• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERHUBUNGAN DI PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERHUBUNGAN DI PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Akhir V- 1

BAB V

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERHUBUNGAN

DI PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR

A. Angkutan Jalan

1. Jaringan Pelayanan Angkutan Jalan

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar pelayanan Minimal Bidang perhubungan daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota, jenis pelayanan dasar adalah angkutan jalan, salah satu di antaranya adalah jaringan pelayanan angkutan jalan. Standar pelayanan minimal yang ditetapkan dalam hal ini adalah “tersedianya angkutan umum yang melayani wilayah yang tersedia jaringan jalan untuk jaringan Propinsi. Artinya, angkutan kota antar kabupaten/kota dalam propinsi. Nilai yang ditetapkan dengan batas waktu tahun 2014 adalah 100 %, yang dilaksanakan oleh dinas Perhubungan Propinsi.

Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan adalah serangkaian simpul dan/atau ruang kegiatan yang saling terhubungkan untuk penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat

lain dengan menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan. 1 Jaringan trayek dan

kebutuhan Kendaraan Bermotor Umum disusun berdasarkan: a. tata ruang wilayah; b. tingkat permintaan jasa angkutan; c. kemampuan penyediaan jasa angkutan; d. ketersediaan jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; e.kesesuaian dengan kelas jalan; f. keterpaduan intramoda angkutan; dan g. keterpaduan antarmoda angkutan. Jaringan trayek dan kebutuhan kendaraan bermotor umum disusun dalam bentuk rencana

umum jaringan trayek 2

Penyusunan rencana umum jaringan trayek dilakukan secara terkoordinasi dengan instansi terkait. Rencana umum jaringan trayek terdiri atas: a. jaringan trayek lintas batas Negara, b. jaringan trayek antarkota antarprovinsi, c. jaringan trayek antarkota dalam provinsi; d. jaringan trayek perkotaan; dan e. jaringan trayek perdesaan. Rencana

umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima) tahun 3

Untuk mewujudkan angkutan antar kota dalam propinsi dibutuhkan dua aspek yaitu; a. jaringan jalan propinsi, dan b. angkutan yang disebut AKDP (Angkutan kota dalam propinsi). Ada kalanya, tersedia jaringan jalan propinsi namun belum dilayani angkutan atau AKDP. Sekarang di propinsi Nusa Tenggara Timur terdapat jumlah jaringan propinsi sebanyak 44 dengan rincian seperti tabel berikut.

1 Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pada Pasal 1 2 Ibid, Pasal 144

(2)

Laporan Akhir V- 2

Tabel 5.1 Jaringan Jalan Propinsi Yang Sudah Dilayani & Belum Dilayani AKDP

No Jaringan jalan Propionsi

Sudah Dilayani ( Jlh AKDP ) Kebutuhan ( AKDP) Kekurangan Kebutuhan ( AKDP) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 Kupang – Soe PP Kupang - Keffa PP Kupang - Atambua PP Kupang – Atambua – Betun PP Kupang – Ayotupas- besikama PP Soe – Kupang PP Soe – Kefa PP Soe - Atambua PP Kefa – Kupang PP Kefa – Tamanbua PP Atambua – Kupang PP Atambua – Kefa PP Atambua – Soe PP

Besikama – Ayotupas – Kupang PP Waingapu – Waikabubak pp

Waingapu – Waikabuk – Waikelola PP

Waikabuk - Waingapuk

Waikelola – Waikabuk – Waingapu PP

Ende – Bajawa PP Ende – Ruteng PP Ende – Labuan Bajo PP Ende – Maumere PP Ende – Larantuka PP Bajawa – Ruteng PP Bajawa – Labuan Bajo PP Bajawa – Ende PP Bajawa – Maumere PP Bajawa – Larantuka PP Ruteng – Labuan Bajo PP Ruteng - Bajawa PP Ruteng – Ende PP Ruteng – Maumere PP Ruteng – Larantuka PP Labuanbajo – Ruteng PP Labuanbajo – Bajawa PP Labuanbajo – Ende PP Labuanbajo – Maumere PP Labuanbajo – Larantuka PP Maumere – Larantuka PP Maumere – Ende PP Maumere – Bajawa PP Maumere – Ruteng PP Maumere – Labuan Bajo PP Maumere – Mbay PP 12 unit 25 unit 2 unit 3 unit 2 unit 27 unit 2 unit 1 unit 10 unit 12 unit 60 unit 4 unit 3 unit 16 unit 7 unit 7 unit 6 unit 5 unit 12 unit 10 unit 3 unit 16 unit 8 unit 47 unit 3 unit 23 unit 5 unit 2 unit 27 unit 15 unit 12 unit 3 unit 4 unit 5 unit 3 unit 3 unit 4 unit 4 unit 17 unit 24 unit 3 unit 3 unit 3 unit 4 unit 12 unit 25 unit 4 unit 5 unit 5 unit 27 unit 3 unit 3 unit 10 unit 12 unit 60 unit 4 unit 4 unit 16 unit 7 unit 7 unit 6 unit 6 unit 12 unit 10 unit 3 unit 16 unit 8 unit 47 unit 4 unit 23 unit 6 unit 3 unit 27 unit 15 unit 12 unit 4 unit 4 unit 5 unit 4 unit 3 unit 4 unit 4 unit 17 unit 24 unit 3 unit 3 unit 3 unit 4 unit - - 2 2 3 - 1 2 - - - - 1 - - - - 1 - - - - - - 1 - 1 1 - - - 1 - - 1 - - - - - - - -

Sumber : Dinas Perhubungan & Informatika. c.q. Bidang Program Propinsi NTT, 2013 Berdasarkan data tersebut di atas, nilai capaian tersedianya angkutan umum yang melayani wilayah yang telah tersedia jaringan jalan untuk jaringan jalan propinsi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut;

(3)

Laporan Akhir V- 3 % Pelayanan Angkutan Jalan

∑ Jaringan Jalan Propinsi Terlayani Angkutan Umum

= x 100 %

∑ Jaringan Jalan Propinsi

44 Jaringan Jalan Propinsi Terlayani

= --- x 100 % 44 Jaringan Jalan Propinsi

= 100 %

Sementara berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi diharuskan mencapai nilai 100 %. Ternyata angka tersebut sudah tercapai pada tahun 2012, hal ini disebabkan karena jaringan jalan propinsi dan pelayanan AKDP meruapakan kebutuhan mendasar dalam aktivitas masyarakat untuk bepergian. Di samping itu, jalan propinsi juga banyak melintasi pemukiman.

(4)

Laporan Akhir V- 4

(5)

Laporan Akhir V- 5

(6)

Laporan Akhir V- 6

2. Jaringan Prasarana Angkutan Jalan

Jaringan prasarana angkutan jalan dalam hal ini ditekankan pada ratio terminal Tipe A terhadap jumlah jaringan nasional. Karena dengan danya terminal tipe A, adalah merupakan indikasi adanya pegerekan penduduk dari satu propinsi ke propinsi lainnya. Terminal penumpang tipe A berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan. Fasilitas utama terminal terdiri dari: a. jalur pemberangkatan kendaraan umum; b. jalur kedatangan kendaraan umum; c. tempat parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan, termasuk di dalamnya tempat tunggu dan tempat istirahat kendaraan umum; d. bangunan kantor terminal; dan e. tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar; f.menara pengawas; g. loket penjualan karcis; h. rambu-rambu dan papan informasi, yang sekurang-kurangnya memuat petunjuk jurusan, tarif dan jadual perjalanan; i. pelataran parkir kendaraan pengantar dan/atau taksi. Sementara fasilitas penunjang adalah meliputi; a. kamar kecil/toilet; b. musholla; c. kios/kantin; d. ruang pengobatan; e. ruang informasi dan pengaduan; f. telepon umum; g.

tempat penitipan barang; h. taman 4 . Lokasi tapak terminal penumpang tipe A harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara;b terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas III A; c. mempunyai akses jalan masuk dan/atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak sekurang-kurangnya 100 m di Pulau Jawa dan 50 m di pulau

lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal 5

Lokasi tampak terminal penumpang tipe A harus memenuhi persyaratan sebagai berikut; a. terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas Negara, b. terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas III A, c. jarak antara 2 (dua) terminal penumpang tipe A, sekurang-kurangnya 20 km di Pulau Jawa, dan 30 Km di Pulau Sumatera dan 50 Km di Pulau Lainnya, d. luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 5 ha untuk terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, dan 3 Ha di Pulau lainnya, e. mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak sekurangnya-kurangnya 100 meter di Pulau Jawa dan 50 meter dan 50 meter di pulau

lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal 6. Persyaratan yang telah

digaris di atas, dibandingkan dengan terminal tipe A di Propinsi NTT, yang hanya satu (1) unit, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Jalan akses masuk dan/atau keluar terminal di terminal tipe A yang ada di propinsi

NTT terdapat 53 meter, sementara menurut standar yang telah ditetapkan lebih dari 50 meter. Artinya jalan akses masuk dan/atau keluar telah memenuhi standar yaitu mencapai 53 meter

b. Terminal tipe A di Propinsi NTT hanya satu (1) unit, jadi belum bisa dibandingkan

dengan ketentuan jarak antar terminal tipe A 30 Km di Pulau Sumatera

c. Luas terminal tipe A yang ada di Propinsi NTT mencapai 5 ha, artinya telah sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan.

