(8)

 Halaman 6—45 : teks Hikayat Darma Taʻsiya

 Halaman 46—141 : teks Hikayat Putri Jauhar Mahaligai

 Halaman 142—189 : teks Sabīl Al Muhtaddin Lil Tafaqquh Fi

Amr Ad-Din

 Halaman 190—194 : halaman pelindung

Teks Hikayat Darma Taʻsiya terdiri atas 50 halaman. Dengan rincian sebagai berikut:

 Halaman 1—5 : halaman pelindung depan

 Halaman 6—45 : halaman teks Hikayat Darma Taʻsiya

 Halaman 46—50 : halaman pelindung belakang

7) Jumlah Baris pada Setiap Halaman Halaman Pelindung Depan

 Halaman1—5 : kosong

Teks Hikayat Darma Taʻsiya

 Halaman 6 : 8 baris

 Halaman 7—45 : 10 baris

Teks Hikayat Putri Jauhar Mahaligai

 Halaman 46—138 : 10 baris

(9)

Teks Sabīl Al Muhtaddin Lil Tafaqquh Fi Amr Ad-Din

 Halaman 141 : kosong

 Halaman 142—144 : 17 baris

 Halaman 145—189 : 18 baris

Halaman Pelindung Belakang

 Halaman 190—194 : kosong

8) Bahasa Naskah

Bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu. Selain itu, juga digunakan beberapa istilah bahasa Arab, seperti zhan, Fathimah Az-Zahra

Radliya `l-Lāhu ‘anha, fiʻil dan lain-lain. Terdapat beberapa kosakata arkais

yang menjadi ciri khas kebahasaan teks ini, seperti batil, kadam, derhaka,

khabar, dan makhdum, serta penambahan fonem h seperti pada kata bundah, adindah, dan kakandah.

9) Jumlah Susunan Kuras

Jumlah susunan kuras tidak diketahui karena naskah diperoleh dengan cara

mengunduh file dari internet pada laman

http://iiif.lib.harvard.edu/manifests/view/drs:10637441$7i milik Houghton Library, Harvard University, Amerika Serikat.

(10)

Gambar 1

Halaman 2 HDT Koleksi Houghton Library, Harvard University

Gambar 2

(11)

Huruf yang digunakan dalam Hikayat Darma Taʻsiya adalah huruf Arab-Melayu atau huruf Jawi.

b. Ukuran Huruf

Huruf yang digunakan di dalam teks berukuran besar, dibandingkan dengan ukuran huruf dalam teks HDT koleksi PNRI.

c. Jenis Tulisan

Jenis tulisan yang digunakan dalam Hikayat Darma Taʻsiya adalah Khat Naskhi. Naskhi adalah tulisan yang sangat lentur dengan banyak putaran dan hanya memiliki sedikit sudut yang tajam.

d. Keadaan Tulisan

Keadaan tulisan baik dan mudah dibaca karena tidak ada halaman yang rusak.

e. Jarak Antarhuruf

Jarak antarhuruf termasuk renggang. f. Goresan Pena

Goresan pena terlihat tebal. g. Warna Tinta

Secara umum penulisan teks HDT menggunakan tinta warna hitam. Namun pada bagian tertentu, seperti petunjuk awal paragraf dan beberapa doa serta kosakata bahasa Arab, ditulis menggunakan tinta warna merah. Penulisan awal paragraf dengan tinta merah, di antaranya adalah

bermula 1 kali, syahdan 7 kali, hatta 12 kali, adapun 2 kali, dan kemudian 1 kali.

(12)

di antaranya adalah Insya Allah, Nabi Muhammad Rasulullah shallā

`l-Lāhu ’alaihi wa sallam, dan Alhamdu lil-Lāhi Rabbi`l-ʻālamīn ar– Rahmāni `r–Rahīm.

h. Pemakaian Tanda Baca

Naskah ini tidak menggunakan tanda baca standar, tetapi di dalamnya terdapat kata-kata tumpuan yang berfungsi sebagai pembatas antarkalimat, antaralinea, misalnya maka, syahdan, hatta, adapun, setelah sudah, bermula, dan lain-lain.

Ditemukan tanda ^ untuk menunjukkan sisipan kata di dalam teks. Seperti pada gambar berikut.

Gambar 3 Tanda baca

Tanda lain yang terdapat pada teks dalah tanda coret pada teks untuk menunjukkan adanya koreksi penulisan. Seperti pada gambar berikut.

Gambar 4 Tanda Baca

(13)

a. Penempatan tulisan pada lembar naskah

Tulisan pada lembar naskah ditulis penuh dari kanan ke kiri mengikuti cara penulisan huruf Arab. Teks pada lembaran naskah ditulis secara bolak-balik. Kedua sisi halaman pada setiap lembar naskah ditulisi semua. Cara penulisan seperti ini, biasanya disebut dengan istilah rekto15 dan verso16.

b. Pengaturan ruang tulisan

Ruang tulisan terbentuk secara bebas, tidak ada pembatas, seperti garis yang mengatur ruang tulisan. Teks ditulis rapi dengan kedua sisi yang rata.

c. Penomoran naskah

Penomoran naskah dilakukan dengan cara memberi nomor pada halaman muka (rekto) saja sehingga halaman belakang (verso) mengikuti nomor halaman rekto. Misalnya, penomoran untuk halaman 1 dan 2, maka penomoran naskah ditulis pada halaman 1 saja dan halaman 2 tidak diberi nomor halaman, jadi nomor untuk halaman 1 adalah 1 dan untuk halaman 2 adalah 1v, dan seterusnya. Penomoran naskah menggunakan angka Arab, dan ditulis menggunakan pensil.

15

Rekto /rékto/ n 1 halaman sebelah kanan pd buku atau naskah terbuka, biasanya bernomor halaman ganjil; 2 sisi pertama pd kertas cetak atau bergaris jika dilipat dan dijilid; bagian depan atau bagian muka lembaran kertas cetakan (Sugono, 2008: 1158).

16

Verso /vérso/ n 1 halaman sebelah kiri buku atau naskah yg terbuka, biasanya bernomor halaman genap; 2 bagian belakang atau bagian kedua lembaran kertas yg akan dicetak (Sugono, 2008:1546).

(14)

Halaman Naskah dan Penomoran Halaman Naskah Halaman Naskah Penomoran Halaman

1 2 2 2v 3 3 4 3v 5 4 6 4v 7 5 8 5v 9 6 10 6v 11 7 12 7v 13 8 14 8v 15 9 16 9v 17 10 18 10v 19 11 20 11v 21 12 22 12v 23 13 24 13v 25 14 26 14v 27 15 28 15v

(15)

30 16v 31 17 32 17v 33 18 34 18v 35 19 36 19v 37 20 38 20v 39 21 40 21v 12) Bahan Naskah

Bahan naskah yang digunakan dalah kertas Eropa, tetapi tidak terdapat

watermark di dalamnya.

13) Bentuk Teks

Bentuk teks adalah hikayat. Hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat-sifat itu, dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekadar untuk meramaikan pesta.

(16)

Tamatlah hikayat Darma Taʻsiya orang yang budiman itu, dalam negeri Singapura kepada empat hari bulan Zulkaidah tarikh Sanat 1253. Wa kātibuhu Muhammad Ali bin Abdu `l- Lathif Munsyi

(HDT:40).

Berdasarkan kolofon naskah diketahui bahwa Teks Hikayat Darma

Taʻsiya diselesaikan pada tanggal 4 Zulkaidah 1253 H setelah dikonversikan

ke dalam tahun Masehi menjadi 30 Januari 1838 M. Dengan demikian dapat disimpulkan usia teks ini adalah 178 tahun.

Adapun cara menghitung manual untuk konversi tahun Hijriah ke Masehi berdasarkan materi mata kuliah Kapita Selekta Filologi oleh Asep Yudha Wirajaya (2015:14), adalah sebagai berikut.

Tahun Masehi = ( 32/33 x H ) + 622 = ( 32/33 x 1253 ) + 622 = 1215,03 + 622 = 1837,03 = 1837 M 15) Sejarah Teks

Teks Hikayat Darma Taʻsiya ditulis/disalin di Singapura oleh Muhammad Ali bin Abdul Latif Munsyi pada tahun 1838 M. Seperti yang terkandung di dalam kutipan berikut:

Tamatlah Hikayat Darma Taʻsiya orang yang budiman itu dalam negeri Singapura kepada empat hari bulan Zulkaidah tarikh Sanat 1253. Wa kātibuhu Ali bin Abdul Latif Munsyi (HDT:40).

(17)

Amerika Serikat, sekitar tahun 1942 bersamaan dengan dibukanya Houghton Library. Pada saat itu perpustakaan ABCFM17 juga menyimpan dokumen-dokumennya di Houghton Library. Naskah ini memiliki label nama Samuel P. Robbins, Bangkok, Siam, serta sebuah catatan “sebuah sumbangan untuk

perpustakaan ABCFM” (i.e. di Singapura). Naskah ini juga memiliki label

nama perpustakaan ABCFM di Boston, dengan nomor naskah 2781.

17

(18)

Gambar 5

Lembar pelindung naskah bagian belakang

(19)

Deskripsi naskah B sebagai berikut. 1) Judul Naskah

Dalam Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 4: Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia, naskah ini berjudul Hikayat Darma Tahsiyah.

2) Nomor Naskah

Naskah HDT yang tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ini memiliki nomor naskah W 124 B.

3) Tempat Penyimpanan Naskah

Naskah ini tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jl

.

