• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDCA PENCEGAHAN INFEKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PDCA PENCEGAHAN INFEKSI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.1 Latar belakang

Suatu pelayanan dikatakan bermutu jika penerapan semua persyaratan pelayanan Suatu pelayanan dikatakan bermutu jika penerapan semua persyaratan pelayanan kebidanan dapat memuaskan pasien. Mutu pelayanan kebidanan berorientasi pada penerapan kebidanan dapat memuaskan pasien. Mutu pelayanan kebidanan berorientasi pada penerapan kode etik dan standar pelayanan kebidanan, serta kepuasan yang mengacu pada penerapan semua kode etik dan standar pelayanan kebidanan, serta kepuasan yang mengacu pada penerapan semua  persyaratan pelayanan kebidanan.

 persyaratan pelayanan kebidanan.

Dalam pelayanan kebidanan dibutuhkan sebuah penilaian mutu pelayanan untuk Dalam pelayanan kebidanan dibutuhkan sebuah penilaian mutu pelayanan untuk meningkatkan kinerja para bidan dalam memberikan kepuasan terhadap klien. dimana bidan meningkatkan kinerja para bidan dalam memberikan kepuasan terhadap klien. dimana bidan tersebut tahu bagaimana menjaga mutu pelayanan kebidanan.

tersebut tahu bagaimana menjaga mutu pelayanan kebidanan.

Dalam peningkatan mutu dalam kebidanan diperlukan manajemen yang baik agar dalam Dalam peningkatan mutu dalam kebidanan diperlukan manajemen yang baik agar dalam  pelaksanaannya

 pelaksanaannya dapat dapat tercapai tercapai secara secara efektif efektif dan dan efisien. efisien. Didalam Didalam ilmu ilmu manajemen, manajemen, konsepkonsep  problem solving yang bisa diterapkna ditempat

 problem solving yang bisa diterapkna ditempat kerja kita yaitu dengan mkerja kita yaitu dengan menggunakan pendekatanenggunakan pendekatan P-D-C-A sebagai proses penyelesaian masalah. Dalam bahasa pengendalian kualitas, P-D-C-A P-D-C-A sebagai proses penyelesaian masalah. Dalam bahasa pengendalian kualitas, P-D-C-A dapat diartikan sebagai proses penyelesaian dan pengendalian masalah dengan pola runtun dan dapat diartikan sebagai proses penyelesaian dan pengendalian masalah dengan pola runtun dan sistematis.72 jam

sistematis.72 jam

Secara umum pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang Secara umum pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah pasien berada di rumah masuk rumah sakit dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah pasien berada di rumah sakit baru disebut infeksi nosokomial.

sakit baru disebut infeksi nosokomial.

Menurut data WHO angka kejadian infeksi di Rumah sakit sekitar 3-21 %. Jadi rata-rata Menurut data WHO angka kejadian infeksi di Rumah sakit sekitar 3-21 %. Jadi rata-rata infeksi sekitar 9%. Sedangkan berdasarkan KepMenKes no 129 tahun 2008 standar kejadian infeksi sekitar 9%. Sedangkan berdasarkan KepMenKes no 129 tahun 2008 standar kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit sebesar lebih dari 1,5

infeksi nosokomial di rumah sakit sebesar lebih dari 1,5 %.%.

Dari data tersebut maka diperlukan suatu standar minimal rumah sakit untuk melihat Dari data tersebut maka diperlukan suatu standar minimal rumah sakit untuk melihat sejauh mana rumah sakit melakukan pengendalian infeksi tersebut dan juga sebagai acuan sejauh mana rumah sakit melakukan pengendalian infeksi tersebut dan juga sebagai acuan  pencegahan infeksi guna meningkatkan pelayanan medis.

 pencegahan infeksi guna meningkatkan pelayanan medis.

BAB 2 BAB 2

TINJAUAN KASUS TINJAUAN KASUS

(2)

2.1 Penilaian Mutu

Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak ( Roemer dalam Amirudin, 2007). Mutu merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Saifudin, 2006).

Dimensi mutu pelayanan kebidanan adalah :

 Kompetensi Teknis (Technical competence)  Akses terhadap pelayanan (Access to service)  Efektivitas (Effectiveness)

 Efisiensi (Efficiency)  Kontinuitas (Continuity)  Keamanan (Safety)

 Hubungan antar manusia (Interpersonal relations)  Kenyamanan (Amenities

Mutu pelayanan kebidanan dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian. Dalam praktiknya melakukan penilaian tidaklah mudah, karena mutu dalam pelayanan kebidanan bersifat multidimensional. Artinya setiap orang dapat berbeda persepsi penilaiannya tergantung dari dimensi penilaian yang dipakai.