4 Keputusan Menteri Perhubungan N0. 31 Tahun 1995 tentang Terminal Transportasi pada Pasal 2 ayat

( 2), Pasal 4 dan Pasal 5

5 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. SK.1361/AJ. 106/DRJD/2003 tentang Penetapan Simpul Jaringan Transportasi Jalan Untuk Terminal Penumpang Tipe A di Seluruh Indonesia pada Pasal 5

6 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. SK.76/AJ/102DRJD/2000 tentang Penetapan Simpul Jaringan Transportasi Jalan Untuk Terminal Penumpang Tipe A di Seluruha Indonesia pada Pasal 5

(7)

Laporan Akhir V- 7 Berdasarkan data dan informasi dari Dinas Perhubungan & Informatika c.g Bidang Program Propinsi NTT jumlah terminal tipe A yang ada sekarang hanya satu (1) unit dengan nama Terminal Motaain di Kabupaten Belu. Lokasi Montaain perbatasan dengan Republik democrat Tomir Leste dengan luas tanah 3,2 Ha. Karena itu, nilai capaian tersedianya terminal angkutan penumpang tipe A untuk melayani angkutan umum dalam trayek antarkota antarpropinsi (AKAP) atau angkutan lintas batas Negara (ALBN) dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

% Prasarana Angkutan Jalan ∑ Prasarana Penumpang Tipe A

= --- x 100 % Jumlah Jaringan Pelayanan AKAP/ALBN

1

= --- x 100 % = 100 % 1

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011, nilai pelayanan terminal tipe A ditetapkan 100 %. Hal ini berarti persentase yang harus dicapai hingga tahun 2014 diharuskan 87,5 % atau setera dengan jumlah terminal tipe A sebanyak 7 unit. Jumlah tersebut tampaknya relatif sulit dicapai, mengingat permasalahan tanah di daerah sekarang menjadi salah satu problem utama yang dihadapi dalam pembangunan nasional. Berdasarkan informasi dari Dins Perhubungan & Informatikan c.q. Bidang Program Provinsi Bengkulu, sekarang ini telah direncanakan pembangunan terminal tipe A di tiga (3) lokasi yaitu:

a. Terminal ALBN di Kabupaten Timur Tengah Utara di Kota Kefamenanu dengan luas

4 Ha. Terminal ini adalah perbatasan dengan Negara Republic Demokrat Timur Leste ( RDTL ), dan sekarang berada dalam tahap pembangunan

b. Rencana pembangunan terminal tipe A di Kabupaten Menggarai Barat yang berada

pada perbatasan dengan propinsi NTB

c. Rencana pembangunan terminal tipe A di Kota Kupang. Seharusnya di Kota Kupang

sebagai ibukota Propinsi NTT sudah ada terminal tipe A

Dalam rangka mewujudkan pembangunan terminal tipa A tersebut, kerjasama Pemerintah Daerah Propinsi NTT dan Pemerintah Pusat yang dalam hal ini Kemeterian Perhubungan perlu ditingkatkan, agar pembangunan terminal tersebut dapat terealisir.

Gambar 5.3 Terminal di Nusa Tenggara Timur

(8)

Laporan Akhir V- 8

Gambar 5.4 Trayek AKAP di Nusa Tenggara Timur

(9)

Laporan Akhir V- 9

(10)

Laporan Akhir V- 10

3. Fasilitas Perlengkapan Jalan

Fasilitas perlengkapan jalan berfungsi untuk menjamin kelancaran arus lalu lintas kendaraan bermotor dan keselamatan bagi para pengendara. Karena itulah, fasilitas perlengkapan jalan telah diupayakan pembangunan di Propinsi NTT. Fasilitas perlengkapan jalan adalah meliputi; a. rambu, b. marka, c. pagar pengaman, d. deliniator ,e. cermin tikungan, f. paku jalan, g. alat pemberi isiyarat lalu lintas, dan lampu penerangan. Fasilitas perlengakapan jalan tersebut telah dibangun di jalan nasional, jalan propinsi, dan jalan kabupaten/kota. Namun dalam hal ini, kajian akan difokuskan pada pembangunan/pemasangan fasilitas perlengkapan jalan propinsi. Lebih jelasnya pembangunan/pemasangan perlengkapan jalan pada jalan propinsi dapat dilihat sebagai berikut;

a. Fasilitas Perlengkapan Rambu

Rambu-rambu lalu lintas di jalan yang selanjutnya disebut rambu adalah salah satu dari perlengkapan jalan, berupa lambing, huruf, angka, kalimat dan/atau perpaduan di

antaranya sebagai peringatan, larangan, perintah atau petunjuk bagi pemakai jalan7

Fasilitas perlengkapan rambu telah dibangun di jalan propinsi pada ruas jalan sebanyak empat puluh tiga (43). Dari sejumlah kebutuhan perlengkapan rambu di ruas jalan propinsi, ternyata hingga sekarang belum terpenuhi secara keseluruhan, hal ini mungkin disebabkan karena keterbatasan anggaran yang telah tersedia. Lebih jelasnya profil pembangunan/pemasangan rambu di ruas jalan propinsi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.2 Fasilitas Pembangunan Rambu di Beberapa Ruas Jalan Propinsi Nusa Tenggara Timur No Ruas Jalan Panjang (Km ) Kebutuhan (Unit)

Terpasang Hingga Tahun 2012

Terpasang (Unit)

Sisa (Unit) 1 Ruteng-Reo-Jl Santor Tacik

( Ruteng) 65,529 425 157 268 2 Malwatar-Tiwaronto 11,919 38 - 30 3 Bajawa-Jln.Slamat Riaydi ( Bajawa) 50,395 201 201 - 4 Malanuza- Maumbawa 21,618 115 - 115 5 Gako-Mauponggo 20,882 108 - 108 6 Aegela - Danga 29,665 125 - 125 7 Ende-Nuabosi-Jln Walodare ( Ende) 7,800 38 - 38 8 Ende - Ndona 4,287 98 - 98 9 Detusoko - Maurole 48,174 175 - 175 10 Wologai - Detukeli 13,768 38 - 38 11 Junction - Kelimutu 11,735 112 112 - 12 Wolowaru - Nggala 16,222 175 - 175 13 Lianuju -Maubasa 8,929 112 - 112 14 Hepang - Sika 8,439 96 - 96 15 Nita - Koting 3,650 21 - 21 16 Maumere - Koting 12,681 38 - 38

17 Maumere-Jln Don yuang ( 27,327 45 - 45

7 Keputusan Menteri Perhubungan No. 61 Tahun 1993 tentang Rambu-Rambu Lalu Lntas di Jalan pada

(11)

Laporan Akhir V- 11 No Ruas Jalan Panjang (Km ) Kebutuhan (Unit)

Terpasang Hingga Tahun 2012 Terpasang (Unit) Sisa (Unit) Maumere) 18 Waipare - Bola 19,974 62 - 62 19 Larantuka - Watowiti 9,980 12 - 12 20 Waiberang- Sagu 25,996 83 - 83 21 Waitabula- Bondokodi 37,868 115 - 115 22 Radamata - Ketewer 17,635 20 - 20 23 Waikabubak- Jl. Eltari ( Waikabubak ) 44,249 185 - 20 24 Waikabubak – Jl A.Yani (Waikabubak) 8,644 18 - 18 25 Padedeweri – Padedewatu- Patiala 17,567 56 - 56 26 Padedeweri- Wonokaka 10,253 20 - 20 27 Waingapu-Jln. S.Parman ( Waingapu ) 28,947 18 - 18 28 Waingapu- Jln. Cendana 63,267 121 - 121 29 Melolo - Baing 56,460 243 224 15 30 Melolo - Nggongi 78,232 240 - 240 31 Jln. Tompello- Jln Kayu Putih ( Kupang ) 5,731 43 - 43 32 Seba - Messara 20,001 100 - 100 33 Baa - Bollow 25,000 115 84 31 34 Baa - Batutua 26,504 148 148 - 35 Baa - Eahun 77,298 69 69 - 36 Kupang – Jln. Harimatu Tabolong 25,068 40 20 20 37 Kupang – Jln.H.R.Koroh ( Kupang ) 25,628 100 - 100 38 Oesao -Burain 24,100 150 - 150 39 Bokong- Lelogama 45,009 200 - 200 40 Batuputih - Panite 30,995 180 - 180

41 Soe – Jl. Gunung Mulio ( Soe )

23,000 100 - 100

42 SIMP Niki Niki - Oenlasi 19,033 80 - 80

43 Noelmuti - Haekto 23,507 89 - 89

Total 1.153,02 4.546 1.015 3.531

Sumber: Dinas Perhubungan & Informatika Propinsi NTT, 2013

Berdasarkan kebutuhan dan realisasi pembangunan/pemasangan rambu pada beberapa ruas jalan proinsi, maka nilai capaian persentase perlengkapan rambu di

jalan Propinsi Nusa Tengara Timur dapat dihitung dengan rumus 8

% Fasilitas perlengkapan rambu

∑ Fasilitas Perlengkapan Rambu Jalan Terpasang di Jalan Propinsi

= x 100 %

Total Kebutuhan Fasilitas Rambu di Jalan Propinsi

8 Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar

(12)

Laporan Akhir V- 12 1.015 unit

= --- x 100 % 4.546 unit

= 22,33 %

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi telah ditetapkan, bawah tersedianya fasilitas perlengkapan jalan termasuk rambu ditetapkan pada tahun 2014 diharapkan mencapai nilai 60 %. Berkenaan dengan itu, nilai capaian capaian yang harus dicapai hingga tahun 2014 terdapat 37,67 % ( 60 % - 22,33 % = 37,33 % ). Untuk mencapai nilai sebesar 37,67 %, Pemerintah Daerah Propinsi sebaiknya mengalokasikan dana yang relative besar, agar dapat mencapai ketertigalan tersebu.

Gambar 5.6 Rambu yang terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur

b. Fasilitas Perlengkapan Marka

Marka jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan atai di atas permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong serta lambing lainnya yang berfungsi untuk

mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas 9. Fasilitas

perlengkapan marka memiliki peran untuk memberikan batasan ruang lalu lintas

kendaraan bermotor dan keselamatan berlalu lintas. Karena itulah

pembangunan/pemasangan marka telah diupayakan pembangunannya di empat puluh tiga (43) ruas jalan propinsi di NTT. Lebih jelasnya profil pembangunan/pemasangan perlengkapan marka di ruas jalan propinsi NTT dapat dilihat pada tabel berikut.