Salemba Raya 28 A, Jakarta 10430. Telepon (021) 3154863 – 3154864, (021) 3154870 Faksimile (021) 3103554.

4) Kondisi Naskah

Naskah HDT koleksi PNRI masih utuh dan lengkap serta berjilid. Kondisi fisik naskah dalam keadaan kurang baik karena naskah mulai rapuh, serta tulisan di beberapa bagian mulai memudar.

Gambar 6

(20)

Ukuran naskah HDT koleksi PNRI adalah sebagai berikut. Ukuran Naskah  Lebar naskah : 20 cm  Panjang naskah : 32 cm Ukuran teks  Lebar teks : 12,5 cm  Panjang teks : 22,5 cm Jarak pias naskah

 Jarak pusat ke atas : 4,1 cm

 Jarak pusat ke bawah : 5,4 cm

 Jarak pusat ke kiri : 2,1 cm

 Jarak pusat ke kanan : 5,4 cm

6) Tebal Halaman

Naskah ini terdiri atas dua teks, yaitu teks Hikayat Abu Nawas, dan teks

Hikayat Darma Tahsiyah. Secara keseluruhan tebal naskah ini adalah 84

halaman, dengan rincian sebagai berikut.

a. Hikayat Abu Nawas : halaman 1—65 (65 halaman) b. Hikayat Darma Tahsiyah : halaman 67—81 (14 halaman) 7) Jumlah Baris pada Setiap Halaman

a. Halaman 1 : 13 baris

b. Halaman 2—13 : 19 baris c. Halaman 14 : 12 baris

(21)

Bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu. Selain itu, juga digunakan beberapa istilah bahasa Arab, seperti shallā `l-Lāhu ’alaihi wa sallam. Terdapat beberapa ketidakkonsistenan penulisan, seperti penulisan kata kakanda ditulis kakanda (tanpa penambahan fonem h) dan kakandah (dengan fonem h), adinda ditulis adinda (tanpa penambahan fonem h) dan adindah (dengan fonem h), begitu pun dengan penulisan kosakata mendengar ditulis

menengar dan mendengar.

9) Huruf, aksara, dan Tulisan

Gambar 7

Halaman 7 naskah HDT koleksi PNRI

Gambar 8

(22)

Huruf yang digunakan adalah huruf Arab Melayu atau huruf Jawi, dengan tulisan sedikit miring.

b. Ukuran Huruf

Huruf yang digunakan di dalam teks berukuran sedang, dibandingkan dengan ukuran huruf dalam teks HDT Koleksi Houghton Library, Harvard University.

c. Jenis Tulisan

Jenis tulisan yang digunakan adalah Khat Naskhi. Naskhi adalah tulisan yang sangat lentur dengan banyak putaran dan hanya memiliki sedikit sudut yang tajam.

d. Keadaan Tulisan

Terdapat tulisan yang memudar di beberapa bagian, tetapi secara keseluruhan naskah ini masih dapat dibaca.

e. Jarak Antarhuruf

Jarak antarhuruf termasuk rapat, apabila dibandingkan dengan naskah HDT koleksi Houghton Library, Harvard Universiry, Amerika Serikat.

f. Goresan Pena

Goresan pena terlihat tebal. g. Warna Tinta

(23)

Dalam naskah ini tidak digunakan tanda baca standar, tetapi terdapat kata-kata tumpuan yang berfungsi sebagai pembatas antarkalimat, antaralinea, misalnya maka, syahdan, hatta, adapun, setelah sudah, dan lain-lain.

10) Cara Penulisan Naskah

a. Penempatan tulisan pada lembar naskah

Tulisan pada lembar naskah ditulis penuh dari kanan ke kiri mengikuti cara penulisan huruf Arab. Teks pada lembaran naskah ditulis secara bolak-balik. Kedua sisi halaman pada setiap lembar naskah ditulisi semua. Cara penulisan seperti ini, biasanya disebut dengan istilah rekto dan verso.

b. Pengaturan ruang tulisan

Ruang tulisan terbentuk secara bebas, tidak ada pembatas seperti garis yang mengatur ruang tulisan. Teks ditulis rapi dengan kedua sisi yang rata.

c. Penomoran naskah

Tidak terdapat sistem penomoran dalam naskah ini. Penulis/penyalin memberikan catchword (kata alihan) pada ujung bawah pias kiri halaman ganjil yang menggantikan fungsi nomor halaman.

(24)

Kata Alihan

No Halaman Kata Alihan Latin

1. 1 - -2. 3

ﺚﻘﻧا

anaknya 3. 5

ﺦﯿﺷ

syeikh 4. 7

ناﺪﮭﺷ

syahdan 5. 9

ﺚﺘﻛﺎﺳ

sakitnya 6. 11

نﻮﻓﻮﻣﺎﺒﻤھ

hambamu pun 7. 13

ﻦھﻼﺴﻛ

kesalahan 11) Bahan Naskah

Bahan naskah yang digunakan adalah kertas Eropa, dengan watermark bertuliskan Erve Wijsmuller pada halaman 1 sampai dengan halaman 13. Sementara itu, pada halaman 14 menggunakan kertas dengan watermark gambar singa bermahkota yang berdiri menghadap ke kanan sambil membawa pedang di dalam lingkaran bertuliskan PROPATRIA EENDRAGT MAAKT MAGT.

Gambar 9

(25)

John Paul Wijsmuller. Kertas ini diproduksi di Belanda pada tahun 1828—

1913M. Informasi ini diperoleh dari laman

http://www.hetoudekinderboek.nl/Centsprenten/UitgeversInd/Wijsmuller.htm. Adapun kertas Eropa dengan watermark PROPATRIA EENDRAGT MAAKT MAGT merupakan watermark yang diproduksi di Belanda pada tahun 1704—1810 M. Terdapat beberapa karya sastra Melayu klasik yang menggunakan kertas dengan watermark sejenis, di antaranya.

Hikayat Syekh Muhammad Samman kode W 127 koleksi Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia ditulis/disalin pada 1196 H atau 1782 M

Siyar As-salikin ila Ibadah kode W 4G koleksi Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia ditulis/disalin pada 1273 H atau 1857 M

Hikayat Amir Hamzah kode Ml. 23 A koleksi Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia ditulis/disalin pada 1281 H atau 1864 M

12) Bentuk Teks

Bentuk teks adalah hikayat. Hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat-sifat itu, dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekadar untuk meramaikan pesta.

13) Usia Naskah

Naskah ini tidak memiliki kolofon atau keterangan lainnya. Yayah Chanafiah mengasumsikan bahwa teks HDT ini ditulis/disalin pada tahun

(26)

mengatakan, dua cerita meskipun satu dengan lainnya tidak bersangkutan, telah diterbitkan bersama secara litografi18 di Singapura pada tahun 1856. Berdasarkan penjelasan tersebut, dan sesuai dengan keadaan naskah W 124 B, maka Yayah mengasumsikan bahwa naskah HDT ini berangka tahun 1856-an (Chanafiah, 1999:97). Jadi, dapat diketahui bahwa usia naskah ini adalah sekitar 160 tahun.

18

(27)

Perbandingan Naskah

Perbandingan naskah dilakukan untuk membantu menjelaskan alasan pemilihan naskah yang akan digunakan dalam suntingan teks. Perbandingan naskah dilakukan pada aspek umur, kelengkapan isi naskah, dan keterbacaannya. 1. Umur Naskah

Berdasarkan keterangan yang terdapat pada kolofon, dapat diperkirakan bahwa umur naskah MS Indo 26 adalah 2016-1838 = + 178 tahun. Pada kolofon disebutkan bahwa naskah tersebut ditulis dan

diselesaikan “dalam negeri Singapura kepada empat hari bulan Zulkaidah

tarikh Sanat19 1253”. Diketahui bahwa empat hari bulan Zulkaidah tarikh Sanat 1253 sama dengan 30 Januari 1838 M.

Adapun umur naskah W 124 B tidak dapat diketahui karena naskah ini tidak memiliki kolofon atau keterangan lainnya. Yayah Chanafiah dalam tesisnya mengasumsikan bahwa umur naskah ini adalah 2016-1856 = + 160 tahun. Asumsi Yayah ini berdasarkan pada keterangan Hollander yang mengatakan bahwa dua cerita, meskipun satu dengan lainnya tidak bersangkutan (Hikayat Abu Nawas dan Hikayat Darma Tahsiyah), telah diterbitkan bersama secara litografi di Singapura pada tahun 1856. Berdasarkan penjelasan tersebut, dan sesuai dengan keadaan naskah W 124, maka Yayah mengasumsikan bahwa naskah HDT ini berangka tahun 1856-an (Chanafiah, 1999:97). Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada tabel berikut.

(28)

Umur Naskah

No Kode

Naskah

Interne Evidentie Externe Evidentie

Perkiraan Umur Naskah

Disebut

Kolofon Watermark Keterangan Lain 1. MS Indo 26 4 Zulkaidah 1253 H = 30 Januari 1838 M - - + 188 tahun A 2. W 124 B - 1. Erve Wijsmuller (1828—1913) 2. PROPATRIA EENDRAGT MAAKT MAGT (1704— 1810) 1856 + 160 tahun B

2. Kelengkapan Isi Naskah

Secara umum, isi dari masing-masing teks menceritakan tentang sosok seorang istri bernama Darma Taʻsiya yang begitu berbakti kepada suaminya, hal ini sesuai dengan judulnya yaitu Hikayat Darma Taʻsiya. Isi kedua teks tersebut sama, tetapi keduanya memiliki beberapa perbedaan, baik dalam hal jumlah episode, variasi kata, maupun cara penyampaian. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada tabel berikut.