Robert dan Prevost (dalam Saifudin, 2006) menyatakan perbedaan dimensi penilaian yaitu :

a. Bagi pemakai jasa pelayanan, mutu terkait dengan dimensi ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan klien, kelancaran komunikasi, keprihatinan dan keramahtamahan petugas terhadap klien

 b. Bagi penyelengara pelayanan, mutu terkait dengan dimensi kesesuaian pelayanan dengan  perkembangan ilmu dan teknologi, serta otonomi profesi sesuai dengan kebutuhan klien

c. Bagi penyandang dana, nutu terkait dengan dimensi efisiensi pemakaian dana, kewajaran  pembiayaan dan kemampuan menekan beban biaya.

Untuk mengatasi adanya perbedaan dimensi ini disepakati bahwa penilaian mutu  berpedoman pada hakekat dasar untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan (health needs and demannds) klien pengguna pelayanan yang apabila berhasil akan menghasilkan kepuasan (client satisfaction) terhadap pelayanan kebidanan yang diselenggarakan. Maka mutu

(3)

 pelayanan kebidanan menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan rasa  puas pada klien. Makin sempurna kepuasan, maka semakin sempurna pelayanan yang dilakukan.

Berkaitan dengan kepuasan, terdapat masalah pokok yang ditemukan yaitu kepuasan bersifat subjektif. Tiap orang memiliki tingkat kepuasan yang berbeda. Sekalipun pelayanan kebidanan telah memuasakan klien, tetapi masih banyak ditemukan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar profesi dan kode etik. Untuk mengatasi masalah ini dilakukan pembatasan, yaitu:

a. Pembatasan pada derajat kepuasan pasien

Pengukuran kepuasan dilakukan tidak secara individual, tetapi yang dipakai adalah kepuasan rata-rata. Pelayanan kebidanan bermutu apabila dapat memuaskan rata-rata klien

 b. Pembatasan pada upayan yang dilakukan

Pelayanan kebidanan yang menimbulkan kepuasan harus memenuhi kode etik dan standar  pelayanan kebidanan.

Mutu pelayanan kebidanan merujuk pada tingkat kesempurnaan yang dapat memuaskan dengan tingkat rata-rata klien serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar profesi kebidanan.

Menurut Amiruddun (2007) dalam pelakukan penilaian mutu ada tiga pendekatan penilaian mutu, yaitu :

1. Struktur

 Struktur meliputi sarana fisik perlengkapan dan peralatan, organisasi dan manajemen, keuangan,

sumber daya manusia lainnya di fasilitas kesehatan.

 Struktur = input

 Baik tidaknya struktur sebagai input dapat diukur dari :

o Jumlah, besarnya input

o Mutu struktur atau mutu input o Besarnya anggaran atau biaya o Kewajaran

2. Proses merupakan semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat dan tenaga profesi lain) dan interaksinya dengan klien

 Proses mencakup diagnosa, rencana pengobatan, indikasi tindakan, prosedur dan penanganan

(4)

 Baik tidaknya proses dapat diukur dari :

o Relevan tidaknya proses itu bagi klien o Fleksibilitas dan efektifitas

o Mutu proses itu sendiri sesuai dengan standar pelayanan yang semestinya o Kewajaran, tidak kurang dan tidak berlebihan

3. Outcomes

 Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap klien  Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun negatif.  Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan tertentu atau prosedur tertentu.  Outcome jangka panjang adalah status kesehatan dan kemampuan fungsional klien

2.2 Siklus PDCA

Konsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun 1930 yang disebut dengan “Shewhart cycle“.PDCA, singkatan bahasa Inggris dari ‘ Plan, Do, Check, Act ‘ (‘Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti’), adalah suatu proses pemecahan masalah empat langkah interatif yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan ” The Deming Wheel ”(Tjitro, 2009)

Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap sebagai bapak  pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut dengansiklus Deming. Deming

sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas statistis. Siklus PDCA berguna sebagai  pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau system sehaingga mutu pelayanan kesehatan.

PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja, pelaksanaan kerja,pengawan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus menerus dan  berkesinambungan mutu pelayanan. Siklus PDCA digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk  penyelesaian masalah dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Secara sederhana

siklus PDCA dapat digambarkan sebagai berikut :

UNSUR PDCA LANGKAH-LANGKAH

PLAN

1. Identifikasi masalah

(5)

3. Menentukan faktor penyebab yang dominant. 4. Menentukan rencana perbaikan dan target

yang akan dicapai.

DO

5. Melaksanakan sepenuhnya rencana perbaikan.

CHEK 

6. memeriksa hasil pelaksanaan perbaikan.

ACTION

7. mencegah timbulnya persoalan yang sama (menetapkan standarisasi).

8. Menyelesaikan problem lain yang masih belum terselesaikan (menetapkan rencana berikutnya).

Siklus PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu: 1. Perencanaan ( Plan )

Tahapan pertama adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan merupakan suatu upaya menjabarkan cara penyelesaian masalah yang ditetapkan ke dalam unsur-unsur rencana yang lengkap serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat dipakaisebagai pedoman dalam melaksanaan cara penyelesaian masalah. Hasil akhir yang dicapai dari perencanaan adalah tersusunnya rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang akan diselenggarakan. Rencana kerja  penyelesaian masalah mutu yang baik mengandung setidak-tidaknya tujuh unsur rencana yaitu: a. Judul rencana kerja (topic),

 b. Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi ( problem statement ),

c. Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin dicapai ( goal, objective, and target ),

d. Kegiatan yang akan dilakukan (activities), e. Metode penilaian dan kriteria penilaian f. Waktu pelaksanaan

g. Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and personnels) h. Biaya yang diperlukan (budget),

(6)

2. Pelaksanaan ( Do )

Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah disusun. Jika pelaksanaan rencana tersebut membutuhkan keterlibatan staf lain di luar anggota tim, perlu terlebih dahulu diselenggarakan orientasi, sehingga staf pelaksana tersebut dapat memahami dengan lengkap rencana yang akan dilaksanakan.

Pada tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan pimpinan manajerial. Untuk dapat mencapai kerjasama yang baik, diperlukan keterampilan pokok manajerial, yaitu :

a. Keterampilan komunikasi (communication) untuk menimbulkan pengertian staf terhadap cara  pentelesaian mutu yang akan dilaksanakan

 b. Keterampilan motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia menyelesaikan cara  penyelesaian masalah mutu yang telah direncanakan

c. Keterampilan kepemimpinan (leadershif ) untuk mengkordinasikan kegiatan cara penyelesaian masalah mutu yang dilaksanakan

d. Keterampilan pengarahan (directing ) untuk mengarahkan kegiatan yang dilaksanakan.

3. Pemeriksaan ( Check  )

Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil yang dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari pemeriksaan untuk mengetahui : a. Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai dengan rencana

yang telah ditetapkan

 b. Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagaian mana yang belum berjalan dengan baik c. Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia

d. Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan memerlukan perbaikan atau

Untuk dapat memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian masalah, ada dua alat bantu yang sering dipergunakan yakni

a. Lembaran pemeriksaan (check list )

Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir yang digunakan untuk mencatat secara periodik setiap penyimpangan yang terjadi. Langkah pembuatan lembar pemeriksan adalah:

 Tetapkan jenis penyimpangan yang diamati  Tetapkan jangka waktu pengamatan

(7)

 Lakukan perhitungan penyimpangan

 b. Peta kontrol (control diagram)

Peta kontrol adalahsuatu peta / grafik yang mengambarkan besarnya penyimpangan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Peta kontrok dibuat bedasarkan lembar pemeriksaan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan peta kontrol adalah :

 Tetapkan garis penyimpangan minimum dan maksimum  Tentukan prosentase penyimpangan

 Buat grafik penyimpangan   Nilai grafik

4. Perbaikan ( Action)

Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan rencana kerja. Lakukanlah  penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu mempertimbangkan pemilihan dengan cara  penyelesaian masalah lain. Untuk selanjutnya rencana kerja yang telah diperbaiki tersebut dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk memantau kemajuan serta hasil yang dicapai. Untuk kemudian tergantung dari kemajuan serta hasil tersebut, laksanakan tindakan yang sesuai.