(13)

Laporan Akhir V- 13

Tabel 5.3 Fasilitas Perlengkapan Marka di Beberapa Ruas Jalan Propinsi Nusa Tenggara Timur

No Ruas Jalan Panjang

(Km )

Kebutuhan (Unit)

Terpasang Hingga Tahun 2012 Terpasang ( meter) Sisa (meter) 1 Ruteng-Reo-Jl Santor Tacik ( Ruteng) 65.529 180.000 - 180.000 2 Malwatar-Tiwaronto 11.919 51.000 - 51.000 3 Bajawa-Jln.Slamat Riaydi ( Bajawa) 50.395 124.000 15.000 109.000 4 Malanuza- Maumbawa 21.618 98.000 12.000 86.000 5 Gako-Mauponggo 20.882 68.000 - 68.000 6 Aegela - Danga 29.665 85.000 - 85.000 7 Ende-Nuabosi-Jln Walodare ( Ende) 7.800 18.875 - 18.876 8 Ende - Ndona 4.287 116.000 - 116.000 9 Detusoko - Maurole 48.174 85.000 12.000 73.000 10 Wologai - Detukeli 13.768 48.000 - 48.000 11 Junction - Kelimutu 11.735 40.000 7.500 32.500 12 Wolowaru - Nggala 16.222 28.888 - 28.000 13 Lianuju -Maubasa 8.929 26.000 - 26.000 14 Hepang - Sika 8.439 43.000 - 43.000 15 Nita - Koting 3.650 16.000 - 16.000 16 Maumere - Koting 12.681 48.000 - 48.000

17 Maumere-Jln Don yuang ( Maumere) 27.327 79.000 - 79.000 18 Waipare - Bola 19.974 86.000 - 86.000 19 Larantuka - Watowiti 9.980 42.000 18.000 24.000 20 Waiberang- Sagu 25.996 83.000 - 83.000 21 Waitabula- Bondokodi 37.868 108.000 18.000 90.000 22 Radamata - Ketewer 17.635 52.000 - 52.000 23 Waikabubak- Jl. Eltari ( Waikabubak ) 44.249 136.000 19.500 116.500 24 Waikabubak – Jl A.Yani (Waikabubak) 8.644 28.000 15.000 13.000 25 Padedeweri – Padedewatu- Patiala 17.567 55.000 - 55.000 26 Padedeweri- Wonokaka 10.253 32.000 700 31.300 27 Waingapu-Jln. S.Parman ( Waingapu ) 28.947 86.300 - 86.300 28 Waingapu- Jln. Cendana 63.267 245.000 15.000 230.000 29 Melolo - Baing 56.460 245.000 - 245.000 30 Melolo - Nggongi 78.232 342.000 - 342.000 31 Jln. Tompello- Jln Kayu Putih ( Kupang ) 5.731 55.000 18.000 37.000 32 Seba - Messara 20.001 42.000 - 42.000 33 Baa - Bollow 25.000 70.000 30.000 40.000 34 Baa - Batutua 26.504 78.000 - 78.000 35 Baa - Eahun 77.298 286.000 - 286.000 36 Kupang – Jln. Harimatu Tabolong 25.068 85.540 - 85.540 37 Kupang – Jln.H.R.Koroh ( Kupang ) 25.628 86.865 20.000 66.865 38 Oesao -Burain 24.100 164.000 - 164.000 39 Bokong- Lelogama 45.009 350.865 - 350.865 40 Batuputih - Panite 30.995 297.865 19.500 278.365

41 Soe – Jl. Gunung Mulio ( Soe )

(14)

Laporan Akhir V- 14

No Ruas Jalan Panjang

(Km )

Kebutuhan (Unit)

Terpasang Hingga Tahun 2012

Terpasang ( meter)

Sisa (meter)

42 SIMP Niki Niki - Oenlasi 19.033 35.000 35.000 -

43 Noelmuti - Haekto 23.507 69.000 - 69.000

Total 1.153.020 4.413.598 220.000 4.193.598

Sumber: Dinas Perhubungan & Informatika Propinsi NTT, 2013

Berdasarkan kebutuhan dan realisasi pembangunan/pemasangan marka pada beberapa ruas jalan proinsi, maka nilai capaian persentase perlengkapan rambu di

jalan Propinsi Nusa Tengara Timur dapat dihitung dengan rumus 10

% Fasilitas perlengkapan rambu;

∑ Fasilitas Perlengkapan Marka Jalan Terpasang di Jalan Propinsi

= x 100 %

Total Kebutuhan Fasilitas Marka di Jalan Propinsi 220.000 meter

= --- x 100 % 4.413.598 meter

= 4,98 %

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi telah ditetapkan, bawah tersedianya fasilitas perlengkapan jalan termasuk marka jalan ditetapkan pada tahun 2014 diharapkan mencapai nilai 60 %. Berkenaan dengan itu, nilai capaian yang harus dicapai hingga tahun 2014 terdapat 55,02 % ( 60 % - 4,98 % = 55,02 % ). Untuk mencapai nilai sebesar 55,02 %, Pemerintah Daerah Propinsi sebaiknya mengalokasikan dana yang relatif besar, agar dapat mencapai ketertigalan tersebut.

Gambar 5.7 Marka yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur

10 Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Perhitungan Standar Pelayanan

(15)

Laporan Akhir V- 15

c. Fasilitas Perlengkapan Pagar Pengaman

Pagar pengaman berfungsi untuk melindungi daerah atau bagian jalan yang membahayakan bagi lalu lintas, digunakan pada daerah seperti adanya: a. jurang atau lereng dengan kedalaman lebih dari 5 (lima) meter; b. tikungan pada bagian luar jalan dengan radius tikungan lebih dari 30 (tiga puluh) meter; dan c. bangunan pelengkap jalan tertentu. Pagar pengaman secara fisik bisa berupa: a. pagar rel yang bersifat

lentur (guardrail); b. pagar kabel (wire rope); dan c. pagar beton yang bersifat kaku

seperti beton penghalang lalu lintas (concrete barrier/jersey barrier). Pagar

pengaman dipasang pada tepi luar badan jalan dengan jarak paling dekat 0,6 (nol koma enam) meter dari marka tepi jalan. Pemilihan jenis pagar pengaman harus empertimbangkan: 1). kecepatan rencana; 2). ruang yang tersedia untuk mengakomodasikan defleksi pagar saat terjadi tabrakan; 3). memiliki kekuatan yang bisa menahan laju kendaraan yang hilang kendali; 4). dapat mengurangi dampak tabrakan tanpa menimbulkan kecelakaan yang lebih parah; 5). dapat mengarahkan kembali kendaraan yang hilang kendali ke jalur lalu lintas dengan baik. Pagar pengaman dilengkapi dengan tanda dari bahan bersifat reflektif dengan warna sesuai

dengan warna patok pengarah pada sisi yang sama 11

Fasilitas perlengkapan pagar pengaman memiliki peran yang relatif besar untuk memberikan keamanan bagi pengendara kendaraan bermotor dan keselamatan berlalu lintas. Karena itulah pembangunan/pemasangan pagar pengaman telah diupayakan dibeberapa ruas jalan yang dianggap berbahaya bagi kendaraan bermotor. Namun dari semua kebutuhan yang telah ditetapkan, hingga sekarang

belum semuanya terealisir. Lebih jelasnya gambaran dan realisasi

pembangunan/pemasangan pagar pengaman di beberapa ruas jalan Propinsi NTT dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 5.4 Fasilitas Perlengkapan Pagar Pengaman di Beberapa Ruas Jalan Propinsi Nusa Tenggara Timur

No Ruas Jalan Panjang (Km ) Kebutuhan (meter)

Terpasang Hingga Tahun 2012

Terpasang (meter)

Sisa (meter) 1 Ruteng-Reo-Jl Santor Tacik

( Ruteng) 65.529 - - - 2 Malwatar-Tiwaronto 11.919 700 700 - 3 Bajawa-Jln.Slamat Riaydi ( Bajawa) 50.395 2.400 1000 1.400 4 Malanuza- Maumbawa 21.618 - - - 5 Gako-Mauponggo 20.882 1.200 - 1.200 6 Aegela - Danga 29.665 - - - 7 Ende-Nuabosi-Jln Walodare ( Ende) 7.800 - - - 8 Ende - Ndona 4.287 - - - 9 Detusoko - Maurole 48.174 850 72 778 10 Wologai - Detukeli 13.768 - - - 11 Junction - Kelimutu 11.735 468 - 468 12 Wolowaru - Nggala 16.222 13 Lianuju -Maubasa 8.929 720 720 -

11 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan dan

(16)

Laporan Akhir V- 16 No Ruas Jalan Panjang (Km ) Kebutuhan (meter)

Terpasang Hingga Tahun 2012 Terpasang (meter) Sisa (meter) 14 Hepang - Sika 8.439 - - - 15 Nita - Koting 3.650 - - - 16 Maumere - Koting 12.681 -

17 Maumere-Jln Don yuang ( Maumere) 27.327 1.000 1.000 - 18 Waipare - Bola 19.974 - - - 19 Larantuka - Watowiti 9.980 368 368 - 20 Waiberang- Sagu 25.996 - - - 21 Waitabula- Bondokodi 37.868 700 - 700 22 Radamata - Ketewer 17.635 1.240 - 1.240 23 Waikabubak- Jl. Eltari ( Waikabubak ) 44.249 - - - 24 Waikabubak – Jl A.Yani (Waikabubak) 8.644 - - - 25 Padedeweri – Padedewatu- Patiala 17.567 600 - 600 26 Padedeweri- Wonokaka 10.253 300 - 300 27 Waingapu-Jln. S.Parman ( Waingapu ) 28.947 - - - 28 Waingapu- Jln. Cendana 63.267 500 500 - 29 Melolo - Baing 56.460 600 - 600 30 Melolo - Nggongi 78.232 1.200 - 1.200 31 Jln. Tompello- Jln Kayu Putih ( Kupang ) 5.731 - - - 32 Seba - Messara 20.001 - - - 33 Baa - Bollow 25.000 650 - - 34 Baa - Batutua 26.504 - - - 35 Baa - Eahun 77.298 - - - 36 Kupang – Jln. Harimatu Tabolong 25.068 450 - - 37 Kupang – Jln.H.R.Koroh ( Kupang ) 25.628 1.200 - - 38 Oesao -Burain 24.100 380 - - 39 Bokong- Lelogama 45.009 - - - 40 Batuputih - Panite 30.995 -