(29)

Perbandingan Kandungan Isi Teks HDT

Bagian Halaman Teks

A B

I. Pendahuluan

a. Bacaan Basmalah 1

-b. Bacaan doa 1 1

c. Pengenalan hikayat dan tokoh-tokoh 1 1

II. Isi

a. Perilaku Darma Taʻsiya sehari-hari dalam melayani suami

2-4 1-2

b. Darma Taʻsiya hamil

c. Amanat Syeikh Bi`l-Maʻruf kepada Darma Taʻsiya mengenai nama untuk anaknya yang akan lahir. Apabila perempuan diberi nama Candra Dewi dan laki-laki diberi nama Ahmad.

d. Darma Taʻsiya melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama Candra Dewi, sesuai dengan amanat suami.

3 4 5 2 2 2

e. Cobaan yang menimpa Darma Taʻsiya. Dia diusir dari rumah karena mengerat tujuh helai rambut untuk dijadikan sumbu pelita tanpa sepengetahuan dan izin suaminya.

7-10 4

f. Syeikh Bi`l-Maʻruf mengusir Darma Taʻsiya. Syeikh Bi`l-Maʻruf begitu marah hingga memukul Darma Taʻsiya sampai pingsan. g. Sebelum meninggalkan rumah, Darma

Taʻsiya menasehati Candra Dewi agar selalu berbakti kepada Syeikh Bi`l-Maʻruf.

h. Darma Taʻsiya meninggalkan rumah Syeikh Bi`l-Maʻruf menuju rumah orang tuanya.

11 13-14 15 5 -6

(30)

A B i. Darma Taʻsiya memohon pertolongan dan

menyerahkan diri kepada Allah.

j. Doa Darma Taʻsiya dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Taala dengan mengutus Malaikat Jibrail.

k. Ucapan syukur Darma Taʻsiya

18 19 21 7 8 8 l. Darma Taʻsiya menyamar sebagai

suruhannya dan mengunjungi rumah Syeikh Bi`l-Maʻruf.

m. Syeikh Bi`l-Maʻruf tidak mengenalinya, dan seketika itu juga jatuh cinta kepada Darma Taʻsiya yang baru.

n. Alasan Syeikh Bi`l-Maʻruf mengusir Darma Taʻsiya.

o. Berahi Syeikh Bi`l-Maʻruf terhadap Darma Taʻsiya.

p. Darma Taʻsiya berterus terang. q. Silsilah keluarga Darma Taʻsiya.

22-24 23-25 26 27-31 32-33 34 9-10 9 10 10 11 -r. Cerita Darma Taʻsiya selama pergi dari

rumah.

s. Rasa syukur Syeikh Bi`l-Maʻruf atas kembalinya Darma Taʻsiya.

t. Mereka berkumpul kembali dan hidup harmonis. 35-38 39 39 11-13 13 14 III. Penutup

a. Amanat penyalin untuk pembaca 40

-b. Tamat 40 14

(31)

-Perbandingan Sekuen Teks HDT

No Episode Sekuen Teks A Sekuen Teks B

1. Bacaan Basmalah Bismi `l-Lāhi Rahmāni `r-Rahīm.

Bismi `l-Lāhi Rahmāni `r-Rahīm.

2. Bacaan doa Wa bihī nastaʻīnu bi `l-Lāhi ʻala

3. Pengenalan hikayat dan tokoh-tokoh a. Memperkenalkan sosok Darma Taʻsiya b. Memperkenalkan sosok Syeikh Bi`l-Maʻruf a. Memperkenalkan sosok Darma Tahsiyah b. Memperkenalkan sosok Syekh al-Makruf

4. Perilaku Darma Taʻsiya sehari-hari dalam melayani suami

a. Syeikh Bi`l-Maʻruf pulang dari khalwat

b. Darma Taʻsiya membasuh kaki Syeikh Bi`l-Maʻruf, dan

mengeringkannya dengan rambut

c. Darma Taʻsiya memohon

ampunan kepada Syeikh Bi`l-Maʻruf

d. Darma Taʻsiya menyiapkan makanan

e. Darma Taʻsiya menemani

Syeikh Bi`l-Maʻruf makan

a. Syekh al-Makruf pulang dari khalwat

b. Darma Tahsiyah

memohon ampunan

kepada Syekh al-Makruf

c. Darma Tahsiyah

membasuh kaki Syekh

al-Makruf, dan mengeringkannya dengan rambut d. Darma Tahsiyah menyiapkan makanan e. Darma Tahsiyah

menemani Syekh al-Makruf makan

5. Darma Taʻsiya hamil Darma Taʻsiya hamil Darma Tahsiyah hamil 6. Amanat Syeikh Bi`l-Maʻruf

kepada Darma Taʻsiya mengenai nama untuk anaknya yang akan lahir.

a. Syeikh Bi`l-Maʻruf pamit

untuk berkhalwat

b. Syeikh Bi`l-Maʻruf memberikan pesan untuk memberi nama anaknya Candra Dewi apabila perempuan dan Ahmad apabila laki-laki

a. Syekh al-Makruf pamit untuk berkhalwat

b. Syekh al-Makruf

memberikan pesan untuk memberi nama anaknya Candra Dewi apabila perempuan dan Ahmad apabila laki-laki

(32)

7. Darma Taʻsiya melahirkan

seorang anak perempuan yang diberi nama Candra Dewi, sesuai dengan amanat suami.

a. Darma Taʻsiya melahirkan

seorang anak perempuan b. Darma Taʻsiya memenuhi

pesan Syeikh Bi`l-Maʻruf yakni memberi nama Candra Dewi

c. Mendengar Darma Taʻsiya telah melahirkan, Syeikh Bi`l-Maʻruf segera pulang ke

rumah

d. Darma Taʻsiya menyambutnya dengan membawa air untuk membasuh kaki Syeikh Bi`l-Maʻruf

e. Darma Taʻsiya mengeringkan kaki Syeikh Bi`l-Maʻruf dengan rambut

f. Darma Taʻsiya memohon

ampunan kepada suaminya g. Syeikh Bi`l-Maʻruf

mengatakan bahwa kebaktian Darma Taʻsiya sama seperti kebaktian Fathimah

h. Syeikh Bi`l-Maʻruf meriba anaknya

i. Darma Taʻsiya menyiapkan makanan

j. Syeikh Bi`l-Maʻruf membaca doa selamat

k. Syeikh Bi`l-Maʻruf makan

a. Darma Tahsiyah

melahirkan seorang anak perempuan

b. Darma Tahsiyah memberi nama Candra dewi, sesuai dengan pesan Syekh al-Makruf

c. Syekh al-Makruf pulang ke rumah setelah

mendengar Darma

Tahsiyah sudah

melahirkan

d. Darma Tahsiyah

menyiapkan air untuk membasuh kaki suaminya

e. Darma Tahsiyah

mengeringkan kaki Syekh

al-Makruf dengan

rambutnya

f. Darma Tahsiyah sujud pada kaki Syekh al-Makruf sambil memohon ampunan g. Syekh al-Makruf menggendong Candra Dewi h. Darma Tahsiyah menyiapkan makanan

(33)

8. Cobaan yang menimpa Darma Taʻsiya. Dia diusir dari rumah karena mengerat tujuh helai rambut untuk dijadikan sumbu pelita tanpa sepengetahuan dan izin suaminya.

a. Syeikh Bi`l-Maʻruf sedang makan, sedangkan Darma Taʻsiya sedang meriba anaknya ketika sumbu pelita hampir padam

b. Darma Taʻsiya berpikir apabila meninggalkan Syeikh Bi`l-Maʻruf yang sedang makan maka akan mendapatkan dosa dan Candra Dewi pasti menangis

c. Darma Taʻsiya memutuskan untuk mengerat tujuh helai rambutnya untuk dijadikan sumbu pelita

d. Syeikh Bi`l-Maʻruf melihat Darma Taʻsiya mengerat rambut untuk dijadikan sumbu e. Syeikh Bi`l-Maʻruf bertanya

kepada Darma Taʻsiya mengenai alasan mengerat rambut

f. Darma Taʻsiya menjelaskan alasannya mengerat rambut g. Syeikh Bi`l-Maʻruf marah

karena Darma Taʻsiya telah mengerat rambut tanpa meminta izin terlebih dahulu h. Darma Taʻsiya memohon

ampunan atas perbuatannya

a. Syekh al-Makruf pulang dari khlawatnya

b. Darma Tahsiyah

menyiapkan air untuk membasuh kaki suaminya

c. Darma Tahsiyah

mengeringkan kaki Syekh

al-Makruf dengan

rambutnya

d. Darma Tahsiyah

menyiapkan makanan e. Syekh al-Makruf makan,

sedangkan Darma

Tahsiyah meriba anaknya ketika sumbu pelita hampir padam

f. Darma Tahsiyah berpikir apabila meninggalkan Syekh al-Makruf yang sedang makan maka akan mendapatkan dosa dan Candra Dewi pasti menangis

g. Darma Tahsiyah mengerat tujuh helai rambutnya untuk dijadikan sumbu pelita

h. Syekh al-Makruf marah karena Darma Tahsiyah mengerat rambu tanpa meminta izin kepadanya