BAB 3

TINJAUAN KASUS

,i,

1.1 Kasus Semu

Pada tahun 2007 Rumah Sakit “X” rata-rata memberi pelayanan baik rawat jalan maupun rawat inap sebesar 10.000.000 jiwa per tahunnya. Namun akhir-akhir ini yaitu sekitar tahun 2012 mengalami penurunan jumlah pasien yang datang. Ada isu yang mengatakan bahwa hal tersebut terkait dengan pelayanan yang kurang steril. Pencegahan Infeksi yang masih kurang diperhatikan ditempat pelayanan kesehatan saat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Ini sangat memberikan dampak negatif, dapat meningkatkan risiko penularan infeksi terhadap  pasien lain atau keluarga, petugas kesehatan, karyawan, dan lingkungan kesehatan sehingga  pihak RS mencari solusi atas masalah tersebut.

(8)

Perencanaan ( Plan )

Rencana kerja penyelesaian masalah pencegahan infeksi : 1. Judul rencana kerja (topic)

Meningkatkan pencegahan infeksi di tempat pelayanan kesehatan.

2. Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah yang dihadapi ( problem statement ),

 Di seluruh dunia, 10% pasien rawat inap di rumah sakit mengalami infeksi yang baru

selama dirawat, 1,4 juta infeksi setiap tahun.

 Bila tindakan pencegahan infeksi tersebut tidak dilaksanakan dengan sebaik-baiknya

dikhawatirkan dapat menambah angka kesakitan dan kematian pada pasien

 Resiko infeksi tidak dapat dihilangkan secara total tetapi dapat dikurangi sekecil mungkin

dengan menerapkan pencegahan infeksi yang benar untuk menurunkan resiko penularan  penyakit antar klien atau tenaga kesehatan sendiri.

3. Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin dicapai ( goal, objective, and target )

Tujuan umum :

Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu di tempat pelayanan kesehatan. Tujuan Khusus :

 Untuk mencegah penyebaran berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah di

lingkungan rumah sakit atau sarana kesehatan lainnya.

 Untuk meminimalkan kejadian infeksi nosokomial pada klien dan tenaga kesehatan.

Target :

Dapat mengurangi terjadinya infeksi pada pasien, keluarga pasien, tenaga kesehatan, karyawan, dan lingkungan kesehatan.

4. Kegiatan yang akan dilakukan (activities)

 Melakukan pengumpulan pendapat pasien mengenai pelayanan yang diberikan  Mencari penyebab dengan melakukan evaluasi kinerja petugas kesehatan

 Meningkatkan kesadaran tentang keharusan petugas kesehatan mencuci tangan sebelum dan

(9)

 Saat memberikan pelayanan kesehatan menggunakan alat pelindung diri (sarung tangan, apron,

masker, kaca mata)

 Perlindungan terhadap klien jika kemungkinannya terkena percikan, berhati-hati saat

menangani benda tajam.

 Melakukan penggantian bahan kain yang digunakan pasien

 Memperhatikan cara penyeterilan alat, etiket alat, cara pemakaiannya

 Memperhatikan alat yang habis pakai dengan mengelola pembuangan yang benar

 Memberikan pendidikan dan penyuluhan tentang pentingnya pencegahan infeksi dipelayanan

kesehatan kepada pasien dan keluarga pasien

 Melengkapi sarana dan prasarana di tempat pelayanan kesehatan.  Melakukan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisiensi.

5. Metode dan Kriteria Penilaian

Proses perbaikan dari pelayanan kesehatan yang menyeluruh terhadap pencegahan infeksi.

6. Waktu Pelaksana Terlampir

7. Pelaksana

Petugas Kesehatan (perawat dan bidan)

8. Biaya yang diperlukan (budget)

Biayanya + Rp. 10.000.000,00 untuk sarana serta alat dan bahan yang diperlukan pada tempat  pelayanan kesehatan seperti :

 Tempat cuci tangan.

  perlengkapan pelindung (sarung tangan, celemek/baju penutup, kacamata, sepatu

tertutup).

 Pada pemrosesan alat bekas pakai menggunakan alat yaitu oven, otoklaf, dan sebagainya.  Tempat pembuangan sampah.

(10)

Pelaksanaan ( Do )

Pada tahap ini melakukan rencana yang telah disusun berdasarkan penyelesaian masalah  pencegahan infeksi :

1. Melakukan pengumpulan pendapat pasien mengenai pelayanan yang diberikan 2. Mencari penyebab dengan melakukan evaluasi kinerja petugas kesehatan

3. Meningkatkan kesadaran tentang keharusan petugas kesehatan mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan

4. Saat memberikan pelayanan kesehatan menggunakan alat pelindung diri (sarung tangan, apron, masker, kaca mata)

5. Perlindungan terhadap klien jika kemungkinannya terkena percikan, berhati-hati saat menangani  benda tajam.

6. Melakukan penggantian bahan kain yang digunakan pasien

7. Memperhatikan cara penyeterilan alat, etiket alat, cara pemak aiannya

8. Memperhatikan alat yang habis pakai dengan mengelola pembuangan yang benar

9. Memberikan pendidikan dan penyuluhan tentang pentingnya pencegahan infeksi dipelayanan kesehatan kepada pasien dan keluarga pasien

10. Melengkapi sarana dan prasarana di tempat pelayanan kesehatan. 11. Melakukan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisiensi.