41 Soe – Jl. Gunung Mulio ( Soe )

23.000 44 44 -

42 SIMP Niki Niki - Oenlasi 19.033 400 400 -

43 Noelmuti - Haekto 23.507 - - -

Total 1.153.020 15.470 3.804 8.486

Sumber: -Dinas Perhubungan & Informatika Propinsi NTT, 2013

-Kementerian Pekerjaan Umum, 2013

Dari perolehan data, kebutuhan dan realisasi pembangunan/pemasangan pagar pengaman pada beberapa ruas jalan proinsi, maka nilai capaian persentase perlengkapan pagar pengaman di jalan Propinsi Nusa Tengara Timur dapat dihitung

dengan rumus 12

12 Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar

(17)

Laporan Akhir V- 17 % Fasilitas perlengkapan pagar pengaman ;

∑ Fasilitas Perlengkapan Pagar Pengaman Jalan Terpasang di Jalan Propinsi

= --- x 100 %

∑ Total Kebutuhan Fasilitas Pagar Pengaman di Jalan Propinsi 3.804 meter

= --- x 100 % 15.470 meter

= 24,58 %

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi telah ditetapkan, bawah tersedianya fasilitas perlengkapan jalan termasuk Pagar Pengaman di jalan propinsi ditetapkan pada tahun 2014 diharapkan mencapai nilai 60 %. Berkenaan dengan itu, nilai capaian yang harus dicapai hingga tahun 2014 terdapat 35,42 % ( 60 % - 24,58 % = 35,42 % ). Untuk mencapai nilai sebesar 35,42 %, Pemerintah Daerah Propinsi sebaiknya mengalokasikan dana yang relatif besar, agar dapat mencapai ketertigalan tersebut.

Gambar 5.8 Pagar Pengaman yang terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur

d. Fasilitas Perlengkapan Deliniator

Patok tanda tikungan (delineator) adalah suatu unit konstruksi yang diberi tanda yang dapat memantulkan cahaya (refeltif) berfungsi sebagai pengarah dan sebagai peringatan bagi pengemudi pada waktu malam hari, bahwa di sisi kiri atau kanan delineator adalah daerah berbahaya. Unit konstruksi dapat berupa pipa besi atau pipa

plastic yang diberi tanda yang dapat memantulkan cahaya ( reflektif ) 13. Karena itu,

peranan delineator sebagai pengaman bagi pengendara kendaraan bermotor sangat diperlukan. Melihat perananan tersebut cukup besar, maka di Propinsi NTT telah dilakukan pembangunan/pemasangan dan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

13 Keputusan Menteri Perhubungan No. 3 Tahun 1994 tentang Pengendali Pengamanan Pemakai Jalan

(18)

Laporan Akhir V- 18

Tabel 5.5 Fasilitas Perlengkapan Deliniator di Beberapa Ruas Jalan Propinsi Nusa Tenggara Timur No Ruas Jalan Panjang (Km ) Kebutuhan (meter)

Terpasang Hingga Tahun 2012 Terpasang (meter) Sisa (meter) 1 Ruteng-Reo-Jl Santor Tacik ( Ruteng) 65.529 - - - 2 Malwatar-Tiwaronto 11.919 - - - 3 Bajawa-Jln.Slamat Riaydi ( Bajawa) 50.395 - - - 4 Malanuza- Maumbawa 21.618 - - - 5 Gako-Mauponggo 20.882 - - - 6 Aegela - Danga 29.665 400 - 400 7 Ende-Nuabosi-Jln Walodare ( Ende) 7.800 650 - 650 8 Ende - Ndona 4.287 - - - 9 Detusoko - Maurole 48.174 - - - 10 Wologai - Detukeli 13.768 - - - 11 Junction - Kelimutu 11.735 - - - 12 Wolowaru - Nggala 16.222 480 - 480 13 Lianuju -Maubasa 8.929 - - - 14 Hepang - Sika 8.439 - - - 15 Nita - Koting 3.650 - - - 16 Maumere - Koting 12.681 1.500 1.500 -

17 Maumere-Jln Don yuang ( Maumere) 27.327 - - - 18 Waipare - Bola 19.974 - - - 19 Larantuka - Watowiti 9.980 - - - 20 Waiberang- Sagu 25.996 - - - 21 Waitabula- Bondokodi 37.868 - - - 22 Radamata - Ketewer 17.635 - - - 23 Waikabubak- Jl. Eltari ( Waikabubak ) 44.249 122 122 - 24 Waikabubak – Jl A.Yani (Waikabubak) 8.644 500 500 - 25 Padedeweri – Padedewatu- Patiala 17.567 - - - 26 Padedeweri- Wonokaka 10.253 - - - 27 Waingapu-Jln. S.Parman ( Waingapu ) 28.947 - - - 28 Waingapu- Jln. Cendana 63.267 500 500 - 29 Melolo - Baing 56.460 - - - 30 Melolo - Nggongi 78.232 - - - 31 Jln. Tompello- Jln Kayu Putih ( Kupang ) 5.731 180 - 180 32 Seba - Messara 20.001 - - - 33 Baa - Bollow 25.000 - - - 34 Baa - Batutua 26.504 - - - 35 Baa - Eahun 77.298 - - - 36 Kupang – Jln. Harimatu Tabolong 25.068 - - - 37 Kupang – Jln.H.R.Koroh ( Kupang ) 25.628 420 - 420 38 Oesao -Burain 24.100 - - - 39 Bokong- Lelogama 45.009 - - - 40 Batuputih - Panite 30.995 - - -

41 Soe – Jl. Gunung Mulio ( Soe )

(19)

Laporan Akhir V- 19 No Ruas Jalan Panjang (Km ) Kebutuhan (meter)

Terpasang Hingga Tahun 2012

Terpasang (meter)

Sisa (meter)

42 SIMP Niki Niki - Oenlasi 19.033 - - -

43 Noelmuti - Haekto 23.507 -

Total 1.153.020 4.854 2.724 2.130

Sumber: -Dinas Perhubungan & Informatika Propinsi NTT, 2013 - Kementerian Pekerjaan Umum, 2013

Dengan data kebutuhan dan realisasi pembangunan/pemasangan deliniator pada beberapa ruas jalan proinsi seperti telah dijelaskan sebelumnya, maka nilai capaian persentase perlengkapan delineator di jalan Propinsi Nusa Tengara Timur dapat

dihitung dengan rumus 14

% Fasilitas perlengkapan deliniator ;

∑ Fasilitas Perlengkapan Deliniator Jalan Terpasang di Jalan Propinsi

= x 100 %

Total Kebutuhan Fasilitas delineator di Jalan Propinsi 2.724 meter

= --- x 100 %

4.854 meter

= 56,11 %

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi telah ditetapkan, bawah tersedianya fasilitas perlengkapan jalan termasuk Pagar Pengaman di jalan propinsi ditetapkan pada tahun 2014 diharapkan mencapai nilai 60 %. Berkenaan dengan itu, nilai capaian yang harus dicapai hingga tahun 2014 terdapat 3,89 % (60 % - 56,11 % = 3,89 %). Untuk mencapai nilai sebesar 3,89 %, Pemerintah Daerah Propinsi sebaiknya mengalokasikan dana yang relatif besar, agar dapat mencapai ketertigalan tersebut

Gambar 5.9 Delineator yang terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur

14 Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar

(20)

Laporan Akhir V- 20

e. Fasilitas Perlengkapan Cermin Tikungan

Cermin tikungan adalah kelengkapan tambahan pada jalan yang berfungsi sebagai alat untuk menambah jarak pandang pengemudi kendaraan bermotor. Kelengakapan tambahan dapat berupa suatu unit konstruksi yang terdiri dari cermin , bingkai cermin, tiang penyangga dan pengikatnya. Cermin tikungan dipasang pada tepi jalan pada lokasi-lokasi dimana pandangan pengemudi kendaraan bermotor sangat terbatas atau terhalang khususnya pada tikungan tajam dan persimpangan jalan . Pembuatan cermin tikungan dapat menggunakan cermin cembung dari bahan plastic 15

. Dengan memperhatikan peranan perlengkapan cermin tikungan dalam

operasional kendaraan, maka di Propinsi NTT telah dilakukan

pembangunan/pemasangan. Namun ternyata belum semua ruas jalan propinsi terpenuhi adanya perlengkapan jalan cermin tikungan, dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.6 Fasilitas Perlengkapan Cermin Tikungan di Beberapa Ruas Jalan Propinsi Nusa Tenggara Timur

No Ruans Jalan Panjang (Km ) Kebutuhan (Unit)

Terpasang Hingga Tahun 2012

Terpasang (meter)

Sisa (meter) 1 Ruteng-Reo-Jl Santor Tacik

( Ruteng) 65.53 2 - 2 Malwatar-Tiwaronto 11.92 - - 3 Bajawa-Jln.Slamat Riaydi ( Bajawa) 50.39 1 - 4 Malanuza- Maumbawa 21.62 - - 5 Gako-Mauponggo 20.88 - 6 Aegela - Danga 29.67 - 7 Ende-Nuabosi-Jln Walodare ( Ende) 7.80 - 8 Ende - Ndona 4.29 - 9 Detusoko - Maurole 48.17 - 10 Wologai - Detukeli 13.77 - 11 Junction - Kelimutu 11.74 - 12 Wolowaru - Nggala 16.22 - 13 Lianuju -Maubasa 8.93 - 14 Hepang - Sika 8.44 - 15 Nita - Koting 3.65 - 16 Maumere - Koting 12.68 -