(34)

i. Darma Tahsiyah memohon ampunan atas perbuatannya

9. Syeikh Bi`l-Maʻruf mengusir Darma Taʻsiya. Syeikh Bi`l-Maʻruf begitu marah hingga memukul Darma Taʻsiya sampai pingsan.

a. Syeikh Bi`l-Maʻruf mengusir Darma Taʻsiya

b. Darma Taʻsiya memohon ampunan kepada Syeikh Bi`l-Maʻruf dan memohon agar tidak diusir

c. Syeikh Bi`l-Maʻruf semakin marah dan tetap mengusir Darma Taʻsiya

d. Darma Taʻsiya kembali memohon agar Syeikh Bi`l-Maʻruf tidak mengusirnya e. Syeikh Bi`l-Maʻruf tetap

mengusir Darma Taʻsiya f. Darma Taʻsiya memohon agar

tidak diusir dan bersedia menjadi pembantu di rumah tersebut

g. Syeikh Bi`l-Maʻruf marah dan memukul Darma Taʻsiya hingga pingsan

h. Darma Taʻsiya memohon

ampunan atas segala perbuatan dan dosanya

i. Syeikh Bi`l-Maʻruf mengejar Darma Taʻsiya untuk memukulnya kembali

a. Syekh al-Makruf

mengusir Darma Tahsiyah

b. Darma Tahsiyah

memohon agar tidak diusir oleh Syekh al-Makruf c. Syekh al-Makruf tetap

mengusir Darma Tahsiyah

d. Darma Tahsiyah

memohon agar tidak diusir dan bersedia menjadi pembantu di rumah tersebut

e. Syekh al-Makruf

memukul Darma Tahsiyah hingga pingsan

f. Setelah sadar, Darma

Tahsiyah memohon

ampunan

g. Syekh al-Makruf tetap mengusir Darma Tahsiyah

(35)

j. Darma Taʻsiya lari menghindari pukulan suaminya

k. Darma Taʻsiya menangis 10. Sebelum meninggalkan rumah,

Darma Taʻsiya menasehati

Candra Dewi agar selalu berbakti kepada Syeikh Bi`l-Maʻruf.

a. Syeikh Bi`l-Maʻruf mengusir Darma Taʻsiya

b. Darma Taʻsiya menyusui anaknya

c. Darma Taʻsiya begitu sedih karena tidak tega meninggalkan Candra Dewi d. Darma Taʻsiya memberi

nasihat kepada Candra Dewi agar selalu berbakti dan menjaga Syeikh Bi`l-Maʻruf e. Darma Taʻsiya sujud pada kaki

Syeikh Bi`l-Maʻruf dan memohon ampunan

11. Darma Taʻsiya meninggalkan rumah Syeikh Bi`l-Maʻruf menuju rumah orang tuanya.

a. Darma Taʻsiya berjalan menuju rumah orang tuanya b. Darma Taʻsiya menceritakan

bahwa telah diusir oleh suaminya

c. Ayah dan bundanya tidak mau menerima Darma Taʻsiya d. Darma Taʻsiya meminta air

minum

e. Ayah dan bundanya tidak mau memberikan air minum kepada Darma Taʻsiya

a. Orang tua Darma Tahsiyah tidak mau membukakan pintu rumah

b. Darma Tahsiyah

menceritakan bahwa telah diusir oleh suaminya c. Orang tuanya menolak

kedatangan Darma

Tahsiyah

d. Darma Tahsiyah

menceritakan penyebab pengusiran atas dirinya

(36)

f. Darma Taʻsiya menangis

hingga kain yang dipakainya basah

g. Darma Taʻsiya memohon

ampunan sambil sujud pada kaki ayah dan bundanya

h. Darma Taʻsiya pamit kepada ayah dan bundanya

e. Ayah bundanya melarang Darma Tahsiyah masuk ke dalam rumah

f. Darma Tahsiyah meminta air minum

g. Ayah dan bundanya tidak mau memberikan air minum

h. Ayah dan bundanya mengusir Darma Tahsiyah i. Darma Tahsiyah pamit kepada ayah dan bundanya

12. Darma Taʻsiya memohon

pertolongan dan menyerahkan diri kepada Allah.

a. Darma Taʻsiya berjalan masuk ke dalam hutan rimba dengan tangisnya yang tiada henti b. Darma Taʻsiya berdoa

meminta air untuk minum dan berwudu karena sudah memasuki waktu salat asar

c. Doa Darma Taʻsiya

dikabulkan Allah dan air pun mengalir pada sebuah mahligai d. Darma Taʻsiya berucap syukur

dan memuji-muji Allah

e. Darma Taʻsiya mengambil air wudu

f. Ketika akan salat, Darma Taʻsiya mengingat bahwa kain yang digunakannya telah terkena kencing Candra Dewi

a. Darma Tahsiyah berjalan menuju padang rimba belantara

b. Darma Tahsiyah berdoa meminta pertolongan Allah

c. Darma Tahsiyah berdoa meminta air untuk minum dan berwudu karena sudah memasuki waktu salat asar d. Allah mengabulkan doa Darma Tahsiyah dan mengirimkan air

(37)

13. Doa Darma Taʻsiya dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Taala dengan mengutus Malaikat Jibrail.

a. Allah memerintahkan Malaikat Jibrail untuk menemui dan memberikan kain dari surga kepada Darma Taʻsiya

b. Malaikat Jibrail mengambil kain ke dalam surga

c. Malaikat Jibrail memberikan kain tersebut kepada Darma Taʻsiya

a. Allah mengutus Malaikat Jibrail untuk memberikan kain dari surga kepada Darma Tahsiyah

b. Malaikat Jibrail mengambil kain ke dalam surga

c. Malaikat Jibrail memberikan kain tersebut kepada Darma Tahsiyah 14. Ucapan syukur Darma Taʻsiya Darma Taʻsiya berucap syukur

Alhamdu lil-Lāhi Rabbi`l-ʻālamīn ar–Rahmāni `r–Rahīm

a. Darma Tahsiyah memakai kain tersebut

b. Darma Tahsiyah

mengucap syukur

Alhamdu lil-Lāhi

Rabbi`l-ʻālamīn

15. Darma Taʻsiya melaksanakan sembahyang asar dan sembahyang dua rakaat salam sesuai perintah Malaikat Jibrail

a. Darma Taʻsiya memakai kain tersebut

b. Malaikat Jibrail

memerintahkan agar Darma Taʻsiya melaksanakan salat dua rakaat salam

a. Malaikat Jibrail memerintahkan agar

Darma Tahsiyah

melaksanakan salat dua rakaat salam

b. Darma Tahsiyah

melaksakan perintah Malaikat Jibrail

16. Malaikat Jibrail menyapu muka Darma Taʻsiya, membuatnya menjadi lebih cantik.

a. Malaikat Jibrail menyapu muka Darma Taʻsiya dengan sayapnya

b. Muka Darma Taʻsiya berubah menjadi lebih cantik seperti rupa bulan purnama empat belas hari bulan

a. Malaikat Jibrail menyapu muka Darma Tahsiyah dengan sayapnya

b. Wajah Darma Tahsiyah berubah seperti bulan purnama empat belas hari bulan

(38)

c. Malaikat Jibrail memerintahkan agar Darma Taʻsiya kembali kepada

Syeikh Bi`l-Maʻruf

c. Malaikat Jibrail mengajak Darma Tahsiyah untuk pulang ke rumah Syekh al-Makruf

17. Darma Taʻsiya kembali ke rumah orang tuanya, tetapi keduanya tidak mengenali Darma Taʻsiya.

a. Darma Taʻsiya berjalan ke rumah orang tuanya

b. Darma Taʻsiya menanyakan rumah Syeikh Bi`l-Maʻruf kepada ayah bundanya

c. Ayah dan bundannya tidak mengenali Darma Taʻsiya

a. Darma Tahsiyah dan Malaikat Jibrail berjalan menuju rumah orang tua Darma Tahsiyah

b. Ketika sampai di rumah

orang tua Darma

Tahsiyah, Malaikat Jibrail gaib

c. Darma Tahsiyah mengaku sebagai suruhan kepada ayah dan bundanya

d. Darma Tahsiyah

menanyakan rumah Syekh al-Makruf

e. Darma Tahsiyah

menjelaskan keperluannya untuk menemui Syekh al-Makruf

f. Ayah dan bunda Darma Tahsiyah memberi tahu alamat Syekh al-Makruf 18. Darma Taʻsiya menyamar

sebagai suruhannya dan mengunjungi rumah Syeikh Bi`l-Maʻruf.

a. Darma Taʻsiya berjalan menuju rumah Syeikh Bi`l-Maʻruf

b. Darma Taʻsiya menyamar

menjadi suruhannya untuk menyampaikan pesan Darma Taʻsiya kepada anaknya

a. Darma Tahsiyah berjalan menuju rumah Syekh al-Makruf

b. Melihat wajah Darma Tahsiyah, muncul berahi pada hati Syekh al-Makruf

(39)

c. Syeikh Bi`l-Maʻruf mengajak Darma Taʻsiya untuk masuk ke dalam rumah

c. Darma Tahsiyah mengaku sebagai suruhannya untuk menyampaikan pesan kepada Syekh al-Makruf. 19. Syeikh Bi`l-Maʻruf tidak

mengenalinya, dan seketika itu juga jatuh cinta kepada Darma Taʻsiya yang baru.