Pemeriksaan ( Check )

Pada tahap ini secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil yang dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Pemeriksaan dilakukan 1 bulan setelah perencanaan, pada tanggal 10 Januari 2013  –   10 Februari 2013. Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, semua  berjalan dengan perencanaan yang telah ditetapkan.

Faktor pendukung terlaksananya perencanaan adalah :

 Dari segi manusianya ( pasien, keluarga pasien, tenaga kesehatan, dan karyawan ), biaya,

serta fasilitas untuk memenuhi terlaksananya pencegahan infeksi ini terpenuhi dan saling mendukung.

(11)

 Semua tindakan yang dilakukan oleh pihak pelayanan kesehatan didukung oleh

masyarakat yang ada di pelayanan kesehatan ( pasien, keluarga pasien, tenaga kesehatan, dan karyawan )

 Pencegahan infeksi sudah lebih diperhatikan dan meningkat di pelayanan kesehatan.  Pelayanan yang direncanakan berjalan efektif dan efisien.

Tindak Lanjut ( Action )

 Dari pemeriksaan di atas, ada beberapa faktor-faktor pendukung yang dapat

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada masalah pencegahan infeksi di tempat  pelayanan kesehatan ini, namun harus selalu ada perbaikan yang dilakukan agar dapat menjaga mutu ditempat pelayanan tersebut. Hal ini berarti memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dibutuhkan tersedianya tenaga yang terampil dan didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai.

 Pemberi layanan kesehatan seharusnya terus berupaya memberikan pelayanan kesehatan

 pada masalah pencegahan infeksi ini dengan efektif, efisien serta merata dan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat.

BAB 4 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja, pelaksanaan kerja,pengawan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus menerus dan  berkesinambungan mutu pelayanan. Siklus PDCA digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk  penyelesaian masalah dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan.P DCA terdiri dari: 1. Planing

Yang berisikan hal-hal berikut: a. Judul rencana kerja (topic),

(12)

c. Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin dicapai ( goal, objective, and target ),

d. Kegiatan yang akan dilakukan (activities),

e. Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and personnels) f. Biaya yang diperlukan (budget),

g. Tolak ukur keberhasilan yang dipergunakan (milestone). 2. Do (pelaksanaan)

3. Check (penilaian) 4. Action (perbaikan)

3.2 Saran

Bagi Petugas Kesehatan

1. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang diberikan.

2. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan dengan menjujung tinggi mutu pelayanan sesuai standart.

Daftar Pustaka

Amiruddin. 2007. Pendekatan Mutu dan Kepuasan Pelanggan dalam Pelayanan Kesehatan, http://ridwanamiruddin.files.wordpress.com/2007/06/mutu-ugd-rs-swasta-bapelkes-210607.ppt http://bidaniaku.wordpress.com/2013/05/25/konsep-pdca/

Referensi

Dokumen terkait

Karena status infeksi pasien terkadang tidak diketahui, untuk mencegah infeksi silang baik pada pasien atau tenaga pelayanan kesehatan gigi, penting untuk

Pengertian mutu pelayanan kesehatan secara umum adalah derajat kesempurnaan  pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit atau dalam system pelayanan kesehatan yang berasal dari proses penyebaran di sumber pelayanan kesehatan,

standar mutu fasilitas kesehatan (input); Memastikan standar mutu fasilitas kesehatan (input); Memastikan 

memberikan pelayanan kedokteran kepolisian dan kesehatan kepolisian sesuai dengan kebutuhan medik, standar pelayanan kesehatan kepolisian dan standar pelayanan

Mutu layanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa pada penyataan nomor 28 yaitu ”saat balita susah bernapas keluarga membawa ketempat pelayanan kesehatan” dengan frekuensi

5 BAB 2KEWASPADAAN STANDAR DAN KEWASPADAAN ISOLASI Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan bertujuan untuk melindungi pasien, petugas