17 Maumere-Jln Don yuang ( Maumere) 27.33 1 - 1 18 Waipare - Bola 19.97 - - - 19 Larantuka - Watowiti 9.98 - - - 20 Waiberang- Sagu 25.99 - - - 21 Waitabula- Bondokodi 37.87 - - - 22 Radamata - Ketewer 17.64 - - 23 Waikabubak- Jl. Eltari ( Waikabubak ) 44.25 4 - 4 24 Waikabubak – Jl A.Yani (Waikabubak) 8.64 3 - 3 25 Padedeweri – Padedewatu- Patiala 17.57 - - -

15 Keputusan Menteri Perhubungan No. 3 Tahun 1994 tentang Pengendali Pengaman Pemakai Jalan

(21)

Laporan Akhir V- 21 No Ruans Jalan Panjang (Km ) Kebutuhan (Unit)

Terpasang Hingga Tahun 2012 Terpasang (meter) Sisa (meter) 26 Padedeweri- Wonokaka 10.25 27 Waingapu-Jln. S.Parman ( Waingapu ) 28.95 2 - 2 28 Waingapu- Jln. Cendana 63.27 - - - 29 Melolo - Baing 56.46 - - - 30 Melolo - Nggongi 78.23 - - - 31 Jln. Tompello- Jln Kayu Putih ( Kupang ) 5.73 2 - 2 32 Seba - Messara 20.00 - - - 33 Baa - Bollow 25.00 - - - 34 Baa - Batutua 26.50 - - - 35 Baa - Eahun 77.29 - - - 36 Kupang – Jln. Harimatu Tabolong 25.07 2 - 3 37 Kupang – Jln.H.R.Koroh ( Kupang ) 25.63 1 - 1 38 Oesao -Burain 24.10 - - - 39 Bokong- Lelogama 45.01 - - - 40 Batuputih - Panite 30.99 - -

41 Soe – Jl. Gunung Mulio ( Soe )

23.00 3 - 3

42 SIMP Niki Niki - Oenlasi 19.03 - - -

43 Noelmuti - Haekto 23.50 - 21

Total 1.153.02 21 0 42

Sumber: -Dinas Perhubungan & Informatika Propinsi NTT, 2013 - Kementerian Pekerjaan Umum, 2013

Dari gambaran kebutuhan dan realisasi cermin tikungan di beberapa ruas jalan sebanyak tiga puluh empat ( 34) , berdasarkan informasi belum ada yang terpasang cermin tikungan. Sementara jumlah kebutuhan terdapat sebanyak dua puluh satu (21) unit . Dengan demikian, nilai capaian persentase perlengkapan cermin tikungan di

jalan Propinsi Nusa Tengara Timur dapat dihitung dengan rumus 16

% Fasilitas perlengkapan cermin tikungan ;

∑ Fasilitas Perlengkapan Cermin Tikungan Terpasang di Jalan Propinsi

= x 100 %

Total Kebutuhan Fasilitas Cermin Tikungan di Jalan Propinsi 0 unit

= --- x 100 % 21 unit

= 0 %

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi telah ditetapkan, bawah tersedianya fasilitas perlengkapan jalan termasuk Pagar Pengaman di jalan propinsi ditetapkan pada tahun 2014 diharapkan mencapai nilai 60 %. Berkenaan dengan itu,

16 Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Perhitungan Standar Pelayanan

(22)

Laporan Akhir V- 22 nilai capaian yang harus dicapai hingga tahun 2014 terdapat 60 % . Padahal, nilai capaian pada tahun 2013 hanya 0 %, hal ini berarti yang harus dicapai hingga tahun adalah sebesar 60 % , karena nilaia capaian pada tahun 2013 hanya 0 %.. Artinya, perhatian Pemerintah Daerah Propinsi NTT terhadap pemasangan cermin tikungan selama ini belum ada. Karena itu, untuk mencapai pembangunan/pemasangan cermin tikungan sebesar 60 % , Pemerintah Daerah Propinsi NTT sebaiknya ada perhatian dan mengalokasikan dana agar dapat mencapai ketertigalan tersebut

f. Fasilitas Perlengkapan Paku Jalan

Paku jalan adalah salah satu perlengkapan jalan untuk menjamin keselamatan lalu lintas. Paku jalan harus diperhatikan para pengendara, dan ditaati pada saat mengendara. Paku jalan dengan memantul cahaya berwarna kuning digunakan untuk pemisah jalur atau jalur lalu lintas. Paku jalan dengan pemantul cahaya berwarna kuning digunakan untuk pemisah jalan atau lajur lalu lintas alan dengan memantul cahaya berwarna merah ditempatkan pada garis batas di sisi jalan. Sementara paku jalan yang berwarna putih ditempatkan pada garis batas sisi kanan jalan. Paku jalan sebagai tandar pada permukaan jalan tidak boleh menonjol lebih dari 15 millimeter di atas permukaan jalan, dan apabila paku jalan dilengkapi dengan reflector tidak boleh

menonjol lebih dari 40 millimeter di atas permukaan jalan 17. Paku jalan dapat

ditempatkan: 1) batas tepi jalur lalu lintas, 2) paku jalan dengan pemantul cahaya berwarna kuning digunakan untuk pemisah jalan atau lajur lalu lintas, 3) paku jalan dengan pemantul cahaya berwarna mereh ditempatkan pada garis sisi batas sisi kiri jalan, 4) paku jalan dengan pemantul cahaya berwarna putih ditempatkan pada garis

sisi batas sisi kanan jalan 18 . Melihat peranan paku jalan untuk menjaga keselamatan

berkendaraan, di Propinsi NTT telah membangun/memasang paku jalan dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.7 Fasilitas Perlengkapan Paku Jalan di Beberapa Ruas Jalan Propinsi Nusa Tenggara Timur No Ruans Jalan Panjang (Km ) Kebutuhan (Unit)

Terpasang Hingga Tahun 2012

Terpasang (Unit)

Sisa (Unit) 1 Ruteng-Reo-Jl Santor Tacik

( Ruteng) 65.529 20.000 - 20.000 2 Malwatar-Tiwaronto 11.919 10.000 - 10.000 3 Bajawa-Jln.Slamat Riaydi ( Bajawa) 50.395 26.000 10.000 16.000 4 Malanuza- Maumbawa 21.618 11.500 - 11.500 5 Gako-Mauponggo 20.882 9.000 - 9.000 6 Aegela - Danga 29.665 15.000 - 15.000 7 Ende-Nuabosi-Jln Walodare ( Ende) 7.800 4.000 - 4.000 8 Ende - Ndona 4.287 2.200 - 2.200 9 Detusoko - Maurole 48.174 22.000 - 22.000 10 Wologai - Detukeli 13.768 6.500 - 6.500 11 Junction - Kelimutu 11.735 6.300 - 6.300 12 Wolowaru - Nggala 16.222 8.600 - 8.600 13 Lianuju -Maubasa 8.929 4.000 - 4.000

17 Keputusan Menteri Perhubungan No. 60 Tahun 1993 tentang Marka Jalan Pada Pasal 16 dan Pasal 17 18 Lampiran III Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. SK.116/AJ.404/DRJD/97

(23)

Laporan Akhir V- 23 No Ruans Jalan Panjang (Km ) Kebutuhan (Unit)

Terpasang Hingga Tahun 2012 Terpasang (Unit) Sisa (Unit) 14 Hepang - Sika 8.439 3.000 - 3.000 15 Nita - Koting 3.650 2.600 - 2.600 16 Maumere - Koting 12.681 11.000 - 11.000

17 Maumere-Jln Don yuang ( Maumere) 27.327 20.000 - 20.000 18 Waipare - Bola 19.974 10.000 - 10.000 19 Larantuka - Watowiti 9.980 9.800 - 9.800 20 Waiberang- Sagu 25.996 13.700 - 13.700 21 Waitabula- Bondokodi 37.868 19.500 - 19.500 22 Radamata - Ketewer 17.635 10.000 - 10.000 23 Waikabubak- Jl. Eltari ( Waikabubak ) 44.249 4.400 - 4.400 24 Waikabubak – Jl A.Yani (Waikabubak) 8.644 6.200 - 6.200 25 Padedeweri – Padedewatu- Patiala 17.567 8.000 - 8.000 26 Padedeweri- Wonokaka 10.253 7.000 - 7.000 27 Waingapu-Jln. S.Parman ( Waingapu ) 28.947 20.000 - 20.000 28 Waingapu- Jln. Cendana 63.267 45.000 - 45.000 29 Melolo - Baing 56.460 35.800 - 35.000 30 Melolo - Nggongi 78.232 6.800 - 6.800 31 Jln. Tompello- Jln Kayu Putih ( Kupang ) 5.731 4.500 2.000 2.500 32 Seba - Messara 20.001 18.000 - 18.000 33 Baa - Bollow 25.000 20.000 - 20.000 34 Baa - Batutua 26.504 19.000 - 19.000 35 Baa - Eahun 77.298 35.000 - 35.000 36 Kupang – Jln. Harimatu Tabolong 25.068 21.000 - 21.000 37 Kupang – Jln.H.R.Koroh ( Kupang ) 25.628 17.000 12.000 5.000 38 Oesao -Burain 24.100 12.000 - 12.000 39 Bokong- Lelogama 45.009 22.800 - 22.000 40 Batuputih - Panite 30.995 14.750 - 14.750

41 Soe – Jl. Gunung Mulio ( Soe )

23.000 18.650 - 18.650

42 SIMP Niki Niki - Oenlasi 19.033 17.760 - 17.760

43 Noelmuti - Haekto 23.507 15.640 - 15.640

Total 1.153.020 614.000 24.000 59.000

Sumber: -Dinas Perhubungan & Informatika Propinsi NTT, 2013 - Kementerian Pekerjaan Umum, 2013

Berdasarkan data kebutuhan dan realisasi perlengkapan paku jalan seperti dijelaskan sebelumnya pada beberapa ruas jalan sebanyak tiga puluh empat (34) , nilai capaian persentase perlengkapan paku jalan di jalan Propinsi Nusa Tengara Timur dapat

dihitung dengan rumus 19

19 Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar

(24)

Laporan Akhir V- 24 % Fasilitas perlengkapan paku jalan ;

∑ Fasilitas Perlengkapan Paku Jalan Terpasang di Jalan Propinsi

= x 100 %

∑ Total Kebutuhan Fasilitas Paku Jalan di Jalan Propinsi

24.000 unit unit

= --- x 100 % 614.000 unit

= 3,90 %

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi telah ditetapkan, bawah tersedianya fasilitas perlengkapan jalan termasuk Pagar Pengaman di jalan propinsi ditetapkan pada tahun 2014 diharapkan mencapai nilai 60 %. Tetapi nilai capaian yang dicapai pada tahun 2013 hanya sebesar 3,90 %, artinya nilai capaian yang harus dicapai hingga tahun 2014 terdapat 56,1 % ( 60 % - 3,90 % = 56,1 % ). Untuk mencapai nilai sebesar 56,1 %, Pemerintah Daerah Propinsi sebaiknya memiliki perhatian dan mengalokasikan dana yang relatif besar, agar dapat mencapai ketertigalan.