a. Syeikh Bi`l-Maʻruf tertarik dengan kecantikan Darma Taʻsiya

b. Syeikh Bi`l-Maʻruf mengajak Darma Taʻsiya untuk masuk ke dalam rumah

c. Darma Taʻsiya masuk ke dalam rumah

d. Darma Taʻsiya menyampaikan tujuannya mengunjungi rumah Syeikh Bi`l-Maʻruf

e. Darma Taʻsiya (samaran) menyampaikan sembah sujud Darma Taʻsiya kepada Syeikh Bi`l-Maʻruf

f. Syeikh Bi`l-Maʻruf menyesal karena telah mengusir Darma Taʻsiya, tetapi juga tertarik kepada Darma Taʻsiya (samaran)

20. Alasan Syeikh Bi`l-Maʻruf mengusir Darma Taʻsiya.

a. Darma Taʻsiya (samaran) menanyakan mengenai alasan Syeikh Bi`l-Maʻruf mengusir Darma Taʻsiya

a. Syekh al-Makruf

menceritakan peristiwa yang mengakibatkan Darma Tahsiyah diusir dari rumah

(40)

b. Syeikh Bi`l-Maʻruf menceritakan alasannya mengusir Darma Taʻsiya karena telah mengerat rambut untuk dijadikan sumbu pelita tanpa izin dirinya

c. Darma Taʻsiya (samaran)

menganggap jika perbuatan Darma Taʻsiya mengerat

rambut merupakan bentuk kebaktiannya kepada Syeikh Bi`l-Maʻruf

d. Darma Taʻsiya (samaran)

pamit untuk pulang

e. Syeikh Bi`l-Maʻruf mencegahnya dan meminta agar Darma Taʻsiya (samaran) untuk makan dulu

b. Darma Tahsiyah

menganggap jika

perbuatan mengerat rambut merupakan bentuk kebaktiannya kepada Syekh al-Makruf

c. Darma Tahsiyah pamit untuk pulang

d. Syekh al-Makruf meminta agar Darma Tahsiyah makan terlebih dahulu

21. Berahi Syeikh Bi`l-Maʻruf terhadap Darma Taʻsiya.

a. Syeikh Bi`l-Maʻruf pergi ke dapur menyiapkan makanan b. Syeikh Bi`l-Maʻruf meniup

api, tetapi pandangannya tidak bisa lepas dari Darma Taʻsiya c. Darma Taʻsiya meminta

Syeikh Bi`l-Maʻruf untuk

keluar dapur

d. Darma Taʻsiya mulai memasak, sedangkan Syeikh Bi`l-Maʻruf memotong kayu

a. Syekh al-Makruf meniup api, tetapi pandangannya tidak lepas dari Darma Tahsiyah

b. Darma Tahsiyah

tersenyum melihat perilaku Syekh al-Makruf

c. Darma Tahsiyah

menghidangkan nasi dan gulai

d. Syekh al-Makruf

mengajak Darma

Tahsiyah untuk makan bersama

(41)

e. Ketika memotong kayu, padangan Syeikh Bi`l-Maʻruf tidak bisa lepas dari Darma Taʻsiya

f. Darma Taʻsiya mengambil kapak dari tangan Syeikh Bi`l-Maʻruf dan mengusirnya untuk meninggalkan dapur

g. Darma Taʻsiya memasak nasi dan gulai

h. Darma Taʻsiya

menghidangkan makanan untuk Syeikh Bi`l-Maʻruf i. Syeikh Bi`l-Maʻruf mengajak

Darma Taʻsiya untuk makan bersama-sama

j. Darma Taʻsiya menolaknya dan menemani Syeikh Bi`l-Maʻruf hingga selesai makan k. Syeikh Bi`l-Maʻruf terus

memandang wajah Darma Taʻsiya

l. Sebab berahinya kepada Darma Taʻsiya, makanan tersebut langsung ditelan oleh Syeikh Bi`l-Maʻruf

m. Syeikh Bi`l-Maʻruf merasa bahwa masakan yang dibuat oleh Darma Taʻsiya sama dengan rasa yang dibuat istrinya

(42)

22. Darma Taʻsiya berterus terang. a. Syeikh Bi`l-Maʻruf curiga, dan menanyakan mengenai asal-usul Darma Taʻsiya

b. Darma Taʻsiya membuka penyamarannnya, dan berkata jujur mengenai jati dirinya c. Syeikh Bi`l-Maʻruf menyuruh

Darma Taʻsiya untuk menghampiri Candra Dewi d. Dengan sayangnya, Darma

Taʻsiya memeluk dan mencium Candra Dewi serta tidak ingin berpisah lagi

Lompatan cerita (halaman 4 baris 4-6):

a. Syekh al-Makruf

mengajak Darma

Tahsiyah untuk makan bersama-sama,

b. Darma Tahsiyah

menjawab: “Ya Tuanku

Syekh, adapun hamba ini dengan anak hamba dan ayahandah dan bunda hamba sama juga

namanya”

c. Syekh al-Makruf meminta Darma Tahsiyah untuk menghampiri Candra Dewi dan menganggapnya seperti anak sendiri

d. Darma Tahsiyah

menegaskan bahwa Candra Dewi adalah anaknya

23. Silsilah keluarga Darma

Ta’siya.

a. Syeikh Bi`l-Maʻruf menanyakan nama orang tua Darma Taʻsiya

b. Darma Taʻsiya menjawab bahwa nama ayahnya adalah Ahmad dan nama ibunya adalah Arbaʻa

(43)

24. Cerita Darma Taʻsiya selama pergi dari rumah.

a. Syeikh Bi`l-Maʻruf menanyakan penyebab rupa Darma Taʻsiya berubah menjadi lebih baik

b. Darma Taʻsiya menceritakan perjalannya:

 Darma Taʻsiya pergi ke rumah orang tuanya

 Darma Taʻsiya

menceritakan bahwa telah diusir oleh Syeikh Bi`l-Maʻruf

 Ayah dan bundanya tidak mau menerima Darma Taʻsiya

 Darma Taʻsiya meminta air minum pun, keduanya tidak mau memberinya

 Darma Taʻsiya

menyerahkan diri kepada Allah dan berjalan masuk ke dalam hutan rimba dengan tangisnya yang tiada henti

 Darma Taʻsiya berdoa

meminta air untuk minum dan berwudu karena sudah memasuki waktu salat asar

a. Darma Tahsiyah

menceritakan bahwa karena mengerat tujuh helai rambut tanpa seizin Syekh al-Makruf, menyebabkannya harus pergi dari rumah

b. Selama pergi dari rumah,

Darma Tahsiyah

mengalami berbagai macam cobaan, di antaranya:

 Darma Tahsiyah

pulang ke rumah orang tuanya

 Ayah dan bunda Darma Tahsiyah tidak mau menerimanya

 Darma Tahsiyah

meminta air minum pun, orang tuanya tidak mau memberinya  Darma Tahsiyah membuangkan diri ke dalam hutan  Darma Tahsiyah bermunajat kepada Allah c. Syekh al-Makruf menanyakan mengenai perubahan pada wajah Darma Tahsiyah

(44)

 Doa Darma Taʻsiya dikabulkan Allah dan air pun mengalir pada sebuah mahligai

 Malaikat Jibrail memberikan kain tersebut kepada Darma Taʻsiya

 Darma Taʻsiya memakai kain tersebut

 Darma Taʻsiya

melaksanakan salat asar

 Malaikat Jibrail memerintahkan agar

Darma Taʻsiya

melaksanakan salat dua rakaat salam

 Darma Taʻsiya

melaksanakan salat dua rakaat salam

 Malaikat Jibrail menyapu muka Darma Taʻsiya dengan sayapnya

 Muka Darma Taʻsiya berubah menjadi lebih cantik seperti rupa bulan purnama empat belas hari bulan

d. Jawaban Darma Tahsiyah:

 Darma Tahsiyah pergi ke rumah orang tuanya

 Orang tuanya tidak mau menerima, bahkan ketika Darma Tahsiyah meminta air minum pun, keduanya tidak mau memberi air untuk minum  Darma Tahsiyah menangis  Darma Tahsiyah membuangkan diri ke hutan

 Darma Tahsiyah akan melaksanakan salat asar, tetapi tidak ada air untuk wudu

 Darma Tahsiyah

bermunajat kepada Allah

 Allah mengirimkan air untuk Darma Tahsiyah

 Malaikat Jibrail datang

kepada Darma

Tahsiyah membawa kain dari dalam surga

 Darma Tahsiyah

(45)

 Darma Tahsiyah melaksanakan salat asar

 Malaikat Jibrail menyapu muka Darma Tahsiyah dengan sayapnya

 Muka Darma Tahsiyah

menjadi lebih

bercahaya

 Malaikat Jibrail memerintahkan agar

Darma Tahsiyah

pulang ke rumah Syekh al-Makruf

 Darma Tahsiyah dan Malaikat Jibrail berjalan menuju rumah ayah bunda

 Sampai di rumah ayah

bunda Darma

Tahsiyah, Malaikat Jibrail pun gaib

25. Rasa syukur Syeikh Bi`l-Maʻruf atas kembalinya Darma Taʻsiya.

a. Syeikh Bi`l-Maʻruf begitu bersyukur atas anugerah yang telah diterima Darma Taʻsiya b. Syeikh Bi`l-Maʻruf

menganggap kebaktian Darma Taʻsiya sama dengan

kebaktian Fathimah

a. Syekh al-Makruf memeluk dan mencium Darma Tahsiyah

b. Darma Tahsiyah meriba Candra Dewi

(46)

c. Syekh al-Makruf bercerita bahwa Candra Dewi selalu menangis mencari Darma Tahsiyah

d. Syekh al-Makruf menganggap kebaktian Darma Tahsiyah sama

dengan kebaktian

Fathimah 26. Mereka berkumpul kembali

dan hidup harmonis.

Syeikh Bi`l-Maʻruf bersukacita karena dapat berkumpul dengan istri dan anaknya

a. Syekh al-Makruf meminta Darma Tahsiyah berdoa agar keduanya tidak berpisah lagi kecuali maut yang memisahkan

b. Syekh al-Makruf dan Darma Tahsiyah hidup sejahtera dan sentosa c. Syekh al-Makruf selalu

berdoa agar segala amal dan taatnya diterima Allah 27. Amanat penyalin untuk

pembaca

a. Penyalin menganjurkan para perempuan mengikuti kebaktian Darma Taʻsiya agar selamat dunia dan akhirat b. Penyalin menganjurkan agar

para perempuan tidak mengikuti perbuatan setan dan iblis karena akan membawa ke dalam neraka

(47)

28. Tamat Tamatlah Hikayat Darma Taʻsiya orang yang budiman itu

Dan demikian adanya Tuan Syekh al-Makruf dan Darma Tahsiyah istrinya itu,

WalLahu aʻlam bish-shawaf

29. Kolofon Tamatlah Hikayat Darma Taʻsiya

orang yang budiman itu dalam negeri Singapura kepada empat hari bulan Zulkaidah tarikh Sanat 1253. Wa kātibuhu Muhammad Ali bin Abdu `l- Lathif Munsyi

(48)

Klasifikasi Sekuen Teks A

a. Teks A (HDT Koleksi Houghton Library, Harvard University b. c. d. 1 4.1 – 4.5 3 4 3.1 – 3.2 6.1 – 6.2 2 6 7 7.1 – 7.1 1 8.1 – 8.8 9.1 – 9.1 1 10.1 – 10.5 11.1 – 11.8 12.1 – 12.6 15.1 – 15.2 16.1 – 16.3 17.1 – 17.3 18.1 – 18..3 19.1 – 19.6 20.1 – 20.5 21.1 – 21.13 22.1 – 22.4 23.1 – 23.2 24.1 24.2 24.2.1– 23.2.14 25.1 – 25.2 27.1 – 27.2 5 8 9 10 11 12 13 13.1 – 13.3 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

(49)

Klasifikasi Sekuen Teks B

a. Teks B (HDT Koleksi PNRI)

b. c. d. 3.1 – 3.5 2.1 – 2.2 5.1 – 5.2 6.1 – 6.8 7.1 – 7.9 8.1 – 8.7 9.1 – 9.9 10.1 – 10.4 12.1 – 12.2 13.1 – 13.2 14.1 – 14.3 15.1 – 15.6 16.1 – 16.3 17.1 – 17.4 18.1 – 18.4 19.1 – 19.4 20.1 20.2 20.2.1 – 20.2.5 22.1 – 22.3 21.1 – 21.4 11.1 – 11.3 20.3 20.4 20.4.1 – 20.4.15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

(50)

a Teks secara keseluruhan (Hikayat Darma Taʻsiya) b Sekuen tingkat pertama

c Sekuen tingkat kedua d Sekuen tingkat ketiga

(51)

82

lebih lengkap daripada teks B. Hal ini dibuktikan dengan beberapa hal sebagai berikut.

a. Sekuen

Hikayat Darma Taʻsiya terdiri atas 3 tingkatan sekuen, yaitu sekuen

tingkatan pertama, sekuen tingkatan kedua, dan sekuen tingkatan ketiga.

 Jumlah sekuen teks HDT A sebanyak 151 sekuen, terdiri atas 29 sekuen besar, 108 sekuen sedang, dan 14 sekuen kecil.

 Jumlah sekuen teks HDT B sebanyak 131 sekuen, terdiri atas 23 sekuen besar, 88 sekuen sedang, dan 20 sekuen kecil.

 Perbedaan jumlah sekuen ini disebabkan oleh: (1) teks A memuat bacaan doa, sedangkan teks B tidak memuat bacaan doa; (2) teks A memuat episode ketika Darma Taʻsiya menasihati Candra Dewi, sedangkan teks B tidak memuat episode tersebut; (3) teks A memuat cerita mengenai Syekh Bi`l-Maʻruf jatuh cinta kepada Darma Taʻsiya yang sedang menyamar, sedangkan teks B tidak memuai cerita tersebut; (4) teks A memuat silsilah Darma Taʻsiya, sedangkan teks B tidak memuat silsilah Darma Taʻsiya; (5) teks A dilengkapi dengan amanat penyalin untuk pembaca, sedangkan teks B tidak memuat amanat penyalin; serta (6) teks A dilengkapi dengan kolofon, sedangkan teks B tidak memuat kolofon.

(52)

 Berdasarkan urutan peristiwanya secara kronologis, maka urutan peristiwa dalam teks Hikayat Darma Taʻsiya ini bergerak lurus dan tidak ada pengulangan.

 Urutan peristiwa (disingkat P) teks A

Berdasarkan sekuen Teks A, maka P1 (sekuen 1), diikuti P2 (sekuen 2), diikuti P3 (sekuen 3: 3.1 – 3.2), diikuti P4 (sekuen 4: 4.1 – 4.5 ), diikuti P5 (sekuen 5), diikuti P6 (sekuen 6: 6.1 – 6.2), diikuti P7 (sekuen 7: 7.1 – 7.11), diikuti P8 (sekuen 8: 8.1 – 8.8), diikuti P9 (sekuen 9: 9.1 – 9.11), diikuti P10 (sekuen 10: 10.1 – 10.5), diikuti P11 (sekuen 11: 11.1 – 11.8), diikuti P12 (sekuen 12: 12.1 – 12.6), diikuti P13 (sekuen 13: 13.1 – 13.3), diikuti P14 (sekuen 14), diikuti P15 (sekuen 15: 15.1 – 15.2), diikuti P16 (sekuen 16: 16.1 – 16.3), diikuti P17 (sekuen 17: 17.1 – 17.3), diikuti P18 (sekuen 18: 18.1 – 18.3), diikuti P19 (sekuen 19: 19.1 – 19.6), diikuti P20 (sekuen 20: 20.1 – 20.5), diikuti P21 (sekuen 21: 21.1 – 21.13), diikuti P22 (sekuen 22: 22.1 – 22.4), diikuti P23 (sekuen 23: 23.1 – 23.2), diikuti P24 (sekuen 24: 24.1 – 24.2.14), diikuti P25 (sekuen 25: 25.1 – 25.2), diikuti P26 (sekuen 26), diikuti P27 (sekuen 27: 27.1 – 27.2), diikuti P28 (sekuen 28), diikuti P29 (sekuen 29).

 Urutan peristiwa (disingkat P) teks B

Berdasarkan sekuen Teks B, maka P1 (sekuen 1), diikuti P2 (sekuen 2: 2.1 – 2.2), diikuti P3 (sekuen 3: 3.1 – 3.5), diikuti P4 (sekuen 4), diikuti P5 (sekuen 5: 5.1 – 5.2), diikuti P6 (sekuen 6: 6.1 – 6.8),

(53)

diikuti P9 (sekuen 9: 9.1 – 9.9), diikuti P10 (sekuen 10: 10.1 – 10.4), diikuti P11 (sekuen 11: 11.1 – 11.3), diikuti P12 (sekuen 12: 12.1 – 12.2), diikuti P13 (sekuen 13: 13.1 – 13.2), diikuti P14 (sekuen 14: 14.1 – 14.3), diikuti P15 (sekuen 15: 15.1 – 15.6), diikuti P16 (sekuen 16: 16.1 – 16.3), diikuti P17 (sekuen 17: 17.1 – 17.4), diikuti P18 (sekuen 18: 18.1 – 18.4), diikuti P19 (sekuen 19: 19.1 – 19.4), diikuti P20 (sekuen 20: 20.1 – 20.4.15), diikuti P21 (sekuen 21: 21.1

– 21.4), diikuti P22 (sekuen 22: 22.1 – 22.3), diikuti P23 (sekuen

23). c. Logis

 Urutan alur cerita teks Hikayat Darma Taʻsiya mempunyai

hubungan sebab-akibat (kausalitas). Seperti pada sekuen 4 (4.1 – 4.5) Adapun Syeikh Bi`l-Maʻruf itu pagi-pagi hari masuk ke dalam khalwatnya tempat ia berbuat ibadah setelah sudah magrib, maka ia pulang ke rumahnya. Syahdan apabila datanglah Syeikh Bi`l-Maʻruf itu, maka datanglah isterinya membawa air membasuh kakinya. Setelah sudah dibasuhnya, maka disapunya dengan rambutnya serta ia sujud kepada kaki suaminya, serta katanya, “Ya makhdumku, ampun kiranya barang dosa dan salah hambamu”. Maka ujar Syeikh Bi`l-Maʻruf, “Apakah dosa diri? Karena diri orang berbakti dan lagi

dikasihankan Allah Taala”. Setelah itu, maka Syeikh Bi`l-Maʻruf pun

duduklah pada hamparan. Darma Taʻsiya pun mengangkatkan hidangan ke hadapan Syeikh itu, maka Syeikh itu pun makanlah. Hatta

(54)

kebaktian kepada suaminya, maka apabila pagi-pagi Syeikh itu masuk khalwatnya dan petang hari ia kembali ke rumahnya.

 Hal ini mempunyai hubungan kausalitas dengan sekuen 5.