Gambar 5.10 Kondisi Paku Jalan di Provinsi Nusa Tenggara Timur

g. Fasilitas Perlengkapan Alat Pemberi Isiyarat Lalu Lintas

Alat pemberi isyarat lalu lalu lintas adalah perangkat peralatan teknis yang menggunakan isyarat lampu untuk mengatur lalu lalulintas orang/atau kendaraan di persimpangan atau pada ruas jalan. Fungsi alat pemberi isyarat lalu lintas adalah ; a. lampu warna hijau menyala setelah lampu warna merah padam, mengisyaratkan kendaraan harus berjalan, b. lampu warna kuning menyala setelah lampu warna hijau padam, mengisyaratkan kendaraan yang belum sampai pada batas berhenti atau sebelum alat pemberi isyarat lalu lalintas, bersiap untuk berhenti dan bagi kendaraan yang sudah sedemikian dekat dengan batas berhenti sehingga tidak dapat berhenti lagi dengan aman dapat berjalan, c. lampu warna merah menyala setelah lampu kuning padam, mengisyaratkan kendaraan harus berhenti sebelum batas berhenti dan apabila jalur lalu lintas tidak dilengkapi dengan batas berhenti, kendaraan harus

(25)

Laporan Akhir V- 25

berhenti sebelum alat pemberi isyarat lalu lalintas 20. Demikian halnya di Propinsi

NTT, pembangunan/pemasangan perlengkapan alat pemberi isyarat lalu lintas telah dilakukan, namun dalam kenyataannya realisanya belum sepenuhnya. Lebih jelasnya perkembangan perlengkapan isyarat lalu lalintas dapat dilihat pada tabel berikut..

Tabel 5.8 Fasilitas Perlengkapan Alat pemberi Isiyarat Lalu Lintas di Beberapa Ruas Jalan Propinsi Nusa Tenggara Timur

20 Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 62 Tahun 1993 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas pada

Pasal 1 ayat (1) dan pasal 8

No Ruas jalan Panjang

( Km ) Jlh/ Simpan/ R.Jalan (Titik) Kebutuhan APIL/WL (1 set/Titik) Terpasang Hingga Tahun 2012 Terpasang (Unit) Sisa (Unit) 1 Ruteng-Reo-Jl Santor Tacik (

Ruteng) 65.53 2 WL=2 WL =2 - 2 Malwatar-Tiwaronto 11.92 1 WL=1 - 3 Bajawa-Jln.Slamat Riaydi ( Bajawa) 50.39 1 WL=1 WL=1 4 Malanuza- Maumbawa 21.62 - - - 5 Gako-Mauponggo 20.88 2 WL=2 - 6 Aegela - Danga 29.67 - - - 7 Ende-Nuabosi-Jln Walodare ( Ende) 7.80 - - - 8 Ende - Ndona 4.29 2 WL=2 - 9 Detusoko - Maurole 48.17 3 WL=3 - 10 Wologai - Detukeli 13.77 2 WL=2 - 11 Junction - Kelimutu 11.74 - - - 12 Wolowaru - Nggala 16.22 - - - 13 Lianuju -Maubasa 8.93 2 WL=2 - 14 Hepang - Sika 8.44 2 WL=2 - 15 Nita - Koting 3.65 2 WL=2 - 16 Maumere - Koting 12.68 1 WL=1 -

17 Maumere-Jln Don yuang ( Maumere) 27.33 - - - 18 Waipare - Bola 19.97 - - - 19 Larantuka - Watowiti 9.98 2 WL=2 - 20 Waiberang- Sagu 25.99 2 WL=2 - 21 Waitabula- Bondokodi 37.87 2 WL=1 - WL=1 22 Radamata - Ketewer 17.64 1 WL=1 - WL=1 23 Waikabubak- Jl. Eltari ( Waikabubak ) 44.25 3 WL=3 - WL=1 24 Waikabubak – Jl A.Yani (Waikabubak) 8.64 3 WL=3 WL=3 - 25 Padedeweri – Padedewatu- Patiala 17.57 4 WL=4 - WL=4 26 Padedeweri- Wonokaka 10.25 2 WL=2 - WL=2 27 Waingapu-Jln. S.Parman ( Waingapu ) 28.95 1 WL=1 WL=1 - 28 Waingapu- Jln. Cendana 63.27 1 WL=1 - WL=1 29 Melolo - Baing 56.46 1 WL=1 - WL=1 30 Melolo - Nggongi 78.23 2 WL=2 - WL=2

31 Jln. Tompello- Jln Kayu Putih ( Kupang )

5.73 3 WL=3 - WL=3

32 Seba - Messara 20.00 4 WL=4 - WL=4

33 Baa - Bollow 25.00 1 WL=1 - WL=1

(26)

Laporan Akhir V- 26 Sumber: -Dinas Perhubungan & Informatika Propinsi NTT, 2013

- Kementerian Pekerjaan Umum, 2013

Bertitik tolak dari data kebutuhan dan realisasi perlengkapan Alat Pember Isyarat Lalu Lintas jalan seperti dijelaskan sebelumnya pada beberapa ruas jalan sebanyak tiga puluh empat (34) , maka nilai capaian persentase perlengkapan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lalulintas di Propionsi i Nusa Tengara Timur dapat dihitung dengan

rumus 21

% Fasilitas perlengkapan paku jalan ;

∑ Fasilitas Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas Terpasang di Jalan Propinsi

= x 100 %

Total Kebutuhan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas di Jalan Propinsi 8 unit

= --- x 100 % 74 unit

= 10,81 %

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi telah ditetapkan, bawah tersedianya fasilitas perlengkapan jalan termasuk Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas di jalan propinsi ditetapkan pada tahun 2014 mencapai nilai 60 %. Tetapi nilai capaian yang dicapai pada tahun 2013 hanya sebesar 10,81 %, artinya nilai capaian yang harus dicapai hingga tahun 2014 terdapat 49,2 % ( 60 % - 10,81 % = 49,2 % ). Untuk mencapai nilai sebesar 49,2 %, Pemerintah Daerah Propinsi sebaiknya memiliki perhatian dan mengalokasikan dana yang relatif besar, agar dapat mencapai ketertingalan.

21 Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan Standar Pelayanan

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah dan Daerah Kabupaten/Kota

No Ruas jalan Panjang

( Km ) Jlh/ Simpan/ R.Jalan (Titik) Kebutuhan APIL/WL (1 set/Titik) Terpasang Hingga Tahun 2012 Terpasang (Unit) Sisa (Unit) 35 Baa - Eahun 77.29 4 WL=4 - WL=4 36 Kupang – Jln. Harimatu Tabolong 25.06 2 WL=2 - WL=2 37 Kupang – Jln.H.R.Koroh ( Kupang ) 25.63 1 WL=1 WL=1 - 38 Oesao -Burain 24.10 1 WL=1 - WL=1 39 Bokong- Lelogama 45.00 3 WL=3 - WL=3 40 Batuputih - Panite 30.99 3 WL=3 - WL=3

41 Soe – Jl. Gunung Mulio ( Soe ) 23.00 2 WL=2 - WL=2

42 SIMP Niki Niki - Oenlasi 19.03 4 WL=4 - WL=4

43 Noelmuti - Haekto 23.50 1 WL=1 - WL=1

(27)

Laporan Akhir V- 27

Gambar 5.11 Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas di Provinsi Nusa Tenggara Timur

h. Fasilitas Perlengkapan Lampu Penerangan

Lampu penerangan jalan adalah bagian dari bangunan perlengkapan jalan yang dapat diletakkan atau dipasang di kiri/kanan jalan dan atau di tengah (di bagian mediun jalan ) yang digunakan untuk menerangi jalan mapun lingkungan di sekitar jalan yang diperlukan termasuk persimpangan jalan, jalan laying, jembatan dan jalan di bawah tanah. Atau juga dapat disebut lampu penerangan adalah suatu unit lengkap yang terdiri dari sumber cahaya, elemen optok, elemen elektronik dan struktur

penopang serta tiang lampu 22.

Penerangan jalan di kawasan perkotaan mempunyai fungsi antara lain ; a. menghasilkan kekontrasan antara objek dan permukaan jalan, b. sebagai alat bantu navigasi pengguna jalan, c. menghilangkan keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan, khususnya pada malam hari, d. mendukung keamanan lingkungan dan e.

memberikan keindahan lingkungan jalan 23.