 Sekuen 5 Syahdan maka dalam hal yang demikian itu, maka Darma Taʻsiya pun hamillah.

 Hal ini mempunyai hubungan kausalitas dengan sekuen 6, dan seterusnya.

3. Keterbacaan Naskah

Berdasarkan keterangan pada subdeskripsi naskah, secara umum diketahui bahwa kondisi fisik naskah A dalam keadaan baik. Naskah A masih utuh dan berjilid, tulisannya jelas dan mudah dibaca, serta tidak ditemukan kerusakan di dalam naskah.

Adapun kondisi fisik naskah B dalam keadaan kurang baik. Kondisi naskah B mulai rapuh. Kertas yang digunakan mulai berubah warna menjadi kecokelat-cokelatan, dan tulisan pada beberapa bagian sudah mulai pudar. 4. Pemilihan Teks yang akan Disunting

Untuk menentukan naskah dasar suntingan, terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan, yaitu (1) isinya lengkap dan tidak menyimpang dari naskah kebanyakan; (2) keadaan naskahnya baik dan utuh; (3) tulisannya jelas dan mudah dibaca; (4) bahasanya lancar dan mudah dipahami; dan (5) usia naskah lebih tua (Djamaris, 2002:18). Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat dibandingkan sebagai berikut.

(55)

lebih lengkap daripada naskah B. Kedua, dari segi kondisi fisik naskah, diketahui bahwa naskah A lebih baik kondisinya daripada naskah B. Ketiga, dari segi keterbacaan tulisan, naskah A lebih mudah dibaca daripada naskah B karena di beberapa bagian naskah B terdapat tulisan yang telah memudar. Keempat, dari segi bahasanya yang lancar dan mudah dipahami, kedua naskah ini sama-sama menggunakan bahasa yang lancar dan mudah dipahami. Kelima, dilihat dari umur naskah, naskah A diketahui lebih tua daripada naskah B. Oleh sebab itu, naskah A dipilih sebagai teks dasar suntingan, sedangkan naskah B digunakan sebagai teks pembanding apabila terdapat kesalahan atau kekurangan pada teks dasar.

(56)

D. Kritik Teks

Kritik teks adalah kegiatan kritik terhadap kandungan teks untuk mendapatkan teks yang paling mendekati aslinya (Sudardi, 2003:55). Kegiatan kritik teks dilakukan karena dilatarbelakangi oleh adanya tradisi salin-menyalin teks yang memungkinkan timbulnya kesalahan salin tulis. Kritik teks dapat membantu tersedianya sebuah suntingan teks yang baik dan benar, sehingga teks menjadi mudah dibaca dan dipahami oleh pembaca dari berbagai kalangan.

Secara keseluruhan, di dalam teks Hikayat Darma Taʻsiya ditemukan lima bentuk kesalahan salin tulis dan ketidakkonsistenan. Berikut penjelasan mengenenai lima bentuk kesalahan salin tulis.

1. Lakuna, yaitu pengurangan huruf, suku kata, kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf.

2. Adisi, yaitu penambahan huruf, suku kata, kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf.

3. Substitusi, yaitu penggantian huruf, suku kata, kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf.

4. Ditografi, yaitu bagian yang terdapat perangkapan kata pada teks.

5. Transposisi, yaitu bagian yang terdapat pemindahan letak kata, frasa, atau kalimat dalam teks.

6. Ketidakkonsistenan, yaitu bagian yang terdapat ketidakselarasan penulisan kata pada teks.

(57)

Hikayat Darma Taʻsiya, meliputi: 16 lakuna, 9 adisi, 8 substitusi, 2 ditografi, 1

transposisi dan 17 ketidakkonsistenan. Perincian kesalahan salin tulis dari masing- masing kasus tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7 Lakuna

No Teks A Teks B Edisi Ket.

Hal./ Baris

Teks Latin Hal./ Baris Teks Sun. Yayah 1. 1/2, 4/3, 4/5, 5/2, 11/8, 11/9, 27/3, 34/1, 39/6, 40/3

نﻮﻔﻣﺮﻓ

perem pun 2/1, 2/10, 2/13, 2/16, 2/17

ناﻮﻔﻣﺮﻓ

perem puan

perempuan didasarkan pada: 1. teks bandingan 2. DERJ halaman 132 yang menulis

ناﻮﻔﻣﺮﻓ

(perempuan) 2. 2/3, 2/6, 5/8, 14/4, 15/7, 15/8, 21/5, 22/7, 32/6, 37/2, 37/6

هﺪﺳ

sdah 1/12, 2/5, 2/17, 2/19, 3/13, 4/8, 4/8, 4/9, 6/1, 6/16, 8/15, 10/5, 11/2

هدﻮﺳ

sudah sudah didasarkan pada: 1. teks bandingan 2. DERJ halaman 169 yang menulis

هدﻮﺳ

(sudah) 3. 3/9, 3/10, 5/1

ﻞﻣﺎﺣ

haml 2/8

ﻞﯿﻣﺎﺣ

hamil hamil didasarkan pada: 1. teks bandingan 2. DERJ halaman 56 yang menulis

ﻞﯿﻣﺎﺣ

(hamil) 4. 3/10, 6/10, 8/8, 8/10,

ةاﻮﺳ

suat 3/8, 4/10

ﻮﺗاﻮﺳ

suatu suatu didasarkan pada: 1. teks

(58)

12/6, 8/10, 26/1, 36/3 18/10 halaman 169 yang menulis

ﻮﺗاﻮﺳ

(suatu)

5. 5/1

فاﺮﺑ

berapa beberapa disesuaikan

dengan konteks

kalimat: “Hatta

beberapa lamanya Darma Taʻsiya hamil itu, maka ia pun beranaklah seorang

perempuan”

(HDT:5)

6. 12/1

ﻦﯿﺳ

sin sini didasarkan pada:

1. teks bandingan 2. DERJ halaman 166 yang menulis

ﻲﻨﯿﺳ

(sini) 7. 13/4 dicim nya

3/6

مﻮﯿ

cium diciumnya didasarkan pada: 1. teks bandingan 2. DERJ halaman 31 yang menulis

مﻮﯿ

(cium) 8. 13/5

ﻞﻐﺸﻣ

masy ghl

masygul didasarkan pada DERJ halaman 110 yang menulis

لﻮﻐﺸﻣ

(masygul) 9. 13/6

ﺎﻤﻔﻣﺎﺳ

sampa

ma

seumpama didasarkan pada DERJ halaman 190 yang menulis

مﺎﻔﻣوا

(umpama)

10. 26/10

ﻮﺟ

ju jua didasarkan pada

DERJ halaman 69 yang menulis

اﻮﺟ

(jua)

11. 17/4 antang didasarkan pada

DERJ halaman 191 yang menulis

ﻮﺘﻧوا

(59)

ﻒﯿﻨﻣ

فﻮﯿﻨﻣ

1. teks bandingan 2. DERJ halaman 185 yang menulis

فﻮﯿﺗ

(tiup) 13. 28/5, 29/8

رﺪﻧا

andar undur didasarkan pada

DERJ halaman 191 yang menulis

روﺪﻧوا

(undur)

14. 33/6

ﺚﻤ

د

dicim

nya

13/4

مﻮﯿ

cium diciumnya didasarkan pada: 1. teks bandingan 2. DERJ halaman 31 yang menulis

مﻮﯿ

(cium) 15 36/ 4-5

فاﺮﺒﺑ

ﺖﻤﻌﻧ

ناد

ﻦﻧﺎﻜﻣ

ﺚﻤﻟاد

bebera-pa nikmat dan makan-an dalam-nya beberapa nikmat dan makanan di dalamnya kelengkapan kalimat

16. 39/8

ﮫﻤﺟ

Jmah Jumaat didasarkan pada

DERJ halaman 70 yang menulis

ﺔﻌﻤﺟ

(Jumaat)

(60)

Adisi

No Teks A Teks B Edisi Ket.

Hal. / Bar.

Teks Latin Hal.

/ Bar. Teks Sun. Yayah 1. 6/3

ﺔﻤﺘطﺎﻓ

Fathtimah 13/ 13

ﺔﻤﯿطﺎﻓ

Fathtima h Fathimah frekuensi kemunculan pada naskah A dan B: Fathimah 2x sedangkan Fathtimah 1x

3. 15/2 kerangannya kerangnya karena

mengikuti kata “mutiara” 4. 18/ 10, 36/4

ﻲﻜﯿﻟﺎﮭﻣ

mahaligai

ﻲﻜﯿﻟﺎﮭﻣ

mahligai mahligai didasarkan pada: 1. suntingan teks bandingan 2. DERJ halaman 106 yang menulis

يﺎﻜﯿﻠﮭﻣ

(mahligai)

5. 21/3

وا ﻚﻣ

maka o 1/12

ﻚﻣ

maka maka

6. 23/3

ﻦﻧﺎﺴﻓ

pesanan 9/8

ﻦﺴﻓ

pesan pesan disesuaikan

dengan konteks kalimat, “Hamba hendak menyampaik an pesan Darma Taʻsiya kepada anaknya.” 7. 28/2, 29/1, 31/4