Berdasarkan informasi dari Dinas Perhubungan dan Informatika c.q. Bidang Program Propinsi NTT, standar jenis lampu yang digunakan di jalan pada propinsi adalah mengacu pada SNI ( Standar Nasional Indonesia ) dan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 5.9 Fasilitas Perlengkapan Lampu Penerangan di Beberapa Ruas Jalan Propinsi Nusa Tenggara Timur

No Ruans Jalan Panjang (Km ) Kebutuhan (Unit)

Terpasang Hingga Tahun 2012

Terpasang (Unit)

Sisa (Unit) 1 Ruteng-Reo-Jl Santor Tacik

( Ruteng) 65.529 120 110 20 2 Malwatar-Tiwaronto 11.919 22 - 22 3 Bajawa-Jln.Slamat Riaydi ( Bajawa) 50.395 110 80 - 4 Malanuza- Maumbawa 21.618 42 - - 5 Gako-Mauponggo 20.882 40 - - 6 Aegela - Danga 29.665 56 - - 7 Ende-Nuabosi-Jln Walodare ( Ende) 7.800 14 - -

22 Badan standar Nasional, SNI ( Standar Nasional Indonesia ), ICS 93.080.40, SNI 7391 pada hal 2: 2008 23 Badan Standar Nasional, SNI ( Standar Nasional Indonesia ), ICS 93.080.40, SNI 7391 pada hal 4, 2008

(28)

Laporan Akhir V- 28 No Ruans Jalan Panjang (Km ) Kebutuhan (Unit)

Terpasang Hingga Tahun 2012 Terpasang (Unit) Sisa (Unit) 8 Ende - Ndona 4.287 8 - - 9 Detusoko - Maurole 48.174 96 - - 10 Wologai - Detukeli 13.768 26 - - 11 Junction - Kelimutu 11.735 20 - - 12 Wolowaru - Nggala 16.222 32 - - 13 Lianuju -Maubasa 8.929 19 - - 14 Hepang - Sika 8.439 16 - - 15 Nita - Koting 3.650 7 - - 16 Maumere - Koting 12.681 24 - -

17 Maumere-Jln Don yuang ( Maumere) 27.327 48 - - 18 Waipare - Bola 19.974 - - - 19 Larantuka - Watowiti 9.980 30 30 20 Waiberang- Sagu 25.996 - - - 21 Waitabula- Bondokodi 37.868 - - - 22 Radamata - Ketewer 17.635 - - - 23 Waikabubak- Jl. Eltari ( Waikabubak ) 44.249 84 20 64 24 Waikabubak – Jl A.Yani (Waikabubak) 8.644 22 22 - 25 Padedeweri – Padedewatu- Patiala 17.567 - - - 26 Padedeweri- Wonokaka 10.253 - - - 27 Waingapu-Jln. S.Parman ( Waingapu ) 28.947 56 - 56 28 Waingapu- Jln. Cendana 63.267 120 12 108 29 Melolo - Baing 56.460 - - - 30 Melolo - Nggongi 78.232 - - - 31 Jln. Tompello- Jln Kayu Putih ( Kupang ) 5.731 20 20 - 32 Seba - Messara 20.001 42 - 42 33 Baa - Bollow 25.000 52 - 52 34 Baa - Batutua 26.504 52 - 52 35 Baa - Eahun 77.298 158 - 158 36 Kupang – Jln. Harimatu Tabolong 25.068 52 - 52 37 Kupang – Jln.H.R.Koroh ( Kupang ) 25.628 269 269 - 38 Oesao -Burain 24.100 40 - 40 39 Bokong- Lelogama 45.009 85 - 85 40 Batuputih - Panite 30.995 58 - 58

41 Soe – Jl. Gunung Mulio ( Soe )

23.000 46 - 46

42 SIMP Niki Niki - Oenlasi 19.033 40 - 46

43 Noelmuti - Haekto 23.507 42 - 42

Total 1.153.020 1.968 184 1.784

Sumber: -Dinas Perhubungan & Informatika Propinsi NTT, 2013 - Kementerian Pekerjaan Umum, 2013

Berdasarkan data kebutuhan dan realisasi perlengkapan Alat Pember Isyarat Lalu Lintas jalan seperti dijelaskan sebelumnya pada beberapa ruas jalan sebanyak tiga

(29)

Laporan Akhir V- 29 puluh empat ( 34) , maka nilai capaian persentase perlengkapan Alat Pemberi Isyarat

Lalu Lalulintas di Propionsi Nusa Tengara Timur dapat dihitung dengan rumus 24

% Fasilitas perlengkapan lampu penerangan;

∑ Fasilitas Lampu Penerangan Yang Terpasang di Jalan Propinsi

= x 100 %

Total Kebutuhan Lampu Penerangan di Jalan Propinsi 184 unit

= --- x 100 % 1.968 unit

= 9,35 %

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi telah ditetapkan, bawah tersedianya fasilitas perlengkapan jalan termasuk Lampu Penerangan di jalan propinsi ditetapkan pada tahun 2014 mencapai nilai 60 %. Tetapi nilai capaian yang dicapai pada tahun 2013 hanya sebesar 9,35 %, artinya nilai capaian yang harus dicapai hingga tahun 2014 terdapat sebesar 50,65 % ( 60 % - 9,35 % = 50,65 % ). Untuk mencapai nilai sebesar 50,65 %, Pemerintah Daerah Propinsi sebaiknya memiliki perhatian dan mengalokasikan dana yang relatif besar, agar dapat mencapai ketertigalan.

Gambar 5.12 Lampu Penerangan di Provinsi Nusa Tenggara Timur

4. Keselamatan

Keselamatan dalam hal ini adalah ditekankan pada keselamatan angkutan umum yang melayani trayek antarkota dalam propinsi ( AKDP ) pada suatu propinsi. Sekarang ini jumlah AKDP di Propinsi NTT per kabupaten/kota dengan berbagai jenis kendaraan relati banyak, dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut;

24 Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan Standar Pelayanan

(30)

Laporan Akhir V- 30

Tabel 5.10 Jumlah AKDP Per Kabupaten/Kota di Propinsi NTT Dalam Tahun 2013

No Kab/Kota Jenis Kendaraan

BB BS BK MPU

1 Kab Alor 81 - -

2 Kab Belu 139 - -

3 Kab Ende 99 - -

4 Kab Flores Timur - - -

5 Kab Kupang - 139 637-

6 Kab Lembata - - -

7 Kab Manggarai - 110 166

8 Kab Manggarai Barat - - -

9 Kab Ngada - 109 86

10 Kab Rote Ndao - - -

11 Kab Sikka - - 250 16

12 Kab Sumba Barat - - 175

13 Kab Sumba Timur - 53 16

14 Kab Timor Tengah Sel - 42 134

15 Kab Timor Tengah UT - 7 195

16 Kota Kupang - - 593 57

JUMLAH 319 460 2.252 73

Sumber: Dinas Perhubungan & Informamatika c.q. Bidang Program dan Bidang

Angkutan Darat, Propinsi NTT, 2013

Berdasarkan data tersebut, total AKDP di Propinsi NTT terdapat 3.104 unit. Keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari resiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia,

kendaraan, jalan, dan/atau lingkungan 25. Karena itu, setiap kendaraan yang berlalu

lintas diperlukan adanya kelaikan kendaraan.

Keselamatan dalam hal ini, dimaksudkan terpenuhinya standar keselamatan bagi angkutan umum yang melayani trayek Antar Kota Dalam Propinsi ( AKDP ). Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari risiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia,

Kendaraan, Jalan, dan/atau lingkungan 26. Perusahaan Angkutan Umum wajib memenuhi

standar pelayanan minimal yang meliputi: a. keamanan; b. keselamatan; c. kenyamanan;

d. keterjangkauan; e. kesetaraan; dan f. keteraturan.27. Angkutan adalah perpindahan

orang/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan umum di ruang lalu lintas jalan. Angkutan umum adalah angkutan orang/atau barang yang menggunakan kendaraan umum dengan dipungut bayaran. Keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari resiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, kendaraan, jalan, dan/atau lingkungan28 .

25 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian

Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota Pada Hal 10

26 Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pada Pasal 1 ayat (31) 27 Ibid

28 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan

Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota pada Halaman 10

(31)

Laporan Akhir V- 31 Pelayanan angkutan kota antar dalam propinsi dilaksanakan dengan cirri-ciri sebagai berikut; a. mempunyai jadwal tetap, drbsgsimsns tercantum dalam jam perjalanan pada kartu pengawasan mobil bus yang dioperasikan. b. pelayanan angkutan dilakukan bersifat cepat atau lambat, c. dilayani dengan mobil bus besar atau sedang, baik untuk pelayanan ekonomi mapun pelayanan non ekonomi, d. tersedia terminal penumang sekurang-kurangnya tipe B, pada awal pemberangkatan, persilangan, dan terminal tujuan, e. prasarana jalan yang dilalui dalam pelayanan angkutan antar kota dalam propinsi

tercantum dalam izin trayek yang telah ditetapkan 29.

Di daerah yang sarana transportasinya belum memadai, pengankutan orang dapat dilakukan dengan mobil barang. Pengangkutan orang dengan menggunakan mobil barang, wajib memenuhi persyaratan; a. ruangan muatan dilengkapi dengan dinding yang tingginya kurangnya 0,6 m, b. tersedia luas lantai ruang muatan sekurang-kurangnya 0,4 m2 per penumpang, c. memiliki dan membawa surat keterangan mobil

barang mengangkut penumpang 30

Kendaraan yang digunakan untuk antar kota dalam propinsi harus dilengkapi; a. nama perusahaan dan nomor urut kendaraan yang dicantumkan, dan belakang kendaraan. b. papan trayek yang memuat asal dan tujuan serta kota yang dilalui dengan dasar putih tulisan hitam yang ditempatkan di bagian depan dan belakang kendaraan. c. jenis trayek yang dilayani ditulis secara jelas dengan huruf balok, melekat pada badan kendaraan sebelah kiri dan kanan dengan tulisan” Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi, e. jati diri pengemudi yang ditempatkan pada dashboard yang dikeluarkan oleh masing-masing perusahaan angkutan, f. fasilitas bagasi sesuai kebutuhan, tulisan standar pelayanan, daftar tarif yang berlaku, g. dilengkapi dengan adanya kotak obat dengan isinya, h. alat pemantau untuk kerja pengemudi, yang sekurang-kurangnya dapat merekam kecepatan

kendaraan dan perilaku pengemudi dalam mengoperasikan kendaraan.31.