ﻢﺜﻨﺳﺮﺗ

tersennyum 10/ 19, 11/1

ﻢﺜﻨﺳﺮﺗ

tersenyu m tersenyum didasarkan pada: 1. suntingan teks bandingan

(61)

halaman 162 yang menulis

مﻮﺜﺳ

(senyum) 8. 28/ 7-10

ﮫﻠﻨﯿﻜﻣد

ثﻮﻛﻻ كﻮﺟ

اود ﺖﯾا ﻮﯾﺎﻛ

ݞﺪﻨﻤﻣ ﻲﻟﺎﻛ

٢

ﻮﻣ

ﺎﻛ

ﺎﻣرد

ﻌﺗ

ﺎﯿﺴ

ﺖﯾا

ﻢﻧا

ﮫﺟﻮﺗ

ﻲﻟﺎﻛ

ݞﺪﻨﻤﻣ

٢

ﺎﻛﻮﻣ

ﺎﻣرد

ةﺮﻔﺳ ﺎﯿﺴﻌﺗ

ﻼﯿﻛ ݞروا

ثﻮﻛﻻ

demikianlah juga lakunya, sekali mengapak kayu itu dua kali memandang-mandang muka Darma Taʻsiya itu hingga enam tujuh kali memandang-mandang muka Darma Taʻsiya seperti orang gila lakunya demikianlah juga lakunya, sekali mengapak kayu itu hingga enam tujuh kali memandang-mandang muka Darma Taʻsiya seperti orang gila lakunya

9. 31/2 kennyang kenyang didasarkan

pada: DERJ halaman 81 yang menulis

ﺜﻛ

(kenyang) Tabel 9 Substitusi No. Hal./ Baris

Teks Latin Edisi Keterangan

1. 2/8

ﻮﻜﻣﺪﻘﻣ

Makdumku makhdumku berdasarkan kamus Al-Munawwir halaman 327, kata dasar

مﺪﺧ

(melayani)

ﺪﺨﻤﻟا

و

م

(tuan, majikan)

(62)

Tabel 10 Ditografi No Hal./

Baris

Teks Latin Edisi Keterangan

1. 21/8

تﺎﻛ^ ﻚﻣ

ﻞﯿﺋاﺮﺒﺟ ﺮﺟؤا

maka ^kata ujar Jibrail maka ujar Jibrail

“kata” dan “ujar” memiliki kesamaan

arti (sinonim), berdasarkan pengamatan pada teks diketahui bahwa “ujar” untuk percakapan

Jibrail dengan Darma Taʻsiya muncul sebanyak 2 kali dari 3 kali percakapan, yaitu pada 20/6 dan 21/3.

Adapun “kata” muncul sebanyak 27

kali, digunakan untuk percakapan antarmanusia.

Kalimat ini merupakan percakapan ketiga Jibrail dengan Darma Taʻsiya,

oleh sebab itu maka dipilih ”ujar”

untuk melengkapinya. 2. 39/7

يﺎﯿﻔﺳ

supayaya supaya

نءﺎﺑﻮﺟﺮﻓ

3. 7/4

ﻮﻜﯾﺮﻓ

piriku diriku 4. 10/1 cangan jangan 5. 26/7, 26/10

ﺚﯿﺘﻘﺒﻛ

kebaktinya kebaktian frekuensi kemunculan kebaktian pada teks sebanyak 7 kali, yaitu 3/5, 14/5, 25/5, 25/6, 25/8, 38/7, dan 39/7.

6. 36/7

ﻲﻟﺎﮭﺳ

sehalai sehelai

7. 36/10

ﯿﺠﻨﻛ

kenjing kencing

(63)

Transposisi No Hal./

Baris

Teks Latin Edisi Ket.

1. 28/ 8-10

ثﻮﻛﻻ كﻮﺟ ﮫﻠﻨﯿﻜﻣد

ݞﺪﻨﻤﻣ ﻲﻟﺎﻛ اود ﺖﯾا

٢

ﻮﻣ

ﺎﻛ

ﻌﺗ ﺎﻣرد

ﺎﯿﺴ

ﺖﯾا

ﻢﻧا

ﮫﺟﻮﺗ

ﻲﻟﺎﻛ

ݞﺪﻨﻤﻣ

٢

ﺎﻣرد ﺎﻛﻮﻣ

ݞروا ةﺮﻔﺳ ﺎﯿﺴﻌﺗ

ثﻮﻛﻻ ﻼﯿﻛ

demikianlah juga lakunya, sekali mengapak kayu itu dua kali memandang-mandang muka Darma Taʻsiya itu hingga enam tujuh kali memandang-mandang muka Darma Taʻsiya seperti orang gila lakunya

demikianlah juga lakunya, sekali mengapak kayu itu hingga enam tujuh kali memandang-mandang muka Darma Taʻsiya seperti orang gila lakunya

Tabel 12 Ketidakkonsistenan

No Bacaan Naskah Edisi Keterangan

Teks A Teks B

Teks Fr Latin Teks Fr Suntinga

n Yayah 1.

ﺎﻤﻧ

6 nama nama

مﺎﻧ

6 nama

مﺎﻧ

6 nama 2.

ﺎﯿﺴﻌﺗ مرد

2 Darma Taʻsiya

ﮫﯿﺳﺎﺗ ﮫﻣرد

67 Darma Tahsiyah Darma Taʻsiya

ﺎﯿﺴﻌﺗﺎﻣرد

80 Darma Taʻsiya

ﮫﻣرد

2 Darma

ﮫﯿﺳﺎﺗ

1 Tahsiyah

3.

سود

7 dosa

ﺳوذ

1 dosa dosa

ﺎﺳود

2 dosa

ﺎﺳود

14 dosa

ﺎﺳد

1 dosa 4.

ﻮﯾدارﺪﻨ

ي

2 Candra Dewi

اﻮﯾدارﺪﻨ

6 Candra Dewi Candra Dewi

يﻮﯾدرﺪﻨ

5 Candra Dewi 5.

مﺎﺒﻤھ

11 hambamu hamba mu

ﻮﻣﺎﺒﻤھ

1 hambamu

ﻮﻣﺎﺒﻤھ

47 hambamu 6.

ﺎﺴﻘﺷ

2 seksa seksa

ﺎﺴﻘﺳ

1 seksa

(64)

رد

يرد

2 dari

يرد

9 dari

8.

ﻲھ

15 hai

ﻲھ

7 hai hai

ﻲھاو

1 wahai wahai

9.

ﺮﯾد

1 diri diri

يﺮﯾد

19 diri

يﺮﯾد

11 diri

10.

ناﻮﺗ

51 tuan

ناﻮﺗ

59 tuan tuan

نﻮﺗ

12 tuan

11.

ﺎﺑر

1 riba riba

ﺎﺒﯾر

3 riba

ﺎﺒﯾر

3 riba

12.

ﻮھﺎﻣ

1 mahu

ﻮھﺎﻣ

3 mahu mahu

وﺎﻣ

3 mau mau

13.

اﻮﮭﺑ

3 bahwa

اﻮﮭﺑ

2 bahwa bahwa

ﻮﮭﺑ

2 bahwa

14.

ﻮﻟﻮھد

6 dahulu

ﻮﻟﻮھد

4 dahulu dahulu

لﻮھد

1 dahulu

15.

ﻖﻠﻓ

1 peluk peluk

قﻮﻠﻓ

1 peluk

قﻮﻠﻓ

2 peluk

16.

ﻮﺒﯾا

1 ibu

ﻮﺒﯾا

5 ibu ibu Teks A:

kata bunda (tanpa

fonem h)

digunakan apabila diikuti kata ganti

–nya, seperti bundanya.

Apabila diikuti dengan selain kata ganti –nya, maka ditulis bundah (dengan fonem h).

هﺪﻨﺑ

5 bundah

ﺪﻨﺑ

17 bunda bundah

(65)

ﺎﻔﺑ

ﺎﻔﺑ

A digunakan untuk menyebut Syeikh Bi`l-Maʻruf, sedangkan bapa pada naskah B digunakan untuk menyebut bapa atau ayah Darma Taʻsiya.

ﮫﯾا

14 ayah

ﮫﯾا

7 ayah ayah

هﺪﻨﮭﯾا

2 ayahandah

هﺪﻨﮭﯾا

9 ayahandah ayahan dah

Gambar

Tabel 1 Klasifikasi Data
Gambar 3 Tanda baca
Tabel 7 Lakuna
Tabel 10 Ditografi No Hal./
+3

Referensi

Dokumen terkait

Puskesmas telah mampu berfungsi dalam penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan tindakan mengatasi kegawat-daruratan, sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya

- Pemerintah dan lembaga negara lain berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan kepada anak dalam situasi darurat, anak yang  berhadapan dengan hukum,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh manajemen kelas dan motivasi belajar peserta didik terhadap hasil belajar matematika peserta didik kelas V SD

Berdasarkan rangkuman kinerja mahasis- wa dalam kartu question dan kartu answer pada setiap pertemuan dapat dikatakan bah- wa semua indikator keterampilan berpikir kritis

Peninggalan berupa Nekara merupakan salah satu peninggalan yang penting bagi masyarakat Indonesia pada zaman Perunggu juga banyak mendapat pengaruh besar dari kebudayaan Dong

Dengan kuasa resmi untuk mewakili dan bertindak untuk dan atas nama (………….) dan setelah memeriksa serta memahami sepenuhnya seluruh isi pengumuman Pelelangan

1) Direktur Investasi dipimpin oleh seorang direktur yang disebut dengan Direktur Investasi dan biasa disingkat DIR INV. 2) Tugas utama Direktur Investasi adalah

Least Significant Bit (LSB) sering kali digunakan untuk kepentingan penyisipan data ke dalam suatu media digital lain, salah satu yang memanfaatkan LSB sebagai metode