Dalam hal pengoperasian angkutan, pengusaha angkutan yang telah memperoleh izin trayek diwajibkan mengutamakan keselamatan dalam pengoperasikan kendaraan

sehingga tidak terjadi kecelakaan yang mengakibatkan korban jiwa 32 . Untuk

memperoleh izin operasi, pemohon wajib memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis. Dalam persyaratan teknis tel;ah ditegaskan pemohon diwajibkan memiliki atau menguasai kendaraan bermotor yang laik jalan yang dibuktikan dengan fotokopi Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor sesuai domisili perusahaan dan

fotokopi Buku Uji 33

Untuk menjamin keselamatan, kelaikan kendaraan untuk operasional harus dipastikan siap pakai. Artinya, semua komponen yang diharuskan diuji secara berkala harus

dipastikan sudah terpenuhi. Pelaksanaan uji berkala kendaraan dimaksudkan untuk 34; a.

memberikan jaminan keselamatan secara teknis terhadap penggunaan kendaraan bermotor di jalan, b. melestarikan lingkungan dari kemungkinan pencemaran yang

29 Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di

Jalan Dengan Kendaraan Umum pada Pasal 19

30 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan pada Pasal 3 31 Ibid Pasal 19

32 Ibid Pasal 62 point j 33 Ibid Pasal 67 point c

34 Keputusan Menteri Perhubungan No. KM.71 Tahun 1993 tentang Pengujian Berkala Kendaraan

(32)

Laporan Akhir V- 32 diakibatkan oleh pengguna kendaraan bermotor di jalan. Beberapa komponen yang

diharuskan diuji secara berkala adalah sebagai berikut 35; a. uji suspense roda ( Pit wheel

Suspension Tester ) dan kondisi teknis bagian bawah kendaraan, b. uji rem, c. lampu utama, d. speedometer, e. uji emisi gas buang meliputi; uji karbon monoksida ( CO), hidro karbon ( HC ), dan ketebalan asap gas buang, f. berat kendaraan, g. kincup roda depan ( side slip tester ), h. suara ( sound level meter ), i. dimensi kendaraan ( lebar, panjang, tinggi dan sumbu roda ), j. tekanan udara (kompressor rem, tekanan udara ban ), k. kaca film.

Untuk menjamin keselamatan para penumpang, setiap kendaraan dilengkapi dengan fasiliats tanggap darurat. Fasilitas tanggap darurat dalam hal ini adalah berupa; a. alat pemukul/pemecah kaca ( martil ), b. alat pemadam kebakaran, c. alat kendali darurat pembuka pintu utama yang dirancang dan ditempatkan sedemikian rupa sekurang-kurangnya dua buah pada setiap kanan kiri sisi dalam kendaraan bermotor sehingga mudah dioperasikan dari dalam baik oleh awak kendaraan mapun penumpang yang

bekerja secara otomatis 36. Kelengkapan fasilitas tanggap darurat standar kendaraan

bermotor angkutan penumpang, wajib dipenuhi dengan persyaratan teknis:

a. Jumlah tempat keluar darurat sekurang-kurangnya 37:

1) Satu tempat keluar darurat pada setiap sisi kanan kiri, jika muatannya tidak lebih

dari 26 penumpang

2) Dua tempat keluar darurat pada setiap sisi kanan kiri, jika muatannya antara 27

dan 50 penumpang

3) Tiga tempat keluar darurat pada setiap sisi jika muatannya antara 51 dan 80

penumpang

4) Empat tempat keluar darurat pada setiap sisi jika muatannya lebih dari 80

penumpang

b. Khusus untuk mobil penumpang yang jumlah muatannya lebih dari 27 penumpang,

diwajibkan memiliki pintu darurat minimal 2 buah pada sisi kiri-kanan

c. Pada sisi kiri, jumlah tempat keluar dapat dikurangi dengan satu, jika pada dinding

belakang tempat pintu yang lebarnya paling sedikit 430 millimeter

d. Tempat keluar darurat berupa jendela harus memenuhi persyaratan:

1) Memiliki ukuran minimum 600 millimeter x 430 milimeter dan apabila memiliki

ukuran sekurang-kurangnya 1.200 millimeter x 430 millimeter disamakan dengan memiliki dua tempat keluar darurat

2) Mudah dan cepat dapat dibuka atau dirusak atau dilepas

3) Sudut-sudut jendela yang berfungsi sebagai tempat keluar darurat tidak runcing

4) Tidak dirintangi oleh tongkat-tongkat atau jeruji pelindung

e. Tempat keluar darurat berupa pintu yang dipasang pada dinding samping kanan,

harus memenuhi persyaratan:

1) Memiliki lebar sekurang – kurangnya 430 millimeter

2) Mudah dibuka setiap waktu dari dalam

f. Tempat keluar darurat diberi tanda atau petunjuk dengan tulisan yang menjelaskan

tempat keluar darurat dan tata cara membukanya

g. Tempat duduk di dekat tempat keluar darurat harus mudah dilepas atau dilipat dan

diberi warna tempat duduk yang berbeda dari warna tempat duduk lainnya

35 Ibid, Pasal 12 ayat (1)

36 Keputusan DSirektur Perhubungan Darat No. SK.1763/AJ.501/DRJD/1003 tentang Petunjuk teknis

Tanggap Darurat Kecelakaan Kendaraan Bermotor Angkutan Penumpang pada Pasal 5

(33)

Laporan Akhir V- 33

h. Kaca mobil bud wajib menggunakan kaca keselamatan ( Safety Glass ), dengan

ketentuan sebagai berikut;

1) Kaca bagian depan harus memakai jenis Laminated

2) Kaca bagian samping kiri-kanan dan belakang memakai jenis tempered

Berdasarkan berbagai peraturan seperti telah dijelaskan sebelumnya, selanjutnya akan dijadikan sebagai patokan penilaian dan/atau pengecekan terhadap beberapa AKDP yang ada di Terminal Kota Kupang. Beberapa pendekatan yang dilakukan adalah;

a. Melakukan wawancara terhadap Sopir AKDP di Terminal

Dari hasil wawancara terhadap Sopir AKDP ternyata kendaraan yang dibawa, ternyata melakukan uji kendaraan bermotor secara berkala. Hal ini dibuktikan dengan adanya Buku Uji Kendaraan Bermotor yang berada dalam mobil. Beberapa komponen yang terlihat dalam Buku Uji Kendaraan tersebut, adalah adanya kelaikan kendaraan bermotor terlihat pada beberapa aspek yang diuji, dan lebih jelasnya seperti dalam tabel berikut.

Tabel 5.11 Kelengkapan Persyaratan Kelaikan AKDP Di Propinsi NTT

No Komponen Persyaratan Kebaradaan di AKDP

Propinsi NTT 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Suspensi Roda ( Pit Wheel Suspension Tester Rem

Lampu Utama Speedometer Emisi Gas Buang :

a. a. Uji Karbon Monoksida ( CO b. b. Hidro Karbon ( HC) c. c. Ketebalan Asap Gas Buang d. Berat Kendaraan

e. Kincup Roda Depan ( Side Slip Tester ) f. Suara ( Sound Level Meter )

g. Dimensi Kendaraan ( Lebar, Panjang, Tinggi dan Sumbu Roda )

h. Tekanan Udara ( Kompressor Rem, Tekanan Udara Ban) i. Kaca Film Memenuhi persyaratan Memenuhi persyaratan Memenuhi persyaratan Memenuhi persyaratan Memenuhi persyaratan -memenuhi persyaratan -memenuhi persyaratan -memenuhi persyaratan Memenuhi persyaratan Memenuhi persyaratan Memenuhi persyaratan Memenuhi persyaratan Memenuhi persyaratan Memenuhi persyaratan

Sumber: Wawancara & Pengamatan di Lapangan

b. Melakukan wawancara dengan pihak DLLAJ (Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan

Raya)

Dari hasil wawancara dengan LLAJ yang sedang bertugas di jalan, ternyata petugas LLAJ melakukan razia secara berkala untuk pemeriksaan terhadap AKDP yang sedang operasional, apakah sudah melakukan Uji Berkala Kendaraan Bermotor. Bilamana tidak melakukan uji berkala kendaraan bermotor sesuai dengan yang dipersyaratkan, maka AKDP tidak diperkenankan beroperasi. Karena kelaikan kendaraan bermotor terutama AKDP adalah merupakana salah satu ketentuan yang telah disepakati oleh pengusaha AKDP dalam waktu pengurusan izin operasional. Kelaikan kendaraan AKDP pada hakekatnya merupakan keharusan untuk menamin keselamatan operasional yang secara imlisit para penumpang.

Gambar

Gambar 5.3 Terminal di Nusa Tenggara  Timur
Gambar 5.5 Lokasi Terminal Tipe A di Provinsi Nusa Tenggar Timur
Tabel 5.2 Fasilitas Pembangunan Rambu di Beberapa Ruas Jalan Propinsi Nusa  Tenggara Timur  No  Ruas Jalan  Panjang (Km )  Kebutuhan (Unit)
Gambar 5.6 Rambu yang terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi dah data hasil analisis gerak tolak peluru gaya membelakangi pada mahasiswa dan atlet yang berkaitan dengan

kamu telah mempelajari benda langit pada siang hari kamu juga telah mempelajari benda langit pada malam hari apa saja benda langit itu. apakah kamu menemukan kesulitan

Begitu pula di Indonesia terdapat lembaga atau institusi yang bernama kepolisian Negara republic Indonesia (POLRI). Polri pada hakikatnya bertugas untuk mewujudkan masyarakat yang

Pada dasarnya, defuzzifikasi adalah suatu pemetaan dari ruang aksi kontrol fuzzy yang ditentukan meliputi himpunan semesta keluaran (output universe of discourse)

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia serta cahaya pencerah-Nya selama proses penyelesaian tugas akhir ini sehingga skripsi yang

Value proporsition mendeskripsikan nilai apa yang akan diberikan kepada pelanggan, masalah apa yang diselesaikan, kebutuhan mana yang dipuaskan, dan produk atau jasa apa yang

Selanjutnya pada tugas 7.5 diharapkan output yang dihasilkan adalah Arduino mampu menerima data karakter huruf dari keyboard PC dan mengkonversi menjadi huruf capital atau

Reliabilitas menunjukan pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karna instrumen tersebut sudah